Anda di halaman 1dari 6

Hadis Bekam

‫صا َعي ِْن ِم ْن‬ َ ‫ط ْيبَةَ فَأ َ َم َر لَهُ ِب‬


َ ‫سلَّ َم َح َج َمهُ أَبُو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ب ْال َح َّج ِام فَقَا َل احْ ت َ َج َم َر‬
َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫سئِ َل أَن‬
ِ ‫َس ْبنُ َمالِكٍ َع ْن َك ْس‬ ُ
ُ‫ض َل َما تَدَ َاو ْيت ُ ْم بِ ِه ْال ِح َجا َمةُ أ َ ْو ه َُو ِم ْن أَ ْمث َ ِل دَ َوائِك ْم‬ ْ َ َّ َ ْ ْ
ِ ‫ضعُوا َعنهُ ِمن خ ََر‬
َ ‫اج ِه َوقا َل إِن أف‬ َ َ ْ َ َّ َ
َ ‫طعَ ٍام َوكل َم أهلهُ ف َو‬ َ

Dari Anas bin Malik r.a,(ditanya) mengenai Hijamah, beliau berkata : bahwa Sesungguhnya
Rasulullah ber-bekam/hijamah dan memerintahkan keluarga beliau dan Rasulullah bersabda:
Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah dengan Hijamah.Hadis dari Ibnu Abi
Umar juga menyebutkan demikian(Shahih Muslim 1577)

‫ المعجم الكبير‬.”ُ‫اس ْال ِح َجا َمة‬ َ ‫”أَ ْف‬:‫سلَّ َم‬


ُ َّ‫ض ُل َما تَدَ َاوى بِ ِه الن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ قَال‬،َ ‫س ُم َرة‬
َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ، ٍ‫َع ْن أَبِي َر َجاء‬
َ ‫ع ْن‬
‫الطبراني‬

Dari Abi Raja’, dari Samurah r.a. berkata : bahwa Sesungguhnya Rasulullah bersabda:
Sebaik-baik pengobatan yang manusia lakukan adalah dengan Hijamah. (Mu’jam Kabir – At
Thabrani)

‫س ْب َع َع ْش َرةَ ِم ِن‬ ِ َ ‫” ْال ِح َجا َمةُ يَ ْو َم الثُّالث‬:‫سلَّ َم‬


َ ‫اء ِل‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ قَال‬،‫ار‬
َّ ‫سو ُل‬ ٍ ‫س‬َ َ‫ َع ْن َم ْع ِق ِل بن ي‬،َ ‫َع ْن ُم َعا ِويَةَ بن قُ َّرة‬
‫ نوع من العالج بتشريط موضع األلم وتسخينه‬: ‫( الحجامة‬1(‫سنَ ٍة” معرفة الصحابة ألبي نعيم األصبهاني‬ ِ َ‫ش ْه ِر دَ َوا ٌء لَد‬
َ ‫اء‬ َّ ‫ال‬
‫إلخراج الدم الفاسد منه‬

Dari Muawiyah, dari Ma’ql bin Yassar r.a, berkata : bahwa Sesungguhnya Rasulullah
bersabda: Hijamah pada hari selasa atau tanggal 17 adalah pengobatan yang
disunnahkan(Ma’rifatu Shahabah dan Mu’jam Kabir At Thabrani)

‫علَى‬َ ُ‫سا َم ٍة َقا َل دَخ َْلت‬ َ ‫ف َحدَّثَنَا َش ْي ٌخ ِم ْن بَ ْك ِر ب ِْن َوائِ ٍل فِي َمجْ ِل ِس َق‬ ٌ ‫ف َوه َْوذَة ُ َحدَّثَنَا َع ْو‬ ٌ ‫ف أ َ ْخبَ َرنَا َع ْو‬ ُ ‫َحدَّثَنَا إِ ْس َح‬
ُ ‫اق ْبنُ يُو‬
َ ‫س‬
َ‫سلَّ َم َيقُو ُل ِإ َّن ِم ْن َخي ِْر دَ َوائِ ُك ْم ْال ِح َجا َمة‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬َ َ‫س ُم َرة َ َوه َُو َيحْ ت َِج ُم فَقَال‬
َ

Sesungguhnya sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah Hijamah(Musnad Ahmad)

‫ دواء لداء‬، ‫ « الحجامة يوم الثالثاء لسبع عشرة من الشهر‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ قال‬، ‫عن معقل بن يسار‬
‫ ما أنت قائل في هذه األخبار التي رويتها لنا عن رسول هللا‬: ‫سنة » القول في البيان عن معاني هذه األخبار إن قال لك قائل‬
‫ « ما مررت بمأل من المأل األعلى إال أمروني‬: ‫ وقوله عليه السالم‬، ‫ من ندبه أمته إلى الحجامة‬، ‫صلى هللا عليه وسلم‬
‫ وتسع‬، ‫ وسبع عشرة‬، ‫ وقوله صلى هللا عليه وسلم « احتجموا لخمس عشرة‬، » ‫ مر أمتك بالحجامة‬: ‫ وقالوا‬، ‫بالحجامة‬
‫ وإحدى وعشرين‬، ‫« عشرة‬

Dari Muawiyah, dari Ma’ql bin Yassar r.a, berkata : bahwa Sesungguhnya Rasulullah
bersabda: Hijamah pada hari selasa atau tanggal 17 adalah pengobatan yang disunnahkan.
Dijelaskan bahwa diceritakan mengenai Pengobatan dengan Hijamah dan dikatan bahwa :
Rasulullah SAW bersabda : “ Aku tidak diperintah oleh Para Malaikat pada Malam Isra
kecuali mereka (para Malaikat) itu berkata : Kerjakan Hijamah ya Muhammad .” dan mereka
(para Malaikat) itu juga berkata Perintahkan Umatmu ber-hijamah. Rasulullah bersabda:
Hendaklah ber-hijamah/ber-bekam pada tanggal 15, 17, 19 dan 21”.(Ma’rifatu Shahabah dan
Mu’jam Kabir At Thabrani(

‫ « خير يوم تحتجمون فيه سبع عشرة وتسع عشرة وإحدى وعشرين‬: ‫ قال‬، ‫ عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬، ‫عن ابن عباس‬
« ، ‫ عليك بالحجامة يا محمد » مسند عبد بن حميد‬: ‫ « وما مررت بمأل من المالئكة ليلة أسري بي إال قالوا‬: ‫قال‬

Dari Ibn Abbas r.a, dari Rasulullah bersabda: Sebaik-baik hari untuk Hijamah adalah pada
tanggal 17, tanggal 19 dan 21.” Rasulullah SAW bersabda : “ Aku tidak diperintah oleh Para
Malaikat pada Malam Isra kecuali mereka (para Malaikat) itu berkata : Kerjakan Hijamah ya
Muhammad .”(Musnad Abd bin Hamid(

‫احت َ َج َم فِي َرأْ ِس ِه‬


ْ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن ُه َما أ َ َّن َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ٍ ‫ع ْن اب ِْن َعب‬
ِ ‫َّاس َر‬ َ
Dari Ibn Abbas r.a, bahawa Rasulullah pernah dihijamah di kepala beliau(Shahih Bukhari –
Bab Bekam di Kepala)

Selama Aku Berjalan pada malam isra mi’raj bersama para malaikat, Mereka selalu berkata
“Hai Muhammad, suruhlah umatmu berbekam”. Sesaat setelah Isra Mi’raj, Rasulullah juga
menyatakan, sebagaimana diriwayatkan Abdullah ibnu Mas’ud, bahwa ia tidak melewati
sejumlah malaikat melainkan mereka semua menyuruh Beliau dengan mengatakan,
“Perintahkanlah umatmu untuk berbekam!”.

“Kesembuhan (obat( itu ada pada tiga hal; dengan minum madu, pisau hijamah (bekam(, dan
dengan besi panas. Dan aku melarang umatku dengan besi panas.” (Hadits Bukhari(.

“Sesungguhnya cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah
(bekam(” (Muttafaq ‘alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280( dan Shahih Muslim (no. 2214(

“Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah al hijamah” (HR. Ahmad, shahih(.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya pada bekam itu terkandung kesembuhan.” (Kitab
Mukhtashar Muslim (no. 1480(, Shahihul Jaami’ (no. 2128( dan Silsilah al-Hadiits ash-
Shahiihah (no. 864), karya Imam al-Albani)

Dari Ashim bin Umar bin Qatadah RA, dia memberitahukan bahwa Jabir bin Abdullah RA
pernah menjenguk al-Muqni’ RA, dia bercerita: “Aku tidak sembuh sehingga aku berbekam,
karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya
didalamnya terkandung kesembuhan’.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Ya’la, al-
Hakim, al-Baihaqi)

“Kesembuhan bisa diperoleh dengan 3 cara yaitu: sayatan pisau bekam, tegukan madu,
sundutan api. Namun aku tidak menyukai berobat dengan sundutan api” ( HR. Muslim(.

Dari Uqbah bin Amir RA, Rasulullah SAW bersabda: ” Ada 3 hal yang jika pada sesuatu ada
kesembuhan, maka kesembuhan itu ada pada sayatan alat bekam atau minum madu atau
membakar bagian yang sakit. Dan aku membenci pembakaran (sundutan api) dan tidak juga
menyukainya.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya)

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika ada suatu kesembuhan pada obat-obat
kalian maka hal itu ada pada sayatan alat bekam.” Beliau bersabda: “Atau tegukkan madu.”
(Kitab Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil Bazar,karya al-Haitsami, III/388)

Dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda: “Orang yang paling baik adalah seorang tukang
bekam (Al Hajjam) karena ia mengeluarkan darah kotor, meringankan otot kaku dan
mempertajam pandangan mata orang yang dibekamnya.” (HR. Tirmidzi, hasan gharib(.
“Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu terdapat kebaikan, maka hal itu
adalah berbekam” (Shahih Sunan Ibnu Majah, karya Syaikh Al-Albani (II/259), Shahih
Sunan Abu Dawud, karya Syaikh Al-Albani (II/731)).

Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: “Kalian harus berbekam dan
menggunakan al-qusthul bahri.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan an-Nasai dalam kitab
as-Sunan al-Kubra no. 7581).

Dari Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata: “Rasulullah SAW pernah menyampaikan sebuah
hadits tentang malam dimana beliau diperjalankan bahwa beliau tidak melewati sejumlah
malaikat melainkan mereka semua menyuruh beliau SAW dengan mengatakan:
‘Perintahkanlah umatmu untuk berbekam’.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani
(II/20), hasan gharib).

Pada malam aku di-isra’kan, aku tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka
berkata: “Wahai Muhammad suruhlah umatmu melakukan bekam.” (HR Sunan Abu Daud,
Ibnu Majah, Shahih Jami’us Shaghir 2/731(

Dari Ibnu ‘Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah aku berjalan melewati
segolongan malaikat pada malam aku diisra’kan, melainkan mereka semua mengatakan
kepadaku: ‘Wahai Muhammad, engkau harus berbekam’.” (Shahih Sunan Ibnu Majah,
Syaikh al-Albani (II/259))

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah aku melewati satu dari langit-
langit yang ada melainkan para malaikat mengatakan: ‘Hai Muhammad, perintahkan
ummatmu untuk berbekam, karena sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk berobat
adalah bekam, al-kist, dan syuniz semacam tumbuh-tumbuhan’.” (Kitab Kasyful Astaar ‘an
Zawaa-idil Bazar, karya al-Haitsami, III/388)

Dari Jabir al-Muqni RA, dia bercerita: “Aku tidak akan merasa sehat sehingga berbekam,
karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya pada
bekam itu terdapat kesembuhan’.” (Shahih Ibnu Hibban (III/440))

Dari Anas RA, dia bercerita: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Jika terjadi panas memuncak,
maka netralkanlah dengan bekam sehingga tidak terjadi hipertensi pada salah seorang
diantara kalian yang akan membunuhnya’.” (diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab al-
Mustadrak, dari Anas RA secara marfu’, beliau mensyahihkannya yang diakui pula oleh adz-
Dzahabi (IV/212))
Pertama : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, dari Nabi saw. Bersabda :

ِ ‫َار َوأَنَا أ َ ْن َهى أ ُ َّمتِي َع ْن ْالكَي‬


ٍ ‫س ٍل أ َ ْو َكيَّ ٍة ِبن‬
َ ‫ط ِة ِمحْ َج ٍم أ َ ْو ش َْربَ ِة َع‬
َ ‫الشفَا ُء فِي ث َ َالث َ ٍة فِي ش َْر‬
ِ

“Terapi pengobatan itu ada tiga cara, yaitu; sayatan bekam, minum madu dan kay
(menempelkan besi panas pada daerah yang terluka), sedangkan aku melarang ummatku
berobat dengan kay. (HR Bukhari, no : 5680 ).

Kedua : Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata, “Aku pernah mendengar
Rasulullah saw. Bersabda :

ُّ‫س ٍل أ َ ْو لَذْ َع ٍة ِبنَار َو َما أ ُ ِحب‬


َ ‫ط ِة ِمحْ َج ٍم أَ ْو ش َْر َب ِة َع‬
َ ‫ش ْيءٍ ِم ْن أَدْ ِو َي ِت ُك ْم َخي ٌْر فَ ِفي ش َْر‬
َ ‫ش ْيءٍ ِم ْن أَدْ ِو َي ِت ُك ْم أ َ ْو َي ُكونُ ِفي‬
َ ‫ِإ ْن َكانَ ِفي‬
ْ َ
َ ‫أ ْن أكتَ ِو‬
‫ي‬ َ

“Apabila ada kebaikan dalam pengobatan yang kalian lakukan, maka kebaikan itu ada pada
sayatan bekam, minum madu, dan sengatan api panas (terapi dengan menempelkan besi
panas di daerah yang luka) dan saya tidak menyukai kay “ (HR Bukhari, no : 5704 dan
Muslim, no : 2205).

Dua hadist di atas dan hadist-hadist yang lain, semuanya menyebutkan dengan kata syarthotu
( sayatan (, dan tidak ditemukan kata “ tusukan “ atau “suntikan” satupun dalam hadist-hadist
di atas.

Makna Syarthoh

Kata Syartoh berasal dari rangkaian tiga huruf : syin, ra’ dan tho’, yang mempunyai arti tanda
atau sesuatu yang terjadi pertama kali. Surthoh dipakai untuk menyebut polisi, karena polisi
menggunakan tanda-tanda khusus ( seragam ) ketika mereka bertugas. ( Ibnu al Mandhur,
Lisan Al Arab, 7/329-331). Syarith dipakai untuk menyebut pita-pita kaset, karena di
dalamnya ada tanda-tanda tertentu sehingga bisa mengeluarkan suara jika
dihidupkan. Asyrath As Saa’ah, dipakai untuk menyebut tanda-tanda hari kiamat atau bisa
diartikan kejadian-kejadian yang mengawali datangnya hari kiamat.

Dari keterangan di atas, maka bisa kita katakan bahwa Syarthotu Hijamah dalam hadist di
atas bisa diartikan sayatan bekam, karena sayatan merupakan tanda dari adanya praktek
bekam pada tempat sayatan tadi, atau bisa dikatakan bahwa sayatan tadi merupakan awal
kerja sebelum dimulainya proses pembekaman.

Al Mula Ali al Qari’ di dalam buku Mirqah al Mafatih ( 13/258 ) menyebutkan bahwa Asy
Syartah adalah memukul tempat yang dibekam agar keluar darinya darah, maksudnya di sini
adalah asy-syaq (membelah/menyayat).

Mihjam ( alat ) atau Mahjam ( tempat ) ?

Bekam dalam bahasa Arabnya adalah al Hijamah yang berasal dari kata Al Hajmu artinya
menyedot. Dikatakan : Hajama ash-Shobiyu tsadya ummihi, artinya bayi itu menyedot susu
ibunya.
Tetapi para ulama berbeda pendapat di dalam mengeja bunyi hadist di atas, apakah dibaca
Mihjam ( dengan kasrah ) yang berarti alat bekam atau Mahjam ( dengan fathah ) yang berarti
tempat yang dibekam.

Berkata al Hafidh al Munawi : Maksud dari kata “Syarthotu Mahjam “ adalah mengeluarkan
darah dengan bekam. Adapun “ asy syartah “ adalah menyayat tempat yang dibekam untuk
mengeluarkan darah. Adapun kata “Mahjam “ (dengan fathah) adalah tempat yang dibekam.
Disebut secara khusus “ bekam “, karena kebanyakan pengobatan yang disertai pengeluaran
darah dari tubuh, rata-rata menggunakan metode bekam. ( Al Munawi, At Taisir bi syarh al
Jami’ ash shoghir, Riyadh, Maktabah Imam Syafi’I, 1988 : 1/ 756 ) Di dalam buku Faidhul
Qadir ( 3/41 ), beliau menyebutkan bahwa al Mihjam ( dengan kasrah ) adalah botol yang
dipakai oleh orang yang membekam yang di dalamnya akan terkumpul darah. Adapun al
Mahjam ( dengan fathah ) adalah tempat sakit yang ingin dibekam, dan inilah yang dimaksud
dalam hadist di atas.

Sedangkan al Hafidh Ibnu Hajar al Atsqalani di dalam Fathu al Bari ( 10/141 ) mengatakan
bahwa yang benar adalah “ Mihjam “ dengan mengkasrahkan huruf mim, yang berarti alat.
Hal ini dikuatkan oleh Imam Suyuti di dalam buku ad-Dibaj ‘ala Muslim ( 5/220 ) yang
menyebutkan bahwa Syarthotu Mihjam adalah besi yang dipakai untuk menyayat bagian
yang dibekam agar darah bisa keluar. Hal sama juga disebutkan oleh Imam Nawawi dalam
bukunya al Minhaj Syarh Shahih Muslim,Dar Ihya At Turats : 14 /197

Kesimpulannya bahwa Mihjam adalah alat untuk membekam, sebagian ulama mengatakan
bahwa maksudnya adalah botol tempat untuk menyedot dan menampung darah, tapi ada juga
yang mengatakan bahwa maksudnya adalah pisau untuk menyayat tempat yang dibekam.

Kenapa menggunakan sayatan ?

Sayatan di dalam bekam dimaksudkan agar darah yang kotor ( blood letting) bisa
dikeluarkan. Rasulullah saw dalam hadist-hadistnya menyebutnya kata sayatan, dan itu
merupakan metode membekam yang waktu itu paling popular di masyarakat dan ternyata
juga, metode yang paling baik dan ideal secara umum.

Metode sayatan dalam bekam mempunyai beberapa keunggulan dibanding metode yang lain,
antara lain : 1.) Lebih sesuai dengan sunnah Rasulullah saw, karena beliau mengajarinya
demikian. 2.) Luka sayatan menimbulkan luka yang pinggirnya tajam tapi merata, disamping
itu luka di dalamnya lebih sempit atau kecil dibanding dengan luka yang di permukaan. Luka
jenis ini lebih mudah disembuhkan dan akan bisa segera kembali normal.3.) Luka sayatan
hanya mengenai pembuluh darah kecil, sehingga darah yang keluar adalah darah
kapiler. Oleh karenanya dianjurkan untuk menyayat ringan saja dengan kedalaman kira-kira
0,1 mm, yaitu sayatan yang tidak mencapai pembuluh darah arteri maupun vena.

Di sisi lain, jika membekam dengan menggunakan metode tusukan benda tajam, kadang akan
menimbulkan beberapa efek, diantaranya : 1.) Jika menggunakan jarum, maka kadang jarum
tersebut lebih rentan untuk patah ketika digunakan untuk menusuk daerah yang mau
dibekam, jika patahan jarum itu terlalu kecil, tentunya sulit untuk diambil, bahkan dalam
keadaan tertentu, untuk mengeluarkannya kadang harus dilakukan operasi pembedahan.2.)
Luka tusukan pada kulit menyebabkan lubang pada permukaan kulit, lubang tersebut lebih
kecil ukurannya dibanding dengan lubang yang di dalam kulit. Keadaan seperti ini lebih
rentan untuk terkena penyakit seperti tetanus dibanding dengan luka sayatan.3.) Luka tusuk
juga bisa menyebabkan luka yang lebih dalam pada organ-organ atau pada pembuluh darah.(
lihat buku Sembuh Dengan Satu Titik, hlm : 112 )

Bolehkah Menggunakan Selain Sayatan ?

Sebagaimana disebut di atas, bahwa hadist Rasulullah saw di atas menunjukan cara
membekam dengan menggunakan metode yang paling baik dan ideal secara umum. Tetapi
metode itu, bukanlah satu-satunya yang harus digunakan. Karena pernyataan Rasulullah saw
tersebut bersifat anjuran, bukan kewajiban, atau kita katakan bahwa metode sayatan di dalam
membekam adalah metode yang popular di masyarakat pada waktu itu, sehingga masih
membuka peluang bagi metode-metode lain.

Oleh karenanya, dibolehkan juga bagi para pembekam untuk menggunakan metode lain yang
sesuai dengan keadaan pasien itu sendir, karena tidak semua pasien dapat diterapkan
kepadanya bekam dengan sayatan. Ada bagian-bagian tertentu yang memang tidak
memungkinkan untuk disayat, dan justru harus menggunakan lanset atau ditusuk. Atau bisa
juga, sebagian pasien merasa ketakutan dan trauma dengan alat-alat sayat seperti pisau
bedah dan sejenisnya, sehingga mau tidak mau metode dengan lanset-lah yang dipilih.

Bahkan pada keadaan tertentu, metode bekam dengan sayatan tidak dianjurkan, umpamanya
pada anak-anak penderita dehidrasi, atau kekurangan cairan. ( Syihab Badri, Bekam Sunnah
Nabi, hlm : 77 ) Metode bekam tanpa sayatan ini juga bisa dilakukan untuk menghilangkan
rasa nyeri, melenturkan otot-otot pada punggung dan badan bagian belakang, serta bisa juga
untuk membuang angin.

Kesimpulannya, bahwa bekam dengan metode sayatan memang disunnahkan dan banyak
memberikan manfaat yang positif, tapi ada juga bekam dengan metode lain yang bermanfaat
bagi penyakit tertentu. Semuanya insya Allah dibolehkan dan dianjurkan selama tujuannya
adalah meringankan beban pasien. Wallahu A’lam.

Jakarta, 9 Dzulhijjah 1431 H/ 15 Nopember 2010 M

Dr. Ahmad Zain An Najah, MA

Anda mungkin juga menyukai