Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

Al-Islam Kemuhammdiyahan
Jihad dalam Islam
Dosen pengampu : Rahmad Hakim, S.H.I., MMA

Di Susun Oleh:

1. Nurna Hidayati (201410060311)


2. Farida Nur Azizah (201410060311137)
3. Kriselda Amelia Galvani (201410060311139)

Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang

2017
Jihad dalam Islam
A. Pengertian

Kata jihad berasal dari kata jahada atau jahdun ( ) yang berarti usaha
atau juhdun ( ) yang berarti kekuatan. Secara bahasa, asal makna jihad
adalah mengeluarkan segala kesungguhan, kekuatan, dan kesanggupan pada
jalan yang diyakini (diiktikadkan) bahwa jalan itulah yang benar.
Jihad (bahasa Arab: )menurut syariat Islam adalah berjuang dengan
sungguh-sungguh. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama
manusia yaitu menegakkan Din (atau bisa diartikan sebagai agama) Allah atau
menjaga Din tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan
para Rasul dan Al-Quran.
Pengertian jihad secara istilah sangat luas, mulai dari mencari nafkah
hingga berperang melawan kaum kuffar yang memerangi Islam dan kaum
Muslim.

B. Urgensi dalam Jihad

Jihad dikatakan fardhu kifayah apabila sebagian telah melakukannya dan


sebagian lain telah mengetahuinya dan hal ini terus berkelanjutan dalam
menegakkan jihad tersebut dan apabila tidak ada seorangpun yang
melakukannya maka berdosalah seluruh orang yang ada didaerah tersebut.
Sementara jihad dikatakan fardhu ain apabila tidak ada lagi yang
melakukannya kecuali hanya dirinya sendiri maka posisinya pada saat itu
menjadi fardhu ain dan juga apabila karena sebab-sebab berikut ini:
1. Ketika ia berada di medan perang maka wajib baginya untuk menghalau
musuh, karena lari dari medan peperangan merupakan salah satu dosa
besar.
2. Apabila suatu wilayah diserang oleh musuh islam maka wajib bagi
seluruh yang ada di wilayah itu berjihad baik laki-laki ataupun perempuan,
hamba ataupun orang yang merdeka maka posisi seperti ini adalah fardhu
ain, karena tidak dibolehkan bagi seorang muslim untuk menyerah kepada
musuhnya selama ia masih mampu untuk mengadakan perlawanan
terhadap mereka.
3. Apabila seorang Imam/Pemimpin Agama telah mewajibkan bagi suatu
kaum untuk berperang maka jihad tersebut menjadi fardhu ain. Dan Allah
swt mencela keras orang-orang yang enggan untuk berjihad di jalan Allah
dikarenakan kecintaannya yang berlebihan kepada dunia.
C. Macam-macam Jihad dan Prinsip-prinsipnya

Para Fuqaha mengklasifikasikan jihad dengan empat bentuk yaitu:


1. Jihad al Nafsi ( Jihad terhadap diri sendiri melawan hawa nafsu )
Jihad terhadap diri sendiri melawan hawa nafsu meliputi empat
aspek yaitu :
a. Berjihad terhadap diri sendiri dengan mempelajari agama secara benar
dan baik karena tidak ada kebahagiaan didunia dan diakhirat tanpa
pengetahuan agama yang baik dan benar.
b. Berjihad dengan mengamalkan ilmu yang didapat dan diperoleh
sehingga terbentuklah amal saleh yang diamalkan tidak hanya tertulis
dibuku-buku saja.
c. Berjihad dengan mengajarkan dan menyampaikan apa-apa yang telah
diperoleh dan dipelajarinya.
d. Berjihad dengan selalu bersabar atas apa-apa yang menimpanya
selama ia menuntut ilmu dan mengamalkan serta mengajarkannya
kepada orang lain.
Keempat aspek tersebut tereflesikan dalam al Quran Surat al Asr yang
berbunyi :Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu berada didalam
kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh serta saling nasehat menasehati dalam berbuat kebenaran dan
saling nasehat menasehati dalam berlaku sabar (3)

2. Jihad al Syaithan ( Jihad melawan kemunkaran Syaithan )


Jihad dalam melawan kemunkaran Syaithan meliputi dua aspek yaitu:
a. Berjihad dengan menolak hal-hal yang meragukan keimanan hati
terhadap Allah swt yang tentunya harus dibarengi dengan keteguhan
iman dan selalu memperbanyak zikir terhadap Allah swt
b. Berjihad dengan berusaha meninggalkan segala hal-hal yang
cenderung untuk melawan ketentuan-ketentuan Allah swt demi untuk
memenuhi keinginan hawa nafsu.

3. Jihad terhadap penguasa/penegak kezaliman dan kemunkaran


Jihad melawan penguasa yang zalim dan munkar ada tiga kategori yaitu:
a. Berjihad dengan menggunakan tangan (baca:kekuatan) apabila tidak
menimbulkan mudharat yang melebihi maslahat yang dapat diambil
ketika melaksanakannya. Maka dalam hal ini hendaklah dilakukan
Denton segala kekuatan yang ada pada diri kita dan jihad dengan
mempergunakan kekuatan tersebut ada batasan-batasannya
sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab fiqih.
b. Berjihad dengan menggunakan lisan dan tulisan dan kategori kedua ini
tak kalah pentingnya dimana tulisan dan lisan mampu mengerahkan
beribu-ribu massa untuk menghancurkan kebatilan, kita dapat melihat
hanya dengan kalimat Allahu Akbar yang dilantunkan bertalu-talu
akhirnya mampu menghalau kaum kafir walaupun jumlah mereka
berlipat ganda.
c. Berjihad dengan kalbu/hati adalah kategori yang ketiga dimana ia
membenci dan menolak segala bentuk kezaliman dan kemunkaran.

4. Jihad melawan musuh-musuh Allah dari orang-orang kafir, munafik dan


orang-orang yang membantu mereka
Para Ulama Salaf melihat setidaknya melihat ada empat cara untuk
menghadapi mereka yaitu dengan jihad secara lisan dan tulisan, jihad
dengan kalbu/hati, jihad dengan fisik ( mengangkat senjata ) dan jihad
dengan harta yaitu menyumbangkan seluruh harta untuk kepentingan
perjuangan umat islam, bisa juga dimanifestsikan dalam bentuk boikot,
penari kan saham-saham dari perusahaan-perusahaan non muslim dan
mendirikan syarikat yang berbasiskan islam.

D. Perbedaan antara Jihad dan Terorisme


1. Perbedaan Pertama
Seorang mujahid berjihad dengan izin waliyyul amr (pemerintah),
dikarenakan jihad termasuk hak khusus pemerintah; dialah yang
mengumumkan peperangan dan dia pula yang mengumumkan perdamaian.
Dalilnya adalah bahwa para shohabat tidaklah berjihad kecuali
dengan perintah rosulullah dan sepeninggal beliau mereka tidaklah
berjihad kecuali dengan perintah para khulafa'; dikarenakan nabi bersabda:
(())

"seorang imam perisai yang rakyat berperang di belakangnya".


Yaitu tidaklah berperang kecuali setelah izin pemerintah dan
dengan perintahnya sehingga kita tidak mendahuluinya dalam
mengumumkan peperangan.
Adapun seorang teroris berperang dengan tanpa izin pemerintah
dikarenakan ia tidak menginginkan jihad yang syar'i namun ia
menginginkan kekacauan, fitnah, dan pertumpahan darah bahkan seorang
teroris pada hakikatnya engkau dapati ia mengkafirkan pemerintah kaum
muslimin dan memeranginya.
Padahal seharusnya ia berperang di bawah bendera pemerintah
namun ia malah memeranginya dan menumpahkan darah para prajuritnya
dan rakyatnya.
2. Perbedaan Kedua
Seorang mujahid meminta izin kepada kedua orang tuanya pada
jihad yang bukan fardhu 'ain; dikarenakan nabi

memerintahkan sejumlah shohabat untuk kembali kepada kedua orang tua
mereka setelah mereka mendatangi beliau dari tempat yang jauh untuk
berjihad dengan tanpa izin dari kedua orang tua mereka atau disebabkan
orang tua mereka membutuhkan mereka.
Adapun seorang teroris maka ia tidak meminta izin kepada kepada
kedua orang tuanya dikarenakan ia mengetahui bahwa teror yang akan ia
lakukan tidak akan diterima oleh seorangpun yang memiliki agama atau
akal yang selamat atau fitroh yang lurus.
Maka ia tidak suka urusannya terbongkar sehingga ia sembunyikan
hingga kepada kerabat yang paling dekat dengannya.
Dan sebagian para teroris tidak mencukupkan untuk tidak meminta
izin bahkan terkadang mereka berdusta kepada kedua orang tua mereka
sehingga mereka mengatakan: "Kami akan pergi umroh atau rekreasi dan
semisalnya kemudian mereka bersembunyi hingga diketahui setelahnya
bahwa mereka telah melakukan aksi peledakan bom bunuh diri di dalam
negeri atau mereka pergi ke tempat-tempat penuh fitnah.
Dan yang lebih mengerikan dari itu seorang teroris membunuh
kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya wal 'iyadzu billah
dikarenakan kedua orang tuanya tersebut tidak menyetujui jalan yang ia
tempuh sehingga ia membunuh keduanya dikarenakan kedua orang tuanya
tersebut telah kafir, murtad, memerangi Allah dan rosulNya dan membenci
jihad serta membenci kaum mujahidin menurut pandangannya yang jelek.
Padahal Allah memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang
tua dan melarang kita mengucapkan kepada keduanya kalimat "uff"
walaupun keduanya kafir bahkan walaupun kedua orang tuanya tersebut
mencurahkan segenap usahanya dan kemampuannya untuk membuat
anaknya murtad dari islam.
3. Perbedaan Ketiga
Seorang mujahid memerangi orang-orang kafir dan kaum
musyrikin berdasarkan firman Allah Ta'ala :

(())

dan firman Allah Ta'ala :

(())

"Perangilah kaum musyrikin secara keseluruhan".


Adapun seorang teroris maka ia memerangi kaum muslimin
sebagaimana yang disabdakan oleh nabi
:

(())

"Mereka membunuh kaum muslimin dan meninggalkan para penyembah


berhala".

Oleh karena inilah kita dapati mereka memerangi para aparat


keamanan dan melakukan peledakan terhadap masjid-masjid serta
membunuh orang yang bertauhid dan orang-orang yang sholat padahal
nabi
bersabda :

(())

"Aku dilarang dari membunuh orang-orang yang sholat".


Na'am terkadang didapati pada mereka kejahatan-kejahatan di
negeri-negeri kuffar namun jumlahnya sedikit dibandingkan kejahatan-
kejahatan mereka terhadap kaum muslimin.
4. Perbedaan Keempat
Seorang mujahid menjaga keamanan negerinya yang muslim
sehingga ia melakukan ribath di perbatasan-perbatasan wilayah dan
menjaga keamanan manusia di pasar-pasar dan tempat-tempat
perkumpulan mereka dan tempat lainnya.
Dan diharapkan ia termasuk orang-orang yang memiliki mata yang
tidak akan disentuh oleh api neraka dikarenakan mata-mata mereka
bermalam menjaga kaum muslimin dan begadang malam untuk keamanan
dan ketenangan kaum muslimin.
Adapun seorang teroris maka ia merusak keamanan negeri muslim
dan menyebarkan rasa takut hingga di tempat ketenangan yaitu masjid-
masjid tidak selamat dari kejahatan-kejahatan mereka.
Oleh karena inilah sekarang kita melihat mobil-mobil keamanan
berada di sisi pintu-pintu masjid pada hari jumat dikarenakan semangat
kaum khowarij untuk merusak keamanan dan menakut-nakuti kaum
muslimin.
5. Perbedaan Kelima
Seorang mujahid mengambil fatwa dan hukum-hukum seputar
jihad dari sumber-sumber yang terpercaya yang dikenal dengan ilmu yang
kokoh dalam ilmu kitab, sunnah, aqidah, fiqh dan ilmu hadits.
Dia mengambil fatwa dari semisal syaikh Abdul Aziz Alusy syaikh
(mufti 'am Kerajaan Saudi Arabia), syaikh Sholih Al Fauzan dan dari
Lajnatud Daimah LiIfta' serta dari Haiah Kibarul Ulama'.
Allah Ta'ala berfirman:

(())

"Dan bertanyalah kalian kepada orang yang berilmu jka kalian tidak
mengetahui".
Dan tatkala jihad bisa menyebabkan terjadinya pertumpahan darah
maka jihad bukanlah perkara yang mudah sehingga seorang muslim harus
berhati-hati di dalam perkara jihad tersebut.
Kaum khowarij dengan sebab mereka membunuh kaum muslimin
dengan tanpa hak maka mereka masuk neraka dan Allah merubah bentuk
tubuh mereka menjadi bentuk anjing wal 'iyadzu billah.
Adapun seorang teroris dengan sebab ia pada hakikatnya tidak
peduli dengan syariat, dan tidak peduli dengan halal dan harom maka ia
tidak peduli dari siapa ia mengambil fatwa.
Yang terpenting baginya fatwa tersebut mencocoki alirannya.
Oleh karena inilah kita melihat mereka meminta fatwa dari para
pemuda semisal mereka dan meminta fatwa dari orang-orang jahil semisal
mereka atau lebih jelek dari mereka serta mereka mengambil fatwa dari
orang-orang yang tidak dikenal.
Dan merupakan sesuatu yang aneh bahwa orang ini yang tidak mau
meminta fatwa dari para ulama namun malah meminta fatwa dari orang-
orang jahil yang semisal dia; seandainya gigi gerahamnya sakit parah
maka ia tidak akan pergi berobat ke tukang logam atau ahli mesin namun
ia akan pergi ke dokter gigi dikarenakan ia spesialis dalam bidang tersebut.
Maka perhatikanlah bagaimana bisa giginya atau kesehatan
badannya lebih penting baginya daripada agamanya wal 'iyadzu billah.

E. Jihad dalam Pandangan Orientalis

Jihad ialah perjuangan menegakkan kalimat Allah untuk memperoleh


ridha-Nya. Jihad lebih luas cakupannya dari aktivitas perang. Ia meliputi
perang dang membelanjakan harta segala upaya dalam rangka mendukung
agama Allah, berjuang dalam mengendalikan nafsu dan menghadapi syaitan
serta berusaha secara maksimal melaksanakan amar maruf dan memberantas
kemungkaran dan kezaliman.
Pada dasarnya perang dilarang dalam islam, sebab akan menimbulkan
kehancuran harta benda dan korban jiwa. Karena itu apabila dapat dicarikan
solusinya tanpa perang seperti perjanjian damai antar orang Islam dan non
muslim, maka perdamaian itulah yang harus di tempuh. Sebagaimanan Nabi
Saw mengadakan perjanjian Hudaibiyah ewaktu beliau dan rombongan pergi
haji ke Makkah lalu dihadang orang-orang kafir.
Pandangan barat/orientalis yang mengatakan jihad fi sabilillah adalah
perang suci (holywar) untuk menyebarluaskan agama Islam, sama sekali tidak
benar. Karena istilah perang suci sebenarnya tidak dikenal dalam khazanah
Islam klasik. Ia berasal dari sejarah Eropa sebagai perang karena alasan-alasan
keagamaan. Tujuan pandangan Barat seperti itu adalah untuk member corak
kepada islam sebgai agama yang meyakini cara-cara kekerasan dan bergerak
dalam kehidupan dengan menggunakan landasan kekejaman
Daftar Pustaka

Agus Salim Nst. Jihad dalam Prespektif Hukum Islam.

http://www.risalahislam.com/2014/08/pengertian-jihad-yang-sebenarnya.html

http://aqfa.blogspot.co.id/2010/02/urgensi-jihad-dalam-islam.html

https://almanaar.wordpress.com/2008/12/17/pengertian-jihad/

https://www.kiblat.net/2015/04/08/prinsip-prinsip-baku-dalam-syariat-jihad/

Anda mungkin juga menyukai