Anda di halaman 1dari 5

Jual beli gharar

Dan
Jual beli salam

Jual beli gharar


harar secara bahasa berarti pertaruhan (Al-Mukhtharah) dan ketidakjelasan (Al-
Jahalah).

Istilah gharar banyak kita jumpai dalam Ekonomi Islam, karena kegiatannya


termasuk proses jual beli.

Rasulullah melarang jual beli gharar sebagaimana hadits yang diriwayatkan


oleh Muslim bahwa,

“Rasulullah melarang jual beli Al-Hashah dan beli gharar” (HR. Muslim,
Kitab Al-Buyu, BAB: Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi Gharar no.
1513).
 

Jual beli gharar adalah jual beli barang yang tidak pasti, sehingga tidak nyata
bentuk, wujud, dan hal lain pada barang tersebut. Maka, jual beli ini dilarang
karena ketidakpastiannya.

Itulah mengapa mengenal jual beli gharar termasuk salah satu hal yang penting
agar tidak terjebak dalam jual beli yang terlarang.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini pembahasan mengenai definisi, jenis,


dan gharar yang boleh dan tidak boleh kita lakukan.

Jenis-Jenis Gharar dan Contohnya
Terdapat banyak jenis gharar yang kita bedakan berdasarkan objek dan hal
yang kita khawatirkan ada ketidakjelasan dan kepastiannya.
#1: Ma’dum, Membeli Barang yang Belum Ada
Jual beli barang yang belum ada (Ma’dum), contohnya adalah jual beli Habal Al
Habalah (janin hewan ternak), salah satu contohnya adalah jual
beli Mudhamin dan Malaqih.

#2: Jual Beli Barang yang Tidak Jelas Sifatnya


Transaksi jual beli merupakan transaksi yang bertujuan untuk menguntungkan
kedua belah pihak (penjual dan pembeli).

#3: Jual Beli Barang yang Tidak Bisa Kita Serah Terimakan
Jenis gharar yang satu ini bisa kita lihat dengan jelas. Pasalnya syarat transaksi
adalah adanya barang untuk kita jual atau beli, di mana penjual menawarkan
barang yang tidak mampu dia serah-terimakan, seperti menjual motor yang dia
curi dan jual beli budak yang kabur.

#4: Jual Beli Tanpa Kejelasan Harga


Jual beli gharar juga bisa terjadi karena ketidakjelasan harganya.

Misalnya, penjual menawarkan barang dengan harga kontan Rp 500.000 dan Rp


1.000.000 ketika mengangsurnya, tanpa menentukan salah satu pembayarannya.

Jual Beli Gharar yang Diperbolehkan


Meski para ulama sepakat bahwa jual beli gharar tidak boleh, dalam beberapa
kondisi dan faktor tertentu kegiatan jual beli ini justru boleh kita lakukan.
Misalnya  jual beli rumah hanya dengan pondasinya.

Jual beli rumah hanya dengan melihat pondasinya boleh dilakukan dengan
syarat adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu, penjual dan pembeli.

Meskipun tidak ada yang tahu secara jelas ukuran dan jenisnya, namun hal ini
boleh karena merupakan kebutuhan serta rumah dan pondasi merupakan satu
kesatuan

Gharar yang Masih Diperselisihkan


Gharar ini contohnya adalah jual beli tanah yang masih terpendam di dalamnya
kacang tanah, wortel, bawang dan lain sebagainya.

Imam Malik yang memandang bahwa gharar tersebut ringan atau termasuk hal


yang tidak terlepas dari adanya kebutuhan menjual dan memperbolehkannya.
Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Hanafi memandang gharar-nya besar dan
mungkin untuk lepas darinya sehingga mengharamkan jual beli tersebut.

Jual beli salam

Istilah syar’i di negara ini berkembang pesat, khususnya yang berkaitan dengan dunia bisnis.
Ini sejalan dengan perkembangan bisnis perbankan dan lembaga-lembaga keuangan syari’at.
Istilah-istilah syar’i ini sebelumnya sangat jarang terdengar di telinga masyarakat umum.
Diantara istilah itu adalah bai’us salam (jual beli dengan cara inden atau pesan). Bagi
masyarakat umum, istilah bai’us salam terhitung istilah baru. Sehingga tidak mengherankan
kalau kemudian banyak yang mempertanyakan maksud dan praktik sebenarnya dalam Islam.

Hukum Bai’us Salam (Jual Beli Sistem Pesan)

Jual beli sistem ini diperbolehkan dalam syariat Islam. Ini berdasarkan dalil-dalil dari al-
Qur`ân dan sunnah serta ijma dan juga sesuai dengan analogi akal yang benar (al-qiyâsush
shahîh).

1. Dalam al-Qur`ân, Allah Azza wa Jalla berfirman :

ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن ِإلَ ٰى َأ َج ٍل ُم َس ّمًى فَا ْكتُبُوه‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang telah ditentukan, hendaklah kamu menulisnya. [al-Baqarah/2:282].

Sahabat yang mulia Abdullâh bin Abbâs Radhiyallahu anhu menjadikan ayat ini sebagai
landasan membolehkan jual beli sistem pesan ini. Beliau Radhiyallahu anhu mengatakan,
“Saya bersaksi bahwa jual-beli as-salaf (as-salam) yang terjamin hingga tempo tertentu telah
dihalalkan dan diizinkan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam al-Qur’ân. (Kemudian beliau
membaca firman Allâh Azza wa Jalla artinya) : “Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermu’amalah tidak dengan secara tunai, untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menulisnya. [Hadits ini dishahihkan al-Albâni rahimahullah dalam kitab Irwâ’ul Ghalîl,
no. 340 dan beliau rahimahullah mengatakan, “Hadits ini dikeluarkan imam asy-Syâfi’i
rahimahullah no. 1314, al-Hâkim, 2/286 dan al-Baihaqi 6/18].

Rukun Jual Beli Salam


Jual beli ini memiliki tiga rukun yaitu :
1.Ada transaktor, yaitu al-muslim dan al-muslam ilaihi

2.Ada modal as-salam (ra’su mâlis salam).

3.Ada shighah (akad) yaitu ijab dan qabûl, baik tertulis maupun terucap.

Contoh, perusahaan A di kota semarang memesan seratus mobil merek Toyota Saluna seri
tertentu kepada perusahaan Toyota dengan membayar tunai 20 milyar rupiah di majlis akad
(tempat transaksi) dengan perjanjian mobil harus dauh terkirim ke pelabuhan Tanjung Emas
di Semarang setelah dua bulan dari waktu transaksi.

Dalam contoh diatas, rukun jual beli salam sudah terpenuhi, yaitu :Al-Muslim adalah
perusahaan A  sedangkan al-muslam Ilaihi adalah perusahaan ToyotaModal as-salam yaitu
uang 20 milyar rupiah yang dibayar kontanShighah (transaksi) yaitu ijab dan qabul ketika
transaksi sedang berlangsung.

Syarat-Syarat Jual Beli Salam


Disamping rukun, untuk keabsahan jual beli salam, para Ulama menetapkan syarat-syarat
sah. Secara garis besar, para Ulama menggolongkan syarat-syarat ini menjadi dua yaitu :

Syarat khusus pada jual beli salam ada enam yaitu :

1. Jual beli ini pada barang-barang yang memiliki kriteria jelas

2. Pembayaran dilakukan pada saat akad (transaksi)

3. Penyebutan kriteria, jumlah dan ukuran barang dilakukan saat transaksi berlangsung

4. Jual beli salam harus ditentukan dengan jelas tempo penyerahan barang pesanan

5. Barang pesanan sudah tersedia di pasar saat jatuh tempo agar dapat diserahkan pada
waktunya

6. Barang pesanan adalah barang yang pengadaannya ada dalam tanggung jawab
penjual, bukan dalam bentuk satu barang yang telah ditentukan dan terbatas.

Aji naufal fadhila


XI MIPA

Anda mungkin juga menyukai