باب المواقيت
الحديث الرابع واألربعون
Artinya: dari Abi Amr Al-Shaibani - yang bernama "Saad bin Iyas" - dia berkata:
Pemilik rumah ini memberi tahu saya - dan dia menunjuk dengan tangannya ke
rumah Abd bin Masoud - dia berkata: Saya bertanya kepada rasulullah, sallallhu
alaihi wa sallam yang mana Perbuatan lebih di cintai oleh Allah ta’ala. Rasulullah
sallalahu alaihi wa sallam berkata: "Sholat tepat waktu . " aku berkata: Lalu apa?
Beliau bersabda: "berbakti kepada orang tua . " Saya berkata: Lalu yang mana? Dia
berkata: "Jihad di jalan Allah . " Dia berkata "Rasulullah menceritakan itu
kepadaku. Seandainya aku meminta tambahan, niscaya beliau menambahiku."
[Bukhori (527) dan Muslim (85)]
Syarah Hadist :
األعمال
ِ ّ ُأ: Yang di maksud adalah amalan fisik yang di lakukan oleh anggota
ي
badan, seperti puasa , zakat , sedekah kepada faqir miskin , dan lain-lain. Dan tidak
termasuk darinya amalan hati seperti sabar , cinta , rasa takut , dan lainnya.
الصَّالة َعلَى َو ْقتِها: Sholat yang pelaksanaanya berada pada waktunya. Tidak di
sebutkan akhir atau awal waktu , sehingga tidak termasuk dari hadist ini adalah
qadha shalat. Namun pada hadist di sertakan kata ُّ أحبyang mengindikasikan
bahwa amalan itu di cintai , sehingga mengisyaratkan bahwa pelaksanaannya
adalah di awal waktu .
بِر الوالِدَين: amalan berbakti kepada orang tua di dahulukan dari jihad , menunjukan
betapa agung amalan ini dan keutamaannya yang sangat besar. Bersamaan dengan
itu , durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar dan di murkai oleh Allah.
ِ ِ ْال ِجهَا ُد في سب: Jihad adalah amalan agung di sisi Allah, hal ini di ketahui karena
يل هللا
jihad merupakan sarana tersebarnya Islam dan Iman sehingga manusia dapat
menyembah Allah seluruhnya , dan besarnya tujuan yang hendak di capai ,
menjadikan sarana untuk menuju hal tersebut juga memiliki keutamaan yang
sangat besar.
Syarah Hadist :
المروط: adalah pakaian atau koin bermotif, terbuat dari sutera tebal , terkadang
terbuat dari wol.
متلفعاتartinya ملتحفات: maksudnya adalah berbaur
الغلس: berbaurnya antara cahaya pagi dan cahaya malam yang terjadi di akhir
malam
Hadist ini mengandung hujjah bahwa shalat shubuh itu di kerjakan pada saat
waktu itu masih gelap. Sebagaimana datang dalam riwayat lain bahwasannya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam memanjangkan bacaanya dari sahal subuh sampai hari
mulai terang. Dalam hadist juga di jelaskan bahwasannya wanita boleh menghadiri
pelaksanaan shalat berjamaah di masjid, dan tidak di jelaskan apakah wanita dari
kalangan orang yang sudah tua atau muda , meskipun begitu , wanita lebih utama
shalat di rumah.
Dari Ali radhiallahu anhu bahwa Nabi shallalhu alaihi wa sallam bersabda saat
perang Khandaq, "Semoga Allah mernenuhi kuburan-kuburan dan rumah-rumah
mereka dengan api, sebagaimana mereka telah menyibukkan kita dari shalat
Wustha (ashar) hingga terbenamnya matahari." [bukhori (2931),Muslim (627])
Syarah Hadist :
Hadist ini menunjukan bahwa bolehnya mendoakan orang-orang kafir dengan
keburukan sebagaimana hadist di atas. Dan menunjukan bahwa sholat di akhir
waktu merupakan perkara yang di benci sebagaimana di isyaratkan Rasulullah
dengan laknat kepada orang kafir yang menjadikan beliau sibuk hingga
mengakhirkan waktu sholat .
الصال ِة ال ُو ْسطَى: maksudnya adalah shalat ashar.
الحديث الخمسون
َ "إ َذا أقيمت الصالة َو َح:ال
ض َر الع َشا ُء فَا ْبدَأوا ِّ َّض َي هللا َع ْنهَا عن الن
َ َبي صلى هللا عليه وسلم ق ِ عن عَاِئ َشةَ َر
"بِالع َشا ِء
نحوه،وعن ابن عمر.
Dari Aisyah radhiallahu anha Bahwa Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Apabila iqamah shalat telah dikumandangkan, sementara tiba waktu makan
malam, maka mulailah dengan makan malam” [Bukhori (5465),Muslim(557)]
Dan di riwayatkan dari Ibnu Umar dengan makna hadist yang sama.
Syarah Hadist :
Yang dimaksud الصالةadalah antara sholat isya dan sholat maghrib,
menunjukan bahwa keduanya memiliki kelapangan waktu sehingga bisa di
dahulukan untuk makan jika telah terhidang.
Hadist ini menunjukkan bahwa shalat berjamaah itu bukanlah kewajiban
individu setiap saat. Maka apabila telah terhidang makanan dan berkeinginan
padanya , di berikan udzur untuk meninggalkan sholat berjamaah. Juga tidak di
benarkan bahwa hal tersebut merupakan perkara wajib tanpa adanya udzur.
Hadist ini mengisyaratkan bahwa sholat itu harus menghadirkan kekhusy’an
di dalamnya. Maka segala sarana yang mengantarkan kepada berkurang atau
hilangnya kekhusyu’an dalam sholat hendaknya di dahulukan atas sholat , sehingga
dapat menunaikan sholat dengan focus dan khyusu’.
: Syarah Hadist
Syarah Hadist :
Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang shalat yang di kerjakan shalat
subuh dan setelah ashar , maksudnya adalah sholat yang di kerjakan tanpa
sebab/shalat Sunnah mutlaq. Adapun melaksanakan shalat karena adanya sebab,
seperti shalat Sunnah wudhu, shalat jenazah , shalat gerhana ,dan lainnya maka hal
itu di bolehkan pada waktu-waktu tersebut.
1. Dari abdullah bin abbas رضي هلل عنهberkata : terlah bersaksi di sisiku orang yang
di ridhai – dan umar orang yang paling aku ridhai -: bahwa rasulullah صلى هللا عليه
وسلمmelarang sholat setelah shubuh; sampai terbit matahari, dan setelah sholat
ashar sampai terbenam matahari. [Riwayat albukhari dan muslim]
2. Dari abu sai’d alkhudri رضي هللا عنه, dari rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda :
tidak ada sholat setelah shubuh hingga matahari meninggi, dan tidak ada sholat
setelah ashar sampai matahari terbenam. [Riwayat albukhari dan lafazhnya
muslim]
Makna global :
Dari dua hadits diatas menunjukkan bahwa rasulullah صلى هلل عليه وسلمmelarang
dari sholat setelah sholat shubuh; hingga terbit matahari dan meninggi dari garis
ufuk dalam pandangan mata seukuran panjang tombak, dan rasulullah صلى هللا عليه
وسلمmelarang juga dari sholat setelah sholat ashar sampai terbenam matahari. Di
antara hikmah nya adalah bahwa dari 2 waktu yang dilarang sholat itu merupakan
waktu orang-orang musyrikin beribadah di saat terbitnya matahari dan
terbenamnya maka dari itu rasulullah melarangnya sholat pada kedua waktu
tersebut karena sebagai bentuk menghindari hal-hal menyerupai dari mereka.
Faidah hadits :
1. Dilarang sholat dari dua waktu tersebut kecuali sholat yang ada sebab nya
seperti sholat tahiyyatul masjid, sholat jenazah dll.
2. Sebagai bentuk menyelisihi atau tidak menyerupai dari orang-orang musyrik
ketika mereka beribadah.
3. Dari علةpelarangan sholat di dua waktu tersebut adalah takut nya jatuh dalam
menyerupai orang-orang musrik, maka dari itu di ambil dari larangan tersebut
sebagai haramnya menyerupai mereka di dalam ibadah dan kebiasaan-kebiasaan
mereka.
الحديث و الستون
إن بالال يؤذن بليل فكل وا واش ربوا ح تى:عن عبدهللا بن عمر عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أنه قال-٦٥
تسمعوا أذان ابن أم مكتوم.
Dari Abdullah bin Umar, dari Rasulullah bahwa beliau bersabda: “Seaungguhnya
bilal adzan di malam hari, maka makan dan minumlah kalian sampai kalian
mendengar adzannya ibnu ummi maktum,”
Penjelasan Hadits:
Hadits ini menunjukkan bolehnya menegapkan dua orang muadzin di satu
masjid, bahkan para sahabat asy-syafi’i menganjurkannya, adapaun bila satu orang
muadzin, maka itu pun tidak makruh. Perbedaan antara perbiatan yang diannurkan
dan perbuatan yang makruh apabila ditinggalkan adalah sebagaimana yang telah
dikemukakan. Tentang tambahan melebihi dua orang muadzin, di dalam hadits ini
tidak disinggung namun menukil dari para sahabat asy syafi’i bahwa makruh
menambahi hingga lebih dari 4 miadzin tapi pendapat ini lemah.
Hadits ini juga menunjukkan, bahwa bila muadzinnya terbilang lebih dari
satu orang, maka yang dianjurkan adalah menggilir satu persatu jika waktunya
cukup untuk itu, sebagaimna adzannya bilal dan ummi maktum, karena keduanya
mengumandangkan adzan secara bergantian. Hadits ini juga menunjukkan boleh
adzan untuk subuh sebelum memasuki waktunya. Hadits ini juga menunjukkan
bolehnya muadzin seirang yang buta, karena ibnu ummi maktum adalah sekrang
yang buta.
Penjelasan Hadits:
Pembahasan mengenai ini dari beberapa segi.
Pertama : التس بيحdigunakan sebagai sebutan untuk shalat nafilah (shalat
sunat), dan hadits termasuk diantaranya, maka lafadz يس بحartinya يص لي النافلة
(melakukan shalat sunat). Bisa juga digunakan sebagai sebutan untuk shalat secara
mutlak. Firman Allah “ وسبح بحمدك ربك طلوع الشمش وقبل الغروبdan bertasbilah sambil
memuji tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. (Qs.surah
Qaaf 50:39 ditafsirkan sebagai sholat subuh dan shalat ashar. Hakikatnya التسبيح
adalah ucapan seseorang : س بحان هللاMaha suci Allah. Jika digunakan sebagai
sebutan untuk shalat, maka bisa merupakan bentuk penggunaan sebutan sebagian
untuk menyebut keseluruhannya, sebagaimna mereka mengatakan tentang shalat ,
bahwa asal maknanya adalah doa. Bisa juga karena irang yang shalat itu
mensucikan Allah swt dengan membumikan ibadah untuk-Nya semata, sedangkan ا
لتسبيحadalah التنزيهpenyucian, maka itu termasuk kiasan kelaziman, karena التنزيه
penyucian yang murni lazim terdapat di dalam shalat yg murni.
Kedua : Hadits ini menunjukkan bolehnya shalat sunat diatas kendaraan dan
bolehnya melakukan shalat ke arah menghadapnya kendaraan
Ketiga : Dari Redaksi ( حيث ك ان وجههke arah tunggangannya menghadap.
Disimpulkan dari ini apa yang dikatakan oleh sebagian ahli fikih bahwa arah
perjalanan menjadi pengganti kiblat sehingga tidak perlu beralih darinya tanpa
kebutuhan perjalanan
Keempat : Hadits ini menunjukkan isyarat dan secara mutlak menunjukkan
isyarat rukuk dan sujud.
وفي .»ص فُوفَ ُكم أو لَيُ َخ الِفَنَّ هللا بين ُو ُج و ِه ُكم ُ َُّس ُّون َ «لَت :ًعن النعم ان بن بش ير رض ي هللا عن ه مرفوع ا
حتَّى ِإ َذا رأى،س ِّوي به ا القِ دَاح َ ُ ح تى َكَأنَّ َم ا ي،صفُوفَنَا ُ س ِّويَ ُ«كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ي :رواية
َ فَ َرَأى َر ُجالً بَا ِديًا، حتَّى ِإ َذا كاد أن يُ َكبِّ ُر، ثم َخ َرج يو ًما فَقَام،َُأنْ قد َعقَ ْلنَا عَنه
َ لَت، ِعبَا َد هللا :فقال ،ُصد ُره
َُّس ُّون
.»صفُوفَ ُكم أو لَيُ َخالِفَنَّ هللا بين ُو ُجو ِه ُكم
ُ
] رواها مسلم: والرواية الثانية. متفق عليها: [الرواية األولى- ][صحيح
Syarah:
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menegaskan bahwa jika saf tidak
lurus dan rata, niscaya Allah akan menimpakan perselisihan di antara orang-orang
yang safnya bengkok lalu tidak meluruskannya. Hal ini terjadi ketika seseorang
maju dari sebagian yang lain dalam saf dan membiarkan ada ruang kosong di
antara mereka. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengajari para sahabatnya
dengan ucapan dan membinanya dengan perbuatan, hingga beliau meluruskan
mereka dengan tangannya sampai beliau menduga bahwa mereka sudah tahu dan
paham. Dalam salah satu salatnya, beliau melihat seorang lelaki membusungkan
dadanya di saf di antara para sahabatnya, beliau pun marah dan
bersabda, "Hendaknya kalian meluruskan saf-saf kalian atau Allah akan
menimpakan perselisihan di antara kalian."
الحديث السبعون
فََأ َك ل،صنَعتُهَ «أنَّ َج َّدتَهُ ُملَي َكة َدعَت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لِطَ َعام بن َمالِ ٍك رضي هللا عنه ِ عن َأنَس
،ضحتُه بم اء َ َ فَن،ول َما لُبِس ِ ُصي ٍر لَنَا قد اس َو َّد من ط َ قُو ُموا فَُأِل :ثم قال ،ِمنه
ِ فَقُمتُ ِإلَى َح :قال أنس صلِّي لَ ُكم؟
َ َ ف، وال َع ُج و ُز ِمن َو َراِئنَ ا،ُص فَفتُ أن ا واليَتِي ُم َو َرا َءه
ص لَّى لَنَ ا َ فق ام علي ه رس ول هللا ص لى هللا علي ه وس لم َو
،«أن رس ول هللا ص لى هللا علي ه وس لم ص لى ب ه وبُِأ ِّمه فََأقَ ا َمنِي عن يَ ِمينِ ه ولمس لم.»انص َرف َ ثُ َّم،َرك َعتَين
.»ا َرأةَ َخ ْلفَن ام ال َم وأق
] رواها مسلم: والرواية الثانية. متفق عليها: [الرواية األولى- ][صحيح
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa neneknya, Mulaikah, mengundang
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menikmati hidangan yang ia buat.
Lalu beliau makan dari makanan tersebut, kemudian bersabda, "Berdirilah kalian!
Aku akan salat untuk (mengimami) kalian." Anas berkata, "Lalu aku menuju tikar
milik kami yang sudah menghitam karena terlalu lama dipakai dan memercikinya
dengan air. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri di atas tikar ini,
sedang aku dan seorang anak yatim berbaris di belakang beliau, dan nenek itu di
belakang kami. Beliau salat dua rakaat untuk (mengimami) kami, kemudian beliau
pergi." Dalam riwayat Muslim, "Bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
salat dengannya dan ibunya. Beliau menempatkanku berdiri di kanan beliau, dan
menempatkan wanita di belakang kami."
Syarah:
Mulaikah -raḍiyallāhu 'anhā- mengundang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- untuk menikmati makanan yang ia buat. Allah -Ta'āla- telah menciptakan
beliau di atas sifat mulia yang paling agung dan akhlak paling luhur, di antaranya
adalah sifat tawaḍuk. Kendati sangat terhormat dan berkedudukan tinggi,
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tetap berkenan memenuhi undangan orang
dewasa maupun anak kecil, laki-laki maupun perempuan, kaya maupun miskin.
Dengan sikap ini, beliau menginginkan tujuan yang luhur dan mulia berupa
melipur lara orang-orang yang kesusahan, rendah hati pada orang-orang miskin,
mengajari orang-orang bodoh dan tujuan-tujuan terpuji lainnya. Maka beliau
datang pada wanita yang mengundang ini dan makan hidangannya. Kemudian
beliau menggunakan kesempatan ini untuk mengajari orang-orang lemah ini yang
bisa jadi tidak berani berdesak-desakan dengan orang-orang besar di majlis-majlis
beliau yang penuh berkah. Beliau memerintah mereka berdiri supaya beliau bisa
salat mengimami mereka, agar mereka belajar tata cara salat dari beliau. Lalu Anas
menuju ke selembar tikar yang usang, warnanya telah menghitam karena telah
berumur dan lama dipakai dan mencucinya dengan air. Lantas Rasulullah -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri di atas tikar itu guna memimpin mereka salat.
Beliau membariskan Anas dan seorang anak yatim dalam satu saf di belakang Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sedang wanita tua tersebut -yakni yang mengundang
beliau- berbaris di belakang Anas dan anak yatim itu, ia salat bersama mereka.
Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pergi setelah memenuhi
undangan dan mengajari mereka, dan Allah telah menganugerahi kita dengan
mengikuti perbuatan serta akhlak beliau.
فَقَ ام النَ ب َّي ص لى هللا علي ه وس لم،«بِتُّ ِعن َد َخ الَتِي َمي ُمونَ ة :س رضي هللا عنهما ق ال ٍ عن عَبد هَّللا ِ ب ِن َعبَّا
.»سي فََأقَا َمنِي عن يَ ِمينِه ِ فََأ َخذ بِ َرأ،سا ِره
َ َ فَقُمتُ عَن ي،صلِّي ِمن اللَّيل َ ُي
] [متفق عليه- ][صحيح
باب اإلمامة
الحديث الثاني و السبعون
«أما يخشى الذي يرفع رأس ه قب ل اإلم ام أن يُ َح ِّو َل هللا رأس ه رأس :ًعن أبي هريرة رضي هللا عنه مرفوعا
.»صورة حمار؟ ُ أو يجعل صورته،حمار
] [متفق عليه- ][صحيح
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Tidak takutkah orang yang
mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah ubah kepalanya menjadi kepala
keledai atau Allah jadikan rupanya seperti rupa keledai?"
Syarah:
Sesungguhnya imam dalam salat itu dijadikan untuk diikuti dan dituruti, di
mana gerakan-gerakan makmum terjadi setelah gerakan-gerakan imam. Dengan
demikian, terwujudlah sikap mengikuti. Jika makmum mendahului imam, maka
hilanglah tujuan-tujuan yang dimaksudkan dari imāmah. Karena itu, ancaman
keras tersebut ditujukan kepada orang yang mengangkat kepalanya sebelum
imamnya, bahwa Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai atau Dia
menjadikan rupanya seperti rupa keledai, di mana Allah mengubah kepalanya dari
bentuk paling bagus menjadi bentuk paling jelek, sebagai balasan bagi organ tubuh
yang telah mengangkat kepala dan merusak salat.
الحديث الثالث و السبعون
وإذا، فإذا كبر فك بروا، فال تختلفوا عليه،«إنما ُج ِع َل اإلمام ليُِؤ تَ َّم به :ًعن أبي هريرة رضي هللا عنه مرفوعا
وإذا صلى جالسا، وإذا سجد فاسجدوا.ربنا ولك الحمد :فقولوا ،سمع هللا لمن حمده :وإذا قال ،ركع فاركعوا
.»فصلوا جلوسا أجمعون
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya imam itu
diangkat agar diikuti. Karena itu, janganlah kalian menyelisihinya! Jika dia
bertakbir, hendaknya kalian bertakbir. Jika ia rukuk, hendaknya kalian rukuk. Jika
ia mengucapkan, "Sami'allāhu Liman Ḥamidahu," (Allah mendengar orang yang
memuji-Nya), ucapkanlah oleh kalian, "Rabbanā Walakal Ḥamdu," (Ya Tuhan
kami, segala pujian hanya milik-Mu). Jika ia sujud, sujudlah kalian semua. Jika ia
salat sambil duduk, hendaknya kalian semua salat sambil duduk."
Syarah:
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan kepada para makmum
tentang hikmah dijadikannya imam, yaitu agar ia ditiru oleh makmum ketika salat,
dan tidak menyalahinya dengan salah satu amalan (gerakan) salat. Hendaknya ia
memperhatikan setiap gerakannya (perpindahannya) secara teratur. Jika imam
mengucapkan takbiratul ihram, ucapkanlah oleh kalian takbir seperti itu. Jika ia
rukuk, hendaknya kalian rukuk setelahnya. Jika dia mengingatkan kalian bahwa
Allah mengabulkan setiap orang yang memuji-Nya dengan ucapan, "Sami'allāhu
Liman Ḥamidahu,", hendaknya kalian memuji-Nya dengan ucapan
kalian, "Rabbanā lakal Ḥamdu." Boleh juga dengan redaksi
lainnya, seperti: Rabbanā Walakal Ḥamdu, dan Allāhumma Rabbanā Walakal
Ḥamdu. Jika ia sujud, ikutilah dia dan bersujudlah. Apabila imam salat sambil
duduk karena tidak mampu berdiri -sebagai implementasi mengikuti imam secara
berturut-turut - hendaknya kalian salat sambil duduk, meskipun kalian mampu
berdiri.
غف ر :فإنه من وافق تأمينه ت أمين المالئك ة ،«إذا َأ َّمنَ اإلمام فأمنوا :ًعن أبي هريرة رضي هللا عنه مرفوعا
.»له ما تقدم من ذنبه
] [متفق عليه- ][صحيح
َكانَ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ِإ َذا َكب ََّر في الصَّال ِة َسكَتَ هُنَ ْيهَةً قَبْل:رضي هللا َع ْنهُ قال َ ع َْن أبي هريرة
اللهم: “أقَول:قَا َل. ما تَقُولُ؟،ير َوالقِراء ِة ِ ِأيت ُس ُكوتَكَ بين التَ ْكب ُ أ َر، يا َرسُو َل هللا بأبي أ ْنتَ وأمي:ت ُ فَقُ ْل،أن يَ ْق َرأ
اي َك َما يُنَقى الثًوْ بُ اَألبيض َ َ الّلهُ َّم نَقني من خَطاي،ب ِ ق َو ْال َم ْغ ِر
ِ اي َك َما بَاعدْتَ بَ ْينَ ال َم ْش ِر
َ َاع ْد بيني َوبَ ْينَ خَطاي ِ َب
ي بِ ْالماء والثلج والبرد َ الله َّم ا ْغ ِسلني ِم ْن خَ طَايا،”من الدنس.
Terjemahan
Dari Abu Hurairah ra berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika telah
bertakbir dalam shalat, beliau berdiam sebentar sebelum membaca (Al Qur'an)."
Abu Hurairah berkata, "Wahai Rasulullah, dengan bapak dan ibuku (Anda
kutebus)! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca di
antaranya?. Beliau bersabda: "Aku berdoa: Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan
kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah,
sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran.
Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin)."
Makna Global:
Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- apabila telah bertakbir dengan takbiratul ihram
untuk Shalat beliau melirihkan suaranya sejenak sebelum membaca Al-Fatihah.
Para shahabat mengetahui beliau membaca sesuatu dalam diamnya ini. Oleh
karenanya Abu Hurairah berkata: “Bapak dan ibuku jadi tebusanmu wahai
Rasulullah, apa yang engkau baca ketika engkau diam antara takbir dan bacaan (Al
Fatihah)?”.
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau
jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosaku
sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari
dosa-dosaku dengan air, salju dan embun”
Maka doa ini akan menjadikan dosa yang kita kerjakan menjadi jauh sebagaimana
Allah menjauhkan timur dan barat, doa ini juga mampu membersihkan dosa kita
sebagaimana putihnya pakaian dari kotoran.
Kesimpulan:
1. Sunahnya doa iftitah dalam Shalat.
2. Waktu bacanya setelah takbiratul ihram sebelum membaca Al-Fatihah pada
rakaat pertama pada setiap Shalat.
3. Hendaklah dipelankan meskipun dalam sholat jahr.
4. Tidak memanjangkan do’anya, terlebih lagi dalam jamaah untuk Shalat lima
waktu.
5. Semangatnya para shahabat -radhiyallohu ‘anhum- untuk mengetahui
keadaan Rasul -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dalam gerakan dan diamnya
beliau.
6. Hendaklah pada saat berdoa, seseorang bersungguh-sungguh dan
memperbanyak meminta sesuatu, meskipun dengan cara meragamkan kata-
kata (yang bermakna sama).
Faedah:
diriwayatkan dari Nabi.-shollallohu ‘alaihi wa sallam- bacaan iftitah yang sangat
bayak bentuknya dalam Shalat. Semuanya boleh karena semuanya berasal dari
Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-. Akan tetapi imam Ahmad memilih yang
terakhir yaitu karena mengandung pemuliaan Allah, pengagungan kepadanya, dan
pengesaan untuk-Nya.
الحديث الثمانون
َو َكانَ ِإ َذا َر َك َع، َ«الح ْم ُد هلل َربِّ ال َعالَ ِمين
َ . والقراءة، كان رسول هللا يستفتح الصالة بالتكبير: عن عائشة قالت
َ َو َكان، وكان إذا رفع رأسه من الركوع لم يسجد حتى يستوي قائما، َُص َّوبَهُ َولَكن بَين َ لَ ْم يُ ْشخص َرْأ َسهُ َولَ ْم ي
وكان يكون في كل ركعتين الصحية وكان يعرس،ِإ َذا َرفَ َع َرْأ َسهُ ِمنَ السَّجدة لم يسجد حتى يستوي جالسًا
وينهى أن يفترش الرجل ذراعيه التراش،رجله اليسرى وينصب رجله اليمنى وكان ينهى عن عقبة الشيطان
البيع وكان يخيم الصالة بالتسليم.
Turjemahan:
Dari Aisyah radhiyallahu'anha dia berkata, "Dahulu Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam biasa membuka shalat dengan takbir dan (memulai)
bacaan Al-Qur’an dengan “Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin”. Dan beliau apabila
ruku’ niscaya tidak mengangkat kepalanya dan tidak menundukkannya, akan
tetapi antara kedua hal tersebut. Dan beliau apabila mengangkat kepalanya dari
ruku’, niscaya tidak bersujud hingga beliau lurus berdiri, dan beliau apabila
mengangkat kepalanya dari sujud niscaya tidak akan sujud kembali hingga lurus
duduk, dan beliau membaca Tahiyat pada setiap dua rakaat, dan beliau
menghamparkan kaki kirinya dan memasang tegak lurus kakinya yang kanan. Dan
beliau melarang duduknya setan, dan beliau melarang seorang laki-laki
menghamparkan kedua siku kakinya sebagaimana binatang buas menghamparkan.
Dan beliau menutup shalat dengan salam."
Makna Global:
Aisyah dalam hadis ini menjelaskan bahwasanya Nabi membuka shalat dengan
takbiratul ihram (Allahu akbar) dan membaca ‘Alhamdulillahi Rabil Alamin’ dan
beliau ketika ruku tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya,
melainkan beliau membuatnya sejajar. Dan semua gerakan pada shalat beliau
lakukan secara sempurna.
Kesimpulan:
1. Ucapan pertama kali dalam sholat adalah takbir, yaitu ucapan Allahu Akbar.
2. Dalam Hadits ini bacaan yang dikeraskan oleh Nabi dari Alfatihah dimulai
dengan Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin. Bacaan basmalah tidak di
keraskan
3. Ketika ruku’ posisi kepala tidak terlalu diangkat dan juga tidak direndahkan,
tapi sejajar dengan punggung
4. Keharusan thuma’ninah (tenang tidak tergesa-gesa) dalam ruku’,
I’tidal, dan sujud.
5. Tahiyat dilakukan setiap dua rakaat (kecuali pada Shalat Magrib).
Faedah:
Dari hadis di atas menjelaskan bahwasanya takbiratul ihram, membaca Alfatihah,
ruku, sujud, tasyahud setiap dua rakat, merupakan kewajiban dalam Shalat.
Makna Global:
Para Ulama menjelaskan bahwa permulaan mengucapkan takbir bersamaan dengan
permulaan mengangkat tangan (H.R Abu Dawud dari Abdul Jabbar bin Wa’il).
Boleh juga mengangkat tangan terlebih dahulu, kemudian baru mengucapkan
takbir (H.R Abu Dawud dari Ibnu Umar).
Disunahkan mengangkat tangan di 3 keadaan yaitu : takbiratul ihram (permulaan
sholat), takbir menuju ruku’, dan saat mengucapkan Sami’allaahu liman hamidah
robbanaa wa lakal hamdu (bangkit dari ruku’). Dalam riwayat ini disebutkan
hanya 3 tempat. Namun, dalam riwayat lain di Shahih Albukhari juga dari Sahabat
Ibnu Umar ada tambahan mengangkat tangan pada saat bangkit dari duduk
tasyahud awal:
…… َوِإ َذا قَا َم ِم ْن ال َّر ْك َعتَي ِْن َرفَ َع يَ َد ْي ِه
Dan jika beliau bangkit dari dua rakaat, beliau mengangkat tangan (H.R
Albukhari)
Kesimpulan:
Dari Hadist di atas menjelaskan bahwasanya mengangkat tangan ketika Shalat di
sunahkan untuk di laksanakan sebagaimana yang Nabi kerjakan.
Faedah:
Disunahkan mengangkat tangan pada 4 keadaan:
1. Takbiratul Ihram
2. Takbir menuju ruku’
3. Bangkit dari ruku’
4. Bangkit dari tasyahud awal.
5. Posisi mengangkat tangan adalah sejajar dengan bahu.
) ُأمرت أن أسجد على سبعة أعلم على الجبهة (وأشار بيده إلى أنفه: قَا َل َرسُو ُل هللا:ال
َ َعن عبد هللا بن عباس ق
القدمين وأطراف ، والركبتين،واليدين
Terjemahan:
“Dari Abdullah Ibnu 'Abbas radliallahu ‘anhu, ia berkata, "Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: "Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan
tujuh tulang (anggota sujud); ● yaitu kening, -beliau lantas memberi isyarat
dengan tangannya menunjuk hidung-, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung
jari dari kedua kaki.”
Makna Global:
Allah memerintahkan nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam untuk sujud
pada tujuh anggota sujud, yaitu; yang pertama: di atas dahi bersama hidung, yang
kedua dan ketiga: kedua tangan, yang kedua telapak tangan menyentuh tanah, yang
keempat dan kelima: kedua lulut, dan yang keenam dan ketujuh: ujung-ujung jari
kedua telapak kaki.
Kesimpulan:
Wajibnya sujud di atas tujuh anggota sujud dan ini adalah mazhab imam Ahmad.
Dan hidung mengikut pada dahi, dan ini merupakan menyempurna sujud.
Faedah:
1. Tidak mengapa sujud diatas penghalang selain anggota sujud, maka di
haramkan meletakan dahi di atas kedua tangannya, dikarenakan keduanya
merupakan anggota sujud. Dan dimakruhkan pada pakaian dan sorban yang
melekat padanya kecuali ada kebutuhan.
2. Meletakan anggota sujud sesuai dengan susunan yang dahulu nabi lakukan.
الحديث الثالث و الثمنون
سمع هللا:ُ ثُ َّم يَقُول، ثم يكبر حين يركع، َكانَ َرسُو ُل هللا ِإذا قَا َم ِإلى الصَّال ِة يُ َكبِّ ُر ِحينَ يَقُو ُم:عن أبي هريرة
ثم، ثم يكبر حين يهوي، ربنا ولك الحمد: - وهو قائم- ثم يقول، حين يرفع صلبه من الركوع،لمن حمده
، ثُ َّم يُ َكبِّ ُر حين يسجد ثم يكبر حين يرفع رأسه ثم يفعل ذلك في صالته حتى يقضيها:يكبر حين يرفع رأسه
ِ ُال ُجل ويُكبر حين يَقُو ُم ِمنَ الثَّ ْنتَ ْي ِن بَ ْع َد
وس
Terjemahan:
“Dari Abu Hurairah ra berkata, "Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
shalat, beliau takbir (takbiratul Ikram) saat berdiri, kemudian ketika ruku’,
kemudian membaca: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (semoga Allah
mendengar orang yang memuji-Nya)' ketika mengangkat punggungnya dari ruku’,
kemudian saat posisi berdiri baliau membaca: RABBANAA WALAKAL HAMDU
(Ya Rabb kami, milik-Mu lah segala pujian) kemudian bertakbir ketika turun
(sujud), kemudian bertakbir ketika mengangkat kepala (dari sujud), lalu bertakbir
ketika sujud dan ketika mengangkat kepalanya (dari sujud), kemudian Beliau
melakukan seperti itu dalam shalat seluruhnya hingga selesai. Dan beliau juga
bertakbir ketika bangkit dari dua rakaat setelah duduk (tasyahud awal)."
Kesimpulan:
Pada hadis menjelaskan mensyariatan takbir dalam shalat.
Faedah:
1. Disyariatkan takbiratul ihram.
2. Disyariatkan tabir ketika ruku, sujud, bangkit dari sujud, dan ketika bangkit
dari dua rakaat.
3. Mengucapkan tahmid berlaku untuk imam, makmum, dan orang yang shalat
sendiri, ketika bangkit dari ruku.
Faedah:
Disunahkan untuk melakukan gerakan salat dengan tidak terburu-buru.
ق ال، إني ال الوا إن أصلي بِ ُكم َك َما َكانَ َرسُو ُل هللا هللا يصلي بن ا: عن أنس بن مالك هللا قال،عن ثابت البناني
، َك انَ ِإذا رف ع راس ه من الرك وع النص ب قائم ا،ُ ف َكانَ الى يصنع شيًئا ال أراكم يَصْ نَ ُع َأ َرا ُك ْم تَصْ نَعُونَه: ثابت
( (البخ اري رقم. قَ د ن َِس ي:ُث َحتَّى يَقُ ول ْالقَاِئل َّ َ َوِإ َذا َرفَ َع َرْأ َس هُ ِمن، قَ ْد ن َِس ي:ُول ْالقَاِئل
َ الس جْ َد ِة َم َك َ ُحتى يَق
)٤٧٢( ومسلم رقم،)۸۲۱( ، )۸۰۰
Terjemahan:
Dari Tsabit Al-Bunani, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau
mengatakan: Sungguh aku tidak akan meringkas salat mengimami kalian
sebagaimana Rasulullah dulu biasa salat mengimami kami. Tsabit berkata: Anas
melakukan sesuatu yang aku tidak lihat kalian melakukannya. Beliau apabila
mengangkat kepala dari rukuk, berdiri tegak sampai-sampai seseorang
mengatakan: Beliau telah lupa. Dan apabila mengangkat kepala dari sujud, beliau
tetap duduk sampai-sampai seseorang mengatakan: Beliau telah lupa.
Makna Global:
Anas RA. Berkata: Sesungguhnya saya akan bersungguh-sungguh dan tidak akan
memutus-mutus shalatku bersama kalian sebagaimana Rasulullah ﷺshalat
bersama kami, agar kalian mengikuti shalatnya.
Tsabit Al-bunaniy berkata: Maka Anas mempraktekkan dari kesempurnaan dan
keindahan shalat yang saya tidak pernah melihat kalian melakukannya. Dia
memperpanjang berdirinya setelah rukuk, dan duduknya setelah sujud. Beliau
ketika bangkit dari rukuk (berdiri tegak) maka ada yang berkata (disebabkan
lamanya berdiri) “sunggah dia telah lupa bahwa dia sedang berdiri diantara rukuk
dan sujud”, dan jika beliau mengangkat kepalanya dari sujudnya maka beliau
berdiam hingga ada yang berkata (karena lamanya duduknya) “sungguh dia telah
lupa”.
Kesimpulan:
Dalam hadits ini terdapat dalil yang mensyari’atkan untuk memperpanjang berdiri
setalah rukuk, dan memperpanjang duduk setelah sujud, sebagaimana yang
dilakukan nabi ﷺ
)۷۰۸( البخ اري رقم، عن أنس بن مالك بل قال ما صليت وراء إمام فقط الف صالة َواَل الم صالة من الن بي
) واللفظ لهم٤٦٩ / ١٩٠( ومسلم رقم
Terjemahan:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Aku sama sekali tidak
pernah salat di belakang seorang imam pun yang lebih ringan salatnya dan lebih
sempurna salatnya daripada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Makna Global:
Anas bin Malik menafikan shalat yang paling ringan dibelakang imam manapun
dari para imam kecuali dibelakng imam yang mulia ﷺ, yang mana beliau tidak
memberatkan kaum mukminin sehingga mereka keluar dari jamah dan enggan
untuk mengikutinya.
Dan tidak ada shalat yang paling sempurna kecuali yang dilakukan oleh nabi ﷺ,
padahal beliau tidak mengurangi hukum-hukum shalat, bahkan beliau
meyempurnakannya dengan penjagaan terhadap kewajiban-kewajiaban serta hak-
hak shalat, dan ini merupakan bukti keberkahan beliau ﷺ.
Kesimpulan:
1. Imam meringankan shalatnya hingga tidak memberatkan orang-orang yang
shalat, dan menyempurnakannya hingga tidak mengurangi pahalanya.
2. Bahwa shalat Nabi ﷺadalah yang paling sempurna, maka hendaknya
seseorang itu bersemangat menjadikan shalatnya sebagaimanya shalatnya
nabi ﷺ.
3. Bolehnya yang paling afdhal dari orang-orang yang shalat menjadi imam.
) عبد هللا بن زيد الحرمي البصري قال جانا مالك ابن الحويرث في مسجدنا هذا فقال إلى1( عن أبي قالبة
. صلِّي ؟
َ ُ فقلت ألبي قِالبَةَ َك ْيفَ َكانَ ي. ألصلي بكم وما أريد الصالة أصلي كيف رأيت َرسُو َل هللا يُصلي
( ، )٦٧٧( مثل صالة شيخنا هذه وكان يجلس إذا رفع رأ َسهُ ِمنَ ال ُّسجُو ِد قبل أن ينهض البخاري رقم:قال
سلمة الجرمي. أراد بشيخهم أبا يَ ِزي َد عمرو بن/ )۳۹۱( ) ومسلم رقم۸ )٨٢٤
Terjemahan:
Dari Abu Qilabah 'Abdullah bin Zaid Al-Jarmi Al-Bashri, beliau mengatakan:
Malik bin Al-Huwairits datang menemui kami di masjid kami ini seraya berkata:
Sungguh aku akan salat mengimami kalian, namun aku tidak bermaksud untuk
salat. Aku akan salat sebagaimana aku telah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam melakukan salat. Aku bertanya kepada Abu Qilabah: Bagaimana cara
salatnya? Beliau menjawab: Seperti salatnya syekh kita ini, beliau duduk ketika
mengangkat kepala dari sujud sebelum bangkit berdiri. Yang beliau maksud
dengan syekh mereka adalah Abu Yazid 'Amr bin Salamah Al-Jarmi.
Makna Global:
Abu Qilabah berkata: “Datang kepadaku malik bin Huwairis salah satu sahabat di
masjid kami, dan berkata: “sesungguhnya kedatanganku untuk shalat bersama
kalian bukan untuk beribadah dengan shalt tersebut, akan tetapi maksudku adalah
untuk mengajarkan kalian shalat nabi ﷺdengan secara langsung, agarsupaya
pengajaran yang dibarengi dengan praktek itu lebih dipahami dan lebih melekat di
benak-benak kalian”.”
Maka berkata Rawi kepada Abu Qilabah: “Bagaimana malik bin huwaris
mengajarkanmu shalat sebagaimana shalat nabi ”? ﷺ
Beliau berkata: “Seperti shalatnya syeikh kami abi yazid ‘amru bin salamah, beliau
dahulu duduk dengan duduk yang ringan ketika mengangkat kepalanya dari sujud
sebelum bertolak untuk berdiri.
Kesimpulan:
1. Dibolehkannya duduk istirahat
2. Bolehnya mengajarkan dengan gerakan
3. Bolehnya melakukan ibadah dengan niat pengajaran
Makna Global:
Shalat nabi ﷺadalah shalat yang penuh dengan cinta dan semangat, beliau
memberikan setiap anggota tubuh haknya dan beribadah. Dan dengan ini beliau
ketika sujud melebarkan antara kedua tangannya, hingga ketiaknya yang putih
nampak disebabkan keterbukaan antara kedua tangannya. Setiap dari hal tersebut
merupakan bagian dari rasa semgat dalam shalat dan kecintaan dalam ibadah serta
menjauhi dari bentuk kemalasan yang menempelkan sebagian anggota-anggota
tubuh dengan anggota tubuh lainnya, sehingga hilangnya sebagian usaha dalam
ibadah.
Kesimpulan:
1. Hadits ini merupakan dalil bahwa disunnahkan untuk sujud dengan
meregangkan antara kedua tangan.
2. Pentingnya menunjukkan rasa semangat dan cinta dalam ibadah terutama
shalat.
Faidah:
Sebagian ahli fiqih mengkhususkan hal ini hanya untuk laki-laki bukan untuk
perempuan, karena perempuan diminta untuk menutup dan menjaga dirinya.
الحديث التسعون
نعم: أك ان الن بي يص لي في نعلي ه؟ ق ال: س ألت أنس بن مال ك بني ه: ق ال- س عيد بن يزي د- عن أبي مس لمة
.)٥٥٥( ومسلم رقم،)۳۸۹( البخاري رقم
Terjemahan:
Dari Abu Maslamah Sa'id bin Yazid, beliau mengatakan: Aku bertanya kepada
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu: Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah salat memakai sandal? Anas menjawab: Ya, pernah.
Makna Global:
Sa’id bin yazid bertanya kepada anas bin malik RA mengenai nabi ﷺ:” Apakah
Nabi ﷺdahulu shalat dengan kedua sandalnya sehingga menjadi teladan
darinya?” Maka anas menjawab: “iya, dahulu nabi ﷺshalat dengan kedua
sendalnya, dan hal tersebut merupakan sunnahnya yang suci”
Kesimpulan:
1. Disunnahkan shalat dengan menggunakan sendal
2. Bolehnya masuk masjid menggunakan sendal
3. Besarnya prasangka terhadap najisnya alas kaki tidak mengeluarkannya
hukum asalnya, yaitu suci.
Faidah:
Hal ini menjadi perselisihan di zaman sekarang. Maka yang benarnya kita tetap
menghidupkan sunnah nabi ﷺnamun juga tetap melihat dampak yang
ditimbulkan ditengah masyarakat. Karena syari’at lebih mengedepankan untuk
menghindari mafsadat daripada mengambil mashlahat.
Makna Global:
Rasulullah merupakan orang yang sangat berkasih sayang, sangat lembut, sangat
ramah dan sangat berbelas kasih dan beliau memperlihatkannya kepada anak-anak
dan orang-orang dewasa, kepada orang-orang kaya dan orang-orang miskin.
Tidak satupun yang menandingi akhlah beliau yang mulia, tatkala beliau
menggendong cucunya sementara shalat beliau meletakkannya dipundak tatkala
berdiri dan meletakkannya ditanah ketika sujud. Hal ini merupakan kelapangan
yang agung, disyariatkan dan dimudahkan untuk ummat Nabi Muhammad ﷺ.
Kesimpulan:
1. Bolehnya melakukan gerakan ini dalam shalat wajib maupun shalat sunnah.
2. Bolehnya menyentuh dan menggendong sesuatu yang disangka najis,
dengan sangkaan yang lebih kuat bahwa asalnya sesuatu ini suci.
3. Nampaknya kerendahan hati nabi ﷺ, kelembutan dan kasih sayang beliau.
Faidah:
Ulama membagi gerakan dalam shalat dengan 4 pembagian:
Bagian pertama: Diharamkan dan membatalkan shalat, hal ini dengan banyaknya
gerakan yang terus menerus dilakukan bukan dalam keadaan darurat dan bukan
untuk kemaslahatan shalat.
Bagian kedua: Dibenci dan tidak membatalkan shalat, hal ini dengan melakukan
gerakan ringan tanpa adanya hajat.
Bagian ketiga: Dibolehkan, yaitu gerakan ringan karena adanya hajat.
Bagian keempat: Disyari’atkan, yaitu gerakan yang berkaitan dengan kemaslahatan
shalat. Seperti maju ketempat yang utama, dan mendekat untuk menutup celah
pada shaf.
وال يبس ط أح دكم ذراعي ه البس اط الكلب، «اعت دلوا في الس جود:عن أنس بن مال ك هللا عن الن بي ﷺ ق ال
. )٤٩٣( ) ومسلم رقم۸۲۲( البخاري رقم
Terjemahan:
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tegaklah di dalam sujud
dan janganlah salah seorang dari kalian meletakkan kedua lengannya di atas
tanah (ketika sujud) sebagaimana anjing”.
Makna Global:
Nabi ﷺmemerintahkan untuk meluruskan (tangan) ketika sujud, Hal itu agar
supaya orang yang shalat berada dalam bentuk yang baik tatkala sujud, yaitu
dengan meletakkan kedua telapak tangannya diatas tanah, dan mengangkat kedua
lengannya serta meregangkannya dari badannya. Karena keadaan ini merupakan
bentuk dari rasa semangat dan kesenangan yang diinginkan dalam dalam shalat.
Karena bentuk yang baik ini memungkinkan seluruh anggota tubuh untuk sujud
yang merupakan bagiannya dalam shalat.
Dan beliau melarang membentangkan kedua lengan ketika sujud. Karena hal ini
merupakan tanda kemalasan dan kejenuhan, dan bentuk penyerupaan terhadap cara
ibadah binatang, hal ini tidak pantas untuk ditiru.
Kesimpulan:
1. Disyari’atkan untuk meluruskan (lengan) ketika sujud.
2. Larangan untuk membentangkan lengan ketika sujud.
3. Hal yang dibenci menyerupakan dengan hewan, terkhusus dalam
menegakkan shalat.
Faidah:
Syaria’at memerintahkan untuk menyelisihi hewan dalam gerakan-gerakan shalat,
karena shalat merupakan komunikasi kepada Allah maka sepantasnya dilakukan
dengan sebaik-baik bentuk.
HADITS 97
، في سفر فصلى العشاء اآلخ رة- صلى هللا عليه وسلم- "أن النبي:- رضي هللا عنهما- عن البراء بن عازب
" فما سمعت أحدًا أحسن صوتًا أو قراءة منه،فقرأ في إحدى الركعتين بالتين والزيتون
Artinya;
Dari Al-barra’ bin Azib RA, bahwa Nabi SAW dalam safarnya telah
melaksanakan shalat isya’ pada akhir waktu. Beliau membaca pada salah
satu dari dua rakaatnya dengan At-tin wazzaitun, dan aku tidak pernah
mendengar seseorang yang lebih bagus suara dan bacaanya selain dari
beliau.
Makna Global
Surat At-tin termasuk dalam kategori qishar al-munfashal yang biasa dibaca
shalat maghrib. Nabi SAW membaca surat ini pada shalat isya’ karena beliau
berada dalam perjalanan. Nabi SAW sangat memperhatikan untuk memberi
keringanan dan selalu memudahkan dalam safar karena beratnya medan dan
perjalanan yang melelahkan, karena itu dalam safar dianjurkan mengqashar
shalat yang rakaatnya berjumlah empat.
Meskipun Rasulullah SAW dalam keadaan bepergian, namun beliau tidak
meninggalkan hal-hal yang dapat menghantarkan kepada kekhusyuan dan
menghadirkan hati untuk mendengarkan al-quran, hal ini ditujukan dengan
memperbagus suara dalam membaca al-quran ketika shalat.
Manfaat Hadits
a). Membaca surat yang termasuk dalam qishar al-munfashal pada shalat isya
dan yang terbaiknya untuk memperingankan shalat dalam keadaan safar atau
kondisi yang semisalnya.
b). Dianjurkan untuk memperbagus suara dalam membaca al-quran ketika
dalam keadaan shalat.
HADITS 98
فك ان يق رأ، بعث رجاًل على س رية- ص لى هللا علي ه وس لم- أن رس ول هللا- رض ي هللا عنه ا- عن عائش ة
ص لى هللا علي ه- )} فلما رجع وا ذك روا ذل ك لرس ول هللا١( فيختم بـ {قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد،ألصحابه في صالتهم
ألنه ا ص فة: فق ال، "سلوه ألي شيء يص نع ذل ك؟ " فس ألوه:- صلى هللا عليه وسلم- فقال رسول هللا- وسلم
ع ز- "أخ بروه أن هللا:- ص لى هللا علي ه وس لم- فقال رس ول هللا، فأنا ُأحب أن أقرأ بها،-عز وجل- الرحمن
" يحبه-وجل
Artinya;
Dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW telah mengutus seseorang untuk
menjadi imam (pemimpin) dalam ekspedisi militer sariyah. Utusan Nabi
menjadi imam yang membaca (surat-surat alquran) dalam shalat-shalat
mereka lalu ia menutup (bacaan shalatnya) dengan qul huwallahu ahad’.
Tatkala mereka kembali (ke madinah), mereka mengkisahkan perihal
tersebut kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda: tanyakan
kepadanya, apa yang memotivasinya untuk berbuat seperti itu? Maka
bertnyalah mereka kepadanya yang kemudian dijawab. sesungguhnya ayat-
ayat tersebut (mencakup) sifat-sifat Allah SWT dan aku sangat suka untuk
membacanya. Maka Rasulullah SAW bersabda: “sampaikan kepadanya
bahwa Allah SWT mencintainya”.
Makna Global
Dalam hadits diatas bahwa Rasulullah SAW menjadikan sahabatnya untuk
menjadi pemimpin dalam perang dan diantara kebiasaan para pemimpin bahwa
mereka adalah para imam dalam pelaksanaan shalat dan pemimpin tersebut
dalam sebuah perjalanan perang membaca surat Al-ikhlas pada rakaat kedua
setiap kali shalat.
Membaca surat Al-ikhlas dalam shalat yang seperti keadaan diatas
mengundang polemik dikalangan para sahabat dan ini ditanyakan langsung ke
Rasulullah SAW terkait ini dan singkatnya bahwa seorang pemimpin ini
membaca surat Al-ikhlas dikarenakan terdapat didalam surah tersebut
mencakup sifat-sifat Allah SWT sehingga dia mengulang-ulangnya.
Manfaat hadits
a). Keutamaan surat Al-ikhlas dan anjuran untuk membacanya.
b). Seluruh amal perbuatan dicatat ganjaranya dikarenakan niat yang baik dan
disetai tuntunan Nabi SAW.
c). Sesungguhnya siapa saja yang mencintai sifat-sifat Allah SWT dan dapat
merasakan kelezatan bermunajat kepadanya, maka sungguh Allah SWT
mencintainya.
d). Setiap didalam masalah yang baru hendaknya selalu ditanykan kepada
ahlinya didalam beribadah dan untuk menjaga kesimpangan dalam kehidupan.
HADITS 99
"فل وال ص ليت بس بح اس م رب ك: ق ال لمع اذ- صلى هللا علي ه وس لم- أن النبي:- رضي هللا عنه- عن جابر
" فإنه يصلي وراءك الكبير والضعيف وذا الحاجة، والشمس وضحاها والليل إذا يغشاها،األعلى
Artinya;
Dari Jabir RA, bahwa Nabi SAW tela bersabda kepada Mu’adz RA:
“seandainya engkau shalat dengan membaca ‘Sabbihisma Rabbikal A’la
dan Was Syamsi Wadhuha serta Wallaili iza Yagsyaha’ maka itu lebih baik
bagimu karena yang shalat dibelakangmu adalah orang-orang berusia
lanjut, orang yang lemah fisiknya, dan mempunyai keperluan.
Makna Global
Tatkala terdengar kabar ditelinga Nabi SAW bahwa Mu’adz RA
memperpanjang bacaan surat ketika dia menjadi imam shalat bagi kaumnya,
Rasulullah SAW membimbingnya agar meringankan bacaan surat selama dia
menjadi imam shalat. Beliau memberikan contoh kepadanya dengan membaca
mutawashat al-munfashal (surat yang tidak terlalu panjang/pertengahan)
seperti ayat disebutkan dalam hadits, sebab dia menjadi imam bagi orang-orang
yang berusia lanjut, orang-orang yang fisiknya lemah, dan orang-orang yang
mempunyai hajat dan keperluan. Bacaan surat yang panjang itu dapat
memberatkan mereka karenanya sangat dianjurkan untuk bersikap lemah
lembut serta menjaga perasaan para makmum shalat dengan meringankan
bacaan shalatnya.
Manfaat Hadits
a). Dianjurkan kepada imam untuk memperhatikan kelompok yang lemah
dengan meringankan shalat saat menjadi imam shalat.
b). Mengatur manusia dengan lemah lembut dan lunak adalah sikap yang bagus
dan tepat bagi para pemimpin serta para pembatunya.
c). Kelembutan Nabi SAW terhadap ummatnya terlebih kepada orang-orang
yang lemah dan orang-orang yang mempunyai keperluan.
HADITS 100
- رضي هللا عنهم ا- وأبا بكر وعمر- صلى هللا عليه وسلم- "أن النبي:- رضي هللا عنه- عن أنس بن مالك
."كانوا يفتتحونَ الصالة بـ"الحمد هلل رب العالمين
Artinya;
Dari Anas bin Malik RA, bahwa Nabi SAW, Abu Bakr, dan Umar RA,
mereka memulai shalat dengan membaca alhamdulillahi robbil ‘alamin.
" ببسم هللا الرحمن الرحيم: "صليت مع أبي بكر وعمر وعثمان فلم أسمع أحدًا منهم يقرأ:وفي رواية
Artinya;
Dalam satu riwayat: aku pernah shalat bersama Abu Bakr, Umar, dan
Utsman RA, aku tidak mendengar seorang pun dari mereka membaca:
bismillahir rahmanir rahim.
وأبي بكر وعمر وعثمان فكانوا يفتتحون الصالة- صلى هللا عليه وسلم- "صليت خلف النبي:ولمسلم
.بـ"الحمد هلل رب العالمين" ال يذكرون "بسم هللا الرحمن الرحيم" في أول قراءةً في آخرها
Artinya;
Dan dalam riwayat Imam Muslim: aku shalat dibelakang Nabi SAW, Abu
Bakr, Umar, dan Utsman RA, mereka memulai shalat dengan membaca
alhamdulillahi rabbil ‘alamin dan mereka tidak membaca bismillahir
rahmanir rahim pada awal maupun akhir shalat.
Makna Global
Anas bin Malik RA mengisahkan, bahwa dirinya telah lama menemani
Rasulullah dalam satu riwayat: aku pernah shalat bersama Abu Bakr, Umar,
dan utsman RA, aku tidak mendengar seorang pun dari mereka membaca
bismillahir rahmanir rahim. Serta selalu bersama dengan beliau dan para
khulaur rasidin- maka ia tidak pernah mendengar seorang dari mereka
membaca bismillahir rahmanir rahim didalam shalat, tidak juga mendengarnya
diawal shalat dan tidak juga diakhir shalatnya.
Hukum Yang Dapat Diambil Dari Hadits Ini:
1). Disyariatkan membaca bismillahir rahmanir rahim setelah membaca iftitah
dan berta’awudz sebelum membaca al-fatiha.
2). Hendaknya membaca basmalah dengan melirihkan suara(sirr), meskipun
pada shalat yang dijahrkan bacaanya.
3). Basmalah bukan dari ayat –ayat surat al-fatiha.
HADITS 101
إحدى صالتي العشي- صلى هللا عليه وسلم- صلى بنا رسول هللا:عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة قال
Artinya;
Dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah
SAW shalat bersama kami disalah satu shalat al-asyi.
Penjelasan Lafazh
العشي: Waktu antara tergelincirnya matahari hingga tenggelamnya.
HADITS 102
- ص لى هللا علي ه وس لم- "أن النبي:- صلى هللا عليه وسلم- وكان من أصحاب النبي،عن عبد هللا ابن بحينة
صلى بهم الظهر فقام في الركعتين األوليين ولم يجلس فقام الناس معه حتى إذا قضى صالته وانتظ ر الن اس
" فسجد سجدتين قبل أن يسلم ثم سلم،تسليمه كبر وهو جالس
Artinya;
Dari Abdillah bin Buhaynag RA, dia termasuk sahabat Nabi SAW, bahwa
Nabi SAW pernah melaksanakan shalat dzuhur bersama para sahabat,
beliau berdiri pada dua rakaat yang pertama tidak duduk, maka para
sahabatpun berdiri mengikuti beliau, hingga setelah selesai melakukan
shalatnya dan para sahabat sedang menunggu salam yang beliau lakukan,
beliau bertakbir masih dalam keadaan duduk lalu beliau sujud dua kali
sebelum salam, setelah itu barulah beliau salam.
Makna Global
Suatu ketika Nabi SAW shalat dzuhur bersama para sahabat, setelah
menyelesaikan dua rakaat pertama, beliau langsung berdiri dan tidak duduk
untuk melakukan tasyahud pertama. Para makmum tetap mengikutinya gerakan
tersebut, setelah beliau menyelesaikan dua rakaat terkahir kemudian duduk
tasyahud akhir dan selesai membaca tasyahud, para sahabat menunggu salam
beliau, tiba-tiba beliau bertakbir dalam keadaan tetap duduk lalu beliau sujud
bersama mereka sebanyak dua kali sujud sebelum melakukan salam. Sujudnya
sebagaimana sujud utama dalam shalat lain, setelah itu beliau barulah salam.
Manfaat Hadits
1). Wajib sujud sahwi bagi orang yang lupa dalam shalatnya dan bagi yang
tidak melakukan tasyahud awal.
2). Tasyahud awal bukan termasuk rukun shalat, sebab jika tasyahud itu
merupakan rukun shalat niscaya tidak dapat diganti dengan sujud sahwi.
3). Pentingya mengikuti gerakan imam. Nabi SAW telah membenarkan para
sahabat untuk mengikuti beliau. Para sahabat tidak duduk tasyahud awal
karena mengikuti Nabi padahal mereka mengatahui hal tersebut.
5). Lupa yang dialami oleh imam berlaku bagi makmum, meskipun mereka
meninggalkan tasyahud dengan sengaja. Bagi orang yang sengaja
meninggalkan kewajiban maka tidak wajib sujud sahwi, hanya saja shalatnya
batal, namun bukan dalam gambaran seperti ini.
Faedah hadist:
1. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Fikih Shalat menjelaskan, haram hukumnya
bagi orang yang melintas di hadapan orang yang sedang sholat atau antara
orang sholat dengan sutrahnya (pembatas).
2. Diharamkan melewati orang yang sedang shalat, bahkan ada ancaman keras.
Dalam Nail Al-Authar disebutkan bahwa hal ini termasuk dosa besar.
3. Hikmah larangan ini, karena orang yang sedang shalat sedang bermunajat
kepada Allah. Orang yang melewati yang sedang shalat berarti memutus
munajat ini dan mengganggu fokus orang yang sedang shalat.
4. Diharamkan melewati orang yang sedang shalat pada area antara ia berdiri
dan sutrah.
5. Jika yang shalat tidak menghadap sutrah, tetap diharamkan melewati area
shalat orang tersebut antara kaki dan tempat sujudnya.
6. Melewati jamaah yang “super padat” seperti di Masjidil Haram tetap tidak
dibolehkan, kecuali: (a) kondisi sangat padat, tidak ada jalan lain untuk
lewat; (b) ada yang shalat di jalan umum yang biasa dilewati, hal itu sudah
jadi risiko bagi yang shalat.
Faedah hadis:
Faedah hadis:
1. Bolehnya menjadikan orang yang tidur sebagai sutrah, jika karena adanya
hajat seperti sempitnya tempat.
2. Orang yang sholat dan sutrahnya adalah perempuan maka hukum sholatnya
tidak batal dan tidak pulah berkurang.
3. Menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu, karena nabi ﷺtelah
menyentuh istrinya aisya.
4. Kehidupan nabi ﷺdan keluarganya sangatlah sederhana, ridha dengan
pemberian allah, serta zuhud terhadap dunia ini.
5. Bolehnya melakukan gerakan lain saat sholat.
Makna hadis:
Shalat adalah komunikasi antara hamba dan Rabbnya. Maka tidak sepantasnya
orang yang shalat sibuk dengan selain munajat pada Allah. Zaid bin Arqam
radiyallahu anhu mengabarkan bahwa kaum Muslimin dahulu, di masa awal Islam,
berbicara ketika salat sesuai kebutuhan mereka dalam bicara. Seorang dari mereka
biasa bicara dengan kawannya yang ada di sampingnya terkait kebutuhannya. Itu
didengar oleh Nabi sallallahu alaihi wa sallam, dan beliau tidak mengingkarinya.
Karena salat itu adalah kesibukan bermunajat kepada Allah dari bicara dengan
sesama makhluk, Allah Tabaraka wa Taala memerintah mereka memelihara salat
dan diam, serta melarang mereka berbicara. Maka Allah menurunkan
ayat, "Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wusta. Dan berdirilah
karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk." Dari ayat ini para sahabat
mengetahui larangan bicara ketika salat sehingga mereka berhenti melakukannya
radiyallahu anhum.
Faedah hadis:
1. Diharamkan berbicara dalam shalat baik dalam shalat wajib maupun shalat
sunnah, baik berbicara yang sedikit maupun banyak.
2. Berbicara dalam shalat itu membatalkan shalat dan diharamkan karena
bertentangan dengan maksud shalat. Shalat itu hubungan antara seorang
hamba dengan Rabbnya. Hendaklah seorang yang shalat tidak tersibukkan
dengan hal lain selain dari bermunajat kepada Allah dan tunduk di hadapan-
Nya.
3. Siapa saja yang sedang shalat lalu berbicara dalam keadaan lupa, atau ia
menyangka shalatnya telah usai, menurut pendapat yang paling kuat,
shalatnya tidaklah batal (shalatnya tetap sah). Inilah yang jadi pendapat
Imam Malik, Imam Syafii, dan pendapat dari Imam Ahmad, serta dipilih
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Atas dasar makna-makna yang agung seperti inilah disyariatkan penundaan shalat
Zhuhur dari awal waktunya. Hadits ini menjadi pengkhusus bagi hadits-hadits yang
menyebutkan keutamaan shalat di awal waktu.
Faedah hadis:
1. Sunat menunda shalat Zhuhur ketika panas menyengat hingga udara menjadi
lebih dingin dan panas berkurang. Menurut para Ulama, penundaan ini tidak
mempunyai batasan waktu dalam syariat. Ah-Shanany menjelaskan bahwa
yang lebih benar penggunaan dalil untuk mejelaskan batasannya ialah hadits
yang ditakhrij Asy-Syaikhany dari hadits Abu Dzar, dia berkata :Kami
dalam perjalanan bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu
muadzin hendak adzan untuk shalat Zhuhur. Maka beliau
bersabda,Tunggulah hingga udara menjadi lebih dingi,Muadzin hendak
adzan lagi, lalu belaiu bersabda,Tunggulah hingga udara menjadi lebih
dingin lagi. Hingga kami melihat bayangan di dinding. Ini merupakan
petunjuk batasan menunda hingga dingin, yaitu ketika dinding sudah
memunculkan bayangan atau lainnya.
2. Hikmah dalam hal ini ialah agar orang yang shalat dapat tenang hatinya dan
tidak gusar karena terganggu oleh panas matahari yang menyengat.
3. Hukum berlaku karena alasannya. Jika dirasakan panas di suatu wilayah,
maka berlakulah fadhilah penundaan shalat Zhuhur. Adapun wilayah-
wilayah yang dingin, berarti kehilangan alasan, sehingga tidak dianjurkan
menunda pelaksanaan shalat Zhuhur.
4. Zhahir hadits ini dan hikmah yang dapat dipahami dari pendundaan ini,
bahwa hukum ini bersifat umum bagi orang yang hendak shalat jamaah di
masjid dan orang yang mengerjakannya sedirian di rumah, karena mereka
semua merasakan kegundahan karena panas.
5. Disyariatkan kepada orang yang shalat untuk menjauhi segala hal yang
menyibukkan dan menggangu.
Terjemahanya:
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mengajari saya tasyahhud, yaitu menyatukan kedua tanganku di
hadapan dada saya, sebagaimana beliau mengajari saya surah dari Al-Qur'an".
)(HR.Al-Bukhari no.6265 dan muslim no.59/402
dengan membaca:
التحيات هلل ،والصلوات والطيبات ،السالم عليك أيها النبي ،ورحمة هللا وبركاته ،السالم علينا ،وعلى عباد هللا
الصالحين ،أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له ،وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله
Faedah hadis:
اب التشهد
بَ ُ
ع َْن َع ْب ِد هللا ب ِْن َم ْسعُو ٍد رضي هللا َع ْن ْهُ قال" :عَلَّ َمني َرسُو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم التَّ َشهُّدََ -كفِّى بَ ْينَ كف ْي ِه-
بي َو َرحْ َمةُ هللا َوبَ َركاتُهُ، الطيبات ،ال َّسالَ ُم َعلَ ْيكَ أيهَا النَّ ُّ ُ ات َو َّات هلل َوالصلَ َو ُ َكما يُ َعلِّ ُمني السُّو َرةَ ِمنَ ْالقُرْ آ ِن"التَّ ِحي ُ
أن الَ إلهَ ِإالَّ هللا َوأ ْشهَ ُد أنَ ُمح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولهُ".وفي لفظِ :إ َذا السَّال ُم َعلَ ْينَا َوعَلى ِعبَا ِد هللا الصَّالِ ِحينَ ،أ ْشهَ ُد ْ
َّات هلل " وذكره إلى آخره.وفيه "فَإنَّ ْكم ِإ َذا فَ َع ْلتُ ْم ذلِكَ فَقَ ْد َسلَّ ْمتُ ْم على ُكل َع ْب ٍد صالَ ِة فَ ْليَقُلْ " :التَّ َحي ُ
قَ َع َد أ َح ُد ُك ْم لِل َّ
" .صالح في ال َّس َما ِء َواألرْ ض" .وفيه " فَ ْليَتَ َخيَّرْ ِمنَ ْال َمسْأل ِة ما َشا َء
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam mengajarkan kepadaku tasyahhud, ketika itu telapak tanganku di
antara kedua telapaknya sebagaimana Beliau mengajarkan kepadaku satu surat dari
Al Qur’an, yaitu, “At Tahiyyatu lillah…dst.” (artinya: “Segala pengagungan untuk
Allah serta semua ibadah badan dan ucapan, salam atasmu wahai Nabi, serta
rahmat Allah dan berkah-Nya semoga dilimpahkan kepadamu. Salam untuk kami
dan untuk hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya). Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Apabila salah
seorang di antara kamu duduk dalam shalat, maka ucapkanlah, “At Tahiyyatu
lillah…dst.” Beliau juga bersabda, “Karena jika kamu mengucapkan demikian,
maka kamu sama saja telah mengucapkan salam kepada semua hamba yang saleh
baik di langit maupun di bumi.” Beliau juga bersabda, “Selanjutnya, pilihlah
permintaan yang ia inginkan.”
Kandungan hadis
1. tempat mengucapkan tasyahud ini dalam shalat. Apabila seseorang
mengucapkan tasyhud jenis lain diriwayatkan dari nabi, maka hal itu
diperbolehkan.
2. Antusiasme nabi untuk mengajari umatnya dan perhatian-nya terhadap itu
3. Urgensi tasyahud ini, karena Nabi ﷺmengajarkanya kepada ibnu masu’d
sebagaimana beliau mengajarinya surat dari al-qur’an dan disertai dengan
memegang tanganya.
4. Boleh mengucapkan doa apa saja yang disukai dalam shalat selama bukan
dosa.
صالَة على النبي صلى هللا عليه وسلم َّ اب َكيفية ال ُ َب
الحديث األول
: لَقِيَني َكعبُ بنُ عُجْ َرة فَقَا َل:ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ م ِن ب ِْن أبي لَ ْيلَى قال
َ قَ ْد َعلِ ْمنَا َكيفَ نُ َسلِّ ُم َعلَ ْي، يَا َرسُو َل هللا:َرج َعلَ ْينَا فَقُ ْلنَا
،ك َ صلى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلم خ َ ي َّ ك هَ ِديَّةً؟ ِإ َّن النَّب َ َ ل، أال ُأ ْه ِدي
.صلِّي َعلَ ْيكَ ؟ َ ُفَ َك ْيفَ ن
ك َح ِمي ٌد َ ّصلَّيْتَ َعلَى إبرا ِه ِيم َوعَلى آل إبراهي َم إن َ َكما،ص ّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َ الَّلهُ َّم: " قُولُوا:قَال
ك َح ِمي ٌد َمجي ٌد ِ آل ُمح َّم ٍد َكما بَار ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِهي َم َو َعلَى
َ َّآل ِإب َْرا ِهي َم ِإن ِ بارك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ْ َو." َمجي ٌد.
Artinya: Dari Abdurrahman bin Abu Laila dia berkata; Ka'b bin 'Ujrah pernah
menemuiku, lalu dia berkata; "Maukah kamu aku beri petunjuk? Sesungguhnya
Nabi Shallallahu 'alahi wasallam pernah keluar menemui kami, lalu kami bertanya;
"Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah
caranya bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: "Ucapkanlah; Allahumma
Shalli 'Alaa Muhammad Wa 'Alaa Aali Muhammad Kamaa Shallaita 'Alaa Aalii
Ibraahim Innaka Hamiidum Majiid. Allaahumma Baarik 'Alaa Muhammad
Wa'alaa Aali Muhammad Kamaa Baarakta 'Alaa 'Aali Ibrahiima Innaka Hamiidum
Majiid (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim,
sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi
barakah kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia)."
Kandungan hadis:
1. Mengajarkan cara bershalawat kepada nabi ﷺ
2. Shalawat yang paling utama adalah yang dinukil melalui jalur shahih dari
nabi ﷺbukan yang diada-adakan oleh mereka yang suka mengada-adakan
3. Keutamaan nabi allah ibrahim alaihissalam
4. Penysariatan menutup doa dengan pujian kepada allah sesuai dengan
perintah
5. Antusiasme para shabat dan pendahulu umat ini terhadap ilmu syariat
الحديث الثالث
َ صلَّى هللا ع َْلي ِه َو َسلّ َم
صالَةً بَ ْع َد أن نَزَ لَت َعلَ ْي ِه "ِإ َذا جاء نَصر َ النبي
ُّ صلَّى
َ َما:ع َْن َعاِئ َشةَ رض َي هللا ع ْنهَا قَالت
كانَ َرسُو ُل هللا صلى: وفي لفظ." الَلهُم اغفر ْلي، َك اللهم َربّنَا َوبَح ْم ِدك َ َ ْ " ُس ْب َحان: إال يَقُو ُل فِيهَا،"ُهللا َو ْالفَتح
اللهُ َّم ا ْغفِرْ لي، " ُسب َْحانَكَ اللهُ َّم َربّنا َوبِ َح ْم ِدك:.ُأن يَقُو َل في رُكو ِع ِه َوسجُو ِد ِه ْ " هللا عليه وسلم يُ ْكثِر.
Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Setelah turun ayat “Idzaa jaa’a
nashrullahi wal fat-h” (Qs. An Nashr) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
selalu membaca dalam shalat, “Subhanaka Rabbanaa…dst.” (artinya: Mahasuci
Engkau wahai Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, maka ampunilah aku).Dalam
sebuah lafaz disebutkan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam banyak membaca
dalam ruku dan sujudnya, “Subhaanakallahumma….dst.” (artinya: Mahasuci
Engkau wahai Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, maka ampunilah aku).
Kandungan hadis:
1. Penysaritan bagi orang shalat mengucapkan saat ruku dan sujudnya. “maha
suci engkau ya allah, dengan memujimu ya allah ampunilah aku”, dan
memperbanyak mengucapkanya
2. Kesempurnaan penghambaan nabi ﷺkepada allah dan pelaksanaan
terhadap perinthanya
3. Nabi ﷺtidak diutus untuk senantiasa kekal akan tetapi diutus untuk
menyampaikan risalah rabbnya kemudian berpindah kesisinya
اب ال ِوتر
ُ َب
الحديث األول
َما تَ َرى في:ي صلى هللا عليه وسلم َوه َُو َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر َّ َسأ َل َر ُج ٌل النَّب:رضى هللا َع ْنهُ َما قال َ ع َْن َع ْب ِد هللا ب ِْن ُع َم َر
:وأنه كان يقول."صلى َ ت لَهُ َما ِ صلَّى َو
ْ اح َدةً فَأوْ ت ََر ِ " َم ْثنَى َم ْثنَى فَإذا خ:صالَ ِة اللَّي ِْل؟ قال
َ َش َي أ َح ُد ُك ُم الصُّ ب َْح َ
ًصالَتِ ُك ْم باللَّي ِْل ِو ْترا َ آخ َر ِ ""اجْ َعلُوا.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma ia berkata, “Ada seorang yang
bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat Beliau berada di atas
mimbar, “Apa sabdamu tentang shalat malam?” Beliau menjawab, “Dua rakaat,
dua rakaat. Jika salah seorang di antara kamu khawatir tiba waktu Subuh, maka ia
kerjakan shalat Subuh satu rakaat saja untuk mengganjilkan shalat malam yang ia
lakukan.” Beliau juga bersabda, “Jadikanlah akhir shalatmu di malam hari adalah
shalat witir.”
Kandungan hadis:
1. Shalat malam adalah dua rakat dua rakaat. Memberi salam pada setiap dua
rakaat dan ditutup satu rakaat untuk mengganjilkan shalat yang dikerjakan
2. Shalat malam tidak terbatas pada jumlah tertentu. Boleh bagi seorang shalat
apa yang dia sukai dengan cara dua rakaat dua rakaat. Akan tetapi nabi ﷺ
tidak pernah melabihkan dari sebelas rakaat, biak dibulan ramadhan maupun
selainya
3. Pensyariatan witir dan ia termasuk sunnah muakkad (ditekankan).
4. Boleh mengerkan witir satu rakaat
5. Waktu witi berakhir dengan terbitnya fajar
الحديث الثاني
،الليل
ِ ِم ْن أ َّو ِل، ِم ْن ُكل الليل قَ ْد أوتَر َرسُول هللا صلى هللا عليه وسلم:ت ْ َع َْن عَاِئ َشةَ رض َي هللا َع ْنهَا قال
آخ ِر ِه فانتهَى وترهُ ِإلى الس ََّح ِر
ِ وأوْ َس ِط ِه َو.
َ
Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Pada setiap malam, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam berwitir, terkadang di awal malam, di tengahnya, dan
di akhirnya, namun keadaan Beliau yang terakhir adalah berwitir menjelang waktu
sahur (di akhir malam).”
Kandungan hadis:
1. Boleh witir di awal malam, di pertengahanya, dan akhirnya akan tetapi witir
di akhir malam lebih utama bagi siapa yang ingin bangun shalat malam
2. Waktu witir berlangsung dari shalat isya hingga terbit fajar
صالة
َّ اب الذكر عَقب ال
ُ َب
الحديث األول
َ أن َر ْف َع الصوت بال ِّذ ْك ِر ِحين يَ ْن
كان َعلَى َع ْه ِد-ص ِرفُ النَّاسُ ِمنَ ال َم ْكتُوبَ ِة َّ ع َْن ابْن َعبَّاس رض َي هللا َع ْنهُ َما
َرسُو ِل هللا صلى هللا عليه وسلم.
ُول هللا
َ صال ِة َرس
َ قضا َء ِ " َما ُكنَّا نَع:وفي لفظ.ُص َرفُوا بِذلك ِإ َذا َس ِم ْعتُه
َ ْرفُ ا ْن ُ ُك ْن:ال ابنُ عبَّاس
َ ت أ ْعلَ ُم ِإ َذا ان َ َق
صلى هللا عليه وسلم إال بالتَّكبِير" متفق عليه.
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa mengeraskan suara dzikr
setelah orang-orang selesai shalat fardhu terjadi di zaman Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Ibnu Abbas berkata, “Aku mengetahui selesainya shalat mereka
ketika mendengar suara itu.” Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Kami tidak
mengetahui selesainya shalat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melainkan
dengan terdengarnya suara takbir.”
Kandungan hadis:
1. Pensyariatan zikir dan mengeraskanya sesudah shalat wardhu
2. Takbir termasuk zikir yang biasa mereka keraskan.
الحديث الثاني
ُول هللا صلى َ أن َرس َّ :َاويَة ِ ى ْال ُم ِغي َرةُ بْنُ ُش ْعبَةَ في ِكتَاب ِإلَى ُم َع َّ َ أ ْملَى َعل:ع َْن َورَّا ٍد َموْ لَى ْال ُم ِغير ِة ْب ِن ُش ْعبَةَ قال
َوه َُو،ُك ولهُ ْال َح ْمد ُ لَهُ ْال ُم ْل،ُك لَه َ " الَ إلهَ ِإالَّ هللا َوح َدهُ الَ َش ِري:هللا عليه وسلم كانَ يَقُو ُل في ُدب ُِر ُك ِّل صالَ ٍة َمكتُوبَ ٍة
دت بَ ْع َد ُ َك الَجْ ُّد ث َّم َوف َ َوالَ يَنف ُع َذا ال َج ِّد ِم ْن، َ َوالَ ُم ْع ِطى لِ َما َمنَعْت، َ الَّلهُ َّم الَ َمانِ َع لِ َما أ ْعطَيْت:َعلَى ُكلِّ َشي ٍء قَ ِدير
َو َك ْث َر ِة،ال
ِ ضا َع ِة ال َم َ َوِإ.ال َ َوفي لفظ " كانَ يَ ْنهَى ع َْن قِيل َوق.ك َ ِاس بِذلَ َّ فَ َس ِم ْعتُهُ يَْأ ُم ُر الن.،َعاويَة
ِ ذلِكَ َعلَى ُم
ِ ت َو َم ْن ٍع َوهَا
ت ِ َو َوأد البَنَا،ت ِ ُال"و َكانَ يَ ْنهَى ع َْن ُعق
ِ وق األ َّمهَا َ السَُّؤ. ".
Dari Warrad maula Mughirah bin Syu’bah ia berkata, “Mughirah bin Syu’bah
pernah mendiktekan surat kepadaku untuk disampaikan kepada Mu’awiyah yang
isinya, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam setiap selesai shalat fardhu
mencucapkan, “Laailaahaillallahu wahdahu…dst.” (artinya: “Tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya
kerajaan dan milik-Nya segala pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya
Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada
yang dapat memberikan jika Engkau menghalangi serta tidaklah bermanfaat bagi
seseorang kekayaannya (yang bermanfaat adalah iman dan amal saleh).” Setelah
itu aku datang menghadap Mu’awiyah sebagai delegasi dan aku mendengar
Mu’awiyah memerintahkan demikian kepada manusia. Dalam sebuah lafaz juga
disebutkan, “Beliau melarang menyampaikan ‘dikatakan demikian dan katanya
demikian’ (ucapan yang tidak berguna), menyia-nyiakan harta, banyak bertanya,
dan melarang pula durhaka kepada orang tua, mengubur hidup-hidup anak
perempuan, serta bersikap bakhil dan rakus terhadap harta.”
Kandungan hadis:
1. Pensyariatan zikir kepada allah ta’ala sesudah shalat-shalat fardu,
diantaranya apa yang diriwayatkan al-mughirah bin syu’bah dari nabi ﷺ.
2. Keutamaan mu’awiyah dan antusiasmenya terhadap ilmu, serta perintahnya
kepada manusia untuk mengamalkan ilmu.
3. Kesempurnaan syari’at islam dalam hal penjagaan dan pemeliharaan waktu,
lisan, harta, kemuliaan, dan hak-hak. Nabi ﷺmelarang berita-berita tak
bertanggung jawab. Menyia-nyiakan harta, banyak bertanya, durhaka kepada
ibu, mengubur anak-anak perempuan hidup-hidup, serta sikap rakus dan
bakhil.