Anda di halaman 1dari 15

JUAL BELI ONLINE, DAN HUKUM BERTRANSAKSI MELALUI

MESIN

Overview
Pengertian Muamalah dan Jual Beli
Dasar Hukum Jual Beli
Hukum Jual Beli
Jual Beli Online
Hukum Jual Beli Online
Aqad Salam
Jual Beli Muathoh
Hukum Jual Beli melalui mesin

Pengertian Muamalah dan Jual Beli


Muamalah adalah tukar menukar barang, jasa atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan tata cara yang ditentukan. Termasuk dalam muamalat yakni jual
beli, hutang piutang, pemberian upah, serikat usaha, urunan atau patungan, dan
lain-lain.
Pengertia Jual beli secara Bahasa adalah menukarkan sesuatu dengan
sesuatu
Adapun pengertian jual beli secara syara adalah :


suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata
cara tertentu.
Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar
seperti uang

Dasar Hukum Jual Beli


1. Al Quran
QS. An Nisa Ayat 29

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."

...

...



QS. Al-Baqarah 2:275
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

2. Sunnah
Suatu ketika Rosulullah ditanya :

Manakah mata pencaharian yang paling baik (wahai Rosululllah)?, Rosulullah


menjawab : Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang
mabrur. (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifaah Ibn Rafi)

3. Ijma
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang
lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya
itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.

HUKUM JUAL BELI


Mengacu kepada ayat-ayat Al Quran dan hadist, asal hukum jual beli
adalah mubah (boleh).

Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa berubah menjadi sunnah,
wajib, haram, dan makruh.
Jual beli hukumnya sunnah, misalnya dalam jual beli barang yang hukum
menggunakan barang yang diperjual-belikan itu sunnah seperti minyak wangi.
Jual beli hukumnya wajib, misalnya jual beli obat kepada orang yang harus
segera ditolong karena jika tidak mendapatkan obat akan membuat orang
tersebut penyakitnya akan semakin parah bahkan menyebabkan penyakitnya
Jual beli hukumnya makruh, misalnya jual beli barang makruh seperti makanan
yang hampir basi / sudah berbau
Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang terdapat unsur penipuan

Rukun Jual Beli


Adapun rukun jual-beli menurut jumhur ulama ada empat, diantaranya :
1.

Bai (Penjual).

2.

Musytari (Pembeli).

3.

Shighat (Ijab dan Qabul).

4.

Maqud alaih (Benda atau barang yang diperjual belikan).

Syarat Penjual dan Pembeli :


1. Berakal (Tidak sah jual beli orang gila)
2. Dengan kehendak sendiri
Tidak sah jual beli orang yang di paksa dengan tidak benar, adapun orang yang
di paksa dengan benar, misalnya, oleh hakim menjual hartanya untuk membayar
hutangnya, maka penjualannya itu sah.
3. Baligh.
Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa,
menurut sebagaian ulama, bahwa mereka di bolehkan berjual beli barangbarang yang kecil-kesil, karena kalau tidak boleh sudah barang tentu menjadi
kesulitan, sedang agama islam sekali-kali tidak akan mengadakan aturan yang
mendatangkan kesulitan bagi pemeluknya.

Syarat Barang dan Harta


A. Suci Barangnya
B. Ada Manfaatnya
C. Barangnya Dapat Dikuasai (Dimiliki)
D. Milik sendiri
E. Telah di ketahui kadar barang/benda dan harga itu.
Begitu juga jenis dan sifatnya, jual beli benda yang di sebutkan sifatnya saja
dalam janji tanggungan maka hukumnya boleh, seperti jual beli online, jika di
dapati sifat tersebut sesuai dengan apa yang telah di sebutkan.

Syarat ijab Qabul


Ijab artinya perkataan penjual misalnya "Saya jual barang ini sekian". Sedang
qabul artinya kata si pembeli, misalnya, "Saya terima (saya beli) dengan harga
sekian".

Syarat sah ijab qabul

Jangan ada yang memisahkan, misalnya pembeli diam saja setelah


penjual mengatakan ijab, atau sebaliknya.
Jangan di sela dengan kata-kata lain
Jangan berta'liq, yaitu seperti kata penjual : "Saya jual sepeda motor ini
pada saudara dengan harga Rp. 1000,- setelah ku pakai sebulan lagi".
Jangan pula memakai jangka waktu, yakni seperi katanya : "Aku jual
sepeda motor ini dengan harga Rp. 100,- kepada saudara dalam waktu
sebulan".

Jual beli tetap menjaid sah apabila shighat (ijab/qobul) dengan cara kinayah
(perkataan/isyarat yang tidak di ucapkan dengan jelas namun di mengerti
maksudnya) yang disertai dengan niat. Seperti yang tertulis dalam Kitab Nihayat
al-Muhtaj.

Jual Beli Online


Seiring dengan perkembangan zaman, interaksi sesama manusia guna
memenuhi kebutuhan juga mengalami modifikasi sedemikian rupa. Pada
mulanya sistem penukaran barang hanya bisa dilakukan secara manual (barter)
dengan mengharuskan kehadiran antara penjual dan pembeli di satu tempat
dengan adanya barang disertai dengan transaksi (ijab dan qabul). Namun
dengan kemudahan fasilitas dan semakin canggihnya tekhnologi, proses jual
beli yang tadinya mengharuskan cara manual bisa saja dilakukan via internet

Hukum Jual Beli Online


Hukum akad (transaksi) jual beli melalui alat elektronik sah, apabila sebelum
transaksi kedua belah pihak sudah melihat mabi (barang yang
diperjualbelikan) atau telah dijelaskan baik sifat maupun jenisnya, serta
memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun jual beli lainnya.

Dasar Hukum :

Syarh al-Yaqut an-Nafis karya Muhammad bin Ahmad al-Syatiri:


Yang diperhitungkan dalam akad-akad adalah subtansinya, bukan bentuk
lafalnya. Dan jual beli via telpon, teleks dan telegram dan semisalnya telah
menjadi alternatif utama dan dipraktikkan.
Dalam pandangan madzhab Syafii (sebagaimana referensi kedua), barang yang
diperjual belikan disyaratkan dapat dilihat secara langsung oleh kedua belah pihak.
Hal ini merupakan bentuk kehati-hatian agar tidak terjadi penipuan (ghoror) dalam
jual beli karena Rasulullah melarang praktek yang demikian, sebagaimana dalam
sebuah hadis dinyatakan.

Aqad Salam
Jual beli online memang belum ada pada zaman rosul atau shohabat bahkan ulamaulama terdahulu. Namun secara prakteknya jual beli online hampir sama dengan
aqad salam (pesan), dan banyak Kitab-kitab ulama yang sudah membahasnya.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.

Rukun Aqad salam sama seperti jual beli.


Sumber Hukum Akad Salam
Al-Quran
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar.
(Q.S 2:282)
Al hadits
"Barang siapa melakukan salam, hendaknay ia melakukannya dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui. (HR.
Bukhari Muslim)

Dalam Kitab Fath al-Qorib, dijelaskan aqad salam sah apabila penjual menjelaskan
sifat-sifat barang yg dijual secara rinci, dan barang yang sampai ke pembeli haruslah
sama seperti barang yang dijelaskan.

Jual Beli Muathoh


Ada dua bentuk akad jual beli jika dilihat dari ijab dan qobulnya menurut jumhur
ulama, yaitu perkataan dan perbuatan. Bentuk perkataan semisal dengan ucapan
penjual saya jual barang ini padamu, dan pembeli menerima dengan ucapan saya
beli barang ini darimu atau saya terima. Sedangkan bentuk perbuatan dikenal
dengan istilah muathoh. Bentuknya adalah seperti pembeli cukup meletakkan
uang dan penjual menyerahkan barangnya. Transaksi muathoh ini biasa kita
temukan dalam transaksi di pasar, supermarket, dan mall-mall. Transaksi muathoh
bisa dalam tiga bentuk:

Si penjual mengatakan saya jual, dan si pembeli cukup mengambil barang


dan menyerahkan uang.

Si pembeli mengatakan saya beli, dan si penjual menyerahkan barang dan


menerima uang.

Si penjual dan pembeli tidak mengatakan ucapan apa-apa, si pembeli cukup


menyerahkan uang dan si penjual menyerahkan barang.

Banyak pendapat ulama yang membolehkannya Jual Beli muathoh. Karena


beberapa alasan:
Pertama, Allah membolehkan jual beli dan tidak membatasinya dengan bentuk
akad tertentu. Allah Taala berfirman,

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al Baqarah: 275).
Kedua, sesuai urf (kebiasaan), dengan si pembeli menerima barang dan penjual
mengambil uang, maka itu sudah menunjukkan ridho keduanya.
Dari Abu Said Al Khudri, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




Sesungguhnya jual beli dituntut adanya keridhoan (HR. Ibnu Majah no. 2185.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Bentuk transaksi muathoh di zaman modern contohnya:

Jual beli melalui mesin yang sudah berisi minuman penyegar, aqua, atau
minuman bersoda dengan cukup memasukan sejumlah uang pecahan ke
dalam mesin.

Transaksi melalui mesin ATM.

Pemesanan dan pembelian tiket melalui internet.

Jual beli saham melalui internet.

Sahnya jual beli melalui tulisan seperti email, surat, sms. (Syarh Umdatul
Ahkam, 2: 782 dan Shahih Fiqh Sunnah, 4: 259)

Hukum Jual Beli Melalui Mesin

Jual beli melalui mesin pada haqiqat nya masuk pada jual beli muathoh. Dimana
tidak ada ijab qobul melalui perkataan.
Mesin disini hanyalah sarana, dan tentu tetap ada penjual di belakangnya yang
tetntunya sudah ikhlas dan secara sadar berniat menjual barangnya melalui
mesin.
Sedangkan musytari (pembeli) secara sadar membeli barang melalui mesin
tersebut dengan menyerahkan alat tukar, semisal uang.
Jual beli melalui mesin disini masuk kategori jual beli muathoh. Dimana ijab
qobul langsung melalui perbuatan.
Sehingga hukum jual beli barang melalui mesin atau perantara lainnya hukumnya sah asal
memenuhi prinsip dasar jual beli yaitu (a) tidak ada unsur penipuan; (b) barang yang dijual
diketahui dengan jelas oleh pembeli; (c) barang yang dijual bukan barang haram; (d) bukan
riba.


_
Apabila (pembeli) meletakkan satu dirham kepada penjual, dan kemudian
(pembeli) mengambil barang yangdiketahui (seharga) dari satu dirham tadi.
Maka hukum jual beli ini adalah sah. (Syarah Muwatho Imam Malik)

Fatwa Modern
Hampir semua ulama kontemporer sepakat atas bolehnya transaksi melalui
internet, mesin ATM, mesin otomatis untuk beli minuman, koran, majalah, dll.
Salah satunya adalah fatwa dari Dr. Ali Jumah Mumahammad, mufti Universitas
Al-Azhar Mesir. Dalam fatwanya no. 2785 tahun 2005 menyatakan jual beli sah
meski di era modern ini bertransaksi melalui internet, faks, mesin, email,
telepon, dll. Dimana penjual dan pembeli tidak saling bertatap muka dan tidak
secara langsung melakukan ijab qobul dalam suatu majlis jual beli. Karena hal itu
semua hanyalah sebuah perantara, dari banyak perantara yang sudah diketahui,
dan tetap masih dalam bentuk jual beli asalkan rukun terpenuhi dan tidak
adanya penipuan di dalamnya.,

Sumber
Fathul Muin
Nihatul Minhaj
Fathul Qorib
Ianatuth Tholibin
Shohih Muslim
Bahtsul Masail Muktamar NU ke 32, Makassar 2010
www.nu.or.id
www.piss-ktb.com
www.rumaysho.com
www.alkhoirot.net

Anda mungkin juga menyukai