Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perspektif ajaran Islam masalah ibadah merupakan ajaran dasar yang dititahkan
kepada seluruh mukallaf. Sebagai ibadah yang disyari’atkan, maka merupakan keharusan untuk
dilakukan dengan sikap ikhlas dan semata-mata mengharap balasan dari Allah Swt. Dan idealnya
terhadap kewajiban ini, adalah dilakukan dengan bekal ilmu yang cukup, pengetahuan yang
benar dan pemahaman yang proporsionl. Baik dari segi dasar pensyari’atannya (landasan
normatif), maupun dari sisi pengamalan atau penerapannya.

Aslmau wajhahu (menyerahkan diri) pada dasarnya adalah memurnikan

ibadah kepada Allah dan wahuha muhsin (berbuat kebajikan) adalah mengikuti

Rasul-Nya. Menurut Syaikhul Islam3 ; inti agama ada dua hal pokok, yakni tidak
menyembah kecuali hanya kepada Allah, dan tidak menyembah kecuali dengan apa yang Dia
syari’atkan-tidak dengan bid’ah (lihat QS. al-Kahfi : 110)

Demikianlah misalnya shalat sebagai ibadah khusus, ia terikat oleh ketentuan-ketentuan


khusus yang wajib dipatuhi dalam pengamalannya yang dalam khazanah fikih lazimnya dikenal
nama “syarat dan rukun”. Para fukaha menetapkan bahwa

syarat wajib shalat ada empat yaitu ; suci, menutup aurat menghadap kiblat dan tiba

waktunya. Khusus masalah waktu shalat al-Qur’an memberikan penegasan bahwa

shalat adalah ibadah yang telah ditetapkan waktunya dan kewajiban bagi orang-orang yang
beriman (Q S. an-Nisa ; 103).

Atas dasar firman Allah pada surah an-Nisa ; 103 tersebut, maka telah menjadi suatu
kewajiban bagi umat untuk berusaha mengetahui dengan benar waktu-waktu ibadah yang
disyari’atkan, baik awal waktu maupun akhir waktu ibadah. Kini, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi umat manusia semakin menemukan banyak kemudahan hidup bukan
hanya pada bidang mu’amalah tetapi juga pada masalah-masalah ibadah mahdah seperti
penetapan.

Atas penjelasan tersebut maka pada makalah ini, penulis akan mengemukakan pokok
bahasan “bagaimana menentukan awal waktu shalat”, dengan dua sub bahasan; pertama;
bagaimana awal waktu shalat menurut syara’ dan kedua bagaimana awal waktu shalat menurut
perspektif sain-Astronomi (ilmu falak).

1
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Dan Waktu Shalat


2. Perbedaan Fajar Shodiq Dan Fajar Kadzib
3. Udzur-Udzur Shalat
4. Waktu-Waktu Yang Diharamkan Shalat Didalamnya.
5. Macam-Macam Shalat Yang Haram Dikerjakan Dalam Lima Waktu

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Dan Waktu Shalat


2. Untuk mengetahui Perbedaan Fajar Shodiq Dan Fajar Kadzib
3. Untuk mengetahui Udzur-Udzur Shalat
4. Untuk mengetahui Waktu-Waktu Yang Diharamkan Shalat Didalamnya.
5. Untuk mengetahui Macam-Macam Shalat Yang Haram Dikerjakan Dalam Lima Waktu

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN WAKTU SHALAT

1. Pengertian shalat

Shalat ( ‫ ) الصالة‬secara bahasa mempunyai arti doa. Sedangkan menurut istilah syar'i
shalat adalah ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam dengan syarat-syarat tertentu.

Keutamaan shalat

Shalat adalah yang paling utama dari ibadah-ibadah badaniyah yang tampak, kemudian
puasa, haji dan zakat, fardlu dan sunnah-sunnahnya shalat adalah utama-utamanya fardlu dan
sunnah. Shalat merupakan rukun islam yang ke dua, dan dia adalah tiangnya agama.
Keutamaannya sangat besar sebagaimana yang dalam salah satu firman Allah SWT ;

‫صالَةَ َوأَ ِق ِم‬ ِ ‫ت إِ َّن اللَّ ْي ِل ِمنَ َو ُزلَفًا النَّ َه‬


َ ‫ار‬
َّ ‫ط َرفَي ِ ال‬ َ ‫ت يُذْ ِهبْنَ ْال َح‬
ِ ‫سنَا‬ ِ ‫ِللذَّا ِك ِرينَ ِذ ْك َرى ذَلِكَ السَّـيِئَا‬

‫ هود سورة‬: 114

Artinya : "Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian
permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)."

(QS ; Hud : 114)

Dan hadits Nabi SAW :

‫الجنان له فتحت الصالة في قام إذا العبد إن‬، ‫ربه وبين بينه الحجاب له وكشف‬، ‫يتنخع أو يمتخط لم ما العين الحور واستقبلته‬.

‫امامة أبي حديث من "الكبير" في الطبراني أخرجه‬

3
"Sesungguhnya seorang hamba ketika berdiri dalam shalat dibukakan untuknya surga-surga, dan
disingkapkan untuknya penutup antara dia dan tuhannya, dan menghadap kepadanya para
bidadari selama dia tidak mengeluarkan ingus atau berdahak."

(HR. Al-Thobroni, di dalam "Al-Kabir" dari haditsnya Abi Umamah)

Dan hadits :

‫ رأسه على فوضعت بذنوبه أتي يصلي قام إذا العبد إن‬-‫عاتقه على أو‬- ‫عنه تساقطت سجد أو ركع فكلما‬.

‫ األوسط في الطبراني أخرجه‬154:8

"Sesungguhnya seorang hamba ketika berdiri shalat didatangkan dosa-dosanya dan diletakkan
diatas kepalanya -atau diatas pundaknya- dan ketika dia ruku' atau sujud dosa-dosanya
berguguran."

(HR. Al-Thobroni didalam "Al-Ausath" (8:154) ).

2. Waktu Shalat

Shalat-shalat maktubah (wajib) ada lima, yaitu ; Dhuhur, 'Ashr, Magrib, 'Isya' dan
shubuh, yang ditetapkan dalam Al-Qur'an didalam dua ayat ;

ُ َ‫ّللاِ ف‬
َ‫س ْب َحان‬ ْ ُ‫( ت‬17) ُ‫ت فِي ْال َح ْمد ُ َولَه‬
َّ َ‫ص ِبحُونَ َو ِحينَ ت ُ ْمسُونَ ِحين‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ض ال‬ ْ ُ ‫( ت‬18).
ِ ‫ظ ِه ُرونَ َو ِحينَ َو َع ِشيًّا َواأل َ ْر‬

‫ الروم سورة‬17-18

Artinya :

"Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu shubuh) . Dan
segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu dhuhur (tengah
hari) . (Q.S Ar-Ruum :17-18)

Dan ayat :

‫ص َالةَ أَقِ ِم‬ ِ ُ‫ش ْم ِس ِلدُل‬


َّ ‫وك ال‬ َّ ‫ق إِلَى ال‬ َ ‫ َم ْش ُهودًا َكانَ ْالفَجْ ِر قُ ْرآنَ إِ َّن ْالفَجْ ِر َوقُ ْرآنَ اللَّ ْي ِل َغ‬.
ِ ‫س‬
‫ اإلسراء سورة‬: 78

Artinya :

"Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula
shalat) subuh. Sungguh, shalat shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)."

4
(Q.S Al-Isra' : 78)

3. Pembagian Waktu Shalat

Waktu setiap shalat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;

1. Waktu Fadlilah

Ketika seseorang shalat pada waktu ini maka dia mendapatkan fadlilahnya awal waktu.
Mendapatkannya fadlilah awal waktu ini dengan sebab menyibukkan diri dengan sebab-sebab
shalat, mulai dari masuknya waktu shalat, kemudian segera mengerjakan shalat. Sebab-sebab
shalat seperti menjawab adzan, bersuci, menutup aurat, menunggu jama'ah dan sebagainya.

2. Waktu ikhtiyar

Syari' memilih shalat dikerjakan pada waktu ini jika shalat tidak dikerjakan pada waktu
fadlilah.

3. Waktu jawaz

Shalat boleh diakhirkan sampai pada waktu ini, dan terkadang dengan kemakruhan dan
terkadang tidak makruh.

4. Waktu hurmah

Shalat haram diakhirkan sampai pada waktu ini, karena akan menjatuhkan sebagian dari
shalat diluar waktu.

5. Waktu udzur

Shalat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur, seperti saat bepergian atau
sakit.

6. Waktu dloruroh

Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang shalat -seperti haidl dan lainnya- dan
waktu hanya tersisa sekadar takbiratul ihram saja atau lebih.

PERTAMA : SHALAT DHUHUR

5
Dinamakan Dhuhur karena shalat ini dikerjakan pada waktu tengah hari. Ada yang
mengatakan dinamakan Dhuhur karena shalat Dhuhur adalah shalat yang pertama kali muncul
dalam islam.

Waktu shalat Dhuhur masuk saat waktu zawal ( condongnya matahari ke arah
terbenamnya ). Dan waktunya habis ketika bayangan sesuatu menyamai panjangnya kecuali
bayangan istiwa' (matahari tepat diatas), bayangan yang tampak ketika waktu istiwa' tidak
dihitung. Contohnya : Jika panjang bayangan ketika istiwa' adalah empat jari dan tingginya
seseorang adalah 1,5 M, maka waktu Dhuhur keluar ketika panjang bayangan sudah sama
dengan tingginya orang itu selain bayangan yang tampak ketika istiwa' ( 1,5 M + 4 jari ).

WAKTU SHALAT DHUHUR :

1. Waktu fadlilah :

Dari awal waktu dengan kadar kesibukan menyiapkan sebab-sebab shalat.

2. Waktu ikhtiyar :

Dari awal waktu sampai tersisa kadar waktu yang memuat untuk shalat.

3. Waktu jawaz :

Dari awal waktu sampai tersisa kadar waktu yang memuat untuk shalat.

4. Waktu hurmah :

Ketika waktu sudah tidak cukup dibuat melakukan shalat.

5. Waktu udzur :

Seluruh waktu 'Ashar

6. Waktu dloruroh :

Bagi wanita yang haid dan nifas dan yang lainnya ketika penghalang shalat sudah hilang
dan waktu shalat tersisa hanya cukup digunakan untuk takbiratul ihram.

KE DUA : SHALAT 'ASHR

6
'Ashr dalam bahasa berarti masa, dia adalah utama-utamanya shalat lima waktu dan
shalat wustho yang ditunjukkan dalam firman Allah SWT :
ُ ِ‫ت َعلَى َحاف‬
‫ظوا‬ ِ ‫صلَ َوا‬
َّ ‫ص َالةِ ال‬ َ ‫* قَانِتِينَ ِ َّلِلِ َوقُو ُموا ْال ُو ْس‬
َّ ‫طى َوال‬

‫ البقرة سورة‬: 238

Artinya :

"peliharalah semua shalat dan shalat wustho[1], dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan
khusuk. "(Q.S Al-Baqarah : 238)

WAKTU SHALAT 'ASHR :

Waktu shalat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah menyamai panjangnya selain
bayangan istiwa' dan lebih sedikit. Dan waktunya keluar ketika matahari terbenam.

1. Waktu fadlilah :

Dari awal waktu dengan kadar kesibukan dengan sebab-sebab shalat.

2. Waktu ikhtiyar :

Dari berakhirnya waktu fadlilah sampai bayangan sesuatu panjangnya dua kali lipat dari
panjang sesuatu tersebut.

3. Waktu jawaz tanpa ada kemakruhan :

Dari berakhirnya waktu ikhtiyar sampai sinar matahari kekuning-kuningan.

4. Waktu jawaz dengan kemakruhan :

Dari sinar matahari kekuning-kuningan sampai tersisa waktu yang cukup digunakan
untuk shalat.

5. Waktu hurmah :

ketika tersisa waktu tidak cukup untuk shalat.

6. Waktu udzur :

Seluruh waktu dhuhur.

7. Waktu dloruroh :

7
Ketika penghalang shalat sudah hilang dan tersisa waktu yang hanya cukup untuk
takbiratul ihram saja.

KE TIGA : SHALAT MAGHRIB

Waktu shalat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan keluar dengan
terbenamnya hilangnya mega merah di ufuk.

Ini adalah madzhabnya imam Syafi'i yang lama (madzhab qodim), sedangkan dalam
madzhabnya yang baru (madzhab jadid) bahwa waktu maghrib sangat pendek, yaitu sekadar
menjawab adzan, menutup aurat, bersuci, dan shalat sekadar lima raka'at, ada yang mengatakan
sekadar tujuh raka'at. Akan tetapi sekelompok ulama' syafi'iyyah memilih madzhab qodim
karena kuatnya dalil pada madzhab qodim. Sekelompok ulama' itu diantaranya : Ibnu Mundzir,
Ibnu Khuzaimah, Al Khithobiy, As Suhailiy, Al Ghozali, Al Baghowi, Ar Royyani, Ibnu Sholah,
Ath Thobari dan An Nawawi didalam semua kitab-kitab mereka.

1. Waktu fadlilah :

Dari awal waktu dengan kadar kesibukan menyiapkan sabab-sabab shalat.

2. Waktu ikhtiyar :

Waktu ikhtiyar dalam shalat maghrib adalah waktu fadhilah itu sendiri.

3. Waktu jawaz tanpa ada kemakruhan :

Sama dengan waktu ikhtiyar.

4. Waktu jawaz dengan kemakruhan :

Dari habisnya waktu fadlilah sampai tersisa waktu yang cukup digunakan untuk shalat.

5. Waktu hurmah :

Ketika tersisa waktu yang tidak cukup untuk mengerjakan shalat .

6. Waktu udzur :

Seluruh waktu shalat 'isya

7. Waktu dloruroh :

8
Ketika penghalang shalat telah hilang (suci dari haid misalnya) dan waktu shalat hanya
tersisa untuk takbiratul ihram saja.

KE EMPAT : SHALAT 'ISYA

Waktu shalat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang berwarna merah. Dan waktunya
keluar dengan terbitnya fajar shodiq.

1. Waktu fadlilah :

Dari awal waktu dengan kadar kesibukan menyiapkan sebab-sebabnya shalat.

2. Waktu ikhtiyar :

Dari selesainya waktu fadlilah sampai selesainya sepertiga malam yang pertama. (ada
yang mengatakan sampai tengah malam).

3. Waktu jawaz tanpa ada kemakruhan :

Dari habisnya sepertiga malam yang pertama sampai terbitnya fajar kadzib.

4. Waktu jawaz dengan kemakruhan :

Dari terbitnya fajar kadzib sampai tersisa waktu yang cukup digunakan untuk shalat.

5. Waktu hurmah :

Jika tersisa waktu yang tidak cukup digunakan untuk shalat.

6. Waktu udzur :

Seluruh waktu maghrib.

7. Waktu dloruroh :

Ketika penghalang shalat telah hilang dan masih tersisa waktu yang cukup digunakan
untuk takbiratul ihram.

KE LIMA : SHALAT SHUBUH

Secara bahasa shubuh adalah nama dari permulaan hari. Shalat shubuh disebut juga
dengan shalat fajr dan jama'ahnya shalat shubuh adalah sebaik-baiknya jama'ah. Waktu shalat
shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan keluar dengan terbitnya sebagian dari sinar
matahari.

9
1. Waktu fadlilah :

Dari awal waktu dengan kadar menyiapkan sebab-sebabnya shalat.

2. Waktu ikhtiyar :

Dari awal waktu sampai isfar (terang).

3. Waktu jawaz tanpa ada kemakruhan :

Dari awal waktu sampai terbitnya sinar kemerah-merahan.

4. Waktu jawaz dengan kemakruhan :

Dari terbitnya sinar kemerah-merahan sampai tersisa waktu yang cukup digunakan untuk
shalat.

5. Waktu hurmah :

Ketika tersisa waktu yang tidak cukup digunakan untuk shalat.

6. Waktu dloruroh :

Ketika penghalang shalat telah hilang dan tersisa waktu yang cukup digunakan untuk
takbiratul ihram.

B. PERBEDAAN FAJAR SHODIQ DAN FAJAR KADZIB

1. Fajar Shodiq

a. Sinarnya menyebar dan terus bertambah.


b. Memanjang dari utara ke selatan.
c. Menandakan masuknya waktu shalat dan puasa.

2. Fajar Kadzib

a. Cahayanya bersifat sementara kemudian gelap lagi.


b. Memanjang dari timur ke barat.
c. Tidak berhubungan dengan hukum.

Permasalahan-permasalahan Dari Waktu-Waktu Shalat

10
1. Makruh menamakan Maghrib dengan nama 'Isya, dan menamakan 'Isya dengan nama
'Atamah, karena ada larangan atas keduanya.

‫العشاء هي األعراب تقول و المغرب صالتكم اسم على األعراب تغلبنكم ال‬.

‫البخاري رواه‬

Artinya : "Janganlah orang-orang a'rab (badui) mengalahkanmu atas penamaan shalat maghrib
kalian, orang-orang a'rab itu menyebut shalat maghrib dengan isya'." (HR Bukhori)

َ ‫ ْال ِعشَاء‬، ‫ب ِفي فَإِنَّ َها‬


َ‫صالَ ِت ُك ُم اس ِْم َعلَى ْاألَع َْرابُ تَ ْغ ِل َبنَّ ُك ُم ال‬ ِ ‫ب ت ُ ْع ِت ُم َو ِإنَّ َها ْال ِعشَا ُء للاِ ِكتَا‬ ِْ
ِ َ‫اإل ِب ِل ِب ِحال‬

Artinya :“ Jangan sekali-kali orang-orang A'rab (Badui) mengalahkan kalian dalam penamaan
shalat isya kalian ini, karena shalat ini dalam kitabullah disebut isya5 dan ia diakhirkan saat
diperahnya unta. ” (HR. Muslim no. 1454)

Dan dimakruhkan juga tidur sebelum shalat 'Isya dan setelah shalat Shubuh dan 'Ashr,
dan makruh juga ngobrol-ngobrol setelah 'Isya kecuali dalam hal yang baik.

ُ ‫صلَّى للاِ َر‬


َ‫س ْو ُل َكان‬ َ ‫ ْال ِعشَا َء ي َُؤ ِخ َر أ َ ْن يَ ْست َِحب َو‬، َ‫ْث قَ ْبلَ َها النَّ ْو َم يَ ْك َرهُ َو َكان‬
َ ُ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه للا‬ َ ‫ َب ْعدَهَا َو ْال َح ِدي‬.

“ Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyenangi mengakhirkan shalat isya. Dan
beliau membenci tidur sebelum shalat isya dan berbincang-bincang setelahnya. ” (HR. Ibnu
Majah no. 701, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Ibni Majah)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

‫ب‬ ُ ‫صلَّى للاِ َر‬


َ َ‫س ْو ُل لَنَا َجد‬ َ ُ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه للا‬
َ ‫س َم َر َو‬
َّ ‫َاء بَ ْعدَ ال‬ ْ
ِ ‫ال ِعش‬.

“ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kami dari berbincang-bincang setelah


isya. ” (HR. Ahmad 1/388-389, 410, Ibnu Majah no. 703, dishahihkan Al-Imam Al-Albani
rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 2435)

2. Hukum memanjangkan shalat sehingga sebagian dari shalat tersebut jatuh di luar waktunya.

Dalam permasalahan ini ada beberapa penafsilan :

a) Adakalanya waktu cukup digunakan mengerjakan shalat beserta sunnah-sunnahnya shalat


: maka memanjangkan shalat disunnahkan agar bisa mengerjakan sunnah-sunnahnya.

11
b) Adakalanya waktu hanya cukup untuk digunakan mengerjakan fardlu-fardlunya shalat
saja : maka memanjangkan shalat hukumnya khilaful aula.
c) Adakalanya waktu tidak cukup digunakan mengerjakan fardlu-fardlunya shalat : maka
memanjangkan shalat hukumnya haram.

3. Shalat bisa dikatakan Ada' ketika menemukan satu raka'at di dalam waktu, baik karena ada
udzur maupun tidak, sedangkan jika tidak menjumpai satu raka'at di dalam waktu maka
shalatnya dihukumi qodlo.

4. Sebaik-baiknya (afdlol) pekerjaan adalah shalat di awal waktu. Ke-afdlol-annya ini bisa
didapatkan dengan menyibukkan diri dengan sabab-sabab shalat (seperti menjawab adzan,
wudlu, menunggu jama'ah dan sebagainya) sejak masuknya waktu shalat.

Nabi SAW ditanya tentang amal yang paling disukai Allah SWT, kemudian Nabi menjawab :
‫وقتها أول في الصالة‬

"Shalat di awal waktunya. " (HR. Ibnu hibban dan Al-Baihaqi.)

Di dalam hadits lain juga di sebutkan ;

‫للا رضوان الوقت أول‬، ‫للا رحمة وسطه و‬، ‫للا عفو األخر و‬.

‫ "السنن" في قطني الدار أخرجه‬246:1

"Awal waktu adalah kerelaan Allah, dan tengahnya adalah rahmat Allah, dan akhirnya adalah
pengampunan Allah." (Hadits dikeluarkan oleh Ad-Daaru Quthni di dalam "As-Sunan" 1:246.)

‫الدنيا على األخرة كفضل أخره على الوقت أول فضل‬.

‫ "الفردوس مسند" في الديلمي أخرجه‬154:3 ‫عمر ابن عن‬.

"keutamaan awal waktu diatas (dibanding) akhir waktu itu seperti keutamaan akhirat dibanding
dunia" (Hadits dikeluarkan oleh Ad-Dailami di dalam "Musnad Al-Firdaus" 3:154 dari Ibnu
'Umar.).

Dan disunnahkan juga untuk mengakhirkan / menunda shalat dari awal waktunya hanya
dalam 27 kondisi. Definisinya adalah Jika mengakhirkannya shalat itu termasuk dari
kemaslahatan shalat maka disunnahkan mengakhirkan, diantaranya adalah :

menanti shalat dhuhur sampai dingin ( ‫) بالظهر اإلبراد‬

12
‫ قال وسلم عليه للا صلى النبي عن هريرة أبي عن‬: ‫البخاري )رواه جهنم فيح من الحر شدة فإن بالصالة فأبردوا الحر اشتد إذا‬
‫الصالة مواقيت في‬، ‫ بالظهر اإلبراد باب‬:533 ، ‫المساجد كتاب في ومسلم‬، ‫ بالظهر اإلبراد استحباب باب‬:615

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah. Beliau SAW bersabda : "Apabila hari sangat terik, maka
dirikanlah shalat zhuhur sewaktu (matahari) agak dingin sedikit. Karena, teriknya panas adalah
berasal dari uap api neraka." (HR. Bukhori dalam "waktu-waktu shalat", bab "Al-Ibrad" (533),
dan Muslim dalam "kitab Al-Masaajid", bab "Istihbab Al-Ibrad Bi Adh-dhurhri" (615). )

SYARAT-SYARAT KESUNNAHANNYA IBRAD :

1) Shalat yang dikerjakan adalah shalat dhuhur.


2) Di dalam musim panas (Kemarau).
3) Di daerah yang beriklim panas.
4) Shalat dikerjakan dengan berjama'ah.
5) Tempat shalat / masjid berada jauh.

C. UDZUR-UDZUR SHALAT

Makna dari udzur-udzur shalat adalah bahwasannya orang tidak berdosa jika
mengakhirkan shalat keluar dari waktunya dengan udzur apapun dari udzur-udzur ini. Udzur-
udzur yang dimaksud ada empat, yaitu : tidur, lupa, jama', dan karena di paksa. ( Sebagian ulama'
ada yang menambahkan dua lagi, yaitu ; bagi orang yang takut ketinggalan wuquf di 'Arafah dan
bagi orang yang menyelamatkan orang lain yang mendekati kehancuran / kematian. )

1. TIDUR

Tidur ini dianggap sebagai udzur jika tidurnya tersebut sebelum masuknya waktu shalat.
Adapun jika tidurnya tersebut setelah masuknya waktu shalat maka tidak dianggap sebagai
udzur, kecuali jika sudah menjadi kebiasaannya dia bisa bangun dari tidurnya sebelum keluar
waktu shalat, atau dia telah berpesan kepada orang yang bisa dipercaya untuk
membangunkannya sebelum waktu shalat keluar. Dan disunnahkan membangunkan orang yang
tidur sebelum masuknya waktu shalat, dan wajib hukumnya membangunkan orang yang tidur
setelah masuknya waktu shalat.

2. LUPA

Lupa bisa dianggapkan sebagai udzur jika lupanya tersebut disebabkan oleh perkara yang
mubah, adapun jika lupanya disebabkan oleh perkara yang makruh atau haram maka lupanya
tersebut tidak bisa dianggap sebagai udzur.

3. JAMA' DUA SHALAT

13
Mendahulukan shalat dari waktunya, atau meng-akhir-kan_nya, dikarenakan men-jama' /
mengumpulkan antara shalat satu dengan shalat yang lain yang disebabkan safar / bepergian atau
sakit atau hujan.

4. DI PAKSA

Sekiranya orang yang hendak shalat di paksa mengeluarkan shalat dari waktunya, maka
keadaan tersebut bisa dianggap sebagai udzur jika memenuhi syarat-syaratnya paksaan / ikroh (
‫) اإلكراه‬

Empat syaratnya paksaan ;

1. Mampunya orang yang memaksa ( mukrih ) untuk melaksanakan ancamannya dengan


kekuasaan atau kekuatannya.
2. Lemah / tidak mampunya orang yang dipaksa ( mukrah ) untuk menolak / menghindar
dari yang dipaksakan dengan melarikan diri atau meminta pertolongan.
3. Si mukrah berprasangka jika dia menolak maka si mukrih akan benar-benar
melaksanakan apa yang diancamkannya.
4. Tidak ada tanda-tanda pilihan lain.

D. WAKTU-WAKTU YANG DIHARAMKAN SHALAT DIDALAMNYA.

Sebagian 'ulama ada yang me-redaksi-kan dengan "Waktu-Waktu Yang Dimakruhkan


Shalat Didalamnya", maksudnya adalah Makruh Tahrim.

Perbedaan antara Haram dan Makruh Tahrim;

1. Haram

Sesuatu yang keharamannya telah ditetapkan dengan dalil qoth'i yang tidak ada
kemungkinan ta'wil. Seperti keharamannya khomer.

2. Makruh Tahrim

Sesuatu yang keharamannya telah ditetapkan dengan dalil yang ada kemungkinan ta'wil.
Seperti keharamannya shalat dalam waktu yang lima.

Perbedaan antara Makruh Tahrim dan Makruh Tanzih ;

1. Makruh Tahrim

14
Menyebabkan dosa Seperti shalat dalam waktu yang lima.

2. Makruh Tanzih

Tidak menyebabkan dosa Seperti shalat sunnah antara adzan shubuh dan iqomah selain
shalat sunnah qobliyah.

Waktu-waktu yang diharamkan shalat ada lima, tiga diantaranya berhubungan dengan
zaman / waktu, dan dua diantaranya berhubungan dengan pekerjaan.

. Yang Berhubungan Dengan Zaman

1. Dari terbitnya matahari hingga matahari setinggi tombak.

2. Dari istiwa' hingga zawal.

Waktunya sangat singkat sekali, maka haram menjatuhkan shalat pada waktu tersebut.

 ISTIWA' = Matahari tepat ditengah langit.


 ZAWAL = Matahari condong dari tengah langit.

3. Mulai dari matahari menguning hendak tenggelam sampai matahari benar-benar tenggelam.

‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu berkata :

َ َ‫ي أ َ ْن يَ ْن َهانَا وسلم عليه للا صلى النَّ ِبي َكان‬


ُ َ‫سا َعات ثَال‬
‫ث‬ َ ُ‫نَ ْقب َُر أ َ ْن أ َ ْو فِ ْي ِه َّن ن‬
َ ‫ص ِل‬
‫ َم ْوتَانَا فِ ْي ِه َّن‬: َ‫س ت َْطلُ ُع ِحيْن‬ َّ ‫از َغةً ال‬
ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫س ت َِم ْي َل َحتَّى ال‬
ِ َ‫ ت َْرت َ ِف َع َحتَّى ب‬، َ‫ظ ِهي َْرةِ قَائِ ُم يَقُ ْو ُم َو ِحيْن‬ َّ ‫ ال‬، َ‫ضيَّف َو ِحيْن‬
ُ ‫ش ْم‬ ِ ‫ِل ْلغُ ُر ْو‬
َ َ‫ب ت‬
‫ب َحتَّى‬ َ ‫تَ ْغ ُر‬

“ Ada tiga waktu di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk melaksanakan
shalat di tiga waktu tersebut atau menguburkan jenazah kami, yaitu ketika matahari terbit sampai
tinggi, ketika seseorang berdiri di tengah hari saat matahari berada tinggi di tengah langit (tidak
ada bayangan di timur dan di barat) sampai matahari tergelincir dan ketika matahari miring
hendak tenggelam sampai benar-benar tenggelam. ” (HR. Muslim no.1926)

Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan

15
1. Setelah shalat shubuh sampai terbitnya matahari.

2. Setelah shalat 'Ashar sampai terbenamnya matahari.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ َ‫س ت َْرت َ ِف َع َحتَّى الصبْحِ بَ ْعد‬


َ‫صالَةَ ال‬ َّ ‫صالَة َ َوالَ ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ْ ‫ْب َحتَّى ْال َع‬
َ َ‫ص ِر َب ْعد‬ َ ‫س ت َ ِغي‬ َّ ‫ال‬
ُ ‫ش ْم‬

“ Tidak ada shalat setelah subuh sampai matahari tinggi dan tidak ada shalat setelah ashar sampai
matahari tenggelam. ” (HR. Al-Bukhari no. 586 dan Muslim no.1920)

E. MACAM-MACAM SHALAT YANG HARAM DIKERJAKAN DALAM LIMA


WAKTU

Shalat-shalat yang haram dikerjakan dalam lima waktu yang telah disebutkan diatas
terdiri dua macam ;

1. Shalat Sunnah Yang Sebabnya Datang Belakangan.

Shalat sunnah dimaksudkan ada enam, yaitu ;

1. Shalat sunnah ihram.


2. Shalat sunnah safar (shalat sunnah ketika bepergian jauh).
3. Shalat sunnah istikharah.
4. Shalat sunnah Qotl
5. Shalat sunnah ketika keluar rumah.
6. Shalat sunnah hajat.

2. Shalat Sunnah Muthlaq

Yaitu shalat sunnah yang dikerjakan tanpa ada sebab atau waktu.Seperti shalat Tasbih
dan sebagainya dari shalat-shalat sunnah yang tidak mempunyai sebab dan waktu tertentu. Dan
dari yang telah disebutkan diatas (haram shalat baik yang berhubungan dengan waktu maupun
tempat) ada yang dikecualikan ;

1. Berdasarkan Tempat :

Tanah haram makkah ( ‫ =) مكة حرام‬masjid dan lainnya dari batas-batas tanah haram.

Maka diperbolehkan shalat di tanah haram ini setiap saat.

‫مناف عبد بني يا‬، ‫نهار أو ليل من شاء ساعة أية فيه صلى و البيت بهذا طاف أحدا تمنعوا ال‬.

16
“ Wahai Bani Abdi Manaf, janganlah kalian menghalangi seorangpun untuk thowaf di rumah ini
(Baitullah) dan shalat di waktu kapanpun ia mau baik malam maupun siang. ” (Shahih, HR. Ibnu
Majah, Tirmidzi, dan Nasa’i)

2. Berdasarkan Waktu :

Dari istiwa' sampai zawal nya hari Jum'at.

Di dalam lima waktu yang diharamkan shalat tersebut (baik yang berhubungan dengan
zaman maupun pekerjaan), tidak diharamkan melakukan qodlo shalat. Begitu juga shalat-shalat
sunnah yang sebabnya datang terlebih dahulu, seperti shalat sunnah wudlu, tahiyyatal masjid,
qodlo shalat (baik fardlu maupun sunnah), atau shalat sunnah yang sebabnya datang bersamaan
dengan waktu shalat, seperti shalat sunnah khusuf dan kusuf (gerhana matahari dan bulan),
kecuali jika memang sengaja menjatuhkan shalat pada waktu yang diharamkan tersebut, maka
hukumnya tetap haram.

HUKUM SHALAT KETIKA KHOTIB SEDANG KHOTBAH JUM'AT

Telah menjadi kesepakatan 'ulama, ketika khotib Jum'at sudah naik di atas mimbar maka
diharamkan shalat, shalat apapun itu, meskipun shalat yang dikerjakan adalah shalat qodlo yang
wajib dikerjakan dengan segera, kecuali shalat sunnah tahiyyatal masjid, dan shalat tahiyyatal
masjid itu wajib dikerjakan dengan takhfif (ringan / sekedar memenuhi rukun dan fardlunya saja
tanpa melakukan sunnah-sunnahnya shalat) dan tidak boleh lebih dari dua raka'at.

‫فجلس يخطب سلم و عليه للا صلى للا رسول و الجمعة يوم الغطفاني سليك جاء ؛ قال للا عبد بن جابر عن سفيان أبي عن‬،
‫فيهما وتجوز ركعتين فاركع قم ! ياسليك ؛ له فقال‬. ‫و ركعتين فليركع يخطب اإلمام و الجمعة يوم أحدكم جاء إذا ؛ قال ثم‬
‫فيهما ليتجوز‬.

‫مسلم رواه‬

"Dari Abu sufyan, dari Jabir ibn 'Abdullah, jabir berkata ; "Sulaik Al-Ghothofan datang pada hari
jum'at saat Rosulullah sedang khotbah kemudian ia duduk. Lalu Rosullah berkata pada Sulaik ;
"Wahai Sulaik ! Berdiri dan shalat lah dua raka'at dan kerjakan dengan ringan." Kemudian
Rosulullah SAW bersabda ; "Jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jum'at, sedangkan
Imam sedang berkhutbah, maka hendaklah ia shalat dua raka'at dengan ringan." (HR. Muslim)

BAB III
17
PENUTUP

1. Kesimpulan
Shalat ( ‫ ) الصالة‬secara bahasa mempunyai arti doa. Sedangkan menurut istilah
syar'i shalat adalah ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.

Keutamaan shalat

Shalat adalah yang paling utama dari ibadah-ibadah badaniyah yang tampak, kemudian
puasa, haji dan zakat, fardlu dan sunnah-sunnahnya shalat adalah utama-utamanya fardlu dan
sunnah.

Shalat-shalat maktubah (wajib) ada lima, yaitu ; Dhuhur, 'Ashr, Magrib, 'Isya' dan
shubuh, yang ditetapkan dalam Al-Qur'an didalam dua ayat ;

ُ َ‫ّللاِ ف‬
َ‫س ْب َحان‬ ْ ُ‫( ت‬17) ُ‫ت فِي ْال َح ْمد ُ َولَه‬
َّ َ‫ص ِبحُونَ َو ِحينَ ت ُ ْمسُونَ ِحين‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ض ال‬ ْ ُ ‫( ت‬18).
ِ ‫ظ ِه ُرونَ َو ِحينَ َو َع ِشيًّا َواأل َ ْر‬

‫ الروم سورة‬17-18

Artinya :

"Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu shubuh) . Dan
segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu dhuhur (tengah
hari) . (Q.S Ar-Ruum :17-18)

Waktu setiap shalat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;

1. Waktu Fadlilah

2. Waktu ikhtiyar.

3. Waktu jawaz.

4. Waktu hurmah.

5. Waktu udzur

6. Waktu dloruroh

18

Anda mungkin juga menyukai