Anda di halaman 1dari 12

A.

Jihad dalam prespektif Islam


1. Pengertian Jihad

Dalam kamus Lisan al-‘Araabi disebutkan kata jihad berasal dari


kata aljuhd atau al-jahd artinya al-masyaqqah (kesulitan), sedangkan al-
juhd artinya altoqah (kemampuan, kekuatan). Menurut al-Lais, al-juhd dan
al-jahd satu arti, yaitu segala sesuatu yang diusahakan seseorang dari
penderitaan dan kesulitan (ma jahada al-insan min maradin au amrin
syaqqin). Ibnu Katsir dan al-Farra’ menyebutkan makna lain dari kata ini
adalah al-ghayah (tujuan), dan al-jidd (kesungguh-sungguhan). Sedangkan
al-Sha’bi berpendapat al-juhd digunakan dalam kemampuan dan kekayaan
al-ghanyah sedangkan al-jahd digunakan dalam pekerjaan al-‘amal.
Menurut Ibn ‘Arafah, al-jahd dimaknai dengan badhlu alwus‘i
(mengerahkan kemampuan), sedangkan al-jahd dimaknai al-mubalaghah
wa al-ghayah (berlebihan dan tujuan).1 Didalam Al-Qur’an telah
disebutkan kata jihad sebanyak 41 kali. 8 kali dalam ayat Makiyyah dan
33 kali dalam ayat Madaniyah.2
2. Jihad Dalam Pandangan Para Mufasir
a. Sayyid Sabiq
Banyaknya kata Jihad dalam Al- Qur’an hal ini terjadi karena
peperangan yang diizinkan Islam dalam syarat – syarat atau ketentuan
tertenut, dan ajaran Islam tidak menganjurkan untuk berperang. 3 Sayyid
Sabiq menyimpulkan bahwa setidaknya terdapat dua kondisi izin
berperang. Pertama, untuk membela jiwa, harga diri, harta, dan negara.
Kedua, membela dakwah Islam, seperti adanya intimidasi terhadap orang
yang ingin masuk Islam, perlindungan terhadap da’i (penyebar Agama).4

1
Muhammad Ibn Makram Ibn Manzur, Lisan al-‘Arabi (Beirut: Da.r al-Fikr, 1994), vol III, 133.
2
M. Fuad Abd al-BaBaqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim (Beirut: Dar Ihya
al-Turath al-‘Arabi, t.th.), 183.
3
Ibn Khaldun (1332-1406 M)
4
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirut: Dar al-Fikr, ), jilid III, 22.
b. Ibn Qayyim al Jauziyah
Ibn Qayyim membagi perjuangan melawan musuh nyata itu
menjadi dua bagian, yaitu perjuangan melawan orang-orang kafir, dan
perjuangan melawan orang-orang munafik. Lebih jauh lagi, Ibn Qayyim
membagi peperangan melawan musuh Islam kedalam tigaperiode, yaitu:
1) Perang diizinkan secara terbatas. Dalam hal ini, umat Islam diizinkan
berperang. Izin perang ini turun setelah mereka hijrah dari Mekah ke
Madinah, untuk menyelamatkan nyawa mereka dari penindasan kaum
musyrikin yang ada di Mekah
2) Perang diwajibkan secara terbatas, pada saat ini kaum muslimin
diwajibkan memerangi kaum Musyrikin yang memerangi mereka dan
tidak memerangi Musyrikin yang tidak memerangi mereka.
3) Perang diwajibkan secara mutlak. Dalam hal ini, umat Islam
diwajibkan memerangi kaum musyrikin secara keseluruhan, baik
orang-orang yang memerangi mereka, maupun tidak.
c. Abdullah Bin Muhammad Mutlaq
seorang ulama dan anggota badan fatwa di kerajaan Saudi Arabia
berpendapat bahwa walaupun jihad secara terminologis diartikan
sebagai upaya sungguh-sungguh dalam memerangi orang kafir secara
khusus, akan tetapi jihad dapat dilakukan dengan jiwa, kata-kata,
maupun harta. Lebih jauh menurutnya
jihad (berperang) hanya diwajibkan atas kaum muslimin dalam
dua kondisi: pertama ketika diperintahkan oleh pemimpin, sebab
kepatuhan kepada pemimpin adalah wajib sebagaimana firman Allah
dalam Qs. Al-Taubah 38 – 39:

‫ُوا فِي َسبِيل ٱهَّلل ِ ٱثَّاقَ ۡلتُمۡ ِإلَى‬ ْ ‫يل لَ ُك ُم ٱنفِر‬ َ ِ‫وا َما لَ ُكمۡ ِإ َذا ق‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬
‫ضيتُم بِ ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا ِم َن ٱأۡل ٓ ِخ َر ۚ ِة فَ َما َم ٰتَ ُع ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا فِي‬ ِ ‫ض َأ َر‬
ِ ۚ ‫ٱَأۡل ۡر‬
ْ ‫ ِإاَّل تَنفِر‬٣٨ ‫ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة ِإاَّل قَلِي ٌل‬
ۡ‫ُوا يُ َع ِّذ ۡب ُكمۡ َع َذابًا َألِ ٗيما َويَ ۡستَ ۡب ِد ۡل قَ ۡو ًما َغ ۡي َر ُكم‬
٣٩ ‫َواَل تَضُرُّ وهُ َش ٗۡ‍ٔي ۗا َوٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ۡي ٖء قَ ِدي ٌر‬
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila
dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan
Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan
dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah
menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu)
dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi
kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu
Sedangkan kondisi yang kedua adalah ketika Negara kaum
muslimin diserang musuh, karena menurut Ibn Taimiyah, berperang
demi menjaga danmembela kehormatan dan Agama adalah jenis
perang yang paling penting.5 Pendapat Abdullah bin Muhammad al-
Mutlaq di atas, sesuai dengan pendapat Muhammad Quraish Shihab
ketika menafsirkan Qs. al-Baqarah ayat 190:
ۚ
َ ‫ين يُ ٰقَتِلُونَ ُكمۡ َواَل تَ ۡعتَ ُد ٓو ْا ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ ِحبُّ ۡٱل ُم ۡعتَ ِد‬
‫ين‬ َ ‫يل ٱهَّلل ِ ٱلَّ ِذ‬ ْ ُ‫َو ٰقَتِل‬
ِ ِ‫وا فِي َسب‬
١٩٠
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas
d. Sayyid Qutb
Menurut mufasir revolusioner seperti Sayyid Qutb, jihad adalah
kelanjutan dari politik Tuhan. Jihad adalah perjuangan politik revolusioner
yang dirancang untuk melucuti musuh-musuh Islam, sehingga
memungkinkan kaum muslimin menerapkan ketentuan-ketentuan syari’ah
yang selama ini diabaikan dan dihilangkan baik oleh pihak barat, maupun
oleh rezim-rezim yang pro terhadap kekuatan barat di dunia muslim

5
Abdullah bin Muhammad al-Mutlaq, Fiqh Sunah Kontemporer, terj: Ahmad Fadhil(Jakarta:
Sahara, 2006), 968-982
sendiri.6 Sedangkan tujuan utama jihad menurutnya adalah menegakan
hegemoni Islam dengan cara membebaskan individu-individu dari
dominasi politik non muslim. Di dalam bukunya Ma’alim fi al-Tariq, Qutb
lebih menekankan jihad dalam pengertian politis, menurutnya jihad adalah
perjuangan revolusioner yang dirancang untuk mengalahkan musuh-
musuh Islam, sehingga kaum Muslimin memiliki kesempagtan untuk
menerapkan hokum Islam (syari’ah) yang selama ini diabaikan dan
dihalang-halangi oleh kekuatan Barat dan rezim-rezim boneka yang
terdapat di dunia Muslim sendiri. Menurut Qutb, jihad mempunyai tujuan
untuk membebaskan setiap individu dari dominasi politik Barat dan
kekuatan-kekuatan non Muslim lainnya. Oleh karena itu, Qutb menolak
pengertian jihad hanya sebatas sebagai perang defensif saja.
Sebagai aplikasi dari konsepnya ini, Qutb menolak pandangan
modernis tentang jihad, yang cenderung membatasainya dalam arti
“perang defensif” atau dilaksanakan hanya di wilayah-wilayah Muslim.
Jihad menurut Qutb adalah perjuangan yang bersifat ofensif (menyerang).
Menurutnya, orang yang mendefinisikan jihad hanya dibatasi pada
pertahanan diri saja adalah orang-orang yang mental spritualnya lemah,
yaitu orang-orang yang tidak punya kekuatan dan menyerah di bawah
tekanan yang ada. Menurutnya, jihad adalah sebuah gerakan yang aktif,
yang bertujuan untuk membebaskan manusia di permukaan bumi ini.7
e. Tabataba’i
jihad memiliki dua kandungan makna, yaitu jihad yang bermakna
qital (perang), dan jihad yang bermakna kesungguhan dan kerja keras.
Jihad dalam arti qital menurutnya diterapkan untuk memlihara nilai-nilai
Islam agar tidak tercemar dari kemusyrikan dan untuk menegakkan hukum
Tuhan di bumi. Peperangan di dalam Islam menurutnya tidaklah identik
dengan kekerasan, penganiayaan, dan kezaliman, sebab hal-hal demikian
bertentangan dengan pesan-pesan moral yang ada di dalam kitab suci.
Peperangan di dalam Islam adalah panggilan Tuhan berupa tugas suci

6
Sayyid Qutb, Ma‘alim fi al-Tariq (Beirut: Dar- al-Fikr, 1981), 71-75.
7
Abdul Aziz Sidqi “Jihad Menurut Sayyid Qutb” (Disertasi: Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), 96-98.
mewujudkan kebenaran. Akan tetapi, menurutnya Al Qur’an
memerintahkan kaum muslimin untuk sedapatnya menghindari
peperangan dan bersikap sabar terhadap segala macam penderitaan yang
mereka hadapi dalam menjalani hidup dan beribadah kepada Allah. Hal ini
sesuai dengan Qs. al- muzammil : ayat 10

١٠ ‫ٱهج ُۡرهُمۡ هَ ۡج ٗرا َج ِمياٗل‬ َ ُ‫ٱصبِ ۡر َعلَ ٰى َما يَقُول‬


ۡ ‫ون َو‬ ۡ ‫َو‬
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah
mereka dengan cara yang baik
B. Teroris Dalam Prespektif Islam

Teroris merupakan istilah asing yang tidak ditemukan dalam


literatur Islam, dari kalangan ulama terdahulupun tidak ditemukan istilah
apalagi definisi tentang teroris, istilah teroris ini mulai digunakan pada
akhir abad ke-18. Walaupun demikian banyak terjadi kerancuan ditengah-
tengah masyarakat mengenai makna teroris. Dengan demikian perlu kita
dudukkan apa pengertian dari teroris itu sendiri. Dimasa Revolusi Perancis
sekitar tahun 1794 juga dikenal kata “le terreur”, kata ini awalnya
dipergunakan untuk menyebut tindak kekerasan yang dilakukan rezim
hasil Revolusi Perancis terhadap para pembangkang yang diposisikan
sebagai musuh negara. Teror yang dikembangkan oleh pemerintahan pasca
Revolusi Perancis adalah dengan cara menghukum mati para penghianat
pemerintah. Sejak itulah kata teror masuk dalam khasanah bahasa-bahasa
Eropa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terorisme adalah suatu


penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai suatu tujuan tertentu, terutama tujuan politik. Menurut Ustadz
Abu Bakar Ba’asyir teroris di definisikan sebagai: “tindakan yang
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang berlartar belakang
politik atau kekuasaan dalam suatu pemerintahan negara. Teroris itu bisa
dilakukan oleh pihak-pihak yang melawan suatu pemerintahan yang
sedang berkuasa untuk menjatuhkannya, bisa juga dilakukan oleh suatu
pemerintahan terhdap rakyatnya atau kelompok oposisi untuk
mempertahankan kekuasaannya. Tindakan mengancam dan bahkan sampai
pada tindakan kekersan termasuk pembunuhan atau perusakan harta benda
tidak bisa disebut seagai teroris jika pihak-pihak yang bersangkutan telah
menyatakan dalam keadaan perang.8

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu kelompok


dapat dikatakan sebagai kelompok teroris apabila memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:

1. Mengeksploitasi kelemahan manusia secara sistematik, yaitu kengerian


atau ketakutan yang melumpuhkan

2. Adanya penggunaan ancaman atau penggunaan kekerasan fisik

3. Adanya tujuan politik yang ingin dicapai

4. Adanya sasaran yang umumnya masyarakat sipil, dan

5. Dilakukannya perencanaan dan persiapan secara rasional

Karena dalam Islam tidak dikenal istilah teroris, maka terdapat


suatu ungkapan yang disinyalir hampir sama pengertiannya dengan teroris,
yaitu albughat. Kata bughat berasal dari kata bagha yabghy baghyan, al-
bagyu secara etimologis adalah ‫طلب الشئ‬ "mencari atau menuntut
sesuatu".9

Dalam referensi lain al-Bughah secara etimologi diartikan dengan


melampaui batas, berbuat zhalim, dan berbuat kerusakan serta menentang
hukum. Sebagaimana firman Allah “jika salah satu kelompok berbuat
aniaya terhadap yang lain, maka perangilah kelompok yang berbuat aniaya
itu sampai kembali kejalan Allah”. Secara harfiyah al-baghyu juga berarti
menanggalkan atau melanggar. Sementara al-baghyu secara terminologis
adalah sekelompok orang Islam yang melakukan penentangan dan
pembangkangan terhadap imam dan pemerintahan yang sah.

8
24 Lukman Hakim, Op. Cit., 16
9
26 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 109
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama
mazhab tentang al-baghyu, yang redaksinya berbeda-beda.

a. Pendapat Malikiyah

‫ اإلمتناع عن طاعة من ثبتت امامته ىف غري معصية مبغالبته ولو تأويال‬...‫البغي‬

"Pemberontakan adalah menolak untuk tunduk dan taat kepada


orang yang kepemimpinannya telah tetap dan tindakannya bukan dalam
maksiat, dengan cara menggulingkannya, dengan menggunakan takwil
(alasan)".

b. Pendapat Hanafiyah

‫اخلروخ عن طاعة امام احلق بغري حق‬...‫البغي‬

" Pemberontakan adalah keluar dari ketaatan kepada imam


(kepala Negara) yang sah dengan cara yang tidak benar ".

c. Pendapat Syafi’iyah dan Hanabilah

‫هو خروج مجاعة ذات شوكة ورئيس مطاع عن طاعة اإلمام بتأويل فاسد‬...‫فالبغي‬

"Pemberontakan adalah keluarnya kelompok yang memiliki


kekuatan dan pemimpin yang ditaati, dari kepatuhan kepada kepala
Negara (imam), dengan menggunakan alasan yang tidak benar."

Dasar Hukum Teroris (al-Bughah) Pemberontak (al-bughah) atau


yang lebih keren dikenal dengan istilah teroris, dapat kita temukan dasar
hukumya dalam al-Qur’an surat al-Hujurat: 9

ۡ ‫ُوا بَ ۡينَهُ َم ۖا فَِإ ۢن بَغ‬


‫َت ِإ ۡح َد ٰىهُ َما َعلَى‬ ْ ‫صلِح‬ ْ ُ‫َان ِمنَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ ۡٱقتَتَل‬
ۡ ‫وا فََأ‬ ِ ‫َوِإن طَٓاِئفَت‬
ْ ‫صلِح‬
‫ُوا بَ ۡينَهُ َما‬ ْ ُ‫ٱُأۡل ۡخ َر ٰى فَ ٰقَتِل‬
ۡ ‫وا ٱلَّتِي ت َۡب ِغي َحتَّ ٰى تَفِ ٓي َء ِإلَ ٰ ٓى َأمۡ ِر ٱهَّلل ۚ ِ فَِإن فَٓا َء ۡت فََأ‬
٩ َ‫بِ ۡٱل َع ۡد ِل َوَأ ۡق ِسطُ ٓو ۖ ْا ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡق ِس ِطين‬
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang
satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil

Kemudian hadis yang diriwayatkan oleh Muslim:

‫من اتا كم وأمركم على رجل واحد يريد أن يشق عصاكم ويفرق مجاعتكم‬

‫فاقتلوه‬

Barang siapa yang mendatangimu sedang urusanmu berada


ditangan mereka dan mereka ingi merusak kekuasaanmu serta akan
memorak porandakan jamaahmu, maka bunuhlah mereka. (HR. Muslim).

C. JENIS DAN TINGKATAN-TINGKATAN JIHAD

Dalam al-Qur’an dan al-Sunnah telah kita dapati dan kita ketahui
bahwasanya musuh sebenar-benarnya orang yang beriman dan umat Islam secara
umum terfokus pada lima hal yaitu: nafsu syahwat, godaan syaithan, orang-orang
kafir, orang-orang munafik, orang-orang fasik dan dzalim, mereka saling berpadu
untuk memusuhi hamba Allah swt. dan menghalang-halangi jalannya dakwah
Islam tersebar ke semua alam.10 Maka kita wajib untuk memerangi dan melawan
musuh-musuh tersebut dengan berjihad.

Jika kembali kepada ayat-ayat jihad, maka dapat diklasifikasi betuk jihad
secara umum dalam al-Qur’an ada dua11, yaitu:

1. Jihad terhadap musuh yang nyata


Ahmad Tali Idris. “al-Tarbiyah al-Jihadiyah fi al-Islam: min khilal surah al-Anfal”. h. 56 .1010
Ibn Qayyim al-Jauziyah. Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad, juz3, h. 29 .1111
Meskipun ayat-ayat yang mendeskripsikan tentang jihad hanya
terbatas kepada orang-orang kafir dan munafik. Tetapi juga ada ayat yang
tidak secara langsung mendeskripsikan jihad dan dapat dipahami dari
isyarat ayat-ayat qur’ani yang ada.

a. Jihad terhadap orang-orang kafir dan munafik


Salah satu ayat yang mendeskripsikan tentang jihad kepada
orang-orang kafir disebutkan dalm surah al-furqan:52

َ ‫فَاَل تُ ِط ِع ۡٱل ٰ َكفِ ِر‬


ٗ ِ‫ين َو ٰ َج ِه ۡدهُم بِِۦه ِجهَ ٗادا َكب‬
٥٢ ‫يرا‬
Dalam ayat lain, Allah swt. memerintahkan umat islam
untuk tetap berjihad melawan orang-orang kafir dan munafik
dengan segala kemampuan yang mereka miliki. Penjelasan tersebut
terdapat dalam QS. Al-Taubah: 73
ۡ ‫¶¶¶ظ َعلَ ۡيهمۡۚ وم‬
َ ‫¶¶¶أ َو ٰىهُمۡ َجهَنَّ ۖ ُم َوبِ ۡئ‬
‫س‬ ۡ ُ‫ٱغل‬
ۡ ‫ين َو‬ َ َّ‫ٰيََٓأيُّهَ¶¶¶ا ٱلنَّبِ ُّي ٰ َجهِ ِد ۡٱل ُكف‬
َ ِ‫ار َو ۡٱل ُم ٰنَفِق‬
َ َ ِ
٧٣ ‫صي ُر‬ ِ ‫ۡٱل َم‬
Dalam konteks kekinian, dengan mencermati karakteristik
kekafiran, maka ideologi komunisme, marxisme, dan sekularisme
dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk kekafiran yang
menjadi sasaran jihad, sebab ketiga ideologi tersebut mereduksi
nilai-nilai yang transenden dan eskatologis ke dalam realistas
empiris. Jihad terhadap orang kafir dan orang munafik memiliki
empat tingkatan, yaitu dengan hati, lisan, harta, dan jiwa (nafs).
Jihad melawan orang kafir lebih dikhususkan dengan
menggunakan kekuatan, sedangkan terhadap orang munafik lebih
khusus dengan lisan (dakwah).12
b. Jihad terhadap orang dzalimdan pendusta
Selain jihad yang disebutkan di atas, maka pelaku
kezaliman dan pendusta juga termasuk objek jihad yang harus
dilawan. Kezaliman dalam banyak konteks ayat digunakan dalam

Ibn Qayyim al-Jauziyah. Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad, juz3, h. 11 .1212
makna yang nuansal. Di satu sisi, zalim dimaksud adalah
menzalimi diri sendiri. Misalnya dalam QS. Al-Baqarah: 57
ْ ُ‫ٱلس¶¶ ۡل َو ٰۖى ُكل‬
ِ َ‫¶¶وا ِمن طَيِّ ٰب‬
‫ت َم¶¶ا‬ َّ ‫َوظَلَّ ۡلنَ¶¶ا َعلَ ۡي ُك ُم ۡٱل َغ َم¶¶ا َم َوَأن َز ۡلنَ¶¶ا َعلَ ۡي ُك ُم ۡٱل َم َّن َو‬
٥٧ ‫ون‬ َ ‫َر َز ۡق ٰنَ ُكمۡۚ َو َما ظَلَ ُمونَا َو ٰلَ ِكن َكانُ ٓو ْا َأنفُ َسهُمۡ يَ ۡظلِ ُم‬
Selain orang zalim, pendusta juga diperintahkan untuk
dijihadi. pendusta dimaksud adalah orang yang mendustakan para
utusan Allah.13 Orang zalim dan pendusta disebutkan secara
bersamaan yang disertai oleh kata jihad disebutkan dalam QS. Al-
Ankabut : 68-69

‫س فِي‬ َ ‫ق لَ َّما َج¶¶ٓا َء ۚ ٓۥهُ َألَ ۡي‬ ۡ ‫ب‬


ِّ ‫بِٱل َح‬ َ ‫¶ذ‬ َ ¶َ‫َو َم ۡن َأ ۡظلَ ُم ِم َّم ِن ۡٱفت‬
َّ ¶‫¶ر ٰى َعلَى ٱهَّلل ِ َك¶ ِذبًا َأ ۡو َك‬
‫وا فِينَا لَنَ ۡه¶ ِديَنَّهُمۡ ُس¶بُلَنَ ۚا َوِإ َّن ٱهَّلل َ لَ َم¶ َع‬
ْ ‫ين ٰ َجهَ ُد‬ َ ‫ َوٱلَّ ِذ‬٦٨ ‫ين‬ َ ‫َجهَنَّ َم َم ۡث ٗوى لِّ ۡل ٰ َكفِ ِر‬
َ ِ‫ۡٱل ُم ۡح ِسن‬
٦٩ ‫ين‬
Jihad terhadap para pelaku kezaliman, bid’ah, dan
kemungkaran ada tiga tingkatan. Pertama, dengan kekuatan jika
memiliki kemampuan untuk melakukannya. Jika tidak, beralilah
dengan menggunakan lisan (dakwah). Jika masih tidak mampu,
berjihadlah dengan hati.
2. Jihad terhadap musuh yang tidak tampak
Dalam al-Qur’an banyak konteks Allah swt. memerintahkan
kepada manusia untuk menjauhi syetan karena merupakan musuh yang
nyata,14 walaupun sebenarnya tidak tampak wujudnya. Selain syetan, hawa
nafsu merupakan musuh yang harus dilawan, karena hawa nafsu mengajak
kepada kejelekan, dan menurunkan martabat manusia.
para pakar menunjukan salah satu ayat yang memuat term jihad
menunjuk pada makna perintah berjihad terhadap syetan. Di antara pakar
tersebut adalah al-Ragib al-Asfahani ayat yang menjadi landasannya QS
Al-Hajj:78

Ibid, h. 40 .13 13

Dalam al-Qur,an, setan disebutkan sebagai musuh yang nyata bagi manusia sebanyak dua belas .14 14

.kali. Lihat Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an, h. 571
‫ِّين ِم ۡن‬
ِ ‫ٱجتَبَ ٰى ُكمۡ َو َم¶¶ا َج َع¶ َل َعلَ ۡي ُكمۡ فِي ٱل¶د‬
ۡ ‫ق ِجهَ¶¶ا ِدۦۚ ِه هُ¶ َو‬ َّ ¶‫وا فِي ٱهَّلل ِ َح‬ ْ ‫َو ٰ َجهِ ُد‬
‫¶ون‬ َ ‫¶و َس¶ َّم ٰى ُك ُم ۡٱل ُم ۡس¶لِ ِم‬
َ ¶‫ين ِمن قَ ۡب¶ ُل َوفِي ٰهَ¶ َذا لِيَ ُك‬ َ ¶ُ‫َح¶ َر ۚ ٖج ِّملَّةَ َأبِي ُكمۡ ِإ ۡب¶ ٰ َر ِهي ۚ َم ه‬
ْ ¶ُ‫ٱلص ¶لَ ٰوةَ َو َءات‬
‫¶وا‬ َّ ‫وا‬ْ ‫اس فََأقِي ُم‬ ِ ۚ َّ‫وا ُشهَ َدٓا َء َعلَى ٱلن‬ ْ ُ‫ٱل َّرسُو ُل َش ِهيدًا َعلَ ۡي ُكمۡ َوتَ ُكون‬
٧٨ ‫صي ُر‬ ِ َّ‫وا بِٱهَّلل ِ هُ َو َم ۡولَ ٰى ُكمۡۖ فَنِ ۡع َم ۡٱل َم ۡولَ ٰى َونِ ۡع َم ٱلن‬
ْ ‫ص ُم‬
ِ َ‫ٱعت‬ۡ ‫ٱل َّز َك ٰوةَ َو‬
Ada dua tingkatan jihad melawan syetan. Pertama, berjihad
melawan syetan dengan membuang segala kebimbangan dan keraguan
dalam keimanan seseorang hamba yang diberikan olehnya, jihad ini dapat
dilakukan dengan persiapan keyakinan. Kedua, berjihad melawan syetan
dengan menangkis keinginan berbuat kerusakan dan memenuhi syahwat
yang diberikan olehnya, jihad dengan persiapan kesabaran.
Kemudian al-Qur’an juga menerangkan bahwa nafsu manusia
kadang mendorongnya untuk melakukan pelanggaran hingga berakhir
dengan dosa besar, salah satunya dorongan nafsu untuk membunuh jiwa
tanpa alasan yang benar. Bahkan, perbuatan kriminal pembunuhan
pertama dalam sejarah manusia terjadi karena bujukan nafsu manusia yang
menyuruh kepada kejahatan. Itulah nafsu putra pertama Adam as. yang
membunuh saudaranya tanpa dosa apa-apa, dalam QS al-Maidah: 28

َ ۖ ¶َ‫ك َأِل ۡقتُل‬


ُ ¶‫ك ِإنِّ ٓي َأ َخ‬
َ ‫¶اف ٱهَّلل‬ َ ‫ي ِإلَ ۡي‬ ِ َ‫ك لِتَ ۡقتُلَنِي َمٓا َأنَ ۠ا بِب‬
َ ‫اس ٖط يَ ِد‬ َ ‫لَِئ ۢن بَ َس‬
َّ َ‫طت ِإل‬
َ ‫ي يَ َد‬
٢٨ ‫ين‬ َ ‫َربَّ ۡٱل ٰ َعلَ ِم‬
Ibn Qayyim menyebutkan ada empat tingkatan jihad melawan
hawa nafsu:
1) melakukan jihad terhadap diri untuk mempelajari kebaikan,
petunjuk, dan agama yang benar
2) berjihad terhadap diri untuk mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh
3) berjihad terhadap diri untuk mendakwahkan dan
mengajarkan ilmu kepada orang-orang yang belum
mengetahuinya
4) berjihad dengan kesabaran ketika mengalami kesulitan dan
siksaan dari makhluk dalam berdakwah di jalan Allah swt.
dan menanggung semuanya hanya karena mengharapkan
ridha Allah swt.15

.Ibn Qayyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad, juz 3, h. 10 .1515

Anda mungkin juga menyukai