Anda di halaman 1dari 21

Konsep Jihad

dalam Alquran
dan hadist
Kelompok 4
● Jovan Ramadahan (20200410263)
● Kemal Fahsya (20200410255)
● Finkan Nabila (20200410273)
● Erika Cahyani (20200410276)
● Luky Tiyas Ellyana (20200410258)
● Lilis Kurniawati (20200410264)
● Tri Wahyu Agustino (20200410247)
Pengertian Jihad
● Jihad adalah istilah dalam agama Islam yang sering kali disalahpahami atau
disalahartikan oleh banyak orang. Secara harfiah, kata "jihad" berasal dari
akar kata Arab yang berarti "berusaha" atau "berjuang". Namun, dalam
konteks agama Islam, jihad mengacu pada upaya atau perjuangan yang
dilakukan oleh seorang Muslim dalam rangka memperbaiki diri, melawan
godaan jahat, dan memperluas ajaran Islam.
Prinsip Prinsip Jihad
● beberapa prinsip penting dalam jihad:
● 1.Niat yang Ikhlas: Prinsip ini menekankan pentingnya niat yang tulus dan murni
dalam melaksanakan jihad. Jihad harus dilakukan semata-mata karena mencari
keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran, bukan untuk tujuan pribadi atau ambisi
duniawi.
● 2.Keadilan: Jihad harus dilaksanakan dengan prinsip keadilan. Tidak boleh ada
penyerangan atau penganiayaan terhadap orang-orang yang tidak bersalah atau non-
kombatan.
● 3.Proporsi dan Kepastian: Prinsip ini menekankan pentingnya tindakan jihad yang
proporsional dan berdasarkan kepastian informasi. Tidak boleh ada penyalahgunaan
atau pelanggaran terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan dalam pelaksanaan jihad .
● 4.Perlindungan terhadap Non-Kombatan: Jihad melarang penganiayaan
terhadap non-kombatan, termasuk perempuan, anak-anak, orang tua, orang
sakit, dan pendeta.
● 5.Kesabaran dan Ketekunan: Jihad memerlukan kesabaran dan ketekunan
dalam menghadapi cobaan dan rintangan. Prinsip ini menekankan
pentingnya mempertahankan komitmen dan semangat dalam perjuangan,
serta menjaga akhlak yang baik dalam situasi apa pun.
● 6.Tindakan Propaganda yang Baik: Jihad melibatkan upaya untuk
menyebarkan dan menjelaskan ajaran Islam dengan cara yang baik dan
bijaksana.
Macam macam Jihad
● Pakar bahasa al-Qur`an, Raghib al-Ashfahani, menyebutkan tiga bentuk
jihad, yaitu: jihad melawan musuh yang nyata, jihad melawan setan, dan
jihad melawan hawa nafsu. Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah ada 4
tingkatan yakni, jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan setan, jihad
melawan orang-orang kafir dan jihad melawan orang-orang munafik.
● Berikut pembahasan tentang macam-macam jihad diantaranya :
● 1. Jihad Al-Nafs (Jihad Melawan Hawa Nafsu). Jihad melawan hawa nafsu penting
dilakukan, sebab jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada keburukan yang
dapat merusak kebahagiaan seseorang, dan itu tidak mudah dilakukan, sebab hawa
nafsu ibarat musuh dalam selimut, seperti dikatakan Imam al-Ghazali, hawa nafsu
adalah musuh yang dicintai, sebab ia selalu mendorong kepada kesenangan yang
berakibat melalaikan. ‫َو َم ا ُأَبِّر ُئ َنْفِس يۚ ِإَّن الَّنْفَس َأَلَّم اَر ٌة ِبالُّسوِء ِإاَّل َم ا َر ِح َم َر ِّبيۚ ِإَّن َر ِّبي َغ ُفوٌر َر ِح يٌم‬
● “ dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)
● 2. Jihad Al-Syaithan (Jihad Melawan Setan). Jihad melawan setan, berupa upaya
menolak segala bentuk keraguan yang menerpa keimanan seseorang dan menolak
segala bentuk keinginan dan dorongan hawa nafsu. Keduanya dapat dilakukan dengan
berbekal pada keyakinan yang teguh dan kesabaran. Allah Swt berfirman ,
● ‫َو َجَع ْلَنا ِم ْنُهْم َأِئَّم ًة َيْهُد وَن ِبَأْم ِر َنا َلَّم ا َص َبُرواۖ َو َك اُنوا ِبآَياِتَنا ُيوِقُنوَن‬
● “ dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat kami.” (QS. As-Sajadah : 24)
● Ayat di atas menegaskan bahwa kemuliaan dalam beragama dapat diperoleh dengan
dua hal; kesabaran dan keyakinan. Dengan kesabaran seseorang dapat menolak
segala bentuk keinginan dan dorongan hawa nafsu, dan dengan keyakinan seseorang
dapat menolak segala bentuk keraguan
● Jihad Al-Kuffar wa Al-Munaffiqin (Jihad Melawan Orang-orang Kafir dan
Orang Munafik). Jihad melawan orang-orang kafir dan munafik adalah
dengan upaya melalui pendekatan hati, lisan, harta dan jiwa. Selain itu ada
bentuk lain dari jihad yaitu melawan kezaliman dan kemaksiatan, juga
dengan pendekatan hati, lisan, harta dan jiwa.
● ‫َيا َأُّيَها الَّنِبُّي َج اِهِد اْلُك َّفاَر َو اْلُم َناِفِقيَن َو اْغ ُلْظ َع َلْيِهْم ۚ َو َم ْأَو اُهْم َجَهَّنُم ۖ َو ِبْئَس اْلَم ِص يُر‬
● "Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan
bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan
itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali." (QS. At-Tahrim : 9)
Jihad melawan hawa nafsu dapat dilakukan dengan:
● a. Mempelajari petunjuk-petunjuk agama yang dapat mengantarkan jiwa
kepada keberuntungan dan kebahagiaan.
● b. Mengamalkan apa yang ia telah ketahui.
● c. Mengajak orang lain untuk mengikuti petunjuk agama. Dengan berilmu,
beramal dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain seseorang dapat
mencapai tingkatan yang disebut dengan rabbaniyy.
● d. Bersabar dan menahan diri dari berbagai cobaan dalam menjalankan
dakwah.
Etika Jihad
● 1. Tidak menyebarkan rahasia pasukan dan rencana-rencana perang, karena jika Rasulullah
hendak melakukan penyerangan, beliau merahasiakannya seperti disebutkan dalam hadits shahih.
● 2. Menggunakan kode, simbol, dan isyarat sesama anggota pasukan, agar dengan itu sebagian dari
mereka mengenali sebagian lainnya jika mereka bercampur-baur dengan musuh atau dekat
dengan tempat musuh
● 3. Diam ketika memasuki kencah perang, karena gaduh dan teriakan menyebabkan kegagalan,
menyedot kekuatan, dan mengacaukan pikiran
● 4. Memilih lokasi perang yang strategis, menertibkan pasukan, dan memilih timing yang tepat
untuk melakukan penyerangan terhadap musuh, karena di antara petunjuk Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam dalam perang ialah memilih lokasi dan timing yang tepat untuk melancarkan
serangan. (Diriwayatkan At-Tirmidzi)
● 5. Mengajak orang-orang kafir kepada Islam, atau menyerahkan diri dengan membayar jizyah
sebelum mengumumkan perang terhadap mereka, atau sebelum menyerang mereka.
● 6. Tidak mencuri harta rampasan perang, tidak membunuh wanita-wanita, anak-anak, orang tua,
dan para pendeta jika mereka tidak ikut perang.
● 7. Tidak berkhianat terhadap orang yang kehidupannya dilindungi seorang Muslim, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya orang yang berkhianat itu panjinya
dipasang untuknya pada hari kiamat, kemudian dikatakan, "Ini pengkhianatan Fulan bin Fulan,"
(Muttafaq Alaih).
● 8. Tidak membakar musuh dengan api, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Jika kalian menemukan si Fulan, bunuhlah dia dan jangan bakar dia dengan api, karena siapapun
tidak boleh menyiksa dengan api kecuali pemilik api (Allah)," (Diriwayatkan Al-Bukhari).
● 9. Tidak mencincang-cincang musuh yang telah tewas, karena Imran bin Hushain Radhiyallahu
Anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan kita bersedekah dan
melarang kita mencincang-cincang," (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih).
● 10. Berdoa meminta kemenangan atas musuh, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
berdoa setelah melakukan mobilisasi perang, "Ya Allah, Dzat yang menurunkan kitab, menjalankan
awan, dan mengalahkan musuh-musuh, hancurkan mereka, dan beri kami kemenangan atas
mereka," (Muttafaq Alaih).
Konsep Jihan menurut Alquran & Hadist

● 1. Jihad dalam Alquran: Dalam Alquran, istilah jihad digunakan dalam berbagai konteks. Salah satu
ayat yang sering dikutip adalah Surah Al-Baqarah ayat 190: "Dan perangilah di jalan Allah orang-
orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." Ayat ini menunjukkan bahwa jihad
dapat dilakukan dalam konteks perang, namun dengan batasan yang ditetapkan oleh Allah. Selain
itu, Alquran juga menekankan pentingnya jihad dalam memperbaiki diri, berbuat baik, dan
menegakkan keadilan.
● 2. Hadis tentang jihad: Hadis atau perkataan dan tindakan Nabi Muhammad SAW juga
memberikan pemahaman tentang konsep jihad. Beberapa hadis yang terkait dengan jihad antara
lain menggambarkan perjuangan fisik dalam pertahanan diri, perjuangan untuk menyebarkan
ajaran Islam, dan perjuangan melawan kejahatan dan penindasan. Misalnya, Nabi Muhammad
SAW pernah bersabda, "Sebaik-baik jihad adalah berjuang melawan hawa nafsu." Ini
menunjukkan pentingnya perjuangan dalam mengendalikan diri. Nabi Muhammad SAW juga
menyampaikan pesan bahwa jihad harus dilakukan dengan cara yang adil dan tidak melebihi
batas-batas yang ditentukan.
● Dalam konteks Alquran dan hadis, jihad bukanlah semata-mata tentang
perang atau kekerasan. Lebih dari itu, jihad juga mencakup perjuangan
individu untuk meningkatkan kualitas diri, berjuang melawan godaan dan
kejahatan, serta memperbaiki masyarakat secara adil dan damai. Jihad
dalam Islam juga dihubungkan dengan konsep ibadah dan ketakwaan
kepada Allah.
● Penting untuk memahami bahwa penafsiran dan pemahaman tentang jihad
dapat bervariasi di antara individu dan kelompok, dan penafsiran yang
benar dan proporsional harus didasarkan pada konteks Alquran secara
keseluruhan, serta pemahaman yang benar tentang ajaran Islam dan
prinsip-prinsip kemanusiaan.
Manfaat Jihad
● Berikut adalah beberapa manfaat jihad yang dijelaskan dalam Alquran dan hadis:
● 1. Peningkatan spiritualitas: Jihad dalam konteks Alquran dan hadis dapat membantu individu
meningkatkan hubungan mereka dengan Allah dan memperkuat ikatan spiritual mereka. Melalui
perjuangan untuk beribadah, mengendalikan diri, dan memperbaiki diri, seseorang dapat
mencapai tingkat kesucian dan ketakwaan yang lebih tinggi.
● 2. Pertumbuhan pribadi: Jihad melibatkan perjuangan pribadi dalam mengatasi hawa nafsu,
melawan godaan, dan menguasai diri. Dalam proses ini, individu mengembangkan disiplin diri,
ketekunan, dan kekuatan karakter yang positif. Jihad membantu dalam pembentukan kepribadian
yang baik dan pengembangan kualitas diri yang lebih baik.
● 3. Keadilan dan perdamaian: Salah satu tujuan utama jihad dalam Islam adalah memperjuangkan
keadilan dan perdamaian. Melalui jihad dalam memperbaiki masyarakat, melawan penindasan,
dan mempromosikan kebenaran, umat Muslim berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang
adil, damai, dan harmonis bagi semua.
● 4. Perlindungan diri dan kebebasan agama: Jihad dalam konteks pertahanan diri melibatkan
perjuangan untuk melindungi.
● 4. Perlindungan diri dan kebebasan agama: Jihad dalam konteks pertahanan diri melibatkan
perjuangan untuk melindungi diri dan hak-hak individu atau kelompok Muslim dari ancaman dan
penindasan. Dalam situasi ini, jihad memainkan peran penting dalam menjaga kebebasan
beragama, melindungi diri dari kekerasan atau agresi yang tidak adil.
● 5. Penegakan kebenaran dan penyebaran ajaran Islam: Jihad dengan pengetahuan dan perkataan
melibatkan perjuangan dalam mencari pengetahuan dan menyebarkan ajaran Islam yang benar.
Ini memberikan manfaat dalam memperluas pemahaman Islam, memperbaiki pemahaman umat
Muslim, dan menyebarkan pesan damai dan kebenaran agama.
● Penting untuk dicatat bahwa manfaat jihad dalam konteks Alquran dan hadis berfokus pada
perjuangan yang benar, adil, dan sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. Pemahaman dan
pelaksanaan yang benar dari konsep jihad penting untuk menghindari penyalahgunaan dan

memastikan bahwa tujuan jihad yang sesungguhnya tercapai .


Kesalahan Penafsiran Jihad
● Berikut ini adalah beberapa contoh kesalahan penafsiran yang terkait dengan jihad dalam sejarah
Islam:
● 1. Jihad sebagai perang agresif: Salah satu kesalahan penafsiran yang sering terjadi adalah
memahami jihad sebagai perang agresif atau penyebaran agama dengan cara kekerasan. Hal ini
bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keadilan, kebebasan beragama,
dan penyebaran ajaran dengan cara yang damai dan menghormati hak asasi manusia.
● 2. Jihad sebagai tindakan terorisme: Penafsiran yang salah juga mengaitkan jihad dengan tindakan
terorisme. Terorisme adalah pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip Islam yang melarang
pembunuhan yang tidak adil, kerusakan infrastruktur, dan penyerangan terhadap warga sipil. Jihad
yang benar tidak pernah mencakup tindakan terorisme atau menyebabkan kerugian kepada orang
yang tidak bersalah.
● 3. Jihad sebagai perjuangan melawan non-Muslim secara keseluruhan: Salah satu kesalahan
penafsiran adalah memahami jihad sebagai perjuangan melawan seluruh non-Muslim. Dalam
Islam, jihad dalam konteks pertahanan diri hanya diperbolehkan dalam situasi penindasan atau
serangan terhadap umat Muslim. Islam menganjurkan toleransi, dialog, dan kerjasama
antaragama dengan tujuan membangun kedamaian dan keadilan.
● 4. Jihad sebagai justifikasi untuk kekerasan pribadi: Beberapa penafsiran yang salah menganggap
jihad sebagai pembenaran untuk melakukan kekerasan pribadi atau serangan pribadi terhadap
orang yang dianggap sebagai musuh Islam. Jihad yang benar harus dilakukan dalam kerangka
hukum yang ditentukan dan dengan otoritas yang relevan, seperti ketika ada serangan terhadap
umat Muslim atau untuk mempertahankan diri.
● 5. Jihad sebagai perjuangan semata untuk kepentingan politik atau kekuasaan: Terkadang,
kesalahan penafsiran mengubah jihad menjadi perjuangan semata untuk kepentingan politik atau
kekuasaan. Jihad sejati haruslah dilakukan dengan tujuan menghormati dan melaksanakan ajaran
Islam yang mencakup keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.
● Penting untuk memahami bahwa jihad dalam Islam memiliki batasan-batasan yang jelas dan harus
dilakukan dengan mematuhi prinsip-prinsip Islam yang meliputi kedamaian, keadilan, dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Kesalahan penafsiran tentang jihad seringkali
disebabkan oleh pemahaman yang terdistorsi atau manipulasi tujuan sebenarnya dari ajaran
Islam.
● Berikut ini adalah beberapa contoh kesalahan penafsiran yang terkait dengan jihad dalam Alquran
dan hadis:
● 1. Penafsiran literal yang terdistorsi: Salah satu kesalahan penafsiran adalah mengambil ayat-ayat
Alquran atau hadis secara literal tanpa mempertimbangkan konteks, tujuan, atau pembatasan
yang ada. Hal ini dapat mengarah pada pemahaman yang tidak akurat dan penafsiran yang salah
tentang jihad.
● 2. Mengabaikan konteks sejarah dan situasional: Kesalahan penafsiran terjadi ketika seseorang
mengabaikan konteks sejarah dan situasional di mana ayat-ayat Alquran atau hadis tentang jihad
diungkapkan. Setiap ayat atau hadis harus dipahami dalam konteks waktu, tempat, dan peristiwa
tertentu untuk mendapatkan pemahaman yang akurat.
● 3. Mengabaikan prinsip-prinsip keselarasan Alquran: Alquran harus dipahami secara keseluruhan
dan konsisten dengan prinsip-prinsip keselarasan di dalamnya. Kesalahan terjadi ketika seseorang
memilih ayat-ayat yang terpilih dan mengabaikan ayat-ayat lain yang membahas tentang toleransi,
perdamaian, dan keadilan.
● 4. Menggunakan teks tanpa pemahaman yang mendalam: Salah satu kesalahan penafsiran adalah
menggunakan teks Alquran dan hadis tanpa pemahaman yang mendalam tentang bahasa Arab,
tafsir Alquran, dan ilmu-ilmu terkait. Hal ini dapat mengarah pada penafsiran yang dangkal atau
salah tentang jihad.
● 5. Memisinterpretasikan kata-kata atau frasa tertentu: Terkadang, kesalahan penafsiran terjadi
ketika kata-kata atau frasa tertentu dalam ayat-ayat Alquran atau hadis yang berkaitan dengan
jihad diinterpretasikan secara keliru atau diambil dari konteksnya. Ini dapat menghasilkan
penafsiran yang menyimpang dari maksud yang sebenarnya.
● Penting untuk menghindari kesalahan penafsiran dengan mengadopsi pendekatan yang ilmiah,
menggunakan sumber-sumber yang tepercaya, dan berkonsultasi dengan ulama atau ahli Islam
yang kompeten dalam bidang ini. Memahami konteks, merujuk pada tafsir Alquran yang diakui,
dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ajaran Islam dapat membantu menghindari
kesalahan penafsiran yang berpotensi merugikan.
TERIMKASIH
Atas Perhatianyaa!!!

Anda mungkin juga menyukai