Anda di halaman 1dari 11

contoh dari hadits shahih lidzatihi:

– Hadits Shahih Tentang Nabi ‫ ﷺ‬membaca surat ath-Thur saat shalat


Maghrib
Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam Shahihnya, ia berkata,

‫َح َّدَثَنا َع ْبُد الَّلِه ْبُن ُيوُسَف َقاَل َأْخ َبَر َنا َماِلٌك َع ْن اْب ِن ِش َهاٍب َع ْن ُمَح َّمِد ْب ِن ُج َبْي ِر ْب ِن ُم ْطِع ٍم َع ْن َأِبيِه َقاَل َس ِم ْع ُت‬
‫َأ‬
‫َر ُسوَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْي ِه َو َس َّلَم َقَر ِفي اْل َم ْغ ِر ِب ِبالُّطوِر‬

”Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, ia berkata, ‘Telah


mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair
bin Muth’im dari ayahnya, ia berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah
‫ ﷺ‬dalam shalat Maghrib membaca “Ath-Thur.”

[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya, dalam Kitab Al-Adzan, no.


765]

Hadits di atas dapat dinyatakan sebagai hadits shohih karena telah memenuhi
syarat-syarat ke -shahih-an suatu hadits sebagaimana terlihat dalam
keterangan berikut:

1. Sanad hadits tersebut bersambung.


Dalam hal ini masing-masing perawinya mendengar langsung dari gurunya.
Adapun penggunaan ‘an’anah (yaitu “dari” dalam sanad hadits) yang
digunakan oleh Malik, Ibnu Syihab dan Ibnu Jubair itu dihukumkan sebagai
bersambung, disebabkan perawi-perawi tersebut tidak bersifat mudallis
(menyembunyikan keburukan sanad).
2. Para perawi hadits tersebut adalah adil dan dhabith.
Hal tersebut telah diteliti oleh para ulama Jarh wa Ta’dil, dengan perincian
keterangannya sebagai berikut:

 Abdullah bin Yusuf adalah orang yang tsiqah dan mutqin.


 Malik bin Anas: Imam, Hafizh.
 Ibnu Syihab Az-Zuhri: Faqih, Hafizh, disepakati kebesarannya dan
kesempurnaan keahliannnya (itqan).
 Muhammad bin Jubair: Tsiqah.
 Jubair bin Muth’im: sahabat nabi ‫ ﷺ‬. Para sahabat telah disepakati
oleh para ahli hadits sebagai orang yang adil.
3. Hadits tersebut tidak syadz karena tidak dijumpai hadits lain yang
lebih kuat yang berlawanan dengannya.
4. Tidak terdapat ‘illah sama sekali di dalam hadits tersebut.[x]
Contoh Hadits Shahih Lighairihi
Berikut ini satu contoh hadits shahih lighairihi mudah-mudahan bisa
memberikan gambaran yang lebih jelas:

Hadits tentang orang yang paling berhak mendapat kebaktian



terbaik
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnad-nya, dia berkata,

‫َح َّدَثَنا َيْح َيى ْبُن َس ِع يٍد َح َّدَثَنا َبْه ٌز ْبُن َح ِك يِم َح َّدَثِنى َأِبى َع ْن َج ِّد ى َقاَل ُقْل ُت َيا َر ُسوَل الَّلِه َمْن َأَبُّر َقاَل ُأَّمَك َقاَل ُقْل ُت‬
‫ُثَّم َمْن َقاَل ُثَّم ُأَّمَك َقاَل ُقْل ُت ُثَّم َمْن َقاَل ُأَّمَك ُثَّم َأَباَك ُثَّم اَألْق َر َب َفاَألْق َر َب‬

“Telah bercerita kepada kami Yahya bin Sa’id, ia berkata,’Telah bercerita


kepada kami Bahz bin Hakim,’ Ia berkata,’Ayahku telah menceritakan
kepadaku dari kakekku, ia berkata, ”Aku bertanya,

”Wahai Rasulullah ! Siapakah orang yang aku harus paling berbakti


kepadanya?” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ”Ibumu.” Aku bertanya lagi,
”kemudian siapa?” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ”Kemudian Ibumu.”

Aku bertanya lagi, ”Lalu siapa lagi?” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ”Ibumu


kemudian ayahmu kemudian yang paling dekat kekerabatannya denganmu
dan yang di bawah itu.”

Hadits ini sanadnya bersambung, tidak ada syadz di dalamnya serta tidak ada
‘illah yang merusak karena tidak terdapat dalam rangkaian ini ikhtilaf apa pun
di antara para perawi dan tidak pula dalam matan.

Imam Ahmad dan syaikhnya, yaitu Yahya bin Sa’id Al-Qathan adalah dua
orang imam yang agung. Bahz bin Hakim termasuk orang yang jujur dan
memelihara diri (Ahlus Shidqi wa Ash -Shiyanah) sehingga Ali bin Al-Madini,
Yahya bin Ma’in, An-Nasai dan yang lainnya menyatakannya sebagai orang
yang tsiqah.

Namun para ulama mendapati adanya masalah dalam sebagian hadits yang
dia riwayatkan sehingga Syu’bah bin Al-Hajjaj berbicara tentang dirinya
disebabkan oleh hal tersebut.

Namun hal ini tidak menghilangkan sifat dhabth. Hanya dirasakan dhabth-nya
kurang. Al-‘Ajliyy dan Ibnu Hibban menyatakan Hakim ayah Bahz itu orangnya
tsiqah. An-Nasa’i berkata, ”Laisa bihi Ba’sun.” (ini ungkapan dalam Jarh dan
Ta’dil yang kurang lebih berarti: tidak ada masalah dengan dirinya.)
Maka hadits Bahz tersebut menjadi Shahih lighairihi.

Yang jelas, sesungguhnya orang yang kurang jelas yang bertanya kepada Nabi
‫ ﷺ‬adalah Muawiyah kakek dari Bahz.

Telah diriwayatkan penggunaan “ ‫ ” َمْن َأَبُّر‬di sebagian jalurnya dalam riwayat


Muslim. Sehingga menguatkan hadits Bahz ini dengan riwayat Muslim
tersebut. Maka hadits ini menjadi Shahih Lighairihi.”[xi]
Yang dimaksud dengan dhabth (bukan dhabith) menurut para ahli hadits
adalah seorang perawi yang disifati dengan sifat sadar dan tidak lalai, hafal
apabila menyampaikan dari hafalannya, itqan (sangat bagus/sempurna) bila
menyampaikan dari kitabnya, serta menguasai makna jika meriwayatkan
hadits tanpa lafazhnya. [Lihat At-Tabshirah wa At-Tadzkirah 1/293 dan Tadrib
Ar-Rawi 1/201 dan Fathul Mughits 1/ 286][xii]

Contoh Hadits Hasan Lidzatihi


‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َح َّدَثَنا ُقَتْيَبُة َح َّدَثَنا َج ْع َفُر ْبُن ُس َلْيَماَن الُّض َبِعُّي َع ْن ِبي ِع ْم َر اَن اْل َج ْو ِنِّي َع ْن ِبي َبْك ِر ْب ِن‬:‫ما اخرجه الترمذي قال‬
‫َأِبي ُموَسى اَأْلْش َع ِر ِّي َقال َس ِم ْع ُت َأِبي ِبَح ْض َر ِة اْل َعُدِّو َيُقوُل َقاَل َر ُسوُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْي ِه َو َس َّلَم ِإَّن َأْبَو اَب اْل َج َّنِة‬
‫َتْح َت ِظ اَل ِل الُّسُيوِف‬

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dia berkata, ”Telah menceritakan kepada kami


Qutaibah, ia berkata,’ Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman Adh
Dhuba’i dari Abu Imran Al Jauni dari Abu Bakr bin Abu Musa Al Asy’ari ia
berkata,
”Aku mendengar ayahku berkata saat di hadapan musuh, ”Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, ”Sesungguhnya pintu-pintu surga berada di bawah naungan
pedang…”
Hadits ini dinyatakan hasan karena pada sanadnya terdapat Ja’far bin
Sulaiman adh-Dhuba’i yang menurut para ulama hadits, Ja’far ini berada pada
kualitas shaduq (tidak sempurna dhabith-nya), sehingga tidak mencapai
tingkatan tsiqat sebagai salah satu persyaratan hadits shahih.
Contoh Hadits Hasan Lighoirihi
Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dinyatakannya hasan,

‫عن عاصم بن عبيد هللا قال سمعت عبد هللا بن عامر بن ربيعة عن أبيه أن امرأة من بني فزارة تزوجت‬
‫على نعلين فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أرضيت من نفسك ومالك بنعلين قالت نعم قال فأجازه‬

Dari Syu’bah, dari ‘Ashim bin ‘Ubaidillah dari Abdullah bin ‘Amir bin Rabi’ah,
dari ayahnya, bahwa seorang wanita dari Bani Fazarah menikah dengan mahar
sepasang sandal. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ”Apakah engkau merelakan
dirimu sedangkan engkau hanya mendapat mahar sepasang sandal?” Wanita
tersebut menjawab, ”Ya.” Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬membolehkannya.”
Pada hadits tersebut terdapat perawi yang bernama ‘Ashim. Dia dinilai oleh
para ulama hadits sebagai perawi yang dha’if karena buruk hafalannya. Tetapi
At-Tirmidzi menyatakan sebagai hadits hasan karena datangnya (dijumpai
sanad lain dari ) hadits tersebut melalui jalan lain.[iv]

Contoh Hadits Mursal

Hadits tentang doa berbuka puasa: Allaahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthortu.
Hadits itu diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud.
‫َح َّد َث َن ا ُم َس َّدٌد َح َّد َث َن ا ُه َش ْي ٌم َع ْن ُح َص ْي ٍن َع ْن ُم َع اِذ ْب ِن ُز ْه َر َة َأَّن ُه َب َلَغ ُه َأَّن الَّن ِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن ِإَذ ا َأْفَط َر َقاَل الَّلُهَّم َلَك‬
‫ُصْم ُت َو َع َلى ِر ْز ِقَك َأْفَط ْر ُت‬

(Abu Dawud menyatakan) Telah menceritakan kepada kami Musaddad (ia berkata)
telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Hushain dari Muadz bin Zuhroh
bahwasanya telah sampai berita kepadanya bahwasanya Nabi shollallahu alaihi
wasallam jika berbuka mengucapkan: Allaahumma Laka Shumtu wa ‘alaa rizqika
afthortu (H.R Abu Dawud)

Syaikh al-Albaniy melemahkan hadits itu dengan menyatakan:

‫ َو ِبْاِالْر َس اِل َأَع َّلُه اْلَح اِفُظ اْلُم ْن ِذ ِر ي‬،‫ِإْس َن اُد ُه َضِع ْيٌف ُمْر َس ٌل؛ ُم َع اذ َه َذ ا َت اِبِعٌّي َم ْج ُهْو ٌل‬

Sanadnya lemah lagi mursal. Muadz ini (Muadz bin Zuhroh adalah seorang Tabi’i yang
majhul (tidak dikenal). Al-Hafidz al-Mundziri menganggap riwayat ini memiliki illat
karena mursal (Dhaif Abi Dawud (2/264))

Contoh HADITS mu’dal

Contoh hadits mu’dhal adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab al-
Muwaṭṭa’.

‫بلغني عن أبي هريرة أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال للملوك طعامه وكسوته بالمعروف وال يكلف من‬
‫العمل إال ما يطيق‬

Artinya, “Telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah RA sungguh Rasul SAW
bersabda, ‘Berikan makanan dan pakaian yang layak kepada para budak. Jangan bebani mereka
dengan pekerjaan yang tidak mereka sanggupi.’”

Menurut Imam Al-Hakim, hadits tersebut adalah hadits muʽdhal karena Imam Malik membuang
dua perawi, yakni Muhammad bin ʽAjlan dan ‘Ajlan. Seharusnya dua nama itu disebutkan
sebelum Abu Hurairah RA, (Lihat Mahmūd At-Thaḥḥān, Taysīru Muṣṭalahil Ḥadīts, [Riyadh,
Maktabah Maʽārif: 2004 M] halaman 92).

CONTOH HADITS MUDALLAS


2. Hadits yang dikeluarkan Imam Ahmad (4/289), Abu Daud (5212) dan Tirmidzi (2727) dan Ibnu
Majah (3703) dari jalan periwayatan :
Abu Ishaq as-Sabi’ie dari Baro’ bin Azib, dia berkata : Rasulullah bersabda :
‫َما ِمْن ُمْس ِلَم ْي ِن َي ْلَت ِقَياِن َف َي َت َصاَف َح اِن ِإَّال ُغ ِفَر َلُهَما َق ْب َل َأْن َي َتَفَّر َقا‬

“Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian mereka berjabat tangan, kecuali mereka telah
diampuni dosa mereka sebelum berpisah”
Abu Ishaq as-Sabi’ie adalah Amr bin Abdullah, dia adalah rawi yang tsiqah dan banyak
meriwayatkan hadits, hanya saja dia melakukan tadlis. Dia banyak mendengar hadits-hadits dari
Baro bin Azib radiyallahu ‘anhu, namun hadits yang ia riwayatkan dari Baro ini ia riwayatkan dengan
lafadz yang muhtamal ( berkemungkinan mendengar atau tidak), dan dia tidak mendengar langsung
dari Baro bin Azib. Dia hanya mendengar dari Abu Daud al-A’ma, yaitu namanya Nufa’i bin Harits,
dia adalah rawi yang tidak dipakai dan tertuduh dusta.

CONTOH HADITS DHOIF MUNQATHI’

Contoh Hadits Munqathi'


Adapun contoh hadist munqathi' sebagaimana hadits yang diriwayatkan Siti Fatimah ra,
putri Nabi SAW :

‫ّٰل‬
‫ ِبْس ِم ِهّٰللا َو الَّس اَل ُم َع َلى َر ُس ْو ِل ِهّٰللا ال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْي ُذ ُنْو ِبْي َو اْفَتْح‬: ‫ِإَذ ا َد َخ َل اْلَم ْس ِج َد َقاَل‬
‫ّٰل‬
‫ ِبْس ِم ِهّٰللا َو الَّس اَل ُم َع َلى َر ُس ْو ِل ِهّٰللا ال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْي‬: ‫ َو ِإَذ ا َخ َر َج َقاَل‬، ‫ِلْي َأْبَو اَب َرْح َم ِتَك‬
‫ُذ ُنْو ِبْي َو اْفَتْح ِلْي َأْبَو اَب َفْض ِلَك‬
"Ketika Rasulullah SAW masuk masjid, Beliau berdoa : "Dengan menyebut nama Allah
serta salam kepada Rasulullah, ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-
pintu Rahmat-Mu". Ketika keluar, Beliau berdoa : "Dengan menyebut nama Allah, semoga
kesejahteraan terlimpah kepada Rasulullah, ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan
bukakanlah pintu-pintu karunia-Mu" (HR. Ahmad No. 25213, HR. Ibnu Majah No. 763).

Nah, mari kita telaah rawi-rawi hadits tersebut :


Riwayat Imam Ahmad, dari Abu Muawiyah, dari Al-Laits, dari Abdillah bin Hasan, dari Siti
Fatimah binti Husain, dari Siti Fatimah Az-Zahra, dari Nabi SAW

Riwayat Imam Ibnu Majah, dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Ismail bin Ibrahim, dari
Abu Muawiyah, dari Al-Laits, dari Abdillah bin Hasan, dari ibunya yaitu Siti Fatimah binti
Husain, dari Siti Fatimah Az-Zahra, dari Nabi SAW.

Dari kedua jalur sanad tersebut, kita bisa melihat bahwa Siti Fatimah binti Hasan
mendapatkan riwayat dari neneknya, yaitu Siti Fatimah binti Nabi SAW. Padahal,
hubungan antara cucu dan nenek tersebut tidak pernah hidup dalam masa yang sama.

Siti Fatimah Az-Zahra binti Nabi SAW wafat pada malam Selasa, tanggal 13 Ramadhan,
tahun 11 H dalam usia 27 tahun. Sedangkan cucunya yaitu Siti Fatimah binti Husain baru
lahir pada tahun 51 H dan wafat pada tahun 117 H.

Ya, Siti Fatimah Az-Zahra tidak pernah bertemu di masa yang sama dengan cucunya
yaitu Siti Fatimah binti Husain. Artinya, dalam riwayat tersebut ada satu rawi yang gugur
atau terputus, sehingga hadits tersebut dinamakan Hadits Munqathi'.

CONTOH HADITS MUALLAQ

‫عن ابن عباس وجرهد ومحمد بن جحش عن النبي صلى هللا عليه و سلم الفخذ عورة‬
Dari Ibnu ‘Abbas, Jarhad dan Muhammad bin Jahsy, dari Nabi
Muhammad Saw.: “Paha adalah urat.”

‫وقال أنس حسر النبي صلى هللا عليه و سلم عن فخذه‬


Anas berkata, “Nabi Muhammad Saw. membuka pahanya.”

‫قال أبو موسى غطى النبي صلى هللا عليه و سلم ركبتيه حين دخل عثمان‬
Abu Musa berkata, “Nabi Muhammad Saw. menutupi kedua
lututnya ketika ‘Utsman datang.”

Penjelasan:

Dalam hadits-hadits itu, Imam Bukhari hanya menyebutkan nama


shahabat. Beliau menghapus, alias tidak menyebutkan nama-
nama perawi yang lain. Sehingga hadits-hadits itu termasuk
kategori Hadits Mu’allaq.

Namun, hadits-hadits Mu’allaq dalam Shahih Bukhari hanya


disebutkan dalam muqaddimah bab.

Jadi bukan termasuk hadits-hadits yang pokok.

Dengan demikian, adanya hadits-hadits Mu’allaq dalam Kitab


Shahih Bukhari sama sekali tidak mengurangi kualitas kitab
tersebut (Kitab Shahih Bukhari).

CONTOH HADITS MUHARRAF

contohnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Sahabat Jabir ra :

‫ُرِم َي ُاَبُّي َيْو َم اَاْلْح َز اِب َع َلى َاْك َح ِلِه َفَك َو اُه َر ُس ْو ُل ِهّٰللا َص َّلى ُهّٰللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
"Ubay bin Ka'ab terkena panah pada hari Perang Ahzab (Perang Khandaq) pada urat
nadinya, lalu Rasulullah SAW menyudut lukanya dengan besi panas" (HR. Muslim No.
4089).

Ghandar pernah meriwayatkan hadits tersebut dan mengubah lafadz " ‫( "ُاَبُّي‬Ubay bin
Ka'ab) menjadi " ‫( "َاِبْي‬ayahku). Jadi, di sini seolah yang terkena panah bukanlah Sahabat
Ubay bin Ka'ab ra, tetapi ayah Sahabat Jabir ra, padahal ayah Sahabat Jabir ra sudah
meninggal dunia sebelum Perang Ahzab (Perang Khandaq).

CONTOH HADITS AL-MUDHTARIB

Contoh Hadits Mudhtharib Dalam Sanad


: ‫ َيا َر ُس ْو َل ِهّٰللا َقْد ِش ْبَت ؟ َقاَل‬: ‫َع ِن اْبِن َع َّباٍس َقاَل َقاَل َأُبْو َبْك ٍر َر ِض َي ُهّٰللا َع ْنُه‬
‫َش َّيَبْتِنْي ُهْو ٌد َو اْلَو اِقَعُة َو اْلُم ْر َس اَل ُت َو َع َّم َيَتَس اَء ُلْو َن َو ِإَذ ا الَّش ْم ُس ُك ِّو َر ْت‬
"Dari Sahabat Ibnu Abbas berkata, Sahabat Abu Bakar ra bertaya, "Wahai Rosulullah,
engkau telah beruban ?. Rosulullah SAW menjawab, "Aku telah dibuat beruban oleh Surat
Hud, Surat Al-Waqi'ah, Surat Al-Mursalat, Surat An-Naba', dan Surat At-Takwir"" (HR.
Tirmidzi No. 3219).
Contoh Hadits Maqlub Sanad
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Hammad An-Nashibi dari Al-A’masy dari
Abu Shalih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu’,
‫ِإَذا َلِقيُتُم اْل ُم ْش ِر ِك يَن ِفي َطِر يٍق َفاَل َتْبَدُء وُهْم ِبالَّس اَل ِم‬

”Apabila kalian bertemu dengan orang-orang musyrik maka janganlah kalian


mendahului mereka mengucapkan salam.”
Dr. Sayyid Abdul Majid Al-Ghouri mengatakan,”Ini hadits maqlub. Yang
melakukan penukaran sanad adalah Hammad. Ia menjadikan sanad hadits
tersebut dari Al-A’masy padahal hadits tersebut dikenal dari Suhail bin Abi
Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.

Demikianlah yang dikeluarkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya. Perawi yang


melakukan penukaran semacam ini disebut sebagai perawi yang mencuri
hadits.[vi]

Imam Daruquthni berpendapat bahwa hadits tersebut adalah mudhtharib, dikarenakan


jalur sanad dari Ibnu Ishaq terdapat sekitar 10 perbedaan dan perselisihan, antara lain
adalah : ada yang meriwayatkannya secara mursal dan ada yang meriwayatkannya
secara muttashil.

Para ulama' ahli hadits sendiri juga memperselisihkan riwayat sanadnya, ada yang
meriwayatkan dari Ikrimah dari Abu Bakar, ada yang meriwayatkan dari Ibnu Juhaifah
dari Abu Bakar, ada yang meriwayatkan dari Bara' dari Abu Bakar, ada yang
meriwayatkan dari Alqamah dari Abu Bakar, dan ada yang meriwayatkan dari Abu
Maisarah dari Abu Bakar. Sedangkan Al-Hafidz Ibnu Hajar berpendapat bahwa rawi-rawi
hadits tersebut adalah tsiqqah (terpercaya), yang tidak mungkin ditarjih salah satunya.

Contoh Hadits Syadz Sanad


Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari jalur
Ibnu ‘Uyainah dari ‘Amr bin Dinar, dari ‘Ausajah dari Ibnu ‘Abbas,

‫ ولم يدع وارًثا إال مولى هو أعتقه فدفع رسول هللا‬،‫أن رجاًل توفي على عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫صلي هللا عليه وسلم ميراثه إليه‬
Bahwa seorang pria meninggal dunia di masa Rasulullah ‫ ﷺ‬dan tidak
meninggalkan seorang pewaris kecuali seorang bekas budak yang telah ia
merdekakan maka Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan warisannya kepada dia.”

Dan yang mengikuti Ibnu ‘Uyainah dalam ketersambungan adalah Ibnu Juraij
dan yang lainnya. Namun, Hammad bin Zaid menyelisihi mereka.

Hammad bin Zaid meriwayatkan hadits tersebut dari ‘Amru bin Dinar dan
‘Ausajah namun tidak menyebutkan Ibnu ‘Abbas. Abu Hatim berkata, ”Hadits
yang (masuk kategori) Mahfuzh (termasuk hadits maqbul) adalah hadits Ibnu
‘Uyainah.”

Hammad bin Zaid adalah orang yang adil (memiliki ‘adalah) dan orang
yang dhabith. Namun demikian Abu Hatim merajihkan (mengunggulkan)
riwayat mereka yang lebih banyak jumlahnya dari dirinya.”[viii]

CONTOH HADITS MUNKAR

Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Habib bin Habib Ziyat, dari
Ishaq, dari Izar bin Harits, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah
Saw. bersabda:

‫َم ْن َأَقاَم الَّصَالَة َو آَتى الَّز َكاَة َو َح َّج الَبْيَت َو َص اَم َر َم َض اَن َو َقَر ى الَّضْيَف َد َخ َل الَج َّنَة‬

“Barangsiapa mendirikan shalat, menunaikan zakat, berangkat


haji, puasa, dan memuliakan tamu, maka dia pasti masuk surga.”

Abu Hatim memberikan keterangan, bahwa hadits ini termasuk


Hadits Mungkar, karena para perawi selain Habib bin Habib
Ziyat meriwayatkan dari Ishaq juga, namun sanadnya berhenti
pada Ibnu Abbas.

Maksudnya pernyataan di atas merupakan perkataan Ibnu Abbas,


bukan sabda Rasulullah Saw.

Contoh Hadits Matruk Tentang Qunut


Contoh dari hadits matruk adalah hadits Amr bin Syamr Al-Ju’fi Al-Kufi Asy-
Syi’i dari Jabir dari Thufail dari Ali dan ‘Ammar, keduanya berkata,

‫ َو َيْق َطُع َص اَل َة ْا لَعْص ِر آِخ َر‬، ‫الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َيْقُنُت ِفْي ْا لَفْج ِر َو ُيَك ِّبُر َيْو َم َع َر َفَة ِم ْن َص اَل ِة ْا لَغ َداِة‬ ‫َك اَن‬
‫الَّتْش ِر ْي ِق‬ ‫َأَّياِم‬

”Nabi ‫ ﷺ‬melakukan qunut pada waktu shalat fajar dan bertakbir pada hari
Arafah di (mulai) saat shalat Shubuh dan berakhir di waktu shalat Ashar pada
saat hari tasyriq yang terakhir.”

Imam an-Nasa’i, Daruquthni dan yang lainnya berkata tentang hadits dari Amr
bin Syamr,” Hadits matruk.”

Bila hadits maudhu’ (palsu) adalah hadits dha’if yang paling buruk maka hadits
matruk adalah yang dekat dengannya.[iv]

Anda mungkin juga menyukai