Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengnalan Masa Jahiliyah (kondisi jairah arab qodim secara umum)


1. Jazirah Arab terletak di sebelah barat laut benua Asia
2. Sebuah pelataran jazirah yang mempunyai pengaruh yang sangat besar
3. Luasnya sekitar 8x lipat dari negeri inggris
4. Dari arah selatan, di batasi oleh bagian timur negeri Yordania dan padang
sahara negeri Syiriah
5. Bagian timur berbatas dengan Iraq dan bahagian tepi Emirat Arab
6. Bagian utara berbatas dengan garis india dan Adn serta di sebelah barat
didemarkrasi laut merah
B. Kondisi Di Jazirah Arab
1. Banyak kota ternama terhampar sepanjang jazirah “ Makkah, Yatsrib,
Madinah, Thoif dan kota lain di bagian utaran serta timur dan selatan
negeri yaman
2. Negeri Hijaz “tempat lahirnya islam” terletak di bagian barat jazirah
3. Sebgaian besar penduduk Jazirah suku Baduwi “ Nomaden, senang dipuji,
Suka berperang, Jahil”
4. Sebagian besar penduduknya Penyembah berhala
5. Sebagian kecil adalah orang Nasrani dan Yahudi “Ahli kitab dan pengikut
agama lain”
C. Ke Khasan Kota Makkah
1. Terdapat baitullah dan Ka’bah yang perama kali di bangun untuk
peribadatan manusia kepada Rob
2. Kota perdaganagan yang independen dan strategis yang menghubungkan
daerah bagian selatan dan utara jazirah
3. Kemakmuran masyarakat makkah yang melewati batas karena
perdagangan dan peternakan
4. Pusat beradaban dan kebudayaan dan sastra
5. Pasar terbesar “Ukaz” di lembah Nakhla

Mulai Masuk materi


Sepanjang pengenalan keadaan Jazirah Arab dan kondisi Makkah, maka peran
utama dalam keadaan ini di pegang Oleh “Qushay” sebagai sesepuh di Makkah
yang telah berhasil menyatukan seluruh suku Quraisy di bawah bendera
komandonya dan sebagai ketua pemegang kinci ka’bah dan membuat tradisi
berdagang/merantau kenegeri yaman waktu musin dingin dan ke syam/syiriah
di musim panas.
Nabi yang sering disebut khairul khalq (makhluk terbaik) dan sayyidul
anbiyâ’ wal mursalîn (pemimpin para nabi dan rasul) memiliki nasab yang luar biasa
sucinya. Nasabnya dipenuhi orang-orang termulia dari generasinya. Tidak ada
satu pun darinya yang berperilaku tercela. Karena itu, umat Islam harus
mengetahui nasab Rasulullah ‫ ﷺ‬secara terperinci.    Dalam kitab al-Sîrah al-
Nabawiyyah, Imam Ibnu Hisyam menulis nasab Rasulullah Muhammad ‫ﷺ‬ sebagai
berikut:  
‫اس ُم َعْب ِد‬
ْ ‫ب — َو‬ ِ ِ‫اهلل بن َعْب ِد الْمطَّل‬
ُ
ِ ‫ ه و حُم َّم ُد بن عب ِد‬،‫اهلل ص لي اهلل علي ه وس لّم‬
َْ ُ ْ َ َ ُ
ِ ‫ه ذا كِتَ اب ِس ير ِة رس و ِل‬
ْ ُ َ َْ ُ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫الْمطَّل‬
‫ص ّي بن‬ َ ُ‫ املغْي َرةُ بن ق‬:‫اس ُم َعْب د َمنَ اف‬ ْ ‫ عُ َم ُرو بن َعْب د َمنَ اف — َو‬:‫اس ُم َهاش ِم‬ ْ ‫ َش ْيبَةَ بن َهاش ِم — َو‬:‫ب‬ ُ
— َ‫َّض ِر بن كِنَانَ ةَ ب ِن ُخَزمْيَ ةَ بن ُم ْد ِر َك ة‬ ِ ِ‫ب بن فِه ِر بن مال‬ ِ ِ ‫كِاَل‬
ْ ‫الن‬ ‫ك بن‬ ْ ْ ِ ‫ي بن َغ ال‬ ِ ‫ب بن ُم َّر َة بن َك ْع‬
ِّ ‫ب بن لُ َؤ‬
ِ ُ — ‫ض ر بن نِ َزار بن َم َع ِّد بن َع ْدنَا َن بن َُّأد‬ ِ
‫اح ْور‬ُ َ‫ويقال َُأد َد بن ُم َق ِّوم بن ن‬ َ ‫ َع ام ِر بن ِإلْيَ اس بن ُم‬:َ‫واسم ُم ْد ِر َك ة‬
ُ
‫اعْي َل بن ِإْب َر ِاهْي َم — خلي ُل ال َّرمح ِن — بن تَ ارِح — وه َو‬ ِ ‫بن َتي رح بن يع رب بن ي ْش جب بن نَ ابت بن ِإمْس‬
َ َ َ ُ َ َ ُ َْ َْ
‫اح ْور بن َس ُار ْوغ بن َراعُ و بن فَالِخ بن َعْيرَب بن َش الِخ بن َْأرفَ ْخ َش ذ بن َس ام بن نُ ْوح بن لَ َم ك بن‬ ُ َ‫َآزر — بن ن‬
‫ط بِالْ َقلَ ِم — ابن َي ْرد بن‬ َّ ‫ُأع ِطي النُُّب َّو َة َو َخ‬ َ ‫س النَّيِب — َوكا َن ََّأو َل بَيِن‬
ْ ‫آد َم‬ ِ ‫ِإ‬
ُ ْ‫َأخُن ْوخ — َوهو ْدري‬ ْ ‫َمتُّو َشلَخ بن‬
ِ ِ
  ‫آد َم عليه السالم‬َ ‫َم ْهلَيِل بن َقْينَن بن يَانش بن شْيث بن‬
“Ini adalah kitab Sirah Rasulullah ‫ﷺ‬, dia adalah Muhammad bin Abdullah bin
Abdul Muttalib — nama asli Abdul Muttalib adalah Syaibah bin Hasyim — nama
asli Hasyim adalah Umar bin Abdu Manaf — nama asli Abdu Manaf adalah
Mughirah bin Qusayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fihr
bin Malik bin al-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah — nama asli
Mudrikah adalah ‘Amr bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin ‘Adnan bin
Udda — dilafalkan juga Udada bin Muqawwim bin Nahur bin Tayrah bin Ya’ruba
bin Yasyjuba bin Nabat bin Ismail bin Ibrahim — khalil al-rahman — bin Tarih —
dia adalah Azar — bin Nahur bin Sarug bin Ra’u bin Falikh bin Aybar bin Syalikh
bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Mattu Syalakh bin Akhnunkh —
dia adalah Nabi Idris, bani Adam pertama yang dianugerahi kenabian dan baca
tulis — bin Yard bin Malayil bin Qainan bin Yanisy bin Syits bin Adam 'alaihis
salam.” (Imam Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, ed. Umar Abdul Salam
Tadmuri, Dar al-Kutub al-‘Arab, 1990, juz 1, h. 11-16)  
Imam Ibnu Hisyam memang menyebutkan nasab Rasulullah secara lengkap
dari Abdullah sampai Nabi Adam, tapi para ulama dan ahli sejarah sendiri
berbeda pendapat perihal nasab Rasulullah di atas Adnan. Nasab Rasulullah yang
disepakati para ulama hanya nasab dari Abdullah sampai Adnan, sedangkan nasab
dari Adnan ke atas, para ulama berbeda pendapat.
Dari sisi ibunya, Sayyidah Aminah, nasab Rasulullah ‫ﷺ‬ adalah:  
‫ت َعْب ِد الْعُ َّزي بن عُثْ َم ا َن بن َعْب ِد‬ ِ ‫اف بْ ِن ُز ْهر َة بْ ِن كِاَل‬
ُ ‫ َو ُُّأم َه ا َب َّرةُ بِْن‬.‫ب بْ ِن ُمَّر َة‬ َ
ِ َ‫ب ب ِن عب ِد من‬
َ ْ َ ْ ٍ ‫ت َو ْه‬
ِ ِ
ُ ‫ه َي آمنَةُ بِْن‬
‫ص ِّي ب ِن كِاَل ب‬ ِ ِ ‫ و ُُّأم َها ُُّأم َحبِْي‬.‫ص ِّي بن َكاَل ب‬
َ ُ‫َأسد بن َعْبد الْعَُّزي بن ق‬ َ ‫ب بنت‬ َ َ ُ‫الدَّا ِر بن ق‬
“Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Ibunya
Sayyidah Aminah adalah Barrah binti Abdul ‘Uzza bin Utsman bin Abdul Dar bin
Qushayy bin Kilab. Ibunya Barrah binti Abdul ‘Uzza adalah Ummu Habib binti
Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushayy bin Kilab.” (Imam Abdul Aziz al-Kinânî, al-
Mukhtashar al-Kabîr fi Sîrah al-Rasûl, Amman: Dar al-Basyir, 1993, h. 19)
Nasab Sayyidah Aminah bertemu dengan nasab Sayyid Abdullah, ayah Rasulullah
di nama Kilab. Begitu pun dengan ibu Sayyidah Aminah, semuanya bermuara pada
satu sumber, yaitu Nabi Ismail 'alaihis salam.
Di Indonesia sendiri, ada beberapa nama marga Arab keturunan Nabi Muhammad
yang paling banyak penyebarannya, yaitu sebagai berikut:
1. Al-Hamid 2. Assegaf 3. Alaydrus 4. Al-Attas

Kelahiran Nabi Muhammad 


Ada banyak pendapat dan riwayat terkait dengan dengan biografi Nabi
Muhammad, terutama tentang hari kelahiran Nabi Muhammad. Namun menurut
riwayat yang paling masyhur, Nabi Muhammad lahir pada Tahun Gajah—tahun di
mana Raja Abrahah dari Yaman dan pasukan bergajahnya menyerang Ka'bah.
Persisnya, tanggal 12 Rabi’ul Awwal atau bertepatan dengan 29 Agustus
580 Masehi di Makkah. Pendapat ini didasarkan pada sebuah riwayat Imam Ibnu
Ishaq dari Sayyidina Ibnu Abbas: "Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12
di malam yang tenang pada bulan Rabi'ul Awwal, Tahun Gajah."    Diriwayatkan
bahwa banyak kejadian ajaib dan luar biasa terjadi, baik pada saat-saat sebelum
dan sesaat setelah Nabi Muhammad lahir.
Pada malam menjelang kelahiran Nabi, pintu-pintu surga dibuka lebar,
pintu-pintu neraka ditutup rapat, ribuan malaikat turun ke bumi, bulan terbelah,
bintang-bintang bersinar terang, dan burung-burung yang penuh cahaya
memenuhi rumah Sayyidah Aminah—ibunda Nabi Muhammad.   Sementara sesaat
setelah Nabi Muhammad lahir, jin tidak bisa lagi mengintip berita langit, arsy
bergetar hebat, seluruh langit dipenuhi cahaya sehingga menjadi terang, Istana
Kisra berguncang begitu dahsyat sehingga menyebabkan 14 balkonnya roboh, api
abadi yang disembah umat Majusi padam, Gereja di sekitar Buhaira roboh, dan
bahkan Ka’bah juga ikut bergetar selama tiga hari karena bahagia menyambut
kehadiran Nabi Muhammad.

Perihal Nama Muhammad


Nabi Muhammad bukan lah pemberian manusia. Ia adalah nama yang disampaikan
Allah kepada ibundanya Sayyidah Aminah dan kakeknya Abdul Muthalib melalui
malaikat dan isyarat mimpi. Dalam satu riwayat, seperti tercantum dalam al-
Sirah al-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, Sayyidah Aminah didatangi malaikat
ketika sedang mengandung.
Kepada Sayyidah Aminah, malaikat tersebut menginformasikan bahwa
anaknya yang berada dalam kandungan itu adalah pemimpin umat dan meminta
agar menamainya Muhammad.   Begitu juga dengan sang kakek, Abdul Muthalib.
Dia mendapatkan inspirasi nama Muhammad dari mimpinya. Jadi, pada saat
cucunya lahir, Abdul Muthalib membawanya ke dalam Ka’bah dan bertawaf.
Setelah itu, ia keluar dan melewati kerumunan massa. Mereka kemudian bertanya
kepada Abdul Muthalib perihal nama cucunya itu. Maka dijawablah kalau nama
cucunya adalah Muhammad.   
Orang-orang kembali bertanya mengapa dinamakan Muhammad. Sebuah
nama yang terdengar asing di telinga masyarakat Arab pada saat itu. Karena
tidak seorang pun dari nenek moyang dan bangsa Arab yang sebelumnya
menggunakan nama itu.   "Sesungguhnya aku sangat ingin semua penduduk bumi
memujinya," jawab Abdul Muthalib. Secara bahasa, Muhammad berarti yang
dipuji atau terpuji.
Masa Anak-anak
Nabi Muhammad adalah yatim-piatu sejak kecil. Beliau ditinggal wafat ayahnya—
Sayyidina Abdullah- ketika masih di dalam kandungan. Sang ayahanda jatuh sakit
dan kemudian wafat dalam perjalanan balik ke Makkah, setelah sebulan
berdagang di Syam. Dia kemudian dimakamkan di Madinah. Sementara sang
ibunda, Sayyidah Aminah, wafat ketika Nabi Muhammad berusia enam tahun.
Merujuk buku Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik
(Martin Lings, 2012), Nabi Muhammad hidup bersama sang ibunda selama tiga
tahun, atau hingga beliau berusia enam tahun. Saat usia satu hingga tahun, beliau
hidup bersama dengan ibu susuannya, Sayyidah Halimah as-Sa’diyah di kampung
Bani Sa’d.   
Keluarga Arab kota memiliki kebiasaan untuk menitipkan anak mereka yang
baru lahir kepada perempuan desa atau gurun untuk disusui. Hal ini dilakukan
agar anak mereka terhindar dari penyakit yang ada di wilayah perkotaan, agar
anaknya memiliki tubuh yang sehat, dan agar anak-anak mereka fasih dalam
berbahasa Arab. Begitu pun dengan Sayyidah Aminah. Ia menitipkan anaknya,
Nabi Muhammad, kepada Halimah as-Sa’diyah beberapa saat setelah
melahirkannya.
Dengan demikian, Nabi Muhammad menghabiskan masa anak-anaknya—
masa balita—di Kampung Bani Sa’d. Kehadiran Nabi Muhammad membawa
keberkahan tersendiri bagi Halimah dan keluarganya. Setelah ada Nabi,
kehidupan Halimah dan keluarganya menjadi lebih sejahtera karena hewan
ternaknya menjadi gemuk-gemuk dan beranak banyak.   Pada usia enam tahun,
Nabi Muhammad kembali hidup dan tinggal bersama sang ibunda. Namun tidak
berselang lama, beliau ditinggal wafat yang ibunda.
Nabi kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Tidak lama
kemudian, kakeknya wafat dan Nabi diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.  Pada saat
usia delapan tahun, Nabi Muhammad mulai bekerja menggembala kambing milik
orang kaya Makkah. Disebutkan Nizar Abazhah dalam Bilik-bilik Cinta Muhammad
(2018), setidaknya ada tiga alasan mengapa Muhammad kecil akhirnya
memutuskan untuk bekerja menggembala kambing. Pertama, membantu
meringankan beban ekonomi Abu Thalib. Kedua, Kedua, menggembala kambing
tidak butuh modal. Ketiga, Nabi Muhammad senang berada di padang yang luas
karena di sana beliau bebas merenungkan segala sesuatu secara mendalam tanpa
ada yang mengganggunya. Beliau menjadi penggembala kambing kurang lebih
selama empat tahun.
Masa Remaja
Pada saat usia 12 tahun, beliau diajak Abu Thalib untuk ikut dalam kafilah dagang
ke Syam. Sejak saat ini, beliau semakin menekuni dunia perdagangan. Hingga
suatu ketika seorang saudagar kaya Makkah, Sayyidah Khadijah, membuka
lowongan kerja bagi siapa saja untuk menjajakan barang dagangannya. Abu Thalib
mendengar hal itu dan kemudian menawarkannya kepada Nabi Muhammad. Beliau
menerima tawaran tersebut.  
Tugas pertama Nabi Muhammad adalah berniaga ke negeri Syam. Beliau
ditemani Maisaroh—budak Sayyidah Khadijah—dengan membawa barang
dagangannya berupa kain-kain.    Berkat kerja keras, sikap jujur, dan amanah,
Nabi Muhammad berhasil menjajakan barang dagangannya. Semuanya laku terjual
dan untung banyak. Setelah mendengarkan cerita dari Maisaroh, Sayyidah
Khadijah terkesima dengan sikap dan perangai Nabi Muhammad dalam
mendagangkan barangnya.     Merujuk buku Muhammad A Trader, Nabi
Muhammad sudah menjadi pemimpin kafilah dagang ke luar negeri pada saat
usianya baru 17 tahun. Ia berdagang hingga ke 17 negari lebih. Di antaranya
Syam, Yordania, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan lainnya. 
Dalam Sirah Nabawiyyah, al-Mubarakfury menjelaskan bahwa Nabi
Muhammad menggandeng as-Saib bin Abus-Saib sebagai partner saat awal-awal
memulai bisnis. Bagi Nabi, Abus-Saib adalah rekan terbaiknya dalam bisnis. Tidak
pernah berselisih dan tidak curang. Demikian biografi Nabi Muhammad dari
kelahiran hingga masa remajanya.

Pengasuh Nabi Muhammad SAW dari Masih Kecil Hingga Menikah


1. Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf
Seseorang yang bernama Aminah ini adalah ibu kandung dari Nabi
Muhammad SAW. Beliau menyusui Muhammad kecil hanya berselang tiga hari
setelah melahirkan, riwayat lain ada  yang mengatakan seminggu, bahkan sepuluh
hari. Hal ini karena adanya kebiasaan masyarakat arab pada masa itu, yakni
menyewa jasa ibu-ibu untuk menyusui anak yang baru dilahirkan. Muhammad kecil
pun selanjutnya diasuh oleh seseorang dari bani Sa’ad yang bernama Halimah.
Tidak hanya itu, Muhammad kecil diasuh oleh sang ibunda. Pada saat
Muhammad berumur empat tahun, (riwayat lain mengatakan lima tahun)
Muhammad kembali diasuh oleh Aminah. Namun hal ini tidak berlangsung lama,
pasalnya Aminah menginggal pada saat Muhammad berumur enam tahun.
2. Tsuwaibah
Tsuwaibah merupakan budak perempuan milik paman Nabi Paman Nabi
SAW yang bernama Abu Lahab. Tsuwaibah dimerdekakan oleh Abu Lahab sebab
sangat senangnya Abu Lahab mendengar berita kelahiran Muhammad. Sehinggga
Tsuwaibah ikut serta menyusui Muhammad kecil dan menjadi perempuan pertama
yang menyusui Muhammad kecil di luar keluarga.
Namun Tsuwaibah hanya menyusui beberapa hari saja, riwayat lain ada
yang mengatakan seminggu. Tsuwaibah juga pernah menyusui Hamzah bin Abdul
Muthalib dan Abu Salamah bin Abdul Asad Al-Makhzumi.
3. Halimah binti Abu Zaid
Halimah merupakan ibu susuan Nabi Muhammad SAW yang berasal dari
perkampungan bani Sa’ad. Perempuan yang biasa dikenal dengan Halimah As-
Sa’diyah itu menjadi pengasuh Nabi SAW dalam kurun waktu empat tahun.
Setelah Muhammad berumur empat tahun, beliau kemudian mengembalikan
Muhammad kecil kepada keluarganya.
Ketika Halimah mengasuh Muhammad kecil, ia merasakan banyak
keberkahan dalam hidupnya. Seperti ASI Halimah yang selalu ada dan mengalir
ketika menyusui, dan hasil ternak yang melimpah.
Dua tahun pun berlalu, sudah saatnya Muhammad kembali ke pangkuan
keluarganya. Namun Halimah meminta kepada keluarga Muhammad untuk
mengasuhnya lebih lama. Hal ini karena keberkahan, serta kecintaannya kepada
Muhammad kecil,
Setelah terjadi peristiwa pembelahan dada oleh seseorang kepada
Muhammad kecil, Halimah mulai khawatir. Sehingga Halimah segera
mengembalikan Muhammad kecil kepada keluarganya.
4. Ummu Aiman
Ummu Aiman merupakan seorang budak perempuan yang dimiliki oleh ayah
Nabi SAW, Abdullah. Budak perempuan yang bernama asli Barakah binti
Tsa’labah ini berasal dari Habasyah (Ethiopia). Setelah Abdullah meninggal,
Ummu Aiman berpindah kepemilikan dari Abdullah menjadi budak Muhammad
kecil.
Ummu Aiman mengabdikan dirinya kepada keluarga Abdullah hingga
Muhammad menikah dengan Khadijah. Beliau ikut serta merawat Aminah dan
membantu proses persalinan. Ia pun menjadi orang pertama yang menggendong
Muhammad kecil ketika baru lahir. Maka tidak berlebihan jika Nabi SAW
menyebut Ummu Aiman sebagai ibu setelah ibu kandungnya.
Setelah Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, Ummu Aiman
dimerdekakan. Ummu Aiman juga termasuk dalam As-Sabiqunal Awwalun, yakni
orang-orang yang pertama kali masuk Islam.
5. Abdul Muthalib
Nama aslinya adalah Syaibah bin Hasyim, beliau merupakan pemuka di suku
Quraisy dan Bani Hasyim, yang sekaligus merupakan kakek dari Nabi SAW dari
jalur ayah. Abdul Muthalib mulai mengasuh Muhammad kecil ketika Muhammad
berumur enam tahun, tepat setelah meninggalnya sang ibunda, Aminah.
Pengasuhan Abdul Muthalib ini hanya berlangsung dua tahun, karena saat
Muhammad berumur delapan tahun, beliau meninggal dunia. Sebelum meninggal,
beliau sempat berwasiat agar pengasuhan Muhammad kecil dilanjutkan oleh Abu
Thalib.
6. Abu Thalib
Nama asli Abu Thalib adalah Abdul Manaf, beliau merupakan kakak dari
ayah Nabi SAW, Abdullah. Beliau melanjutkan pengasuhan terhadap Muhammad
kecil setelah meninggalnya Abdul Muthalib.
Estimasi waktu pengasuhan Abu Thalib terhadap Muhammad kecil
terbilang cukup lama, dari umur delapan tahun sampai Muhammad menikah, yakni
ketika Muhammad berumur 25 tahun. Bahkan setelah menjadi Rasul, Abu Thalib
tetap melindunginya dari berbagai serangan dan ancaman kaum kafir Quraisy
hingga beliau wafat.
Ada sebuah kisah yang populer saat beliau mengajak Muhammad kecil
pergi berdagang, yakni kisah seorang pendeta Bukhaira yang melihat tanda-tanda
kenabian pada tubuh Muhammad. Sehingga pendeta tersebut mengisyaratkan
agar Abu Thalib benar-benar menjaga Muhammad, sebab akan ada serangan dari
kaum Yahudi jika mereka mengatahuinya.

Anda mungkin juga menyukai