Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Sholat Fardhu


Secara bahasa kata shalat berasal dari masdar fi’il ‫ يصلي‬-‫ صلي‬yang berarti do’a.
Sedangkan secara syara’, menurut imam Rafi’i adalah ucapan dan pekerjaan yang di
mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.
Shalat adalah ibadah yang wajib dilakukan bagi setiap orang islam yang mukalaf
dan sudah baligh. Ibadah shalat adalah salah satu dasar dari ajaran islam. Ibarat sebuah
bangunan shalat adalah pondasinya. Dari hal ini dapat dilihat bila seorang yang shalatnya
baik, baik pula seluruh ibadahnya.
Shalat menjadi hal yang sangat wajib bagi setiap orang muslim, karena shalat
adalah rukun islam yang kedua. Shalat merupakan perintah Allah yang langsung
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tanpa melalui perantara jibril. Proses
penurunan perintah shalat terjadi pada peristiwa isra’ mi’raj Rasulullah SAW, yaitu
perjalanan Rasulullah dari Makkah ke Masjidil Aqsa, Palestina, dan berlanjut ke Sidratul
Muntaha. Dari proses isra’ mi’raj ini, mulanya umat islam diwajibkan shalat 50 kali
dalam sehari, namun setelah Rasulullah beberapa kali bertemu dengan Allah, akhirnya
jumlah shalat menjadi 5 kali dalam sehari yaitu, shalat dzuhur, ashar, maghrib, isya’, dan
subuh.
Hal ini seperti yang telah dijelaskan dalam firman Allah dalam QS. Al-Isra’: 1

 ۗ‫ُسْبٰح َن اَّلِذ ْۤي َاْس ٰر ى ِبَع ْبِدٖه َلْياًل ِّم َن اْلَم ْس ِج ِد اْلَح ـَر ا ِم ِاَلى اْلَم ْس ِج ِد اَاْل ْقَص ا اَّلِذ ْي ٰب َر ْك َنا َح ْو َلٗه ِلُنِرَيٗه ِم ْن ٰا ٰي ِتَنا‬

‫ِاَّنٗه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَبِص ْيُر‬

"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya


(Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-
tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Adapun dalil tentang kewajiban shalat tertera dalam QS. Al-Baqarah: 43 yang
berbunyi:
‫َو َا ِقْيُم واالَّص ٰل وَة َو ٰا ُتواالَّز ٰك وَة َو ا ْر َك ُعْو ا َم َع الّٰر ِكِع ْيَن‬
"Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk."

Atau dalam firman Allah QS. An-Nisa: 103, yang berbunyi:

 ۚ‫َفِا َذ ا َقَض ْيُتُم الَّص ٰل وَة َفا ْذ ُك ُروا َهّٰللا ِقَيا ًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبُك ْم ۚ  َفِا َذ ا اْطَم ْأَنْنُتْم َفَا ِقْيُم وا الَّص ٰل وَة‬

‫ِاَّن الَّص ٰل وَة َك ا َنْت َع َلى اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ِكٰت ًبا َّم ْو ُقْو ًتا‬

“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah ketika


kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah
merasa aman, maka laksanakanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, sholat itu
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

B. Macam-Macam Shalat Fardhu


1. Shalat Dzuhur
Macam shalat fardhu yang pertama adalah shalat dzuhur, menurut imam
nawawi:
"‫"(الظهر) اي صالته قال النووي سميت بذلك ألنها ظاهرة وسط النهار‬
“sholat ini disebut dengan Dhuhur karena sesungguhnya sholat ini nampak jelas
di tengah hari.”
Waktu melaksanakan shalat dzuhur adalah ketika tergelincirnya matahari,
maksudnya bergesernya matahari dari tengah langit, tidak dilihat dari
kenyataannya, namun pada apa yang nampak oleh kita. Pergeseran tersebut bisa
diketahui dengan bergesernya bayang-bayang ke arah timur setelah posisinya
tepat di tengah-tengah, yaitu puncak posisi tingginya matahari. Dan batas
akhirnya waktu sholat Dhuhur adalah ketika bayang-bayang setiap benda
seukuran dengan bendanya tanpa memasukkan bayang-bayang yang nampak saat
zawal (gesernya matahari).
2. Shalat Ashar
Macam shalat fardhu yang berikutnya adalah shalat ashar, menurut imam
nawawi:
"‫"(العصر) اي صالته قال النووي سميت بذلك لمعاصرتها وقت الغروب‬
“Disebut dengan sholat Ashar, karena pelaksanaannya mendekatii waktu
terbenamnya matahari.”
Waktu melaksanakan shalat ashar diawali dari bertambahnya bayangan
dari ukuran bendanya. Sholat Ashar memiliki lima waktu. Salah satunya adalah
waktu fadlilah, yaitu mengerjakan sholat di awal waktu.
Yang kedua adalah waktu ikhtiyar. Waktu ini diisyarahi oleh mushannif
dengan ucapan beliau, akhir waktu Ashar di dalam waktu ikhtiyar adalah hingga
ukura bayang-bayang dua kali lipat ukuran bendanya.
Yang ketiga adalah waktu jawaz. Waktu ini diisyarahi oleh mushannif
dengan ucapan beliau, dan di dalam waktu jawaz hingga terbenamnya matahari.
Yang ke empat adalah waktu jawaz tanpa disertai hukum makruh. Yaitu
sejak ukuran bayang-bayang dua kali lipat dari ukuran bendanya hingga waktu
ishfirar (remang-remang).
Yang ke lima adala waktu tahrim (haram). Yaitu mengakhirkan
pelaksanaan sholat hingga waktu yang tersisa tidak cukup untuk melaksanakan
sholat.
3. Sholat Maghrib
Berikutnya adalah shalat maghrib, imam Nawawi mengatakan:
‫(والمغرب) اي صالته قال النووي سميت بذلك لفعلها وقت الغروب‬
“Disebut dengan sholat Maghrib karena dikerjakan saat waktu terbenamnya
matahari.”
Waktu sholat Maghrib hanya satu. Yaitu terbenamnya matahari,
maksudnya seluruh bulatan matahari dan tidak masalah walaupun setelah itu
masih terlihat sorotnya, dan kira-kira waktu yang cukup bagi seseorang untuk
melakukan adzan, wudlu’ atau tayammum, menutup aurat, iqomah sholat.
4. Sholat Isya’
Berikutnya adalah shalat isya’, imam Nawawi mengatakan:
‫(العشاء) بكسر العين ممدودا اسم ألول الظالم وسميت الصالة بذالك لفعلها فيه‬
“Isya’ dengan terbaca kasroh huruf ‘ainnya adalah nama bagi permulaan petang.
Sholat ini disebut dengan nama tersebut karena dikerjakan pada awal petang.”
Permulaan waktu Isya’ adalah ketika terbenamnya mega merah. Sholat
Isya’ memiliki dua waktu. Salah satunya adalah waktu Ikhtiyar, dan di isyarahkan
oleh mushannif dengan ucapan beliau, ‚akhir waktu ikhtiyar sholat Isya’ adalah
memanjang hingga seperti malam yang pertama
Yang kedua adalah waktu jawaz. Maksudnya adalah waktu jawaz hingga
terbitnya fajar kedua, maksudnya fajar Shodiq, yaitu fajar yang menyebar dan
membentang sinarnya di angkasa.
Asy Syekh Abu Hamid menjelaskan bahwa sesungguhnya sholat Isya’
memiliki waktu Karahah, yaitu waktu di antara dua fajar.
5. Shalat Subuh
Yang terakhir adalah shalat fardhu subuh.
‫(الصبح) اي صالته وهو لغة اول النهار وسميت الصالة بذالك لفعلها في اوله‬
Secara bahasa, Subuh memiliki arti permulaan siang (pagi). Disebut demikian
karena dikerjakan di permulaan siang (pagi).
Shalat subuh memiliki lima waktu, diantaranya yang pertama adalah
waktu fadlilah / utama. Yaitu awal waktu.
Yang kedua adalah waktu ikhtiyar. Mushannif menjelaskannya di dalam
ucapan beliau, ‚awal waktu sholat Subuh adalah mulai terbitnya fajar kedua, dan
akhirnya di dalam waktu ikhtiyar adalah hingga isfar, yaitu waktu yang sudah
terang.
Yang ketiga adalah waktu jawaz. Dan mushannif mengisarahkannya
dengan ucapan beliau, ‚dan di dalam waktu jawaz, maksudnya disertai dengan
hukum makruh adalah hingga terbitnya matahari.
Dan yang ke empat adalah waktu jawaz tanpa disertai hukum makruh
adalah sampai terbitnya mega merah.
Dan yang ke lima adalah waktu tahrim (haram), yaitu mengakhirkan
pelaksanaan sholat hingga waktu yang tersisa tidak cukup untuk melaksanakan
sholat.
C. Syarat Wajib dan Syarat Sah Shalat
Didalam kitab Fathul Qarib Al-Mujib, dijelaskan bahwa shalat memiliki 2 syarat,
yaitu syarat wajib dan syarat sah. Perbedaan antara syarat wajib dan syarat sah sendiri
adalah, syarat wajib merupakan syarat yang harus dipenuhi seseorang sebelum
melaksanakan shalat. Sedangkan syarat sah adalah persyaratan yang harus dipenuhi
seseorang agar sholat yang dikerjakan sah secara tuntutan islam.
Adapun macam-macam syarat wajib shalat adalah:
a. Islam
Syarat wajib yang pertama adalah islam. Maka sholat tidak wajib
bagi kafir asli. Dan tidak wajib mengqadla’ ketika ia masuk Islam. Dan
untuk orang murtad, maka wajib baginya untuk melakukan sholat dan
mengqadlainya ketika sudah kembali Islam.

b. Baligh

Seseorang yang belum baligh seperti anak kecil laki-laki atau


perempuan tidak wajib untuk mengerjakan shalat. Namun keduanya harus
diperintah melaksanakan sholat setelah berusia tujuh tahun jika sudah
tamyiz, jika belum maka diperintah setelah tamyiz. Dan keduanya harus di
pukul sebab meninggalkan sholat setelah berusia sepulu tahun.

c. Berakal sehat
Orang yang berakal sehat wajib melakukan shalat. Bagi orang yang
tidak berakal, seperti orang gila, ayan, dsb. Tidak diwajibkan untuk
melakukan shalat.

Adapun untuk syarat sah shalat ada 5, yaitu:

a) Suci dari hadats


Maksudnya adalah seorang yang hendak melaksanakan shalat
hendaknya suci dari hadats entah itu dari hadats kecil atau besar.
b) Suci dari najis
Yang dimaksud suci dari najis adalah suci dari najis yang tidak
dima’fu pada pakaian, badan dan tempat.
c) Tempat yang suci
Syarat ketiga adalah bertempat di tempat yang suci. Maka tidak
sah sholatnya seseorang yang sebagian badan atau pakaiannya bertemu
najis saat berdiri, duduk, ruku’, atau sujud.
d) Masuk waktu shalat
Syarat keempat adalah mengetahui masuknya waktu atau
menyangka masuk waktu berdasarkan dengan ijtihad. Maka jika
seandainya ada seseorang yang melakukan sholat tanpa semua itu, maka
sholatnya tidak sah, walaupun tepat waktunya.

e) Menghadap qiblat
Syarat ke lima adalah menghadap kiblat, maksudnya adalah
Ka’bah. Ka’bah disebut kiblat karena sesungguhnya seseorang yang
melakukan sholat menghadap padanya. Dan disebut dengan Ka’bah,
karena ketinggiannya. Menghadap kiblat dengan dada adalah syarat bagi
orang yang mampu melaksanakannya.

Sholat harus dilakukan dengan arah kiblat ke Ka’bah di Kota


Makkah. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan Nabi SAW dari Abu
Hurairah:

‫ِإَذ ا ُقْم َت ِإَلى الَّص اَل ِة َفَأْس ِبُغ اْلُو ُضوَء ُثَّم اْسَتْقِبْل اْلِقْبَلَة‬

Artinya: "Bila engkau hendak mengerjakan sholat, maka wudhulah secara


sempurna terlebih dahulu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat" (HR
Bukhari & Muslim).

Anda mungkin juga menyukai