Resume ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Masa’il Fiqhiyyah
Disusun oleh :
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
RESUME MASA’IL FIQHIYYAH
Jihad secara Etimologi berasal dari bahasa arab yakni Jahada yujahidu, yang berarti
suatu tindakan yang mencurahkan semua kemampuan untuk membela kebenaran yang
diyakini berasal dari Tuhan. Kata Jihad diulang dalam al-Qur’an sebanyak 41 kali dengan
bermacam bentuknya, M. Quraish Shihab (1996:501), dengan mengutip Ibnu Faris,
menyatakan bahwa semua kata yang terdiri dari huruf Jim, Ha, Da pada awalnya
mengandung arti kesulitan atau kesukaran yang mirip dengannya. 1
Sedangkan Terorisme berasal dari kata Teror dengan tambahan “isme”. Teror
berasal dari bahasa latin yakni “Terrer” yang berarti menyebabkan ketakutan. Dalam
KBBI kata Teror mempunyai makna, usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan
kekejaman oleh seseorang atau golongan. merupakan sebuah konsep yang memiliki
konotasi yang sangat sensitif karena terorisme menyebabkan terjadinya pembunuhan dan
penyengsaraan terhadap orang-orang yang tidak berdosa.Tidak ada negara yang ingin
dituduh mendukung terorisme atau menjadi tempat perlindungan bagi kelompok-
kelompok terorisme.tidak ada pula negara yang dianggap melakukan tindak terorisme
karena menggunakan kekuatan (militer). Max Bellof menunjuk kepada sumber yang lebih
luas, yaitu bilamana di dalam masyarakat, ada ketidakadilan, atau ada sebagian kelompok
yang tidak merasakan perlakuan secara adil di bidang politik, ekonomi, moral, sosial dan
kultural sehingga menyebabkan ketidakpuasan sosial, maka timbullah keluhan-keluhan
dalam bentuk protes karena tidak diperlakukan adil, dari keluhan dan protes ini jika tidak
mendapatkan hasil yang memuaskan maka timbullah keresahan sosial, dari keresahan ini
sudah tidak menyuarakan bentuk keluhan dan protes namun bentuk ancaman, kecaman
1
M. Quraish Shihab, wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas berbagai persoalan umat, Cet. Ke-3, Bandung,
Mizan, 1996, Hlm. 501
dan pencelaan kepada siapa saja yang dianggap sebagai biang keladi dari masalah sosial,
sehingga hal inilah yang menimbulkan rasa takut diantara masyarakat dan menyebabkan
keresahan sosial, sampai mengancam keutuhan dan merusak sistem tatanan suatu negara.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan secara pasti dalam mendefiniskan Terorisme,
ketidaksepakatan ini karena mereka yang disebut teroris adalah penjahat yang meresahkan,
namun disisi lain dianggap pahlawan oleh mereka yang dibela.
ََوقَا ِتلُ ْوا ﻓِ ْﻲ َس ِب ْي ِل ﱣ ِ الﱠ ِذيْنَ يُقَاتِلُ ْو َن ُك ْم َو َﻻ ت َ ْعتَد ُْوا ا ﱠِن ﱣ َ َﻻ ي ُِحبﱡ ْال ُم ْعتَ ِديْن
Artinya : “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi
jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.”
Kedua surah at-Taubah ayat : 5
2
Abu Yazid, (Ed). Fiqh Realitas, Respon Ma’had Aly terhadap Wacana Hukum Islam Kontemporer. Cet. Ke-1.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar (2005). Hlm. 104-105
3
Jamal al-Banna, Dekontruksi Jihad dalam Islam, Terjemahan oleh kamran A. Insyadi, Cet. Ke-1 Yogyakarta:
Pilar Regia. Hlm. 247
Pada dalil yang kedua, at-Taubah ayat 5, ditemukan lafal hayatuhu wajadtumuhum
yang berarti dimana saja kamu menjumpai mereka, pada redaksi penggalan lafal dari ayat
5 surat at-Taubah dalam bahasa Arab bersifat umum, maka itu berlaku pada
keumumannya, oleh karena itu ayat ini ditakhsis dengan ayat 190 al-Baqarah.
Para ulama mengambil kesimpulan bahwa orang yang boleh diperangi hanyalah
Kafir Harb, yaitu orang kafir yang menentang dan memusuhi Islam dan selalu mengusik
kedamaian, adapun Jihad fi Sabilillah boleh dilaksanakan dengan perang dengan tiga
syarat; 1.Diperangi oleh musuh, 2. Diperangi oleh kafir harb dan 3. Berada di negara islam
atau kafir. Jika tidak ada salah satu dari tiga tadi maka jelas jihad dengan perang itu tidak
dibenarkan, maka perbuatan teror dan mengancam serta membuat takut itu merupakan
tindakan memerangi Allah Swt. Sebagaimana dalam ayat 32 surat al-Maidah :
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa segala perbuatan yang mengancam nyawa
karena hasrat dan nafsu pribadi maka ia seakan-akan membunuh semua nyawa manusia
seluruh bumi dan itu merupakan perbuatan yang merusak bumi, dan sebaliknya jika kita
saling menjaga satu sama lain maka seakan-akan memelihara keutuhan di muka bumi.
Setelah melihat serta meninjau beberapa dalil mengenai jihad, dapat dipahami
bahwa esensi jihad itu sendiri memiliki hukum fardhu (wajib) baik itu individu mapun
kelompok, jihad dalam arti perang bersifat Defensif, jihad harus menunggu perintah dari
kepala negara atau ulil al-amri dan teroris atau segala suatu tindakan yang merusak
kedamaian, ketenangan dan keharmonisan merupakan tindakan yang tidak dibenarkan
syariat dan hukumnya haram.
Karena pada masa kontemporer saat ini sudah hampir tidak ditemukan jihad secara
terang-terangan dengan berperang, maka implementasi jihad sudah memiliki makna yang
lebih luas dalam pengaplikasiannya, maka saat ini jihad terbagi menjadi tujuh macam
yaitu:
4
https://www.republika.co.id/berita/qhrmn2366/tujuh-jenis-jihad-menurut-assunnah
menjaga keamanan dengan membentuk Perpu dan UU terorisme dan satuan khusus
tindakan terorisme.
REFRENSI
Quraish Shihab. M (1996), wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas berbagai
persoalan umat, Cet. Ke-3, Bandung, Mizan.
https://www.republika.co.id/berita/qhrmn2366/tujuh-jenis-jihad-menurut-
assunnah.
al-Banna. Jamal, Dekontruksi Jihad dalam Islam, Terjemahan oleh kamran A.
Insyadi, Cet. Ke-1 Yogyakarta: Pilar Regia.
Yazid (Ed). Abu (2005). Fiqh Realitas, Respon Ma’had Aly terhadap Wacana
Hukum Islam Kontemporer. Cet. Ke-1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.