Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fazira Agustina

NPM : 10010220041

Matkul/Kelas : Tafsir/A

Tugas : Membuat Artikel

Tafsir Ayat-Ayat Tentang Jihad


Ayat-ayat jihad, qital, atau perang ditemukan dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat ini terkenal dan
diikuti oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Jadi bagaimana kita memahami ayat-ayat
tentang jihad, qatal atau perang hari ini? Ayat-ayat ini dapat disalahartikan oleh sebagian orang.
Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan orang melakukan tindakan yang salah berupa
penyerangan dan kekerasan terhadap orang atau pihak yang keamanannya dapat dijamin dalam
Islam melalui tindakan ekstremisme, terorisme, atau propaganda jihad. Ini sering memusuhi
orang-orang yang seharusnya tidak tersinggung dalam Islam. Syekh M Ali As-Shabuni, pakar
hukum Islam, mengatakan bahwa Al-Qur'an dan hukum syariat memiliki ketentuan yang
mengatur siapa yang wajib berperang, siapa yang berhak menyatakan perang, siapa yang harus
diperangi, yang seharusnya tidak terluka dalam perang. Apa yang tidak boleh rusak selama
perang? Dan situasi apa yang mengharuskan kita bertarung?

Ada beberapa ayat-ayat jihad yang dapat kita klasifikasikan dalam beberapa hal, sebagai
berikut :
1. Jihad Bermakna Perang
Makna ini kita dapati salah satunya dalam Q.S. al-Tahrim [66]: 9,

َ ‫ظ َعلَ ْي ِه ۗ ْم َو َمْأ ٰوىهُ ْم َجهَنَّ ۗ ُم َوبِْئ‬


ِ ‫س ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬ ْ ُ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّبِ ُّي َجا ِه ِد ْال ُكفَّا َر َو ْال ُم ٰنفِقِ ْينَ َوا ْغل‬

Wahai Nabi! Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah
terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat
kembali. (Q.S. al-Tahrim [66]: 9)
Banyak orang salah mengartikan ayat di atas karena takut dengan Islam. Ayat ini dapat
ditafsirkan secara harfiah, yang dapat menyebabkan konflik antara orang yang beriman dan
orang yang tidak beriman. Misalnya, orang munafik dan kafir harus diperangi. Ayat yang
dimaksud tidak dapat dipisahkan dari konteks historisnya. Quraish Shihab, dalam Tafsir al-
Misbah, menyebutkan bahwa ayat ini memiliki makna kedua yang lebih spesifik: fungsi dakwah.
Artinya ayat ini menyiratkan dakwah Islam kepada orang-orang kafir dengan perkataan,
perbuatan, hati atau sesuai dengan kemampuannya. Quraish Shihab mengutip pendapat al-
Thabathaba'i bahwa orang-orang kafir dapat diperangi secara langsung, tetapi ada tahapan-
tahapan dakwah yang berbeda yang harus dilakukan untuk mempertobatkan mereka. Tahapan
dakwah saja tidak bisa berhasil. Mereka juga harus diperangi jika mengancam atau mengganggu
eksistensi umat Islam.
2. Jihad Moral
Bentuk jihad kedua yaitu jihad moral sebagaimana dalam Q.S. al-‘Ankabut [29]: 69,

َ‫ࣖ َوالَّ ِذ ْينَ َجاهَ ُدوْ ا فِ ْينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَن َۗا َواِ َّن هّٰللا َ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S.
al-‘Ankabut [29]: 69)
Yusuf al-Qaradhaiwi mengartikan jihad dalam konteks ayat ini sebagai jihad moral, yaitu
jihad melawan hawa nafsu dan godaan setan. Oleh karena itu, "perang" jihad melawan orang-
orang kafir Quraisy tidak termasuk dalam ayat ini.
3. Jihad Dakwah
Bentuk jihad ketiga adalah berdakwah atau mensyiarkan ajaran Islam. Sebagaimana
terlukiskan dalam Q.S. al-Nahl [16]: 110,

ِ ‫صبَرُوْ ۚا اِ َّن َربَّكَ ِم ۢ ْن بَ ْع ِدهَا لَ َغفُوْ ٌر ر‬


‫َّح ْي ٌم‬ َ ‫ك لِلَّ ِذ ْينَ هَا َجرُوْ ا ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َما فُتِنُوْ ا ثُ َّم َجاهَ ُدوْ ا َو‬
َ َّ‫ࣖ ثُ َّم اِ َّن َرب‬

“Kemudian Tuhanmu (pelindung) bagi orang yang berhijrah setelah menderita cobaan,
kemudian mereka berjihad dan bersabar, sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha
Pengampun, Maha Penyayang”. (Q.S. al-Nahl [16]: 110)
Mengenai pendapat al-Qaradawi, jihad dapat dilakukan dengan dakwah dan tabligh, dan
difokuskan pada penderitaan dan kesulitan musuh. Selain itu, jihad dapat diartikan sebagai jihad
dengan kesabaran. Ada tiga jenis kesabaran yang dibahas al-Ghazali: kesabaran dalam
mematuhi, kesabaran dalam menahan diri dari kemaksiatan, dan kesabaran dalam menghadapi
situasi sulit. Studi bahasa adalah bagian penting dari pendidikan apa pun. Ini dapat membantu
siswa belajar membaca, menulis, dan berbicara bahasa lain. Studi bahasa adalah bagian penting
dari pendidikan apa pun. Ini dapat membantu siswa belajar membaca, menulis, dan berbicara
bahasa lain.
4. Jihad Memperbaiki Diri
Bentuk jihad keempat adalah jihad dengan memperbaiki diri. Sebagaimana dalam Q.S. al-
Anfal [8]: 74,
ًۗ ٰۤ ‫هّٰللا‬
َ َ‫َاجرُوْ ا َو َجاهَ ُدوْ ا فِ ْي َسبِ ْي ِل ِ َوالَّ ِذ ْينَ ٰا َووْ ا َّون‬
ِ ‫صر ُْٓوا اُول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َحقّا لَهُ ْم َّم ْغفِ َرةٌ و‬
ٌ ‫َّر ْز‬
‫ق َك ِر ْي ٌم‬ َ ‫َوالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َوه‬

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang
yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka
itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat)
yang mulia”. (Q.S. al-Anfal [8]: 74)
Ayat di atas juga mengisyaratkan bahwa jihad dapat digunakan untuk memperbaiki diri.
Setelah memperbaiki diri, jihad sosial baru ditujukan untuk memberikan rasa aman dan
membantu mereka yang membutuhkan. Penafsiran ini juga diamini oleh Dr. Nur Rofiah, pakar
gender Islam dan dosen di Pascasarjana IIQ Jakarta. Dia mengatakan bahwa bahkan kata hijrah
jihad dalam konteks ini bergerak dari situasi yang buruk ke situasi yang baik, dari situasi yang
baik ke kondisi yang lebih atau jauh lebih baik. Adapun pengelompokan jihad dapat ditelaah
lebih detail dalam Zad al-Ma'ad karya Ibn Qayyim al-Jauziyah. Dia memberikan penjelasan rinci
tentang tiga belas jenis jihad yang berbeda. Ada banyak jenis jihad, beberapa di antaranya adalah
jihad perbaikan diri, jihad anti-setan, memerangi orang-orang kafir, dan mengobarkan jihad
melawan kejahatan.
Kesimpulan
Berpijak pada uraian di atas, setidaknya dapat diklasifikasikan dalam tiga konteks.
Pertama, jihad dalam konteks pribadi, yaitu berusaha membersihkan pikiran dan hati dari segala
kotoran dan hegemoni pengaruh jahat sehingga memunculkan rasa senang, ikhlas dan ridha
dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Kedua, jihad dalam konteks kolektif, yakni berusaha agar ajaran agama Islam mampu
didakwahkan dan disyiarkan dalam sosial-kemasyarakatan agar manusia semakin bahagia
hidupnya, tidak hanya di dunia melainkan di akhirat. Ketiga, jihad dalam konteks kebangsaan,
yaitu berusaha menjaga dan merawat negara Indonesia serta mencegah adanya tindakan
separaratisme maupun ekstrimisme yang berusaha menggerogoti keutuhan rumah kita bersama.
Jihad ini juga termasuk bagian dari perintah agama.
Dari tiga konteks tersebut, maka arena jihad sangatlah luas dan mencakup hajat hidup
kaum muslimin khususnya dan manusia pada umumnya. Karena itu, sungguh sangat tidak
dibenarkan apabila jihad dilakukan dengan cara-cara yang bertolakbelakang dengan ajaran Islam,
misalnya dengan provokasi, politisasi ayat, penaburan benih-benih ekstrimis, dan semacamnya.
Semoga kita semua terhindari dari semua itu dan mampu berjihad sesuai ajaran Islam dan
kapasitas yang kita miliki.

Anda mungkin juga menyukai