TESIS
Disusun oleh:
ER WIE N A SM AR A
S 9 4 10 08 00 8
Disusun oleh:
E R W I E N A SM A R A
S 941008008
Tim Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
ii
METODE PENILAIAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN
RANGKA BAJA DENGAN PENDEKATAN FRACTURE
CRITICAL MEMBER
(Studi Kasus : Jembatan Bandar Kota Kediri)
Disusun oleh:
E R W I E N A SM A R A
S 941008008
Dewan Penguji :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Mengetahui:
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S.
NIP. 19610717 198601 1 001 NIP. 19480422 198503 2 001
iii
PERNYATAAN
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam tesis
tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka,
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari gelar tersebut.
Erwien Asmara
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
5. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Dr. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng), selaku Sekertaris Program Studi Magister
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Pembimbing
Akademis.
9. Segenap Dosen, Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Magister
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu
penulis selama kegiatan perkuliahan.
10. Kedua orangtuaku Mochtar Hadi dan Suprapti, Istriku tercinta, Herlina
Wijayanti, dan kedua anakku tersayang, Kholila Nusantara Fath dan M. Hafizh
Nusantara Fath yang terus memberikan do’a, semangat dan dukungan baik
moril maupun materiil dalam menyelesaikan pendidikan ini.
v
11. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2010, yang
selama ini memberikan masukan, bantuan dan dorongan.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan
dan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Atas bantuan yang telah Bapak/Ibu berikan semoga mendapat balasan yang
setimpal dari Allah S.W.T. Amin.
Erwien Asmara
vi
ABSTRAK
Jembatan Bandar adalah jembatan rangka baja callender hamilton B-15A yang
terdiri 3 bentang dengan panjang tiap bentang 50,29 m. Keselamatan umum, usia jembatan
(38 tahun), paparan cuaca, kepadatan lalu lintas dan kelebihan beban kendaraan menjadi
alasan penting untuk pemeriksaan dan penilaian jembatan. Komponen jembatan yang apabila
terjadi kegagalan/patah akan mengakibatkan kegagalan jembatan secara keseluruhan disebut
fracture critical member (FCM). Metode penilaian di Indonesia belum memperhatikan
aspek FCM.
Penelitian ini memodelkan struktur Jembatan Bandar dengan SAP2000. Menyusun
metode penilaian bangunan atas jembatan rangka baja dengan pendekatan FCM. Melakukan
penilaian pada Jembatan Bandar dengan metode tersebut dan metode BMS, 1993. Hasil
penilaian dibandingkan dengan analisa kelelahan material untuk menentukan waktu
pemeriksaan selanjutnya. Selanjutnya diusulkan konsep rehabilitasi dan pemeliharaannya.
Hasil penelitian menunjukan batang FCM pada Jembatan Bandar terdiri atas 6
batang tarik diagonal bagian tepi yaitu D2, D4, D6, D17, D19, D20; dan batang bawah
yaitu BC1, BC2, BC3, BC4, BC5, BC6, BC7, BC8, BC9, BC10 dan BC11. Metode
penilaian jembatan dengan pendekatan FCM terdiri dari tahap penyaringan 6 kriteria dan
tahap penilaian 9 kriteria, menghasilkan jangka waktu pemeriksaan selanjutnya berentang
waktu antara 6 bulan sampai dengan 72 bulan. Hasil penilaian pada Jembatan Bandar
menghasilkan penilaian dengan kondisi terdapat kerusakan ringan dan memperoleh nilai 95
poin dengan jangka waktu pemeriksaan selanjutnya 24 bulan. Waktu pemeriksaan
selanjutnya hasil analisis fatik adalah 55 bulan dan sisa umur fatik adalah 9 tahun. Waktu
pemeriksaan yang disarankan adalah 24 bulan. Rehabilitasi dan pemeliharaan yang
diperlukan pada Jembatan Bandar adalah pemeriksaan batang FCM saat mulai timbul
retak akibat fatik; penggantian landasan; penambalan beton; pengecekan, pengencangan
dan penggantian baut; serta adanya pemeliharaan rutin.
Kata Kunci: Callender Hamilton, penilaian jembatan, fracture critical member, fatik.
vii
ABSTRACT
Bandar Bridge is B-15A callender hamilton steel truss bridge, with 3 span of 50,29
meter length each. Public safety, bridge age ( 38 years), exposure to weather, traffic density
and overload vehicle are the important reason for bridge inspection and assessment. Bridge
component whose failure would probably cause a portion of or the entire bridge to collapse
is called as fracture critical member ( FCM). The Indonesian assessment method has not
noticed FCM aspect.
This study is modeling bridge strucutre with sap2000 software. Develop assesment
method with FCM approach. To do assesment Bandar Bridge with this method and BMS,
1993. The assesment result is comparing with fatique analysis to determine next
examination period. Next, purpose his maintenance and rehabilitation concept.
The research result showed FCM chord in Bandar Bridge is 6 side diagonal chord
D2, D4, D6, D17, D19, D20; and bottom chord BC1, BC2, BC3, BC4, BC5, BC6, BC7,
BC8, BC9, BC10 and BC11. The steel truss upperstructure assesment with FCM approach
method consited 6 criteria screening phase and 9 criteria assesment phase, and generate
further examination period between 6 months to 72 months. The Bandar Bridge assesment
result light damaged obtain and get 95 poin that means 24 months next examination period.
The fatique analysis result 55 months next examination period, and 9 years remaining fatique
life. The next examination advice is 24 months. The required maintenance and rehabilitation
on Bandar Bridge is checks FCM chord when the fatique crack appear; the replacement of
the foundation; Patching concrete; checks, tightening and bolts replacement; and required
periodic maintenance.
viii
KATA PENGANTAR
Erwien Asmara
ix
DAFTAR ISI
x
2.2.4 Pembebanan pada Jembatan ............................................................... 11
2.2.4.1 Aksi dan beban tetap. ......................................................... 12
2.2.4.2 Beban lalu lintas ................................................................ 13
2.2.4.3 Aksi lingkungan ................................................................. 19
2.2.5 Kombinasi Pembebanan pada Jembatan ............................................. 22
2.2.5.1 Kombinasi pada Keadaan Batas Daya Layan ...................... 23
2.2.5.2 Kombinasi pada Keadaan Batas Ultimit ............................. 23
2.2.6 Fracture Critical Member ................................................................... 25
2.2.7 Redundancy ....................................................................................... 26
2.2.8 Mekanisme Kegagalan ....................................................................... 29
2.2.9 Analisa Kelelahan Material ................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 33
3.1 Jembatan Bandar Kota Kediri ........................................................................ 33
3.2 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 35
3.3 Langkah-Langkah Penelitian ......................................................................... 35
3.4 Bagan Alir Penelitian .................................................................................... 38
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................ 39
4.1 Pemodelan Struktur ....................................................................................... 39
4.1.1 Data Teknis Jembatan ........................................................................ 39
4.1.2 Pembebanan Jembatan Bandar ........................................................... 42
4.1.2.1 Aksi dan Beban Tetap ........................................................ 42
4.1.2.2 Aksi transien ...................................................................... 43
4.1.2.3 Beban Lingkungan ............................................................. 47
4.1.2.4 Kombinasi Pembebanan ..................................................... 49
4.1.3 Memasukkan Data Teknis dan Pembebanan pada SAP2000 ............... 49
4.1.3.1 Setting Awal Software ....................................................... 49
4.1.3.2 Inputan Geometri Jembatan. ............................................... 50
4.1.3.3 Inputan Material dan Frame ............................................... 51
4.1.3.4 Inputan Pembebanan dan Kombinasi Beban ....................... 51
4.1.3.5 Analisis Struktur. ................................................................. 51
4.1.4 Hasil Pemodelan ................................................................................ 52
4.1.5 Penentuan Batang FCM ..................................................................... 53
xi
4.2 Rumusan Metode Penilaian FCM .................................................................. 55
4.2.1 Metode Acuan ................................................................................... 55
4.2.1.1 Tahap Penyaringan............................................................. 55
4.2.2.2 Tahap Penilaian ................................................................. 56
4.2.2 Metode Penilaian FCM yang Disesuaikan .......................................... 62
4.2.2.1 Tahap Penyaringan............................................................. 62
4.2.2.2 Tahap Penilaian. ................................................................ 64
4.3 Pemeriksaan dan Penilaian Jembatan Bandar ................................................. 68
4.3.1 Penilaian dengan BMS 1993 .............................................................. 68
4.3.2 Penilaian dengan Metode Penilaian FCM ........................................... 71
4.4 Analisa Kelelahan ......................................................................................... 72
4.4.1 Menentukan batang kritis fatik. .......................................................... 73
4.4.2 Menentukan Variasi Tegangan ........................................................... 73
4.4.3 Jumlah Kendaraan yang lewat. ........................................................... 75
4.4.4 Akumulasi Kerusakan Fatik dan Umur Fatik. ..................................... 77
4.5 Pemilihan Waktu Pemeriksaan Selanjutnya ................................................... 80
4.6 Konsep Rehabilitasi dan Pemeliharaan .......................................................... 81
4.6.1 Perawatan dan Pemeliharaan Batang FCM ......................................... 81
4.6.1.1 Perbaikkan Akibat Retak Fatik. .......................................... 82
4.6.1.2 Akumulasi Fatik pada Beban Standar. ................................ 83
4.6.2 Karat pada Landasan .......................................................................... 85
4.6.3 Kerusakan pada Beton ....................................................................... 88
4.6.4 Baut yang Longgar atau Hilang .......................................................... 90
4.6.5 Sampah dan kerusakan kecil. ............................................................. 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 93
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 93
5.2 Saran ............................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 4.17 Variasi Tegangan pada batang kritis akibat berbagai tipe
kendaraan. ............................................................................................ 75
Tabel 4.18 Data Jumlah Kendaraan yang Lewat Jembatan Bandar. ........................ 76
Tabel 4.19 Jumlah kendaraan Nasional mulai tahun 1973 - 2025 ........................... 76
Tabel 4.20 Prediksi Jumlah kendaraan yang lewat Jembatan Bandar tahun
1973 – 2015. ........................................................................................ 77
Tabel 4.21 Akumulasi Kerusakan Fatik Jembatan Bandar pada Tahun 2011. ......... 79
Tabel 4.22 Akumulasi Kerusakan Fatik Jembatan Bandar pada Bulan Juli
2016. .................................................................................................... 80
Tabel 4.23 Akumulasi Kerusakan Fatik Tahun 2011 - 2020. .................................. 80
Tabel 4.24 Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas II (Dirjen
Perhubungan Darat, 2008) .................................................................... 83
Tabel 4.25 Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas III (Dirjen
Perhubungan Darat, 2008) .................................................................... 84
Tabel 4.26 Akumulasi Fatik Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas II ......... 84
Tabel 4.27 Akumulasi Fatik Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas III ........ 85
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar 4.12 Deformasi pada Model Struktur pada SAP2000. ............................... 52
Gambar 4.13 Gaya Normal pada Model Struktur pada SAP2000. ........................... 52
Gambar 4.14 Gaya Normal akibat beban berjalan pada SAP2000. ......................... 52
Gambar 4.15 Batang FCM secara umum pada JCH 50,29 m. .................................. 54
Gambar 4.16 Batang Kritis Fatik pada JCH 50,29 m. .............................................. 73
Gambar 4.17 Kategori Detil 112 (SNI T 03-2005) .................................................. 78
Gambar 4.18 Kategori Detil 112 (SNI T 03-2005) .................................................. 78
Gambar 4.19 Kerusakan pada Landasan ................................................................. 85
Gambar 4.20 Dongkrak Khusus untuk Mengangkat Jembatan
(www.enerpac.com) ............................................................................. 86
Gambar 4.21 Konstruksi Landasan Jembatan CH. .................................................. 87
Gambar 4.22 Kerusakan pada Beton Lantai ............................................................ 89
Gambar 4.23 Ilustrasi Perbaikkan Kerusakan pada Beton Lantai ............................ 89
Gambar 4.24 Hubungan Antar Baja dengan Baut yang Longgar ............................. 90
Gambar 4.25 Penumpukan Sampah ........................................................................ 91
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
DAFTAR NOTASI
xviii
JCH = jembatan Callender Hamilton.
L = panjang total jembatan yang dibebani.
Lav = panjang bentang rata-rata.
LE = panjang efektif.
Lmax = panjang bentang maksimum.
LRFD = load and resistance factor design
MN/DOT = Minnesota Departemen of Transportation.
n1 = jumlah lajur lalu-lintas rencana.
NBI = National Bridge Inventory
nsc = jumlah siklus tegangan.
nr = junlah siklus tegangan fc.
p = intensitas gaya.
PMA = beban Mati Tambahan.
PMS = berat Sendiri.
q = intensitas beban BTR.
SAP 2000 = Structure Analysis Program 2000.
SNI = Standar Nasional Indonesia.
TET = beban akibat temperatur.
TEW1 = beban angin.
TTD = beban lajur “D” .
TTB = gaya rem.
TTBTe = beban jalur tengah.
TTBTp = beban jalur tepi.
TTP = pembebanan untuk pejalan kaki.
Vw = kecepatan angin.
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
maupun non FCM akan mendapat nilai yang sama. Metode penilaian bangunan
jembatan rangka baja dengan pendekatan FCM, yang selanjutnya disingkat dengan
metode penilaian FCM, akan melengkapi metode pemeriksaan BMS, 1993. Pedoman
No. 013/BM/2008 Penanganan dan Pemeliharaan Jembatan Callender Hamilton
(CH) Direktorat Jenderal Bina Marga juga belum menyangkut pemeriksaan dan
penilaian dengan pendekatan FCM. Batang-batang masih belum dikategorikan
batang FCM dan batang non FCM.
Pemeriksaan dan penilaian jembatan dengan pendekatan FCM diusulkan oleh
Michael J. Parr, et all, 2010. Metode tersebut didasarkan pada pengalaman dan
penelitian di Amerika Serikat yang mempunyai situasi dan kondisi yang berbeda
dengan di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penyesuaian agar dapat diterapkan di
Indonesia.
Kelelahan material (fatik) merupakan suatu kondisi kegagalan suatu struktur
yang disebabkan oleh perulangan beban, walaupun beban tersebut dibawah tegangan
ijinnya. Terjadinya fatik pada struktur maka akan menimbulkan retak dan kemudian
mencetus terjadi patah. Fatik merupakan penyebab terbesar dalam keruntuhan
struktur jembatan baja. Oeme P, 1989 dalam B. Kuhn Et all, 2008 mengatakan
bahwa 38,3% penyebab utama keruntuhan jembatan baja adalah kelelahan fatik.
Oleh sebab itu pada penelitian ini metode dengan pendekatan FCM dicoba untuk
dibandingkan dengan analisa kelelahan material (fatik).
Kota dan Kabupaten Kediri dilintasi oleh Sungai Brantas. Pada saat ini di
Kediri terdapat 4 jembatan umum dan 1 jembatan di atas bendung. Kondisi kelima
jembatan tersebut : satu jembatan rusak (tidak dapat dilalui); dua jembatan untuk
kendaraan ringan dan; dua jembatan yang dapat dilalui kendaraan berat. Jembatan
yang dapat dilalui kendaraan berat adalah Jembatan Bandar dan Jembatan Semampir.
Keduanya dikelola oleh Badan Pelaksanaan Jalan Nasional di Kediri.
Jembatan Bandar perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan terletak di dekat
perempatan jalan dan berjenis rangka baja. Perempatan jalan tersebut sering terjadi
kemacetan sehingga banyak kendaraan yang berhenti diatas jembatan untuk
menunggu antrean. Jembatan Bandar dibangun pada tahun 1973 sehingga sudah
mencapai umur 38 tahun. Selain itu Jembatan Bandar yang bertipe rangka baja perlu
mendapat perhatian lebih, hal tersebut dikarenakan jembatan rangka baja mudah
3
terjadi karat dan retakan dibandingkan dengan jembatan tipe beton. Kondisi tersebut
akan memperpendek umur layan dan mempercepat kerusakan jembatan.
Pada saat ini kondisi Jembatan Bandar secara visual telah mengalami
pengecatan ulang. Apabila kita berada di tengah bentang, dan ada kendaraan berat
yang lewat, maka sangat terasa goyangan/lendutan yang terjadi. Perlu pemeriksaan
terhadap kondisi Jembatan Bandar.
Berdasarkan uraian diatas perlu diadakan penelitian mengenai metode
penilaian bangunan atas jembatan rangka baja studi kasus Jembatan Bandar Kota
Kediri.
Secara garis besar penelitian ini bermanfaat secara ilmiah dan praktis. Manfaat
ilmiah adalah manfaat untuk keperluan ilmu pengetahuan. Manfaat praktis terkait
untuk keperluan praktis di lapangan. Manfaat penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1) Manfaat Ilmiah:
- Sebagai kajian tentang pemeriksaan dan penilaian bangunan atas jembatan rangka
baja dengan pendekatan FCM;
- Sebagai masukan terhadap pemeriksa, pengelola dan enggineer mengenai
pemeriksaan bangunan atas jembatan rangka baja dengan pendekatan FCM;
- Rumusan metode penilaian FCM dapat diusulkan untuk melengkapi metode
pemeriksaan jembatan BMS, 1993.
2) Manfaat Praktis:
- Pengelola jembatan mengetahui kondisi Jembatan Bandar dengan pendekatan
FCM;
5
6
7
2.2.2.1 Pembebanan
1. Beban pada lantai kendaraan dan beban pada struktur rangka baja. Adapun
beban-beban yang dipergunakan adalah.
- BINA MARGA : No. 12/1970
- P. J. K. A. : AVBP 1932
- AASHTO (Amerika Serikat) : HS – 44
9
1. Through Type
- Tipe B 10 Panjang tiap panel = 3,048 meter, Tinggi panel = 3,048 meter
- Tipe B 15 Panjang tiap panel = 4,572 meter, Tinggi panel = 4,572 meter
2. Deck Type, Tipe B Deck : Panjang tiap panel = 3,048 meter, Tinggi panel =
3,366 meter
Spesifikasi bahan baja siku primer adalah sesuai dengan British Standard
(BS) 4360, grade 55 C, sedangkan baja siku sekunder (ikatan angin) dan gelagar
melintang, plat buhul/penyambung dipakai baja grade 50 B. Bahan baja lainnya
memakai grade 43 A.
Adapun tegangan tarik ijinnya adalah :
Aksi tetap adalah aksi yang bekerja sepanjang waktu dan merupakan beban
yang secara tetap dipikul oleh jembatan. Menurut Peraturan Strandar Pembebanan
untuk Jembatan (SNI T-02-2005), pembebanan akibat aksi tetap terdiri dari:
a. Berat Sendiri
Berat sendiri adalah berat dari bagian jembatan dan elemen-elemen struktural
lain yang dipikulnya. Berat dari bagian-bagian bangunan tersebut adalah masa
dikalikan dengan percepatan gravitasi (g). Percepatan gravitasi yang digunakan
dalam SNI T-02-2005 adalah 9,8 m/dt2. Besarnya kerapatan masa dan berat isi
untuk berbagai macam bahan diberikan dalam Tabel 2.01. Faktor beban berat sendiri
ditentukan pada Tabel 2.02.
FAKTOR BEBAN
JANGKA
KUMS
WAKTU KSMS
Biasa Terkurangi
1,1 0,9
Baja, aluminium 1,0
1,2 0,85
Beton pracetak 1,0
Tetap
1,3 0,75
Beton dicor ditempat 1,0
1,4 0,7
Kayu 1,0
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan besarnya dapat
berubah selama umur jembatan.
Beban mati tambahan yang sering ada di jembatan adalah lapis tambahan
(overlay) perkerasan jalan. Beban mati tambahan yang lain dapat juga berupa alat
pelengkap dan sarana umum semisal pipa air bersih, jaringan kabel dan sebagainya.
Faktor beban berat mati tambahan pada Tabel 2.03.
CATATAN (1): Faktor beban daya layan 1,3 digunakan untuk berat utilitas
Beban lalu lintas adalah seluruh beban hidup, arah vertikal dan horisontal,
akibat kendaraan pada jembatan termasuk hubungannya dengan pengaruh dinamis,
tetapi tidak termasuk akibat tumbukan.
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan
beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
14
4,0 - 5,0 1
Satu lajur
5,5 - 8,25 2 (3)
Dua arah, tanpa median
11,3 - 15,0 4
8,25 - 11,25 3
11,3 - 15,0 4
Banyak arah
15,1 - 18,75 5
18,8 - 22,5 6
CATATAN 1 Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu-lintas rencana harus
ditentukan oleh Instansi yang berwenang.
CATATAN 2 Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum antara kerb atau rintangan
untuk satu arah atau jarak antara kerb/rintangan/median dengan median
untuk banyak arah.
CATATAN 3 Lebar minimum yang aman untuk dua-lajur kendaraan adalah 6.0 m.
Lebar jembatan antara 5,0 m sampai 6,0 m harus dihindari oleh karena
hal ini akan memberikan kesan kepada pengemudi seolah-olah
memungkinkan untuk menyalip.
sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja tergantung pada lebar jalur
kendaraan itu sendiri (Tabel 2.04).
Beban lajur "D" terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang digabung
dengan beban garis (BGT) seperti terlihat dalam Gambar 2.02.
15
L > 30 m : q = 8,0 0,5 kPa (2.02)
L
dengan pengertian:
q = intensitas beban BTR,
L = panjang total jembatan yang dibebani.
komponen-komponen BTR dan BGT dari beban "D" pada arah melintang harus
sama. Penempatan beban “D” SNI T-02-2005 mempunyai ketentuan sebagai berikut:
a. Apabila lebar jalur (Lj) ≤ 5,5 m, maka beban "D" harus ditempatkan pada
seluruh jalur dengan intensitas 100%.
b. Apabila Lj ≥ 5,5 m, beban "D" harus ditempatkan pada jumlah lajur lalu-lintas
rencana (n1) yang berdekatan (Tabel 2.04), dengan intensitas 100%. Hasilnya
adalah beban garis ekuivalen sebesar n1 x 2,75 q kN/m dan beban terpusat
ekuivalen sebesar n1 x 2,75 p kN, kedua-duanya bekerja berupa strip pada jalur
selebar n1 x 2,75 m.
c. Lajur lalu-lintas rencana yang membentuk strip ini bisa ditempatkan dimana saja
pada jalur jembatan. Beban "D" tambahan harus ditempatkan pada seluruh lebar
sisa dari jalur dengan intensitas sebesar 50%. Susunan pembebanan ini dapat
dilihat pada Gambar 2.03.
d. Luas jalur yang ditempati median harus dianggap bagian jalur dan dibebani
dengan beban yang sesuai, kecuali apabila median tersebut terbuat dari
penghalang lalu lintas yang tetap
LE =√ (2.03)
dengan pengertian :
LE : panjang efektif,
Lav : panjang bentang rata-rata dari kelompok bentang yang
disambungkan secara menerus,
Lmax : panjang bentang maksimum dalam kelompok bentang yang
disambung secara menerus.
Pada pembebanan truk "T": FBD diambil 30% untuk seluruh bagian
bangunan yang berada diatas permukaan tanah. Untuk bagian bangunan bawah dan
18
fondasi yang berada dibawah garis permukaan, harga FBD pada kedalaman 2 m
diambil 10% sedangkan pada kedalaman nol meter diambil 40%. Interpolasi linier
dapat dilakukan untuk kedalaman antara. Harga FBD yang digunakan untuk
kedalaman yang dipilih harus diterapkan untuk bangunan seutuhnya.
Gambar 2.05 Faktor Beban Dinamis untuk BGT dan Pembebanan Lajur ”D”
(SNI T-02-2005)
D. Gaya rem
SNI T-02-2005 menentukan pengaruh gaya rem diperhitungkan senilai
dengan 5% dari beban lajur D yang dianggap ada pada semua jalur lalu lintas tanpa
dikalikan dengan faktor beban dinamis dan dalam satu jurusan. Gaya rem tersebut
dianggap bekerja horisontal dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap
setinggi 1,8 m di atas permukaan lantai kendaraan. Faktor beban akibat gaya rem
menurut SNI T-02-2005 sebesar 1,0 pada daya layan dan 2,0 pada daya ultimit.
A. Pengaruh temperatur/suhu
Kondisi temperatur/suhu sangat berpengaruh pada beban yang bekerja pada
jembatan karena akan berpengaruh pada kembang-susut material jembatan.
SNI T-02-2005 menentukan temperatur jembatan rata-rata nominal untuk berbagai
tipe bangunan atas sesuai Tabel 2.05 dan sifat bahan rata-rata akibat pengaruh
temperatur sesuai Tabel 2.06.
Tabel 2.06 Sifat Bahan Rata-rata Akibat Pengaruh Temperatur (SNI T-02-2005)
Koefisien Perpanjangan Modulus Elastisitas
Bahan MPa
Akibat Suhu (α)
Beton:
Kuat tekan <30 MPa 10 x 10-6 per C 25.000
B. Beban Angin
Kondisi angin pada suatu tempat merupakan beban yang akan bekerja pada
struktur jembatan tertentu dan menjadi faktor yang diperhitungkan pada rencana
pembebanan. Faktor beban akibat beban angin menurut SNI T-02-2005 sebesar 1,0
pada daya layan dan 1,2 pada daya ultimit.
Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung
kecepatan angin menurut SNI T-02-2005 direncana seperti berikut:
dengan pengertian :
VW = kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau
(Tabel 2.07),
CW = koefisien seret (Tabel 2.08),
Ab = luas koefisien bagian samping jembatan (m2).
21
.
Gambar 2.07 Gradien Perbedaan Temperatur (SNI T-02-2005)
Luas ekuivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang masif
dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Untuk jembatan rangka luas
ekivalen ini sebesar 30% dari luas yang dibatasi oleh batang-batang bagian terluar
Jika kendaraan melewati jembatan maka akan bekerja garis merata dengan
arah horisontal di permukaan lantai. Menurut SNI T-02-2005 besar kecepatan angin
22
rencana (VW) pada kondisi tersebut ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
Tipe Jembatan CW
atau terkurangi. Disini keadaan paling berbahaya (maksimum) harus dijadikan acuan
dalam perencanaan pembebanan.
Kombinasi pembebanan didasarkan pada batas daya layan dan batas daya
ultimit. Batas daya layan adalah kemampuan material elemen struktur menahan
beban yang bekerja. Batas daya ultimit adalah kemampuan material elemen struktur
menahan beban dengan mengalikannya dengan faktor beban sehingga tegangan pada
meterial setara dengan tegangan leleh.
Kombinasi pada keadaan batas daya layan primer terdiri dari jumlah
pengaruh aksi tetap dengan satu aksi transien. Pada keadaan batas daya layan, lebih
dari satu aksi transien bisa terjadi secara bersamaan, seperti diberikan dalam
Tabel 2.09 Kombinasi Beban untuk Keadaan Batas Daya Layan (SNI T-02-2005)
Kombinasi tersier Kombinasi primer + 0,5 (dua atau lebih aksi transien)
CATATAN 1 Beban lajur "D" yaitu TTD atau beban truk "T" yaitu TTT diperlukan
untuk membangkitkan gaya rem TTB dan gaya sentrifugal TTR pada
jembatan. Tidak ada faktor pengurangan yang harus digunakan
apabila TTB atau TTR terjadi dalam kombinasi dengan TTD atau TTT
sebagai kombinasi primer.
CATATAN 2 Gesekan pada perletakan TBF bisa terjadi bersamaan dengan pengaruh
temperatur TET dan harus dianggap sebagai satu aksi untuk kombinasi
beban.
Kombinasi pada keadaan batas ultimit terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap
dengan satu pengaruh transien. Gaya rem atau gaya sentrifugal bisa digabungkan
dengan pembebanan lajur "D" yaitu TTD atau pembebanan truk "T" yaitu TTT.
Gesekan pada perletakan TBF dan pengaruh temperatur TET bisa juga digabungkan.
Pada keadaan batas ultimit, tidak diadakan aksi transien lain untuk kombinasi dengan
aksi gempa. Kombinasi pembebanan pada batas daya layan dan batas ultimit
ditunjukkan pada Tabel 2.10.
24
Tabel 2.10 Kombinasi Beban Umum pada Batas Daya Kelayanan dan Ultimit (SNI
T-02-2005)
Kelayanan
Aksi Ket
1 2 3 4 5 6
Aksi Permanen :
Berat sendiri x x x x x x (4)
Beban mati tambahan
Aksi Transien :
o o o
Beban lajur “D“ atau beban truk “T” x o
Beban angin o o x o
(1) = aksi permanen “x” KBL + beban aktif “x” KBL
“x” berarti beban yang selalu aktip
+ 1 beban “o” KBL
“o” berarti beban yang boleh
(2) = aksi permanen “x” KBL + beban aktif “x” KBL
dikombinasi dengan beban aktif,
+ 1 beban “o” KBL + 0,7 beban “o” KBL
tunggal atau seperti ditunjukkan.
(3) = aksi permanen “x” KBL + beban aktif“x” KBL
+ 1 beban “o” KBL + 0,5 beban “o” KBL + 0,5
beban “o” KBL
Ultimit
Aksi Ket
1 2 3 4 5 6
Aksi Permanen :
Berat sendiri x x x x x x (4)
Beban mati tambahan
Aksi Transien :
o o o
Beban lajur “D“ atau beban truk “T” x o
Beban angin o x o
25
Menurut FHWA, 2006 suatu batang dikatakan FCM haruslah memenuhi dua
kriteria yaitu :
1. Komponen tersebut merupakan komponen tarik atau komponen yang
memungkinkan ada bagian yang bertegangan tarik. Elemen tersebut meliputi :
a. Komponen bertegangan tarik (axial tension),
b. Komponen bertegangan tekan (axial compression) bila memungkinkan
adanya efek tekuk,
c. Komponen bertegangan geser (shear),
d. Komponen balok (flexure),
e. Komponen torsi (torsion).
2. Batang tersebut apabila runtuh akan mengakibatkan keruntuhan sebagian atau
keseluruhan jembatan. Daerah kritis tersebut dikenali melalui redundancy
komponen yang bersangkutan.
1. Derajat redudansi,
2. Tegangan batang akibat beban hidup,
3. Kerawanan material untuk retak atau patah,
4. Kondisi spesifik batang FCM,
5. Detil desain fatik batang FCM, dan
6. Riwayat dan prediksi jumlah dan berat beban.
2.2.7 Redundancy
FHWA, 2006 mendefinisikan Redundancy sebagai kondisi struktur dimana
lebih banyak komponen pendukung dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk
stabilitas. Komponen ber-redundancy berarti komponen tersebut apabila terjadi
keruntuhan beban yang ditanggungnya masih dapat disalurkan kepada komponen
yang lain. Komponen yang menerima beban peralihan tersebut, untuk sementara
waktu, mampu menahannya guna mencegah jembatan runtuh.
27
c. Redundancy internal
Komponen redundancy internal terdapat pada jembatan yang mempunyai
tiga atau lebih komponen diikat/menyatu sehingga banyak jalur beban yang
terbentuk. Contoh dari redundancy internal seperti diperlihatkan pada Gambar 2.10
dan 2.11
Gambar 2.10 Internal Redundancy pada Besi Profil I yang Dikeling (FHWA, 2006)
Gambar 2.11 Internal Redundancy pada Besi Profil Kotak yang Dikeling
(FHWA, 2006)
29
1. Kelompok 1 – Detil tanpa las bahan polos dan pelat yang dibaut
2. Kelompok 2 – Detil las – bukan penampang berongga
30
Pada Gambar 2.12 digambarkan batas fatik variasi tegangan tetap, batas
untuk
tidak fatik dan kekuatan fatik. Penilaian fatik tidak diperlukan untuk unsur,
sambungan atau detil apabila rencana batas variasi tegangan normal dan geser f*
memenuhi:
dimana:
f* = batas variasi tegangan rencana,
nsc = jumlah siklus tegangan.
Kekuatan fatik yang belum dikoreksi ff, untuk tiap kategori detil fm yang
memikul tegangan normal ditentukan oleh Rumus 2.08 dan 2.09 sebagai berikut:
dimana:
f1 , f3 , f5 = nilai yang diberikan Gambar 2.12 untuk tiap kategori detil,
nsc = jumlah siklus tegangan.
Batas variasi tegangan rencana f * pada tiap titik struktur yang hanya memikul
siklus batas variasi tegangan tetap harus memenuhi Rumus 2.10.
( )
( )
≤ 1,0 (2.10)
dimana:
nsc = jumlah siklus tegangan,
nr = junlah siklus tegangan fc,
f* = batas variasi tegangan rencana,
fc = batas kekuatan fatik yang direduksi,
= faktor reduksi kekuatan fatik (bernilai 1,0 atau 0,7),
s = nilai yang diberikan pada Gambar 2.12.
Nilai faktor reduksi () mempunyai nilai 1,0 dengan syarat kondisi rencana
sebagai berikut:
∑ ≤ 1,00 (2.11)
Fisher, et all, 1970 dalam Hsin-Yang Chung, et all, 2003 menyatakan bahwa
pemeriksaan selanjutnya disarankan dilaksanakan ketika struktur mempunyai
akumulasi kerusakan fatik 75%. Pada saat itu dimungkinkan telah adanya retak
pertama akibat fatik. Jadi jangka waktu pemeriksaan selanjutnya disarankan ketika :
∑ = 0,75 (2.12)
dimana:
= akumulasi kerusakan fatik,
nsc = jumlah siklus tegangan,
nr = junlah siklus tegangan rencana.
.
Pendapat lain mengenai kemungkinan terjadinya retak ialah ketika akumulasi
fatik mencapai 0,8 dimungkinkan terjadi retak pada Jembatan Baja, pemeriksaan
lapangan dan analisa detail kritis sangat diperlukan (Radu Bancilia, et all, 2004).
BAB III
METODE PENELITIAN
33
34
a. Meteran.
Alat ini digunakan untuk mengukur dimensi jembatan misalnya bentang
jembatan, panjang batang, jarak antar batang dsb.
c. Kamera digital.
Alat ini digunakan untuk mengambil gambar (dokumentasi) kondisi kerusakan
yang terjadi pada jembatan.
a. Data primer,
Data primer diperoleh dari survei langsung di lokasi baik berupa data visual
dan pengukuran di lapangan. Data primer tersebut adalah dimensi jembatan,
b. Data sekunder,
Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait Balai Pemelihara Jalan Jawa
Timur. Data tersebut antara lain:
MULAI
SNI T-02-2005
SNI T-03-2005
PPJCH, 2008 Tahap 2:
Pemodelan dan Analisa Struktur untuk
menentukan Batang FCM
Tahap 3:
Michael J Par, dkk
Rumusan Metode
2010
Pemeriksaan Jembatan
Tahap 4:
Survey Kondisi:
- Jumlah Kendaraan
- Detil fatik
- Kondisi dan kerusakan
Tahap 5:
Tahap 6:
Analisa kelelahan
Penilaian Jembatan
material
Tahap 7:
Pilih waktu pemeriksaan
selanjutnya tersingkat antara
Tahap 5 dan Tahap 6
Selesai
Keterangan:
39
40
setengah potongan ujung jembatan digambarkan pada Gambar 4.03. Gambar standar
jembatan CH yang lain dapat dilihat pada lampiran A
Gambar 4.02 Bagian Rangka Atas dan Bawah Jembatan (Pedoman 013/BM/2008).
Aksi dan beban tetap pada Jembatan Bandar terdiri dari: berat sendiri bahan
jembatan dan beban mati tambahan.
Beban aksi transien adalah aksi akibat pembebanan sementara dan bersifat
berulang ulang. Beban aksi transien pada Jembatan Bandar yang diperhitungkan pada
studi ini meliputi: beban lalu lintas (beban lajur “D” dan beban “T”), Gaya rem, dan
Pembebanan untuk Pejalan Kaki.
15 15
q = 8,0 0,5 kPa = 8,0 0,5 kPa
L 50,29
Kedua beban tersebut bekerja 100% pada bidang selebar 5,5 (2 x 2,75) meter.
Sisa bidang yang lain memperoleh beban 50%. Pembagian beban dapat dilihat
seperti Gambar 4.04 dan 4.05.
Gaya rem tersebut dianggap bekerja horisontal dalam arah sumbu jembatan
dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas permukaan lantai kendaraan.
Perhitungan besarnya beban akibat gaya rem (TTB).
TTB = 5% x (BTR + BGT)
1) Beban jalur tepi
Pada Jembatan Bandar pejalan kaki bekerja pada totoarnya termasuk trotoar
yang dipasang pada bangunan atas jembatan dengan lebar 1,00 m sepanjang bentang
50,29 m. Luasan yang terbebani = 1,00 x 50,29 = 50,29 m2.Berdasarkan Gambar
4.07 didapatkan intensitas beban pejalan kaki = 3,75 kPa atau 3,75 kN/m2. Beban ini
hanya bekerja diatas trotoir.
Cw = 1,2
Vw = 25 m/dt
Ab = 30% x (0,5 x (45,72+50,29) x 4,572) = 65,84 m2
Maka
Jika kendaraan melewati jembatan maka akan bekerja garis merata dengan
arah horisontal di permukaan lantai.
TEW2 = 0,0012 x Cw x (Vw)2 x Ab
Untuk jembatan Bandar nilai :
Cw = 1,2
Vw = 25 m/dt
Ab = 30% x (0,5 x (45,72+50,29) x 4,572) = 65,84 m2
Maka
TEW2 = 0,0012 x 1,2 x (25)2 x 65,84
= 59,256 kN
Beban total angin dirumuskan:
TEW = TEW1 + TEW2
49
= 29,628 kN + 59,256 kN
= 88,884 kN (sepanjang bentang)
Gaya angin total tersebut dibagi merata pada seluruh buhul jembatan (53
buhul), maka setiap buhul menerima beban horisontal 1,68 kN.
Satuan standar yang digunakan berturut-turut untuk gaya, panjang dan suhu adalah
KN, mm dan C.
Setting jenis struktur yang dimodelkan adalah jembatan dengan mencentang
menu request module licenses bridge.
Pada bagian ini memasukkan data geometri jembatan. Gambar detil jembatan
diambil dari Pedoman No. 04/BM/2005 tentang Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan
Jembatan yang diterbitkan Dirjen Bina Marga. Tampak samping jembatan
digambarkan pada Gambar 4.01, bagian-bagian rangka atas dan bawah jembatan
digambarkan pada Gambar 4.02 dan setengah potongan ujung jembatan digambarkan
pada Gambar 4.03.
Sesuai dengan gambar tersebut dimasukkan data geometri jembatan pada
SAP2000 sehingga tergambar pada Gambar 4.09. Pemodelan jalur lalu lintas
diinputkan dengan menu bridge wizard. Gambar pemodelan jalur lalu lintas dapat
dilihat pada Gambar 4.10.
Secara umum pembebanan menu diinputkan dengan menu assign load. Beban
lalu lintas diinputkan dengan menu bridge wizard vehicle. Data pembebanan
jembatan diinputkan dengan load patern sebagai berikut:
Sesuai Tabel 4.06 maka batang BC1, BC2, BC3, BC4, BC5, BC6, D2, D4 dan
D6 dikategorikan batang FCM. Batang yang mempunyai posisi simetris terhadap
batang tersebut adalah BC7, BC8, BC9, BC10, BC11, D17, D19 dan D21.
Sehingga batang yang mempunyai kriteria tersebut diatas dikategorikan batang
FCM. Batang FCM tersebut adalah: 6 batang tarik diagonal bagian tepi yaitu D2,
D4, D6, D17, D19, D21; dan batang bawah yaitu BC1, BC2, BC3, BC4, BC5, BC6,
BC7, BC8, BC9, BC10 dan BC11. Posisi batang-batang tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.15.
Metode penilaian FCM dalam studi ini digunakan untuk penilaian jembatan
rangka baja di Indonesia, tidak termasuk jembatan khusus (misal: jembatan gantung).
Metode ini melengkapi metode BMS, 1993 dengan menitik-beratkan pemeriksaan
pada pendekatan fracture critical member.
Jembatan yang dapat dinilai pada tahap penilaian adalah jembatan yang telah
lolos tahap penyaringan. Jembatan yang tidak lolos pada tahap penyaringan maka
dalam tempo maksimal 24 bulan sudah harus dilakukan pemeriksaan ulang (Michael
J. Parr, et all, 2010).
57
Tabel 4.09 Penentuan Jangka Waktu Penilaian Selanjutnya (Michael J. Parr, et all,
2010)
No Poin Acuan Jangka Waktu Syarat
1. poin ≤ 85 6 bulan
2. 100 ≥ poin > 85 12 bulan
3. 120 ≥ poin > 100 24 bulan *
4. 135 ≥ poin > 120 48 bulan *
5. 165 ≥ poin > 135 72 bulan *
6. poin > 165 120 bulan *
Catatan:
* = Harus lolos tahap penyaringan
62
Tahap ini untuk memastikan kondisi jembatan dalam kondisi stabil yang kecil
kemungkinanya patah dalam kurun waktu kurang dari 24 bulan. Pada setiap kriteria
tahap penyaringan yang memenuhi syarat, jembatan yang diperiksa mendapat nilai 5
poin. Tahap penyaringan terdiri 5 kriteria, sebagai berikut:
Jembatan yang baru mengalami retrofit atau rahabilitasi batang FCM belum
menerima beban/kondisi ekisting. Hal tersebut berakibat tidak diketahuinya
karaterisitik beban/kondisi yang ada pada batang tersebut dalam jangka waktu yang
lama. Sehingga harus dipastikan semua batang telah menerima beban pada kondisi
normal dalam waktu yang cukup (24 bulan).
3) Apakah jembatan berstruktur las lubang atau backup bar yang tidak menerus
Struktur las lubang dan backup bar yang tidak menerus rawan menimbulkan
retakan yang merupakan awal proses patah. Backup bar yang tidak menerus biasanya
terdapat pada konstruksi jembatan baja dengan box girder yang berfungsi pada awal
konstruksi untuk membantu penyambungan antara sayap dan badan box girder.
Proses patahnya batang dimulai dari retak. Dalam waktu singkat setelah timbul
retak awal, retak akan segera menyebar dan menimbulkan patah. Bila
diproposionalkan timbulnya retak membutuhkan waktu 95% dari keseluruhan proses.
Sehingga bila telah timbul retak, keruntuhan diprediksi akan segera terjadi. Kriteria
ini masuk dalam tahap penyaringan
Metode awal yang digunakan adalah NBI atau CORE. NBI berstandar nilai
dari 1 sampai dengan 10, CORE berstandar nilai dari 1 sampai dengan 5. Standar
nilai yang berkesuaian dengan BMS, 1993 adalah standar CORE yaitu dari 1 sampai
dengan 5. Sehingga acuan kriteria yang diusulkan adalah kriteria standar nilai CORE.
Dalam penilaain kondisi jembatan sesuai BMS, 1993 jembatan harus bernilai 2
yang berarti kondisi terdapat kerusakan ringan. Hal tersebut memastikan bahwa
jembatan aman secara keseluruhan (tanpa pendekatan FCM). Penilaian secara
mendetil mengenai kondisi dengan pendekatan FCM akan dinilai dengan metode ini.
Sering dijumpai bahwa patah batang terjadi bukan hanya karena fatik tetapi juga
karena korosi, tumbukan, perubahan bentuk dan sebagainya. Sehingga kondisi
jembatan harus memuaskan menurut BMS, 1993 untuk menjamin tidak terdapat
kekurangan yang dapat menimbulkan patah.
64
Pada jembatan rangka baja secara umum kriteria yang telah pasti dihilangkan,
untuk kemudian mengusulkan metode yang baru. Metode penilaian FCM tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Pada penilaian jembatan rangka baja secara umum menggunakan metode diatas
mendapat poin 20 poin. Sehingga poin standar, untuk penentuan waktu pemeriksaan
selanjutnya, pada metode Tabel 4.09 dikurangi 20 dan menghilangkan kriteria yang
telah dinilai. Hasil poin revisi untuk penentuan waktu selanjutnya ditabelkan pada
Tabel 4.11. Jangka waktu penilaian selanjutnya yang lebih lama tidak dapat
diterapkan karena kondisi jembatan rangka baja secara umum di Indonesia tidak
memungkinkan. Jadi jangka waktu penilaian selanjutnya yang dapat dilaksanakan
berkisar anatara 6 bulan sampai dengan 72 bulan.
landas lebih dari 10% ketebalan. Kondisi elemen sistem lantai terdapat gompal pada
plat lantai sehingga baja tulang terdapat karat.
3.310 Pondasi 1 0 0 0 1 2
3.610 Landasan 1 1 1 0 1 4
3.620 Sandaran 0 0 0 0 0 0
3.800 Gorong-gorong
3.900 Lintasan basah
Keterangan:
S = Struktur
R = Kerusakan
K = Perkembangan
F = Fungsi
P = Pengaruh
NK = Nilai Kondisi
menilik karakteristik Sungai Brantas yang mengalami degradasi dasar sungai maka
pada level 2 bangunan bawah diberi nilai 1. Diperlukan pemeriksaan khusus untuk
memastikannya.
Pada penilaian level 2 bangunan atas mendapat nilai 2, hal tersebut
dikarenakan kerusakan pada landasan dan sistem lantai. Elemen perlengkapan
mendapat nilai 1 dikarenakan papan nama jembatan yang hilang. Hasil penilaian
level 2 ditampilkan pada Tabel 4.13.
Kode Elemen S R K F P NK
2.200 Aliran Sungai/Timbunan 0 1 0 0 0 1
2.300 Bangunan Bawah 0 0 0 0 1 1
2.400 Bangunan Atas 1 1 0 0 0 2
2.700 Pelengkapan 0 0 0 1 0 1
2.800 Gorong-gorong
2.900 Lintasan Bawah
Penilaian pada level 2 yang terbesar adalah pada elemen bangunan atas
mendapat nilai 2. Kerusakan bangunan atas tersebut pada elemen landasan dan plat
lantai. Kerusakan tersebut secara keseluruhan tidak terlalu berpengaruh pada
jembatan. Apabila terdapat kegagalan pada elemen tersebut tidak mengakibatkan
keruntuhan jembatan secara menyeluruh. Maka secara keseluruhan Jembatan Bandar
mendapat nilai 1 pada level 1. Hasil penilaian level 1 ditampilkan pada Tabel 4.14.
Hasil penilaian Jembatan Bandar pada kondisi terdapat kerusakan ringan dan
memperoleh nilai 95 poin. Sesuai Tabel 4.11 jangka waktu pemeriksaan selanjutnya
disarankan paling lama 24 bulan mendatang.
2) Menentukan variasi tegangan pada batang kritis akibat berbagai tipe kendaraan.
3) Menghitung jumlah kendaraan yang lewat di jembatan.
4) Menghitung akumulasi kerusakan fatik dan sisa umur fatik.
Pendekatan yang digunakan untuk menentukan beban gandar aktual tiap tipe
golongan kendaraan berat adalah penelitian yang dilakukan Balai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional Wilayah V yang dilakukan pada tahun 2007. Hasil penelitian tersebut
ditabelkan pada Tabel 4.16. Kendaraan yang menimbulkan variasi tegangan dibawah
26 MPa tidak menimbulkan fatik (SKSNI T 03-2005) sehingga tidak dimasukkan
dalam perhitungan ini.
Selanjutnya beban aktual gandar kendaraan tersebut disimulasikan pada model
Jembatan Bandar dengan SAP2000 sebagai beban “T”. Berdasarkan pemodelan
tersebut akan didapatkan tegangan dan variasi tegangan pada batang kritis D4 dan
D9 yang ditinjau. Tabel antara tipe kendaraan dengan berat sumbu rata-rata pada
jalan di Pantura dapat dilihat pada Tabel 4.17. Tabel 4.17 memperlihatkan hubungan
anatara jenis kendaraan dengan tegangan maksimal dan variasi tegangan hasil
SAP2000.
Tabel 4.16 Beban Kendaraan Berat pada Jalur Pantura (Iwan Zarkasi, 2007)
75
Tabel 4.17 Variasi Tegangan pada batang kritis akibat berbagai tipe kendaraan.
Pvar A ff
Jenis Ket
Frame cm2 MPa
1 2 3 4 5
Kendaraan Pribadi 1,404 29,00 4,84
Colt Diesel 10,936 29,00 37,71
Bus Besar 20,921 29,00 72,14
6B 20,921 29,00 72,14
7A 35,577 29,00 122,68
7 C1 37,068 29,00 127,82
7 C2 52,421 29,00 180,76
7 C3 52,442 29,00 180,83
Keterangan:
> 26 MPa menimbulkan kelelahan fatik pada semua kategori detil
Dari Tabel 4.17 terlihat bahwa kendaraan pribadi tidak menimbulkan fatik
karena hanya menimbulkan variasi tegangan sebesar 4,84 MPa. Sehingga kendaraan
pribadi diabaikan dalam analisi kelelahan material.
Jumlah kendaraan tahun 1973 – 2008 didasarkan dari data BAPPENAS dan
BPS, sedangkan jumlah kendaraan yang akan datang dipergunakan pertumbuhan
rata-rata tahun 1973 – 2008. Tingkat pertumbuhan rata-rata tersebut untuk truk
sebesar 11% dan bis sebesar 14%.
Jumlah kendaraan yang melewati Jembatan Bandar diperhitungkan sebagai
proposional pada tahun 2011 dengan tahun bersangkutan. Prediksi jumlah kendaraan
yang lewat Jembatan Bandar mulai tahun 1973 – 2020 ditampilkan pada Tabel 4.20
Tabel 4.20 Prediksi Jumlah kendaraan yang lewat Jembatan Bandar tahun 1973 –
2015.
Jumlah Kendaraan
Golongan
1973 -2011 2012 2013 2014 2015
Colt Diesel 4.293.138 457.973 535.177 608.975 692.950
Bus Besar 1.079.540 149.453 161.248 178.666 197.964
6B 289.822 30.917 34.256 37.957 42.057
7A 273.048 29.128 32.274 35.760 39.622
7 C1 7.042 751 832 922 1.022
7 C2 6.502 694 769 852 944
7 C3 3.791 404 448 497 550
Lanjutan Tabel 4.20
Jumlah Kendaraan
Golongan
2016 2017 2018 2019 2020
Colt Diesel 690.277 764.837 847.451 938.989 1.040.415
Bus Besar 250.561 250.561 324.427 369.164 420.070
6B 46.599 51.633 57.210 63.390 70.237
7A 43.902 48.644 53.899 59.721 66.171
7 C1 1.132 1.255 1.390 1.540 1.707
7 C2 1.045 1.158 1.283 1.422 1.576
7 C3 610 675 748 829 919
berhenti mulai (SNI T 03-2005). Ilustrasi kategori detil tipe 112 dapat dilihat pada
Gambar 4.17, sedangkan detil visual pada Jembatan Bandar pada Gambar 4.18.
satu siklus pada variasi tegangan sesuai dengan tipe kendaraan. Dengan cara tersebut
dalam perhitungan analisis fatik mengabaikan faktor: kecepatan, kemacetan dan
variasi tegangan yang berbeda ketika dua kendaraan melewati jembatan pada saat
yang bersamaan.
Jadi akumulasi kerusakan fatik Jembatan Bandar sampai dengan tahun 2011
sejumlah 0,4175, berarti Jembatan Bandar pada tahun 2011 aman terhadap kerusakan
fatik.
Tabel 4.21 Akumulasi Kerusakan Fatik Jembatan Bandar pada Tahun 2011.
ff nsc Nr
Jenis
MPa bh bh ∑
1 2 3 4 5
Colt Diesel 37,71 4.293.138 ~ 0,0000
Bus Besar 72,14 1.079.540 1,95E+07 0,0554
6B 72,14 289.822 1,95E+07 0,0149
7A 122,68 273.048 8,60E+05 0,3175
7 C1 127,82 7.042 8,50E+05 0,0083
7 C2 180,76 6.502 4,80E+05 0,0135
7 C3 180,83 3.791 4,80E+05 0,0079
Jumlah 0,4175
Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk mengetahui kapan waktu ketika
akumulasi kerusakan fatik mencapai 0,75. Berdasarkan pada perhitungan Tabel 4.22
retak akibat fatik (akumulasi kerusakan fatik = 0,75) terjadi pada tahun bulan juli
tahun 2016 (55 bulan). Pada saat akumulasi kerusakan fatik 0,75 jembatan sebaiknya
dilakukan pemeriksaan apakah telah terjadi retak akibat fatik. Bila telah timbul retak
sebaiknya keretakan terus dipantau, dan dilakukan pemeriksaan berkala paling lama
selama 6 bulan.
Perhitungan akumulasi fatik untuk tahun-tahun selanjutnya dilakukan seperti
pada Tabel 4.21. hasil perhitungan akumulasi fatik tahun 2011 sampai dengan tahun
2020 di Tabel 4.23.
Akumulasi kerusakan fatik 1,00 terjadi pada tahun 2020. Sehingga sisa umur
akibat kerusakan fatik adalah 9 tahun. Pada saat itu jembatan tidak aman terhadap
bahaya fatik.
80
Tabel 4.22 Akumulasi Kerusakan Fatik Jembatan Bandar pada Bulan Juli 2016.
ff nsc Nr
Jenis
MPa bh bh ∑
1 2 3 4 5
Colt Diesel 37,71 7.724.645 ~ 0,0000
Bus Besar 72,14 2.163.593 1,95E+07 0,1110
6B 72,14 511.728 1,95E+07 0,0262
7A 122,68 482.109 8,60E+05 0,5606
7 C1 127,82 12.434 8,50E+05 0,0146
7 C2 180,76 11.481 4,80E+05 0,0239
7 C3 180,83 6.694 4,80E+05 0,0139
Jumlah 0,7503
Batang FCM merupakan batang kritis yang perlu mendapat perhatian dalam
perawatan dan pemeliharaan. Pada kasus Jembatan Bandar batang-batang FCM
terdapat pada batang bawah dan 6 batang diagonal tarik bagian tepi. Batang FCM
tersebut harus diperiksa pada waktu perkiraan mulai timbul retak akibat fatik.
Apabila dijumpai retak maka struktur yang retak tersebut harus diganti.
Pemeriksaan dan penilaian jembatan Bandar dengan menggunakan metode
BMS 1993 pada Sub bab 4.3.1 mendapat nilai 1 yang berarti terdapat kerusakan
ringan. Secara struktural kondisi jembatan Bandar terdapat kerusakan/kekurangan
akan tetapi secara fungsi masih dalam kondisi yang baik.
Secara umum kerusakan yang terjadi pada Jembatan Bandar adalah karat pada
landasan dan rangka, kerusakan/gompal pada lantai beton, adanya baut yang longgar
atau hilang, hilangnya papan nama jembatan dan sampah yang menumpuk. Konsep
rehabilitasi yang diusulkan pada penelitian ini mengacu pada Pedoman No.
013/BM/2008 Penanganan dan Pemeliharaan Jembatan Callender Hamilton (CH)
Direktorat Jenderal Bina Marga Departement Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Jakarta
apakah terjadi retakan pada detil fatik las tipe 112 pada batang kritis. Batang kritis
yang dimaksud adalah batang D4 dan D19, sedangkan detil fatik dapat dilihat pada
Gambar 4.18.
Pemeriksaan retak dapat dilakukan secara visual dan mekanik, apabila uji retak
tersebut diragukan dapat digunakan alat ultrasonic pulse velocity untuk memastikan
ada-tidaknya retak. Apabila dijumpai retak, detil fatik yang bersangkutan harus
diganti. Konsep cara pergantian adalah sebagai berikut:
Dapat juga dilakukan juga modifikasi pada sistem sambungan yang fatik tanpa
mengganti batang yang bersangkutan. Sebelum dilakukan hal tersebut perlu
dilakukan analisis struktur terhadap jenis dan mutu sambungan yang baru. Perlu juga
dilakukan analisis fatik terhadap batang FCM yang lain guna menentukan waktu
pemeriksaan dan penggantiannya.
Tabel 4.24 Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas II (Dirjen Perhubungan
Darat, 2008)
Tabel 4.25 Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas III (Dirjen Perhubungan
Darat, 2008)
Tabel 4.26 Akumulasi Fatik Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas II
85
Tabel 4.27 Akumulasi Fatik Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas III
Metode Penggantian:
a. Buang dan lepaskan semua bagian beton yang lepas dan rusak sampai bagian
beton yang baik terlihat dan dalam keadaan bersih.
b. Usahakan membersihkan beton sampai 15 mm di belakang besi tulangan agar
didapat ikatan yang baik.
c. Bersihkan semua karat yang ada pada besi tulangan.
d. Kaitkan atau ikatkan besi tulangan yang baru jika didapat bagian besi tulangan
yang diameternya hilang lebih dari 20%.
e. Pakailah bahan perekat pada permukaan yang kering dengan bahan yang dapat
disetujui.
89
f. Pasanglah dan bentuklah beton baru untuk mendapatkan selimut beton yang
sesuai bentuk asalnya.
Ilustrasi cara perbaikkan ditampilkan pada Gambar 4.23
Catatan:
- Jika besi tulangan tidak terlihat dan hanya sedikit kerusakan beton, maka
plesteran saja sudah cukup untuk memperbaikinya. Permukaan harus
dibersihkan dan dilembabkan untuk memudahkan pengikatan beton lama dengan
beton baru.
- Jika ketebalan tambalan lebih dari 40 mm, disarankan agar ditambahkan jaring
kawat (wire mesh) halus yang ditempelkan pada permukaan beton yang lama
sebelum dipasang beton yang baru.
- Disarankan agar menggunakan epoxy beton halus sebagai bahan pembentukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
landasan dan rangka; kerusakan/gompal pada lantai beton; adanya baut yang
longgar atau hilang; hilangnya papan nama jembatan; dan sampah yang
menumpuk. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan: penggantian landasan;
penambalan beton; pengecekan, pengencangan dan penggantian baut; serta
adanya pemeliharaan rutin.
5.2 Saran
Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan, agar dapat diterapkan secara
luas maka perlu beberapa perbaikan. Dengan memperhatikan kondisi, secara khusus
Jembatan Bandar perlu penangan. Perbaikkan dan penanganan tersebut antara lain:
1. Metode yang diusulkan perlu diuji coba pada lokasi dan atau jenis jembatan lain.
2. Perlu adanya kalibrasi waktu pemeriksaan selanjutnya terhadap faktor retak,
korosi, pembebanan berlebih dan umur layan jembatan pada berbagai jembatan
rangka baja di Indonesia.
3. Secara khusus, pada Jembatan Bandar terdapat elemen jembatan yang perlu
mendapat rehabilitasi dan perlu adanya pemeliharaan rutin yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar desain diambil dari Pedoman No. 04/BM/2005 Gambar Standar Pekerjaan
Jalan dan Jembatan Volume dua Direktorat Jenderal Bina Marga Departement
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta.
Gambar desain diambil dari Pedoman No. 04/BM/2005 Gambar Standar Pekerjaan
Jalan dan Jembatan Volume dua Direktorat Jenderal Bina Marga Departement
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta.
beban mati
q l p beban
jenis
KN/m2 m m KN
trotoir 3,00 1,00 4,572 13,72
sandaran 0,66 1,00 4,572 3,02
lain-lain 0,50 1,00 4,572 2,29
aspal 2,20 3,50 4,572 35,20
Buhul tengah 54,22
Buhul tepi 27,11
beban hidup
q l p beban
jenis
KN/m2 m m KN
pejalan kaki (TTP) 3,75 1,00 4,572 17,15
air hujan 0,49 4,50 4,572 10,08
Buhul tengah 27,23
Buhul tepi 13,61
Beban BTR
q l p beban
jenis
KN/m2 m m KN
Jalur tengah 10,08 2,75 4,572 126,74
Jalur tepi 5,04 0,75 4,572 17,28
Buhul tengah 144,02
Buhul tepi 72,01
Beban BGT
q l beban
jenis
KN/m m KN
Jalur tengah 68,60 2,75 188,65
Jalur tepi 34,30 0,75 25,73
Beban Angin
q l faktor beban
jenis
KN/m m KN
beban angin
(Tew) 88,88
Jumlah 88,88
dibagi 53
buhul tepi 1,68
ket :
q = berat jenis (KN/M2)
p = panjang (m)
l = lebar (m)
beban dalam satuan (KN)
beban diatas merupakan beban satu jalur lalu lintas 3,5 m
pada jembatan bandar terdapat 2 jalur (7,0 m)
khusus beban angin hanya dibebankan pada 1 sisi buhul tepi
Lampiran C Gaya Batang Hasil Pemodelan SAP2000
Gaya Aksial
Gaya Shear 2 – 2
Keterangan
Tahun 1973 – 1978
Sumber : BAPPENAS http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6977/
Tahun 1979 – 1981
Sumber : BAPPENAS www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6892/
Tahun 1982 – 1986
Sumber : BAPPENAS www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6737/
Tahun 1987 – 2009
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=12
Pertambahan Pertambahan
Tahun Bis Truk KET
(% ) (%)
1973 30.368 144.060
1974 31.439 4 166.356 15
1975 35.900 14 189.480 14
1976 39.389 10 220.692 16
1977 46.644 18 268.098 21
1978 57.835 24 328.022 22
1979 69.545 20 383.648 17
1980 86.166 24 478.066 25
1981 112.078 30 590.538 24
1982 134.430 20 657.104 11
1983 160.260 19 717.873 9
1984 184.333 15 809.504 13
1985 228.196 24 884.391 9
1986 256.576 12 876.084 (1)
1987 303.378 18 953.694 9
1988 385.731 27 892.651 (6)
1989 434.903 13 952.391 7
1990 468.550 8 1.024.296 8
1991 504.720 8 1.087.940 6
1992 539.943 7 1.126.262 4
1993 568.490 5 1.160.539 3
1994 651.608 15 1.251.986 8
1995 688.525 6 1.336.177 7
1996 595.419 (14) 1.434.783 7
1997 611.402 3 1.548.397 8
1998 626.680 2 1.586.721 2
1999*) 644.667 3 1.628.531 3
2000 666.280 3 1.707.134 5
2001 687.770 3 1.759.547 3
2002 714.222 4 1.865.398 6
2003 798.079 12 2.047.022 10
2004 933.199 17 2.315.779 13
2005 1.184.918 27 2.920.828 26
2006 1.511.129 28 3.541.800 21
2007 2.103.423 39 4.845.937 37
2008 2.583.170 23 5.146.674 6
2009 2.729.572 6 5.187.740 1
Jumah/Average 22.408.937 14 54.036.143 11
Lampiran H Hasil Survei Kendaraan yang Lewat Jembatan
Jumlah Kendaraan
Golongan
Hari normal Hari Libur per-minggu tahun 2011
Jenis
No. Jam
Colt Diesel Bus 6B 7A 7 C1 7 C2 7 C3
1 06.00-07.00 24 2 1
2 07.00-08.00 20 10 4 1
3 08.00-09.00 23 12 4 1
4 09.00-10.00 26 10 5
5 10.00-11.00 21 11 3 1
6 11.00-12.00 19 15 1 1
7 12.00-13.00 14 9 1 1
8 13.00-14.00 13 10
9 14.00-15.00 16 9 2
10 15.00-16.00 17 6 1
11 16.00-17.00 15 12 3 2
12 17.00-18.00 15 11 1 1
13 18.00-19.00 20 11 1
14 19.00-20.00 10 9 1
15 20.00-21.00 7 6
16 21.00-22.00 5 7 1
17 22.00-23.00 4 3
18 23.00-24.00 5 1 1 1
19 00.00-01.00 2 2 2
20 01.00-02.00 3 3
21 02.00-03.00 4 6 1
22 03.00-04.00 8 9 4 3
23 04.00-05.00 12 3 0 2
24 05.00-06.00 18 5 2 2 1
Jenis
No. Jam
Colt Diesel Bus 6B 7A 7 C1 7 C2 7 C3
1 06.00-07.00 16 10
2 07.00-08.00 13 10
3 08.00-09.00 14 13 2
4 09.00-10.00 16 14
5 10.00-11.00 14 10 1
6 11.00-12.00 15 12
7 12.00-13.00 11 10
8 13.00-14.00 12 7 1 1
9 14.00-15.00 10 10
10 15.00-16.00 8 11
11 16.00-17.00 18 15
12 17.00-18.00 10 7
13 18.00-19.00 9 8
14 19.00-20.00 4 6
15 20.00-21.00 6 5
16 21.00-22.00 10 4
17 22.00-23.00 5 2
18 23.00-24.00 3 3
19 00.00-01.00 2 2
20 01.00-02.00 5 5 1
21 02.00-03.00 4 10
22 03.00-04.00 6 14 1
23 04.00-05.00 13 11
24 05.00-06.00 18 14
Jenis
No. Jam
Colt Diesel Bus 6B 7A 7 C1 7 C2 7 C3
1 06.00-07.00 25 11 2 3
2 07.00-08.00 35 9 2 5
3 08.00-09.00 53 9 8 5
4 09.00-10.00 60 10 7 4 1
5 10.00-11.00 53 12 5 4
6 11.00-12.00 59 14 3 3
7 12.00-13.00 55 10 7 5
8 13.00-14.00 52 9 6 7 1
9 14.00-15.00 51 11 5 3
10 15.00-16.00 51 12 3 6 1
11 16.00-17.00 36 12 4 2
12 17.00-18.00 37 10 4 3
13 18.00-19.00 17 6 2 5
14 19.00-20.00 8 4 1 2
15 20.00-21.00 6 5
16 21.00-22.00 5 6
17 22.00-23.00 3 4 1
18 23.00-24.00 4 3 1
19 00.00-01.00 6 3 1 1
20 01.00-02.00 2 2
21 02.00-03.00 7 3 4
22 03.00-04.00 16 4 2 4
23 04.00-05.00 18 5 3
24 05.00-06.00 20 4 4 5
Jenis
No. Jam
Colt Diesel Bus 6B 7A 7 C1 7 C2 7 C3
1 06.00-07.00 22 14 1
2 07.00-08.00 20 12 1
3 08.00-09.00 37 11 2 1
4 09.00-10.00 42 9
5 10.00-11.00 45 11 2 1
6 11.00-12.00 51 6 1
7 12.00-13.00 49 7 2
8 13.00-14.00 40 9 1 1
9 14.00-15.00 45 8
10 15.00-16.00 41 10 2
11 16.00-17.00 39 9 1 1
12 17.00-18.00 19 4
13 18.00-19.00 15 6
14 19.00-20.00 8 5 1
15 20.00-21.00 7 6
16 21.00-22.00 6 4
17 22.00-23.00 9 3 1
18 23.00-24.00 4 2
19 00.00-01.00 5 3
20 01.00-02.00 3 4 1
21 02.00-03.00 8 5
22 03.00-04.00 4 4 2
23 04.00-05.00 15 9
24 05.00-06.00 14 15 1
Beban kendaraan berat standar jalan kelas II (Dirjen Perhubungan Darat, 2008)
Jenis
Pvar A ff Ket
Frame cm2 MPa
1 2 3 5 11
Kendaraan Pribadi 1,404 29,00 4,84
Colt Diesel 5,469 29,00 18,86
Bus Besar 11,179 29,00 38,55
6B 11,179 29,00 38,55
7A 17,941 29,00 61,87
7 C1 23,52 29,00 81,10
7 C2 33,664 29,00 116,08
7 C3 39,243 29,00 135,32
Keterangan:
> 26 MPa Menimbulkan kelelahan fatik
Akumulasi Fatik sampai dengan tahun2025
2011 0,4175
2012 0,4194
2013 0,4216
2014 0,4240
2015 0,4267
2016 0,4296
2017 0,4329
2018 0,4365
2019 0,4405
2020 0,4450
2021 0,4499
2022 0,4554
2023 0,4615
2024 0,4682
2025 0,4756
Beban Kendaraan Berat Standar Jalan Kelas III (Dirjen Perhubungan Darat, 2008)
Jenis
Pvar A ff Ket
Frame cm2 MPa
1 2 3 5 11
Kendaraan Pribadi 1,404 29,00 4,84
Colt Diesel 4,375 29,00 15,09
Bus Besar 9,488 29,00 32,72
6B 9,488 29,00 32,72
7A 15,405 29,00 53,12
7 C1 19,868 29,00 68,51
7 C2 27,476 29,00 94,74
7 C3 31,94 29,00 110,14
Keterangan:
> 26 MPa Menimbulkan kelelahan fatik
Akumulasi Fatik sampai dengan tahun2025
Tahun Akumulasi fatik
2011 0,4175
2012 0,4186
2013 0,4198
2014 0,4212
2015 0,4227
2016 0,4243
2017 0,4262
2018 0,4282
2019 0,4305
2020 0,4330
2021 0,4358
2022 0,4389
2023 0,4424
2024 0,4462
2025 0,4504
A A
B B
C C
D D