Jihad fi sabilillah disyari’atkan Allah SWT bertujuan agar syari’at Allah tegak di
muka bumi dan dilaksanakan oleh manusia. Sehingga manusia mendapat rahmat dari
ajaran Islam dan terbebas dari fitnah. Jihad fi sabilillah bukanlah tindakan balas
dendam dan menzhalimi kaum yang lemah, tetapi sebaliknya untuk melindungi kaum
yang lemah dan tertindas di muka bumi. Jihad juga bertujuan tidak semata-mata
membunuh orang kafir dan melakukan teror terhadap mereka, karena Islam
menghormati hak hidup setiap manusia. Tetapi jihad disyariatkan dalam Islam untuk
menghentikan kezhaliman dan fitnah yang mengganggu kehidupan manusia. (QS an-
Nisaa’ 74-76).
MACAM-MACAM JIHAD
Jihad fi Sabilillah untuk menegakkan ajaran Islam ada beberapa macam, yaitu:
Jihad dengan lisan, yaitu menyampaikan, mengajarkan dan menda’wahkan ajaran Islam
kepada manusia serta menjawab tuduhan sesat yang diarahkan pada Islam. Termasuk
dalam jihad dengan lisan adalah, tabligh, ta’lim, da’wah, amar ma’ruf nahi mungkar dan
aktifitas politik yang bertujuan menegakkan kalimat Allah.Jihad dengan harta, yaitu
menginfakkan harta kekayaan di jalan Allah khususnya bagi perjuangan dan peperangan
untuk menegakkan kalimat Allah serta menyiapkan keluarga mujahid yang ditinggal
berjihad.Jihad dengan jiwa, yaitu memerangi orang kafir yang memerangi Islam dan
umat Islam. Jihad ini biasa disebut dengan qital (berperang di jalan Allah). Dan
ungkapan jihad yang dominan disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah berarti
berperang di jalan Allah.
KEUTAMAAN JIHAD DAN MATI
SYAHID
Beberapa ayat Alquran memberikan keutamaan tentang berjihad. Di antaranya, (QS
an-Nisaa’ 95-96)(QS as-Shaff 10-13).
Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW ditanya:
”Amal apakah yang paling utama?” Rasul SAW menjawab: ”Beriman kepada Allah”,
sahabat berkata:”Lalu apa?” Rasul SAW menjawab: “Jihad fi Sabilillah”, lalu apa?”,
Rasul SAW menjawab: Haji mabrur”. (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari Anas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Pagi-pagi atau sore-sore keluar
berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia seisinya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari Anas ra bahwa nabi SAW bersabda: ”Tidak ada satupun orang yang sudah
masuk surga ingin kembali ke dunia dan segala sesuatu yang ada di dunia kecuali
orang yang mati syahid, ia ingin kembali ke dunia, kemudian terbunuh 10 kali karena
melihat keutamaan syuhada.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Bagi orang yang mati syahid disisi Allah
mendapat tujuh kebaikan:
1. Diampuni dosanya dari mulai tetesan darah pertama.
2. Mengetahui tempatnya di surga.
3. Dihiasi dengan perhiasan keimanan.
4. Dinikahkan dengan 72 istri dari bidadari.
5. Dijauhkan dari siksa kubur dan dibebaskan dari ketakutan di hari Kiamat.
6. Diletakkan pada kepalanya mahkota kewibawaan dari Yakut yang lebih baik dari dunia
seisinya.
7. Berhak memberi syafaat 70 kerabatnya.” (HR at-Tirmidzi)
Hukum Jihad Fi Sabilillah
Hukum Jihad fi sabilillah secara umum adalah Fardhu Kifayah, jika sebagian umat telah melaksanakannya dengan baik dan
sempurna maka sebagian yang lain terbebas dari kewajiban tersebut. Allah SWT berfirman:
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS at-Taubah 122).
Jihad berubah menjadi Fardhu ‘Ain jika:
1. Muslim yang telah mukallaf sudah memasuki medan perang, maka baginya fardhu ‘ain berjihad dan tidak boleh lari.
”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah
kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk
(siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan
membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS al-Anfal 15-
16).
2. Musuh sudah datang ke wilayahnya, maka jihad menjadi fardhu ‘ain bagi seluruh penduduk di daerah atau wilayah tersebut .
”Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan
daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS at-Taubah 123)
3. Jika pemimpin memerintahkan muslim yang mukallaf untuk berperang, maka baginya merupakan fardhu ‘ain untuk berperang.
Rasulullah SAW bersabda:
”Tidak ada hijrah setelah futuh Mekkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan jika kamu diperintahkan untuk keluarberjihad
maka keluarlah (berjihad).” (HR Bukhari)
KATA-KATA JIHAD
Khubaib bin Adi ra. berkata ketika disiksa oleh musuhnya, “Aku tidak peduli, asalkan aku
terbunuh dalam keadaan Islam. Dimana saja aku dibunuh, aku akan kembali kepada Allah.
Kuserahkan kepada Allah kapan saja Ia berkehendak. Setiap potongan tubuhku akan
diberkatinya”.
Al-Khansa ra. berpesan kepada 4 anaknya mengantarkan mereka untuk jihad, “Wahai anak-
anakku ! Kalian tidak pernah berkhianat pada ayah kalian. Demi Allah, kalian berasal dari
satu keturunan. Kalianlah orang yang ada dalam hatiku. Jika kalian menuju ke medan
perang, jadilah kalian pahlawan. Berperanglah ! Jangan kembali. Aku membesarkan kalian
untuk hari ini”.
Abdullah bin Mubarak berkata pada saudaranya Fudail bin Iyadh yang sedang asyik ibadah
di tahan suci,” Wahai ahli ibadah di dua tahan Haram, jika engkau melihat kami, niscaya
engkau akan tahu bahwa engkau hanya bermain-main dalam ibadah. Barangsiapa
membasahi pipinya dengan air mata. Maka, leher kami basah dengan darah”.
Demikianlah jihad adalah satu-satunya jalan menuju kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Ampunan Allah, surga Adn, Pertolongan dan Kemenangan. Wallahu a’lam bishawaab. []
TERIMA KASIH