Anda di halaman 1dari 22

PRAKTEK SHALAT LIMA WAKTU

Mata Kuliah Praktek Ibadah Dan Tilawah Semester VI


Fakultas Agama Islam-Unisma Bekasi
Disampaikan pada Hari Selasa tanggal 07 April 2020
Oleh :H.Abdurrahman Siddiq.MpdI

Shalat lima waktu adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tertentu, sebanyak lima kali sehari.
Shalat lima waktu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Allah menurunkan perintah shalat
lima waktu ini ketika peristiwa Isra Mikraj.Shalat ini hukumnya fardu ain (wajib), yakni wajib
dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali
berhalangan karena sakit keras, gangguan kejiwaan, haid, dan sebagainya. Khusus untuk sakit atau
disabilitas yang membatasi umat menjalankan salat sebagaimana mestinya, maka mereka
diperbolehkan melakukan salat dalam posisi duduk atau berbaring semampu mereka.
Kaum muslimin sepakat bahwa sholat lima waktu harus dikerjakan pada waktunya, dalilnya adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
‫علاى ا ْل ُمؤْ مِ نِينا ِكتاابًا ام ْوقُوتًا‬
‫إِنَّ الص اََّلةا كااناتْ ا‬
Sholat Zhuhur
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu/wajib yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman”. QS. An Nisa’ (4) : 103
BERIKUT PENJELASAN WAKTU-WAKTU SHOLAT
Secara bahasa Zhuhur berarti waktu Zawal yaitu waktu tergelincirnya matahari (waktu matahari
bergeser dari tengah-tengah langit) menuju arah tenggelamnya (barat).
Sholat zhuhur adalah sholat yang dikerjakan ketika waktu zhuhur telah masuk. Sholat zhuhur
disebut juga sholat Al Uulaa (‫ )األ ُ ْولاى‬karena sholat yang pertama kali dikerjakan Nabi shollallahu
‘alaihi was sallam bersama Jibril ‘Alaihis salam. Disebut juga sholat Al Hijriyah (ُ‫)الحِ جْ ِرياة‬.
Awal Waktu Sholat Zhuhur
Awal waktu zhuhur adalah ketika matahari telah bergeser dari tengah langit menuju arah
tenggelamnya (barat). Hal ini merupakan kesepakatan seluruh kaum muslimin, dalilnya adalah
hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,
‫الر ُج ِل اكطُو ِل ِه اما ال ْم ياحْ ض ُِر ا ْل اعص ُْر‬
َّ ‫س اوكاانا ظِ ُّل‬
ُ ‫ت الش َّْم‬ ُّ ‫……و ْقتُ ال‬..
ِ ‫ظه ِْر ِإذاا زاا ال‬ ‫ا‬
“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya) hingga
bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu ‘Ashar……….”.
Akhir Waktu Sholat Zhuhur
Para ulama bersilisih pendapat mengenai akhir waktu zhuhur namun pendapat yang lebih tepat dan
ini adalah pendapat jumhur/mayoritas ulama adalah hingga panjang bayang-bayang seseorang
semisal dengan tingginya (masuknya waktu ‘ashar). Dalil pendapat ini adalah hadits Nabi
Shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu di atas.
Catatan :
Waktu sholat zhuhur dapat diketahui dengan menghitung waktu yaitu dengan menghitung waktu
antara terbitnya matahari hingga tenggelamnya maka waktu zhuhur dapat diketahui dengan
membagi duanya.
Disunnahkan Hukumnya Menyegerakan Sholat Zhuhur di Awal Waktunya
Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin Samuroh rodhiyallahu ‘anhu,
ُ ‫ت ال َّش ْم‬
‫س‬ ِ ‫ض‬ ُّ ‫ص ِِّلى ال‬
َ ‫ظ ْه َر ِإذَا دَ َح‬ ُّ ‫كَانَ النَّ ِب‬
َ ُ‫ ي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬
“Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam biasa mengerjakan sholat zhuhur ketika matahari telah
tergelincir”.
Disunnahkan Hukumnya Mengakhirkan Sholat Zhuhur Jika Sangat Panas
Hal ini berdasarkan hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam,
َّ ‫ َوإِذَا ا ْشتَدَّ ْال َح ُّر أَب َْردَ بِال‬، ِ‫صالَة‬
ِ‫صالَة‬ َّ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم إِذَا ا ْشتَدَّ ْالبَرْ دُ بَ َّك َر بِال‬
ُّ ِ‫كَانَ النَّب‬
“Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam biasanya jika keadaan sangat dingin beliau menyegerakan
sholat dan jika keadaan sangat panas/terik beliau mengakhirkan sholat”.
Batasan dingin berbeda-beda sesuai keadaan selama tidak terlalu panjang hingga mendekati waktu
akhir sholat.
Sholat ‘Ashar
‘Ashar secara bahasa diartikan sebagai waktu sore hingga matahari memerah yaitu akhir dari
dalam sehari.
Sholat ‘ashar adalah sholat ketika telah masuk waktu ‘ashar, sholat ‘ashar ini juga disebut sholat
‫س ا‬
woshtho (‫طى‬ ْ ‫)الو‬.
ُ
Awal Waktu Sholat ‘Ashar
Jika panjang bayangan sesuatu telah semisal dengan tingginya (menurut pendapat jumhur ulama).
Dalilnya adalah hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,
ْ َ‫الر ُج ِل َكطُو ِل ِه َما لَ ْم يَحْ ض ُِر ْال َعص ُْر َو َو ْقتُ ْال َعص ِْر َما لَ ْم ت‬
ُ ‫صف ََّر ال َّش ْم‬
‫س‬ ُ ‫ت ال َّش ْم‬
َّ ‫س َوكَانَ ظِ ُّل‬ ُّ ‫…… َو ْقتُ ال‬.
ِ َ‫ظ ْه ِر ِإذَا زَ ال‬
“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya) hingga
bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu ‘ashar dan waktu ‘ashar
masih tetap ada selama matahari belum menguning………”.
Akhir Waktu Sholat ‘Ashar
Hadits-hadits tentang masalah akhir waktu ‘ashar seolah-olah terlihat saling bertentangan.
• Dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah rodhiyallahu ‘anhu ketika Jibril
‘alihissalam menjadi imam bagi Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,
‫س ث ُ َّم‬ ُّ ‫ص ِِّل ال‬
ُ ‫ظ ْه َر حِ ينَ َمالَتْ ال َّش ْم‬ ُ ‫علَ ْي ِه َو َسلَّ َم حِ ينَ زَ الَتْ ال َّش ْم‬
َ َ‫س فَقَا َل قُ ْم يَا ُم َح َّمدُ ف‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ِِّ ِ‫علَ ْي ِه الس ََّالم إِلَى النَّب‬
َ ‫َجا َء ِجب ِْري ُل‬
َ‫س…… َما بَيْن‬ ُ ‫ص ِِّل ْالعَص َْر ث ُ َّم َم َكثَ َحتَّى إِذَا غَابَتْ ال َّش ْم‬ َ َ‫الر ُج ِل مِ ثْلَهُ َجا َءهُ ل ِْلعَص ِْر فَقَا َل قُ ْم يَا ُم َح َّمدُ ف‬ َّ ‫ي ُء‬ْ َ‫َمكَثَ َحتَّى إِذَا كَانَ ف‬
ُ‫هَذَي ِْن َو ْقتٌ كُلُّه‬
“Jibril mendatangi Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam ketika matahari telah tergelincir ke arah
tenggelamnya kemudian dia mengatakan, “Berdirilah wahai Muhammad kemudian shola zhuhur
lah. Kemudian ia diam hingga saat panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Jibril
datang kemudian mengatakan, “Wahai Muhammad berdirilah sholat ‘ashar lah”. Kemudian ia
diam hingga matahari tenggelam………….diantara dua waktu ini adalah dua waktu sholat
seluruhnya”.
• Dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,
‫س‬ ْ َ‫َو َو ْقتُ ْال َعص ِْر َما لَ ْم ت‬
ُ ‫صف ََّر ال َّش ْم‬
“Dan waktu ‘ashar masih tetap ada selama matahari belum menguning………”
• Hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam yang diriwayatkan dari sahabat Abu Huroiroh
rodhiyallahu ‘anhu,
‫س فَقَدْ أَد َْركَ ْالعَص َْر‬ َ ‫َم ْن أَد َْركَ َر ْكعَةً مِنَ ْالعَص ِْر قَ ْب َل أَ ْن تَ ْغ ُر‬
ُ ‫ب ال َّش ْم‬
“Barangsiapa yang mendapati satu roka’at sholat ‘ashar sebelum matahari tenggelam maka ia telah
mendapatkan sholat ‘ashar”.
Kompromi dalam memahami ketiga hadits yang seolah-olah saling bertentangan ini adalah :
Hadits tentang sholat Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dan Jibril ‘Alaihissalam dipahami
sebagai penjelasan tentang akhir waktu terbaik dalam melaksanakan sholat ‘ashar. Adapun hadits
‘Abdullah bin ‘Amr dipahami sebagai penjelasan atas waktu pelaksanaan sholat ‘ashar yang masih
boleh. Sedangkan waktu hadits Abu Huroiroh sebagai penjelasan tentang waktu pelaksanaan
sholat ‘ashar jika terdesak artinya makruh mengerjakan sholat ‘ashar pada waktu ini kecuali bagi
orang yang memiliki udzur maka mengerjakan sholat ‘ashar pada waktu itu hukumnya tidak
makruh. Allahu a’lam.
Disunnahkan Hukmnya Menyegerakan Sholat ‘Ashar
Hal ini berdasarkan hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam yang diriwayatkan dari Sahabat
Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu,
ُ ‫ص ِِّلى ْال َعص َْر َوال َّش ْم‬
ٌ‫س ُمرْ تَ ِف َعةٌ َحيَّة‬ ِ َّ ‫كَانَ َرسُو ُل‬
َ ُ‫َّللا – صلى هللا عليه وسلم – ي‬
“Rosulullah shollallahu ‘alaihi was sallam sering melaksanakan sholat ‘ashar ketika matahari
masih tinggi”.
Sunnah ini lebih dikuatkan ketika mendung, hal ini berdasarkah hadits yang diriwayatkan dari
Sahabat Abul Mulaih rodhiyallahu ‘anhu. Dia mengatakan,
َ‫صالَة‬ َّ ‫الةِ ْال َعص ِْر َفإِنَّ النَّ ِب‬
َ َ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – قَا َل « َم ْن ت ََرك‬ َ ‫ص‬َ ‫غي ٍْم فَقَا َل بَ ِ ِّك ُروا ِب‬
َ ‫كُنَّا َم َع ب َُر ْيدَةَ فِى غ َْز َوةٍ فِى يَ ْو ٍم ذِى‬
ُ‫ع َم ُله‬
َ ‫ط‬َ ‫ْال َعص ِْر فَقَدْ َح ِب‬
“Kami bersama Buraidah pada saat perang di hari yang mendung. Kemudian ia mengatakan,
“Segerakanlah sholat ‘ashar karena Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam mengatakan,
“Barangsiapa yang meninggalkan sholat ‘ashar maka amalnya telah batal”.
Hadits ini juga menunjukkan betapa bahayanya meninggalkan sholat ‘ashar.
Sholat Maghrib
Secara bahasa maghrib berarti waktu dan arah tempat tenggelamnya matahari. Sholat maghrib
adalah sholat yang dilaksanakan pada waktu tenggelamnya matahari.
Awal Waktu Sholat Maghrib
Kaum Muslimin sepakat awal waktu sholat maghrib adalah ketika matahari telah tenggelam
hingga matahari benar-benar tenggelam sempurna.
Akhir Waktu Sholat Maghrib
Para ulama berselisih pendapat mengenai akhir waktu maghrib.
Pendapat pertama mengatakan bahwa waktu maghrib hanya merupakan satu waktu saja yaitu
sekadar waktu yang diperlukan orang yang akan sholat untuk bersuci, menutup aurot, melakukan
adzan, iqomah dan melaksanakan sholat maghrib. Pendapat ini adalah pendapat Malikiyah, Al
Auza’i dan Imam Syafi’i. Dalil pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Jabir ketika Jibril
mengajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam sholat,
َ ‫صلَّى ْال َم ْغ ِر‬
‫ب‬ َ ْ‫س َو ْقتًا َواحِ دًا لَ ْم َي ُزل‬
َ َ‫ع ْنهُ فَقَا َل قُ ْم ف‬
َ َ‫ص ِِّل ف‬ ِ ‫…ث ُ َّم َجا َء ُه ل ِْل َم ْغ ِر‬..
ُ ‫ب حِ ينَ غَا َبتْ ال َّش ْم‬
“Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi was sallam ketika matahari telah tenggelam
(sama dengan waktu ketika Jibril mengajarkan sholat kepada Nabi pada hari sebelumnya)
kemudian dia mengatakan, “Wahai Muhammad berdirilah laksanakanlah sholat
maghrib………..”.
Pendapat kedua mengatakan bahwa akhir waktu maghrib adalah ketika telah hilang sinar merah
ketika matahari tenggelam. Pendapat ini adalah pendapatnya Sufyan Ats Tsauri, Imam Ahmad,
Ishaq, Abu Tsaur, Mahzab Hanafi serta sebahagian mazhab Syafi’i dan inilah pendapat yang
dinilai tepat oleh An Nawawi rohimahumullah. Dalilnya adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr
rodhiyallahu ‘anhu,
ِ ‫صالَةِ ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ب َما لَ ْم يَ ِغ‬
…. ُ‫ب ال َّشفَق‬ َ ُ‫…و ْقت‬..
َ
“Waktu sholat maghrib adalah selama belum hilang sinar merah ketika matahari tenggelam”.
Pendapat inilah yang lebih tepat Allahu a’lam.
Disunnahkan Menyegerakan Sholat Maghrib
Hal ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dari Sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir
rodhiyallahu ‘anhu,
َ ‫ِط َرةِ – َما لَ ْم يُؤَخِ ِّ ُروا ْال َم ْغ ِر‬
‫ب إِ َلى أَ ْن تَ ْشتَبِكَ النُّجُو ُم‬ َ ‫الَ تَزَ ا ُل أ ُ َّمتِى بِ َخي ٍْر – أَ ْو قَا َل‬
ْ ‫علَى ْالف‬
“Umatku akan senantiasa dalam kebaikan (atau fithroh) selama mereka tidak mengakhirkan waktu
sholat maghrib hingga munculnya bintang (di langit)”.
Sholat ‘Isya’
‘Isya’ adalah sebuah nama untuk saat awal langit mulai gelap (setelah maghrib) hingga sepertiga
malam yang awal. Sholat ‘isya’ disebut demikian karena dikerjakan pada waktu tersebut.
Awal Waktu Sholat ‘Isya’
Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat ‘isya’ adalah jika telah hilang sinar merah di langit.
Akhir Waktu Sholat ‘Isya’
Para ulama’ berselisih pendapat mengenai akhir waktu sholat ‘isya’.
Pendapat pertama mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah sepertiga malam. Ini adalah
pendapatnya Imam Syafi’i dalam al Qoul Jadid, Abu Hanifah dan pendapat yang masyhur dalam
mazhab Maliki. Dalilnya adalah hadits ketika Jibril mengimami sholat Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam,
….‫ث اللَّ ْي ِل ْاْل َ َّو ُل‬ َ ‫…ث ُ َّم َجا َء ُه ل ِْل ِعشَاءِ حِ ينَ ذَه‬..
ُ ُ‫َب ثُل‬
“……Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi was sallam untuk melaksanakan sholat
‘isya’ ketika sepertiga malam yang pertama………..”.
Pendapat kedua mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah setengah malam. Inilah
pendapatnya Sufyan Ats Tsauri, Ibnul Mubarok, Ishaq, Abu Tsaur, Mazhab Hanafi dan Ibnu Hazm
rohimahumullah. Dalil pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr
rodhiyallahu ‘anhu,
… ِ‫صالَ ِة ْال ِعشَاءِ ِإلَى ِنصْفِ اللَّ ْي ِل اْل َ ْو َسط‬
َ ُ‫…و ْقت‬.
َ
“Waktu sholat ‘isya’ adalah hingga setengah malam”.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah ketika terbit fajar shodiq.
Inilah pendapatnya ‘Atho’, ‘Ikrimah, Dawud Adz Dzohiri, salah satu riwayat dari Ibnu Abbas,
Abu Huroiroh dan Ibnul Mundzir Rohimahumullah. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari
Abu Qotadah rodhiyallahu ‘anhu,
‫صالَ ِة اْل ُ ْخ َرى‬
َّ ‫صالَةَ َحتَّى َي ِجى َء َو ْقتُ ال‬ َ ُ‫… … ِإنَّ َما التَّ ْف ِريط‬.
َ ‫علَى َم ْن لَ ْم ُي‬
َّ ‫ص ِِّل ال‬
“Hanyalah orang-orang yang terlalu menganggap remeh agama adalah orang yang tidak
mengerjakan sholat hingga tiba waktu sholat lain”.
Pendapat yang tepat menurut Syaukani dalam masalah ini adalah akhir waktu sholat ‘isya’ yang
terbaik adalah hingga setengah malam berdasarkan hadits ‘Abdullah bin ‘Amr sedangkan batas
waktu bolehnya mengerjakan sholat ‘isya’ adalah hingga terbit fajar berdasarkan hadits Abu
Qotadah. Sedangkan pendapat yang dinilai lebih kuat menurut Penulis Shahih Fiqh Sunnah adalah
setengah malam jika hadits Anas adalah hadits yang tidak shohih.
Disunnahkan Mengakhirkan Sholat ‘Isya’
Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
‫ص ِف ِه‬ ِ ُ‫علَى أ ُ َّمتِى ْل َ َمرْ ت ُ ُه ْم أَ ْن يُؤَخِ ِّ ُروا ْال ِعشَا َء ِإلَى ثُل‬
ْ ِ‫ث اللَّ ْي ِل أَ ْو ن‬ َ ‫لَ ْوالَ أَ ْن أَش َُّق‬
“Jika sekiranya tidak memberatkan ummatku maka akan aku perintah agar mereka mengakhirkan
sholat ‘isya’ hingga sepertiga atau setengah malam”
Akan tetapi hal ini tidak selalu dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam, sebagaimana dalam
hadits yang lain,
‫طئُوا أَ َّخ َر‬ َ ‫ إذَا َرآهُ ْم اجْ تَ َمعُوا‬: ‫ َوأَحْ يَانًا يُؤَخِ ِّ ُرهَا‬، ‫َو ْال ِعشَا ُء أَحْ يَانًا يُقَ ِ ِّد ُم َها‬
َ ‫ َو ِإذَا َرآهُ ْم أَ ْب‬، ‫ع َّج َل‬
“Terkadang (Nabi) menyegerakan sholat isya dan terkadang juga mengakhirkannya. Jika mereka
telah terlihat terkumpul maa segerakanlah dan jika terlihat (lambat datang ke masjid)”.
Dimakruhkan Tidur Sebelum Sholat ‘Isya’ dan Berbicara yang Tidak Perlu Setelahnya
Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
‫كَانَ يَ ْك َرهُ النَّ ْو َم قَ ْبلَ َها َو ْال َحدِيثَ بَ ْعدَهَا‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam membenci tidur sebelum sholat ‘isya’ dan melakukan
pembicaraan yang tidak berguna setelahnya”.
Sholat Shubuh/Fajar
Fajar secara bahasa berarti cahaya putih. Sholat fajar disebut juga sebagai sholat shubuh dan sholat
ghodah.
Fajar ada dua jenis yaitu fajar pertama (fajar kadzib) yang merupakan pancaran sinar putih yang
mencuat ka atas kemudian hilang dan setelah itu langit kembali gelap.
Fajar kedua adalah fajar shodiq yang merupakan cahaya putih yang memanjang di arah ufuk,
cahaya ini akan terus menerus menjadi lebih terang hingga terbit matahari.
Awal Waktu Sholat Shubuh/Fajar
Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat fajar dimulai sejak terbitnya fajar kedua/fajar shodiq.
Akhir Waktu Sholat Shubuh/Fajar
Para ulama juga sepakat bahwa akhir waktu sholat fajar dimulai sejak terbitnya matahari.
Disunnahkan Menyegerakan Waktu Sholat Shubuh/Fajar Pada Saat Keadaan Gholas
(Gelap yang Bercampur Putih)
Jumhur ulama’ berpendapat lebih utama melaksanakan sholat fajar pada saat gholas dari pada
melaksanakannya ketika is
hfar (cahaya putih telah semakin terang). Diantara ulama yang berpendapat demikian adalah Imam
Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq dan Abu Tsaur rohimahumullah. Diantara dalil mereka
adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik,
‫صالَةَ ْالغَدَاةِ ِبغَلَ ٍس‬
َ ‫صلَّ ْينَا ِع ْندَهَا‬ ِ َّ ‫أَنَّ َرسُو َل‬
َ َ‫ ف‬، ‫َّللا – صلى هللا عليه وسلم – غَزَ ا َخ ْيبَ َر‬
“Sesungguhnya Rosulullah shallallahu ‘alaihi was sallam berperang pada perang Khoibar, maka
kami sholat ghodah (fajar) di Khoibar pada saat gholas”
SYARAT-SYARAT WAJIB SHOLAT LIMA WAKTU :
1.Islam.
2.Suci dari haid dan nifas.
3.Berakal.
4.Baligh.
5.Telah sampai Da,wah {Perintah Rasulullah Saw}kepadanya.
6.Melihat atau mendengar.
7.jaga [tidak tidur].
SYARAT-SYARAT SAH SHOLAT.
1.Suci Dari Hadast besar dan hadast kecil.
2.Suci badan,pakaian dan tempat dari najis.
3.Manutup aurat.
4.Mengetahui waktu sholat sudah tiba.
5.Menghadap kiblat.
RUKUN SHOLAT:
1.Niat.
2.Berdiri bagi orang kuasa.
3.Takbiratul ikhram[Membaca Allahu Akbar].
4.Membacara surat Al Fatihah.
5.Ruku’serta tuma’ninah.
6.I’tidal serta Tuma’ninah.
7.Sujud dua kali serta tuma’ninah.
8.Duduk di antara dua sujud dan Tuma’ninah.
9.Duduk Akhir.
10.Membaca tasyahud akhir
11.Membaca Shalawat.
12.Memberi salam yang pertama [ke kanan]
13.Tertib.
SUNNAT-SUNNAT SHOLAT
1.Mengangkat Dua tangan ketika takbir.
2.Mengangkat kedua tangan ketika akan ruku’
3.Meletakkan telapak tangan kanan atas belakang tangan kiri.
4.Melihat kearah tempat sujud.
5.Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ikhram.
6.Membaca ta auzz sebelum baca bismillah.
7.Diam sebentar sebelum membaca Surat Al Fatihah.
8.Membaca AAmin setelah Alfatihah.
9.Membaca Ayat Al Qur’an.
10.Sunnat bagi makmum mendengarkan bacaan imam.
11.Mengeraskan bacaan pada sholat subuh,Maghrib dan Isya serta sholat Jum’at.
12.Takbir tatkala turun dan bangun,selain dari ketika bangun dari ruku.
13.Membaca Sami Allahu liman hamidah.
14.Membaca Rabbana walakal hamdu tatkala i.tidal.
15.Meletakkan dua telapak tangan di atas lutut ketika ruku.
16.Membaca tasbih tiga kali ketika ruku.
17.Membaca tasbih tiga kali ketika sujud.
18.Membaca doa ketika duduk antara dua sujud.
19.Duduk Iftirasy.
20.Duduk Tawarruk.
21.Duduk istirahat.
22.Bertekan ke lantai tatkala hendak berdiri.
23.Memberi salam yang kedua.
24.Menoleh kekanan pada salam pertama,sehingga kelihatan pipinya yang kanan dari
belakang,begitu juga sewaktu salam kedua hendaklah menoleh kesebelah kiri sampai
kelihatanpipinya yang kiri dari belakang.
25.Ketika member salam hendaklah diniatkan member salam kepada yang sebelah kanan dan kiri
terhadap manusia dan malaikat.
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHOLAT.
1.Meninggalkan salah satu rukun atau memutuskan rukun sebelum sempurna dengan sengaja.
2.Meninggalkan salah satu syarat sah sholat.
3.Dengan sengaja berkata-kata yang ditujukan kepada manusia.
4.Banyak bergerak.
5.Makan atau minum.

SHOLAT BERJAMAAH

Sholat berjamaah adalah sholat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terdiri dari imam
dan makmum. Satu orang menjadi imam (pemimpin) dan yang lainnya menjadi makmun.
Sehingga dapat dikatakan bila terdapat dua orang yang sedang sholat dan satunya menjadi imam
dan lainya menjadi makmum, maka sudah dikategorikan berjamaah.

Tata cara sholat berjamaah umummnya sama dengan sholat fardhu maupun sholat sunnah lainnya
yang dikerjakan dengan cara sendiri. Dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam.
Perbedaan di antara sholat sendiri dan berjamaah adalah terkait dengan ketentuan dalam menjadi
imam dan makmum, maka tulisan di bawah ini akan bersinggungan langsung dengan
permasalahan-permsalahan yang terkait di dalamnya.

Hukum Sholat Berjamaah

Ada pendapat terkait pelaksanaan shoalt berjamaah. Sebagian ulama mengatakan wajib, sebagian
yang lainnya mengatakan sunnah. Berikut ulasannya:

َّ ‫الزكَاةَ َوارْ َك ُعوا َم َع‬


َ‫الرا ِكعِين‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫ص َالةَ َو َءاتُوا‬

Tegakan shalat dan bayarlah zakat dan rukuklah kamu bersama dengan orang-orang yang
rukuk”( al-Baqarah :43 )

َ ‫ص َالةَ ف َْلتَقُ ْم‬


‫اْلية‬.… َ‫طائِفَةٌ مِ ْن ُه ْم َمعَك‬ َّ ‫َوإِذَا كُ ْنتَ فِي ِه ْم فَأَقَمْتَ لَ ُه ُم ال‬
Dan jika kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabat) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri bersamamu…..” ( An
Nissa’ : 102 )
‫عن ابي هريرة رضي هللا عنه انه قال اتى رسول هللا صلى هللا عليه و سلم رجل اعمى فقال يا رسول هللا انه ليس لي قائد يقود‬
‫ني الى المسجد و سال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يرخص له فلما ولي دعاه صلى هللا عليه و سلم فقال له هل تسمع النداء؟‬
‫قال نعم قال فاجب‬
Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki buta datang kepada Nabi SAW dan berkata wahai
Rasulullah, tidak ada Padaku seorang yang akan menuntunku pergi ke masjid! Dia minta kepada
Rasulullah untuk meminta kemurahan (izin) kepada beliau, akan tetapi setelah orang tersebut
pergi, tiba-tiba Rasulullah memanggilnya seraya bertanya: Apakah kamu mendengar panggilan
adzan? jawabnya, Ya.Lalu Rasulullah bersabda: Penuhilah panggilan itu! (HR. Muslim dan
Nasa’i)
Dalil Ulama yang berpendapat sunah
‫عن ابن عمر رضي هللا عنهما ان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال الصالة الجماعة تفضل صالة الفد بسبع و عسرين درجة‬
Dari ibnu umar ra bahwasanya Rasulullah bersabda: “shalat jama’ah lebih tinggi dua puluh tujuh
derajat dibanding shalat sendirian” (HR Bukhari )
‫عن ابي هريرة ان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال صالة رجل في جماعة تزيد على صالته في بيته و صالته في سوقه‬
‫بسبع و عسرين درجة‬
Dari Abu Haurairah ra bahwasanya Rasulullah bersabda: “Shalat seseorang berjamaah lebih
tinggi dua puluh tujuh derajat dibanding dengan shalat sendirian dirumah dan di pasar” (
Muttafaqun alaih )
‫عن عبدهللا بن سرجس قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم اذا صلى احدكم في بيته ثم دخل المسجد والقوم يصلون فليصل‬
‫معهم تكون له نافلة‬
Dari Abdullah bin sarjis bahwasanya Rasullah bersabda: “Apabila shalat salah seorang dari kamu
dirumah kemudian masuk masjid dan mendapatkan orang banyak sedang mengerjakan shalat
maka hendaknya shalat bersama mereka sebagai nafilah” ( HR Thabrani, Hadis ini Hasan
menurut As Suyuti )

Bagi yang berpendirian jama’ah bukan wajib hukumnya, mereka berpendapat bahwa hadits yang
menyebutkan Rasulullah mengancam orang yang tidak jamaah akan dibakar rumahnya merupakn
ancaman bagi orang-orang yang meninggalkan jamaah karena nilai nifaq.
Dari semua dalil–dalil yang menerangkan wajibnya ataupun tidak wajibnya jama’ah diatas,
menurut cara jamak dan taufiq dapat diambil pengertian bahwa shalat jamaah adalah fardhu
kifayah (kewajiban akan gugur saat ada yang mewakili), hanya saja shalat jamaah tetap anjuran
yang perlu mendapat perhatian bagi kita.

Kriteria Imam pada Sholat Jama’ah

‫عن عقبة بن عمرو رضي هللا عنه قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يؤ ِّم القوم اقرؤهم لكتاب هللا فإن كانوا في القرأة سواء‬
‫فأعلمهم هجرة فإكانوا في الهجرة سواء فاقدمهم سنِّا وال يؤمن الرجل في صلطانه وال يقعد في بيته على تكرمته إال بإذنه‬
Dari Abu masud Uqbah bin Amr berkata bahwa RasulAllah SAW bersabda: “Hendaklah menjadi
imam pada suatu kaum orang yang lebih ahli membaca qur’an, jika dalam hal ini mereka
bersamaan maka yang lebih mahir dalam hal sunah (Hadis), apabila dalam hal inipun mereka
bersamaan juga, maka yang lebih dahulu mengikuti hijrah, kalau tentang hal ini mereka bersamaan
juga maka yang lebih dahulu islamnya (atau yang lebih tua umurnya). (H.R. Ahmad dan Muslim).

Bolehkah orang yang Buta atau Hamba Sahaya menjadi imam?


ِّ ‫عن أنس أنِّ النبي صلى هللا عليه و سلم استخلف ابن أ ِّم مكتوم على المدينة‬
‫مرتين يصلى بهم وهو أعمى‬
Dari Anas bahwa Nabi SAW menguasakan pada Ibnu Umi Maktum atas Madinah dua kali yaitu
mengimami penduduk Madinah padahal beliau adalah seorang yang buta. (H.R.Ahmad dan Abu
Dawud).
‫عن إبن عمر ل ِّما قدم المهاجرو ن اْلولون نزلوا العصبة موضعا بقباء قبل مقدم النبى صلى هللا عليه و سلم كان يؤمهم سالم‬
ِّ ‫مولى أبي خذيفة وكان أكثرهم قرآنا وكان فيهم عمربن الخ‬
‫طاب وأبو سلمة ابن عبد اْلسد‬
Dari Ibnu Umar ketika orang-orang muhajirin yang pertama-tama sampai di ‘Usbah yaitu suatu
tempat di Quba sebelum kedatangan Nabi SAW yang mengimami mereka adalah Salim hamba
sahaya Abu Hudzaifah, karena dialah yang lebih banyak pengertiannya tenteng Al-Qur’an, padahal
di tengah-tengah mereka terdapat juga ‘Umar bin Khattabdan Abu Salamah bin Abdul As’ad.
(H.R.Bukhari dan Abu Dawud)

Posisi Makmum yang Sendirian.


Makmum yang sendirian hendaklah berdiri di sebelah kanan imam, berdasarkan:
‫عن جابر بن عبدهللا قال قام النبي صلى هللا عليه و سلم يصلِّى المغرب فجئت فقمت عن يساره فنهانى فجعلنى عن يمينه ثم جاء‬
‫صاحب لى فصفِّفنا خلفه‬
Dari Jabir bin Abdullah berkata : berdirilah Nabi SAW mengerjakan shalat maghrib, lalu aku
datang dan aku berdiri di sebelah kiri Nabi, maka Nabi menahanku kemudian Nabi SAW
meletakkanku di sebelah kanannya, kemudian datanglah sahabatku, maka kami membuat shaf di
belakang Beliau.(H.R.Abu Dawud)

Sebagian ulama telah menukil adanya kesepakatan bahwa apabila makmum satu orang maka ia
berdiri di sebelah kanan imam, hal ini berdasarkan :

‫عن إبن عبِّاس رضي هللا عنهما قال بتِّ في بيت خالتى ميمونة فصلِّى رسول هللا صلى هللا عليه و سلم العشاء ثم جاء فصلِّى‬
‫أربع ركعات ثم نام فجئت فقمت عن يساره فجعلنى عن يمينه فصلِّى خمس ركعات ثم صلِّى ركعتين ثم نام حتى سمعت عطيطه‬
‫او قال خطيطه ثم خرج الى الصالة‬
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata : Aku bermalam di rumah bibiku Maimunah lalu Nabi SAW
mengerjakan shalat ‘isya, kemudian Nabi mengerjakan shalat empat rakaat setelah itu Nabi tidur,
kemudian Nabi mengerjakan shalat lalu aku datang dan berdiri di sebelah samping kirinya, lalu
Nabi menempatkanku disamping kanannya. Beliau shalat lima rakaat kemudian dua rakaat.
Kemudian Beliau tidur hingga aku mendengar suara dengkurnya.-atau ia berkata: suara nafasnya.-
kemudian Nabi keluar untuk menunaikan shalat subuh.(H.R.Bukhari)
Dalam pendapat ini tidak ada yang menyelisihinya kecuali Ibrahim an-Nakhoi dia berkata :
Apabila makmum satu orang maka ia berdiri di belakang imam, jika sampai imam rukuk dan belum
datang seorangpun maka ia maju dan mengambil posisi di sebelah kanan imam. Pendapat ini di
riwayatkan oleh Sa’id bin Mansur. Sebagian ‘ulama mencoba memberi penjelasan tentang
pendapat An-nakhoi tersebut, mereka berpedomanan bahwa imam merupakan tempat
berkumpulnya jama’ah, berdasarkan hal itu maka makmum harus berada di belakang imam, akan
tetapi pendapat tersebut menyalahi nash sehingga di anggap analogi (qias) yang rancu.
Ibnu Hajar Al-atsqolani berkomentar bahwa Ibrahim An-nakhoi mengatakan hal itu di karenakan
ia dalam kondisi adanya keyakinan yang kuat akan datangnya makmum yang kedua. Sa’id bin
Mansur meriwayatkan dari An-nakhoi bahwa dia berkata terkadang aku berdiri di belakang Al-
Aswad seorang diri hingga muadzin datang. (terjemahan Fathul Baari jilid 4).

Perintah untuk Meluruskan Shof dalam Sholat Berjamaah

‫سووا صفوفكم فإنِّ تسوية الصفوف من تمام الصالة‬ ِّ ‫عن أنس أنِّ النب‬
ِّ ‫ي صلى هللا عليه و سلم قال‬
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda : “Ratakanlah shofmu karena meratakan shof itu
termasuk dari sebagian kesempurnaan shalat”.(H.R.Bukhaori Muslim).

‫صوا واعتدلوا‬
ِّ ‫عن أنس كان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يقبل علينا بوجهه قبل أن يكبِّر فيقول ترا‬
Dari Anas r.a. adalah Nabi SAW menghadapkan mukanya kepada kita sebelum bertakbir seraya
bersabda :” rapatkan dan luruskanlah shofmu”.(H.R.Bukhari Muslim)Shof Wanita di Belakang
Shof Pria
‫عن ابن عباس قال صلِّيت إلى جنب النبي صلى هللا عليه و سلم وعائشة معنا تصلِّى خلفنا وأنا إلى جنب النبي صلى هللا عليه و‬
‫سلم أصلى معه‬
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata : “Aku shalat di samping Nabi SAW sedang ‘Aisyah bersama kami
dia shalat di belakang kami dan aku di sisi Nabi SAW.” (H.R.Ahmad dan Nasa’i)

‫عن أنس قال صلِّيت أنا واليتيم خلف النبي صلى هللا عليه و سلم وأ ِّمي أم ِّسليم خلفنا‬
Dari Anas r.a. berkata : “Aku shalat bersama-sama anak yatim di belakang Nabi SAW sedang
ibuku Ummu Sulaim di belakang kami”.(H.R.Bukhari)
Mengenai posisi jamaah wanita yang berada di samping jamah laki-laki yang banyak kita dapati
di masyarakat, untuk sementara ini belum kami dapati dalilnya yang menerangkan tentang hal itu.

Larangan Mendahului Imam


‫ أنِّ رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال إنما جعل اإلمام ليؤت ِّم به فإذا كبِّر فكبِّروا وال تكبِّروا‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫حتى يكبِّروا وإذا ركع فاركعوا وال تركعوا حتى يركعوا وإذا سجد فاسجدوا وال تسجدوا حتى يسجد‬
Dari Abu Hurairoh r.a. bahwa Rasulullah bersabda : “Sungguh bahwa imam itu di angkat untuk
diikuti, oleh karena itu apabila ia bertakbir maka bertakbirlah kamu dan janganlah kamu bertakbir
hingga ia bertakbir dan apabila ia telah ruaku’ maka rukuklah kamu dan janganlah kamu rukuk
hingga ia rukuk. Dan apabila ia telah bersujud maka bersujudlah kamu dan janganlah kamu
bersujud hingga ia sujud”.(H.R. Ahmad dan Abu Dawud).

Memperhatikan bacaan imam & wajibnya membaca fatihah bagi makmum


‫عن عبا دة بن صامت رضى هللا عنه قال ان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال الصالة لمن يقراء بفا تحة الكتاب‬
Dari ‘Ubadah bin Shomit bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tiada sah shalat orang yang tidak
membaaca ummul kitab (Al Fatihah)”.(H.R.Bukhari Muslim).

‫عن عبادة بن صامت قال صلِّى رسول هللا صلى هللا عليه و سلم الصبح فثقلت عليه القراءة فلما انصرف قال اني أراكم تقرؤون‬
‫وراء إمامكم قال قلنا يا رسول هللا اي وهللا قال التفعلوا اال بأ ِّم القرآن‬
Dari ‘Ubadah bin Shamit berkata Rasulullah SAW shalat shubuh lalu beliau mendengar orang-
orang makmum yang nyaring bacaannya. Setelah selesai shalat beliau menegur : Aku kira kamu
sam membaca di belakang imammu?. Kata ‘Ubadah : kita sama menjawab : Ya, wahai Rasulullah,
demi Allah benar. Maka beliau bersabda : Janganlah kau mengerjakan yan demikian, kecuali
dengan bacaan fatihah.(H.R.Ahmad, Daruqutni, Baihaqi).
Dari anas r.a. ia berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Apakah engkau membaca dalam shalatmu
di belakang imammu, padahal imam itu membaca? Janganlah kamu mengerjakannya, hendaklah
seseorang membaca fatihah pada dirinya sendiri. (yaitu dengan suara yang rendah yang di dengar
sendiri)”.(H.R.Ibnu Hibban).

Sebagian ulama berpendapat tidak wajib bagi makmum untuk membaca fatihah dalam shalat jahr
di belakang imam. Berdasarkan :
ِ ‫ئ ْالقُرْ َءانُ فَا ْستَمِ عُوا لَهُ َوأَ ْن‬
َ‫صتُوا لَعَلَّكُ ْم تُرْ َح ُمون‬ َ ‫َوإِذَا قُ ِر‬
Dan apabila di bacakan Al-qur’an maka dengarkanlah olehmu dan diamlah kamu agar supaya
kamu mendapat rahmat.(Al A’raf : 204)
‫انما جعل اإلمام ليؤت ِّم به فإذا كبِّر فكبِّروا و اذا قرأ فانصتوا‬
Hanya saja di jadikan imam untuk diikuti apabila ia takbir maka bertakbirlah kamu dan apabila
membaca diamlah kamu (memperhatikan) (H.R Ahmad)
‫كان عبد هللا بن عمر اذا سئل هل يقرا احد خلف اإلمام؟ يقول اذا صلِّى احدكم خلف اإلمام فحسبه قراءة اإلمام‬
Adalah Abdullah bin Umar ketika ditanya apakah seseorang (makmum) membaca dibelakang
imam? Berkatalah dia: Apabila seseorang shalat dibelakang imam maka bacaan imam sudah
mencukupinya. (HR Imam Malik).

Membaca Amien dengan Suara Keras

‫فقولوا ”عن أبي هريرة رضي هللا عنه أنِّ رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا قال اإلمام “غير المغضوب عليهم وال الضالين‬
‫ فمن وافق تئمينه تئمين المالئكة غفر له ما تقدِّم من ذنبه‬.‫ فإنِّ المالئكة تقول آمين وإنِّ اإلمامة يقول آمين‬.‫آمين‬
Dari Abu Hurairah berkata: bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Apabila imam telah
membaca Ghairil maghdlu bi’alaihim waladl dlallin maka bacalah A-mi-, karena sesungguhnya
malaikat membaca A-mi-n bersama-sama dengan imam membaca A-mi-n. Barang siapa membaca
A-mi-n bersmaan dengan bacaan para malaikat niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalau.(HR Ahmad dan Nasa’I)

‫عن عطاء أنِّ ابن زبير رضي هللا عنهما كان يأ ِّمن هو ومن وراءه بالمسجد الحرام إنِّ للمسجد للجِّة‬
Dari Atha’ bahwa Ibnu Zubair ra membaca A-mi-n bersama-sama dengan orang yang shalat
dibelakangnya (di Masjidil Haram) sehingga masjid itu bergemuruh suaranya. (HR Bukhari)
Imam mengeraskan takbir intiqal dan dibolehkannya mengangkat seorang muballigh
(penyambung takbir imam agar sampai kepada makmaum)

‫صلِّى لنا أبوا سعيد فج ِّهر بالتكبير حين رفع رئسه من السجود وحين سجد وحين رفع وحين قام من‬: ‫عن سعيد الحارث قال‬
‫الركعتين زقال هكذا رئيت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
Dari Said Ibnu Harits berkata: Abu said bershalat menjadi imam kita, maka ia membsca takbir
dengggan nyaring tatkala mengangkat kepalanya, bangun dari sujud, ketika akan sujud, ketika
bangun dan ketika berdiri dari dua rakaat. Selanjutnya dikatakan Demikian aku melihat Rasullah
SAW”.(HR Bukhari dan Ahmad)

‫ اشتكى رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فصلِّينا وراءه وهو قاعد وأبو بكر يسمع الناس تكبيره‬:‫عن جابر قال‬
Dari Jabir ra berkata: Rasulullah pada suatu ketika menderita sakit, kemudian kami shalat
dibelakangnya, dan beliau shalat dengan duduk, serta AbuBakar memperdengarkan
(menyambung) takbir beliau kepada orang banyak”. (HR Ahmad, Muslim, Nassa’I dan Ibnu
Majah)

Makmum yang masbuq dan mendapati imam sudah mulai mengerjakan shalat,
maka bertakbir dan langsung mengikuti gerakan imam.
‫عن أبى هريرة قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا جئتم إلى الصالة ونحن سجود فاسجدواوال تعدوها ومن أدرك الركعة فقد‬
‫أدرك الصالة‬
Dari Abu Hurairah berkata: Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Apabila kamu datang untuk shalat
(jamaah) padahal kita sedang sujud, maka sujudlsh dan kamu jangan menghitungnya satu
raka’at.Dan barang siapa menjumpai rukuknya imam berarti dia menjumpai shalat (mendapati satu
raka’at sempurna)”. (HR Abudawud, Hakim dan Ibnu Khuzaimah)

‫عن على بن أبى طالب ومعاذ بن جبل قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا أتى أحدكم الصالة واإلمام على حال فاليضع‬
‫كما يضع اإلمام‬
Dari Ali bin Abi Thalib dan Muad bin Jabal keduanya berkata “apabila salah seoranng diantaramu
mendataaangi shalat (jama’ah), pada waktu imam sedang berada dalam suatu keadaan, maka
hendaklah ia kerjakan sebagaimana apa yang dikerjakan oleh imam.”(HR Tirmidzy)
Dari keterangan hadis diatas dapat disimpulkan apabila ma’mum yang masbuq hendaklah segera
bertakbir dan segera mengikuti gerakan imam baik rukuk, sujud, duduk diantara dua sujud dan
duduk takhiat awal ataupun akhir.

Rukuknya Makmum yang Masbuk Bersama Imam dihitung satu Rakaat

‫قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم من أدرك ركعة من الصالة قبل أن يقيم اإلمام صلبه فقد أدركها‬
Bahwa Rasulullah bersabda: Barang siapa yang menjumpai rukuk dari shalat sebelum imam
berdiri tegak dari rukuknya maka berarti dia telah mendapati satu rakaat yang sempuna. (HR
Daruqutni dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban)

‫عن أبى هريرة أنِّ النبى صلى هللا عليه و سلم قال من أدرك ركعة من الصالة مع اإلمام فقد أدرك الصالة‬
Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda: Barang siapa mendapati rukuk dari
pada shalat berarti dia telah mendapati shalat (satu rakaat sempurna). (HR Bukhari dan Muslim)
Ada juga yang berpendapat rukuknya makmum yang masbuk yang menjumpai rukuk bersama
imam tidak dapat dihitung satu rakaat, karena makmum tidak membaca Fatihah ataupun
mendengar bacaan Fatihah dari imam, karena pada dasarnya seorang makmum wajib membaca
Fatihah pada tiap-tiap satu rakaat yaitu dengan mendengarkan bacaan Fatihah imam. Hal ini
berdasarkan:
‫عن عبا دة بن صامت رضى هللا عنه قال ان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال الصالة لمن يقراء بفا تحة الكتاب (متفق عليه‬
Dari Ubadah Bin Shamit r.a Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Tiadalah shalat bagi orang
yang tidak membaca Al-Fatihah.”(HR Bukhari dan Muslim).

Permasalahan makmum masbuq menepuk pundak imam yang sering kita dapati dimasyarakat,
untuk sementara ini belum kita dapati dalilnya, kami menyimpulkan bahwa hal itu (menepuk
pundak) di lakukan hanya untuk memberi tahu kepada imam bahwa ada makmum dibelakangnya,
akan tetapi kalau hal ini dilakukan akan mengganggu shalat imam seyogyanya makmum
mengucapkan takbiratul ihram dengan keras agar imam tahu bahwa dibelakangnya ada makmum,
dan hal ini sebagai pengganti menepuk pundak imam untuk memberi tahu bahwa dibelakangnya
terdapat makmaum.

Imam menghadap kearah makmum sesudah selesainya shalat

‫ كان النبي صلى هللا عليه و سلم إذا صلِّى صالة أقبل علينا بوجهه‬: ‫عن سمورة قال‬
Dari Samurah ra berkata :” adalah Rasulullah SAW apabila telah selesai mengerjakan shalat beliau
menghadapkan mukanya kepada kita”. (HR Bukhari)
‫كنِّا إذا صلِّينا خلف رسول هللا صلى هللا عليه و سلم أحببنا أن نكون عن يمينه فيقبل علينا بوجهه‬: ‫عن البراء بن عازب قال‬
Dari Bara’ bin Azib berkata: ” apabila kita shalat dibelakang Rasulullah SAW kita senang berada
di sebelah kanan beliau, supaya setalah selesai beliau menghadapkan mukanya kepada kita”. (HR
Muslim dan Abu Dawud)

Membuat sutrah dan larangan melewati didepan orang shalat


‫عن ابن عمر أنِّ رسول هللا صلى هللا عليه و سلم كان إذا خرج يوم العيد أمر بالحربة فتوضع بين يديه فيصلِّى إليها و الناس‬
‫ث ِّم اتخذها اإلمراء‬.‫وراءه وكان يفعل ذلك فى السفر‬
Dari Ibnu Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw apabila keluar pada hari raya beliau meminta
lembing, kemudian dipancangkan didepannya dan lalu shalat menghadap kearahnya sedang orang
banyak shalat dibelakangnya. Beliau kerjakan yang demikian itu juga pada waktu bepergian.
Berdasarkan pekerjaan Nabi tersebut maka kepala negarapun menjalankan yang demikian itu.
(HR. Muslim)
‫المار بين يدي المصلِّى ماذ عليه لكان أن يكف أربعين خيرا له‬
ِّ ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم لو يعلم‬: ‫عن أبي جهيم قال‬
‫يمر بين يديه أربعين يوما أو شهرا أو سنة‬
ِّ ‫من أن‬
Dari Abu Juhaim berkata: bahwa Rasulullah saw bersabda: “andaikata orang yang lewat di depan
orang yana shalat itu mengerti besarnya dosa yang dipikulkan kepadanya, niscaya akan lebih baik
dia menunggu selama empat puluh dari pada lewat di depan orang yang shalat, yaitu empat puluh
hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun”. (HR. Jama’ah)
Bacaan Basmalah Dalam Shalat Jahr
a. Fuqoha Madinah, Bashroh, dan Syam berpendapat bahwa basmalah adalah pembatas dari
satu surat ke surat yang lain sehingga mereka berpendapat basmalah bukanlah termasuk
dari surat al-fatihah. Oleh karena itu Imam Malik berpendapat tidak membaca basmalah
ketika membaca al-fatihah dalam shalat.
b. Ahli qiro’ah kufah dan mekkah begitu pula Imam Syafi’I berpendapat bahwa basmalah
adalah termasuk dalam surat al-fatihah, oleh karena itu Imam Syai’I berpendapat basmalah
di baca dengan keras di dalam shalat, baik shalat jahr ataupun sirr.
Basmalah Apakah Di baca Jahr atau sirr dalam shalat

Dalam menunaikan shalat telah di tuntunkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya untuk
membaca basmalah dalam mengawali surat al-fatihah
Bacaan basmalah ini dapat di baca dengan jahr ataupun sirr di dalam shalat ( karena dalam putusan
tarjih tidak disebutkan secara rinci apakah bacaan basmalah dibaca jahr atau sirr dalam shalat ).

Hukum Wanita Berjama’ah di Masjid


Hadis yang menerangkan wanita lebih utama shalat di rumah
ِّ‫عن أم سلمة عن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال خير مساجد النساء قعر بيوتهن‬
Dari Ummu Salamah dari Rasulullah saw bersabda :” sebaik-baik tempat sujud wanita adalah di
bilik rumahnya” (HR. Ahmad, Thobroni dalam kitab al-kabir)

Didalam sanadnya terdapat Ibnu Lahi’ah, juga Ibnu Khizaimah meriwayatkan dalam kitab
shohehnya sdan Al-Hakim dari Duraij Abis Samhi dari Sa’ib budak Ummu Salamah dari Ummu
Salamah. Dan Ibnu Khuzaimah berkata aku tidak kenal apakah Sa’ib itu orang yang adil atau
tercela, tetapi Al-Hakim berkata sanadnya shoheh.
Sedangkan hadis yang membolehkan wanita jama’ah di masjid.

‫التمنعوا النساء مصالهنِّ مع العلم أن الجماعة أفضل لقوله صلى هللا عليه و سلم التمنعوا إماء هللا مساجد هللا‬
Janganlah kamu melarang wanita-wanita pergi ke musholla setelah diketahui shalat jama’ah itu
lebih utama. Karena dasar hadis : Janaganlah kamu melarang hamba-hamba wanita Allah pergi ke
masjid-masjid Allah. (HR Bukhari Muslim )
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم صالة الجماعة أفضل من صالة الفذِّ بسبع وعشرين درجة‬:‫عن ابن عمر قال‬
Dari Ibnu ‘Umar berkata Rasulullah saw bersabda: “Shalat jama’ah itu lebih uatama dengan shalat
sendirian dengan kelipatan 27 derajat” ( HR . Bukhari )

Dengan cara jamak dan taufiq dua hadis yang bertentangan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa bagi wanita apabila tidak ada halangan pergi ke masjid atau musholla, sebaiknya jama’ah
di masjid atau di musholla bersama dibolehkannya shalat berjama’ah di rumahnya.
Pandangan Para Fuqoha Mengenai Wanita Berjama’ah di Masjid.

Abu Hanifah dan sahabatnya berpendapat hukumnya makruh bagi wanita yang masih berusia
muda berjama’ah di masjid, karena ditakutkan akan terjadinya fitnah. Sedangakan Abu Hanifah
sendiri berpendapat wanita yang sudah tua dibolehkan berjama’ah di masjid akan tetapi dengan
wakyu-waktu tertentu, yaitu pada waktu shol;at subuh, maghrib dan ‘isya, selain dari waktu-wakyu
tersebut di makruhkan. Karena diwaktu subuh dan ‘isya adalah disaat waktunya orang-orang fasiq
tidur, sedangakn waktu maghrib adalah wakltunya orang-orang fasiq makan malam.
Malikiyah (Pengikut Imam Maliki) berpendapat wanita boleh berjama’ah di masjid apabila tidak
dikhatuirkan akan terjadinya fitnah, apabila ditakutkan terjadinya fitnah maka wanita dilarang
keluar untuk berjama’ah di masjid.

Syafi’iyyah dan Imam Ahamad Bin Hambal berpendapat hukumnya makruh bagi wanita yang
masih berusia muda untuk keluar menghadiri shalat jama’ah laki-laki karena akan
mendatangankan fitnah dan yang lebih baik adalah ia shalat di rumahnya. Dibolehkan shalat
berjama’ah di masjid bagi wanita dengan syarat mendapat izin dari suaminya dan keluarnya tanpa
menggunakan wewangian akan tetapi apabila ia shalat di rumahnya lebih baik.
Kesimpulan : bahwa hukumnya makruh bagi wanita berjama’ah di masjid karena ditakutkan
akan terjadinya fitnah, dibolehkan berjama’ah di masjid bagi wanita yang sudah tua.

Berjabat tangan sesudah shalat jama’ah


Berjabat tangan jika dikaitkan dengan contoh dari Nabi khususnya sesudah selesai shalat jama’ah
belum terdapat dalil yang menerangkannya, kecuali hadis yang nenerangkan jabat tangan dalam
peristiwa shalat jama’ah yaitu shalat jama’ah yang sudah selesai sama sekali, dan jama’ah mulai
bubar meninggalkan masjid yaitu hadis yang diriwatkan oleh imam Bukhari yang menyatakan
ketika itu Nabi datang di sebuah wilayah yang baru didatangai oleh Nabi, sehingga masyarakat
beramai-ramai ingin lebih dekat mengenal pada Nabi, pada waktu itu Nabi membiarkan tangannya
sehingga para jama’ah memengang tangan beliau.
Dari keterngan di atas dapat diambil kesimpulan berjabat tangan sesudah shalat jama’ah tidak ada
tuntunanya. Kerena tiadanya hadis yang menerangankan hal itu. Sebenarnya yang diperintahkan
oleh Rasulullah susudah shalat adalah berzikir dan berdoa, berjabat tangan dengan sesama jama’ah
boleh-boleh saja sekiranya dikerjakan sesudah selesai sama sekali dari pelaksanaan shalat-shalat
jama’ah (bubarnya para jama’ah).
Zikir Bersama-sama Sesudah Shalat Jama’ah
…..‫َار‬ ِّ ِ‫ِيرا َو َسبِِّحْ بِ ْالعَش‬
ِ ْ ‫ي ِ َو‬
ِ ‫اإل ْبك‬ ً ‫َواذْكُرْ َربَّكَ َكث‬
…Dan ingatlah (nama) dengan sebaik-baiknya pada waktu petang dan pagi hari (Ali Imran : 41)
َ‫صا ِل َو َال تَكُ ْن مِنَ ْالغَافِلِين‬
َ ‫ض ُّرعًا َوخِ يفَةً َودُونَ ْال َج ْه ِر مِنَ ْالقَ ْو ِل بِ ْالغُد ِّ ُِو َو ْاْل‬
َ َ‫َواذْكُرْ َربَّكَ فِي نَ ْفسِكَ ت‬
Dan ingatlah (nama TuhanMu) dalam dirimu dengan merendahkan diri dan meringankan suara
tanpa mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang lalai (al-A’raf: 205)
sedangkan dalam hadis tidak didapati anjuran untuk berzikir dengan suara keras apalagi dikerjakan
di dalam mesjid yang dapat menganggu orang lain yang sedang mengerjakan shalat.
Kesimpulannya berzikir memang ada tuntunanya, akan tetapi zikir bersama-sama dengan suara
keras tidak didapati tuntunannya.
Mengusap Muka sesudah Salam
Belum ditemukan dalil yang menerangkan mengusap muka atau dahi sesudah salam dalam shalat,
oleh karena itu hal ini tidak perlu kita lakukan, yaitu mengusap muka sesudah salam.

Dafrat Pustaka :
1. Tafsir Al Qur’anul Karim {Tafsir Ibnu Kasir}.
2. AlHadist Shahih Bukahari.
3. AShohih Fiqh Sunnah karya Syaikh Abu Malik Kamal bin Said Salim.
4. Fiqih Islam Oleh ,H.Sulaeman Rasjid.
5. Sunan Tirmidzi dan Ibnu Majah.
6. Fiqih Islam wa adillatuhu hal 1172 jilid 2)i
i

Anda mungkin juga menyukai