Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARI’AH
2022/2023
1. Teks Hadits
ِ ع َْن َأبِي َح، َ ع َْن ُسلَ ْي َمان،َ ع َْن ُش ْعبَة،ي
،از ٍم ٍّ َح َّدثَنَا اب ُْن َأبِي َع ِد،ار ٍ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن بَ َّش
ت َأ ْن
ْ َ فََأب، « :صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل
َ ع َِن النَّبِ ِّي،ُض َي هَّللا ُ َع ْنهِ ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ َر
لَ َعنَ ْتهَا ال َمالَِئ َكةُ َحتَّى تُصْ بِ َح،»ت َِجي َء
Artinya : Muhammad bin basyar menceritakan kepada kami, Ibnu abi adiy telah
menceritakan kepada kami, dari sulaiman, dari Abi Hazim, dari abu hurairah RA, dari
Nabi SAW berkata : “jika seorang pria memanggil istrinya ke tempat tidurnya, dan
dia menolak untuk datang, para malaikat mengutuknya sampai pagi.”
b. Bagan sanad
ع َِن
َع ْن َأيِب َحا ِزٍم
ع َِن
ُسلَْي َمان
ع َِن
،ش ْعبَةَ
ُ البخاري
ع َِن
َح َّدثَنَا
َح َّدثَنَا
َأيِب َع ِد ٍّ
ي حُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّار
3. شعبة بن الحجاج بن الورد تاريخ الميالد: سليمان ُ محمد بن أبي شعبة :قال ابن
العتكي األردي ،أبو بسطام 82ه ,وقيل: األ ْع َمش ,سفيان عدي ،محمد بن محرز ،عن
الواسطي البصري ،مولى 83ه ,وقيل: بن حسين ،سلم غرغرة ،محمد علي بن المديني،
عبدة بن األغر ،مولى يزيد 85ه ,وقيل, بن عطية ،سلمة بن كثير العبدي، عن عبد الرحمن
بن المهلب بن أبي صفرة 86ه ,وقيل87 :ه بن كهيل، مسكين بن بكير عنه :كل شيء
4
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 24
(arRisalah:1450H) hlmn 513
5
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 24
(arRisalah:1450H) hlmn 322
6
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 24
(arRisalah:1450H) hlmn 323
:تاريخ الوفاة سليمان بن الحراني ،مسلم حدثتكم به عن
7عبدالرحمان 8بن إبراهيم رجل فهو حدثني
به ،قال :سمعت
أو حدثني إال ما
بينته ²لكم
وقال أبو زيد
الهروي :قال
رجل لشعبة :يا
أبا بسطام سمعت
؟ فقال :وهللا لن
أنقطع أحب إلي
من أن أقول لما
لم أسمع سمعت
وقال بقية بن
الوليد عنه :
اكتبوا المشهور
عن المشهور
4. سلیمان بن مهران األسدي تاريخ الميالد: أبي حازم سلمان شُعبة بن شعبة ما شفاني
الكاهلي موالهم ،أبو محمد 61ه ,وقيل60 :ه األشجعي ،سلمة الحجاج ,سهيل أحد في الحديث ،
الكوفي ،األعمش الحافظ . تاريخ الوفاة: بن كهيل، بن أبي صالح, ما شفاني
ويقال :األعمى ،أصله من 145ه ,وقيل: وسليمان بن أبو األحوص األعمش وقال
طبرستان 147ه ,وقيل: مشهر ,سليمان سالم بن ُسلَيْم، عبد هللا بن داود
148ه بن ميسرة سيف بن محمد الخريبي :
األجنبي ،سالم الثوريَ ،ش ِريك سمعت شعبة إذا
9أبي ترحيل بن عبدهللا ذكر األعمش قال
10النَّخَعي :المصحف
المصحف
يحي بن سعيد
القطان :هو
عالمة اإلسالم .
وقال مرة :
مرسالت
األعمش عندي
شبه ال شيء
يحيى بن معين :
قال إسحاق بن
منصور عنه :
ثقة
5. سامان ،أبو حازم األشجعي تاريخ الوفاة: أبي هريرة, سليمان أحمد بن حنبل:
الكوف ،مولى عزة األشجعية سعيد بن العاص ،على رأس اَأْل ْع َمش ,أبي قال عبد هللا
100ه ,وقيل: عبد هللا بن الجحاف داود بن عنه :ثقة وقال
101ه الزبير ،عبد هللا أبي عوف ،سالم عبد هللا :حدثني
7
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 12
(arRisalah:1450H) hlmn 482
8
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 12
(arRisalah:1450H) hlmn 487
9
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 12
(arRisalah:1450H) hlmn 80
10
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 12
(arRisalah:1450H) hlmn 81
بن عمر بن بن أبي حفصة، أبي ،قال :حدثنا
الخطاب ،غرفة وأبو مالك سعد محمد بن جعفر ،
11األشجعي بن طارق قال :حدثنا شعبة
األشجعي ،سعيد ،عن فرات ،
بن فروق قال :سمعت أبا
الثوري ،سليمان حازم ،قال :
12اَأْل ْع َمش قاعدت أبا هريرة
خمس سنين ابن
حبان :ذكره في
طبقة التابعين من
كتابه (الثقات) .
العجلي :ثقة .
الذهبي :قال في
الكاشف :جالس
أبا هريرة خمس
.سنين
6. أبو هريرة الدوسي اليماني ، تاريخ الوفاة: النبي ﷺ ,أبي أبو حازم البخاري :ذكره
قيل :اسمه عبد الرحمن بن بن كعب ,وأسامة 57ه ,وقيل: األشجعي ،أبو في طبقة
صخر ،وقيل :عبد الرحمن بن زيد بن حارثة 58ه ,وقيل59 :ه الحكم البجلي الصحابة من
بن غنم ،وقيل :عبد هللا بن ,بصرة بن أبي ليس بعبد كتابه (التاريخ)
عائذ ،وقيل :عبد هللا بن 13بضرة الغفاري الرحمان بن أبي الذهبي :قال في
عامر ،وقيل :عبد هللا بن نعم فيما قيل وأبو الكاشف :كان
عمرو ،وقيل :سكين بن الحكم ,مولى بني حافظا متثبتا ذكيا
وذمة ،وقيل :سكين بن هانئ ليث ،وأبو مفتيا ،صاحب
،وقيل :سكين بن مل .وقيل حميد ,مولى صيام وقيام ،قال
سكين بن صخر ،وقيل : ُ 14مسافع عكرمة :كان
عامر بن عبد شمس ،وقيل : يسبح في اليوم
عامر بن عميرة .وقيل : اثنى عشر ألف
برير بن عشرقة ،وقيل :عبد تسبيحة ،ولي
نهم ،وقيل :عبد شمس ، إمرة المدينة
وقيل :غنم ،وقيل :عبيد بن مرات .وقال في
غنم ،وقيل :عمرو بن غنم ، "تاريخ اإلسالم"
وقيل :عمرو بن عامر ، :في اسمه واسم
وقيل :سعيد بن الحارث ، أبيه عدة أقوال ،
وقيل :عمير بن عامر بن ذي أشهرها عبد
الشري بن طريف بن عيان الرحمن بن
بن أبي .صعب بن هنية بن صخر ،وكان
سعد بن ثعلبة بن سليم بن فہم أحد الحفاظ
بن غنم بن دوس بن عدثان بن المعدودين ²في
عبد هللا بن زهران بن كعب الصحابة ، .قدم
بن الحارث بن كعب بن عبد من أرض دوس
هللا بن مالك بن نصر بن مسلما هو وأمه
11
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 11
(arRisalah:1450H) hlmn 259
12
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 11
(arRisalah:1450H) hlmn 259
13
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 34
(arRisalah:1450H) hlmn 366
14
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 34
(arRisalah:1450H) hlmn 376
كان اسمه في: يقال، األزد وقت فتح خيبر
وكنيته، الجاهلية عبد شمس
أبو األسود
C. Makna Mufrodat dan Analisis Kebahasaan dalam Perspektif Nahwu dan Ushul
Fiqh
Dalam hadits ini ada beberapa kata yang menjadi kata kunci yang perlu
ditelusuri. Terdapat kata دعاyang digunakan dalam mengajak istri adalah kata dalam
kamus AlMunawir diartikan dengan memanggil, mengundang, mengajak, menyeru
dan menjamu. Dalam artian mengajak dengan cara yang baik dan sopan dari suami
terhadap istri. kemudian dalam hadits tersebut terdapat أبيyang merupakan bentuk
penolakan terhadap ajakan suami yang juga digunakan iblis ketika menolak perintah
allah untuk sujud kepada nabi adam dalam surat al-baqarah ayat 34 yang berarti
penolakan dengan penuh kesombongan dan keangkuhan. Kata yang digunakan untuk
laknat malaikat adalah لعنتهاyang berasal dari kata يلعن- لعنartinya mengutuk. Maksud
laknat tersebut adalah dihindarkan dan dijauhkan dari kebaikan.
Dalam kaedah nahwu di sini penggunaan kata isim " "ِإ َذاserupa dengan " ُِإ َذا ال َّش ْمس
ْ[ " ُك ِّو َرتAt-Takwir: 1]) karena kebutuhannya (yaitu) khusus untuk hubungan intim (
)فَ ْلتَْأتِ ِه: yaitu untuk memenuhi undangannya (ور ْ ) َوِإ ْن َكان. Penggunaan kata تُصْ بِ َح
ِ َُّت َعلَى التَّن
yang merupakan Fi’il majhul memilik makna laknat yang diberikan malaikat hingga
pagi hari hingga suami meridhoi atas perilaku istri. "Menurut perkataan ibnu jamrah ,
'al-firash' adalah sebuah istilah yang mengacu pada hubungan intim, dan perkataan 'al-
waladu li al-firash' menguatkan makna tersebut, yaitu untuk orang yang berhubungan
di atas firash. Istilah ini juga digunakan untuk menyebut berbagai hal yang dianggap
memalukan, banyak disebut dalam Al-Quran dan Sunnah." Dia juga berkata,
"Penafsiran yang jelas dari hadis ini adalah mengkhususkan kutukan.
D. Kandungan Hukum dan Metode Istinbath dalam Perspektif Fuqoha’
Hadits tentang laknat malaikat terhadap istri memiliki kandungan hukum yang
luas. Setelah suami menunaikan kewajibannya ada hak yang harus diterimanya dari
istri, yaitu taat dengan perintah suami. Adapun bergaul secara ma’ruf merupakan
kewajiban yang harus ditunaikan istri terhadap suami.15 Ketika hal yang tidak
diinginkan timbul seperti tidak patuh maka terjadilah nusyuz. Sulaiman bin jamal
dalam kitab hasyiyah al jamal al minhaj menjelaskan bahwa nusyuz adalah bermuka
masam, hal ini karena bermuka masam berdampak pada kenikmatan dalam
berhubungan intim suami istri, berbeda kalau hanya sebatas ucapan yang mengandung
cacian dan makian.
An Nawawi dalam kitab al Majmu’ menjelaskan bahwa: wajib hukumnya bagi
istri untuk taat kepada suami, ketika suami mengajak untuk melakukan hubungan
intim walaupun diatas atau tungku atau diatas unta. Namun penolakan bukan hanya
berdasarkan perilaku istri yang buruk ada kemungkinan alasan yang lain. Dalam hal
ini Kholid bin Usman memberikan pandangan bahwa jika istri dalam kondisi sakit
atau kondisi psikologi lagi bersedih misal karena kerabat dan keluarganya baru saja
meninggal maka ini tidak termasuk pembangkangan dan tidak ketaatan seorang istri.
E. Hikmah
Keharmonisan antara istri dan suami merupakan kunci utama menuju keluarga
yang sakinah mawaddah war rahmah. Keterkaitan dari hadits yang kami bahas adalah
pentingnya ketaatan istri, khususnya dalam hal berjima’. Istri memiliki kewajiban
untuk memenuhi hasrat suami di tempat tidur, karena hal itu dapat memberikan
kepuasan terhadap suami dan menumbuhkan ke ridhoan suami terhadap istri. Hal
tersebut merupakan alasan malaikat yang akan melaknat istri ketika terdapat
penolakan tanpa sebab dari istri. Hal tersebut merupakan ancaman oleh malaikat agar
tumbuhnya pemenuhan kewajiban istri terhadap suami dan timbulnya keluarga yang
sakinah.
F. Kesimpulan
Hadits tentang laknat malaikat terhadap istri yang tidak memenuhi kewajiban
terhadap suami merupakan hadits yang shohih. Keridhoaan suami merupakan hal
yang harus dicapai istri ketika suami telah memenuhi hak istri. Salah satunya dengan
memenuhi atau memberikan pelayanan terbaik kepada suami di atas ranjang.
Penolakan dengan tanpa sebab seperti haid, atau hamil akan mendatang murka Allah
dan laknat malaikat. Maka hal ini harus dihindari, karena akan menyebabkan
hilangnya rasa penuh kasih sayang dan cinta dari pasangan. Dalam suatu riwayat yang
diriwayatkan ibnu hibban Tiga jenis orang yang tidak akan diterima shalatnya dan
tidak akan naik ke langit sebagai amal kebaikan bagi mereka - budak yang melarikan
diri hingga dia kembali, orang yang mabuk hingga dia sadar, dan wanita yang
suaminya marah padanya hingga dia ridha.
15
Sulaiman bin jamal, hasyiayatul jamal ala Al minhaj, jilid 17, 410
اَل يُ ْع ِطينِي ِمنَ النَّفَقَ ِة َما،ٌ ِإ َّن َأبَا ُس ْفيَانَ َر ُج ٌل َش ِحيح،ُِول هللا َ يَا َرس:ت ْ َ فَقَال،َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
ٍ ك ِم ْن ُجن
َاح؟ َّ َ فَهَلْ َعل،ت ِم ْن َمالِ ِه بِ َغي ِْر ِع ْل ِم ِه
َ ِي فِي َذل ُ ي ِإاَّل َما َأخَ ْذَّ ِيَ ْكفِينِي َويَ ْكفِي بَن
ك َويَ ْكفِي ِ « ُخ ِذي ِم ْن َمالِ ِه بِ ْال َم ْعر:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
ِ ُوف َما يَ ْكفِي َ ِال َرسُو ُل هللا َ َفَق
كِ بَنِي
Artinya :
Telah diceritakan kepadaku Ali bin Hujr As-Sa'di, dia menceritakan kepada kami Ali
bin Mus-hir, dari Hisyam bin 'Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, dia berkata: Hindun
bintu 'Utbah, istri Abu Sufyan, datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
lalu dia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang yang
kikir, dia tidak memberikan nafkah kepada saya dan anak-anak saya yang mencukupi,
kecuali apa yang saya ambil dari harta beliau tanpa pengetahuannya. Apakah saya
berdosa dalam hal ini?" Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Ambillah dari hartanya yang ma'ruf yang mencukupi bagi kamu dan anak-anakmu."
A. Asbabul wurud dan Gambaran Historis Masyarakat
Hadits ini muncul ketika Hindu yang merupakan istri Abu sufyan mengambil
harta suaminya tanpa seizin suaminya. Karena sufyan tidak mampu menafkahi
istrinya. Kemudian nabi memerintahkan untuk mengambil dengan cara yang
ma’ruf, maksudnya adalah sesuai kadar yang dibutuhkan secara ‘urf (menurut
kebiasaan setempat).16 sifat yang disebut Hindun pada suaminya Abu Sufyan,
bahwa suaminya itu pelit, bukan berarti suaminya memang orang yang pelit pada
siapa saja. Bisa jadi ia bersikap seperti itu pada keluarganya, namun ada
barangkali yang lebih membutuhkan sehingga ia dahulukan. Jadi, kurang tepat
kalau menganggap Abu Sufyan adalah orang yang pelit secara mutlak.
Perilaku yang perbuat hindun bukan merupakan suatu kesalahan karena
kewajiban menafkahi memang merupakan tanggungjawab ayah kepada anak dan
istrinya. kewajiban nafkah seorang ayah adalah secara mutlak selama anak-anak
itu dalam keadaan fakir. Ia wajib memberi nafkah pada mereka, tidak memandang
di sini apakah mereka telah baligh atau sudah dalam keadaan kuat (mencari
nafkah). Jika ada suami yang punya kewajiban memberi nafkah pada istri lantas
tidak diberi karena sifat pelitnya, maka istri boleh mengambil hartanya tanpa
sepengetahuannya. Karena nafkah pada istri itu wajib.17
16
Fath Al-Bari (9:509)
17
ْطينِي َما يَ ْكفِينِي َو َولَ ِدي ِإاَّل َما ِ اَل يُع،ٌ ِإ َّن َأبَا ُس ْفيَانَ َر ُج ٌل َش ِحيح،ِ َرسُو َل هَّللا
ك بِ ْال َم ْعرُوف ِ ِ " ُخ ِذي َما يَ ْكف: ال
ِ يك َو َولَ َد َ َ فَق. َوهُ َو اَل يَ ْعلَ ُم،ت ِم ْن َمالِ ِه ُ َأ َخ ْذ
Diceritakan kepada kami oleh Abu Bakr bin Abi Syaibah, Ali bin Muhammad,
dan Abu Umar Ad-Dzariir, mereka berkata: Diceritakan kepada kami oleh Waki',
dia berkata: Diceritakan kepada kami oleh Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari
Aisyah, dia berkata: Hind datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu
dia berkata: "Wahai Rasulullah, Abu Sufyan adalah seorang yang kikir, dia tidak
memberi saya dan anak-anak saya kecuali apa yang saya ambil dari hartanya, dan
dia tidak mengetahui hal ini." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ambillah apa yang mencukupi untukmu dan anak-anakmu dengan cara yang
ma'ruf."
2. Ibnu Majah, dalam kitab Sunan Ibnu Majah Kitabu tijaroti Bab ma lil
mar’ati min mali zaujiha Jilid 3 Hal 608
3. Imam Ahmad Bin Hanbal, dalam kitan Musnad Ahmad, hadits nomer
25713 jilid 42 halaman 469
4. Imam Bukhori, dalam kitab Shohih Bukhori Kitab Nafaqati Bab idza lam
yunfiqi arrojulu falil mar’ati an ta’khuda bi ghairi ilmihi Jilid 7 hal 65
B. Bagan Sanad
5. عائشة بنت أبي تاريخ الوفاة: النبي الكثير عروة المزني، ابن حبان :ذكرها في طبقة
بكر الصديق عبد قيل57 :ه, الطيب ،عن حمزة ع َْز َرة بن الصحابة من كتابه (الثقات) ،
هللا بن أبي قحافة قيل58 :ه بن عمرو عبدالرحمان وقال :زوجة رسول هللا
بن عامر بن عمرو األسلمي ،سعد بن مرسل وعطاء صلى هللا عليه وسلم ،وام
بن كعب بن سعد أبي وقاص ،عمر بن أبي رباح، المؤمنين ، ²الصديقة بنت
بن تیم بن مرة بن الخطابوأبيها وعطاء بن الصديق ،حبيبة رسول هللا
القرشية التيمية² أبي بكر يسار ،عكرمة صلى هللا عليه وسلم ،المبرأة
22
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 30
(arRisalah:1450H) hlmn 234
23
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 30
(arRisalah:1450H) hlmn 236
24
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 20
(arRisalah:1450H) hlmn 13
25
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 20
(arRisalah:1450H) hlmn 15
أم، ²المكية المدنية الصديق26 مولى ابن من فوق سبع سماوات الذهبي
أم عبد، المؤمنين علقمة،عباس أم: قال في الكاشف:
أمها أم رومان، هللا بن قيس حبيبة رسول هللا، المؤمنين
بنت عمير علقمة،النَّ َخ ِع ُّي وهي. صلى هللا عليه وسلم
بن وقاص ومناقبها، أفقه نساء األمة
الليثي27 جمة وقال في "تاريخ
، فقيهة نساء األمة: "اإلسالم
دخل بها النبي صلى هللا عليه
وسلم في شوال بعد بدر ولها
من العمر تسع سنين
Dari hasil analisis Biografi perawi dan sanadnya, dapat disimpulkan mengenai
kualitas hadits tentang laknat malaikat kepada seorang istri bahwa Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Abu daud, Shohih muslim dan imam-imam
yang lain merupakan Hadits Shohih dikarenakan sanadnya bersambung,
perawinya tsiqah jika dilihat dari kritik para ulama, dilihat dari hafalannya yang
kuat, dhabit, adil, tidak ditemukan illat dan syaz diantara mereka dan memenuhi
semua persyaratan untuk bisa dikatakan sebagai hadits yang Shohih.
26
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 35
(arRisalah:1450H) hlmn 22
27
Al Hafidz Mutqon Jamaludin Abi al Hajjaj Yusuf al Mazy, Tahdzib al Kamal fi Asmai ar Rijal, Juz 35
(arRisalah:1450H) hlmn 2230
menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami
Khalid, yang artinya Ibnu Al-Harith, telah menceritakan kepada kami Husain,
dari Amr bin Syu'aib, bahwa ayahnya telah menginformasikannya, dari
Abdullah bin Amr, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak boleh bagi seorang wanita memberikan hadiah (sumbangan) kecuali
dengan izin suaminya."
َ ع َْن َأبِي ُأ َما َمة،يل ب ِْن ُم ْسلِ ٍم ْالخَ وْ اَل نِ ِّي َ ِ ع َْن ُش َرحْ ب،ش ٍ ع َْن ِإ ْس َما ِعي َل ْب ِن َعيَّا
ق ا ْم َرَأةٌ َش ْيًئا ِم ْن
ُ ِ «اَل تُ ْنف:ُصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُولَ ي َّ ِْت النَّب
ُ َس ِمع:الَ َْالبَا ِهلِ ِّي ق
َ ك َأ ْف
ض ُل َ ِ « َذل:الَ َُول هَّللا ِ َواَل الطَّ َعا َم ق
َ يَا َرس:ت َزوْ ِجهَا ِإاَّل بِِإ ْذ ِن زَ وْ ِجهَا قِي َل ِ بَ ْي
َأ ْم َوالِنَا
Dari Ismail bin 'Ayyash, dari Syurahbil bin Muslim al-Khawlani, dari Abu
Umamah al-Bahili, ia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Tidak boleh bagi seorang wanita mengeluarkan sesuatu dari
rumah suaminya kecuali dengan izin suaminya." Dikatakan, "Wahai
Rasulullah, termasuk makanan?" Beliau bersabda: "Itulah harta kita yang
terbaik."
28
Muhammmad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, Subulussalam (terj: Bulughul Maram), Jild.III, (Darus
Sunnah).hlm.168.
Imam muslim menjelaskan dalam kitabnya Shohih Muslim tentang hadits ini,
bahwa Istri yang memiliki peran dalam membantu perekonomian keluarga atau
menjamin kehidupan anak-anaknya dengan layak kemudian Ayah menolak untuk
memberi nafkah, maka sang istri diperbolehkan harta sebanyak haknya tanpa
seizin suami.29 Al-Azhar International Center for Electronic Fatwa menjelaskan
menurut Syariat seorang istri dilarang mengambil sedikitpun dari uang suaminya
tanpa sepengetahuannya, kecuali jika suami pelit dan tidak memberi nafkah yang
cukup untuk dirinya atau anaknya. Hal ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan dari Aisyah. Menurut Syeikh yususf qardawi seorang istri dilarang
untuk mentasharrufkan harta suaminya tanpa seizin suaminya, bahkan dalam hal
sedekah. Apalagi jika dengan mengeluarkan harta tanpa izin dapat membuat
suaminya marah maka hal tersebut tidak dibenarkan. menurut Imam Nawawi,
perbedaan makna hadits Rasulullah SAW tersebut karena perbedaan konteks.
Setiap istri boleh mengambil dan memanfaatkan pendapatan (aset suami) untuk
keperluan yang pada umumnya diizinkan suami, seperti kebutuhan dan biaya
ringan. Sedangkan, saat peruntukan dan kebutuhan biaya besar, harus
mendapatkan izin suami, baik lisan, tertulis, maupun tradisi.
F. Hikmah
Dalam hadits ini terdapat beberapa faedah atau manfaat yang dapat kita ambil
sebagai pelajaran yaituWajibnya suami memberikan nafkah kepada istri.
Wajibnya memberikan nafkah kepada anak-anak miskin yang masih kecil. Nafkah
29
An nawawi Juz 12, Syarah Shohih muslim bin al hajaj, 8
30
Syarah Shohih Muslim 113
31
(Az-Zarqani 'ala Mawahib 3/247)
ditentukan berdasarkan kecukupan, bukan berdasarkan kelebihan. beberapa
madzhab menyatakan bahwa nafkah bagi kerabat dekat ditentukan berdasarkan
kecukupan, sebagaimana yang terlihat dalam hadis ini. Sedangkan nafkah untuk
istri ditentukan berdasarkan kelebihan, baik bagi yang mampu memberikan setiap
hari, bagi yang memberikan nafkah sekali dalam dua hari, maupun bagi yang
memberikan nafkah setiap hari setengah bagian.
Jika seseorang memiliki hak terhadap orang lain dan tidak mampu untuk
memintanya, maka boleh baginya untuk mengambil sebagian dari harta orang
tersebut sesuai dengan haknya tanpa izin orang tersebut
G. Kesimpulan
Setelah melakukan analisa dari segi kebahasaan, istinbat para ulama, dan
biografi masing-masing perawinya, maka dapat disimpulkan bahwa hadits ini
shohih dan dapat digunakan sebagai hujjah terhadap setiap perkara atau masalah
rumah tangga di masa kini. Impilkasi hukum fiqihnya yaitu seorang suami wajib
memberikan nafkah terhadap anak dan istri. Istri berhak mendapat nafkah dari
suami dan jika kebutuhannya tidak dicukupi maka istri dibolehkan atau berhak
mengambil tanpa seizin suami dengan cara yang ma’ruf yakni tidak berlebihan.
Dalam hal ini maka memperkaya diri tidak dibolehkan
3. Teks Hadits
ِ ِ عن َأب،ي ِ ِِ ِ ِإ
،يه ْ َ ِّ ِ َع ْن َحكي ِم بْ ِن ُم َعا ِويَ ةَ الْ ُق َش رْي،َأخَبَرنَ ا َأبُو َقَز َع ةَ الْبَ اهل ُّي ٌ َّ َح َّد َثنَا مَح،يل
ْ ،اد َ َح َّد َثنَا ُم
َ وس ى بْ ُن مْسَاع
ِ ِ ِ ِ ما ح ُّق زوج ِة،ول اللَّ ِه
،تَ ْس َو َها ِإ َذا ا ْكتَ َس ْي
ُ َوتَك،ت َ «َأ ْن تُطْع َم َها ِإ َذا طَع ْم: قَ َال،َأحدنَا َعلَْيه؟َ َ َْ َ َ َ يَا َر ُس:ت
ُ ُقْل:قَ َال
ِ واَل َتهجر ِإاَّل يِف الْبي، واَل ُت َقبِّح،ب الْوجه ِ ْ َ واَل ت،ت
»ت ُْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ض ِر َ َ َأ ِو ا ْكتَ َسْب
32
"
َْ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail, telah menceritakan kepada kami
Hammad, telah mengabarkan kepada kami Abu Qaza’ah Al Baiali, dari Hakim bin
Mu’awiyah Al Qusyairi dari ayahnya, ia berkata, aku katakan, wahai Rasulullah, apakah hak
istri salah seorang diantara kami atasnya? Beliau berkata, “Engkau memberinya makan
apabila engkau makan, memberinya pakaian apabila engkau berpakaian, janganlah engkau
memukul wajah, jangan engkau menjelek-jelekkannya (dengan perkataan atau cacian), dan
jangan engkau tinggalkan kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Dawud No. 2142)
A. Asbabul Wurud
Keterangan mengenai asbabul Wurud hadits tersebut tidak terdapat di dalam kitabkitab yang
membahas mengenai Asbabul Wurud. Namun, dari redaksi hadits tersebut dapat diketahui
bahwa Rasulullah Saw. menyampaikan hadits tersebut ketika beliau ditanya oleh salah
seorang sahabat yang bernama Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi (dalam redaksi hadits
tersebut dituliskan dengan ayahnya Hakim bin Mu’awiyah Al Qusyairi. Ia bertanya kepada
Rasulullah saw., “Apakah hak istri salah seorang diantara kami atasnya?” Lantas Rasulullah
saw. menjawab, “Engkau memberinya makan apabila engkau makan, memberinya pakaian
32
Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats As-Sijistani, Sunan Abi Dawud (Riyadh: Baitul Afkar Ad-Dauliyah,
1999), 243.
apabila engkau berpakaian, janganlah engkau memukul wajah, jangan engkau menjelek-
jelekkannya (dengan perkataan atau cacian), dan jangan engkau tinggalkan kecuali di dalam
rumah.”33
1. Imam Ahmad bin Hanbal, dalam kitab Musnad Ahmad bab Awwal musnad al
basriyina-hadits hakim bin mua’wiyah (juz 33/ Hal 217) yang memiliki
ketersambungan sanad dengan rasulullah
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
س َّل َم َ َع ِن ال َّنبِ ِّي، عَنْ َأبِي ِه، او َي َة ِ ِيم ْب ِن ُم َع َ َأ
ِ عَنْ َحك، َعنْ بِي َق َز َعة، ش ْع َبة
ُ ُ َأ ْخ َب َر َنا، َحدَّ َث َنا َي ِزي ُد
بِ ض ِر َ سوهَا ِإ َذا ا ْك َت
ْ َواَل َت، َس ْيت ُ َو َت ْك، َ " ُت ْط ِع ُم َها ِإ َذا َطع ِْمت: َ ج ؟ َقال َّ َما َحقُّ ا ْل َم ْرَأ ِة َعلَى: ٌ َسَألَ ُه َر ُجل: َ َقال
ِ الز ْو
ِ َواَل َت ْه ُج ْر ِإاَّل فِي ا ْل َب ْي، َواَل ُت َق ِّب ْح،َا ْل َو ْجه
ت
Yazid memberi tahu kami, Shu'bah memberi tahu kami, atas otoritas Abu Qaza'a,
atas otoritas Hakim bin Muawiyah, atas otoritas ayahnya, atas otoritas Nabi,
semoga doa dan damai Allah besertanya Dia bersabda: Seorang laki-laki bertanya
kepadanya: Apa hak wanita atas suaminya? Dia berkata: Beri dia makan saat Anda
memberi makan, beri dia pakaian saat Anda berpakaian sendiri, jangan pukul
wajahnya, jangan mencercanya, dan jangan tinggalkan dia kecuali di dalam rumah.
2. Ibnu Majah. Dalam kitab Sunan Ibnu Majah Kitabun Nikah Bab Haqqul Mar’ati
Ala azzauji (Juz 3/Hal 303) yang memiliki ketersambungan sanad dengan nabi
melalui Mua’wiyah
3. Abu said alkhodri, dalam kitab Shohih Bukhori kitabus Shoum Bab Al wisholi
yang memiliki ketersambungan sanad kepada nabi melalui Abi Sa’id
4. Abu Bakar Shoddiq, Sunan Abi Daud Kitab Alkhoroju, wal imarotu, wal Fay’u
Bab Fi Shofaya Rasulullah Minal Amwali Juz3/Hal 254) yang memiliki
ketersambungan sanad kepada nabi melalui Abi thufail
ْ َجا َءت: َ عَنْ َأ ِبي ال ُّط َف ْي ِل َقال، َع ِن ا ْل َولِي ِد ْب ِن ُج َم ْي ٍع، ض ْي ِل َ َحدَّ َث َنا ُم َح َّم ُد بْنُ ا ْل ُف، ش ْي َب َة َ َحدَّ َث َنا ُع ْثمَانُ بْنُ َأ ِبي
ْ َأ َ َ
فقال َ ُبو َبك ٍر: َ قال.سل َمَ َّ َ هَّللا
َ صلى ُ َعل ْي ِه َو َّ َّ َ
َ ِيراث َها مِنَ النبِ ِّي
َ بمُ َفاطِ َم ُة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن َها ِإلى بِي َبك ٍر َرضِ َي ُ َعن ُه تطل
ُ ْ َ ْ هَّللا ْ َأ َ
ً َأ هَّللا
" ِإنَّ َ َع َّز َو َجل َّ ِإ َذا ْط َع َم َن ِب ًّيا ُط ْع َمة َف ِه َي لِلَّذِي: ُ سلَّ َم َيقُولَ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َوَ ِ سول َ هَّللاُ سم ِْعتُ َر َ : َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه
َيقُو ُم مِنْ َب ْع ِد ِه
Othman bin Abi Shaybah memberi tahu kami, kami diberitahu oleh Muhammad
bin Al-Fudail, atas otoritas Al-Walid bin Juma', atas otoritas Abi Tufail, dia
berkata: Itu datang di Atima, semoga Tuhan meridhoi dia, kepada Abu Bakar,
semoga Tuhan meridhoi dia, meminta warisannya dari Nabi, semoga Tuhan
memberkatinya dan memberinya kedamaian. Dia berkata: Abu Bakar, semoga
Tuhan meridhoi dia, berkata: Saya mendengar Rasulullah, semoga doa dan damai
Allah besertanya, berkata: “Tuhan Yang Maha Kuasa, ketika Dia tidak memberi
makan, itu untuk orang yang mendapat mengejarnya.”
b. Bagan sanad
33
As-Sijistani, Sunan Abi Dawud, 243.
Nama Lahir dan Wafat Guru Murid Jarh dan Ta’dil
Mu’awiyah Tidak diketahui Nabi Hakim bin Muhammad bin
bin Haidah Al
Muhammad Mu’awiyah Al Sa’ad: Sahabat
Qusyairi
Saw.34 Qusyairi Nabi Saw., Al
Urwah bin
Ruwaim.35
Hakim bin Tidak diketahui Mu’awiyah Ibnu Bahz bin Ahmad bin
Mu’awiyah bin Haidah Hakim, Said bin Abdillah Al Ijliy:
Iyas Al Tsiqqah, An
Al Qusyairi Al Qusyairi
Nasai: Laisa Lahu
(Ayahnya).6 Juzairi, Abu
Ba’ts, Ibnu
Qaza’ah
Hibban:
Suwaid bin
Hujair.38 Tsiqqah.39
Abu Qaza’ah Tidak Diketahui Al Asqo’ bin Hatim bin Abi Abu Thalib dari
34
Jamaluddin Abi Al Hajjaj Yusuf Al Mizzi, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Ar-Rijal, Juz 28, (Beirut: Muassasah
Ar- Risalah, 1992), 172.
35
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 28, 172.
36
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 28, 173.
37
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 7, 203.
38
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 7, 203.
39
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 7, 203.
40
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 12, 245.
41
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 12, 245.
42
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 12, 245.
Hammad bin 43 Wafat: 167 H; Khalid bin Muslim bin Abu Thalib dari
Dzakwan, Ahmad bin Hanbal:
Salamah 168 H.12 Ibrahim, Abu
Suhail bin Abi
Salamah Atsbatunnas,
Shalih, Abu Hasan Al
Musa bin
Qaza’ah Maimuni:
Ismail At
Atsbatu fi tsabit,
Suwaid bin
Tabudzakki,
Yahya bin Ma’in:
Hujair Al
Hudbah bin
Tsiqqah, 15
Bahiliy.44
Khalid.4546
Musa bin Wafat: 223 H; Hammad bin Al Bukhari, Yahya bin Ma’in:
B. Analisis Kebahasaan
Kitab Aunul Ma’bud yang merupakan syarah dari Kitab Sunan Abu Dawud menjelaskan
َ اهَ َو سُ ْكialah nashab yang artinya memberinya pakaian. Kemudian, kata ْتَ ي
bahwa kata َتو
43
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 7, 279.
44
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 7, 254.
45
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 7, 258.
46
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 7, 262. 16
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 29, 26.
47
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 29, 22.
48
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 29, 23.
49
Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, Juz 29, 25.
َتك ا اَ ِذإ
ْ س َ yang berarti apabila engkau berpakaian, dijabarkan oleh At-Tibi bahwasanya yang
dimaksudkan dari makanan dan pakaian dalam hadits tersebut adalah wajib bagi suami untuk
memberi makan istri dan juga memberi pakaian sesuai dengan kemampuan dari suami.50
Kata ،ب ِر ضْ َت َل َو
ِ هَ جْ َو لْ اartinya janganlah engkau memukul wajah dikarenakan wajah
meruoakan organ paling penting dan menojol. Wajah juga merupakan anggota badan yang
terhormat dan paling lembut. Ada dalil yang berkata bahwa wajib untuk menghindari wajah
atau muka ketika mendidik isteri.51
Kata ب َقُت َل َو ِ ْ حdengan mempertegas huruf ba’ berarti jangan mengucapkan kata-kata
buruk padanya, jangan menghinanya, jangan mengutuknya, dan sejenisnya. Selanjutnya, kata
يف اَل ِإ رْ ُج ْه َت
ِ ب لْ ا ِ َل َوyaitu, jangan berpaling darinya atau jangan pindahkan dia ke
َ ْت ي
rumah lain, sesuai dengan perkataan Yang Mahakuasa (dan tinggalkan mereka di tempat
tidur).22
C. Pendapat Fuqaha
Hadits ini menunjukkan wajib hukumnya bagi suami untuk memberi nafkah dan pakaian
kepada istri (keluarga) sesuai dengan kemampuannya. Suami tidak terbebani tanggung jawab
di luar kemampuannya, berdasarkan sabda Nabi, “Jika engkau makan” menurut salah satu
pendapat, lafazh hadits ini masih samar. Maka kapan saja mempunyai kemampuan untuk
memberikan nafkah, harus memberi nafkah kepada istrinya, dan mungkin hadits ini
ditentukan lagi bila dia sudah memenuhi kebutuhan nafkah terhadap dirinya terlebih dahulu,
berdasarkan hadits, “Mulailah dari dirimu terlebih dahulu” dan demikian juga hal dalam
memenuhi kebutuhan pakaian.52
Hadits ini juga membolehkan memukul istri untuk tujuan mendidik, tetapi dilarang memukul
wajah baik terhadap istri maupun orang lain. Sabda Nabi, “Jangan menjelekkannya,” artinya
jangan memperdengarkannya dengan perkataan yang dia benci, seperti ungkapan, ‘semoga
Allah menjelekkanmu’ dan ungkapan-ungkapan kasar lainnya.
Dan sabda Nabi “dan janganlah menghukum kecuali masih dalam rumah” yakni,
memisahkannya dari tempat tidur sebagai hukuman untuk mendidik, sebagaimana firman
Allah, “Tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang).” (QS. An-Nisa’: 34), maka
janganlah ditinggalkan (dihukum) kecuali masih dalam rumah, jangan dipindah ke rumah
yang lain.53
Namun, hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari menunjukkan para istri Nabi dipindahkan ke
rumah lainnya, dan Al-Bukhari berkomentar bahwa hadits ini yang diriwayatkannya lebih
shahih dari pada hadits Mu’awiyah. Maka ada yang berpendapat, perbuatan Nabi tersebut
membolehkan untuk memindahkan (sebagai hukuman) di luar rumah, dan hadits Mu’awiyah
50
Abu Abdurrahman Syariful Haqq Al-Adzim Abadi, Aunul Ma’bud ‘ala Syarhi Sunan Abi Dawud (Beirut: Dar
Ibnu Hazm, 2005), 1006.
51
Abadi, Aunul Ma’bud, 1006. 22
Abadi, Aunul Ma’bud, 1006.
52
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, penj. Muhammad
Isnan, Ali Fauzan, dan Darwis, Juz 2, (Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2008), 690.
53
Ash-Shan’ani, Subulus Salam, 691.
harus masih dalam rumah. Jadi penafsiran hukuman itu harus masih dalam rumah tidak sesuai
dengan maksud hadits tersebut.54
Namun para ulama berbeda pendapat tentang makna hajr. Jumhur ulama berpendapat, bahwa
yang dimaksud dengan hajr adalah tidak melakukan “hubungan” dengan istri, tapi tetap
tinggal serumah dengannya berdasarkan zhahir ayat, yakni diambil dari kata hijran artinya
menjauh. Ada yang berpendapat, tetap tidur sekamar tapi berpaling darinya. Ada yang
berpendapat, tidak melakukan “hubungan” suami-istri. Ada juga yang berpendapat, tetap
melakukan hubungan suami-istri tapi meninggalkan pembicaraan dengannya. Ada yang
berpendapat, berbicara kasar dengannya. Ada juga yang berpendapat, bahwa kata hajr berasal
dari kata al-hijar yakni tali pengikat onta, maksudnya dihukum dengan tidak boleh beranjak
dari rumah sebagaimana yang dikatakan Ath-Thabari dengan berdasarkan pada hadits bab,
akan tetapi pendapat itu dibantah Ibnu Al-Arabi.55
Syekh Abu Abdillah bin Abd Al Salam Allusy dalam kitab Ibanatul Ahkam menjelaskan
bahwasanya fiqh hadits tersebut antara lain:
a. Seorang suami wajib memberi nafkah dan pakaian isterinya. Kewajiban ini hendaklah
disesuaikan dengan kemampuan di mana seseorang tidak diberi bebanan melebihi
kemampuannya. b.
b. Disunnahkan untuk tidak berlebihan dalam hal pakaian dan makanan isteri melebihi
keperluan yang dipakai oleh seorang suami.
c. Boleh memukul isteri untuk memberi pengajaran, tetapi tidak boleh memukul bagian
mukanya.
d. Larangan untuk memperdengarkan suatu ucapan yang dibenci oleh seorang isteri.
e. Larangan berpisah ranjang bersama isteri, tetapi dibolehkan jika itu hanya dilakukan di
dalam rumah.56
D. Hikmah
Hikmah yang dapat diambil dari hadits tersebut ialah seorang suami harus berusaha
untuk memenuhi kebutuhan isteri dan keluarganya. Demikian juga bagi isteri,
diusahakan untuk tidak meminta sesuatu yang bukan kebutuhan utama kepada suami
agar tidak memberatkan. Suami juga tidak boleh memukul wajah isteri, tidak boleh
menyakiti hati isteri dengan ucapan kasar, dan tidak boleh mengusir isteri dari rumah.
54
Ash-Shan’ani, Subulus Salam, 691.
55
Ash-Shan’ani, Subulus Salam, 691.
56
Syekh Abu Abdillah bin Abd Al Salam Allusy, Ibanah Al-Ahkam Syarah Bulug Al-Maram, penj. Nor
Hasanuddin H.M. Fauzi, Juz 3, (Selangor: Al-Hidayah Publication, 2010), 408.
Daftar Rujukan
Abadi, Abu Abdurrahman Syariful Haqq Al-Adzim. Aunul Ma’bud ‘ala Syarhi Sunan Abi Dawud.
Beirut: Dar Ibnu Hazm, 2005.
Al Mizzi, Jamaluddin Abi Al Hajjaj Yusuf. Tahdzibul Kamal fi Asma’i Ar-Rijal. Beirut: Muassasah Ar-
Risalah, 1992.
Allusy, Syekh Abu Abdillah bin Abd Al Salam. Ibanah Al-Ahkam Syarah Bulug Al-Maram. penj. Nor
Hasanuddin H.M. Fauzi. Selangor: Al-Hidayah Publication, 2010.
Ash-Shan’ani, Muhammad bin Ismail Al-Amir. Subulus Salam Syarah Bulughul Maram. penj.
Muhammad Isnan, Ali Fauzan, dan Darwis. Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2008.
As-Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats. Sunan Abi Dawud. Riyadh: Baitul Afkar Ad-Dauliyah,
1999.