1
Muhammad Ibn Makram Ibn Manzur, Lisan al-‘Arabi (Beirut: Da.r al-Fikr, 1994), vol III, 133.
2
M. Fuad Abd al-BaBaqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim (Beirut: Dar Ihya
al-Turath al-‘Arabi, t.th.), 183.
3
Ibn Khaldun (1332-1406 M)
4
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirut: Dar al-Fikr, ), jilid III, 22.
b. Ibn Qayyim al Jauziyah
Ibn Qayyim membagi perjuangan melawan musuh nyata itu
menjadi dua bagian, yaitu perjuangan melawan orang-orang kafir, dan
perjuangan melawan orang-orang munafik. Lebih jauh lagi, Ibn Qayyim
membagi peperangan melawan musuh Islam kedalam tigaperiode, yaitu:
1) Perang diizinkan secara terbatas. Dalam hal ini, umat Islam diizinkan
berperang. Izin perang ini turun setelah mereka hijrah dari Mekah ke
Madinah, untuk menyelamatkan nyawa mereka dari penindasan kaum
musyrikin yang ada di Mekah
2) Perang diwajibkan secara terbatas, pada saat ini kaum muslimin
diwajibkan memerangi kaum Musyrikin yang memerangi mereka dan
tidak memerangi Musyrikin yang tidak memerangi mereka.
3) Perang diwajibkan secara mutlak. Dalam hal ini, umat Islam
diwajibkan memerangi kaum musyrikin secara keseluruhan, baik
orang-orang yang memerangi mereka, maupun tidak.
c. Abdullah Bin Muhammad Mutlaq
seorang ulama dan anggota badan fatwa di kerajaan Saudi Arabia
berpendapat bahwa walaupun jihad secara terminologis diartikan
sebagai upaya sungguh-sungguh dalam memerangi orang kafir secara
khusus, akan tetapi jihad dapat dilakukan dengan jiwa, kata-kata,
maupun harta. Lebih jauh menurutnya
jihad (berperang) hanya diwajibkan atas kaum muslimin dalam
dua kondisi: pertama ketika diperintahkan oleh pemimpin, sebab
kepatuhan kepada pemimpin adalah wajib sebagaimana firman Allah
dalam Qs. Al-Taubah 38 – 39:
ُوا فِي َسبِيل ٱهَّلل ِ ٱثَّاقَ ۡلتُمۡ ِإلَى ْ يل لَ ُك ُم ٱنفِر َ ِوا َما لَ ُكمۡ ِإ َذا ق َ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ
ْ ُين َءا َمن
ضيتُم بِ ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا ِم َن ٱأۡل ٓ ِخ َر ۚ ِة فَ َما َم ٰتَ ُع ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا فِي ِ ض َأ َر
ِ ۚ ٱَأۡل ۡر
ْ ِإاَّل تَنفِر٣٨ ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة ِإاَّل قَلِي ٌل
ُۡوا يُ َع ِّذ ۡب ُكمۡ َع َذابًا َألِ ٗيما َويَ ۡستَ ۡب ِد ۡل قَ ۡو ًما َغ ۡي َر ُكم
٣٩ َواَل تَضُرُّ وهُ َش ٗۡٔي ۗا َوٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ۡي ٖء قَ ِدي ٌر
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila
dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan
Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan
dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah
menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu)
dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi
kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu
Sedangkan kondisi yang kedua adalah ketika Negara kaum
muslimin diserang musuh, karena menurut Ibn Taimiyah, berperang
demi menjaga danmembela kehormatan dan Agama adalah jenis
perang yang paling penting.5 Pendapat Abdullah bin Muhammad al-
Mutlaq di atas, sesuai dengan pendapat Muhammad Quraish Shihab
ketika menafsirkan Qs. al-Baqarah ayat 190:
ۚ
َ ين يُ ٰقَتِلُونَ ُكمۡ َواَل تَ ۡعتَ ُد ٓو ْا ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ ِحبُّ ۡٱل ُم ۡعتَ ِد
ين َ يل ٱهَّلل ِ ٱلَّ ِذ ْ َُو ٰقَتِل
ِ ِوا فِي َسب
١٩٠
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas
d. Sayyid Qutb
Menurut mufasir revolusioner seperti Sayyid Qutb, jihad adalah
kelanjutan dari politik Tuhan. Jihad adalah perjuangan politik revolusioner
yang dirancang untuk melucuti musuh-musuh Islam, sehingga
memungkinkan kaum muslimin menerapkan ketentuan-ketentuan syari’ah
yang selama ini diabaikan dan dihilangkan baik oleh pihak barat, maupun
oleh rezim-rezim yang pro terhadap kekuatan barat di dunia muslim
5
Abdullah bin Muhammad al-Mutlaq, Fiqh Sunah Kontemporer, terj: Ahmad Fadhil(Jakarta:
Sahara, 2006), 968-982
sendiri.6 Sedangkan tujuan utama jihad menurutnya adalah menegakan
hegemoni Islam dengan cara membebaskan individu-individu dari
dominasi politik non muslim. Di dalam bukunya Ma’alim fi al-Tariq, Qutb
lebih menekankan jihad dalam pengertian politis, menurutnya jihad adalah
perjuangan revolusioner yang dirancang untuk mengalahkan musuh-
musuh Islam, sehingga kaum Muslimin memiliki kesempagtan untuk
menerapkan hokum Islam (syari’ah) yang selama ini diabaikan dan
dihalang-halangi oleh kekuatan Barat dan rezim-rezim boneka yang
terdapat di dunia Muslim sendiri. Menurut Qutb, jihad mempunyai tujuan
untuk membebaskan setiap individu dari dominasi politik Barat dan
kekuatan-kekuatan non Muslim lainnya. Oleh karena itu, Qutb menolak
pengertian jihad hanya sebatas sebagai perang defensif saja.
Sebagai aplikasi dari konsepnya ini, Qutb menolak pandangan
modernis tentang jihad, yang cenderung membatasainya dalam arti
“perang defensif” atau dilaksanakan hanya di wilayah-wilayah Muslim.
Jihad menurut Qutb adalah perjuangan yang bersifat ofensif (menyerang).
Menurutnya, orang yang mendefinisikan jihad hanya dibatasi pada
pertahanan diri saja adalah orang-orang yang mental spritualnya lemah,
yaitu orang-orang yang tidak punya kekuatan dan menyerah di bawah
tekanan yang ada. Menurutnya, jihad adalah sebuah gerakan yang aktif,
yang bertujuan untuk membebaskan manusia di permukaan bumi ini.7
e. Tabataba’i
jihad memiliki dua kandungan makna, yaitu jihad yang bermakna
qital (perang), dan jihad yang bermakna kesungguhan dan kerja keras.
Jihad dalam arti qital menurutnya diterapkan untuk memlihara nilai-nilai
Islam agar tidak tercemar dari kemusyrikan dan untuk menegakkan hukum
Tuhan di bumi. Peperangan di dalam Islam menurutnya tidaklah identik
dengan kekerasan, penganiayaan, dan kezaliman, sebab hal-hal demikian
bertentangan dengan pesan-pesan moral yang ada di dalam kitab suci.
Peperangan di dalam Islam adalah panggilan Tuhan berupa tugas suci
6
Sayyid Qutb, Ma‘alim fi al-Tariq (Beirut: Dar- al-Fikr, 1981), 71-75.
7
Abdul Aziz Sidqi “Jihad Menurut Sayyid Qutb” (Disertasi: Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), 96-98.
mewujudkan kebenaran. Akan tetapi, menurutnya Al Qur’an
memerintahkan kaum muslimin untuk sedapatnya menghindari
peperangan dan bersikap sabar terhadap segala macam penderitaan yang
mereka hadapi dalam menjalani hidup dan beribadah kepada Allah. Hal ini
sesuai dengan Qs. al- muzammil : ayat 10
8
24 Lukman Hakim, Op. Cit., 16
9
26 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 109
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama
mazhab tentang al-baghyu, yang redaksinya berbeda-beda.
a. Pendapat Malikiyah
b. Pendapat Hanafiyah
هو خروج مجاعة ذات شوكة ورئيس مطاع عن طاعة اإلمام بتأويل فاسد...فالبغي
من اتا كم وأمركم على رجل واحد يريد أن يشق عصاكم ويفرق مجاعتكم
فاقتلوه
Dalam al-Qur’an dan al-Sunnah telah kita dapati dan kita ketahui
bahwasanya musuh sebenar-benarnya orang yang beriman dan umat Islam secara
umum terfokus pada lima hal yaitu: nafsu syahwat, godaan syaithan, orang-orang
kafir, orang-orang munafik, orang-orang fasik dan dzalim, mereka saling berpadu
untuk memusuhi hamba Allah swt. dan menghalang-halangi jalannya dakwah
Islam tersebar ke semua alam.10 Maka kita wajib untuk memerangi dan melawan
musuh-musuh tersebut dengan berjihad.
Jika kembali kepada ayat-ayat jihad, maka dapat diklasifikasi betuk jihad
secara umum dalam al-Qur’an ada dua11, yaitu:
Ibn Qayyim al-Jauziyah. Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad, juz3, h. 11 .1212
makna yang nuansal. Di satu sisi, zalim dimaksud adalah
menzalimi diri sendiri. Misalnya dalam QS. Al-Baqarah: 57
ْ ُٱلس¶¶ ۡل َو ٰۖى ُكل
ِ َ¶¶وا ِمن طَيِّ ٰب
ت َم¶¶ا َّ َوظَلَّ ۡلنَ¶¶ا َعلَ ۡي ُك ُم ۡٱل َغ َم¶¶ا َم َوَأن َز ۡلنَ¶¶ا َعلَ ۡي ُك ُم ۡٱل َم َّن َو
٥٧ ون َ َر َز ۡق ٰنَ ُكمۡۚ َو َما ظَلَ ُمونَا َو ٰلَ ِكن َكانُ ٓو ْا َأنفُ َسهُمۡ يَ ۡظلِ ُم
Selain orang zalim, pendusta juga diperintahkan untuk
dijihadi. pendusta dimaksud adalah orang yang mendustakan para
utusan Allah.13 Orang zalim dan pendusta disebutkan secara
bersamaan yang disertai oleh kata jihad disebutkan dalam QS. Al-
Ankabut : 68-69
Ibid, h. 40 .13 13
Dalam al-Qur,an, setan disebutkan sebagai musuh yang nyata bagi manusia sebanyak dua belas .14 14
.kali. Lihat Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an, h. 571
ِّين ِم ۡن
ِ ٱجتَبَ ٰى ُكمۡ َو َم¶¶ا َج َع¶ َل َعلَ ۡي ُكمۡ فِي ٱل¶د
ۡ ق ِجهَ¶¶ا ِدۦۚ ِه هُ¶ َو َّ ¶وا فِي ٱهَّلل ِ َح ْ َو ٰ َجهِ ُد
¶ون َ ¶و َس¶ َّم ٰى ُك ُم ۡٱل ُم ۡس¶لِ ِم
َ ¶ين ِمن قَ ۡب¶ ُل َوفِي ٰهَ¶ َذا لِيَ ُك َ ¶َُح¶ َر ۚ ٖج ِّملَّةَ َأبِي ُكمۡ ِإ ۡب¶ ٰ َر ِهي ۚ َم ه
ْ ¶ُٱلص ¶لَ ٰوةَ َو َءات
¶وا َّ واْ اس فََأقِي ُم ِ ۚ َّوا ُشهَ َدٓا َء َعلَى ٱلن ْ ُٱل َّرسُو ُل َش ِهيدًا َعلَ ۡي ُكمۡ َوتَ ُكون
٧٨ صي ُر ِ َّوا بِٱهَّلل ِ هُ َو َم ۡولَ ٰى ُكمۡۖ فَنِ ۡع َم ۡٱل َم ۡولَ ٰى َونِ ۡع َم ٱلن
ْ ص ُم
ِ َٱعتۡ ٱل َّز َك ٰوةَ َو
Ada dua tingkatan jihad melawan syetan. Pertama, berjihad
melawan syetan dengan membuang segala kebimbangan dan keraguan
dalam keimanan seseorang hamba yang diberikan olehnya, jihad ini dapat
dilakukan dengan persiapan keyakinan. Kedua, berjihad melawan syetan
dengan menangkis keinginan berbuat kerusakan dan memenuhi syahwat
yang diberikan olehnya, jihad dengan persiapan kesabaran.
Kemudian al-Qur’an juga menerangkan bahwa nafsu manusia
kadang mendorongnya untuk melakukan pelanggaran hingga berakhir
dengan dosa besar, salah satunya dorongan nafsu untuk membunuh jiwa
tanpa alasan yang benar. Bahkan, perbuatan kriminal pembunuhan
pertama dalam sejarah manusia terjadi karena bujukan nafsu manusia yang
menyuruh kepada kejahatan. Itulah nafsu putra pertama Adam as. yang
membunuh saudaranya tanpa dosa apa-apa, dalam QS al-Maidah: 28
.Ibn Qayyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad, juz 3, h. 10 .1515