MESIN
Overview
Pengertian Muamalah dan Jual Beli
Dasar Hukum Jual Beli
Hukum Jual Beli
Jual Beli Online
Hukum Jual Beli Online
Aqad Salam
Jual Beli Muathoh
Hukum Jual Beli melalui mesin
suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata
cara tertentu.
Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar
seperti uang
...
...
QS. Al-Baqarah 2:275
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
2. Sunnah
Suatu ketika Rosulullah ditanya :
3. Ijma
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang
lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya
itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa berubah menjadi sunnah,
wajib, haram, dan makruh.
Jual beli hukumnya sunnah, misalnya dalam jual beli barang yang hukum
menggunakan barang yang diperjual-belikan itu sunnah seperti minyak wangi.
Jual beli hukumnya wajib, misalnya jual beli obat kepada orang yang harus
segera ditolong karena jika tidak mendapatkan obat akan membuat orang
tersebut penyakitnya akan semakin parah bahkan menyebabkan penyakitnya
Jual beli hukumnya makruh, misalnya jual beli barang makruh seperti makanan
yang hampir basi / sudah berbau
Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang terdapat unsur penipuan
Bai (Penjual).
2.
Musytari (Pembeli).
3.
4.
Jual beli tetap menjaid sah apabila shighat (ijab/qobul) dengan cara kinayah
(perkataan/isyarat yang tidak di ucapkan dengan jelas namun di mengerti
maksudnya) yang disertai dengan niat. Seperti yang tertulis dalam Kitab Nihayat
al-Muhtaj.
Dasar Hukum :
Yang diperhitungkan dalam akad-akad adalah subtansinya, bukan bentuk
lafalnya. Dan jual beli via telpon, teleks dan telegram dan semisalnya telah
menjadi alternatif utama dan dipraktikkan.
Dalam pandangan madzhab Syafii (sebagaimana referensi kedua), barang yang
diperjual belikan disyaratkan dapat dilihat secara langsung oleh kedua belah pihak.
Hal ini merupakan bentuk kehati-hatian agar tidak terjadi penipuan (ghoror) dalam
jual beli karena Rasulullah melarang praktek yang demikian, sebagaimana dalam
sebuah hadis dinyatakan.
Aqad Salam
Jual beli online memang belum ada pada zaman rosul atau shohabat bahkan ulamaulama terdahulu. Namun secara prakteknya jual beli online hampir sama dengan
aqad salam (pesan), dan banyak Kitab-kitab ulama yang sudah membahasnya.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.
Dalam Kitab Fath al-Qorib, dijelaskan aqad salam sah apabila penjual menjelaskan
sifat-sifat barang yg dijual secara rinci, dan barang yang sampai ke pembeli haruslah
sama seperti barang yang dijelaskan.
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al Baqarah: 275).
Kedua, sesuai urf (kebiasaan), dengan si pembeli menerima barang dan penjual
mengambil uang, maka itu sudah menunjukkan ridho keduanya.
Dari Abu Said Al Khudri, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya jual beli dituntut adanya keridhoan (HR. Ibnu Majah no. 2185.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Jual beli melalui mesin yang sudah berisi minuman penyegar, aqua, atau
minuman bersoda dengan cukup memasukan sejumlah uang pecahan ke
dalam mesin.
Sahnya jual beli melalui tulisan seperti email, surat, sms. (Syarh Umdatul
Ahkam, 2: 782 dan Shahih Fiqh Sunnah, 4: 259)
Jual beli melalui mesin pada haqiqat nya masuk pada jual beli muathoh. Dimana
tidak ada ijab qobul melalui perkataan.
Mesin disini hanyalah sarana, dan tentu tetap ada penjual di belakangnya yang
tetntunya sudah ikhlas dan secara sadar berniat menjual barangnya melalui
mesin.
Sedangkan musytari (pembeli) secara sadar membeli barang melalui mesin
tersebut dengan menyerahkan alat tukar, semisal uang.
Jual beli melalui mesin disini masuk kategori jual beli muathoh. Dimana ijab
qobul langsung melalui perbuatan.
Sehingga hukum jual beli barang melalui mesin atau perantara lainnya hukumnya sah asal
memenuhi prinsip dasar jual beli yaitu (a) tidak ada unsur penipuan; (b) barang yang dijual
diketahui dengan jelas oleh pembeli; (c) barang yang dijual bukan barang haram; (d) bukan
riba.
_
Apabila (pembeli) meletakkan satu dirham kepada penjual, dan kemudian
(pembeli) mengambil barang yangdiketahui (seharga) dari satu dirham tadi.
Maka hukum jual beli ini adalah sah. (Syarah Muwatho Imam Malik)
Fatwa Modern
Hampir semua ulama kontemporer sepakat atas bolehnya transaksi melalui
internet, mesin ATM, mesin otomatis untuk beli minuman, koran, majalah, dll.
Salah satunya adalah fatwa dari Dr. Ali Jumah Mumahammad, mufti Universitas
Al-Azhar Mesir. Dalam fatwanya no. 2785 tahun 2005 menyatakan jual beli sah
meski di era modern ini bertransaksi melalui internet, faks, mesin, email,
telepon, dll. Dimana penjual dan pembeli tidak saling bertatap muka dan tidak
secara langsung melakukan ijab qobul dalam suatu majlis jual beli. Karena hal itu
semua hanyalah sebuah perantara, dari banyak perantara yang sudah diketahui,
dan tetap masih dalam bentuk jual beli asalkan rukun terpenuhi dan tidak
adanya penipuan di dalamnya.,
Sumber
Fathul Muin
Nihatul Minhaj
Fathul Qorib
Ianatuth Tholibin
Shohih Muslim
Bahtsul Masail Muktamar NU ke 32, Makassar 2010
www.nu.or.id
www.piss-ktb.com
www.rumaysho.com
www.alkhoirot.net