Anda di halaman 1dari 71

‫كتاب الصالت‬

‫باب المواقيت‬
‫الحديث الرابع واألربعون‬

‫ َوأ َشار بيده إلى دار عبد‬- ‫احبُ هذا ال َّدار‬


ِ ‫ص‬ َ ‫ حدثني‬:‫ قال‬-" ‫واسمه " سعد بن إياس‬- ‫عَن أبِى َع ْمرو ال َّشيْباني‬
‫ " الصَّالة َعلَى‬:‫ي األعما ِل أحبُّ ِإلى هللا ع َّز وجل قال‬ ّ ‫ُول هللا صلى هللا عليه وسلم ُأ‬ َ ‫ت َرس‬ ُ ‫ َس ْأل‬:‫ قال‬-‫بن مسعود‬
‫ حدثني بهن رسول‬:‫قال‬." ‫يل هللا‬ ِ ِ‫ " ْال ِجهَا ُد في سب‬:‫ ثُ َّم أيٌّ؟ قا َل‬:‫ قلت‬." ‫ ثم أيٌّ؟ قال " بِر الوالِدَين‬:‫ قلت‬." ‫َو ْقتِها‬
.‫ ولو استزدته لزادني‬،‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Artinya: dari Abi Amr Al-Shaibani - yang bernama "Saad bin Iyas" - dia berkata:
Pemilik rumah ini memberi tahu saya - dan dia menunjuk dengan tangannya ke
rumah Abd bin Masoud - dia berkata: Saya bertanya kepada rasulullah, sallallhu
alaihi wa sallam yang mana Perbuatan lebih di cintai oleh Allah ta’ala. Rasulullah
sallalahu alaihi wa sallam berkata: "Sholat tepat waktu . " aku berkata: Lalu apa?
Beliau bersabda: "berbakti kepada orang tua . " Saya berkata: Lalu yang mana? Dia
berkata: "Jihad di jalan Allah . " Dia berkata "Rasulullah menceritakan itu
kepadaku. Seandainya aku meminta tambahan, niscaya beliau menambahiku."
[Bukhori (527) dan Muslim (85)]
Syarah Hadist :
‫األعمال‬
ِ ّ ‫ ُأ‬: Yang di maksud adalah amalan fisik yang di lakukan oleh anggota
‫ي‬
badan, seperti puasa , zakat , sedekah kepada faqir miskin , dan lain-lain. Dan tidak
termasuk darinya amalan hati seperti sabar , cinta , rasa takut , dan lainnya.
‫ الصَّالة َعلَى َو ْقتِها‬: Sholat yang pelaksanaanya berada pada waktunya. Tidak di
sebutkan akhir atau awal waktu , sehingga tidak termasuk dari hadist ini adalah
qadha shalat. Namun pada hadist di sertakan kata ُّ‫ أحب‬yang mengindikasikan
bahwa amalan itu di cintai , sehingga mengisyaratkan bahwa pelaksanaannya
adalah di awal waktu .
‫ بِر الوالِدَين‬: amalan berbakti kepada orang tua di dahulukan dari jihad , menunjukan
betapa agung amalan ini dan keutamaannya yang sangat besar. Bersamaan dengan
itu , durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar dan di murkai oleh Allah.

ِ ِ‫ ْال ِجهَا ُد في سب‬: Jihad adalah amalan agung di sisi Allah, hal ini di ketahui karena
‫يل هللا‬
jihad merupakan sarana tersebarnya Islam dan Iman sehingga manusia dapat
menyembah Allah seluruhnya , dan besarnya tujuan yang hendak di capai ,
menjadikan sarana untuk menuju hal tersebut juga memiliki keutamaan yang
sangat besar.

‫الحديث الخامس واألربعون‬


ٍ ‫ لقَ ْد َكانَ النبي صلى هللا عليه وسلم يصلَ ِي ْالفجر فَتَ ْشهَد َم َعهُ ن َساء من ْال ُمْؤ منَات متَلَفعا‬:‫عن عَائ َشةَ قالت‬
‫ت‬
،‫ أكسية معلمة تكون من َخ ٍّز‬،‫ المروط‬:‫ قال‬.‫س‬ ِ َ‫أح ٌد من ْال َغل‬
َ ‫ْرفُه َُّن‬ َّ ِ‫ ث َم يرجعن ِإلَى بُيُوت‬،‫بِ ُمرو ِط ِهن‬
ِ ‫هن َما يَع‬
‫ و "الغلس" اختالط ضياء الصبح بظلمة الليل‬.‫ "ومتلفعات" ملتحفات‬.‫وتكون من صوف‬.
Dari Aisyah radhallahu anha dia berkata, "Sungguh Rasulullah sallalahu alaihi
wasallam pernah shalat Subuh, dan turut serta pula bersama beliau sejumlah wanita
dari kaum mukminat, sambil menyelimuti diri dengan kain mereka, kemudian
mereka kembali ke rumah-rumah mereka tanpa ada seorang pun yang mengenali
mereka, karena pagi masih gelap’’ [Bukhori (372),Muslim (640)]

Syarah Hadist :
‫ المروط‬: adalah pakaian atau koin bermotif, terbuat dari sutera tebal , terkadang
terbuat dari wol.
‫ متلفعات‬artinya ‫ ملتحفات‬: maksudnya adalah berbaur
‫ الغلس‬: berbaurnya antara cahaya pagi dan cahaya malam yang terjadi di akhir
malam
Hadist ini mengandung hujjah bahwa shalat shubuh itu di kerjakan pada saat
waktu itu masih gelap. Sebagaimana datang dalam riwayat lain bahwasannya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam memanjangkan bacaanya dari sahal subuh sampai hari
mulai terang. Dalam hadist juga di jelaskan bahwasannya wanita boleh menghadiri
pelaksanaan shalat berjamaah di masjid, dan tidak di jelaskan apakah wanita dari
kalangan orang yang sudah tua atau muda , meskipun begitu , wanita lebih utama
shalat di rumah.

‫الحديث السادس و األربعون‬


،‫ َوال َعصْ َر‬،‫اجر ِة‬
َ َ‫باله‬ْ ‫ُصلى الظه َْر‬ َ ‫صلَى هللا َعلَ ْي ِة و َسلَ َم ي‬َ ‫ي‬ ُ ‫ َكان النَّب‬:‫رضي هللا َع ْنهُ َما قال‬ ِ ‫عن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هللا‬
،‫ ِإذا َرآهُ ُم اجْ تَ َمعُوا ع َّج َل َوإذا رآهُم أ ْبطَُئوا أخ ََر‬.ً‫ َوالع َشا َء أحيانا ً وأحْ يَانا‬،‫ت‬ ْ َ‫ب ِإ َذا َو َجب‬
َ ‫ َوالم ْغ ِر‬،‫والشمس نَقِية‬
َ ُ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه و َسلَّ َم ي‬
‫صليهَا بِ َغلَس‬ َ ‫والص ْب ُح َكانَ النبي‬.
Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu anhu, dia berkata, "Rasulullah shallalahu
alaihi wa sallam shalat zhuhur pada saat panas terik, Ashar ketika matahari masih
terang, Maghrib apabila (matahari) terbenam, dan Isya berlain-lainan,adakalanya
jika melihat mereka telah berkumpul beliau menyegerakan, dan adakalanya jika
melihat mereka lambat maka beliau mengakhirkan. Sedangkan Subuh, Nabi
Sallallahu alaihi wa sallam melaksanakan shalatnya ketika pagi masih gelap."
[Bukhori (560),Muslim (646)]
Syarah Hadist :
َ َ‫ ْاله‬: adalah panas yang terik di siang hari setelah matahari tergelincir.
‫اجر ِة‬
Pada hadist ini menunjukan informasi bahwa shalat di laksanakan di awal
ْ ‫ُصلى الظ ْه َر‬
waktu ketika telah masuk waktunya . ‫بالهَاج َر ِة‬ َ ‫ ي‬bahwa shalat dhzuhur itu di
laksanakan ketika matahari telah tergelincir di saat siang yang pada saat itu panas
yang terik , dan waktu utama di laksanakan di awal waktu dhzuhur.
Kemudian ‫ والشمس نَقِية‬،‫( َوال َعصْ َر‬Ashar ketika masih terang) menunjukan
bahwa keutamaan untuk melaksanakan shalat di awal waktu. ‫ت‬ ْ َ‫ب ِإ َذا َو َجب‬
َ ‫ َوالم ْغ ِر‬waktu
maghrib adalah ketika matahari tenggelam , yaitu jatuhnya matahari dan hilangnya
cahaya yang mengelilinginya, di tandai dengan munculnya malam dari arah timur,
maka inilah waktu untuk mengerjakan shalat maghrib.
Kemudian shalat Isya’ para fuqoha berselisih mengenai keutamaan
mengerjakan shalat isya’. Apakah di awal waktu atau di akhirkan, sebagian ulama
berpendapat bahwa yang demikian tergantung kepada kondisi sebagaimana hadist
tersebut, apabila telah berkumpul jamaah , maka shalat di awal waktu lebih utama,
namun jika belum berkumpul jamaah , maka di akhirkan lebih utama.
‫الحديث السابع و األربعون‬
‫ َك ْيفَ َكانَ َرسُو ُل‬:‫ال لَهُ أبي‬ َ َ‫ت أنَا َوأبي َعلَى أبي بَرْ َزةَ األ ْسلَ ِم ِّي فَق‬ ُ ‫ " َدخَ ْل‬:‫قال‬
َ َ‫َّار ْب ِن َسال َمة‬ ِ ‫ع َْن أبي ْال ِم ْنهَا ِل َسي‬
ُ‫ ِحينَ تَ ْد َحض‬،‫األولى‬ َ ‫صلِّى الهاجرة الَّتي تَ ْدعُونَهَا‬ َ ُ‫ َكانَ ي‬:‫ُصلي ْال َم ْكتُوبَةَ؟ فَقَا َل‬ َ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم ي‬
‫ َون َِسيت َما قَال في‬.‫صى ْال َم ِدينَ ِة َوال ًش ْمسُ َحيّة‬ َ ‫ ثُ ّم يَرْ ِج ُع أ َح ُدنَا ِإلى َرحْ لِ ِه في أ ْق‬،‫ُصلى ْال َعصْ َر‬ َ ‫ َوي‬، ُ‫ال ًش ْمس‬
‫ َو َكان‬.‫ َو َكانَ يَ ْك َرهُ النَوْ َم قبلَهَا َو ْالح ِديث بَ ْع َدهَا‬.َ‫أن يَُؤخ َر ِمنَ الع َشا ِء التي تَدعُونَهَا ْال َعتَ َمة‬ ْ ُّ‫ب َو َكانَ يَ ْست َِحب‬ ِ ‫ْال َم ْغ ِر‬
‫ َو َكانَ يَ ْقرأ بالستينَ ِإلى ْالماَئ ِة‬.ُ‫ْرفُ ال َر ُج ُل َجلِي َسه‬ ِ ‫صال ِة ْالَغدَا ِة ِحينَ يَع‬ َ ‫" يَ ْنفَتِ ُل ِم ْن‬.
Dan Abu Al Minhal Sayyar bin Salamah, dia berkata: Aku datang bersama ayahku
kepada Abu Barzah Al Aslami. [Lalu ayahku berkata kepadanya, "Bagaimana cara
Rasulullah melakukan shalat fardhu?' Abu Barzah berkata, "Beliau biasa shalat
siang hari -yaitu yang biasa kalian namakan dengan Al Uula (shalat pertama)-
ketika matahari tergelincir. Beliau shalat Ashar ketika salah seorang dari kami
kembali ke tempat tinggalnya di ujung kota, sementara matahari masih terasa
panasnya. Aku lupa apa yang dikatakannya tentang shalat Maghrib. Beliau suka
mengangguhkan shalat Isya yang biasa kalian namakan al 'Atamah (gelap)hingga
sepertiga malam. Beliau tidak suka tidur sebelum shalat Isya dan bercakap-cakap
sesudahnya. Selesai shalat Subuh ketika seseorang telah mengenal orang yang
duduk di sampingnya. Beliau sering membaca antara enam puluh hingga seratus
(ayat)’’ [Bukhori (547), Muslim (647)]
Syarah Hadist :
‫ُصلِّى الهاجرة الَّتي تَ ْدعُونَهَا األ َولى‬
َ ‫ َكانَ ي‬: yaitu menunjukan perbuatan Beliau sallallahu
alaihi wa sallam yang melaksanakan shalat dhzuhur ketika matahari tergelincir,
menuntukan bahwa masuk atau di mulainya shalat dhzuhur adalah di siang hari
ketika matahari telah tergelincir. Dan sholat dhzuhur di sebut ‫ األ َولى‬karena ia
adalah sholat yang pertama di kerjakan Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan jibril
yang menjadi imam.
Kemudian sebutan Al ‘Atamah adalah nama lain dari shalat Isya’. Dalam
hadist tersebut menjelaskan bahwa tidur sebelum shalat isya adalah makruh ,
sehingga terkadang menjadi lupa untuk melaksanakan sholat isya’ dan keluar dari
waktu yang di utamakan . kemudian berbincang setelah sholat isya merupakan
perkara yang di benci Nabi shallallahu alaihi wa sallam karena yang demikian
dapat menyebabkan seseorang begadang dan terluput dari shalat shubuh, yang di
maksud berbincang dan mengobrol adalah membicarakan perkara yang sia-sia atau
perkara duniawi, adapun pembicaraan terkait masalah ilmu atau kemaslahatan
manusia, maka hal ini di bolehkan.
Dan shalat shubuh itu di lakukan di pagi hari , di mana di waktu tersebut
seseorang bisa mengenali orang yang ada di sebelahnya. Adapun terkait bacaan
Nabi shallalahu alaihi wasallam menunjukkan shalat shubuh di laksanakan di awal
waktu, melihat panjangnya bacaan beliau dan tartilnya.

‫الحديث الثامن و األربعون‬


َ ‫ " َمأل هللا قُب‬:‫صلى هللا َعلَ ْي ِه َو َسل َم قا َل يَوْ َم الخَ ْندَق‬
‫ َك َما‬،‫ُورهُ ْم َوبُيُوتَهُ ْم نارا‬ َ ‫ي‬َّ ‫ع َْن َعلِ ٍّى َرضي هللا َع ْنهُ أنَ النَب‬
‫صال ِة‬َ - ‫ " َش َغلُونَا َع ِن الصال ِة ال ُو ْسطَى‬:‫ وفي لفظ لمسلم‬." ُ‫ت ال َّش ْمس‬ ِ َ‫َشغلُونَا عن الصال ِة ال ُو ْسطَى َحتَّى غَاب‬
‫ ثم صالها بين المغرب والعشاء‬-‫"العصْ ِر‬ ْ

Dari Ali radhiallahu anhu bahwa Nabi shallalhu alaihi wa sallam bersabda saat
perang Khandaq, "Semoga Allah mernenuhi kuburan-kuburan dan rumah-rumah
mereka dengan api, sebagaimana mereka telah menyibukkan kita dari shalat
Wustha (ashar) hingga terbenamnya matahari." [bukhori (2931),Muslim (627])
Syarah Hadist :
Hadist ini menunjukan bahwa bolehnya mendoakan orang-orang kafir dengan
keburukan sebagaimana hadist di atas. Dan menunjukan bahwa sholat di akhir
waktu merupakan perkara yang di benci sebagaimana di isyaratkan Rasulullah
dengan laknat kepada orang kafir yang menjadikan beliau sibuk hingga
mengakhirkan waktu sholat .
‫ الصال ِة ال ُو ْسطَى‬: maksudnya adalah shalat ashar.

‫الحديث التاسع واألربعون‬


َ َ‫ فَخ ََر َج ُع َم ُر فَق‬،‫ أ ْعتَ َم النبي صلى هللا عليه وسلم‬:‫ضي هللا َع ْنهُ َما قال‬
‫ الصَّالةَ يَا‬:‫ال‬ َ ‫عن عَب ِد هللا ب ِْن َعبَّاس َر‬
‫ أل َمرْ تُهُ ْم‬-‫أوْ َعلَي النّاس‬- ‫ق َعلَى أمتي‬ ْ ‫ لوال‬:‫خَر َج َو َرأسُه يَ ْقطُ ُر يَقُول‬
َّ ‫أن أ ُش‬ َ َ‫ ف‬. ُ‫ َرقَ َد الن َسا ُء َوالص ْبيَان‬، ‫َرسو َل هَللا‬
َ‫" بِه ِذه الصّال ِة ه ِذ ِه السّا َعة‬.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhu, dia berkata: Nabi Sallallahu alaihi
wasallam menunda pelaksanaan shalat Isya hingga malam gelap, maka Umar
keluar, lalu berkata, "Shalat, wahai Rasulullah, kaum wanita dan anak-anak sudah
terlelap tidur." Maka beliau pun keluar sementara kepalanya meneteskan air, beliau
bersabda, "Seandainya tidak akan menyulitkan bagi umatku - atau: bagi manusia,
niscaya aku peintahkan mereka shalat ini pada waktu ini." [Bukhori
(7239),Muslim(642)]
Syarah Hadsit :
: ‫ أ ْعتَ َم‬adalah masuknya waktu malam atau sepertiga malam pertama sejak
terbenamnya matahari, yaitu Rasulullah mengakhirkan shalat isya di sepertiga
pertama malam ketika malam telah gelap sejak matahari terbenam.
‫ الصَّالةَ يَا َرسو َل هَللا‬:‫خَر َج ُع َم ُر فَقَا َل‬
َ َ‫ف‬: bolehnya mengingatkan pembesar atau penguasa .
sebagaimana Umar mengingatkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk shalat,
yang demikian karena kemungkinan lalai atau mendapat faidah dari mereka.
َ‫ أل َمرْ تُهُ ْم بِه ِذه الصّال ِة ه ِذ ِه السّا َعة‬-‫أوْ َعلَي النّاس‬- ‫ق َعلَى أمتي‬
َّ ‫أن أ ُش‬
ْ ‫ لوال‬: menunjukkan bahwa
mengakhirkan shalat isya adalah hal yang lebih utama berdasarkan hadist tersebut.
Alasannya adalah jika hal tersebut tidak menyulitkan bagi manusia untuk
mengakhirkan shalat, namun jika hal tersebut menjadikan hal yang sulit, maka
melaksanakan shalat di awal waktu adalah yang utama.

‫بَاب في شيء ِمن َمكرُوهَات الصَّالة‬

‫الحديث الخمسون‬
َ ‫ "إ َذا أقيمت الصالة َو َح‬:‫ال‬
‫ض َر الع َشا ُء فَا ْبدَأوا‬ ِّ َّ‫ض َي هللا َع ْنهَا عن الن‬
َ َ‫بي صلى هللا عليه وسلم ق‬ ِ ‫عن عَاِئ َشةَ َر‬
‫"بِالع َشا ِء‬
‫ نحوه‬،‫وعن ابن عمر‬.
Dari Aisyah radhiallahu anha Bahwa Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Apabila iqamah shalat telah dikumandangkan, sementara tiba waktu makan
malam, maka mulailah dengan makan malam” [Bukhori (5465),Muslim(557)]
Dan di riwayatkan dari Ibnu Umar dengan makna hadist yang sama.
Syarah Hadist :
Yang dimaksud ‫ الصالة‬adalah antara sholat isya dan sholat maghrib,
menunjukan bahwa keduanya memiliki kelapangan waktu sehingga bisa di
dahulukan untuk makan jika telah terhidang.
Hadist ini menunjukkan bahwa shalat berjamaah itu bukanlah kewajiban
individu setiap saat. Maka apabila telah terhidang makanan dan berkeinginan
padanya , di berikan udzur untuk meninggalkan sholat berjamaah. Juga tidak di
benarkan bahwa hal tersebut merupakan perkara wajib tanpa adanya udzur.
Hadist ini mengisyaratkan bahwa sholat itu harus menghadirkan kekhusy’an
di dalamnya. Maka segala sarana yang mengantarkan kepada berkurang atau
hilangnya kekhusyu’an dalam sholat hendaknya di dahulukan atas sholat , sehingga
dapat menunaikan sholat dengan focus dan khyusu’.

‫الحديث الحادي و الخمسون‬


،‫صالة بِ َحضْ َر ِة الط َعام‬
َ ‫ "ال‬:ُ‫عت َرسول هللا صلى هللا عليه يَقول‬ ْ َ‫ول ُمسلِ ٍم ع َْن عَاِئ َشة رض َي هللا َع ْنهَا ق‬
ُ ‫ َس ِم‬:‫الت‬
‫وال َوه َُو ‘’يدَافِ ُعهُ األخبَثَان‬
Riwayat Muslim dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, :”tidak ada shalat dengan
terhidangnya makanan dan tidak pula dalam keadaan menahan kedua kotoran”
[Muslim (560)]

: Syarah Hadist

Hadist ini lebih umum dari yang sebelumnya, bahwa dilarang


memasuki shalat dalam keadaan menahan dua kotoran, hal ini di khawatirkan akan
terluput dari rukun dan syarat shalat dan menghilangkan dari fokus terhadap sholat
dan hilangnya sifat khyusu’. Adapun mengerjakan sholat yang demikian adalah sah
namun makruh. Dan yang terlarang adalah ketika muncul kehendak untuk hajat
dan ia hendak shalat.
‫بَاب أوقات النَّهي‬

‫الحديث التاني و الخمسون‬


‫ أن َرس َُول‬:ُ‫ضاهُ ْما ِع ْن ِدي ُع َمر‬
َ ْ‫ض َي هللا َع ْنهُ َما قَال " َشه َد ِع ْندي ِر َجال َمرْ ضيونَ وأر‬
ِ ‫عن َع ْب ِد هللا ب ِْن َعبَّاس َر‬
‫ وما في‬." ‫ُب‬ َ ‫ وبَ ْع َد العصر َحتًى تَ ْغر‬،‫َطلُع الشمس‬ ْ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم نَهَى عن الصال ِة بَ ْع َد الصبح َحتى ت‬
ِ
‫معناه من الحديث‬.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhu, dia berkata, "Telah bersaksi bagiku
orang-orang yang diridhai -dan yang paling diridhai bagiku adalah Umar-, bahwa
Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang shalat setelah Subuh hingga terbitnya
matahari, dan setelah Ashar hingga (matahari) terbenam” [Bukhori (581),Muslim
(826)]

Syarah Hadist :
Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang shalat yang di kerjakan shalat
subuh dan setelah ashar , maksudnya adalah sholat yang di kerjakan tanpa
sebab/shalat Sunnah mutlaq. Adapun melaksanakan shalat karena adanya sebab,
seperti shalat Sunnah wudhu, shalat jenazah , shalat gerhana ,dan lainnya maka hal
itu di bolehkan pada waktu-waktu tersebut.

‫الحديث الحادي و الخمسون‬


‫ ال صالة بحضرة‬: ‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬: ‫ولمسلم عن عائشة رضي هللا عنه قالت‬
]‫ [أخرجه المسلم‬. ‫ وال يدافعه األخبثان‬،‫الطعام‬
Artinya :
Dari Aisyah ‫رضي هللا عنها‬berkata : saya telah mendengar rasulullah ‫صلى هللا وسلم‬
bersabda : (( tidak ada sholat dengan terhidang nya makanan, dan menahan dari
yang paling busuk (menahan air kencing dan buang air besar). [Riwayat muslim]
Makna global :
Dalam sholat sangat di butuhkan ke khusyuan dan kehadiran hati karena itu adalah
ruh sholat, dan tidak ada yang memutuskan hal tersebut kecuali dengan kesibukan
kesibukan yang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan dan kekhusyuan dalam
sholat. Maka dari itu Allah ‫ سبحانه وتعالى‬dan Rasulullah ‫ صلى هللا و سلم‬melarang
sholat dengan terhidangnya makanan dan menahan alhkhobs (buang air kencing
dan buang air besar), karena kedua tersebut dapat mecodongkan hati selalu terkait
dengan menyebabkan kehusyuan dan ketenangan hati dapat hilang didalam sholat.
Perselisihan ulama atas hadits tersebut :
1. Datang dari syaikhul islam ibnu taimiyyah ‫ رحمه هللا تعالى‬mengatakan : bahwa
tidak sahnya sholat dengan hadirnya makan dan juga menahan dari alkhobs
(buang air kencing dan buang air besar), dan mereka menganggap bahwa sholat itu
batal.
2. Dari jumhur ulama mereka mengatakan : dengan kehadiran makanan dan
menahan dari alkhobs (buang air kencing dan buang air besar) itu dianggap sebagai
makruh, karena mereka mengatakan terhadapt hadits tersebut peniadaan sholat itu
terhadap kesempurnaan nya bukan terhadap sah nya sholat.
Faidah hadits :
1. Menghadirkan hati dan khusyu’ sangat dianjurkan dalam sholat.
2. Dari bentuk makruh nya sholat adalah adanya makanan di sisinya dan dalam
keadaan menahan dari alkhobs (buang air kencing dan buang air besar).
3. DI anjurkan kepada orang sholat untuk menjauhkan diri nya dari sesuatu yang
menyibukkan didalam sholatnya.

‫باب أوقات النهي‬


‫الحديث الثاني و الخمسون‬
. ‫ أن‬:- ‫ {شهد عندي رجال مرضيون – وأرضاهم عندي عمر‬: ‫ــ عن عبد هللا بن عباس رضي هللا عنهما قال‬
‫رسول هللا صلى هلل عليه وسلم نهى عن الصالة بعد الصبح؛ حتى تطلع‬
]‫[ أخرجه البخاري و مسلم‬.}‫ وبعد العصر حتى تغر‬،‫الشمس‬
‫الحديث الثالث و الخمسون‬
.‫[ ال صالة بعد ا الصبح حتى‬:‫ عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬،‫عن أبي سعيد الخدري رضي هللا عنه‬
]‫ [أخرجه البخاري و اللفظ له مسلم‬.]‫ وال صالة بعد العصر حتى تغيب الشمس‬،‫ترتفع الشمس‬

1. Dari abdullah bin abbas ‫ رضي هلل عنه‬berkata : terlah bersaksi di sisiku orang yang
di ridhai – dan umar orang yang paling aku ridhai -: bahwa rasulullah ‫صلى هللا عليه‬
‫ وسلم‬melarang sholat setelah shubuh; sampai terbit matahari, dan setelah sholat
ashar sampai terbenam matahari. [Riwayat albukhari dan muslim]
2. Dari abu sai’d alkhudri ‫ رضي هللا عنه‬, dari rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda :
tidak ada sholat setelah shubuh hingga matahari meninggi, dan tidak ada sholat
setelah ashar sampai matahari terbenam. [Riwayat albukhari dan lafazhnya
muslim]
Makna global :
Dari dua hadits diatas menunjukkan bahwa rasulullah‫ صلى هلل عليه وسلم‬melarang
dari sholat setelah sholat shubuh; hingga terbit matahari dan meninggi dari garis
ufuk dalam pandangan mata seukuran panjang tombak, dan rasulullah ‫صلى هللا عليه‬
‫ وسلم‬melarang juga dari sholat setelah sholat ashar sampai terbenam matahari. Di
antara hikmah nya adalah bahwa dari 2 waktu yang dilarang sholat itu merupakan
waktu orang-orang musyrikin beribadah di saat terbitnya matahari dan
terbenamnya maka dari itu rasulullah melarangnya sholat pada kedua waktu
tersebut karena sebagai bentuk menghindari hal-hal menyerupai dari mereka.

Faidah hadits :
1. Dilarang sholat dari dua waktu tersebut kecuali sholat yang ada sebab nya
seperti sholat tahiyyatul masjid, sholat jenazah dll.
2. Sebagai bentuk menyelisihi atau tidak menyerupai dari orang-orang musyrik
ketika mereka beribadah.
3. Dari ‫ علة‬pelarangan sholat di dua waktu tersebut adalah takut nya jatuh dalam
menyerupai orang-orang musrik, maka dari itu di ambil dari larangan tersebut
sebagai haramnya menyerupai mereka di dalam ibadah dan kebiasaan-kebiasaan
mereka.

‫باب قضاء الفوائت وترتيبها‬


‫الحديث الرابع والخمسون‬
‫عن جابر بن عبد هلل رضي هللا عنهما [ أن عمر بن الخطاب رضي هللا عنه جاء يوم الخدندق بعد ما غربت‬
.‫ يا رسول هللا! ما كدت أصلي العصر حتى ما كادت الشمس تغرب‬: ‫ وقال‬،‫الشمس فجعل يسب كفار قريش‬
،‫ وتوضأنا لها‬،‫ فتوضأ للصالة‬،‫ فقمنا إلى البطحان‬:‫ قال‬.]‫[وهللا ما صليتها‬:‫فقال النبي صلى هللا عليه و سلم‬
]‫ ثم صلى بعدها المغرب] [أخرجه البخاري و اللفظ له مسلم‬,‫فصلى العصر بعد ما غربت الشمس‬
Artinya :
Dari jabir bin abdillah ‫ رضي هلل عنهما‬bahwa umar bin khottob ‫ رضي هلل عنه‬datang saat
perang khandaq setelah terbanamnya matahari. Maka mulailah mencerca orang-
orang kafir qurays, maka beliau berkata: wahai rasulullah! Hampir-hampir saya
tidak pernah mengerjakan sholat ashar hingga matahari nyaris terbenam. Maka
nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda: ((demi allah aku belum mengerjakannya)). Dia
(jabir) berkata: kami pergi buthan (lembah di kota madinah), lalau beliau
berwudhu untuk sholat, dan beliau sholat ashar setelah terbenamnya matahari, dan
kemudia sholat maghrib setelahnya. [Riwayat albukhari dan lafazhnya muslim]
Makna global :
Umar bin khottob ‫ رضي هلل عنه‬datang kepada nabi ‫ صلى هلل عليه وسلم‬diperang khandak
setelah matahari terbenam sampai dia mencaci orang-orang kafir qurays karena
mereka membuatnya terlalu sibuk hingga tidak sholat ashar sampai hampir
terbenamnya matahari, maka beliau menanyakan hal tersebut kepada nabi ‫صلى هللا‬
‫ عليه وسلم‬dan juga rasulullah belum mengerjakannya. Maka mereka pergi ke
buthan(lembah dikota madinah) lalu mereka berwudhu dan sholat ashar dan
kemudia sholat maghrib setelahnya.
Faidah hadits :
1. Wajibnya mengqadha sholat lima waktu yang terluputkan
2. Hadits di atas menunjukkan bahwa jika ingin mengqadha hendaknya dengan
tartip selama waktu masih ada
3. Bolehnya bersumpah orang yang jujur walau tidak diminta untuk bersumpah

‫باب فضل الجماعة ووجوبها‬


‫الحديث الخامس و الخمسون‬
-‫ [ صالة الجماعة أفضل من‬: ‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬:‫عن عبد هللا بن عمر رضي هلل عنهما‬
}‫]{أخرجه البخاري واللفظ له مسلم‬.‫[صالة الفذ بسبع عشرين درجة‬
Artinya :
Dari abdullah bin umar ‫ رضي هلل عنه‬: bahwa rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda : ((
sholat berjamaah lebih utama dibandingkan dari sholat sendiri sebanyak dua puluh
tujuh derajat)). [Rimayat albukhari dan lafazh nya muslim]
Makna global :
Hadits ini menunjukkan keutamaan sholat secara berjamaah atas sholat sendiri,
karena sholat secara berjamaah terdapat padanya dari keutamaan yang besar dan
maslahat yang besar.
Faidah hadits :
1. Terdapat di dalamnya penjelasan tentang keutamaan sholat secara berjamaah
2. Di dalam hadits menunjukkan sedikit pahalanya sholat secara sendiri terhadap
sholat secara berjamaah
3. Perbedaan yang besar dalam imbalan atau pahala antara sholat berjamaah dan
sholat secara sendiri
4. Kata ‫ أفضل‬dalam hadits mengisyaratkan bahwa sholat berjaamaah dan sholat
sendiri terdapat padanya keutamaan, akan tetapi terdapat yang lebih utama di antar
keduanya atas yang lain

‫الحديث السادس و الخمسون‬


‫ [صالة الرجل في الجماعة تضعف‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أبي هريرة رضي هلل عنه قال‬
‫ ثم خرج الى‬.‫على صالته في بيته و سوقه خمسة و عشرين ضعفا و ذلك أنه اذا توضأ فأحسن الوضوء‬
‫و حط عنه بها خطيئة’ فإذا صلى لم تزل‬,‫ لم يخط خطوة اال رفعت له بها درجة‬.‫المسجد ال يخرجه الى الصالة‬
‫و ال يزال في صالة ما‬،‫اللهم ارحمه‬،‫اللهم اغفر له‬،‫ اللهم صلى عليه‬:‫المالئكة تصلي عليه مادام في مصاله‬
‫انتظر الصالة] متفق عليه و اللفظ للبخري‬.
Artinya:
dari abu hurairah berkata:rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersada:shalat laki-
laki dengan berjamaah dibandingkan shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih
utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua pulu lima kali lipat.yang demikian
itu karena bila dia berwudu dengan menyempurnakan wudhunya lalu keluar dari
rumahnya menuju masjid,dia tidak keluar kecuali unuk mengerjakan sholat
berjamaah,maka tidak ada satu langka kakipun dari kakinya kcuali pasti akan
ditinggkan satu derajat,dan akn dihapuskan satu kesalahannya.apabila ia tela
mengerjakan sholat,maka malaikat akan turun mendoakannya selama ia masih
berada di tempat sholatnya,ya allah ampunilah dia,ya allah rahmatilah dia,dan
seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan sholat selama dia
senantiasa mengerjakan sholat.

Makna secara global:


Hadist ini menjelaska tentang keutamaan sholat berjamaah,sholat berjamaah
pahalanya dilipat gandakan bagi orang yang sholat sendirian,sebanyak 25 kali
lipat,dengan ketentuan jika dia telah berwdhu dan berwudhu dengan baik,dan
keluar dari rumahnya dengan diat yang murni.dia keluar untuk sholat.tidak ada satu
langkapun kecuali langkah kakinya menaikan derajat baginya dan dihapuskan dosa
baginya.
Faedah hadist:
1.keutamaan sholat berjamaah di masjid
2.kurang sempurnahnya sholat sendiri dan peundaan karena sholat berjamaah.
3.sholat berjamaah bukanlah syarat sholat.akan tetap ia diganjar dengan pahala yag
besar.

‫الحديث السابع و الخمسون‬


‫ [أثقل الصلوات على المنافقين صالة‬:‫ قال رسول هللا صلى هلل عليه وسلم‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قل‬
‫ ولقد مهمت أن آمر بالصالة فتقام ثم آمر رجال‬.‫ولو يعلمون ما فيهما ألتهما ولو حبوا‬,‫العشاء و الصالة الفجر‬
‫فيصلي بالناس ثم انطلق في رجال معهم حزم من حطب إلى قوم ال يشهدون الصالة فأحرق عليهم بيوتهم‬
]‫بالنار‬.
Artinya:
Dari abu hurairah berkata:rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:shalat
yang paling berat dirasakan bagi orang-orang munafik adalah sholat isya dan sholat
subuh,sekiranya mereka mengetahui keutamaannya niscaya mereka akan
mendatanginya sekalipun dengan merangkak,sunggu aku berkeinginan untuk
menyuruh seseorang sehingga sholat didirikan,kemudian kusuruh seseorang dan
dia mengimami manusia,lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar
untuk menjumpai suatu kaum yang tidak menghadiri shoat,lantas aku bakar rumah
mereka dengan api.
Makna secara global:
Ketika orang-orang munafik melihat manusia,mereka tidak mengingat allah
kecuali sedikit,dan sholat isya dan sholat subuh berada pada kegelapan,mereka
melihat orang orang yang sholat di dua waktu ini akan jatuh karena berada pada
waktu istirahat dan kesenangan tidur,dan tidak semangat melakukannya dengan
jamaah kecuali bagi mereka yang beriman kepada allah dan hari akhir.
Faedah hadist:
1.sholat berjamaa adalah kewajiban bagi laki-laki dewasa.
2.siapapun yang meninggalkan sholat berjamaah tapa uzur maka ia berdosa dan
berhak dihukum.
3.mencegah kemungkaran lebih utama dibandingkan dengan mendatangkan niat.
4.orang-orang munafik tidak bermaksud menyembah kecuali untuk pamer dan
mendapatkan nama karena mereka ridak mendatangi sholat kecuali ketika dilihat
manusia.

‫باب األذان واإلقامة‬


‫الحديثالحادي والستون‬
-‫ ويوتر اإلقامة‬،‫ أمر بالل أن يشفع األذان‬:‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه قال‬.
Hadits pertama : dari Anas bin malik radiyallahu anhu, dia berkata, bilal
diperintahkan untuk menggenapkan adzan dan mangganjilkan iqamah.
Penjelasan Hadits :
Pendapat yang dipilih oleh para ahli ushu, bahwa kata ‫( أمر‬diperintahkan)
kembali kepada perintah Nabi, demikian juga ‫( أمرى‬kami diperintahkan) dan ‫نهنا‬
(kami dilarang). Karena zhahirnya, kembalinya hal itu kepada orang yang memiliki
kewenangan memerintah dan melarang secara syar’i, serta harus diikutidan
perkataannya dijadikan hujjah, yaitu Nabi. Di sini ad tambahan atas hal itu, yaitu
bahwa ibadah dan perkiraan padanya tidak ditetapkan kecuali berdasarkan dalil
(tauqih).
Hadits ini menunjukkan diganjilkannya lafadz iqamah, namun ini tidak
mencakup takbir pertama, karena dibaca dua kali, demikian juga takbir terakhir.
Sementara abu hanifah menyelisihi itu, dia mengatakan, bahwa lafadz-lafadz
iqamah dua-dua seperti adzan. Malik dan asy syafi’i berbeda pendapat mengenai
satu hal, yaitu lafadz : ‫ قدقامت الصالة‬, imam malik mengatakan,”dibacakan sekali,”
dan zhahirnya hadits ini menunjukkan itu. Sementara asy syafi’i menyatakan
dibaca dua kali berdasarkan hadits lainnya di dalam shahih muslim, yaitu : “Bilal
di perintahkan untuk menggenapkan adzan dan mengganjilkan iqamah, kecuali
lagadz iqamah.” Yakni kecuali lafadz :‫ قدقامت الصالة‬.mazhab imam malik disamping
hadits yang lalu dikuatkan juga oleh amalan ulama madinah dan nukilan mereka.
Perbuatan mereka dalam hal ini adalah kuat, karena cara penukilan dan kebiasaan
seperti itu menunjukkan masyarakatnya perbuatan itu. Karena jika itu berubah,
tentu hal itu diketahui dan diamalkan, para sahabat imam malik berbeda pendapat
mengenai ijma’ ulama madinah, apakah itu sebagai hujjah yang mutlak dalam
masalah-masalah ijtihad.
Hadits ini juga dijadikan dalil dalam menyatakan wajibnya adzan, dengan
dalih bahwa bila beliau memerintahkan dengan menyebutkan sifatnya maka hal itu
menunjukkan bahwa aslnya adalah diperintahkan demikian, dan zhahirnya perintah
ini adalah wajib.

‫الحديث الثاني والستون‬


--‫ أتيت الن بي ص ل هللا علي ه وس لم وه و في قب ة ل ه‬:‫عن أبي جحيف ة وهب بن وهب بن عبدهللا الس وائي ق ال‬
‫ فمن ناض ح ونائ ل فخ رج الن بي ص لى هللا علي ه وس لم وعلي ه‬،‫ فخ رج بالل بوض وء‬:‫ ق ال‬،‫حم راء من أدم‬
‫ يق ول يمين ا‬،‫ فجعلت أتتب ع ف اه ههن ا‬:‫ ق ال‬.‫ فتوض أ وأدن بالل‬:‫ ق ال‬،‫حلةحمراء كأني أنظر إلى بي اض س اقيه‬
‫ ثم لم يزل يصلى‬.‫ ثم ركزت له عنزة فتقدم وصلى الظهر ركعتين‬.‫ حي على الفالح‬،‫ حي على الصالة‬.‫وشماال‬
‫ركعتين حتى رجع إلى المدينة‬.
“Dari Abu juhaifah wahb bin abdullah As-Suwa’i, dia berkata, “Aku mendatangi
Nabi saat itu beliau berada di tenda bulatnya yang merah , terbuat dari kulit. Lalu
bilal keluar membawa air wudhu, maka ada orang yang membasuhkan pada
dirinya dan ada pula yang mengambil dari basuhan orang lain. Lalu Nabi keluar
dengan mengenakan pakaian merah, seakan-akan aku melihat kepada putihnya
kedua betis beliau. Lalu beliau berwudhu dan bilal pun adzan. Lalu aku
memperhatikan mulutnya disini dan disini, dia mengucap ke kanan dan ke kiri,
‘Hayya alash shalaah, Hayya alal falaah,’ kemudian ditancapkanlah sebuah tongkat
untuk beliau,lalu beliau maju dan shalat zuhur dua rakaat. Kemudian beliau tetap
shalat dua rakaat hingga kembali ke madinah.”
Penjelasan Hadits
Redaksi ‫( عن أبي جحيفة وهب بن عبد هللا‬dari abu juhaifah wahbb bin abdullah),
itulah yang masyhur. Pendapat lain menyebutkan : wahbb bin jabir. Pendapat lain
menyebutkan: wahbb bin wahbb lafadz ‫( الس وائي‬as-suwa’i) di dalam nasabnya
dengan dhammah pada siin dan bermadd dinisbatkan kepada suwa’ah bin amir bin
sha’sha’ah. Dia meninggal pada masa pemerintahan bisyr bin marwan, di kufah.
Pendapat lain menyebutkan pada tahun 74
Pembahasan tentang ini dari beberapa segi.
Pertama : Redaksi (lalu bilal keluar membawa air wudhu), dengan fathah
pada wawu, maknanya :air. Apakah ini sebutan mutlak untuk air, atau dibatasi
dengan penyandangan kepada wudhu ada bahasan mengenai ini dan itu telah
dikemukakan
Redaksi (maka ada orang yang membasukan pada dirinya dan ada pula yang
mengambil dari basuhan orang lain). Suatu pendapat
menyebutkan,maknanya :bahwa sebagian mereka mendapatkan darinya tanpa
menyisakannya, dan sebagian lainnya mendapatkan dari apa yang disiramkan pada
orang lain. Ini dikuatkan dalam riwayat lain di dalam hadits shahih “lalu aku
melihat bilal mengeluarkan air wudhu, lalu aku melihat orang-orang segera
mendapatkan air wudhu itu, maka ada yang mendapatkan sedikit lalu
mengusapkannya pada dirinya ,sedangkan yang tidak mendapatkan darinya
mengambil dari basahan tangan kawannya.”

‫الحديث و الستون‬
‫ إن بالال يؤذن بليل فكل وا واش ربوا ح تى‬:‫عن عبدهللا بن عمر عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أنه قال‬-٦٥
‫تسمعوا أذان ابن أم مكتوم‬.
Dari Abdullah bin Umar, dari Rasulullah bahwa beliau bersabda: “Seaungguhnya
bilal adzan di malam hari, maka makan dan minumlah kalian sampai kalian
mendengar adzannya ibnu ummi maktum,”
Penjelasan Hadits:
Hadits ini menunjukkan bolehnya menegapkan dua orang muadzin di satu
masjid, bahkan para sahabat asy-syafi’i menganjurkannya, adapaun bila satu orang
muadzin, maka itu pun tidak makruh. Perbedaan antara perbiatan yang diannurkan
dan perbuatan yang makruh apabila ditinggalkan adalah sebagaimana yang telah
dikemukakan. Tentang tambahan melebihi dua orang muadzin, di dalam hadits ini
tidak disinggung namun menukil dari para sahabat asy syafi’i bahwa makruh
menambahi hingga lebih dari 4 miadzin tapi pendapat ini lemah.
Hadits ini juga menunjukkan, bahwa bila muadzinnya terbilang lebih dari
satu orang, maka yang dianjurkan adalah menggilir satu persatu jika waktunya
cukup untuk itu, sebagaimna adzannya bilal dan ummi maktum, karena keduanya
mengumandangkan adzan secara bergantian. Hadits ini juga menunjukkan boleh
adzan untuk subuh sebelum memasuki waktunya. Hadits ini juga menunjukkan
bolehnya muadzin seirang yang buta, karena ibnu ummi maktum adalah sekrang
yang buta.

‫الحديث الرابع و الستون‬


-‫ إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أبي سعيد الخدري رضي هللا عنه قال‬
‫ما يقول‬.
Artinya :”Dari Abu Sa’id Al khudri dia berkata “Rasulullah Bersabda,’Apabila
kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan.”
Penjelasan Hadits :
Telah disepakati bahwa menjawab muadzinadalah hal yang di tuntut, dan
hadits ini menunjukkan hal itu, kemudian para ulama berbeda pendapat mengenai
menjawabnya. Zhohirnya hadits ini menunjukkan, bahwa menjawabnya dengan
mengikuri lafadz miadzin pada semua lafadz adzan. Asy syafi’i berpendapat,
bahwa orng yang mendengar muadzin hendaknya mengganti lafadz hal’Alah yaitu:
hayya alash shalaah dan hayya alal falaah dengan haulaqah dikatakan juga
hauqalah yakni: laa haula walaa quwwata illaa billaah, berdasarkan hadit yang
menyebutkannya. Di dahulukannya hadits ini daripada yang pertama karena ke
khususannya, dan karena keumuman hadits yang pertama yakni yang dibahas ini
didalamnya disebutkan makna, bahwa dzikir-dzikir yang selain hal’alah dicapai
pahalanya dengan menyebutkannya, maka pendengar dan muadzin sama-sama
mendapatkan pahalanya bila pendengar mengucapkannya adapaun hal’alah itu
adalah pahala yang dicapai dengan hauqalah. Dia antara ulama ada yang
mengatakan, bahwa pengucapan peniruan ucapan muadzin itu hanya sampai akhir
kalimat syahadat saja.
‫باب استقبال القبلة‬
‫الحديث الخامس والستون‬
‫ حيث‬،‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ك ان يس بح على ظه ر راحلت ه‬: ‫عن ابن عمر رضي هللا عنهما‬-٦٧
‫ وكان ابن عمر يفعله‬،‫ يؤمن برأسه‬،‫كان وجهه‬.
Artinya: “Dari Umar Bahwa Rasulullah saw pernah shalat di atas punggung
tunggangannya, ke arah tunggangannya menghadap. Beliau beriayarat dengan
kepalanya. Dan ibnu umar pun pernah malkukannya.
Di dalam riwayat lain disebutkan: “beliau witir diatan untanga.”disebutkan di
dalam riwayat muslim: “hanya saja beliau tidak pernah melakukan shalat fardhu
diatasnya.” Disebutkan di dalam riwayat al-bukhari, “kecuali shalat-shalat fardhu.

Penjelasan Hadits:
Pembahasan mengenai ini dari beberapa segi.
Pertama : ‫ التس بيح‬digunakan sebagai sebutan untuk shalat nafilah (shalat
sunat), dan hadits termasuk diantaranya, maka lafadz ‫ يس بح‬artinya ‫يص لي النافلة‬
(melakukan shalat sunat). Bisa juga digunakan sebagai sebutan untuk shalat secara
mutlak. Firman Allah ‫“ وسبح بحمدك ربك طلوع الشمش وقبل الغروب‬dan bertasbilah sambil
memuji tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. (Qs.surah
Qaaf 50:39 ditafsirkan sebagai sholat subuh dan shalat ashar. Hakikatnya ‫التسبيح‬
adalah ucapan seseorang : ‫ س بحان هللا‬Maha suci Allah. Jika digunakan sebagai
sebutan untuk shalat, maka bisa merupakan bentuk penggunaan sebutan sebagian
untuk menyebut keseluruhannya, sebagaimna mereka mengatakan tentang shalat ,
bahwa asal maknanya adalah doa. Bisa juga karena irang yang shalat itu
mensucikan Allah swt dengan membumikan ibadah untuk-Nya semata, sedangkan ‫ا‬
‫ لتسبيح‬adalah ‫ التنزيه‬penyucian, maka itu termasuk kiasan kelaziman, karena ‫التنزيه‬
penyucian yang murni lazim terdapat di dalam shalat yg murni.
Kedua : Hadits ini menunjukkan bolehnya shalat sunat diatas kendaraan dan
bolehnya melakukan shalat ke arah menghadapnya kendaraan
Ketiga : Dari Redaksi ‫( حيث ك ان وجهه‬ke arah tunggangannya menghadap.
Disimpulkan dari ini apa yang dikatakan oleh sebagian ahli fikih bahwa arah
perjalanan menjadi pengganti kiblat sehingga tidak perlu beralih darinya tanpa
kebutuhan perjalanan
Keempat : Hadits ini menunjukkan isyarat dan secara mutlak menunjukkan
isyarat rukuk dan sujud.

‫الحديث السادس و الستون‬


-‫ إن‬:‫ فق ال‬،‫ بينم ا الن اس بقب اء في ص الت الص بح إذ ج اءهم أت‬:‫عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنهما ق ال‬
‫ وك انت وج وههم‬.‫ فاس تقبلوها‬،‫ وقد أمر أن يس تقبل القبل ة‬،‫النبي صلى هللا عليه وسلم قد أنزل عليه الليلة قرآن‬
‫ فاستداروا إلى الكعبة‬، ‫إلى الشمش‬.
dari abdullah bin umar, dia berkata
“Ketika orang-orang sudah di Qubah dalam sholat subuh, tiba-tiba seseorang
mendatangi mereka, lalu berkata,”sesungguhnya tadi malam telah diturunkan al-
qur’an kepada Nabi saw, dan telah diperintahkan untuk menghadap kearah kiblat,
maka hendaklah kalian menghadap ke arahnya,’ saat itu wajah mereka menghadap
ke syam, maka mereka pun beralih kearah ka’bah,”
Penjelasan Hadits :
Hadits ini berkaitan dengan masalah-masalah ushul (pokok) dan
furu’(cabang). Saya akan mencoba mengulas apa yang terlintas dibenak saya
Yang terkait dengan masalah ushul
Masalah pertama : diterimanya khabar ahad (berita dari satu orang).
Kebiasaan para sahabat adalah saling mengakui nukilan dari yang lainnya.
Maksudnya dalam hal ini bukan berarti kami menetapkan diterimanya khabar satu
orang berdasarkan khabar ini yang memang merupakan khabar satu orang karena
hal itu termasuk penetapan seauatu dengan sendirinya.
Masalah kedua : mereka masalah ini kepada masalah penghapusan hukum
alkitab dan assunnah yang mutawatir, apakah boleh dengan khabar satu orang atau
tidak? Mayoritas melarangnya, karena yang pasti qath’i tidak dapat dihilangkan
dengan asumsi dugaan, dan untuk membolehkannya mereka berdalih dengan hadits
ini.
‫باب الصفوف‬

‫الحديث التاسع و الستون‬

‫وفي‬ .»‫ص فُوفَ ُكم أو لَيُ َخ الِفَنَّ هللا بين ُو ُج و ِه ُكم‬ ُ َّ‫ُس ُّون‬ َ ‫«لَت‬ :ً‫عن النعم ان بن بش ير رض ي هللا عن ه مرفوع ا‬
‫ حتَّى ِإ َذا رأى‬،‫س ِّوي به ا القِ دَاح‬ َ ُ‫ ح تى َكَأنَّ َم ا ي‬،‫صفُوفَنَا‬ ُ ‫س ِّوي‬َ ُ‫«كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ي‬ :‫رواية‬
َ ‫ فَ َرَأى َر ُجالً بَا ِديًا‬،‫ حتَّى ِإ َذا كاد أن يُ َكبِّ ُر‬،‫ ثم َخ َرج يو ًما فَقَام‬،ُ‫َأنْ قد َعقَ ْلنَا عَنه‬
َ ‫ لَت‬،‫ ِعبَا َد هللا‬ :‫فقال‬ ،ُ‫صد ُره‬
َّ‫ُس ُّون‬
  .»‫صفُوفَ ُكم أو لَيُ َخالِفَنَّ هللا بين ُو ُجو ِه ُكم‬
ُ
]‫ رواها مسلم‬:‫ والرواية الثانية‬.‫ متفق عليها‬:‫ [الرواية األولى‬- ]‫[صحيح‬

Dari Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Hendaknya kalian


meluruskan saf kalian (ketika salat) atau Allah akan menimpakan perselisihan di
antara kalian." Dalam riwayat lain disebutkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- meluruskan saf-saf kami hingga seolah-olah beliau meluruskan anak panah
sampai beliau melihat kami sudah memahami apa yang diperintahkannya. Lantas
suatu hari beliau keluar lalu berdiri hingga ketika hampir bertakbir, tiba-tiba beliau
melihat seorang lelaki membusungkan dadanya, beliau bersabda, "Wahai hamba
Allah, hendaknya kalian meluruskan barisan-barisan kalian atau Allah akan
menimpakan perselisihan di antara kalian."

Syarah:
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menegaskan bahwa jika saf tidak
lurus dan rata, niscaya Allah akan menimpakan perselisihan di antara orang-orang
yang safnya bengkok lalu tidak meluruskannya. Hal ini terjadi ketika seseorang
maju dari sebagian yang lain dalam saf dan membiarkan ada ruang kosong di
antara mereka. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengajari para sahabatnya
dengan ucapan dan membinanya dengan perbuatan, hingga beliau meluruskan
mereka dengan tangannya sampai beliau menduga bahwa mereka sudah tahu dan
paham. Dalam salah satu salatnya, beliau melihat seorang lelaki membusungkan
dadanya di saf di antara para sahabatnya, beliau pun marah dan
bersabda, "Hendaknya kalian meluruskan saf-saf kalian atau Allah akan
menimpakan perselisihan di antara kalian."
‫الحديث السبعون‬

‫ فََأ َك ل‬،‫صنَعتُه‬َ ‫«أنَّ َج َّدتَهُ ُملَي َكة َدعَت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لِطَ َعام‬ ‫بن َمالِ ٍك رضي هللا عنه‬ ِ ‫عن َأنَس‬
،‫ضحتُه بم اء‬ َ َ‫ فَن‬،‫ول َما لُبِس‬ ِ ُ‫صي ٍر لَنَا قد اس َو َّد من ط‬ َ ‫قُو ُموا فَُأِل‬ :‫ثم قال‬ ،‫ِمنه‬
ِ ‫فَقُمتُ ِإلَى َح‬ :‫قال أنس‬ ‫صلِّي لَ ُكم؟‬
َ َ‫ ف‬،‫ وال َع ُج و ُز ِمن َو َراِئنَ ا‬،ُ‫ص فَفتُ أن ا واليَتِي ُم َو َرا َءه‬
‫ص لَّى لَنَ ا‬ َ ‫فق ام علي ه رس ول هللا ص لى هللا علي ه وس لم َو‬
،‫«أن رس ول هللا ص لى هللا علي ه وس لم ص لى ب ه وبُِأ ِّمه فََأقَ ا َمنِي عن يَ ِمينِ ه‬ ‫ ولمس لم‬.»‫انص َرف‬ َ ‫ ثُ َّم‬،‫َرك َعتَين‬
  .»‫ا‬ َ‫رأةَ َخ ْلفَن‬ ‫ام ال َم‬ ‫وأق‬
]‫ رواها مسلم‬:‫ والرواية الثانية‬.‫ متفق عليها‬:‫ [الرواية األولى‬- ]‫[صحيح‬

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa neneknya, Mulaikah, mengundang
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menikmati hidangan yang ia buat.
Lalu beliau makan dari makanan tersebut, kemudian bersabda, "Berdirilah kalian!
Aku akan salat untuk (mengimami) kalian." Anas berkata, "Lalu aku menuju tikar
milik kami yang sudah menghitam karena terlalu lama dipakai dan memercikinya
dengan air. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri di atas tikar ini,
sedang aku dan seorang anak yatim berbaris di belakang beliau, dan nenek itu di
belakang kami. Beliau salat dua rakaat untuk (mengimami) kami, kemudian beliau
pergi." Dalam riwayat Muslim, "Bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
salat dengannya dan ibunya. Beliau menempatkanku berdiri di kanan beliau, dan
menempatkan wanita di belakang kami."

Syarah:
Mulaikah -raḍiyallāhu 'anhā- mengundang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- untuk menikmati makanan yang ia buat. Allah -Ta'āla- telah menciptakan
beliau di atas sifat mulia yang paling agung dan akhlak paling luhur, di antaranya
adalah sifat tawaḍuk. Kendati sangat terhormat dan berkedudukan tinggi,
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tetap berkenan memenuhi undangan orang
dewasa maupun anak kecil, laki-laki maupun perempuan, kaya maupun miskin.
Dengan sikap ini, beliau menginginkan tujuan yang luhur dan mulia berupa
melipur lara orang-orang yang kesusahan, rendah hati pada orang-orang miskin,
mengajari orang-orang bodoh dan tujuan-tujuan terpuji lainnya. Maka beliau
datang pada wanita yang mengundang ini dan makan hidangannya. Kemudian
beliau menggunakan kesempatan ini untuk mengajari orang-orang lemah ini yang
bisa jadi tidak berani berdesak-desakan dengan orang-orang besar di majlis-majlis
beliau yang penuh berkah. Beliau memerintah mereka berdiri supaya beliau bisa
salat mengimami mereka, agar mereka belajar tata cara salat dari beliau. Lalu Anas
menuju ke selembar tikar yang usang, warnanya telah menghitam karena telah
berumur dan lama dipakai dan mencucinya dengan air. Lantas Rasulullah -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri di atas tikar itu guna memimpin mereka salat.
Beliau membariskan Anas dan seorang anak yatim dalam satu saf di belakang Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sedang wanita tua tersebut -yakni yang mengundang
beliau- berbaris di belakang Anas dan anak yatim itu, ia salat bersama mereka.
Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pergi setelah memenuhi
undangan dan mengajari mereka, dan Allah telah menganugerahi kita dengan
mengikuti perbuatan serta akhlak beliau.

‫الحديث الحادي و السبعون‬

‫ فَقَ ام النَ ب َّي ص لى هللا علي ه وس لم‬،‫«بِتُّ ِعن َد َخ الَتِي َمي ُمونَ ة‬ :‫س رضي هللا عنهما ق ال‬ ٍ ‫عن عَبد هَّللا ِ ب ِن َعبَّا‬
 .»‫سي فََأقَا َمنِي عن يَ ِمينِه‬ ِ ‫ فََأ َخذ بِ َرأ‬،‫سا ِره‬
َ َ‫ فَقُمتُ عَن ي‬،‫صلِّي ِمن اللَّيل‬ َ ُ‫ي‬
]‫ [متفق عليه‬- ]‫[صحيح‬ 

Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- ia berkata, "Aku pernah bermalam


di rumah bibiku, Maimūnah, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bagun untuk
mengerjakan salat malam. Aku pun berdiri di sisi kiri beliau. Maka beliau
memegang kepalaku lalu menempatkanku di sebelah kanannya."  
Syarah:
Sahabat yang mulia, Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa
ia pernah bermalam di rumah bibinya, istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
untuk mengetahui secara langsung tahajud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bagun untuk mengerjakan salat malam,
Ibnu Abbas berdiri bersama beliau untuk mengikuti salat beliau. Ia berada di
sebelah kiri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagai makmum. Oleh karena
kanan itu lebih mulia dan merupakan tempat makmum di sisi imam apabila ia
seorang diri, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang kepalanya lalu
memutarnya dari belakang dan menempatkannya di sebelah kanan beliau.

‫باب اإلمامة‬
‫الحديث الثاني و السبعون‬

‫«أما يخشى الذي يرفع رأس ه قب ل اإلم ام أن يُ َح ِّو َل هللا رأس ه رأس‬ :ً‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه مرفوعا‬
.»‫صورة حمار؟‬ ُ ‫ أو يجعل صورته‬،‫حمار‬
]‫ [متفق عليه‬- ]‫[صحيح‬  

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Tidak takutkah orang yang
mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah ubah kepalanya menjadi kepala
keledai atau Allah jadikan rupanya seperti rupa keledai?" 

Syarah:
Sesungguhnya imam dalam salat itu dijadikan untuk diikuti dan dituruti, di
mana gerakan-gerakan makmum terjadi setelah gerakan-gerakan imam. Dengan
demikian, terwujudlah sikap mengikuti. Jika makmum mendahului imam, maka
hilanglah tujuan-tujuan yang dimaksudkan dari imāmah. Karena itu, ancaman
keras tersebut ditujukan kepada orang yang mengangkat kepalanya sebelum
imamnya, bahwa Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai atau Dia
menjadikan rupanya seperti rupa keledai, di mana Allah mengubah kepalanya dari
bentuk paling bagus menjadi bentuk paling jelek, sebagai balasan bagi organ tubuh
yang telah mengangkat kepala dan merusak salat.
‫الحديث الثالث و السبعون‬

‫ وإذا‬،‫ فإذا كبر فك بروا‬،‫ فال تختلفوا عليه‬،‫«إنما ُج ِع َل اإلمام ليُِؤ تَ َّم به‬ :ً‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه مرفوعا‬
‫ وإذا صلى جالسا‬،‫ وإذا سجد فاسجدوا‬.‫ربنا ولك الحمد‬ :‫فقولوا‬ ،‫سمع هللا لمن حمده‬ :‫وإذا قال‬ ،‫ركع فاركعوا‬
  .»‫فصلوا جلوسا أجمعون‬
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya imam itu
diangkat agar diikuti. Karena itu, janganlah kalian menyelisihinya! Jika dia
bertakbir, hendaknya kalian bertakbir. Jika ia rukuk, hendaknya kalian rukuk. Jika
ia mengucapkan, "Sami'allāhu Liman Ḥamidahu," (Allah mendengar orang yang
memuji-Nya), ucapkanlah oleh kalian, "Rabbanā Walakal Ḥamdu," (Ya Tuhan
kami, segala pujian hanya milik-Mu). Jika ia sujud, sujudlah kalian semua. Jika ia
salat sambil duduk, hendaknya kalian semua salat sambil duduk."

Syarah:
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan kepada para makmum
tentang hikmah dijadikannya imam, yaitu agar ia ditiru oleh makmum ketika salat,
dan tidak menyalahinya dengan salah satu amalan (gerakan) salat. Hendaknya ia
memperhatikan setiap gerakannya (perpindahannya) secara teratur. Jika imam
mengucapkan takbiratul ihram, ucapkanlah oleh kalian takbir seperti itu. Jika ia
rukuk, hendaknya kalian rukuk setelahnya. Jika dia mengingatkan kalian bahwa
Allah mengabulkan setiap orang yang memuji-Nya dengan ucapan, "Sami'allāhu
Liman Ḥamidahu,", hendaknya kalian memuji-Nya dengan ucapan
kalian, "Rabbanā lakal Ḥamdu." Boleh juga dengan redaksi
lainnya, seperti: Rabbanā Walakal Ḥamdu, dan Allāhumma Rabbanā Walakal
Ḥamdu. Jika ia sujud, ikutilah dia dan bersujudlah. Apabila imam salat sambil
duduk karena tidak mampu berdiri -sebagai implementasi mengikuti imam secara
berturut-turut - hendaknya kalian salat sambil duduk, meskipun kalian mampu
berdiri.

‫الحديث الرابع و السبعون‬


،‫ صلى جالسا‬،‫َاك‬ ٍ ‫ صلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم في بيته وهو ش‬:‫عن عائشة رضي هللا عنها قالت‬
َ ‫لما ا ْن‬ ،‫سوا‬
‫ فإذا ركع‬:‫إنما ُج ِع َل اإلما ُم ِليُْؤ تَ َّم به‬ :‫ص َرفَ قال‬ ُ ِ‫اجل‬
ْ ‫أ ِن‬ :‫فأشار إليهم‬ ،‫وصلى وراءه قوم قِيَا ًما‬
‫ وإذا صلى جالسا فصلوا‬،‫ ربنا لك الحمد‬:‫سمع هللا لمن حمده فقولوا‬ :‫وإذا قال‬ ،‫ وإذا رفع فارفعوا‬،‫فاركعوا‬
  .»‫جلوسا أجمعون‬

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa


sallam- melaksanakan salat di rumahnya saat belliau sakit. Beliau salat sambil
duduk sedangkan di belakangnya para sahabat salat sambil berdiri. Lantas beliau
memberi isyarat kepada mereka agar duduk. Setelah selesai salat, beliau bersabda,
"Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti. Jika imam rukuk maka hendaklah
kalian rukuk. Jika dia bangkit dari rukuk maka hendaklah kalian bangkit. Jika dia
mengucapkan, "Sami'allāhu liman ḥamidah (Allah mendengar orang yang memuji-
Nya)", maka hendaklah kalian mengucapkan, "Rabbanā wa laka al-ḥamdu (wahai
Rabb kami, segala puji hanya milik-Mu)". Jika dia salat sambil duduk, hendaklah
kalian semua salat sambil duduk."  
Syarah:
Hadis ini menjelaskan salat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sambil duduk
karena sakit. Di dalamnya juga terdapaat penjelasan cara makmum
meniru (gerakan) imam dan mengikutinya terus-menerus. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- menjelaskan hikmah dijadikannya seorang imam, yaitu agar dia ditiru
dan diikuti. Karena itu, tidak boleh menyelisihinya dalam amalan-amalan salat.
Hendaklah gerakan-gerakannya diperhatikan secara teratur. Jika imam
mengucapkan takbiratul ihram, hendaknya kalian juga mengucapkan takbiratul
ihram. Jika dia rukuk, maka rukuklah kalian setelahnya. Apabila dia mengingatkan
kalian bahwa Allah menjawab orang yang memuji-Nya dengan
ucapannya, "Sami'allāhu liman ḥamidah," maka pujilah Dia dengan ucapan
kalian, "Rabbanā wa laka al-ḥamdu." Jika dia sujud, maka ikutilah dan
bersujudlah." Apabila dia salat sambil duduk karena tidak mampu untuk berdiri -
demi merealisasikan tindakan mengikuti- maka salatlah kalian sambil duduk
meskipun kalian semua mampu untuk berdiri. Aisyah menyebutkan bahwa Nabi -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengeluhkan sakitnya sehingga beliau salat sambil
duduk. Sedangkan para sahabat mengira bahwa mereka harus berdiri karena
mampu melakukannya. Akhirnya, mereka pun salat di belakangnya sambil berdiri.
Lantas beliau memberi isyarat kepada mereka agar duduk. Setelah beliau selesai
salat, beliau memberikan petunjuk kepada mereka bahwa imam itu tidak boleh
diselisihi (gerakannya), tetapi diikuti untuk merealisasikan tindakan mengikuti
secara sempurna dan meniru secara lengkap. Yaitu dengan cara makmum salat
sambil duduk meskipun mampu berdiri karena duduknya imam yang tidak sanggup
berdiri. Ini dilakukan jika imam memulai salat sambil duduk,
maka (makmum) salat dibelakangnya sambil duduk. Jika imam mulai mengimami
salat mereka sambil berdiri lalu di tengah salat menderita sakit kemudian duduk,
maka para makmum wajib menyempurnakan salat sambil berdiri sebagai
pengamalan hadis tentang salat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan Abu
Bakar dan para sahabat ketika beliau menderita sakit yang menyebabkan beliau
wafat.

‫الحديث الخامس و السبعون‬


ُ
ٍ ‫وه و غ ير َك ذو‬- ‫ ح دثني ال براء‬:‫عن عبد هللا بن يزيد الخطمي األنصاري رضي هللا عنه قال‬
‫«ك ان‬ :‫ق ال‬ -‫ب‬
‫ لم يَ ٍح ِن أح ٌد من ا ظه ره ح تى يق ع رس ول هللا‬:‫ س مع هللا لمن حم ده‬:‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا قال‬
 .»‫ ثم نقع سجودًا بعده‬،‫صلى هللا عليه وسلم ساجدًا‬
]‫ [متفق عليه‬- ]‫[صحيح‬ 

Dari Abdullah bin Yazīd Al-Khuṭami Al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhu-, ia


berkata, "Al-Barā` -dan dia bukan pendusta- bercerita kepadaku, ia berkata,
"Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mengucapkan, "Sami'allāhu liman
ḥamidahu" (Allah mendengarkan orang yang memuji-Nya), maka tidak ada
seorang pun dari kami yang membungkukkan punggungnya (untuk sujud) sampai
beliau sujud bersimpuh, lalu kami sujud bersimpuh setelahnya."  
Syarah:
Sahabat terpercaya ini Al-Barā`-raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengimami salat para sahabatnya. Sebagaimana
biasa, gerakan-gerakan makmum dilakukan setelah selesai gerakan imam, di mana
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mengangkat kepalanya dari rukuk,
beliau mengucapkan, "Sami'allāhu liman ḥamidahu (Allah Maha mendengar orang
yang memuji-Nya)",lantas para sahabat mengangkat kepalanya setelah itu, dan
apabila beliau sujud dan sampai ke tanah, mereka pun bersujud setelah beliau. 
‫الحديث السادس و السبعون‬

‫غف ر‬ :‫فإنه من وافق تأمينه ت أمين المالئك ة‬ ،‫«إذا َأ َّمنَ اإلمام فأمنوا‬ :ً‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه مرفوعا‬
.»‫له ما تقدم من ذنبه‬
]‫ [متفق عليه‬- ]‫[صحيح‬  

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', “Apabila imam mengucapkan


“amin”, maka ucapkanlah “amin”, karena sesungguhnya siapa yang ucapan “amin”
nya bersamaan dengan ucapan “amin” para malaikat, maka akan diampuni dosanya
yang lalu.”
Syarah:
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kita untuk
mengucapkan “amin” jika imam mengucapkan “amin”, karena waktu itu adalah
waktu malaikat mengucapan “amin”, dan siapa yang ucapan “amin”nya bertepatan
dengan ucapan “amin” para malaikat, niscaya akan diampuni dosanya yang lalu. 

‫الحديث التاسع و السبعون‬

‫ َكانَ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ِإ َذا َكب ََّر في الصَّال ِة َسكَتَ هُنَ ْيهَةً قَبْل‬:‫رضي هللا َع ْنهُ قال‬ َ ‫ع َْن أبي هريرة‬
‫ اللهم‬:‫ “أقَول‬:‫قَا َل‬.‫ ما تَقُولُ؟‬،‫ير َوالقِراء ِة‬ ِ ِ‫أيت ُس ُكوتَكَ بين التَ ْكب‬ ُ ‫ أ َر‬،‫ يا َرسُو َل هللا بأبي أ ْنتَ وأمي‬:‫ت‬ ُ ‫ فَقُ ْل‬،‫أن يَ ْق َرأ‬
‫اي َك َما يُنَقى الثًوْ بُ اَألبيض‬ َ َ‫ الّلهُ َّم نَقني من خَطاي‬،‫ب‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫اي َك َما بَاعدْتَ بَ ْينَ ال َم ْش ِر‬
َ َ‫اع ْد بيني َوبَ ْينَ خَطاي‬ ِ َ‫ب‬
‫ي بِ ْالماء والثلج والبرد‬ َ ‫ الله َّم ا ْغ ِسلني ِم ْن خَ طَايا‬،‫”من الدنس‬.
Terjemahan
Dari Abu Hurairah ra berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika telah
bertakbir dalam shalat, beliau berdiam sebentar sebelum membaca (Al Qur'an)."
Abu Hurairah berkata, "Wahai Rasulullah, dengan bapak dan ibuku (Anda
kutebus)! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca di
antaranya?. Beliau bersabda: "Aku berdoa: Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan
kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah,
sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran.
Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin)."
Makna Global:
Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- apabila telah bertakbir dengan takbiratul ihram
untuk Shalat beliau melirihkan suaranya sejenak sebelum membaca Al-Fatihah.
Para shahabat mengetahui beliau membaca sesuatu dalam diamnya ini. Oleh
karenanya Abu Hurairah berkata: “Bapak dan ibuku jadi tebusanmu wahai
Rasulullah, apa yang engkau baca ketika engkau diam antara takbir dan bacaan (Al
Fatihah)?”.
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau
jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosaku
sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari
dosa-dosaku dengan air, salju dan embun”
Maka doa ini akan menjadikan dosa yang kita kerjakan menjadi jauh sebagaimana
Allah menjauhkan timur dan barat, doa ini juga mampu membersihkan dosa kita
sebagaimana putihnya pakaian dari kotoran.
Kesimpulan:
1. Sunahnya doa iftitah dalam Shalat.
2. Waktu bacanya setelah takbiratul ihram sebelum membaca Al-Fatihah pada
rakaat pertama pada setiap Shalat.
3. Hendaklah dipelankan meskipun dalam sholat jahr.
4. Tidak memanjangkan do’anya, terlebih lagi dalam jamaah untuk Shalat lima
waktu.
5. Semangatnya para shahabat -radhiyallohu ‘anhum- untuk mengetahui
keadaan Rasul -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dalam gerakan dan diamnya
beliau.
6. Hendaklah pada saat berdoa, seseorang bersungguh-sungguh dan
memperbanyak meminta sesuatu, meskipun dengan cara meragamkan kata-
kata (yang bermakna sama).

Faedah:
 
diriwayatkan dari Nabi.-shollallohu ‘alaihi wa sallam- bacaan iftitah yang sangat
bayak bentuknya dalam Shalat. Semuanya boleh karena semuanya berasal dari
Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-. Akan tetapi imam Ahmad memilih yang
terakhir yaitu  karena mengandung pemuliaan Allah, pengagungan kepadanya, dan
pengesaan untuk-Nya.

‫الحديث الثمانون‬
‫ َو َكانَ ِإ َذا َر َك َع‬، َ‫«الح ْم ُد هلل َربِّ ال َعالَ ِمين‬
َ . ‫ والقراءة‬،‫ كان رسول هللا يستفتح الصالة بالتكبير‬: ‫عن عائشة قالت‬
َ‫ َو َكان‬، ‫ وكان إذا رفع رأسه من الركوع لم يسجد حتى يستوي قائما‬، َ‫ُص َّوبَهُ َولَكن بَين‬ َ ‫لَ ْم يُ ْشخص َرْأ َسهُ َولَ ْم ي‬
‫ وكان يكون في كل ركعتين الصحية وكان يعرس‬،‫ِإ َذا َرفَ َع َرْأ َسهُ ِمنَ السَّجدة لم يسجد حتى يستوي جالسًا‬
‫ وينهى أن يفترش الرجل ذراعيه التراش‬،‫رجله اليسرى وينصب رجله اليمنى وكان ينهى عن عقبة الشيطان‬
‫ البيع وكان يخيم الصالة بالتسليم‬.
Turjemahan:
Dari Aisyah radhiyallahu'anha dia berkata, "Dahulu Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam biasa membuka shalat dengan takbir dan (memulai)
bacaan Al-Qur’an dengan “Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin”. Dan beliau apabila
ruku’ niscaya tidak mengangkat kepalanya dan tidak menundukkannya, akan
tetapi antara kedua hal tersebut. Dan beliau apabila mengangkat kepalanya dari
ruku’, niscaya tidak bersujud hingga beliau lurus berdiri, dan beliau apabila
mengangkat kepalanya dari sujud niscaya tidak akan sujud kembali hingga lurus
duduk, dan beliau membaca Tahiyat pada setiap dua rakaat, dan beliau
menghamparkan kaki kirinya dan memasang tegak lurus kakinya yang kanan. Dan
beliau melarang duduknya setan, dan beliau melarang seorang laki-laki
menghamparkan kedua siku kakinya sebagaimana binatang buas menghamparkan.
Dan beliau menutup shalat dengan salam."
Makna Global:
Aisyah dalam hadis ini menjelaskan bahwasanya Nabi membuka shalat dengan
takbiratul ihram (Allahu akbar) dan membaca ‘Alhamdulillahi Rabil Alamin’ dan
beliau ketika ruku tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya,
melainkan beliau membuatnya sejajar. Dan semua gerakan pada shalat beliau
lakukan secara sempurna.
Kesimpulan:
1. Ucapan pertama kali dalam sholat adalah takbir, yaitu ucapan Allahu Akbar.
2. Dalam Hadits ini bacaan yang dikeraskan oleh Nabi dari Alfatihah dimulai
dengan Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin. Bacaan basmalah tidak di
keraskan
3. Ketika ruku’ posisi kepala tidak terlalu diangkat dan juga tidak direndahkan,
tapi sejajar dengan punggung
4. Keharusan thuma’ninah (tenang tidak tergesa-gesa) dalam ruku’,
I’tidal, dan sujud.
5. Tahiyat dilakukan setiap dua rakaat (kecuali pada Shalat Magrib).
Faedah:
Dari hadis di atas menjelaskan bahwasanya takbiratul ihram, membaca Alfatihah,
ruku, sujud, tasyahud setiap dua rakat, merupakan kewajiban dalam Shalat.

‫الحديث الحادي و الثمانون‬


َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ يَرْ فَ ُع يَ َد ْي ِه َح ْذ َو َم ْن ِكبَ ْي ِه ِإ َذا ا ْفتَت ََح ال‬
َ‫صاَل ة‬ َ ِ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ِ ‫َع ِن اب ِْن ُع َم َر َر‬
‫ك ْال َح ْم ُد‬
َ َ‫وع َرفَ َعهُ َما َك َذلِكَ َأ ْيضًا َوقَا َل َس ِم َع هَّللا ُ لِ َم ْن َح ِم َدهُ َربَّنَا َول‬ ‫ْأ‬
ِ ‫وع َوِإ َذا َرفَ َع َر َسهُ ِم ْن الرُّ ُك‬ ِ ‫َوِإ َذا َكبَّ َر لِلرُّ ُك‬
‫ال ُّسجُو ِد‬ ‫فِي‬  َ‫َو َكانَ اَل يَ ْف َع ُل َذلِك‬
Terjemahan:
Dari Ibnu Umar –semoga Allah meridai keduanya (ia dan ayahnya)- bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengangkat tangannya sejajar dengan
pundaknya ketika memulai shalat, ketika takbir untuk ruku’, dan ketika bangkit
dari ruku’ beliau mengangkatnya juga, dengan mengucapkan: 'SAMI'ALLAHU
LIMAN HAMIDAH RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Semoga Allah mendengar
orang yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian) '.Beliau
tidak melakukan seperti itu saat sujud."

Makna Global:
Para Ulama menjelaskan bahwa permulaan mengucapkan takbir bersamaan dengan
permulaan mengangkat tangan (H.R Abu Dawud dari Abdul Jabbar bin Wa’il).
Boleh juga mengangkat tangan terlebih dahulu, kemudian baru mengucapkan
takbir (H.R Abu Dawud dari Ibnu Umar).
Disunahkan mengangkat tangan di 3 keadaan yaitu : takbiratul ihram (permulaan
sholat), takbir menuju ruku’, dan saat mengucapkan Sami’allaahu liman hamidah
robbanaa wa lakal hamdu (bangkit dari ruku’). Dalam riwayat ini disebutkan
hanya 3 tempat. Namun, dalam riwayat lain di Shahih Albukhari juga dari Sahabat
Ibnu Umar ada tambahan mengangkat tangan pada saat bangkit dari duduk
tasyahud awal:
…‫… َوِإ َذا قَا َم ِم ْن ال َّر ْك َعتَي ِْن َرفَ َع يَ َد ْي ِه‬

Dan jika beliau bangkit dari dua rakaat, beliau mengangkat tangan (H.R
Albukhari)

Kesimpulan:
Dari Hadist di atas menjelaskan bahwasanya mengangkat tangan ketika Shalat di
sunahkan untuk di laksanakan sebagaimana yang Nabi kerjakan.
Faedah:
Disunahkan mengangkat tangan pada 4 keadaan:

1. Takbiratul Ihram
2. Takbir menuju ruku’
3. Bangkit dari ruku’
4. Bangkit dari tasyahud awal.
5. Posisi mengangkat tangan adalah sejajar dengan bahu.

‫الحديث الثني و الثمانون‬

)‫ ُأمرت أن أسجد على سبعة أعلم على الجبهة (وأشار بيده إلى أنفه‬: ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬:‫ال‬
َ َ‫عن عبد هللا بن عباس ق‬
‫القدمين‬ ‫وأطراف‬ ،‫ والركبتين‬،‫واليدين‬
Terjemahan:
“Dari Abdullah Ibnu 'Abbas radliallahu ‘anhu, ia berkata, "Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: "Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan
tujuh tulang (anggota sujud); ● yaitu kening, -beliau lantas memberi isyarat
dengan tangannya menunjuk hidung-, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung
jari dari kedua kaki.”
Makna Global:
Allah memerintahkan nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam untuk sujud
pada tujuh anggota sujud, yaitu; yang pertama: di atas dahi bersama hidung, yang
kedua dan ketiga: kedua tangan, yang kedua telapak tangan menyentuh tanah, yang
keempat dan kelima: kedua lulut, dan yang keenam dan ketujuh: ujung-ujung jari
kedua telapak kaki.
Kesimpulan:
Wajibnya sujud di atas tujuh anggota sujud dan ini adalah mazhab imam Ahmad.
Dan hidung mengikut pada dahi, dan ini merupakan menyempurna sujud.
Faedah:
1. Tidak mengapa sujud diatas penghalang selain anggota sujud, maka di
haramkan meletakan dahi di atas kedua tangannya, dikarenakan keduanya
merupakan anggota sujud. Dan dimakruhkan pada pakaian dan sorban yang
melekat padanya kecuali ada kebutuhan.
2. Meletakan anggota sujud sesuai dengan susunan yang dahulu nabi lakukan.
‫الحديث الثالث و الثمنون‬

‫ سمع هللا‬:ُ‫ ثُ َّم يَقُول‬،‫ ثم يكبر حين يركع‬، ‫ َكانَ َرسُو ُل هللا ِإذا قَا َم ِإلى الصَّال ِة يُ َكبِّ ُر ِحينَ يَقُو ُم‬:‫عن أبي هريرة‬
‫ ثم‬، ‫ ثم يكبر حين يهوي‬،‫ ربنا ولك الحمد‬: - ‫ وهو قائم‬- ‫ ثم يقول‬،‫ حين يرفع صلبه من الركوع‬،‫لمن حمده‬
،‫ ثُ َّم يُ َكبِّ ُر حين يسجد ثم يكبر حين يرفع رأسه ثم يفعل ذلك في صالته حتى يقضيها‬:‫يكبر حين يرفع رأسه‬
ِ ُ‫ال ُجل‬ ‫ويُكبر حين يَقُو ُم ِمنَ الثَّ ْنتَ ْي ِن بَ ْع َد‬
‫وس‬
Terjemahan:
“Dari Abu Hurairah ra berkata, "Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
shalat, beliau takbir (takbiratul Ikram) saat berdiri, kemudian ketika ruku’,
kemudian membaca: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (semoga Allah
mendengar orang yang memuji-Nya)' ketika mengangkat punggungnya dari ruku’,
kemudian saat posisi berdiri baliau membaca: RABBANAA WALAKAL HAMDU
(Ya Rabb kami, milik-Mu lah segala pujian) kemudian bertakbir ketika turun
(sujud), kemudian bertakbir ketika mengangkat kepala (dari sujud), lalu bertakbir
ketika sujud dan ketika mengangkat kepalanya (dari sujud), kemudian Beliau
melakukan seperti itu dalam shalat seluruhnya hingga selesai. Dan beliau juga
bertakbir ketika bangkit dari dua rakaat setelah duduk (tasyahud awal)."

‫الحديث الرابع و الثمنون‬


‫ فَ َكانَ ِإ َذا‬، ‫ صليت انا وعمران بن حصين خَ ْلفَ علي بن أبي طالب‬:‫ قال‬،‫عن مطرف بن عبد هللا بن الشخير‬
:‫ فلما قضى الصالة أخذ عمران بن حصين فقال‬،‫ض ِمنَ الركعتين كبر‬ َ َ‫ َوِإ َذا نَه‬،‫ َوِإ َذا َرفَ َع َرْأ َسهُ َكب ََّر‬،‫َس َج َد َكبَّ َر‬
َ  ‫صلَّى بَنَا‬
‫ ُم َح َّمد‬ َ‫صالة‬ َ :‫صالةَ محمد أو قال‬ َ ‫قد ذكرني هَ َذا‬
Terjemahan:
Dari Mutharrif bin 'Abdullah berkata, "Aku dan 'Imran bin Hushain shalat di
belakang 'Ali bin Abu Thalib radliallahu ‘anhu. Ali bertakbir ketika sujud, ketika
mengangkat kepalanya, dan ketika bangkit dari dua rakaat (menuju rakaat tiga)
juga bertakbir. Setelah ‘Ali selesai shalat, 'Imran bin Hushain memegang
tanganku seraya berkata, "Sunguh dia telah mengingatkan aku tentang shalatnya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam." Atau dia berkata, "Sungguh dia telah
shalat bersama kita dengan shalatnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam."
Makna Global:
Pada Hadist ini cukup jelas menjelaskan tentang penggunaan takbir ketiak
berpindah dari satu gerakan shalat ke gerakan shalat yang lainnya itu merupakan
sunah yang di ajarkan nabi kita.

Kesimpulan:
Pada hadis menjelaskan mensyariatan takbir dalam shalat.
Faedah:
1. Disyariatkan takbiratul ihram.
2. Disyariatkan tabir ketika ruku, sujud, bangkit dari sujud, dan ketika bangkit
dari dua rakaat.
3. Mengucapkan tahmid berlaku untuk imam, makmum, dan orang yang shalat
sendiri, ketika bangkit dari ruku.

‫الحديث الخامس و الثمانون‬


ُ ‫ فوجدت قيامه َر َم ْق‬، ‫ ومقت الصالة مع محمد‬: ‫عن البراء بن غارب بن قال‬
،‫ فاعتداله بعد ركوعه‬،‫ فركته‬. ‫ت‬
‫ فَ َع ْلتَهُ َما بَ ْينَ فَا ْعتِدَالَهُ فَ َسج َدتَهُ فَ َسج َدتَهُ التسليم واالنصراف‬،ُ‫ مسجده‬،‫فسجدته فجلسته بين السجدتين‬
‫السَّوا ِء‬  َ‫ ِمن‬ ‫قريبًا‬
Terjamahan:
Dari Al Bara' bin ‘Azib ra berkata, "Aku perhatikan shalat bersama Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kudapati (lama) berdiri beliau, rukuk’nya,
I’tidalnya setelah ruku’, sujudnya, (duduk) antara dua sujud, lalu sujud
(berikutnya), lalu duduk beliau setelah salam hingga bubuaran (berbalik), semua
itu nyaris sama.”
Makna Global:
Pada hadis ini terdapat gambaran bahwasanya Nabi mengerjakan shalat secara
konsisten pada durasi lamanya gerakan dalam shalat, misalnya berdiri
diperpanjang rukuk dipersingkat.
Kesimpulan:
Bahwasanya Nabi dalam setiap gerakan dalam shalatnya dilakukan dengan durasi
yang agak lama, mulai dari berdiri, rukuk, bangkit dari rukuk, sujud serta bangkit
dari sujud.

Faedah:
Disunahkan untuk melakukan gerakan salat dengan tidak terburu-buru.

‫الحديث السادس و الثمانون‬

‫ ق ال‬، ‫ إني ال الوا إن أصلي بِ ُكم َك َما َكانَ َرسُو ُل هللا هللا يصلي بن ا‬:‫ عن أنس بن مالك هللا قال‬،‫عن ثابت البناني‬
،‫ َك انَ ِإذا رف ع راس ه من الرك وع النص ب قائم ا‬،ُ‫ ف َكانَ الى يصنع شيًئا ال أراكم يَصْ نَ ُع َأ َرا ُك ْم تَصْ نَعُونَه‬: ‫ثابت‬
( ‫ (البخ اري رقم‬. ‫ قَ د ن َِس ي‬:ُ‫ث َحتَّى يَقُ ول ْالقَاِئل‬ َّ َ‫ َوِإ َذا َرفَ َع َرْأ َس هُ ِمن‬،‫ قَ ْد ن َِس ي‬:ُ‫ول ْالقَاِئل‬
َ ‫الس جْ َد ِة َم َك‬ َ ُ‫حتى يَق‬
)٤٧٢( ‫ ومسلم رقم‬،)۸۲۱( ، )۸۰۰

Terjemahan:
Dari Tsabit Al-Bunani, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau
mengatakan: Sungguh aku tidak akan meringkas salat mengimami kalian
sebagaimana Rasulullah dulu biasa salat mengimami kami. Tsabit berkata: Anas
melakukan sesuatu yang aku tidak lihat kalian melakukannya. Beliau apabila
mengangkat kepala dari rukuk, berdiri tegak sampai-sampai seseorang
mengatakan: Beliau telah lupa. Dan apabila mengangkat kepala dari sujud, beliau
tetap duduk sampai-sampai seseorang mengatakan: Beliau telah lupa.
Makna Global:
Anas RA. Berkata: Sesungguhnya saya akan bersungguh-sungguh dan tidak akan
memutus-mutus shalatku bersama kalian sebagaimana Rasulullah ‫ ﷺ‬shalat
bersama kami, agar kalian mengikuti shalatnya.
Tsabit Al-bunaniy berkata: Maka Anas mempraktekkan dari kesempurnaan dan
keindahan shalat yang saya tidak pernah melihat kalian melakukannya. Dia
memperpanjang berdirinya setelah rukuk, dan duduknya setelah sujud. Beliau
ketika bangkit dari rukuk (berdiri tegak) maka ada yang berkata (disebabkan
lamanya berdiri) “sunggah dia telah lupa bahwa dia sedang berdiri diantara rukuk
dan sujud”, dan jika beliau mengangkat kepalanya dari sujudnya maka beliau
berdiam hingga ada yang berkata (karena lamanya duduknya) “sungguh dia telah
lupa”.

Kesimpulan:
Dalam hadits ini terdapat dalil yang mensyari’atkan untuk memperpanjang berdiri
setalah rukuk, dan memperpanjang duduk setelah sujud, sebagaimana yang
dilakukan nabi ‫ﷺ‬

‫الحديث السابع و الثمنون‬

)۷۰۸( ‫ البخ اري رقم‬، ‫عن أنس بن مالك بل قال ما صليت وراء إمام فقط الف صالة َواَل الم صالة من الن بي‬
‫) واللفظ لهم‬٤٦٩ / ١٩٠( ‫ومسلم رقم‬
Terjemahan:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Aku sama sekali tidak
pernah salat di belakang seorang imam pun yang lebih ringan salatnya dan lebih
sempurna salatnya daripada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Makna Global:
Anas bin Malik menafikan shalat yang paling ringan dibelakang imam manapun
dari para imam kecuali dibelakng imam yang mulia ‫ ﷺ‬, yang mana beliau tidak
memberatkan kaum mukminin sehingga mereka keluar dari jamah dan enggan
untuk mengikutinya.
Dan tidak ada shalat yang paling sempurna kecuali yang dilakukan oleh nabi ‫ ﷺ‬,
padahal beliau tidak mengurangi hukum-hukum shalat, bahkan beliau
meyempurnakannya dengan penjagaan terhadap kewajiban-kewajiaban serta hak-
hak shalat, dan ini merupakan bukti keberkahan beliau ‫ ﷺ‬.

Kesimpulan:
1. Imam meringankan shalatnya hingga tidak memberatkan orang-orang yang
shalat, dan menyempurnakannya hingga tidak mengurangi pahalanya.
2. Bahwa shalat Nabi ‫ ﷺ‬adalah yang paling sempurna, maka hendaknya
seseorang itu bersemangat menjadikan shalatnya sebagaimanya shalatnya
nabi ‫ ﷺ‬.
3. Bolehnya yang paling afdhal dari orang-orang yang shalat menjadi imam.

‫الحديث الثامن و الثمنون‬

‫) عبد هللا بن زيد الحرمي البصري قال جانا مالك ابن الحويرث في مسجدنا هذا فقال إلى‬1( ‫عن أبي قالبة‬
. ‫صلِّي ؟‬
َ ُ‫ فقلت ألبي قِالبَةَ َك ْيفَ َكانَ ي‬. ‫ألصلي بكم وما أريد الصالة أصلي كيف رأيت َرسُو َل هللا يُصلي‬
( ، )٦٧٧( ‫ مثل صالة شيخنا هذه وكان يجلس إذا رفع رأ َسهُ ِمنَ ال ُّسجُو ِد قبل أن ينهض البخاري رقم‬:‫قال‬
‫ سلمة الجرمي‬. ‫ أراد بشيخهم أبا يَ ِزي َد عمرو بن‬/ )۳۹۱( ‫) ومسلم رقم‬۸ )٨٢٤

Terjemahan:
Dari Abu Qilabah 'Abdullah bin Zaid Al-Jarmi Al-Bashri, beliau mengatakan:
Malik bin Al-Huwairits datang menemui kami di masjid kami ini seraya berkata:
Sungguh aku akan salat mengimami kalian, namun aku tidak bermaksud untuk
salat. Aku akan salat sebagaimana aku telah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam melakukan salat. Aku bertanya kepada Abu Qilabah: Bagaimana cara
salatnya? Beliau menjawab: Seperti salatnya syekh kita ini, beliau duduk ketika
mengangkat kepala dari sujud sebelum bangkit berdiri. Yang beliau maksud
dengan syekh mereka adalah Abu Yazid 'Amr bin Salamah Al-Jarmi.

Makna Global:
Abu Qilabah berkata: “Datang kepadaku malik bin Huwairis salah satu sahabat di
masjid kami, dan berkata: “sesungguhnya kedatanganku untuk shalat bersama
kalian bukan untuk beribadah dengan shalt tersebut, akan tetapi maksudku adalah
untuk mengajarkan kalian shalat nabi ‫ ﷺ‬dengan secara langsung, agarsupaya
pengajaran yang dibarengi dengan praktek itu lebih dipahami dan lebih melekat di
benak-benak kalian”.”
Maka berkata Rawi kepada Abu Qilabah: “Bagaimana malik bin huwaris
mengajarkanmu shalat sebagaimana shalat nabi ‫”? ﷺ‬
Beliau berkata: “Seperti shalatnya syeikh kami abi yazid ‘amru bin salamah, beliau
dahulu duduk dengan duduk yang ringan ketika mengangkat kepalanya dari sujud
sebelum bertolak untuk berdiri.

Kesimpulan:
1. Dibolehkannya duduk istirahat
2. Bolehnya mengajarkan dengan gerakan
3. Bolehnya melakukan ibadah dengan niat pengajaran

‫الحديث التاسع و الثمانون‬


. ‫ص لَّى فَ َّر َج بَ ْينَ يدي ه ح تى يب دو ي ْب دُو بَي اضُ َأ ْيطَي ه‬ َّ ً‫ع َْن عَبد هللا بن مالك ابن بحينة‬
َ ‫أن الن بي ﷺ َك انَ ِإ َذا‬
.)٤٩٥( ‫ ومسلم رقم‬، )٣٩٠( ‫البخاري رقم‬
Terjemahan:
Dari Abdullah bin Malik bin Bahinah bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬ketika shalat beliau
meregangkan kedua tangannya hingga nampak ketiaknya yang putih.

Makna Global:
Shalat nabi ‫ ﷺ‬adalah shalat yang penuh dengan cinta dan semangat, beliau
memberikan setiap anggota tubuh haknya dan beribadah. Dan dengan ini beliau
ketika sujud melebarkan antara kedua tangannya, hingga ketiaknya yang putih
nampak disebabkan keterbukaan antara kedua tangannya. Setiap dari hal tersebut
merupakan bagian dari rasa semgat dalam shalat dan kecintaan dalam ibadah serta
menjauhi dari bentuk kemalasan yang menempelkan sebagian anggota-anggota
tubuh dengan anggota tubuh lainnya, sehingga hilangnya sebagian usaha dalam
ibadah.

Kesimpulan:
1. Hadits ini merupakan dalil bahwa disunnahkan untuk sujud dengan
meregangkan antara kedua tangan.
2. Pentingnya menunjukkan rasa semangat dan cinta dalam ibadah terutama
shalat.

Faidah:
Sebagian ahli fiqih mengkhususkan hal ini hanya untuk laki-laki bukan untuk
perempuan, karena perempuan diminta untuk menutup dan menjaga dirinya.

‫الحديث التسعون‬

‫ نعم‬:‫ أك ان الن بي يص لي في نعلي ه؟ ق ال‬: ‫ س ألت أنس بن مال ك بني ه‬:‫ ق ال‬- ‫ س عيد بن يزي د‬- ‫عن أبي مس لمة‬
.)٥٥٥( ‫ ومسلم رقم‬،)۳۸۹( ‫البخاري رقم‬
Terjemahan:
Dari Abu Maslamah Sa'id bin Yazid, beliau mengatakan: Aku bertanya kepada
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu: Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah salat memakai sandal? Anas menjawab: Ya, pernah.

Makna Global:
Sa’id bin yazid bertanya kepada anas bin malik RA mengenai nabi ‫ ﷺ‬:” Apakah
Nabi ‫ ﷺ‬dahulu shalat dengan kedua sandalnya sehingga menjadi teladan
darinya?” Maka anas menjawab: “iya, dahulu nabi ‫ ﷺ‬shalat dengan kedua
sendalnya, dan hal tersebut merupakan sunnahnya yang suci”

Kesimpulan:
1. Disunnahkan shalat dengan menggunakan sendal
2. Bolehnya masuk masjid menggunakan sendal
3. Besarnya prasangka terhadap najisnya alas kaki tidak mengeluarkannya
hukum asalnya, yaitu suci.
Faidah:
Hal ini menjadi perselisihan di zaman sekarang. Maka yang benarnya kita tetap
menghidupkan sunnah nabi ‫ ﷺ‬namun juga tetap melihat dampak yang
ditimbulkan ditengah masyarakat. Karena syari’at lebih mengedepankan untuk
menghindari mafsadat daripada mengambil mashlahat.

‫الحديث الحادي و التسعون‬

‫ول هللا ل ه وألبي‬


ِ ‫ت َر ُس‬ َ ‫ُص لِّي َوهُ َو َحا ِم ل ُأ َما َم ةَ بِ ْنتَ زَ ْين‬
ِ ‫َب بِ ْن‬ َ ‫ أن رسول هللا َك انَ ي‬: ‫عن أبي قتادة األنصاري‬
،)٥٩٩٦( ، )٥١٦( ‫ البخ اري رقم‬. ‫ َوِإ َذا قَ ا َم َح َملَهَ ا‬،‫ض َعهَا‬ َ ‫ فَ ِإ َذا َس َج َد َو‬،‫س‬
ٍ ‫الع اص بن ال َّربِي ِع ْب ِن َع ْب ِد َش ْم‬
.))٥٤٣( ‫ومسلم رقم‬
Terjemahan:
Dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu 'anhu: Bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam pernah salat dalam keadaan memanggul Umamah putri pasangan
Zainab bintu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan Abul 'Ash bin Ar-
Rabi' bin Abdu Syams. Apabila beliau sujud, beliau meletakkannya. Apabila beliau
berdiri, beliau kembali memanggulnya.

Makna Global:
Rasulullah merupakan orang yang sangat berkasih sayang, sangat lembut, sangat
ramah dan sangat berbelas kasih dan beliau memperlihatkannya kepada anak-anak
dan orang-orang dewasa, kepada orang-orang kaya dan orang-orang miskin.
Tidak satupun yang menandingi akhlah beliau yang mulia, tatkala beliau
menggendong cucunya sementara shalat beliau meletakkannya dipundak tatkala
berdiri dan meletakkannya ditanah ketika sujud. Hal ini merupakan kelapangan
yang agung, disyariatkan dan dimudahkan untuk ummat Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬.

Kesimpulan:
1. Bolehnya melakukan gerakan ini dalam shalat wajib maupun shalat sunnah.
2. Bolehnya menyentuh dan menggendong sesuatu yang disangka najis,
dengan sangkaan yang lebih kuat bahwa asalnya sesuatu ini suci.
3. Nampaknya kerendahan hati nabi ‫ ﷺ‬, kelembutan dan kasih sayang beliau.

Faidah:
Ulama membagi gerakan dalam shalat dengan 4 pembagian:
Bagian pertama: Diharamkan dan membatalkan shalat, hal ini dengan banyaknya
gerakan yang terus menerus dilakukan bukan dalam keadaan darurat dan bukan
untuk kemaslahatan shalat.
Bagian kedua: Dibenci dan tidak membatalkan shalat, hal ini dengan melakukan
gerakan ringan tanpa adanya hajat.
Bagian ketiga: Dibolehkan, yaitu gerakan ringan karena adanya hajat.
Bagian keempat: Disyari’atkan, yaitu gerakan yang berkaitan dengan kemaslahatan
shalat. Seperti maju ketempat yang utama, dan mendekat untuk menutup celah
pada shaf.

‫الحديث الثاني و التسعون‬

‫ وال يبس ط أح دكم ذراعي ه البس اط الكلب‬،‫ «اعت دلوا في الس جود‬:‫عن أنس بن مال ك هللا عن الن بي ﷺ ق ال‬
. )٤٩٣( ‫) ومسلم رقم‬۸۲۲( ‫البخاري رقم‬
Terjemahan:
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tegaklah di dalam sujud
dan janganlah salah seorang dari kalian meletakkan kedua lengannya di atas
tanah (ketika sujud) sebagaimana anjing”.

Makna Global:
Nabi ‫ ﷺ‬memerintahkan untuk meluruskan (tangan) ketika sujud, Hal itu agar
supaya orang yang shalat berada dalam bentuk yang baik tatkala sujud, yaitu
dengan meletakkan kedua telapak tangannya diatas tanah, dan mengangkat kedua
lengannya serta meregangkannya dari badannya. Karena keadaan ini merupakan
bentuk dari rasa semangat dan kesenangan yang diinginkan dalam dalam shalat.
Karena bentuk yang baik ini memungkinkan seluruh anggota tubuh untuk sujud
yang merupakan bagiannya dalam shalat.
Dan beliau melarang membentangkan kedua lengan ketika sujud. Karena hal ini
merupakan tanda kemalasan dan kejenuhan, dan bentuk penyerupaan terhadap cara
ibadah binatang, hal ini tidak pantas untuk ditiru.
Kesimpulan:
1. Disyari’atkan untuk meluruskan (lengan) ketika sujud.
2. Larangan untuk membentangkan lengan ketika sujud.
3. Hal yang dibenci menyerupakan dengan hewan, terkhusus dalam
menegakkan shalat.

Faidah:
Syaria’at memerintahkan untuk menyelisihi hewan dalam gerakan-gerakan shalat,
karena shalat merupakan komunikasi kepada Allah maka sepantasnya dilakukan
dengan sebaik-baik bentuk.

‫الحديث السادس و التسعون‬


‫ يق رأ في المغ رب‬- ‫ ص لى هللا علي ه وس لم‬- ‫ "س معت رس ول هللا‬:‫ قال‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن جبير بن مطعم‬
"‫بالطور‬
;Artinya
Dari Jubair bin Muth’im RA, dia berkata: aku pernah mendengar
Rasulullah SAW membaca surat At-thur pada shalat maghrib.
 Makna Global
Biasanya Nabi SAW shalat shubuh dengan memanjangkan bacaanya dan
memendekkannya ketika shalat maghrib. Namun beliau mengambil sikap
tengah-tengah shalat dzuhur, ashar, dan isya. Akan tetapi terkadang beliau
meninggalkan kebiasaan itu. Beliau memperpendekkan bacaan yang biasanya
beliau panjangkan. Hal ini untuk menjelaskan bahwa hal itu boleh dilakukan,
atau karena ada tujuan-tujuan lainnya, sebagaiman yang terdapat dalam hadits
bahwa beliau membaca surat At-thur pada waktu shalat maghrib, padahal surat
At-thur termasuk dalam kategori thiwal al-munfashal (surat yang panjang).
 Manfaat Hadits
a). Yang disyariatkan adalah menjahrkan dalam shalat maghrib.
b). Bolehnya memperpanjang bacaan pelaksanaan shalat maghrib.

HADITS 97
،‫ في سفر فصلى العشاء اآلخ رة‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ "أن النبي‬:- ‫ رضي هللا عنهما‬- ‫عن البراء بن عازب‬
"‫ فما سمعت أحدًا أحسن صوتًا أو قراءة منه‬،‫فقرأ في إحدى الركعتين بالتين والزيتون‬
Artinya;
Dari Al-barra’ bin Azib RA, bahwa Nabi SAW dalam safarnya telah
melaksanakan shalat isya’ pada akhir waktu. Beliau membaca pada salah
satu dari dua rakaatnya dengan At-tin wazzaitun, dan aku tidak pernah
mendengar seseorang yang lebih bagus suara dan bacaanya selain dari
beliau.

 Makna Global
Surat At-tin termasuk dalam kategori qishar al-munfashal yang biasa dibaca
shalat maghrib. Nabi SAW membaca surat ini pada shalat isya’ karena beliau
berada dalam perjalanan. Nabi SAW sangat memperhatikan untuk memberi
keringanan dan selalu memudahkan dalam safar karena beratnya medan dan
perjalanan yang melelahkan, karena itu dalam safar dianjurkan mengqashar
shalat yang rakaatnya berjumlah empat.
Meskipun Rasulullah SAW dalam keadaan bepergian, namun beliau tidak
meninggalkan hal-hal yang dapat menghantarkan kepada kekhusyuan dan
menghadirkan hati untuk mendengarkan al-quran, hal ini ditujukan dengan
memperbagus suara dalam membaca al-quran ketika shalat.
 Manfaat Hadits
a). Membaca surat yang termasuk dalam qishar al-munfashal pada shalat isya
dan yang terbaiknya untuk memperingankan shalat dalam keadaan safar atau
kondisi yang semisalnya.
b). Dianjurkan untuk memperbagus suara dalam membaca al-quran ketika
dalam keadaan shalat.
HADITS 98
‫ فك ان يق رأ‬،‫ بعث رجاًل على س رية‬- ‫ ص لى هللا علي ه وس لم‬- ‫ أن رس ول هللا‬- ‫ رض ي هللا عنه ا‬- ‫عن عائش ة‬
‫ ص لى هللا علي ه‬- ‫)} فلما رجع وا ذك روا ذل ك لرس ول هللا‬١( ‫ فيختم بـ {قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬،‫ألصحابه في صالتهم‬
‫ ألنه ا ص فة‬:‫ فق ال‬،‫ "سلوه ألي شيء يص نع ذل ك؟ " فس ألوه‬:- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ فقال رسول هللا‬- ‫وسلم‬
‫ع ز‬- ‫ "أخ بروه أن هللا‬:- ‫ ص لى هللا علي ه وس لم‬- ‫ فقال رس ول هللا‬،‫ فأنا ُأحب أن أقرأ بها‬،-‫عز وجل‬- ‫الرحمن‬
"‫ يحبه‬-‫وجل‬
Artinya;
Dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW telah mengutus seseorang untuk
menjadi imam (pemimpin) dalam ekspedisi militer sariyah. Utusan Nabi
menjadi imam yang membaca (surat-surat alquran) dalam shalat-shalat
mereka lalu ia menutup (bacaan shalatnya) dengan qul huwallahu ahad’.
Tatkala mereka kembali (ke madinah), mereka mengkisahkan perihal
tersebut kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda: tanyakan
kepadanya, apa yang memotivasinya untuk berbuat seperti itu? Maka
bertnyalah mereka kepadanya yang kemudian dijawab. sesungguhnya ayat-
ayat tersebut (mencakup) sifat-sifat Allah SWT dan aku sangat suka untuk
membacanya. Maka Rasulullah SAW bersabda: “sampaikan kepadanya
bahwa Allah SWT mencintainya”.
 Makna Global
Dalam hadits diatas bahwa Rasulullah SAW menjadikan sahabatnya untuk
menjadi pemimpin dalam perang dan diantara kebiasaan para pemimpin bahwa
mereka adalah para imam dalam pelaksanaan shalat dan pemimpin tersebut
dalam sebuah perjalanan perang membaca surat Al-ikhlas pada rakaat kedua
setiap kali shalat.
Membaca surat Al-ikhlas dalam shalat yang seperti keadaan diatas
mengundang polemik dikalangan para sahabat dan ini ditanyakan langsung ke
Rasulullah SAW terkait ini dan singkatnya bahwa seorang pemimpin ini
membaca surat Al-ikhlas dikarenakan terdapat didalam surah tersebut
mencakup sifat-sifat Allah SWT sehingga dia mengulang-ulangnya.
 Manfaat hadits
a). Keutamaan surat Al-ikhlas dan anjuran untuk membacanya.
b). Seluruh amal perbuatan dicatat ganjaranya dikarenakan niat yang baik dan
disetai tuntunan Nabi SAW.
c). Sesungguhnya siapa saja yang mencintai sifat-sifat Allah SWT dan dapat
merasakan kelezatan bermunajat kepadanya, maka sungguh Allah SWT
mencintainya.
d). Setiap didalam masalah yang baru hendaknya selalu ditanykan kepada
ahlinya didalam beribadah dan untuk menjaga kesimpangan dalam kehidupan.

HADITS 99
‫ "فل وال ص ليت بس بح اس م رب ك‬:‫ ق ال لمع اذ‬- ‫ صلى هللا علي ه وس لم‬- ‫ أن النبي‬:- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن جابر‬
"‫ فإنه يصلي وراءك الكبير والضعيف وذا الحاجة‬،‫ والشمس وضحاها والليل إذا يغشاها‬،‫األعلى‬
Artinya;
Dari Jabir RA, bahwa Nabi SAW tela bersabda kepada Mu’adz RA:
“seandainya engkau shalat dengan membaca ‘Sabbihisma Rabbikal A’la
dan Was Syamsi Wadhuha serta Wallaili iza Yagsyaha’ maka itu lebih baik
bagimu karena yang shalat dibelakangmu adalah orang-orang berusia
lanjut, orang yang lemah fisiknya, dan mempunyai keperluan.
 Makna Global
Tatkala terdengar kabar ditelinga Nabi SAW bahwa Mu’adz RA
memperpanjang bacaan surat ketika dia menjadi imam shalat bagi kaumnya,
Rasulullah SAW membimbingnya agar meringankan bacaan surat selama dia
menjadi imam shalat. Beliau memberikan contoh kepadanya dengan membaca
mutawashat al-munfashal (surat yang tidak terlalu panjang/pertengahan)
seperti ayat disebutkan dalam hadits, sebab dia menjadi imam bagi orang-orang
yang berusia lanjut, orang-orang yang fisiknya lemah, dan orang-orang yang
mempunyai hajat dan keperluan. Bacaan surat yang panjang itu dapat
memberatkan mereka karenanya sangat dianjurkan untuk bersikap lemah
lembut serta menjaga perasaan para makmum shalat dengan meringankan
bacaan shalatnya.
 Manfaat Hadits
a). Dianjurkan kepada imam untuk memperhatikan kelompok yang lemah
dengan meringankan shalat saat menjadi imam shalat.
b). Mengatur manusia dengan lemah lembut dan lunak adalah sikap yang bagus
dan tepat bagi para pemimpin serta para pembatunya.
c). Kelembutan Nabi SAW terhadap ummatnya terlebih kepada orang-orang
yang lemah dan orang-orang yang mempunyai keperluan.

HADITS 100
- ‫ رضي هللا عنهم ا‬- ‫ وأبا بكر وعمر‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ "أن النبي‬:- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن أنس بن مالك‬
."‫كانوا يفتتحونَ الصالة بـ"الحمد هلل رب العالمين‬
Artinya;
Dari Anas bin Malik RA, bahwa Nabi SAW, Abu Bakr, dan Umar RA,
mereka memulai shalat dengan membaca alhamdulillahi robbil ‘alamin.
"‫ ببسم هللا الرحمن الرحيم‬:‫ "صليت مع أبي بكر وعمر وعثمان فلم أسمع أحدًا منهم يقرأ‬:‫وفي رواية‬
Artinya;
Dalam satu riwayat: aku pernah shalat bersama Abu Bakr, Umar, dan
Utsman RA, aku tidak mendengar seorang pun dari mereka membaca:
bismillahir rahmanir rahim.

‫ وأبي بكر وعمر وعثمان فكانوا يفتتحون الصالة‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ "صليت خلف النبي‬:‫ولمسلم‬
.‫بـ"الحمد هلل رب العالمين" ال يذكرون "بسم هللا الرحمن الرحيم" في أول قراءةً في آخرها‬
Artinya;
Dan dalam riwayat Imam Muslim: aku shalat dibelakang Nabi SAW, Abu
Bakr, Umar, dan Utsman RA, mereka memulai shalat dengan membaca
alhamdulillahi rabbil ‘alamin dan mereka tidak membaca bismillahir
rahmanir rahim pada awal maupun akhir shalat.
 Makna Global
Anas bin Malik RA mengisahkan, bahwa dirinya telah lama menemani
Rasulullah dalam satu riwayat: aku pernah shalat bersama Abu Bakr, Umar,
dan utsman RA, aku tidak mendengar seorang pun dari mereka membaca
bismillahir rahmanir rahim. Serta selalu bersama dengan beliau dan para
khulaur rasidin- maka ia tidak pernah mendengar seorang dari mereka
membaca bismillahir rahmanir rahim didalam shalat, tidak juga mendengarnya
diawal shalat dan tidak juga diakhir shalatnya.
 Hukum Yang Dapat Diambil Dari Hadits Ini:
1). Disyariatkan membaca bismillahir rahmanir rahim setelah membaca iftitah
dan berta’awudz sebelum membaca al-fatiha.
2). Hendaknya membaca basmalah dengan melirihkan suara(sirr), meskipun
pada shalat yang dijahrkan bacaanya.
3). Basmalah bukan dari ayat –ayat surat al-fatiha.

HADITS 101
‫ إحدى صالتي العشي‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ صلى بنا رسول هللا‬:‫عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة قال‬
Artinya;
Dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah
SAW shalat bersama kami disalah satu shalat al-asyi.
 Penjelasan Lafazh
‫ العشي‬: Waktu antara tergelincirnya matahari hingga tenggelamnya.

 Hukum-Hukum Yang Terdapat Dalam Hadits


1). Bisa terjadi kealpaan pada para Nabi alaihimussalam dalam perbuatan yang
berkaitan dengan penyampaian risalah, asalkan hal itu tidak mereka jadikan
sebagai ketetapan. Adapun perkataan yang berkaitan dengan penyampaian
risalah, maka para Nabi tidak boleh melakukan kealpaan.
2). Hikmah dan rahasia tersembunyi yang berkaitan erat dengan adanya
kelupaan dan kekeliuran ini termasuk bagian dari penjelasan syariat dan
keringanan terhadap umat dengan adanya maaf dan permakluman bagi
kealpaan dan kelupaan yang berasal dari mereka.
Hadits ini menunjukkan bahwa para Nabi itu manusia biasa, boleh terjadi
kealpaan dan lupa pada perbuatan mereka seperti yang bisa terjadi pada
umumnya manusia, namum ini tidak berlaku pada tutur kata dan ucapan-
ucapan mereka.
3). Bahwa keluar dari shalat sebelum menyempurnakannya sementara dalam
dugaan yang kuat dia merasakan bahwa shalatnya telah sempurna maka hal itu
tidaklah memutuskan dan membatalkan shalat, bahkan boleh baginya untuk
membangun keyakian atas dasar tersebut kemudian meyempurnakan
kekurangan dalam shalatnya.

HADITS 102
- ‫ ص لى هللا علي ه وس لم‬- ‫ "أن النبي‬:- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ وكان من أصحاب النبي‬،‫عن عبد هللا ابن بحينة‬
‫صلى بهم الظهر فقام في الركعتين األوليين ولم يجلس فقام الناس معه حتى إذا قضى صالته وانتظ ر الن اس‬
"‫ فسجد سجدتين قبل أن يسلم ثم سلم‬،‫تسليمه كبر وهو جالس‬
Artinya;
Dari Abdillah bin Buhaynag RA, dia termasuk sahabat Nabi SAW, bahwa
Nabi SAW pernah melaksanakan shalat dzuhur bersama para sahabat,
beliau berdiri pada dua rakaat yang pertama tidak duduk, maka para
sahabatpun berdiri mengikuti beliau, hingga setelah selesai melakukan
shalatnya dan para sahabat sedang menunggu salam yang beliau lakukan,
beliau bertakbir masih dalam keadaan duduk lalu beliau sujud dua kali
sebelum salam, setelah itu barulah beliau salam.
 Makna Global
Suatu ketika Nabi SAW shalat dzuhur bersama para sahabat, setelah
menyelesaikan dua rakaat pertama, beliau langsung berdiri dan tidak duduk
untuk melakukan tasyahud pertama. Para makmum tetap mengikutinya gerakan
tersebut, setelah beliau menyelesaikan dua rakaat terkahir kemudian duduk
tasyahud akhir dan selesai membaca tasyahud, para sahabat menunggu salam
beliau, tiba-tiba beliau bertakbir dalam keadaan tetap duduk lalu beliau sujud
bersama mereka sebanyak dua kali sujud sebelum melakukan salam. Sujudnya
sebagaimana sujud utama dalam shalat lain, setelah itu beliau barulah salam.
 Manfaat Hadits
1). Wajib sujud sahwi bagi orang yang lupa dalam shalatnya dan bagi yang
tidak melakukan tasyahud awal.
2). Tasyahud awal bukan termasuk rukun shalat, sebab jika tasyahud itu
merupakan rukun shalat niscaya tidak dapat diganti dengan sujud sahwi.
3). Pentingya mengikuti gerakan imam. Nabi SAW telah membenarkan para
sahabat untuk mengikuti beliau. Para sahabat tidak duduk tasyahud awal
karena mengikuti Nabi padahal mereka mengatahui hal tersebut.
5). Lupa yang dialami oleh imam berlaku bagi makmum, meskipun mereka
meninggalkan tasyahud dengan sengaja. Bagi orang yang sengaja
meninggalkan kewajiban maka tidak wajib sujud sahwi, hanya saja shalatnya
batal, namun bukan dalam gambaran seperti ini.

‫باب المور بين يدي المصلي‬


‫الحديث الثالث بعد المائة‬
‫ لو يعلم المر بين يدي‬:‫ قال رسول هلل ﷺ‬:‫عن ابي حكيم بن الصمة األنصاري رضي هللا تعالى عنه قل‬
‫ ال‬:‫ قال َأبُو النَّضْ ِر‬.‫المصلي ماذا عليه من اإلثم لكان ان يقف أربعين خيرا له من أن يمر بين يدي المصلي‬
.‫أدري قال أربعين يوما أو شهرا أو سنة أخرجه البخاري و مسلم‬
Dari Abu Juhaim bin Al-Hāriṡ bin Aṣ-Ṣimmah al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhu- secara
marfū', "Seandainya orang yang lewat di depan orang salat itu mengetahui dosa
yang dilakukannya,sungguh berdiri selama empat puluh lebih baik baginya
daripada lewat di depannya." Abu An-Naḍar berkata, "Aku tidak tahu ia
  ".mengatakan empat puluh hari atau bulan atau tahun
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih
Maknah hadis:
Orang yang salat itu berdiri di hadapan Rabbnya untuk bermunajat dan menyeru-
Nya. Jika dalam kondisi seperti ini ada seseorang yang lewat di hadapannya,
niscaya memutus munajat dan mengganggu ibadahnya. Dengan demikian, betapa
besar dosa orang yang menyebabkan timbulnya gangguan terhadap salatnya orang
yang salat karena dia melewatinya. Lantas Nabi memberitahu bahwa seandainya
orang itu mengetahui dampak dari lintasannya berupa dosa dan kesalahan, sungguh
dia akan memilih untuk berdiri di tempatnya dalam waktu yang lama daripada
melintas di hadapan orang yang salat, yang mengharuskannya untuk berhati-hati
 .dan menjauhkan diri darinya

Faedah hadist:
1. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Fikih Shalat menjelaskan, haram hukumnya
bagi orang yang melintas di hadapan orang yang sedang sholat atau antara
orang sholat dengan sutrahnya (pembatas).
2. Diharamkan melewati orang yang sedang shalat, bahkan ada ancaman keras.
Dalam Nail Al-Authar disebutkan bahwa hal ini termasuk dosa besar.
3. Hikmah larangan ini, karena orang yang sedang shalat sedang bermunajat
kepada Allah. Orang yang melewati yang sedang shalat berarti memutus
munajat ini dan mengganggu fokus orang yang sedang shalat.
4. Diharamkan melewati orang yang sedang shalat pada area antara ia berdiri
dan sutrah.
5. Jika yang shalat tidak menghadap sutrah, tetap diharamkan melewati area
shalat orang tersebut antara kaki dan tempat sujudnya.
6. Melewati jamaah yang “super padat” seperti di Masjidil Haram tetap tidak
dibolehkan, kecuali: (a) kondisi sangat padat, tidak ada jalan lain untuk
lewat; (b) ada yang shalat di jalan umum yang biasa dilewati, hal itu sudah
jadi risiko bagi yang shalat.

‫الحديث الرابع بعد المائة‬


‫ فَأ َراد أ َحد أن‬،‫ إذا صلَّى َأ َح ُد ُكم إلى شيء يَ ْستُ ُرهُ ِمنَ النَّاس‬:‫عن أبي سعيد الخدري رضي هللا عنه مرفوعًا‬
.‫ فإن أبى فَ ْليُقَاتِ ْلهُ؛ فإنما هو شيطان‬،ُ‫ فَ ْليَ ْدفَ ْعه‬،‫يَجْ تَا َز بين يديه‬
Apabila seorang di antara kamu shalat dengan memasang sutrah yang
membatasinya dari orang-orang, lalu ada seseorang yang ingin lewat di
hadapannya, hendaknya ia mencegahnya.  Bila ia tidak mau, perangilah dia sebab
sesungguhnya dia adalah setan .HR. Al-Bukhariy dan Muslim.
Maknah hadist:
Jika seorang yang sedang sholat dan telah meletakan dihadapannya sutrah beupah
penghalang, untuk menghalangi dia dan orang lain. Kemudian ada yang ingin
melintas dihadapanya (antara dia dan sutrah) maka dia menghalang orang yang
lewat dengan pelan, jika dengan pelan tidak menghalaginya maka menahannya
dengan keras.
Faedah hadis:
1. Disyariatkan untuk orang yang sholat meletakan sutrah sebagai penghalang
antara dia dan orang yang lewat.
2. Disyariatkan untuk orang yang sholat mendekat kepada sutrah.
3. Larangan melewati orang yang sholat menggunakan sutra.
4. Mencegah dosa orang yang lewat.
5. Mencegah kerusakan sholat akibat orang yang lewat tersebut.
6. Mencegah kekurangan pahala bagi orang yang dilalui.

‫الحديث الخامس بعد مائة‬


،‫ وأنا يومئذ قد ناهزت إلحتالم‬،‫ أقبلت راكبا على حمار أتان‬:‫عن عبد هلل بن عباس رضي هلل عنهما قال‬
،‫ فمررت بين يدي بعد الصف‬،‫ورسول هلل صلى هلل عليه وسلم يصلي بالناس ب(المنى) إلى غير جدار‬
.‫ فلم ينكر ذلك علي أحد‬،‫ ودخلت في الصف‬،‫ وأرسلت أتان ترتع‬،‫فنزلت‬
dari abdullah bin Abbas radiallahuanhuma,bahwa dia berkata, "Pada suatu hari aku
datang sambil menunggang keledai betina dan pada saat itu usiaku hampir baligh.
Saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang shalat bersama orang
banyak di Mina tanpa ada dinding di hadapannya. Maka aku lewat di depan
sebagian shaf. Lalu aku turun dan aku biarkan keledaiku mencari makan, aku
lantas masuk ke dalam barisan shaf dan tidak ada seorangpun yang menegurku.
Maknah hadis:
Abdulla bin abbas mengabarkan, suatu ketika saat menunggangi keledai ia bertemu
dengan nabi ‫ ﷺ‬di mina pada haji wada, saat itu nabi ‫ ﷺ‬dan para sahabat sedang
melaksanakan sholat, kemudian aku (ibnu abbas) melewati sebahagian shaf
mereka, lalu aku melepaskan hewan kendaraanku untuk mencari makan, kemudian
aku masuk kedalam shaf.
Dan abdullah bin abbas mengabarkan bahwa saat itu usianya sudah hampir
mendekati balikh, dalam artian diusia mendekati balikh apabilah melakukan
kemungkaran seperti melintas dihadapan orang yang sedang melaksanakan sholat
dan merusak pahala orang yang sholat, maka nabi atau para sahabat pasti akan
menegur, akan tetapi saat itu tidak ada satupun diantara mereka yang mengingkari
atau menegur ibnu abbas.

Faedah hadis:

1. Sebagian ulama berpandangan bahwa berjalan didepan para makmum saat


shalat jama’ah tidaklah haram. dan inilah pendapat yang kuat, berdasarkan
hadis Abdullah bin Abbas diatas.
2. Kecuali jika dia khawatir akan mengganggu kekhusyuan para makmun yang
dimaksud, sebaiknya dia tidak berjalan didepan mereka, dan tidak berjalan
didepan makmum lebih baik kalau memang hal itu dimungkinkan.
3. Tegasnya, berdasarkan hadis ini, bahwa orang yang berjalan didepan para
makmum yang sedang shalat tidaklah mengapa atau ia tidak berdosa, karena
hal ini pernah dilakukan Abdullah bin Abbas dan tidak ada seorang
sahabatpun yang menegurnya, begitu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam
tidak mengingkarinya.

‫الحديث السادس بعد المائة‬


‫ فإذا‬،‫ كنت أنام بين يدي رسول هلل صلى هلل عليه وسلم و رجالي في قبلته‬:‫عن عائشة رضي هلل عنها قالت‬
.‫ والبيوت يومئذ ليس فيها مصابيح‬،‫ و إذا قام بسطتهما‬،‫ فقبضت رجلي‬،‫سجد غمزتني‬
Dari Aisyah radiyallahuanha, ia berkata: Saya pernah tidur melintang di hadapan
Rasulullah sallallahualaihi wa sallam dan kedua kakiku tepat di kiblat beliau. Jika
beliau hendak sujud, maka beliau meraba kakiku dan aku pun menarik kedua
kakiku. Dan ketika berdiri, maka akupun meluruskan keduanya. Saat itu tidak ada
lampu di rumah.
Maknah hadis:
Aisyah raḍiyallahuanha berkata Aku pernah tidur di hadapan Rasulullah sallallahu
'alaihi wa sallam- yang sedang salat malam. Karena sempitnya kamar, kedua
kakiku melintang menghalangi tempat sujud beliau. Selagi beliau berdiri, maka
aku meluruskankan keduanya. Jika beliau sujud, maka beliau meraba kakiku dan
akupun menarik keduanya. Andai saya bisa melihat beliau saat hendak sujud, pasti
kedua kakiku langsung saya tarik, sehingga beliau tidak perlu merabaku. Tetapi di
kamar kami tidak ada lampu.

Faedah hadis:
1. Bolehnya menjadikan orang yang tidur sebagai sutrah, jika karena adanya
hajat seperti sempitnya tempat.
2. Orang yang sholat dan sutrahnya adalah perempuan maka hukum sholatnya
tidak batal dan tidak pulah berkurang.
3. Menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu, karena nabi ‫ ﷺ‬telah
menyentuh istrinya aisya.
4. Kehidupan nabi ‫ ﷺ‬dan keluarganya sangatlah sederhana, ridha dengan
pemberian allah, serta zuhud terhadap dunia ini.
5. Bolehnya melakukan gerakan lain saat sholat.

‫باب تحية المسجد‬


‫الحديث السابع بعد المائة‬
‫ إذا دخل‬:‫ قال رسول هلل صلى هلل عليه وسلم‬:‫عن أبي قتادة الحارث بن ربعي األنصاري رضي هلل عنه قال‬
‫أحدكم المسجد فال يجلس حتى يصلي ركعتين‬.
Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid,
maka janganlah ia langsung duduk sampai mengerjakan shalat dua rakaat.”
(Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 444 dan Muslim, no. 714]
Maknah hadis:
Sulaik Al-Ghathafany masuk masjid Nabawi ketika Jum’at, saat Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan khutbah, lalu dia langsung duduk.
Beliau menyuruhnya bediri dan shalat dua rakaat. Kemudian beliau menyatakan
bahwa masjid-masjid itu memiliki kesucian dan kehormatan, bahwa ia memiliki
hak tahiyat atas orang yang memasukinya. Caranya, dia tidak langsung duduk
sebelum shalat dua rakaat.
Karena itulah beliau tidak memberi kesempatan, termasuk pula terhadap orang
yang duduk itu untuk mendengarkan khutbah belaiu.
Faedah hadis:
1. Hadits ini menunjukkan anjuran shalat tahiyatul masjid.
2. Hadits ini menunjukkan anjuran untuk melaksanakan shalat dua rakaat
ketika masuk masjid, bisa dengan shalat wajib, niatan shalat tahiyatul
masjid, atau shalat rawatib.
3. Mayoritas ulama (jumhur) berpendapat bahwa shalat tahiyatul masjid
dihukumi sunnah (bukan wajib).
4. Shalat tahiyatul masjid masih dibolehkan meskipun pada waktu terlarang
untuk shalat (seperti bada Shubuh atau bada Ashar). Inilah yang menjadi
pendapat madzhab Imam Syafi’i dan Imam Ahmad dalam salah satu
pendapat.
5. Jika seseorang masuk masjid lalu dalam waktu dekat masuk kembali, maka
dianjurkan shalat tahiyatul masjid berulang kali. Demikian salah satu
pendapat dalam madzhab Syafi’i.
6. Pensyariatan Tahiyatul Masjid bagi orang yang memasukinya. Shalat ini
wajib menurut golongan Zhahiriyah karena berdasarkan kepada zhahir
hadits. Menurut pendapat jumhur, shalat ini sunah.
7. Shalat ini disyariatkan bagi orang yang memasuki masjid kapanpun
waktunya, meskipun pada waktu larangan shalat, karena keumuman hadits.
Telah disebutkan dibagian atas pendapat lain tentang hal ini.
8. Sunat wudhu bagi orang yang memasuki masjid, agar dia tidak ketinggalan
mengerjakan shalat yang diperintahkan ini.
9. Para ulama membatasi Masjidil Haram, bahwa tahiyatnya adalah thawaf.
Tapi bagi orang yang tidak berniat thawaf atau dia kesulitan
mengerjakannya, maka tidak seharusnya dia meninggalkan shalat ini, yang
berarti dia shalat dua rakaat

‫باب النهي عن الكالم في صالة‬


‫الحديث الثامن بعد المائة‬
‫ كنا نتكلم في الصالة يكلم الرجل صاحبه وهو إلى جنبه في الصالة حتى‬:‫عن زيد بن أرقام رضي هلل عنه قل‬
‫نزلت (وقوموا هلل قنتين) فأمرنا بالسكوت و نهينا عن الكالم‬.
Dari  Zaid bin Arqam radiallahu anhu berkata: "Sungguh kami pernah berbicara
ketika sedang shalat hingga ada seorang diantara kami yang berbicara dengan
temannya tentang kebutuhannya sampai kemudian turun firman Allah Ta'ala
(dalam surah Al Baqarah) "Peliharalah seluruh shalat kalian dan shalat Al Wustha
dan berdirilah (dalam shalat) untuk Allah dengan khusyu'". (QS. Albaqarah, 238),
Maka kami diperintah untuk diam".

Makna hadis:
Shalat adalah komunikasi antara hamba dan Rabbnya. Maka tidak sepantasnya
orang yang shalat sibuk dengan selain munajat pada Allah. Zaid bin Arqam
radiyallahu anhu mengabarkan bahwa kaum Muslimin dahulu, di masa awal Islam,
berbicara ketika salat sesuai kebutuhan mereka dalam bicara. Seorang dari mereka
biasa bicara dengan kawannya yang ada di sampingnya terkait kebutuhannya. Itu
didengar oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallam, dan beliau tidak mengingkarinya.
Karena salat itu adalah kesibukan bermunajat kepada Allah dari bicara dengan
sesama makhluk, Allah Tabaraka wa Taala memerintah mereka memelihara salat
dan diam, serta melarang mereka berbicara. Maka Allah menurunkan
ayat, "Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wusta. Dan berdirilah
karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk." Dari ayat ini para sahabat
mengetahui larangan bicara ketika salat sehingga mereka berhenti melakukannya
radiyallahu anhum.

Faedah hadis:
1. Diharamkan berbicara dalam shalat baik dalam shalat wajib maupun shalat
sunnah, baik berbicara yang sedikit maupun banyak.
2. Berbicara dalam shalat itu membatalkan shalat dan diharamkan karena
bertentangan dengan maksud shalat. Shalat itu hubungan antara seorang
hamba dengan Rabbnya. Hendaklah seorang yang shalat tidak tersibukkan
dengan hal lain selain dari bermunajat kepada Allah dan tunduk di hadapan-
Nya.
3. Siapa saja yang sedang shalat lalu berbicara dalam keadaan lupa, atau ia
menyangka shalatnya telah usai, menurut pendapat yang paling kuat,
shalatnya tidaklah batal (shalatnya tetap sah). Inilah yang jadi pendapat
Imam Malik, Imam Syafii, dan pendapat dari Imam Ahmad, serta dipilih
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

‫باب اإلبرار في الظهر من شدة الحر‬


‫الحديث التاسع بعد المائة‬
‫ إذا اشتد الحر‬:‫ عن أبي هريرة رضي هلل عنهم عن رسول هلل صلى هلل عليه وسلم قال‬،‫عن عبدهللا بن عمر‬
‫ فإن شدة الحر من فيح جهنم‬،‫فأبردوا عن الصالة‬.
Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhuma dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Jika panas menyengat, tundalah
shalat hingga udara dingin, karena panas yang menyengat merupakan bagian dari
tumpahan Neraka Jahannam.
Makna hadis:
Ruh shalat dan intinya adalah kekhusyu’an dan ketundukan hati di dalam shalat.
Karena itulah orang yang shalat dianjurkan memasuki shalat dengan melepaskan
diri dari segala kesibukan dan mencari sarana yang dapat membantu kekhusuyu’an
hati di dalamnya.

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih mengutamakan


penundaan shalat Zhuhur hingga udara menjadi lebih dingin ketika hari terik
menyengat, agar orang yang shalat tidak terganggu kekhusuannya karena udara
yang panas. Yang demikian ini untuk mendatangkan kemudahan dan keluwesan
bagi orang-orang yang keluar dari rumah untuk shalat di masjid dibawah sengatan
sinar matahari.

Atas dasar makna-makna yang agung seperti inilah disyariatkan penundaan shalat
Zhuhur dari awal waktunya. Hadits ini menjadi pengkhusus bagi hadits-hadits yang
menyebutkan keutamaan shalat di awal waktu.

Faedah hadis:
1. Sunat menunda shalat Zhuhur ketika panas menyengat hingga udara menjadi
lebih dingin dan panas berkurang. Menurut para Ulama, penundaan ini tidak
mempunyai batasan waktu dalam syariat. Ah-Shanany menjelaskan bahwa
yang lebih benar penggunaan dalil untuk mejelaskan batasannya ialah hadits
yang ditakhrij Asy-Syaikhany dari hadits Abu Dzar, dia berkata :Kami
dalam perjalanan bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu
muadzin hendak adzan untuk shalat Zhuhur. Maka beliau
bersabda,Tunggulah hingga udara menjadi lebih dingi,Muadzin hendak
adzan lagi, lalu belaiu bersabda,Tunggulah hingga udara menjadi lebih
dingin lagi. Hingga kami melihat bayangan di dinding. Ini merupakan
petunjuk batasan menunda hingga dingin, yaitu ketika dinding sudah
memunculkan bayangan atau lainnya.
2. Hikmah dalam hal ini ialah agar orang yang shalat dapat tenang hatinya dan
tidak gusar karena terganggu oleh panas matahari yang menyengat.
3. Hukum berlaku karena alasannya. Jika dirasakan panas di suatu wilayah,
maka berlakulah fadhilah penundaan shalat Zhuhur. Adapun wilayah-
wilayah yang dingin, berarti kehilangan alasan, sehingga tidak dianjurkan
menunda pelaksanaan shalat Zhuhur.
4. Zhahir hadits ini dan hikmah yang dapat dipahami dari pendundaan ini,
bahwa hukum ini bersifat umum bagi orang yang hendak shalat jamaah di
masjid dan orang yang mengerjakannya sedirian di rumah, karena mereka
semua merasakan kegundahan karena panas.
5. Disyariatkan kepada orang yang shalat untuk menjauhi segala hal yang
menyibukkan dan menggangu.

‫الحديث العاشر بعد المائة‬


‫ فاذا لم‬,‫ كنا نصلي مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم في شدة الحر‬:‫عن انس بن مالك رضي هللا عنه قال‬
.‫يستطع أحدنا ان يمكن جبهته من األرض بثط ثوبه فسجد عليه‬
Terjemahanya:
Dari Anas bin Malik, semoga Allah meridainya, dia berkata: "Kami biasa shalat
bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬di saat cuaca panas yang sangat terik. Jika salah satu dari
kami tidak mampu meletakkan dahinya di tanah karena panasnya, maka dia
bersujud di atas pakaiannya."
HR.Bukhari(1208) dan Muslim(620)
Faedah hadis:
1. Dari hadis ini diketahui bahwasanya dahulu jika nabi dan para sahabatnya
ingin mengerjakan solat zuhur dan kondisi cuaca saat itu sangat panas maka
nabi sedikit mengakhirkan solatnya sampai panas matahari stabil
2. Dibolehkanya sujud diatas pengalas, baik menggunakan baju ketika ada
hajat baik karena panas, dingin, khawatit tertusuk duri dan lain-lain

‫باب قضاء الصالة الفائتة وتعجيلها‬


‫الحديث الحادي عشر بعد المائة‬
‫ (من نسي صالة فليصليها‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عب أنس بن مالك رضي هللا عنه قال‬
)‫ (واقم الصلوة لذكري‬: ‫ وتال قوله تعالى‬,‫ ال كفارة لها اال ذلك‬,‫اذا ذكرها‬
)‫(من نسي صالة أو نام عنها فكفارتها أن يصليها اذا ذكرها‬:‫ولمسلم‬
Terjemahanya:
Dari Anas bin Malik semoga allah meridoinya beliau berkata: nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersapda: barang sipa yang lupa mengejakan solat maka dia
mengerjakanya ketika mengingatnya, tidak ada kaffarah atas hal tersebut, lalu belia
menyebutkan ayat Allah swt yang terjemahanaya:
(dan kerjakanlah solat untuk mengingatku).
HR.Bukhori(597) dan Muslim(674)
Di dalam riwayat imam Muslim:(barang siapa tidak mengerjakan solat karena lupa
atau ketiduran maka kaffarahnya adalah dia mengejakannya disaat dia
mengingatnya.
Faedah hadis:
1. Wajibnya mengkodo solat yang tidak dikerjakan karena lupa atau ketiduran
disaat mengingatnya.
2. Diwajibkanya bersegera dalam melaksanakanya, karena mengakhirkannya
dalam keadaan mengetahuinya itu adalah bentuk meremehkan solat.
3. Tidak ada dosa mengakhirkan solat karena uzur, seperti: lupadan ketiduran,
dendan catatan dia tidak menyengajainya dengan cara dia tidur setelah
masuk waktu solat, dan dalam kondisi dia sadar jika dia tidur tidak ada yang
akan mengingatkanya atau membangunkannya apabila telah masuk waktu
solat.

‫باب جواز املمة المتنفل بالمفترض‬


‫الحديث الثاني عشر بعد المائة‬
‫عن جابر بن عبد هللا رضي هللا عنهما أن معاذ بن جبل كان يصلي مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم العشاء‬
.‫ ثم يرجع الى قومه فيصلي بهم تلك الصالة‬.‫اآلخرة‬
Terjemahannya:
Dari Jabir bin Abdillah semoga Allah meridoi keduanya: bahwasanya dahulu muaz
bin jabal solat isya bersama Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian dia
kembali kekaumnya dan solat isya bersama mereka.
HR. Bukhari (800) dan Muslim (465)
Faedah hadis:
1. Dibolehkanya orang yang masbuk mengimami orang masuk yang masbuk.
2. Dibolehkanya mengulangi solat wajib, terlebih lagi jika disana terdapat
maslahat

‫باب حكم ستر أحد العاتقين في الصالة‬


‫الحادث الثلث بعد المائة‬
‫(ال يصل أحدكم في الثوب الواحد‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
)‫ليس على عاتقه منه شيء‬
Terjemahanya:Dari Abu Hurairah semoga Allah meridoinya berkata: Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: (janganlah salah seorang dari kalian solat
dengan hanya menggunakan satu kain dan tidak ada sesuatupun di pundaknya.
HR.Bukhari(359) dan Muslim(516)
Faedah hadis:
1. Larangan mengerjakan solat tanpa menutup aurat.
2. Disunnahkanya menutup keduanya atau salahsatunya dalam solat jika ada
penutup.
3. Disunnahkan mengerjakan solat menggunakan pakaian terbaik.

‫باب ما جاء في الثوم والبصل ونحوهما‬


‫الحديث رابع عشر بعد المائة‬
– ‫ (من أكل ثوما أو بصال فليعتزلنا‬:‫عن جابر بن عبد هللا رضي هللا عنهما عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
)‫وليقعد في بيته‬-‫أو ليستعزل مسددنا‬
Terjemahanya:
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, beliau bersabda: "Barangsiapa yang makan bawang putih atau bawang
merah, maka hendaklah dia menjauh dari kami (jamaah) atau menjauhlah dari
kami (mesjid kami) dan duduklah di rumahnya.(HR.Al-Bukhari no.855)

‫الحديث الخامس عشر بعد المائة‬


‫ فان‬,‫(من أكل البصل أو الُثوم أو الكراث فال يقتربن مسجدنا‬:‫ أن لنبي صلى هللا عليه وسلم قال‬:‫عن جابر‬
)‫المالئكة تتأذى مما تأذى منه بنو اإلنسان) و في رواية(بنو آدم‬
Terjemahanya:
Dari Jabir: bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:(barangsiapa
yang makan bawang merah atu bawang ptih atau bawang bakun maka janganlah
dia mendekati masjid kami, karena sesungguhnya malaikat itu terganggu dengan
apa-apa yang manusia itu terganggu darinya.(HR.Muslim no.74/564)
Faedah hadis Jabir di atas adalah:
1. Larangan mendatangi masjid jika memakan bawang merah, putih, dan
bawang bakun.
2. Di ikutkan denganya adalah segala bau yang mengganggu malaikat dan
orang-orang yang menunaikan solat seperti bau mulut karena rokok atau
karena tidak menggosok gigi.
3. Dibencinya memakan makanan tersebut bagi orang yang hendak menghadiri
solat berjamaah di masjid, agar tidak mengganggu jamaah,jangan dia
memakanya hanya untuk membuat jamaah terganggu maka hal itu akan
menjadi harom.
4. Pelarangan memakan bawang disini tidak sampai pada derajat harom sebab
nabi juga memakan bawang
5. Larang mengganggu dengan berbagai wasilah.
‫باب التشهد‬
‫الحديث السادس عشر بعد المائة‬
‫عن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه قال‪ :‬علمني رسول هللا صلى هللا عليه وس لم التش هد‪-‬كفي بين كفي ه‪-‬كم ا‬
‫يعلمني السورة من القرآن‪.‬‬
‫التحيات هلل‪ ،‬والصلوات والطيبات‪ ،‬السالم عليك أيها النبي‪ ،‬ورحمة هللا وبركاته‪ ،‬السالم علينا‪ ،‬وعلى عب اد هللا‬
‫الصالحين‪ ،‬أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‪ ،‬وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله‪.‬‬
‫و في لفظ‪ :‬اذا قعد أحدكم للصالة فليقل‪(:‬التحية هلل) وذكره الى آخره‪.‬‬

‫‪Terjemahanya:‬‬
‫‪Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Rasulullah shallallahu‬‬
‫‪'alaihi wa sallam mengajari saya tasyahhud, yaitu menyatukan kedua tanganku di‬‬
‫‪hadapan dada saya, sebagaimana beliau mengajari saya surah dari Al-Qur'an".‬‬
‫)‪(HR.Al-Bukhari no.6265 dan muslim no.59/402‬‬
‫‪dengan membaca:‬‬
‫التحيات هلل‪ ،‬والصلوات والطيبات‪ ،‬السالم عليك أيها النبي‪ ،‬ورحمة هللا وبركاته‪ ،‬السالم علينا‪ ،‬وعلى عباد هللا‬
‫الصالحين‪ ،‬أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‪ ،‬وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله‬
‫‪Faedah hadis:‬‬

‫اب التشهد‬
‫بَ ُ‬
‫ع َْن َع ْب ِد هللا ب ِْن َم ْسعُو ٍد رضي هللا َع ْن ْهُ قال‪" :‬عَلَّ َمني َرسُو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم التَّ َشهُّدَ‪َ -‬كفِّى بَ ْينَ كف ْي ِه‪-‬‬
‫بي َو َرحْ َمةُ هللا َوبَ َركاتُهُ‪،‬‬ ‫الطيبات‪ ،‬ال َّسالَ ُم َعلَ ْيكَ أيهَا النَّ ُّ‬ ‫ُ‬ ‫ات َو‬ ‫َّات هلل َوالصلَ َو ُ‬ ‫َكما يُ َعلِّ ُمني السُّو َرةَ ِمنَ ْالقُرْ آ ِن"التَّ ِحي ُ‬
‫أن الَ إلهَ ِإالَّ هللا َوأ ْشهَ ُد أنَ ُمح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولهُ"‪.‬وفي لفظ‪ِ :‬إ َذا‬ ‫السَّال ُم َعلَ ْينَا َوعَلى ِعبَا ِد هللا الصَّالِ ِحينَ ‪ ،‬أ ْشهَ ُد ْ‬
‫َّات هلل " وذكره إلى آخره‪.‬وفيه "فَإنَّ ْكم ِإ َذا فَ َع ْلتُ ْم ذلِكَ فَقَ ْد َسلَّ ْمتُ ْم على ُكل َع ْب ٍد‬ ‫صالَ ِة فَ ْليَقُلْ ‪ " :‬التَّ َحي ُ‬
‫قَ َع َد أ َح ُد ُك ْم لِل َّ‬
‫" ‪.‬صالح في ال َّس َما ِء َواألرْ ض‪" .‬وفيه " فَ ْليَتَ َخيَّرْ ِمنَ ْال َمسْأل ِة ما َشا َء‬
‫‪Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu‬‬
‫‪alaihi wa sallam mengajarkan kepadaku tasyahhud, ketika itu telapak tanganku di‬‬
‫‪antara kedua telapaknya sebagaimana Beliau mengajarkan kepadaku satu surat dari‬‬
Al Qur’an, yaitu, “At Tahiyyatu lillah…dst.” (artinya: “Segala pengagungan untuk
Allah serta semua ibadah badan dan ucapan, salam atasmu wahai Nabi, serta
rahmat Allah dan berkah-Nya semoga dilimpahkan kepadamu. Salam untuk kami
dan untuk hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya). Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Apabila salah
seorang di antara kamu duduk dalam shalat, maka ucapkanlah, “At Tahiyyatu
lillah…dst.” Beliau juga bersabda, “Karena jika kamu mengucapkan demikian,
maka kamu sama saja telah mengucapkan salam kepada semua hamba yang saleh
baik di langit maupun di bumi.” Beliau juga bersabda, “Selanjutnya, pilihlah
permintaan yang ia inginkan.”
Kandungan hadis
1. tempat mengucapkan tasyahud ini dalam shalat. Apabila seseorang
mengucapkan tasyhud jenis lain diriwayatkan dari nabi, maka hal itu
diperbolehkan.
2. Antusiasme nabi untuk mengajari umatnya dan perhatian-nya terhadap itu
3. Urgensi tasyahud ini, karena Nabi ‫ ﷺ‬mengajarkanya kepada ibnu masu’d
sebagaimana beliau mengajarinya surat dari al-qur’an dan disertai dengan
memegang tanganya.
4. Boleh mengucapkan doa apa saja yang disukai dalam shalat selama bukan
dosa.

‫صالَة على النبي صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ‫اب َكيفية ال‬ ُ َ‫ب‬
‫الحديث األول‬
:‫ لَقِيَني َكعبُ بنُ عُجْ َرة فَقَا َل‬:‫ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ م ِن ب ِْن أبي لَ ْيلَى قال‬
َ ‫ قَ ْد َعلِ ْمنَا َكيفَ نُ َسلِّ ُم َعلَ ْي‬،‫ يَا َرسُو َل هللا‬:‫َرج َعلَ ْينَا فَقُ ْلنَا‬
،‫ك‬ َ ‫صلى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلم خ‬ َ ‫ي‬ َّ ‫ك هَ ِديَّةً؟ ِإ َّن النَّب‬ َ َ‫ ل‬، ‫أال ُأ ْه ِدي‬
.‫صلِّي َعلَ ْيكَ ؟‬ َ ُ‫فَ َك ْيفَ ن‬
‫ك َح ِمي ٌد‬ َ ّ‫صلَّيْتَ َعلَى إبرا ِه ِيم َوعَلى آل إبراهي َم إن‬ َ ‫ َكما‬،‫ص ّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ الَّلهُ َّم‬:‫ " قُولُوا‬:‫قَال‬
‫ك َح ِمي ٌد َمجي ٌد‬ ِ ‫آل ُمح َّم ٍد َكما بَار ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِهي َم َو َعلَى‬
َ َّ‫آل ِإب َْرا ِهي َم ِإن‬ ِ ‫بارك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ْ ‫ َو‬.‫" َمجي ٌد‬.
Artinya: Dari Abdurrahman bin Abu Laila dia berkata; Ka'b bin 'Ujrah pernah
menemuiku, lalu dia berkata; "Maukah kamu aku beri petunjuk? Sesungguhnya
Nabi Shallallahu 'alahi wasallam pernah keluar menemui kami, lalu kami bertanya;
"Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah
caranya bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: "Ucapkanlah; Allahumma
Shalli 'Alaa Muhammad Wa 'Alaa Aali Muhammad Kamaa Shallaita 'Alaa Aalii
Ibraahim Innaka Hamiidum Majiid. Allaahumma Baarik 'Alaa Muhammad
Wa'alaa Aali Muhammad Kamaa Baarakta 'Alaa 'Aali Ibrahiima Innaka Hamiidum
Majiid (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim,
sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi
barakah kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia)."
Kandungan hadis:
1. Mengajarkan cara bershalawat kepada nabi ‫ﷺ‬
2. Shalawat yang paling utama adalah yang dinukil melalui jalur shahih dari
nabi ‫ ﷺ‬bukan yang diada-adakan oleh mereka yang suka mengada-adakan
3. Keutamaan nabi allah ibrahim alaihissalam
4. Penysariatan menutup doa dengan pujian kepada allah sesuai dengan
perintah
5. Antusiasme para shabat dan pendahulu umat ini terhadap ilmu syariat

‫اب الدّعاء بعد التشهد األخير‬


ُ َ‫ب‬
‫الحديث األو َل‬
ِ ‫" اللَّهُ َّم ِإنِّي أعُو ُذ بِكَ ِم ْن َع َذا‬:‫ كانَ َرسُو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم يَ ْدعُو‬:‫رضي هللا َع ْنهُ قال‬
‫ب‬ َ ‫عن أبي هُريرة‬ ْ
َ ‫وفي لفظ لمسلم "إ َذا تَ َشهَّ َد‬."‫َّال‬
‫أحدُك ْم‬ ِ ‫يح ال َّدج‬ ِ ‫ َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْال‬،‫ت‬
ِ ‫مس‬ ِ ‫ب النَّار َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ال َمحْ يَا َو ْال َم َما‬
ِ ‫ْالقَب ِْر َو َع َذا‬
‫ب َجهَنَّ َم ثم ذكر نحوه‬ ِ ‫ك ِم ْن َع َذا‬ َ ِ‫ اللهُ َّم ِإني أعُو ُذ ب‬:‫ يقول‬،‫فَ ْليَ ْستَ ِع ْذ باهلل ِم ْن أرْ بَع‬.
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: Allah, aku berlindung kepadamu dari siksa Jahannam,
siksa kubur, dari fitnahnya kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnahnya
Al Masih Ad-Dajjal. Dalam lafadz muslim: “Apabila di antara kalian telah
tasyahud akhir, maka berlindunglah kepada Allah dari empat hal, beliau
mengucapkan: Allah, aku berlindung kepadamu dari siksa Jahannam. Dan
menyebutkan yang semisalnya.
Kandungan hadis:
1. Perintah mohon perlindungan kepada allah swt dari empat perkara ini ketika
tasyahud akhir di setiap shalat, shalat fardu maupun kifayah.
2. Bahaya keempat perkara ini adalah sangat besar
3. Penetapan adanya azab kubur dan azab neraka
4. Besarnya fitnah menjelang kematian
5. Penetapan keluarnya dajjal dan besarnya fitnahnya
6. Kasih sayang nabi ‫ ﷺ‬kepada umatnya.
‫الحديث الثاني‬
‫ال لِ َرسُو ِل هللا صلى هللا‬ َ َ‫ َأنَّهُ ق‬:‫ِّيق رض َى هللا تَ َعالَي َع ْنهُ ْم‬ ِ ‫ع َْن عب ِد هللا بن َع ْمرو بن العاص ع َْن أبي بَ ْكر الصد‬
ُّ ‫ َوالَ يَ ْغف ُر‬،ً‫ت نَ ْفسي ظُ ْلما َكثِيرا‬
َ ُ‫الذن‬
‫وب‬ ُ ‫ اللَّهُم إني ظَلَ ْم‬: ْ‫ " قُل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬.‫صالَتي‬ َ ‫عليه وسلم َعلِّ ْمني ُدعَا ًء أ ْدعُو بِ ِه في‬
‫ َوارْ َح ْمني ِإنَّك أ ْنتَ ال َغفُور ال َّر ِحي ُم‬،‫ك‬َ ‫ فَا ْغفِر لي َم ْغفِ َرةً ِم ْن ِع ْن ِد‬، َ‫" ِإالَّ أ ْنت‬.
Artinya: “Abu Bakr radhiallahu ‘anhu pernah berkata kepada nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Wahai rasulullah, ajarilah aku sebuah do’a yang bisa
kupanjatkan dalam shalatku.” Nabi menjawab, “Katakanlah, Allahumma inni
zhalamtu nafsi zhulman katsira wa laa yaghfirudz dzunuba illa anta faghfirli min
‘indika maghfiratan innaka antal ghafurur rahim (Ya Allah, sesungguhnya aku
telah banyak menzhalimi diri sendiri dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa
melainkan Engkau, maka berilah ampunan kepadaku dari sisi-Mu, sesungguhnya
Engkau maha pengampun dan maha penyayang.
Kandungan hadis:
1. Penysariatan mengucapkan dao ini adalah shalat. Baik pada sujud maupun
diantara tasyahud dan salam
2. Keutamaan doa ini karena lengkap dan menyelurh. Ditambah lagi nabi ‫ﷺ‬
mengajarnya langsung kepada abu bakar ash-shiddiq sesudah meminta
kepadnya.
3. Tidaka ada seorangpun yang bisa mengampuni dosa kecuali allah swt
4. Pengakuan hamba akan dosanya kepada robbnya bukan termasuk
mengungkap kesalahan yang dilarang
5. Termasuk kesempurnaan doa adalah pengakuan orang berdoa akan
kebutuhanya. Kemudian meminta kepada allah untuk menyingkapnya. Lalu
memuji-nya dengan pujian yang sesuai permintaan

‫الحديث الثالث‬
َ ‫صلَّى هللا ع َْلي ِه َو َسلّ َم‬
‫صالَةً بَ ْع َد أن نَزَ لَت َعلَ ْي ِه "ِإ َذا جاء نَصر‬ َ ‫النبي‬
ُّ ‫صلَّى‬
َ ‫ َما‬:‫ع َْن َعاِئ َشةَ رض َي هللا ع ْنهَا قَالت‬
‫ كانَ َرسُو ُل هللا صلى‬:‫ وفي لفظ‬."‫ الَلهُم اغفر ْلي‬، َ‫ك اللهم َربّنَا َوبَح ْم ِدك‬ َ َ‫ ْ " ُس ْب َحان‬:‫ إال يَقُو ُل فِيهَا‬،"ُ‫هللا َو ْالفَتح‬
‫ اللهُ َّم ا ْغفِرْ لي‬،‫ " ُسب َْحانَكَ اللهُ َّم َربّنا َوبِ َح ْم ِدك‬:.‫ُأن يَقُو َل في رُكو ِع ِه َوسجُو ِد ِه‬ ْ ‫" هللا عليه وسلم يُ ْكثِر‬.
Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Setelah turun ayat “Idzaa jaa’a
nashrullahi wal fat-h” (Qs. An Nashr) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
selalu membaca dalam shalat, “Subhanaka Rabbanaa…dst.” (artinya: Mahasuci
Engkau wahai Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, maka ampunilah aku).Dalam
sebuah lafaz disebutkan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam banyak membaca
dalam ruku dan sujudnya, “Subhaanakallahumma….dst.” (artinya: Mahasuci
Engkau wahai Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, maka ampunilah aku).
Kandungan hadis:
1. Penysaritan bagi orang shalat mengucapkan saat ruku dan sujudnya. “maha
suci engkau ya allah, dengan memujimu ya allah ampunilah aku”, dan
memperbanyak mengucapkanya
2. Kesempurnaan penghambaan nabi ‫ ﷺ‬kepada allah dan pelaksanaan
terhadap perinthanya
3. Nabi ‫ ﷺ‬tidak diutus untuk senantiasa kekal akan tetapi diutus untuk
menyampaikan risalah rabbnya kemudian berpindah kesisinya

‫اب ال ِوتر‬
ُ َ‫ب‬
‫الحديث األول‬
‫ َما تَ َرى في‬:‫ي صلى هللا عليه وسلم َوه َُو َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر‬ َّ ‫ َسأ َل َر ُج ٌل النَّب‬:‫رضى هللا َع ْنهُ َما قال‬ َ ‫ع َْن َع ْب ِد هللا ب ِْن ُع َم َر‬
:‫وأنه كان يقول‬."‫صلى‬ َ ‫ت لَهُ َما‬ ِ ‫صلَّى َو‬
ْ ‫اح َدةً فَأوْ ت ََر‬ ِ ‫ " َم ْثنَى َم ْثنَى فَإذا خ‬:‫صالَ ِة اللَّي ِْل؟ قال‬
َ ‫َش َي أ َح ُد ُك ُم الصُّ ب َْح‬ َ
ً‫صالَتِ ُك ْم باللَّي ِْل ِو ْترا‬ َ ‫آخ َر‬ ِ ‫""اجْ َعلُوا‬.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma ia berkata, “Ada seorang yang
bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat Beliau berada di atas
mimbar, “Apa sabdamu tentang shalat malam?” Beliau menjawab, “Dua rakaat,
dua rakaat. Jika salah seorang di antara kamu khawatir tiba waktu Subuh, maka ia
kerjakan shalat Subuh satu rakaat saja untuk mengganjilkan shalat malam yang ia
lakukan.” Beliau juga bersabda, “Jadikanlah akhir shalatmu di malam hari adalah
shalat witir.”
Kandungan hadis:
1. Shalat malam adalah dua rakat dua rakaat. Memberi salam pada setiap dua
rakaat dan ditutup satu rakaat untuk mengganjilkan shalat yang dikerjakan
2. Shalat malam tidak terbatas pada jumlah tertentu. Boleh bagi seorang shalat
apa yang dia sukai dengan cara dua rakaat dua rakaat. Akan tetapi nabi ‫ﷺ‬
tidak pernah melabihkan dari sebelas rakaat, biak dibulan ramadhan maupun
selainya
3. Pensyariatan witir dan ia termasuk sunnah muakkad (ditekankan).
4. Boleh mengerkan witir satu rakaat
5. Waktu witi berakhir dengan terbitnya fajar

‫الحديث الثاني‬
،‫الليل‬
ِ ‫ ِم ْن أ َّو ِل‬،‫ ِم ْن ُكل الليل قَ ْد أوتَر َرسُول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫ت‬ ْ َ‫ع َْن عَاِئ َشةَ رض َي هللا َع ْنهَا قال‬
‫آخ ِر ِه فانتهَى وترهُ ِإلى الس ََّح ِر‬
ِ ‫وأوْ َس ِط ِه َو‬.
َ
Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Pada setiap malam, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam berwitir, terkadang di awal malam, di tengahnya, dan
di akhirnya, namun keadaan Beliau yang terakhir adalah berwitir menjelang waktu
sahur (di akhir malam).”
Kandungan hadis:
1. Boleh witir di awal malam, di pertengahanya, dan akhirnya akan tetapi witir
di akhir malam lebih utama bagi siapa yang ingin bangun shalat malam
2. Waktu witir berlangsung dari shalat isya hingga terbit fajar
‫صالة‬
َّ ‫اب الذكر عَقب ال‬
ُ َ‫ب‬
‫الحديث األول‬
َ ‫أن َر ْف َع الصوت بال ِّذ ْك ِر ِحين يَ ْن‬
‫ كان َعلَى َع ْه ِد‬-‫ص ِرفُ النَّاسُ ِمنَ ال َم ْكتُوبَ ِة‬ َّ ‫ع َْن ابْن َعبَّاس رض َي هللا َع ْنهُ َما‬
‫ َرسُو ِل هللا صلى هللا عليه وسلم‬.
‫ُول هللا‬
َ ‫صال ِة َرس‬
َ ‫قضا َء‬ ِ ‫ " َما ُكنَّا نَع‬:‫وفي لفظ‬.ُ‫ص َرفُوا بِذلك ِإ َذا َس ِم ْعتُه‬
َ ‫ْرفُ ا ْن‬ ُ ‫ ُك ْن‬:‫ال ابنُ عبَّاس‬
َ ‫ت أ ْعلَ ُم ِإ َذا ان‬ َ َ‫ق‬
‫صلى هللا عليه وسلم إال بالتَّكبِير" متفق عليه‬.
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa mengeraskan suara dzikr
setelah orang-orang selesai shalat fardhu terjadi di zaman Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Ibnu Abbas berkata, “Aku mengetahui selesainya shalat mereka
ketika mendengar suara itu.” Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Kami tidak
mengetahui selesainya shalat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melainkan
dengan terdengarnya suara takbir.”
Kandungan hadis:
1. Pensyariatan zikir dan mengeraskanya sesudah shalat wardhu
2. Takbir termasuk zikir yang biasa mereka keraskan.

‫الحديث الثاني‬
‫ُول هللا صلى‬ َ ‫أن َرس‬ َّ :َ‫اويَة‬ ِ ‫ى ْال ُم ِغي َرةُ بْنُ ُش ْعبَةَ في ِكتَاب ِإلَى ُم َع‬ َّ َ‫ أ ْملَى َعل‬:‫ع َْن َورَّا ٍد َموْ لَى ْال ُم ِغير ِة ْب ِن ُش ْعبَةَ قال‬
‫ َوه َُو‬،ُ‫ك ولهُ ْال َح ْمد‬ ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫" الَ إلهَ ِإالَّ هللا َوح َدهُ الَ َش ِري‬:‫هللا عليه وسلم كانَ يَقُو ُل في ُدب ُِر ُك ِّل صالَ ٍة َمكتُوبَ ٍة‬
‫دت بَ ْع َد‬ ُ َ‫ك الَجْ ُّد ث َّم َوف‬ َ ‫ َوالَ يَنف ُع َذا ال َج ِّد ِم ْن‬، َ‫ َوالَ ُم ْع ِطى لِ َما َمنَعْت‬، َ‫ الَّلهُ َّم الَ َمانِ َع لِ َما أ ْعطَيْت‬:‫َعلَى ُكلِّ َشي ٍء قَ ِدير‬
‫ َو َك ْث َر ِة‬،‫ال‬
ِ ‫ضا َع ِة ال َم‬ َ ‫ َوِإ‬.‫ال‬ َ َ‫وفي لفظ " كانَ يَ ْنهَى ع َْن قِيل َوق‬.‫ك‬ َ ِ‫اس بِذل‬َ َّ‫ فَ َس ِم ْعتُهُ يَْأ ُم ُر الن‬.،َ‫عاويَة‬
ِ ‫ذلِكَ َعلَى ُم‬
ِ ‫ت َو َم ْن ٍع َوهَا‬
‫ت‬ ِ ‫ َو َوأد البَنَا‬،‫ت‬ ِ ُ‫ال"و َكانَ يَ ْنهَى ع َْن ُعق‬
ِ ‫وق األ َّمهَا‬ َ ‫السَُّؤ‬. ".
Dari Warrad maula Mughirah bin Syu’bah ia berkata, “Mughirah bin Syu’bah
pernah mendiktekan surat kepadaku untuk disampaikan kepada Mu’awiyah yang
isinya, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam setiap selesai shalat fardhu
mencucapkan, “Laailaahaillallahu wahdahu…dst.” (artinya: “Tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya
kerajaan dan milik-Nya segala pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya
Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada
yang dapat memberikan jika Engkau menghalangi serta tidaklah bermanfaat bagi
seseorang kekayaannya (yang bermanfaat adalah iman dan amal saleh).” Setelah
itu aku datang menghadap Mu’awiyah sebagai delegasi dan aku mendengar
Mu’awiyah memerintahkan demikian kepada manusia. Dalam sebuah lafaz juga
disebutkan, “Beliau melarang menyampaikan ‘dikatakan demikian dan katanya
demikian’ (ucapan yang tidak berguna), menyia-nyiakan harta, banyak bertanya,
dan melarang pula durhaka kepada orang tua, mengubur hidup-hidup anak
perempuan, serta bersikap bakhil dan rakus terhadap harta.”
Kandungan hadis:
1. Pensyariatan zikir kepada allah ta’ala sesudah shalat-shalat fardu,
diantaranya apa yang diriwayatkan al-mughirah bin syu’bah dari nabi ‫ﷺ‬.
2. Keutamaan mu’awiyah dan antusiasmenya terhadap ilmu, serta perintahnya
kepada manusia untuk mengamalkan ilmu.
3. Kesempurnaan syari’at islam dalam hal penjagaan dan pemeliharaan waktu,
lisan, harta, kemuliaan, dan hak-hak. Nabi ‫ ﷺ‬melarang berita-berita tak
bertanggung jawab. Menyia-nyiakan harta, banyak bertanya, durhaka kepada
ibu, mengubur anak-anak perempuan hidup-hidup, serta sikap rakus dan
bakhil.

Anda mungkin juga menyukai