ADAB BERJIHAD
1. Maksud jihad
� Jihad lain;
- Membangunkan negara
- Menggiatkan aktiviti ekonomi dan lain-lain
3. Peringkat-peringkat jihad
i. Mempelajari islam
4. Adab-adab berjihad
� Niat yang ikhlas dan semata-mata untuk mendapatkan keredhaan
Allah
"Dan orang-orang yang berjihad pada jalan Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al Ankabut: 69)
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam untuk
Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang berpegang
dengan sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.
Ketiga, jihad melawan orang kafir dan orang munafik. Terdiri dari empat
perkara: Dengan hati, lisan, harta, dan jiwa. Dan jihad melawan orang kafir
lebih khusus dilakukan dengan tangan (kekuaan fizika). Sedangkan jihad
melawan orang munafik lebih khusus dilakukan dengan lisan.
Imam al Qurtubi dalam tafsir ayat ini berkata, "'Dan orang-orang yang
berjihad di jalan Kami,' maknanya adalah mereka memerangi orang kafir di
jalan kami, maksudnya mencari redha kami."
Imam Al-Hasan bin Abil Hasan berkata, "Ayat ini tentang para ahli ibadah."
Ibnu 'Abbas dan Ibrahim bin Adham berkata, "Dia itu berkaitan dengan
orang-orang yang mengamalkan apa yang mereka ketahui."
Berdasarkan seluruh pendapat tadi, bererti jihad dalam ayat ini adalah
ketaatan secara umum.
"Jihad pada ayat tersebut bukan memerangi orang kafir saja, tetapi
maksudnya menolong agama Allah, membantah para pengingkar, melawan
orang zalim, dan yang paling besar adalah menegakkan amar ma'ruf dan
nahi munkar. Di antaranya juga menjihad (menundukkan) jiwa untuk taat
kepada Allah."
----
Beliau meriwayatkan dengan sanad dari al-Rabi' tentang firman Allah, "Dan
orang-orang yang berjihad di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami" berkata, "Tidaklah ada di atas bumi
seorang hamba yang taat kepada Rabb-Nya, berdakwah (menyeru)
kepada-Nya dan melarang dari (bermaksiat) kepada-Nya kecuali dia benar-
benar telah berjihad di jalan Allah."
Dari sini diketahui, tiada masalah untuk membawa makna dalil tentang
jihad pada ayat di atas untuk menganjurkan dakwah, kerana dakwah
bahagian dari jihad. Imam Nawawi dalam Syarah hadis Muslim:
ٍيل هَّللا ِ َوهَّللا ُ أَعْ لَ ُم ِب َمنْ ي ُْكلَ ُم فِي َس ِبيلِ ِه إِاَّل َجا َء َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َوجُرْ ُح ُه َي ْث َعبُ اللَّ ْونُ لَ ْونُ َد ٍم َوالرِّ ي ُح ِري ُح مِسْ ك
ِ اَل ُي ْكلَ ُم أَ َح ٌد فِي َس ِب
"Tidak ada seorang pun yang terluka di jalan Allah dan Allah lebih tahu
siapa yang benar-benar terluka di jalan-Nya (yakni yang jujur dan ikhlas di
dalamnya)-, kecuali dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan
lukanya mengalirkan darah; warnanya darah sedangkan aromanya misik.”
Imam Nawawi menukil perkataan ulama tentang penjelasan hadis di atas.
Beliau berkata, Sabda Nabi sallawahu'alaihi wasallam, (Dan Allah lebih
tahu siapa yang terluka di jalan-Nya) ini adalah peringatan yang ikhlas
dalam perang. Dan sesungguhnya pahala yang disebutkan di dalamnya
hanya bagi orang yang ikhlas dan berperang supaya kalimah Allah yang
paling tinggi. Mereka berkata, "Dan keutamaan ini, walau di zahirnya dalam
hal memerangi orang kafir, masuk di dalamnya orang yang keluar fi
sabilillah dalam memerangi para pemberontak, penyamun (perompak),
dalam melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar, dan misalnya."
Walahu a'lam.
Dari sini diketahui, tidak masalah untuk membawa makna dalil tentang
jihad pada ayat di atas untuk menganjurkan dakwah, kerana dakwah
sebahagian dari jihad.
Bismillah, segala puji bagi Allah. Selawat dan salam semoga tercurah
kepada Rasulullah, keluarganya, dan para sahabatnya.
Infak Fi Sabilillah
Kita awali pembahasan ini dengan sebuah ayat yang sering disalah
Fahami,
َ يل هَّللا ِ َواَل ُت ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم إِلَى ال َّت ْهلُ َك ِة َوأَحْ سِ ُنوا إِنَّ هَّللا َ ُيحِبُّ ْالمُحْ سِ ن
ِين ِ َوأَ ْنفِقُوا فِي َس ِب
Sebab turunnya ayat ini iaitu ketika para sahabat Nabi sallawahu 'alaihi
wasallam dari kaum Anshar mulai enggan berinfak untuk Jihad fi sabilillah
dan mereka lebih mengutamakan urusan pertanian mereka untuk
memperbaikinya dan meninggalkan jihad, maka datanglah larangan dari
Allah Ta'ala sebagaimana yang dijelaskan Abu Ayyub al-Anshari dalam
sebuah hadis. Kerananya, makna menjerumuskan diri ke dalam
kehancuran adalah sibuk mengumpulkan harta dan mengurusnya serta
meninggalkan jihad. (HR. Muslim, al-Nasai, Abu Dawud dan al-Tirmidzi,
Ibnu Hibban, dan al-Hakim dari jalur Aslam bin 'Imran. Lihat Fathul Baari,
Kitab al-Tafsir.
Makna yang serupa dengan ayat di atas juga terdapat dalam firman Allah,
َ ُ
َ ِْين لَي ُْد ِخلَ َّن ُه ْم م ُْد َخاًل َير
َّض ْو َن ُه َوإِن ِ َّيل هَّللا ِ ث َّم قُ ِتلُوا أ ْو َما ُتوا لَ َيرْ ُز َق َّن ُه ُم هَّللا ُ ِر ْز ًقا َح َس ًنا َوإِنَّ هَّللا َ لَه َُو َخ ْي ُر الر
َ ازق ِ اجرُوا فِي َس ِب َ َوالَّذ
َ ِين َه
هَّللا َ لَ َعلِي ٌم َحلِي ٌم
"Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh
atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang
baik (syurga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.
Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat
(syurga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Pengampu." (Tafamsri Ibnu Katsir III/201. Kisah ini
juga diriwayatkan Ibnul Mubarak dalam kitabul Jihad)
Kalau kita perhatikan dalam kitabullah, kita dapatkan bahwa kalimat hijrah
dan jihad sering bergandengan. Berikut ini beberapa hadits Rasulillah
shallallahu 'alaihi wasallam yang menjelaskan bahwa hijrah itu untuk jihad.
Dari Abdullah bin Umar radliyallah 'anhuma berkata, Kami datang menemui
Rasulullah sallawahu 'alaihi wasallam. Para sahabatku masuk terlebih
dahulu dan menyampaikan hajatnya, sementara aku pada urutan terakhir.
Kemudian beliau sallawahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apa hajatmu?" Aku
menjawab, "Ya Rasulallah, bila hijrah selesai?" Beliau menjawab, "Hijrah
tidak akan terputus selama orang kafir masih diperangi." (HR. Nasai dan
Ahmad)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Maksud tidak ada hijrah sesudah al-
Fathu (penaklukan) adalah Fathu Makkah. Al-Khathabi dan lainnya
berkata, "Hijrah adalah kewajiban diawal Islam bagi orang yang telah
masuk Islam kerana sedikitnya jumlah kaum muslimin di Madinah dan
keperluan untuk bersama-sama. Ketika Allah sudah menaklukkan Makkah,
maka manusia masuk Islam dengan beramai-ramai. Kerananya, kewajiban
hijrah ke Madinah telah habis dan hanya tersisa kewajiban jihad dan niat
bagi orang yang melaksanakannya atau ketika musuh masuk menyerang."
Lalu apa pembatas dan ikatan yang digunakan syari'at dalam memaknakan
kalimah "fi sabilillah?" pembatas dan pengikatnya adalah sabda Rasulullah
sallawahu 'alaihi wasallam: "Diehram yang engkau nafkahkan untuk dirimu
sendiri, dan diehram yang engkau nafkahkan untuk isterimu, dan diehram
yang engkau nafkahkan fi sabilillah. . . " dari sini kita fahami bahawa Nabi
sallawahu 'alaihi wasallam telah membezakan antara apa yang dimakan
sendiri oleh seseorang dan apa yang dinafkahkannya untuk isterinya serta
apa yang dia infakkan fi sabilillah (di jalan Allah). Jadi, menurut istilah
syari'at, apa yang dia nafkahkan untuk isterinya bukan termasuk fi
sabilillah, walaupun menurut bahasa dia masuk kategori fi sabilillah.
Apa makna istilah yang berlaku di kalangan ulama salaf ketika mereka
mengucapkan kalimah "fi sabilillah"? Apa makna yang berlaku dikalangan
sahabat ketika mereka mengucapkan kalimah "fi sabilillah"? Kemudian
ikatan apa yang ditentukan oleh syariat terhadap lafaz ini ketika kita
mengucapkan "fi sabilillah"? jawapannya adalah jihad fi sabilillah. Inilah
pendapat yang tepat dalam masalah ini.
"Sungguh pagi-pagi hari atau siang hari berangkat berjihad di jalan Allah
lebih baik dari dunia dan sisinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dari sini,
engkau keluar dari masjidmu lalu mendakwah manusia termasuk fi
sabilillah ... tidak, ini termasuk mengeluarkan maksud dari maknanya yang
syar'i. Makna pergi pagi-pagi atau di siang hari di jalan Allah adalah pergi
pagi-pagi atau pada siang hari ke peperangan, itu lebih baik dari dunia dan
apa saja yang ada di dalamnya.
Makna pergi pagi-pagi atau di siang hari di jalan Allah adalah pergi pagi-
pagi atau pada siang hari ke peperangan, itu lebih baik dari dunia dan apa
saja yang ada di dalamnya.
"Barang siapa yang tumbuh satu uban fi sabilillah (di jalan Allah), dia akan
memiliki cahaya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, al-Nasai, dan al-Baihaqi
dalam Sunan Kubranya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-
Shahihah, no. 2555) maknanya adalah di jalan jihad, yang sampai beruban
karena menghadapi hiruk pikuk jihad.
َ ك ْال َي ْو ِم َس ْبع
ِين َخ ِري ًفا ِ يل هَّللا ِ َبا َع َد هَّللا ُ َب ْي َن ُه َو َبي َْن ال َّن
َ ِار ِب َذل ِ صا َم َي ْومًا فِي َس ِب
َ َْمن
“Barangsiapa yang berpuasa satu hari fi sabilillah (di jalan Allah), maka
Allah akan menjauhkannya dari neraka dengan puasanya tersebut sejauh
70 tahun perjalanan.” (HR. Ahmad, Nasai, Ibnu Majah. Dishahihkan oleh
Al-Albani dalam Shahih Sunan al-Nasai, no. 2245) maknanya adalah di
jalan jihad, puasa di dalam jihad. Jika tidak demikian maknanya, maka
puasa orang muslim yang benar adalah fi sabilillah.
Makna Jihad
Dari Amru bin ‘Anbasah radliyallaahu 'anhu berkata, ada seorang laki-laki
bertanya, “Hijrah apa yang paling utama?” Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab, “Jihad.” Dia bertanya lagi, “Apa itu jihad?” beliau
menjawab, “Engkau memerangi orang kafir apabila engkau bertemu
dengannya.” Dia bertanya lagi, “Jihad apa yang paling utama?” Beliau
menjwab, “Siapa yang mengorbankan seluruh hartanya dan dialirkan
darahnya.” (Disebutkan secara ringkas dari hadits shahih yang panjang
yang marfu’ kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. HR. Ahmad
dan Ibnu Majah)
Imam al-Shan’ani berkata, Jihad adalah bentuk masdar dari jaahadta
jihaadan, artinya telah sampai pada puncak bersusah-susah. Ini adalah
makna lughawi. Sedangkan menurut syar’i, “Mengerahkan seluruh
kemampuan/kesungguhan dalam memerangi orang kafir atau
pemberontak.” (Subulus Salam: IV/41)
Ibnu Najam al Hanafi berkata, “Jihad adalah menyeru kepada agama al-
Haq (Islam) dan berperang terhadap orang yang tidak mau menerima
(menyambut seruan) dengan jiwa atau harta.” (Al-Bahru al-Raa’iq: V/76
juga dalam Fathul Qadiir milik Ibnu Hammam: V/187)
kepada beliau ingin berjihad. (Mutafaq ‘alaih dari Abdillah bin Amru
radliyallaahu 'anhu.
Mencapekkan diri dengan mengurusi kedua orang tua disebut jihad ditinjau
dari masalah yang akan ditimbulkan ketika dia pergi berjihad dengan
meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah tua, setelah minta izin
kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Seolah-olah ada kiasan di
antara keduanya, bahwa fungsi dari jihad adalah menghilangkan bahaya
yang ditimbulkan musuh sedangkan mengurusi orang tua mendatangkan
manfaat terhadap orang tua.
Apa yang menjadikan Islam sebagai agama kedamaian? Nama Islam itu
sendiri sudah suatu hal yang amat unik. Itulah pertama kalinya dalam
seluruh sejarah agama di dunia bahwa ada agama yang secara harfiah
bermakna kedamaian. Kata Islam memiliki dua konotasi, pertama adalah
tunduk dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak dan perintah
Allah dan kedua, artinya adalah damai. Lagi pula, Islam adalah agama
yang ditegakkan oleh Allah s.w.t sendiri. Allah s.w.t mempunyai berbagai
fitrat dan salah satunya adalah As-Salam yang berarti pembawa
kedamaian. Orang yang beriman kepada Islam disebut Muslim. Definisi
dari seorang Muslim adalah "seseorang yang sepenuhnya damai dengan
dirinya sendiri dan yang mengembangkan kedamaian dalam masyarakat".
sebuah definisi yang cantik tentang arti kata Muslim diberikan oleh pendiri
Islam yaitu Nabi Muhammad s.a.w yang menyatakan:
"Seorang Muslim adalah seseorang yang dari tangan mau pun lidahnya
semua orang menikmati keamanan dan keselamatan". (Bukhari)
Perlu diperhatikan pula bahwa Islam sejak awal sudah menyatakan dan
pernyataan ini berlaku untuk segala zaman serta ditujukan kepada
segenap manusia. Al-Quran jelas menyatakan:
"Tidak ada paksaan dalam agama" (S.2 Al-Baqarah:257)
"Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan" (S.2 Al-
Baqarah:257)
Bila anda sudah memiliki nalar dan logika disamping anda telah memiliki
ajaran Islam yang cantik dan persuasif, maka anda tidak akan memerlukan
sarana kekerasan atau pun pemaksaan. Islam tidak mengizinkan
penggunaan kekerasan untuk menarik orang ke dalam agama. Kitab suci
Al-Quran menyatakan:
Islam menekankan keimanan kepada semua nabi dari semua agama dan
kepada kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada mereka. Hal ini
merupakan ciri pembeda akbar daripada Islam. Umat Muslim
berpandangan bahwa semua agama besar pada awal pembentukannya
pasti didasarkan pada kebenaran dan tetap mengandung nilai-nilai luhur.
Islam menolak anggapan yang menyatakan bahwa agama lain tidak akan
membawa keselamatan. Semua agama besar dihargai dan dihormati
dengan baik. Umat Muslim diwajibkan menghormati tempat-tempat ibadah
agama lain. Rasa hormat juga ditunjukkan kepada orang-orang suci serta
nabi pendiri agama mereka.
Piagam kemerdekaan
Jelas sudah kalau Islam itu adalah agama kedamaian yang menanamkan
toleransi terhadap semua manusia dari berbagai agama dan bangsa.
Berkaitan dengan ini, saya ingin mengemukakan kepada hadirin sebuah
dokumen historis yang amat penting. Dokumen itu adalah Piagam
Kemerdekaan yang diberikan kepada umat Kristiani oleh Nabi Suci
Muhammad s.a.w. Naskah monumental ini tidak ada padanannya di masa
lalu dalam sejarah umat manusia dan merupakan ciri utama dari
keseluruhan semangat Islamiah tentang toleransi dan kedamaian.
Bunyinya adalah sebagai berikut:
Aku menjanjikan bahwa siapa pun rahib atau musafir yang meminta tolong
kepadaku di gunung, di hutan, padang pasir atau pun perhunian, atau
tempat ibadah, aku akan mengusir musuh-musuh mereka dengan bantuan
sahabat-sahabatku dan para penolongku, dengan semua keluargaku dan
mereka yang mengaku beriman kepadaku, untuk mempertahankan mereka
karena semua ini adalah termasuk dalam janjiku. Dan aku akan
mempertahankan yang dijanjikan ini terhadap laku aniaya, cedera dan
dipermalukan oleh musuh-musuh mereka sebagai imbalan dari jizyah yang
mereka janjikan akan dibayarkan. Bila mereka memilih untuk melindungi
sendiri harta milik dan diri mereka maka mereka diizinkan untuk itu dan
tidak boleh dipersulit karenanya. Tidak boleh ada biarawan yang diusir dari
biaranya, tidak boleh ada rahib yang dikeluarkan dari pertapaannya, tidak
ada pendeta yang dikeluarkan dari tempat ibadahnya dan tidak ada
peziarah yang boleh ditahan dalam laku ziarahnya. Tidak boleh gereja atau
tempat ibadah mereka
/4
Zikir Menurut Al Quran
Tidak ada dokumen lain yang lebih terang dalam pensiratan ajaran Islam
berkenaan dengan kedamaian dan toleransi.
Konsep Jihad
Bentuk Jihad yang lebih kecil ialah berperang dalam rangka membela diri.
Sesuai ajaran Islam, umat Muslim tidak diizinkan memaklumkan perang
kepada musuh, betapa pun salahnya pandangan mereka. Keadaan yang
mengizinkan umat Muslim mengangkat senjata hanya jika musuh telah
menyerang mereka dengan tujuan merampas nyawa, harta dan
kehormatan mereka atau bermaksud memupus agama yang mereka anut.
Hanya dalam situasi seperti itu saja umat Muslim diperkenankan berperang
membela diri dan tidak akan ada orang waras yang akan mempertanyakan
hal tersebut. Yang menarik dalam hal ini ialah meski umat Muslim diberi
hak untuk membela diri tetapi mereka tetap saja dianjurkan agar berupaya
sekuat-kuatnya menciptakan kedamaian, bahkan di medan perang sekali
pun. Harus dilakukan berbagai upaya agar perang boleh dihindari. Jika
tidak berhasil, konflik hanya boleh dilanjutkan sepanjang penganiayaan
masih saja berlangsung. Jika musuh Islam sudah meletakkan senjata
maka umat Muslim harus menghentikan perang mereka.
Sunah Raslullah s.a.w.
Siapa pun yang tidak ikut berperang, tidak boleh dibunuh atau pun
dicederai dengan cara apa pun,
Penyelesaian,