Anda di halaman 1dari 3

Demam Berasal dari Serpihan Neraka Jahannam A.

Takhrij hadis Terkait dengan hadis


tentang demam berasal dari serpihan neraka jahannam. Dalam melakukan tahrij,
penulis menggunakan Software Mausuah dengan metode tahrij bil alfadz wa al
maudhu. Sehingga ditemukan 6 periwayat dengan variasi sanad dan matan yang
sedikit berbeda. Berikut adalah hadis yang ditemukan dalam Shahih Bukhori, Muslim,
Sunan Tirmidzi, Ibn Majah, Musnad Ahmad dan Sunan Addarami: a. Shahih Bukhori[1]
(3023) :
) ( b. Shahih Muslim[2] (4097)
:
c. Sunan Tirmidzi[3] (1999)



.
- -








. d. Sunan Ibn Majah[4] (3462)




- -




. e. Musnad Ahmad[5] f. Sunan Ad Darami[6] (2650)


: - -

B. Kritik sanad Dari sekian hadis tentang demam berasal dari
neraka jahannan, dalam tulisan ini akan mengkaji sebuah hadis yang dirwayatkan Imam
Bukhori hadis no 3023. :
) ( Malik bin Ismail menceritakan kepda
kami, (ia berkata) Zuhair menceritakan kepada kami, (ia berkata) Hisyam menceritakan
kepda kami (yang diterima) dari Urwah (yang berasal) dari Aisyah ra (yang diterima)
dari Nabi saw. Rasulullah saw bersabda: Demam panas adalah dari serpihan api
neraka jahannam, maka dinginkanlah dengan air. (H.R. Bukhori) Aisyah (W. 58 H)
Nama lengkapnya Aisyah binti Abi Bakar Asshiddiq. Beliau adalah Istri nabi Muhammad
Saw dan termasuk kategori sahabat yang dikenal dengan Ummul Mukminin. Sehingga
dari segi keadilannya tidak diragukan lagi sebagaimana kaidah jumhur ulama hadis,
bahwa al-shahabah kulluhum udul (setiap sahabat adalah adil). Adapun murid-
murid Aisyah adalah Ibrahim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abi Rabiah, Ibrahim bin
Yazid bin Syarik, Abu Hafshah Maula Aisyah. Urwah (W. 93 H) Nama lengkapnya
Urwah bin Awam Kwuwailid bin Asad bin Abdul Aziz bin Qossi. Nama kunyahnya adalah
Abu Abdullah, sedangkan nama laqabnya adalah tidak ditemukan . Beliau meriwayatkan
hadis dari Usamah bin Zaid bin Syarhabil, Asma binti Abi Bakar As-Shiddiq, Asma binti
Amis dan lain sebagainya. Adapun murid-muridnya adalah Abu Bakar bin Abdullah bin
Abi al-Jahim, Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Hazn, Ismail bin Abi Hakim dan
lain sebagainya. Adapun penilaian para ulama terhadap Urwah, dikemukakan oleh
Azzuhri, Sufyan bin Uyainah dengan pendapatnya bahwa Urwah adalah orang yang
paling mengetahui hadis dari Aisyah. Al-Ajli menilai tsiqah. Hisyam (W. 145 H) Nama
lengkapnya adalah Hisyam bin Urwah bin Zubair bin Awam. Nama kunyahnya Abu
Mundzir. Beliau berguru kepada Bakr bin Wail bin Daud, Husein bin Abdillah bin Abbas,
Hafshah bin Sirin dan lain sebagainya. Sedangkan murid-muridnya ialah Aban bin
Yazid, Ibrahim mbin Hamid bin Abdurrahman, Ibrahim bin Said bin Ibrahim bin
Abdurrahman bin Auf dan lain sebagainya. Adapun penilaian para ulama al-jarh wa
al-tadil terhadap Hisyam dikemukaka oleh Muhammad bin Said. Beliau menyatakan
tsiqah tsubut hujjah. Sedang Yaqub bin Syabah menytakannya tsiqah tsabit. Abu
Hatim Ar-Razi menyatakan tsiqah fi al hadits. Ibn Hibban menyatakan bahwa hisyam
adalah muttaqanan hafidz. Zuhair (W. 173 H) Nama lengkapnya adalah Zuhair bin
Muawiyah bin Hadij. Nama kunyahnya Abu Khaitsamah. Dalam meriwayatkan hadis
Zuahair banyak berguru kepada ulama seniornya antara lain: Ibrahim bin uqbah Abi
Iyasy, Ibrahim bin Muhajir bin Jabir, Ishaq bin Yahya bin Thalhah bin ubaidillah dan lain
sebagainya. Adapun murid-muridnya adalah Ahmad bin Abdullah bin Abi Syuaib bin
Muslim, Ahmad bin Abdullah bin yunus bin Abdullah bin Qais, Ahmad bin Abdullah bin
Waqid dan lain sebagainya. Sedangkan, pendapat ulama hadis terhadap Zuhair
antara lain: Ahmad bin Hambal menyatakan . Yahya bin Muayyin Abu
Zariah Ar-Razi menyatakan tsiqah, An-NasaI menyatakan tsiqah tsubut. Adapun Abu
Hatim Ar-Razi menyatakan . Malik bin Ismail (W. 219 H) Nama lengkapnya
adalah Malik bin Ismail bin Dirham, sedangkan nama kunyahnya adalah Abu Ghasan.
Dalam meriwayatkan hadis Malik belajar kepada guru-gurunya seperti Asbath bin Nasr,
Israil bin Yunus bin Abi Ishaq, Jarir bin Hazm bin Zaid dan lain sebagainya. Hadis yang
diperoleh dari guru-gurunya tadi di ajarkan kepada murid-muridnya. Adapun murid-murid
Malik adalah Ibrahim bin Yaqub bin Ismail, Ahmad bin Utsman bin hakim, Hasan bin Ali
bin Muhammad dan lain sebagainya. Adapun pandangan para ulama jarh wa al tadil
terhadap Malik bin Ismail adalah sebagai berikut: Yahya bin Muin, beliau menilai tsiqah;
Utsman bin Abi Syaibah, menilai shaduq tsabat muttaqna; An Nasai, menilainya tsiqah;
Abu Hatim Ar Razi, berpendapat muttaqana tsiqah. Sedangkan Al Ajli mengatakan
bahwa Malik bin Ismail adalah tsiqah shahih al kitab Dari penjelasan tersebut diatas
dapat kiata ketahui bahwa seluruh perawi dalam sanad hadis Bukhori adalah tergolong
perawi yang terpercaya atau tsiqah, karena tidak ditemukan dari pendapat ulama ahl
jarh wa al tadil yang menganggap cacat atau men tajrih nya. Dilihat dari segi sambung
tidaknya, sanad hadis tersebut bersambung dari awal sampai akhir. Hal ini dapat dilihat
dari saling bertemunya antara murid dengan gurunya. Dengan demikian, dari aspek
sanad, hadis ini dapat dinyatakan hadis shahih. Karena seluruh rawinya muttashil dan
tsiqah (baca: adil dan dhabit) dari awal hingga akhir. C. Kritik matan Dalam
perspektif ilmu hadis, kritik matan baru dapat dilakukan setelah kritik sanad selesai.
Dengan kata lain, setelah suatu hadis lolos dari penelitian sanadnya, maka baru
dilakukan kritik matan. Sebab jika secara sanad tidak dapat dibuktikan bahwa hadis itu
shahih dan marfu sampai Rasulullah, maka berarti ia bukan hadis, dan sekaligus tidak
perlu dilakukan kririk matan.[7] Matan hadis yang penulis teliti tampaknya
betentangan dengan ilmu kesehatan dan logika. Secara medis, demam atau panas
dalam disebabkan oleh adanya microba, bakteri, virus, atau infeksi pada bagian tubuh.
Infeksi bisa diakibatkan dari lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh
seseorang sehingga ada perbedaan suhu diluar dan di dalam tubuh manusia.
Perubahan cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan, seperti perubahan
musim kemarau kemusim hujan atau dari musim hujan kemusim kemarau. Pada musim
pancaroba seperti itu, membuat daya tahan tubuh seseorang mengalami penururunan
sehingga kondisi tubuhnya mudah diserang penyakit. Setiap orang yang terkena infeksi,
dapat dipastikan suhunya naik, sehingga demam panas menyerang tubuhnya.
Dalam dunia medis, salah satu untuk mengurangi rasa panas badan dianjurkan untuk
meng kompres dengan air atau es di bagian dahi atau kepala. Sehingga lambat laun
suhu tubuh yang belebihan bisa berkurang dan kembali pada kondisi normal.
Permasalahannya adalah, pemaknaan dari pernyataan Nabi bahwa demam atau panas
berasal dari neraka jahannam. Padahal panasnya neraka jahannam merupakan hal
yang gaib atau metafisis. Mana mungkin bisa suatu yang bersifat gaib sudah
ditampakkan kepada manusia (baca: sakit demam). Sedangkan demam sendiri
merupakan perkara yang riil yang dapat dirasakan oleh penderita. Untuk
memahami lebih jauh tentang makna dan maksud hadis tersebut, perlu menggunakan
beberapa pendekatan, dintaranya adalah pendekatan teologis dan tasawuf. 1.
Pendekatan teologis Pada dasarnya, penyakit demam diakibatkan karena tubuh
terjangkit virus, microba, atau infeksi. Panas yang ditimbulkan dari demam adalah
derivasi dari api neraka.[8] Manakala orang terkena infeksi atau virus yang dapat
menyebabkan kekebalan tubuhnya lemah, maka pada saat itu titik api neraka ini dengan
mudah menerpanya. Inilah yang dimaksudkan demam adalah percikan dari neraka.
Hadis ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang sumber panas, bukan
penyebab panas.[9] Dalam kehidupan mansia di bumi ini, pusat energi kehidupan
adalah matahari. Matahari memancarkan sinarnya sendiri dan mampu memberi cahaya
bagi planet dan satelit yang mengitarinya. Namun yang menjadi pertanyaan dari
manakah cahaya atau energi matahari itu sendiri. Apakah matahari memiliki komponen
atau material yang mampu menciptakan energi sehingga bisa memancarkan sinar dan
energi kalor. Kalau memang matahari mempunyai komponen, material atau unsur yang
dapat mengehasilkan energi, kemudian dari manakah partikel-partikel, komponen, dan
unsur itu. Ilmu pengetahuan belum mampu menjelaskan dari mana semaua itu berasal.
Namun dengan keyakinan dan petunjuk wahyu, semua itu berasal dari Tuhan. Tuhanlah
yang membuat dan mengatur energi, sehingga dari energi tersebut seluruh tatanan
jagat raya ini mendapat manfaattnya. 2. Pendekatan tasawuf Nabi saw
menyampaikan hadis tersebut bertujuan untuk memberikan peringatan kepada orang
yang sedang terserang demam agar mengambil pelajaran dari sakit yang dialaminya.
Orang yang demam akan merasakan panas seluruh tubuhnya. Sehingga dengan
cobaan demam tadi manusia ingat bahwa kelak akan ada yang lebih panas yang
melebihi panas yang dirasakan pada waktu sakitnya. Intinya memberi peringatan bagi
manusia agar selalu ingat Tuhannya. D. Kesimpulan Hadis tersebut
memberikan isyarat tentang pengobatan pada masa Rasulullah. Untuk menghilangkan
demam. Rasulullah menganjurkan untuk meredamkannya dengan air. Dalam bahasa
medisnya dikompres pada bagian kepala. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah
memiliki kemampuan mengenai cara pengobatan, yang masih relevan dengan zaman
masa kini. Walaupun pada masa sekarang orang pada lari ke toko atau apotek untuk
membeli obat. Tetapi dilihat dari aspek implikasi terhadap kesehatan tubuh, maka
pengobatan tradisional ala Nabi ini tidak mengandung efek samping yang
mengakibatkan timbulnya penyakit baru, yang diakibatkan dari obat yang mengandung
bahan kimia. [1] Dalam Shahih Bukhori ditemukan tujuh buah hadis dengan rawi yang
berbeda-beda. Diantaranya adalah: Abdullah No. Hadis 3021, 3024, 5284. Rofi bin
Khadij No. Hadis 3022, 5285. Aisyah No. Hadis 3023, 5284. [2] Dalam Shahih Muslim
ditemukan 3 jalur periwayatan, diantaranya adalah: Abdullah No, Hadis 4093,4094,
4095, 4056. Aisyah No. Hadis 4097. Rofi bin Khadij No. Hadis 4099, 4100. [3] Dalam
Sunan Tirmidzi hanya ditemukan 3 hadis diantaranya dari Rofi bin Khadij No. 1999.
Aisyah No. 2000 dan Tsauban bin Bajdad. No. 2010. [4] Ditemukan 4 hadis. No. 3462,
3463, 3464, 3466. [5] Ditemukan 9 hadis. No. 2518, 4489, 5908, 20881, 21144, 21243,
23095, 23096, 23457. [6] Ditemukan satu hadis, ktab ar Riqaaq bab al huma min faihil
jahannam, no hadis. 2650. [7] Dr. H. Abdul Mustaqim, M.A. Ilmu Maanil Hadits
Paradigma Interkoneksi, (Yogyakarta:Idea Press, 2008), hlm. 121. [8] Dr. Nizar Ali,
Hadis Versus Sains, Memahami Hadis-Hadis Musykil, (Yogyakarta: Teras, 2008),
hlm.19. [9] Dr. Nizar Ali, Hadis Versus Sains, Memahami Hadis-Hadis Musykil, hlm. 21

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai