Anda di halaman 1dari 5

Nasab dan kunyah

Nama lengkapnya adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil Al-Makki Al-Muhajir Al-
Hudzaliy. Beliau juga sering dinasabkan kepada ibunya. Karena ibunya dipanggil Ummu Abdin, Ibnu
Mas’ud pun dipanggil dengan sebutan Ibnu Ummu Abdin.

Ibnu Mas’ud masuk Islam

Ibnu Mas’ud datang dari Hudzail ke Makkah setelah wafatnya sang ayah yang meninggal saat perjalanan
mencari nafkah. Di Makkah, Ibnu Mas’ud kecil bekerja menggembalakan kambing milik seorang tokoh
Quraisy bernama ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Suatu hari ketika tengah bekerja, datanglah dua orang laki-laki
kepada Ibnu Mas’ud yang ternyata itu adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakr. Ibnu Sa’ad
menukil kisah pertemuan mereka di dalam Kitab Thabaqat miliknya. Dari Ibnu Mas’ud ia berkata,

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوَأبُوْ بَ ْك ٍر َوقَ ْد فَرَّا ِم ْن ال ُم ْش ِر ِك ْينَ فَقَااَل يَا غُاَل ٌم‬ َ ‫ت غُاَل ًما يَافِعًا ُأ َر ِعى َغنَ ًما لِ ُع ْقبَةَ ْبنَ َأبِ ْي ُم ِع ْي ٍط فَ َجا َء النَّبِ ُّي‬ ُ ‫ُك ْن‬
‫ك ِم ْن َج ْذ َع ٍة لَ ْم يَ ْن ِز َعلَ ْيهَا‬َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم هَلْ ِع ْن َد‬ َ ‫ فَقَا َل النَّبِ ُّي‬.‫ْت َساقِ ْي ُك َما‬
ُ ‫ت ِإنِّ ْي ُمْؤ تَ ِم ٌن َولَس‬ ُ ‫ك ِم ْن لَبَ ٍن تُ ْسقِ ْينَا ؟ فَقُ ْل‬ َ ‫هَلْ ِع ْن َد‬
‫ضرْ َع ثُ َّم َأتَاهُ َأبُوْ بَ ْك ٍر بِص ُْخ َر ٍة‬ َ ‫الضرْ َع َو َدعَا فَ َحفَ َل ال‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َم َس َح‬ َ ‫ت نَ َع ْم فََأتَ ْيتُهُ َما بِهَا فَا ْعتَقَلَهَا النَّبِ ُّي‬ ُ ‫الفَحْ ُل ؟ قُ ْل‬
َ َ‫ ق‬.‫ت َعلِّ ْمنِ ْي ِم ْن هَ َذا القَوْ ِل‬
َ‫ال ِإنَّك‬ ُ ‫ك فَقُ ْل‬َ ِ‫ص قَا َل فََأتَ ْيتُهُ بَ ْع َد َذل‬
َ َ‫ع ا ْقلِصْ فَقَل‬ ِ ْ‫ْت ثُ َّم قَا َل ِللضَّر‬ ُ ‫ب َأبُوْ بَ ْك ٍر ثُ َّم َش ِرب‬ َ ‫ب فِ ْيهَا فَ َش ِر‬ َ َ‫ُمتَقَ َع َّر ٍة فَاحْ تَل‬
‫َاز َعنِ ْي فِ ْيهَا َأ َح ٌد‬ِ ‫ت ِم ْن فَ ْي ِه َسب ِْع ْينَ سُوْ َرة اَل يُن‬ ُ ‫فََأخ َْذ‬. ‫غُاَل ٌم ُم َعلَّ ٌم‬

“Dulu ketika aku masih anak muda belia, saat bekerja menggembalakan kambing milik Uqbah bin Abi
Mu’ith, tiba-tiba Nabi dan Abu Bakr datang. Mereka berlari dari kejaran orang-orang musyrik.

Maka, salah satu dari mereka berkata, ‘Wahai anak kecil, apakah engkau memiliki susu yang dapat kami
minum?’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Aku hanyalah orang yang dipercaya menggembalakan kambing ini,
sehingga aku tidak bisa memenuhi permintaan kalian.’

Lantas Nabi bertanya, ‘Apakah engkau punya seekor anak kambing betina yang belum dikawini
pejantan?’ Maka, aku menjawab, ‘Iya.’

Aku pun membawakan apa yang ia minta. Nabi kemudian mengambil anak kambing betina itu dan
mengusap kambingnya sambil berdoa. Maka, terkumpullah air susu dari ambing anak kambing betina
tersebut.
Abu Bakr kemudian membawa sebuah batu yang memiliki cekungan dan mulai memerah susu ke
dalamnya. Abu Bakr pun meminum susu itu dan disusul diriku. Nabi berkata ke arah ambing anak
kambing itu, ‘Menyusutlah.’ Maka, dengan seketika ambingnya pun menjadi kempes. Setelah kejadian
itu, (di hari yang lain) aku mendatangi Nabi dan berkata, ‘Ajari aku perkataan yang engkau ucapkan
waktu itu.’ Nabi bersabda, ‘Engkau anak muda yang cerdas.’ Aku pun menghafalkan 70 surat Al-Qur’an
langsung dari beliau dan tidak ada yang mengalahkanku.”

Sejak saat itu, Ibnu Mas’ud pun menyandang gelar sebagai seorang muslim. Beliau terhitung sebagai
sahabat keenam yang masuk ke dalam agama Islam.

Sifat fisik Ibnu Mas’ud

Qais bin Abi Hazim berkata, “Aku melihat Ibnu Mas’ud memiliki tubuh yang kurus.” Ubaydillah bin
Abdullah bin ‘Utbah berkata, “Abdullah bin Mas’ud itu laki-laki yang kurus, pendek, dan berkulit hitam,
dan beliau tidak menyemir ubannya.” Dari A’masy dari Ibrahim, ia berkata, “Abdullah adalah pribadi
yang lembut lagi cerdas.” (Siyar A’lam Nubala)

Al-Mas’udi meriwayatkan dari Sulaiman bin Maina, dari Nuwaifi’ pelayan Ibnu Mas’ud, ia berkata,
“Abdullah bin Mas’ud adalah manusia yang paling baik penampilannya dan paling harum baunya.” (Siyar
A’lam Nubala)

Diriwayatkan dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

‫اق َع ْب ِد هللاِ ب ِْن َم ْسعُو ٍد‬ َ َ‫ فَن‬،‫ص ِع َد َعلَى َش َج َر ٍة َم َرهُ َأ ْن يَْأتِيَهُ ِم ْنهَا بِ َش ْي ٍء‬
ِ ‫ظ َر َأصْ َحابُهُ ِإلَى َس‬ َ ‫َأ َم َر النَّبِ ُّي‬
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ا ْبنَ َم ْسعُو ٍد ف‬
‫ ” َما تَضْ َح ُكونَ ؟ لَ ِرجْ ُل َع ْب ِد هللاِ َأ ْثقَ ُل فِي‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ فَقَا َل َرسُو ُل هللا‬،‫ض ِح ُكوا ِم ْن ُح ُمو َش ِة َساقَ ْي ِه‬ َ َ‫ ف‬،َ‫ص ِع َد ال َّش َج َرة‬
َ َ‫ِحين‬
‫ان يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ِم ْن ُأ ُح ٍد‬
ِ ‫ْال ِمي َز‬

“Nabi memerintahkan Ibnu Mas’ud (untuk suatu perkara, -pen.), maka ia pun memanjat sebuah pohon
yang Nabi suruh untuk membawakan sesuatu dari pohon tersebut untuknya. Maka, para sahabat yang
lain melihat betis Abdulullah bin Mas’ud tatkala memanjat pohon tersebut. Mereka pun tertawa melihat
betisnya yang kecil. Rasulullah menanggapi, ‘Apa yang kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah lebih
berat dibandingkan gunung Uhud di timbangan hari kiamat kelak.’” [1] (HR. Ahmad no. 876, sanadnya
dinilai hasan oleh Syekh Syu’aib Al-Arnauth)

Baca Juga: Biografi Syekh Abdul Qodir Jaelani

Kedekatannya dengan Rasulullah

Dari Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Utbah berkata, “Ibnu Mas’ud adalah shahibu sirr (pemegang rahasia)
Rasulullah, termasuk menyediakan tempat duduk, siwak, sandal, dan air untuk Nabi. Dan ini berlangsung
saat Nabi sedang bersafar.”

Ibnu Sa’ad berkata, Abu Nu’aim menceritakan, Al-Mas’udi menceritakan kepada kami, dari Al-Qasim bin
Abdurrahman, ia berkata, “Abdullah memakaikan sandal Nabi, kemudian Nabi berjalan di depannya
dengan tongkat, hingga jika beliau tiba di majelisnya, Abdullah melepas sandal beliau dan memasukkan
keduanya ke lengan bajunya, dan membawakan tongkat Nabi. Nabi biasa masuk dengan tongkat tersebut
ke rumahnya dengan Ibnu Mas’ud di belakang beliau.”

Al-Mas’udi berkata, dari Iyas Al-Amiri, dari Abdullah bin Syadad berkata, “Dulu Abdullah adalah
pembawa alas duduk, siwak, dan sandal Nabi.”

Al-Bukhari dan Muslim menukilkan sebuah hadis dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu,
beliau menceritakan,

ِ ‫ت َأنَا َوَأ ِخي ِم ْن ْاليَ َم ِن فَ َم َك ْثنَا ِحينًا َما نُ َرى ا ْبنَ َم ْسعُو ٍد َوُأ َّمهُ ِإاَّل ِم ْن َأ ْه ِل ْالبَ ْي‬
ُ‫ت ِم ْن َك ْث َر ِة ُد ُخولِ ِه ْم َولُ ُزو ِم ِه ْم لَه‬ ُ ‫قَ ِد ْم‬

“Aku dan saudaraku tiba (di Madinah, -pen.) dari Yaman dan tinggal hingga beberapa saat. (Awalnya, -
pen.) Kami mengira Ibnu Mas’ud dan ibunya termasuk keluarga Nabi karena mereka banyak keluar
masuk ke dalam rumah Nabi dan sering menemani beliau.” [2] (HR. Bukhari no. 3763. Muslim no. 2460)

Al-Bukhari menukilkan di dalam Shahih-nya sebuah hadis dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda padaku,
َ‫ َوَأ ْن تَ ْستَ ِم َع ِس َوا ِدي َحتَّى َأ ْنهَاك‬، ُ‫ي َأ ْن يُرْ فَ َع ْال ِح َجاب‬ َ ُ‫ِإ ْذن‬
َّ َ‫ك َعل‬

“Tanda izinmu (untuk masuk) adalah tirai yang terangkat dan engkau boleh mendengar perkara
rahasiaku, kecuali aku larang.” [3] (HR. Bukhari nomor 2169)

Imam Al-Bukhari menukilkan di dalam kitab Shahih-nya sebuah hadis dari Abdurrahman bin Yazid
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Kami menanyai Hudzaifah tentang orang yang mirip cara berjalannya
dengan Nabi agar kami bisa menirunya. Maka, Hudzaifah menjawab, ‘Aku tidaklah mengenal seseorang
yang paling mirip cara berjalan serta ketenangannya dengan Nabi, kecuali Ibnu Ummi Abdin.’” [4] (HR.
Bukhari no. 3762)

Bahkan, ketika suatu saat ia diberitahu Nabi bahwa doanya akan dikabulkan jika ia berdoa, atas
kecintaannya kepada beliau, maka di antara hal yang dimintanya adalah membersamai Nabi di surga
kelak. Kisah tersebut dinukilkan Imam Ahmad di dalam Musnad-nya, di mana ketika Abdullah bin Mas’ud
berada di dalam masjid dan berdoa kepada Rabbnya, Nabi datang dan berkata, “Mintalah, maka Allah
akan penuhi. Maka Ibnu Mas’ud pun mengucapkan,

‫ َجنَّ ِة ْال ُخ ْل ِد‬،‫ف ْال َجنَّ ِة‬


ِ ‫ َو ُم َرافَقَةَ النَّبِ ِّي – صلى هللا عليه وسلم – فِي َأ ْعلَى ُغ َر‬،ُ‫ َونَ ِعي ًما اَل يَ ْنفَد‬،‫ك ِإي َمانًا اَل يَرْ تَ ُّد‬
َ ُ‫اللَّهُ َّم ِإنِّي َأ ْسَأل‬

‘Ya Allah, aku memohon kepada keimanan yang tidak menyebabkan aku murtad, nikmat yang tidak
terputus, dan menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di surga yang yang paling tinggi, surga nan
abadi.’” [5] (HR. Imam Ahmad, 6: 346, no. 3797)

Persaudaraannya dengan Zubair bin Awwam

Abu Daud di dalam Sunan-nya berkata, Abu Salmah menyampaikan kepada kami, Hammad bin Salah
menceritakan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, bahwa Nabi mempersaudarakan antara Az-Zubair dan
Ibnu Mas’ud.

Ilmu Ibnu Mas’ud

Abdullah bin Mas’ud dikenal sebagai salah satu di antara sahabat yang paling tinggi ilmunya dan paling
sering memberikan fatwa setelah wafatnya Nabi. Adz-Dzahabi memuji beliau dengan mengatakan, “Ibnu
Mas’ud termasuk di antara deretan ulama yang paling cerdas.”

Umar bahkan pernah menggelarinya sebagai bejana yang dipenuhi dengan ilmu. Ini karena pada waktu
itu Ibnu Mas’ud masih tergolong muda, sementara ia adalah salah satu di antara sahabat yang paling
berilmu.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari hadis Abul Ahwas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku
menyaksikan Abu Musa dan Abul Mas’ud ketika wafatnya Ibnu Mas’ud dan salah satu di antara mereka
berkata kepada sahabatnya, ‘Apakah engkau melihat Ibnu Mas’ud meninggalkan seseorang setelahnya
yang setara dengannya (dalam hal ilmu)?’ Maka, sahabat yang lain menimpali, ‘Jika engkau berkata
demikian, benar adanya. Dulu ia diberi izin oleh Rasulullah ketika kita tidak diberi izin, dan ia hadir
bersama Rasulullah ketika kita tidak hadir.’” [6] (HR. Muslim 2461)

Beliau termasuk fuqaha (ahli fikih) dan qori (ahli baca Al-Qur’an) dari golongan sahabat. Abdullan bin
Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu dari Nabi bahwa beliau bersabda, “Ambillah ilmu Al-Qur’an dari
empat manusia: Ibnu Ummi Abdin, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, dan Salim Maula Abu Hudzaifah.”
[7] (HR. Bukhari no. 3760 dan Muslim no 2464. Lafaz ini adalah milik Muslim)

Baca Juga: Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha

Murid-murid Ibnu Mas’ud

Ketika dikirim oleh Umar ke Kufah, Ibnu Mas’ud dan murid-muridnya mendirikan madrasah Irak. Maka,
penduduk Kufah dapat mengambil ilmu dari beliau lebih banyak dibanding yang lain. Di antara
karakteristik madrasah ini adalah banyaknya cara ber-istidlal di dalamnya, dengan dasar bahwa
penduduk Irak dikenal sebagai ahlu ra’yu. Dan Ibnu Mas’udlah yang meletakkan batu pondasi bagi
metode ini. [8] (Tafsir Ats-Tsa’labiy Al-Jawaahir Al-Hasan fi Tafsir Al-Qur’an, hal. 76)

© 2023 muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/83998-abdullah-bin-masud.html

Anda mungkin juga menyukai