A. Pengertian Shalat
Secara etimologis kata shalat berarti do’a. Dalam Al-Qur‟an kata shalat
mengandung dua makna yaitu doa (QS. at-Taubat : 103), berarti rahmat, dan
mohon ampunan (QS. al-Ahzab : 56). Dalam ayat 56 Surat al Ahzab tersebut,
terdapat tiga tinjauan tentang makna shalat ataupun shalawat, yaitu apabila
shalawat itu berasal dari umat Islam maka bermakna doa, yaitu medoakan
kepada Nabi Muhammad saw agar senantiasa memperoleh rahmat yang agung
dari Allah swt. Sedangkan apabila shawat itu berasal dari para Malaikat, maka
shalawat itu berarti permohonan ampunan untuk Nabi Muhammad saw,
sedangkan jika shalawat itu dari Allah swt, maka shalawat itu berarti pemberian
rahmat yang agung dari Allah swt. 1
Sedangkan shalat dalam pengertian syar'i, para ulama' memberikan
definisi yang nyaris tidak adak perbedaan, sebagaimana yang dapat ditemukan
di dalam kitab-kitab fiqh. Para ulama memberikan pengertian yang simpel, dan
jami' serta mani' yaitu suatu ibadah yang mengandung ucapan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbiratul ihram dan di akhiri dengan salam, dengan
syarat-syarat dan surun-rukun yang telah ditentukan. 2
1
Muhammad bin Abi Bakar bin Abdillah. tt. Mukhtar al-Shihah, Juz I, Mesir : al-
Amiriyah. tt, hlm. 176
2
Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad Husain. Kifayatul Akhyar Fi Halli Gayatul
Ikhtisar, Surabaya: Dar al-Kitab al-Islam. tt. Juz I, hlm. 82
ِ ت ي ُْذ ِهب َْن ال َّس ِّي َئا
َ ِت َذل
ك ِ ار َو ُزلَ ًفا م َِن اللَّي ِْل إِنَّ ْال َح َس َنا َ
ِ َوأق ِِم الصَّال َة َط َر َفيِ ال َّن َه
َ ذ ِْك َرى ل َِّلذاك ِِر
ين
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian
dari pada permulan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-
orang yang ingat”. (Q.S. Hud : 114)
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai`, At-Turmudzi dari Jabir
ibn Abdullah r.a. sebagai berikut:
, قم فصلّه: إنّ النبيّ صلّى َّللا عليه وسلّم جاء ه جبريل عليه السالم فقال له
فصلّى, قم فصلّه: ث ّم جاء ه العصر فقال.فصلّى الظهر حين زالت الشمس
قم: ث ّم جاء ه المغرب فقال .العصر حين صار ظ ّل ك ّل شيئ مثله
قم:ث ّم جاء ه العشاء فقال . فصلّى المغرب حين وجبت الشمس,فصلّه
, قم فصلّه: ث ّم جاء ه الفجر فقال . فصلّى العشاء حين غاب ال ّشفق,فصلّه
.حين برق الفجر أو قال سطع الفجر فصلّى الفجر
“Bahwasanya Jibril a.s. datang kepada Nabi SAW, lalu berkata kepadanya: Bangaun
dan bershalatlah, maka Nabi pun bershalat dzuhur di ketika telah tergelincir matahari.
Kemudian Jibril datang pula kepada Nabi pada waktu ashar, lalu berkata: Bangun dan
bershalatlah, maka Nabi bershalat di ketika bayangan segala sesuatu itu menjadi
sepanjang dirinya. Kemudian Jibril datang pula kepada Nabi pada waktu maghrib, lalu
berkata: Bangun dan bershalatlah maka Nabi bershalat maghrib, di waktu telah
terbenam matahari. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu Isya serta berkata:
58
Bangun dan bershalatlah maka Nabi bershalat Isya di waktu telah hilang mega-mega
merah. Kemudian Jibril datang pula pada waktu shubuh, lalu berkata : Bangun dan
shalatlah, maka Nabi bershalat shubuh ketika fajar telah telah cemerlang”
فصلّى الظهر حين صار ظ ّل ك ّل, قم فصلّه: للظهر فقال ّ ث ّم جاء ه من الغ ّد
فصلّى العصر حين صار ظ ّل, قم فصلّه: ث ّم جاء ه العصر فقال.شيئ مثله
ث ّم جاء ه المغرب وقتا واحدا لم يزل عنه ث ّم جاء ه العشاء.ك ّل شيئ مثليه
ّ ث ّم جاء ه حين اسفر. فصلّى العشاء,حين ذهب نصف الليل أوقال ثلث الليل
ث ّم قال ما بين هذين الوقتين وقت, فصلّى الفجر, قم فصلّه: ج ّدا فقال
”Kemudian Jibril a.s. datang lagi kapada nabi pada waktu dzuhur. Jibril berkata:
Bangun dan bershalatlah, maka Nabi bershalat dzuhur di ketika bayangan segala
sesuatu telah menjadi sepanjang dirinya. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu
ashar, lalu berkata: Bangun dan bershalatlah ashar di ketika telah jadi bayangan
segala sesuatu dua kali sepanjang dirinya. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu
maghrib sama seperti waktu beliau datang kemarin.Kemudian datang lagi pada waktu
isya di ketika telah berlalu separuh malam, atau sepertiga malam, maka Nabi pun
shalat isya’. Kemudian Jibril datang lagi di waktu fajar telah bersinar benar, lalu
berkata: Bangun dan bershalatlah, maka Nabi pun bangun dan bershalat shubuh.
Sesudah itu Jibril berkata: Waktu-waktu di antara kedua waktu ini, itulah waktu shalat”.
(HR. Imam Ahmad, Nasa‟i, dan Imam Turmudzi).
Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abdullah bin Amar r.a :
عن عبد َّللا بن عمر رضى َّللا عنه قال ان النبى صلعم قال وقت الظهر اذا
زالت الشمس وكان ظل كل الرجل كطوله مالم يحضر العصر ووقت
العصر مالم تصفر الشمس ووقت صالة المغرب مالم يغب الشفق ووقت
صالة العشاء الى نصف الليل اَلوسط ووقت صالة الصبح من طلوع الفجر
)مالم تطلع الشمس (رواه مسلم
”Dari Abdullah bin Amar r.a berkata: Sabda Rasulullah saw; waktu Dzuhur apabila
tergelincir matahari, sampai bayang-bayang seseorang sama dengan tingginya, yaitu
selama belum datang waktu Ashar. Dan waktu Ashar selama matahari belum
menguning. Dan waktu Maghrib selama Syafaq belum terbenam (mega merah). Dan
sampai tengah malam yang pertegahan. Dan waktu Shubuh mulai fajar menyingsing
sampai selama matahari belum terbit. ( HR. Muslim)
C. Waktu-Waktu Shalat
1. Waktu Dzuhur.
59
tidak saling bertentangan, sebab daerah Saudi Arabia dengan lintang 20º - 30º
(LU) memungkinkan saat matahari zawal panjang bayang-bayang suatu benda
sama panjang dengan bendanya bahkan lebih. Seperti ketika deklinasi
matahari - 23º (LS) berada jauh di selatan daerah Saudi Arabia, demikian juga
berlaku terhadap awal shalat Ashar. 3 Perhatikan gambar di bawah ini :
Gambar : 7
2. Waktu Ashar
Waktu awal shalat Ashar dimulai saat “panjang bayang-bayang suatu
benda sama dengan bayang-bayangnya dan ditambah bayang-banyang pada
saat matahari berkulminasi”. Oleh karena panjang bayang-bayang matahari
saat istiwa' (kulminasi) ditentukan selisih deklinasi matahari () dan lintang
tempat () yang disebut jarak zenith (zm), maka waktu Ashar dimulai ketika
bayang-bayang suatu benda yang sudah terbentuk saat kulminasi ( tan zm )
ditambah dengan sepanjang bendanya, dengan rumus :
3. Waktu Maghrib.
3
Ibid Taqiyuddin, hlm. 83
4
Loc. Cit . Abd. Salam. hlm. 24
60
Waktu Maghrib dimulai sejak matahari terbenam sampai mega merah
hilang, atau sampai awal waktu Isya‟. Matahari terbenam jika piringan matahari
yang sebelah atas sudah berhimpit dengan ufuk mar'i. Titik pusat matahari
pada saat itu sudah bergerak 1/2 garis tengah (semi diameter) yang disingkat
SD matahari. Garis tengah (diameter) matahari besarnya rata-rata 32', jadi jarak
titik pusat matahari dari ufuk sama dengan 1/2 x 32' = 16'.
Untuk mendapatkan keadaan matahari terbenam dengan senyatanya,
selain perlu koreksi semi diameter, juga perlu diperhitungkan refraksi saat
menjelang matahari terbenam yang rata-rata 34' 30”, dan koreksi kerendahan
ufuk yang lambangnya D' dengan rumus :
D' = 1.76 x m
Hal ini berarti bahwa kerendahan ufuk dalam satuan menit busur sama
dengan 1,76 dikalikan akan meter ketinggian tempat pengamat. Dengan
demikian rumus tinggi matahari saat terbenam adalah Tinggi matahari saat
terbenam = 0 – SD – Refraksi – D' sama dengan sekitar - 1º
Jikalau waktu Maghrib dimulai sejak matahari terbenam sampai mega
merah hilang, sementara itu, mega merah diperkirakan hilang ketika matahari
tenggelam ke bawah ufuq pada ketinggian -18º, maka waktu maghrib
berlangsung kurang lebih 72 menit.
4. Waktu Isya'
Waktu Isya dimulai sejak mega warna merah di ufuk barat sudah
hilang. Artinya waktu isya' mulai masuk apabila gelap malam sudah sempurna
karena tidak ada lagi pantulan cahaya matahari pada awan atau mega yang
dapat ditangkap oleh mata. Kondisi ini terjadi pada saat ketinggian matahari
sudah mencapai -18º, yang di dalam astronomi umum disebut dengan
astronomical twilight. Ketinggian -18º untuk awal waktu shalat Isya' ini
sebagaimana sikap Departemen Agama RI selama ini. 5
Sebagian ahli hisab mempergunakan ketinggian -17 º dan ada juga
yang menggunakan kreteria -19 º. Tentu saja ketinggian tersebut masih perlu
dikoreksi lagi dengan kerendahan ufuk.6 Waktu Isya' akan berakhir ketika fajar
shadik telah terbit, yaitu sampai masuk waktu subuh.
5. Waktu Imsak
61
Umar al Jelani lama membaca 50 ayat yang murattal adalah sekitar 7menit
atau 8 menit 7. Sedangkan menurut H. Sa‟adoeddin Djambek biasa
mempergunakan 10 menit sebelum Shubuh, yakni waktu Imsak merupakan
waktu Shubuh WIB – 0 j 10 m , pendapat yang terakhir inilah yang sering
digunakan di kalangan Departemen Agama atau di berbagai program jadwal
waktu sholat. 8
6. Waktu Shubuh.
Waktu Shubuh dimulai sejak terbit fajar shodiq. Diketahui bahwa fajar
pagi hari ada dua macam, yaitu fajar kadzib dan fajar shodiq. Fajar kadzib (fajar
yang dusta) adalah fenomena pantulan sinar matahari menjelang pagi hari yang
membentuk suasana berkas sinar terang yang memanjang ke atas. Dikatakan
kadzib karena seberkas terang itu tidak menunjukkan datangnya waktu shubuh
yang sebenarnya.
Sementara yang disebut fajar shodiq merupakan fenomena fajar
seberkas sinar terang menjelang pagi yang melebar dari di ufuq timur dari utara
ke selatan, dan fajar inilah yang menunjukkan awal waktu shubuh yang
sebenarnya. Dalam konteks peredaran matahari, fajar shodiq itu terbentuk
apabila ketinggian matahari mencapai -20º di sebelah timur, dan saat itulah
dimulai awal waktu shubuh sampai terbit matahari, yaitu apabila tinggi matahari
-1º disebelah timur.
8. Waktu Dhuha.
Dalam wacana fiqh, awal waktu Dhuha dimulai sejak matahari naik
setinggi “tombak” (bi qodr al-romh). Pengertian “setinggi tombak” tersebut
diaplikasikan dalam ukuran falakiyah apabila matahari naik setinggi 4º 30„,
yaitu kurang lebih 18 menit setelah terbit matahari.
7
Loc. Cit Umar Zubair Aljailani, hlm. 66.
8
Loc. Cit Depag RI, 1994b. hlm. 50
62
Saat matahari berkulminasi dinyatakan dengan istilah Meridian
Pass (MP). Data saat kulminasi matahari dapat diperoleh dengan cara
mengurangi Waktu Hakiki (waktu matahari) dengan Perata Waktu
(Equation of Time, yang disimbolkan dengan e ). Dengan demikian MP
dapat dirumuskan, MP = Kulminasi – equation of time = 12 – e.
Waktu hakiki atau waktu matahari selalui menunjukkan pukul 12.00
pada saat matahari berkulminasi. Perjalanan harian matahari tidak benar-
benar rata. Satu putaran kadang ditempuh dalam 24 jam tepat, kadang
kurang, dan kadang lebih. Akibatnya Waktu Hakiki itu boleh jadi berselisih
beberapa menit dengan Waktu Pertengahan, atau jam arloji, yang jalannya
benar-benar rata. Selisih antara Waktu Hakiki dengan Waktu Pertengahan
itu disebut Perata Waktu. Jika perjalanan matahari itu lambat, nilai perata
waktu negatif (-), dan jika cepat, harga perata waktunya positif (+). Lihat
lampiran daftar Equation of Time.
63
Deklinasi matahari (mail al-Syams) adalah jarak posisi matahari
dengan ekuator langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau
lingkaran waktu. Nilai deklinasi matahari terbesar = - 23,5 (negatif)
apabila matahari di selatan ekuator, atau 23.5 (positif) apabila matahari
di utara equator. Perbedaan nilai deklinasi menentukan perbedaan waktu
shalat. Lihat lampiran Data deklinasi.
Tabel 11
Data z dan h Matahari Awal Waktu Shalat
Keterangan :
Untuk z Maghrib dietapkan 91º dengan asumsi data 90 º sudut waktu matahari
ketika titik pusat matahari persis pada garis horizon (ufuq), kemudian ditambah
dengan 34’ data refraksi matahari pada 0 º dan 16’ merupakan data semi
diameter matahari dan 10’ adalah data kerendahan ufuq. Jadi 90º + 34’ + 16’
+ 10’ = 91º
KWD = ((LMT – ) / 15 )
= Bujur Daerah (markas)
LMT = Lokal Maen Time (waktu standar daerah), yaitu : WIB =105 º,
WITA = 120 º, WIT = 135 º
d) Ihtiyath
64
berbeda-beda, ada yang menetapkan 2 menit, 3 menit atau 4 menit.
Pendapat yang umum dipakai adalah 2 menit untuk waktu ihtiyath. 9
Langkah-Langkah Penghitungan:
(1) Mencari data z Dhuhur atau h Dhuhur
(2) Mencari sudut waktu t dhuhur dengan rumus :
Cos t dhuhur = - tan x tan + sec x sec x cos z
(atau) = - tan x tan + sin h / cos / cos
(3) Waktu Dhuhur = (MP) + (t/15) + (KWD) + I
Catatan :
1) t dhuhur adalah 0, maka yang dikerjakan langsung waktunya
2) t untuk Ashar , Maghrib, Isya‟ bernilai positif (+), sedangkan
untuk Shubuh, Terbit dan Dhuha bernilai negatif (-)
65
= 11 j 26 m 05 d
Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d +
Waktu Dhuhur = 11 j 28 m 05 d
12 - 0 o 3' 31" + 0 / 15 +
( 105 o - 112 º 36‟ ) / 15 +
o'"
0º 2‟ exe shift Tampil pada layar 11 º 28‘ 05”
Dengan demikian awal waktu Dhuhur untuk daerah kota Malang pada
tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut : baca : 11 j 28 m 05 d
Langkah-Langkah Penghitungan:
(2) Mencari data z Ashar atau h Ashar
(3) Mencari sudut waktu t Ashar dengan rumus :
Cos t Ashar = - tan x tan + sec x sec x cos z
(atau) = - tan x tan + sin h / cos / cos
(3) Waktu Ashar = (MP) + (t/15) + (KWD) + I
66
t Ashar = Shift cos ( - tan -7 º 59„ x tan 17 º 10„ 41” + sin 34 º 13‘
51.78” / cos -7º 59' / cos 17 º 10„ 41”)
t Ashar = 50.36363047 = 50 º 21‘ 49.07”
(3) Waktu Ashar :
MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d
t / 15 = 50 º 21‘ 49.07”/ 15 = 3 j 21m 27.27 d
KWD = ((105 º - 112 º 36‟ ) / 15) = - 0 j 30 m 24 d
Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d +
Waktu Ashar = 14 j 49 m 32.27 d
Dengan demikian awal waktu Ashar untuk daerah kota Malang pada tanggal
8 Mei 2008 sebagai berikut : baca : 14 j 49 m 32.27 d
Langkah-Langkah Penghitungan:
(1) Mencari data z Maghrib
(2) Mencari sudut waktu t Maghrib dengan rumus :
Cos t Maghrib = - tan x tan + sec x sec x cos z
(3) Waktu Maghrib = (MP) + (t/15) + (KWD) + I
Penghitungan :
Menggunakan data z matahari.
(1) z Maghrib = 91º
(2) Cos t Maghrib = - tan x tan + sec x sec x cos z
t Maghrib = Shift cos ( - tan -7º 59 „ x tan 17 º 10„ 41” + 1/cos
67
-7º 59„ x 1/cos 17 º 10„ 41” x cos 91º)
t Maghrib = 88.57273309 = 88 º 34‘ 21.84”
(3) Waktu Maghrib :
MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d
t / 15 = 88 º 34„ 21.84”/ 15 = 5 j 54 m 17.46 d
KWD = ((105 º - 112 º 36‟ ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d
Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d +
Waktu Maghrib = 7 j 22 m 22.46 d
Secara praktis dengan menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat
dilakukan penghitungan awal waktu Maghrib dengan rumus aplikasi sbb :
Dengan demikian awal waktu Maghrib untuk daerah kota Malang pada
tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut : baca : 17 j 22 m 22.46 d
Langkah-Langkah Penghitungan:
(1) Mencari data h Isya’
(2) Cos t Isya‟ = - tan x tan + sin h / cos / cos
(3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I
Penghitungan :
Menggunakan data z matahari.
(1) h Isya‟ = - 18 º
(2) Cos t Isya‟ = - tan x tan + sin h / cos / cos
t Isya‟ = Shift cos ( - tan -7 º 59 „ x tan 17 º 10„ 41” +
68
sin -18 º / cos -7º 59 / cos 17 º 10„ 41” )
t Isya‟ = 106.4546746 = 106 º 27‘ 16.8”
(3) Waktu Isya‟ :
MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d
t / 15 = 106 º 27‘ 16.8” / 15 = 7j 5m 49.12 d
KWD = ((105 º - 112 º 36‟ ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d
Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d +
Waktu Isya’ = 18 j 33 m 54.12 d
Dengan demikian awal waktu Isya' untuk daerah kota Malang pada
tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut : baca : 18 j 33 m 54.12 d
Langkah-Langkah Penghitungan:
(1) Mencari data z Imsak
(2) Cos t Imsak = - tan x tan + sec x sec x cos z
(3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I
Penghitungan :
Menggunakan data z matahari.
(1) z Imsak = 112 º 30‟
(2) Cos t Imsak = - tan x tan + sec x sec x cos z
t Imsak = Shift cos ( - tan -7º 59 „ x tan 17 º 10„ 41” + 1/cos
69
-7º 59„ x 1/cos 17 º 10„ 41” x cos 112 º 30‟ )
t Imsak = 111.1688327 = 111 º 10‘ 7,8”
(3) Waktu Imsak :
MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d
t / 15 = 111 º 10‘ 7,8”/ 15 = -7j 24 m 40,52 d
KWD = ((105 º - 112 º 36‟ ) / 15 = -0j 30 m 24 d
Ihtiyath = 0j 02 m 00 d +
Waktu Imsak = 4j 03 m 24.48 d
Catatan :
1) t Imsak, Shubuh, Thulu‟ dan Dzuha bernilai negatif ( - )
2) Pada dasarnya untuk mencari waktu Imsak pada dasarnya cukup
dengan cara awak waktu shubuh dikurangi 10 menit
Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat
dilakukan penghitungan awal waktu Imsak dengan rumus aplikasi sbb :
Dengan demikian awal waktu Imsak untuk daerah kota Malang pada
tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut, baca : 4 j 03 m 24.48 d
Langkah-Langkah Penghitungan:
(1) Mencari data h Shubuh
(2) Cos t Shubuh = - tan x tan + sin h / cos / cos
(3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I
70
Penghitungan :
Menggunakan data h matahari :
(1) h Shubuh = -20 º
(2) Cos t Shubuh = - tan x tan + sin h / cos / cos
t Shubuh = Shift cos ( - tan -7 º 59 „ x tan 17 º 10„ 41” +
sin - 20 º / cos -7º 59 / cos 17 º 10„ 41” )
t Shubuh = 108.5504121 = 108 º 33‘ 1,48”
(3) Waktu Shubuh :
MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d
t / 15 = 108 º 33‘ 1,48”/ 15 = - 7 j 14 m 12.1 d
KWD = ((105 º - 112 º 36‟ ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d
Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d +
Waktu Shubuh = 4 j 13 m 52,9 d
Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat
dilakukan penghitungan awal waktu Shubuh dengan rumus aplikasi sbb :
Dengan demikian awal waktu Shubuh untuk daerah kota Malang pada
tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut, baca : 4 j 13 m 52.9 d
Langkah-Langkah Penghitungan:
(1) Mencari data z Thulu' atau h Thulu'
(2) Cos t Thulu‟ = - tan x tan + sec x sec x cos z
(atau) = - tan x tan + sin h / cos / cos
(3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I
71
Penghitungan :
Menggunakan data z matahari.
(1) z Thulu‟ = 91 º
(2) Cos t Thulu‟ = - tan x tan + sec x sec x cos z
t Thulu‟ = Shift cos ( - tan -7º 59 „ x tan 17 º 10„ 41” + 1/cos
-7º 59„ x 1/cos 17 º 10„ 41” x cos 91 º )
t Thulu‟ = 88.57273309 = 88 º 34‘ 21.84”
(3) Waktu Thulu‟ :
MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d
t / 15 = 88 º 34‘ 21.84”/ 15 = - 5 j 54 m 17.46 d
KWD = ((105 º - 112 º 36‟ ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d
Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d +
Waktu Thulu’ = 5 j 33 m 47.54 d
Dengan demikian awal waktu Thulu' untuk daerah kota Malang pada
tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut, baca : 5 j 33 m 47.54 d
Langkah-Langkah Penghitungan:
(1) Mencari data h Dhuha
(2) Cos t Dhuha = - tan x tan + sin h / cos / cos
(3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I
72
Penghitungan :
Menggunakan data h matahari :
(1) h Dhuha = 4 º 30‟
(2) Cos t Dhuha = - tan x tan + sin h / cos / cos
t Dhuha = Shift cos ( - tan -7 º 59 „ x tan 17 º 10„ 41” +
sin 4 º 30‟/ cos -7º 59 / cos 17 º 10„ 41” )
t Dhuha = 82.74531344 = 82 º 44‘ 43.13”
(3) Waktu Dhuha :
MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d
t / 15 = 82 º 44‘ 43.13” = - 5 j 30 m 58.88 d
KWD = ((105 º - 112 º 36‟ ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d
Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d +
Waktu Dhuha = 5 j 57 m 6.12 d
Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat
dilakukan penghitungan awal waktu Dhuha dengan rumus aplikasi sbb :
Dengan demikian awal waktu Dhuha untuk daerah kota Malang pada
tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut, baca : 5 j 57 m 6.12 d
73
2. Pelaksanaan Pembuatan Jadwal Sholat
a. Tentukan tempat markas penghitungan (jadwal waktu shalat) serta
data astronomisnya (Lintang Tempat dan Bujur Tempatnya)
b. Tentukan tanggal waktu shalat yang akan dihitung
c. Hitunglah awal waktu shalat yang dimaksud, dengan cara
sebagaimana tersebut di atas.
d. Setelah mendapat data awal waktu shalat untuk suatu tempat dan
pada tanggal tertentu. Maka tuangkanlah pada tabel jadwal waktu
shalat dengan mengambil interval waktu 2 sampai 3 hari. Misalnya :
74