Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH FIQIH IBADAH MENGENAI ADZAN DAN SHOLAT

KEDUDUKAN, BESERTA KETENTUAN HUKUMNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah

Dengan Dosen Pengampu: Andi Mardian. L.C.,MA

Disusun oleh:

Ahmad Fatqul Rohman 182121059

Finda Meli Kundani 182121046

Muhammad sangidun 182121043

Ririn Istiqomah 182121054

Yeni Ayu Pratiwi 182121044

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam al quran disebutkan, bahwa sesungguhnya kata ibadah berasal


dari kata Al Abdiyah, Al Ubudiyyah, Al Ibadah, yang bermakna taat atau
tunduk. Ada juga yang mengartikan Al Ubudiyah dengan arti tunduk atau
rendah. Ibadah merupakan fitrah manusia sebagai makhluk Allah Swt yang
diciptakan tidak lain untuk beribadah padanya, sesuai firmanya dalam surat
Adz Dzriyat Ayat 56-58.

  


   
    
   
    
   

Artinya: 56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 57. aku tidak menghendaki rezki
sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi-Ku makan. 58. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki
yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.(Qs. Adz Dzariyat:56-58)

Dalam praktiknya ibadah banyak macamnya, baik ibadah mahdoh


ataupun ghairu mahdoh. Ibadah mahdoh yaitu ibadah yang telah ditentukan
baik tata cara dan segala ketentuanya, sedang ibadah ghoiru mahdoh yaitu
yang belum di jelaskan secara terperinci ketentuannya. Manusia
dipersilahkan memilih caranya masing masing dalam menjalankan ibadah
ini.

1
Diantara bentuk dari ibadah mahdoh yaitu sholat, sholat memiliki
ketentuan tersendiri baik syarat wajib, syarat sah, ketentuan tata cara
pelaksanaan, dan ketentuukan hukumnya bagi yang melalaikanya. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai beberapa hal berkenaan dengan sholat
yang akan dibahas pada bab berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi sholat dan keutamaanya?
2. Bagaimanakah ketentuanya adzan dan iqomah?
3. Bagaimanakah kedudukan sholat dan hukum meninggalanya?
4. Apa saja ketentuan waktu dalam sholat?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sholat Dan Kedudukanya


a. Pengertian Sholat
Shalat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai Ibadah, dalam
bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan
syara’.1 Shalat secara bahasa berasal dari Bahasa Arab yang memiliki
arti doa. Sedangkan, menurut istilah, shalat bermakna serangkaian
kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam.
b. Keutamaan Shalat
Shalat memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Shalat adalah
tiang agama juga batas pemisah antara keislaman dengan kekufuran
dan kemunafikan. Oleh karena itu, Rasulullah memberikan perhatian
ekstra terhadap masalah shalat. Rasulullah memberikan contoh
pelaksanaanya secara detail, dari awal sampai akhir, dari takbir
sampai salam. Beberapa keutamaan sholat yaitu:
1. Shalat bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
2. Shalat merupakan amalan terbaik setelah dua kalimat syahadat.
3. Shalat bisa membersihkan dosa-dosa.
4. Shalat bisa menggugurkan dosa.
5. Shalat adalah cahaya di dunia dan akhirat bagi orang yang
melakukannya.
6. Allah mengangkat derajat dan menghapus dosa (kesalahan) dengan
sebab shalat.
7. Shalat termasuk faktor terbesar yang menyebabkan seseorang
masuk surga dengan menemani Nabi SAW.

1
Mohammad Rifa’i, Risalah Tuntutan Shalat Lengkap (Semarang: CV Toha Putra,
1976), Hlm.34.

3
8. Berjalan menuju shalat akan dicatat sebagai kebaikkan, bias
meninggalkan derajat dan menghapus dosa.
9. Dianggap bertamu di surga.
10. Dengan shalat, Allah menghapus dosa di antara shalat yang satu ke
shalat berikutnya.
11. Shalat bisa menghapuskan dosa yang telah lalu.
12. Para malaikat mendoakan orang yang melakukan shalat selama dia
berada di tempat shalatnya dan dia akan tetap terhitung sebagai orang
yang shalat selama (keinginan untuk) shalat masih menahannya.
13. Menunggu waktu shalat adalah ribath (berjaga-jaga) di jalan
Allah.2

B. Ketentuanya Adzan Dan Iqomah


a. Definisi Adzan Dan Iqomah
Secara bahasa adzan berarti pemberitahuan atau seruan.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At Taubah Ayat 3:
  
  
  
   
   
     
  
    
  
  
Artinya: 3. dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-
Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya

2
Muchotob Hamzah, Shalat Jamaah (Jakarta: Gema Insani, 2000), hlm. 54.

4
Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. kemudian
jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, Maka bertaubat itu lebih baik
bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa
Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah
kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih. (Qs. At Taubah:3)
Adapun makna adzan secara istilah adalah seruan yang menandai
masuknya waktu shalat lima waktu dan dilafazhkan dengan lafazh-lafazh
tertentu.3 Adzan dan Iqomah merupakan di antara amalan yang utama di
dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
“Imam sebagai penjamin dan muadzin (orang yang adzan)
sebagai yang diberi amanah, maka Allah memberi petunjuk kepada para
imam dan memberi ampunan untuk para muadzin” . Sedangkan definisi
adalah Iqamah secara istilah maknanya adalah pemberitahuan atau seruan
bahwa sholat akan segera didirikan dengan menyebut lafazh-lafazh
khusus.
Ulama berselisih pendapat tentang hukum Adzan. Sebagian ulama
mengatakan bahwa hukum azan adalah sunnah muakkad, namun
pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang
mengatakan hukum adzan adalah fardu kifayah. Akan tetapi perlu
diingat, hukum ini hanya berlaku bagi laki-laki. Wanita tidak diwajibkan
atau pun disunnahkan untuk melakukan adzan 4. Hukum iqamah sama
dengan hukum adzan, yaitu fardu kifayah. Dan hukum ini juga tidak
berlaku untuk wanita.5
b. Syarat Pelaksanaan Adzan
1. Telah Masuk Waktu Shalat

3
Syaikh Abdullah Al Bassam, Aisirul ‘Alam Syarah ‘Umdatul Ahkam, (Maktabah Al
Asadi: Tt). Hlm.84
4
Syaikh Kamal Bin As Sayid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, (Darut Taufiqqiyyah
Litturotsi: Tt). ,Hlm.240..

5
Syaikh Abdullah Al Bassam, Taudihul Ahkam Syarah Bulughul Maram, (Darul
Mayman: Tt). Hlm.573.

5
Syarat sah adzan adalah telah masuknya waktu shalat, sehingga
adzan yang dilakukan sebelum waktu solat masuk maka tidak sah.
Akan tetapi terdapat pengecualian pada adzan subuh. Adzan subuh
diperbolehkan untuk dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum waktu
subuh tiba dan ketika waktu subuh tiba (terbitnya fajar shadiq).
2. Berniat Adzan
Hendaknya seseorang yang akan adzan berniat di dalam hatinya
(tidak dengan lafazh tertentu) bahwa ia akan melakukan adzan ikhlas
untuk Allah semata.
3. Dikumandangkan Dengan Bahasa Arab
Menurut sebagian ulama, tidak sah adzan jika menggunakan
bahasa selain bahasa arab. Di antara ulama yang berpendapat
demikian adalah ulama dari Madzhab Hanafiah, Hambali, dan
Syafi’i.
4. Tidak Ada Lahn Dalam Pengucapan Lafadz Adzan Yang Merubah
Makna
Maksudnya adalah hendaknya adzan terbebas dari kesalahan-
kesalahan pengucapan yang hal tersebut bisa merubah makna adzan.
Lafadz-lafadz adzan harus diucapkan dengan jelas dan benar.
5. Lafadz-Lafaznya Diucapkan Sesuai Urutan
Hendaknya lafadz-lafadz adzan diucapkan sesuai urutan
sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang sahih. Adapun
bagaimana urutannya akan dibahas di bawah.
6. Lafadz-lafadznya diucapkan bersambung
Maksudnya adalah hendaknya antara lafazh adzan yang satu
dengan yang lain diucapkan secara bersambung tanpa dipisah oleh
sebuah perkataan atau pun perbuatan di luar adzan. Akan tetapi
diperbolehkan berkata atau berbuat sesuatu yang sifatnya ringan
seperti bersin.
7. Adzan diperdengarkan kepada orang yang tidak berada di tempat
muadzin

6
Adzan yang dikumandangkan oleh muadzin haruslah terdengar
oleh orang yang tidak berada di tempat sang muadzin melakukan
adzan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengeraskan suara
atau dengan alat pengerasa suara.6
c. Syarat-Syarat Muadzin
1. Muslim
Disyaratkan bahwa seorang muadzin haruslah seorang muslim.
Tidak sah adzan dari seorang yang kafir.
2. Ikhlas Hanya Mengharap Wajah Allah
Sepatutnya seorang muadzin melakukan adzan dengan niat ikhlas
mengaharap wajah Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
salam bersabda : “Tetapkanlah seorang muadzin yang tidak
mengambil upah dari adzannya itu.” 7
3. Adil Dan Amanah
Yaitu hendaklah muadzin adil dan amanah dalam waktu-waktu
shalat. Dalam artian mengerti waktu waktu sholat.
4. Memiliki Suara Yang Lantang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda kepada sahabat
Abdullah bin Zaid: “pergilah dan ajarkanlah apa yang kamu lihat
(dalam mimpi) kepada Bilal, sebab ia memiliki suara yang lebih
bagus dari pada suaramu”
5. Mengetahui Kapan Waktu Solat Masuk
Hendaknya seorang muadzin mengetahui kapan waktu solat
masuk sehingga ia bisa mengumandangkan adzan tepat pada awal
waktu dan terhindar dari kesalahan. 8

6
Syaikh Kamal Bin As Sayid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, (Darut Taufiqqiyyah
Litturotsi: Tt). Hlm.243
7
Syaikh Abdullah Al Bassam Taudihul Ahkam Syarah Bulughul Maram, (Darul
Mayman: Tt) Hlm.605,
8
Syaikh Kamal bin As Sayid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, (Darut Taufiqqiyyah
Litturotsi. Tt) Hlm.247

7
d. Tata Cara Adzan Dan Iqomah

`` Tata cara pelaksanaa adzan, yaitu :

1. Adzan dengan 7 kalimat, yaitu dengan lafazh:


‫ْب اَهللُ ا َ ْكبَر‬
َ ‫اَهللُ اَك‬
ُ‫ش َه ُد ا َ ْن الَاِلَهَ اِالَّ للا‬
ْ َ ‫ُُا‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َّر‬
ِ‫س ْو ُل للا‬ ْ َ‫ا‬
َّ ‫علَي ال‬
‫صالَ ِة‬ َ ‫َح َّي‬
ِ‫علَي ا ْلفَالَح‬ َ ‫َح َّي‬
‫اَهللُ ا َ ْكبَ ُر‬
ُ‫الَ اِلَهَ اِالَّ للا‬

Adzan seperti ini adalah cara yang dipilih oleh abu hanifah dan
imam ahmad.

2. Adzan dengan 19 kalimat, yaitu sama seperti adzan cara pertama


akan tetapi ditambah dengan tarji’ (pengulangan) pada syahadatain.
Tarji’ adalah mengucapkan syahadatain dengan suara pelan –tetapi
masih terdengar oleh orang-orang yang hadir- kemudian
mengulanginya kembali dengan suara keras. Jadi lafazah “asyhadu
alla ilaaha illallaah” dan “asyhadu anna muhammadarrasulullah”
masing-masing diucapkan empat kali. Adzan seperti ini adalah cara
yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.
3. Adzan dengan 17 kalimat, yaitu sama dengan cara adzan kedua akan
tetapi takbir pertama hanya diucapkan dua kali, bukan empat kali.
Adzan seperti ini adalah cara yang dipilih oleh Imam Malik dan
sebagian Ulama’ Madzhab Hanafiah. Akan tetapi menurut
penulis Shahiq Fiqh Sunnah, hadits yang menjelaskan kaifiyat ini

8
adalah hadits yang tidak sahih. Sehingga adzan dengan cara ini tidak
disyariatkan.

Adapun tata cara pelaksanaan iqomah yaitu:

1. Dengan sebelas kalimat, yaitu :

2x ‫اَهللُ ا َ ْكبَ ُر‬


1x ُ‫ش َه ُد ا َ ْن الَاِلَهَ اِالَّ للا‬
ْ َ‫ا‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َّر‬
1x ِ‫س ْو ُل للا‬ ْ َ‫ا‬
َّ ‫علَي ال‬
1x ‫صالَ ِة‬ َ ‫َح َّي‬
1xِ‫علَي ا ْلفَالَح‬
َ ‫َح َّي‬
2xُ‫صالَة‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬
َّ ‫ت ال‬
2x ‫اَهللُ ا َ ْكبَ ُر‬
1x ُ‫الَ اِلَهَ اِالَّ للا‬

2. Dengan tujuh belas kalimat, yaitu :

4x‫اَهللُ ا َ ْك َب ُر‬
2x ُ‫ش َه ُد ا َ ْن الَاِلَهَ اِالَّ للا‬
ْ َ‫ا‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َّر‬
2x ِ‫س ْو ُل للا‬ ْ َ‫ا‬
َّ ‫علَي ال‬
2x ‫صالَ ِة‬ َ ‫َح َّي‬
2x ِ‫علَي ا ْلفَالَح‬
َ ‫َح َّي‬
2x ُ‫صالَة‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬
َّ ‫ت ال‬
2x ‫اَهللُ ا َ ْكبَ ُر‬
1x ُ‫الَ اِلَهَ اِالَّ للا‬

e. Anjuran Bagi Muadzin


1. Adzan dalam keadaan suci

9
Hal ini berdasarkan dalil-dalil umum yang menganjurkan agar
manusia dalam keadaan suci ketika berdizikir (mengingat) kepada
Allah.
2. Adzan dalam keadaan berdiri
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salamdalam
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar : “berdiri wahai bilal!
Serulah manusia untuk melakukukan solat!”

3. Adzan menghadap kiblat

4. Memasukkan jari ke dalam telinga

Ini adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh sahabat Bilal


ketika adzan.

5. Menyambung tiap dua-dua takbir


Maksudnya adalah menyambungkan kalimat Allahu akbar-allahu
akbar, tidak dijeda antara keduanya.
6. Menolehkan kepala ke kanan ketika mengucapakan “hayya ‘alas
shalah”dan menolehkan kepala ke kiri ketika mengucapakan “hayya
‘alal falah”.
7. Menambahkan “ash shalatu khairum minannaum” pada azan subuh.9
C. Keudukan Sholat Dan Hukum Meninggalkanya

Shalat itu memiliki kedudukan yang mulia. Dalil-dalil yang


diutarakan kali ini sudah menunjukkan kedudukan dan muliannya ibadah
shalat. Meninggalkan ini termasuk salah satu masalah ilmu yang amat
besar, diperdebatkan oleh para ulama pada zaman dahulu dan masa
sekarang. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan: “Orang yang
meninggalkan shalat adalah kafir, yaitu kekafiran yang menyebabkan

10
orang tersebut keluar dari Islam, diancam hukuman mati, jika tidak
bertaubat dan tidak mengerjakan shalat.10
Sementara Imam Abu Hanifah, Malik dan Syafi’i mengatakan:
“Orang yang meninggalkan shalat adalah fasik dan tidak kafir”, namun,
mereka berbeda pendapat mengenai hukumannya, menurut Imam Malik
dan Syafi’i “diancam hukuman mati sebagai hadd”, dan menurut Imam
Abu Hanifah “diancam hukuman ta’zir, bukan hukuman mati”. Apabila
masalah ini termasuk masalah yang diperselisihkan, maka yang wajib
adalah dikembalikan kepada kitab Allah subhaanahu wa ta’aala dan
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena Allah subhaanahu
wa ta’aala berfirman:

   


    
   
   

Artinya:10. tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka


putusannya (terserah) kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat
demikian) Itulah Allah Tuhanku. kepada-Nya lah aku bertawakkal dan
kepada-Nyalah aku kembali.(Qs. Asy Syura:10)

 
  
 
    
   
   
10
Mohamad Rifai, Terjemah Khulasah Kifayatul Akhyar,(Semarang: Toha Putra,1978).
Hlm.67

11
  
   
   

Artinya:59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.(Qs. An Nisa:59)

Oleh karena masing-masing pihak yang berselisih pendapat, ucapannya


tidak dapat dijadikan hujjah terhadap pihak lain, sebab masing-masing
pihak menganggap bahwa dialah yang benar, sementara tidak ada salah
satu dari kedua belah pihak yang pendapatnya lebih patut untuk diterima,
maka dalam masalah tersebut wajib kembali kepada juri penentu di antara
keduanya, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah As Sunnah keduanya
menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Kalau kita kembalikan perbedaan pendapat ini kepada Al Qur’an
dan As Sunnah, maka akan kita dapatkan bahwa Al Qur’an maupun shalat
adalah kafir, dan kufur akbar yang menyebabkan ia keluar dari islam.

  


 
  
  
  


Artinya:11. jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan


menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu

12
seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengetahui.(Qs. At Taubah;11)

    


 
  
    
   
  
  
 

Artinya: 59. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang


jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya,
Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, 60. kecuali orang yang
bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk
syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun (Qs. Maryam:59-60)

Adapun dalil yang bersumber dari hadis nabi yaitu:

a. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda“Sesungguhnya (batas
pemisah) antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah
meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, dalam kitab: AlIman) .
b. Diriwayatkan dari Buraidah bin Al Hushaib radhiallahu ‘anhu, ia
berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:“Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat, barangsiapa
yang meninggalkannya maka benar benar ia telah kafir.” (HR.Abu
Daud, Turmudzi, An Nasa'i, Ibnu Majah dan Imam Ahmad). Yang
dimaksud dengan kekafiran di sini adalah kekafiran yang menyebabkan

13
keluar dari Islam, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjadikan shalat sebagai batas pemisah antara orang orang mu’min
dan orang orang kafir, dan hal ini bisa diketahui secara jelas bahwa
aturan orang kafir tidak sama dengan aturan orang Islam. Karena itu,
barang siapa yang tidak melaksanakan perjanjian ini maka dia termasuk
golongan orang kafir.
1) Shalat adalah tiang Islam. Islam seseorang tidaklah tegak kecuali
dengan shalat.

Dalam hadits Mu’adz disebutkan,

ُ ‫َام ِه ْال ِج َهاد‬


ِ ‫سن‬َ ُ ‫صالَة ُ َوذ ِْر َوة‬
َّ ‫اإل ْسالَ ُم َو َع ُمودُهُ ال‬ ُ ْ‫َرأ‬
ِ ‫س األ َ ْم ِر‬

“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan


puncak perkaranya adalah jihad” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini hasan). Yang namanya tiang suatu
bangunan jika ambruk, maka ambruk pula bangunan tersebut. Sama
halnya pula dengan bangunan Islam.

2) Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan


seseorang bisa dinilai baik buruknya dinilai dari shalatnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ت فَقَ ْد أ َ ْف َل َح َوأ َ ْن َج َح َو ِإ ْن‬


ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ص َالتُهُ فَإ ِ ْن‬ َ ‫ب بِ ِه ال َع ْبدُ َي ْو َم ال ِق َيا َم ِة ِم ْن‬
َ ‫ع َم ِل ِه‬ ُ ‫س‬َ ‫” ِإ َّن أ َ َّو َل َما يُ َحا‬
‫ظ ُر ْوا ه َْل‬ َ َ‫ ان‬: ‫اركَ َوتَعَالَى‬ َّ ‫َي ٌء قَا َل‬
َ َ‫الربُّ تَب‬ ْ ‫ضتِ ِه ش‬ َ ‫ص ِم ْن فَ ِر ْي‬ َ َ‫س َر فَإ ِ ِن ا ْنتَق‬ َ ‫ت فَقَ ْد خ‬
َ ‫َاب َو َخ‬ ْ َ‫سد‬ َ َ‫ف‬
‫ َوفِي‬. ” َ‫علَى ذَلِك‬
َ ‫ع َم ِل ِه‬ َ ‫ض ِة ث ُ َّم يَ ُك ْو ُن‬
َ ‫سائِ ُر‬ َ ‫ص ِمنَ الفَ ِر ْي‬ َ َ‫ط ُّوعٍ ؟ فَيُ ْك َم ُل بِ َها َما ا ْنتَق‬ َ َ ‫ِلعَ ْبدِي ِم ْن ت‬
. ” َ‫ب ذَلِك‬ َ ‫الز َكاة ُ ِمثْ ُل ذَلِكَ ث ُ َّم تُؤْ َخذُ األ َ ْع َما ُل َح‬
َ ‫س‬ َّ ‫ ” ث ُ َّم‬: ‫ِر َوايَ ٍة‬

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab


pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan

14
mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak,
dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat
wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah
pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat
sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang.
Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan)


seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.”
(HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386.
Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak
dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati
oleh Adz Dzahabi)

3) Perkara terakhir yang hilang dari manusia adalah shalat.

Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اس بِالَّتِى ت َ ِلي َها َوأ َ َّولُ ُه َّن‬


ُ َّ‫َّث الن‬
َ ‫شب‬َ َ ‫ع ْر َوة ٌ ت‬ َ َ‫ع ْر َوة ً فَ ُكلَّ َما ا ْنتَق‬
ْ ‫ض‬
ُ ‫ت‬ ُ ً ‫ع ْر َوة‬ ُ ‫اإل ْسالَ ِم‬
ِ ‫ع َرى‬ ُ ‫ض َّن‬ َ َ‫لَيُ ْنق‬
ُ ‫صالَة‬ ِ ‫نَ ْقضا ً ْال ُح ْك ُم َو‬
َّ ‫آخ ُر ُه َّن ال‬

“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali
terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal
terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR.
Ahmad 5: 251. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini jayyid)

Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama
sudah putus dalam diri seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum
Islam, ia masih bisa disebut Islam. Di sini Nabi tidak mengatakan bahwa

15
ketika tali pertama putus, maka kafirlah ia. Bahkan masih ada tali-tali yang
lain hingga yang terakhir adalah shalatnya.

Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ‫صالَة‬
َّ ‫آخ ُر َما يَ ْبقَى ِم ْن ِد ْينِ ِه ْم ال‬ ِ َّ‫أ َ َّو ُل َما يَ ْرفَ ُع ِمنَ الن‬
ِ ‫اس األ َ َمانَةُ َو‬

“Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat


dan yang terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim At Tirmidzi dan
disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’, 2: 353).

4) Shalat adalah akhir wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa di antara


wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ت أ َ ْي َمانُ ُك ْم‬
ْ ‫صالَة َ َو َما َملَ َك‬
َّ ‫صالَة َ ال‬
َّ ‫ال‬

“Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian” (HR.


Ahmad 6: 290. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
shahih dilihat dari jalur lainnya).

5) Allah memuji orang yang mengerjakan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

16
  
   
  
   
  
  
  

Artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah


Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah
seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan
ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya. ” (QS. Maryam: 54-55).

6. Allah mencela orang yang melalaikan dan malas-malasan dalam


menunaikan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

    


 
  
   

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang


menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka
kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59).

7. Rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat adalah shalat

17
. ‫سولُهُ َو ِإقَ ِام‬ َ ‫َّللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬ َّ َّ‫ش َهادَةِ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإال‬
َ ‫علَى خ َْم ٍس‬
َ ‫اإل ْسالَ ُم‬
ِ ‫ى‬ َ ِ‫بُن‬
َ‫ضان‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ ِ ‫الز َكاةِ َو َحجِ ْالبَ ْي‬
َ ‫ت َو‬ َّ ‫صالَةِ َو ِإيت َِاء‬
َّ ‫ال‬

“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa


tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3)
menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi yang mampu, -pen), (5)
berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

8. Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril ‘alaihis salam. Tetapi Nabi


Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang langsung
mendapatkan perintah shalat ketika beliau melakukan Isra’ dan Mi’raj.
9. Awalnya shalat diwajibkan sebanyak 50 shalat. Ini menunjukkan bahwa
Allah amat menyukai ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah
memperingan bagi hamba-Nya hingga menjadi 5 waktu dalam sehari
semalam. Akan tetapi, tetap saja shalat tersebut dihitung dalam timbangan
sebanyak 50 shalat, walaupun dalam amalan hanyalah 5 waktu. Ini sudah
menunjukkan mulianya kedudukan shalat.
10. Allah membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan mengakhirinya
pula dengan shalat. Ini juga yang menunjukkan ditekankannya amalan
shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

   


   
   
   
  
   

18
  
    
  
   
  
  
  
 
   
  


“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)


orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan
orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang
mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang
yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-
amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang
memelihara shalatnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-9).

11. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa


sallam dan umatnya untuk memerintahkan keluarga mereka supaya
menunaikan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

‫علَ ْي َها َال نَسْأَلُكَ ِر ْزقًا نَحْ ُن ن َْر ُزقُكَ َو ْالعَاقِبَةُ ِللت َّ ْق َوى‬ َ ‫ص‬
َ ‫طبِ ْر‬ َّ ‫َوأْ ُم ْر أ َ ْهلَكَ بِال‬
ْ ‫ص َالةِ َوا‬

19
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki
kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132).

12. Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika
tidak shalat pada waktu berumur 10 tahun. Perintah shalat ini tidak
ditemukan pada amalan lainnya, sekaligus hal ini menunjukkan mulianya
ibadah shalat.

Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu


‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ ‫علَ ْي َها َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء‬


‫ع ْش ِر ِسنِينَ َوفَ ِرقُوا‬ َ ‫صالَةِ َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء‬
َ ‫سبْعِ ِسنِينَ َواض ِْربُو ُه ْم‬ َّ ‫ُم ُروا أ َ ْوالَدَ ُك ْم بِال‬
ِ‫اجع‬
ِ ‫ض‬َ ‫بَ ْينَ ُه ْم فِى ْال َم‬

“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika


mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika
mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“.
(HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits
ini shahih).

13. Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka hendaklah ia
mengqodhonya. Ini sudah menunjukkan kemuliaan shalat lima waktu
karena mesti diganti.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ارة َ لَ َها إِالَّ ذَلِك‬ َ ُ‫صالَة ً فَ ْلي‬


َ َّ‫ الَ َكف‬، ‫ص ِل إِذَا ذَ َك َرهَا‬ َ ‫َم ْن نَس‬
َ ‫ِى‬

20
“Barangsiapa yang lupa shalat, hendaklah ia shalat ketika ia
ingat. Tidak ada kewajiban baginya selain itu.” (HR. Bukhari no. 597 dan
Muslim no. 684).

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

َ ُ‫ارت ُ َها أ َ ْن ي‬
‫ص ِليَ َها إِذَا ذَ َك َرهَا‬ َ َّ‫ع ْن َها فَ َكف‬ َ ‫صالَة ً أ َ ْو ن‬
َ ‫َام‬ َ ‫َم ْن نَس‬
َ ‫ِى‬

“Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka tebusannya


adalah ia shalat ketika ia ingat.” (HR. Muslim no. 684). Dimisalkan
dengan orang yang tertidur adalah orang yang pingsan selamat tiga hari
atau kurang dari itu, maka ia mesti mengqodho shalatnya. Namun jika
sudah lebih dari tiga hari, maka tidak ada qodho karena sudah semisal
dengan orang gila.11

D. Ketentuan Waktu Dalam Sholat


a. Waktu Waktu Sholat Fardlu
1. Waktu Sholat Dzuhur
Secara bahasa Zhuhur berarti waktu Zawal yaitu waktu
tergelincirnya matahari (waktu matahari bergeser dari tengah-tengah
langit) menuju arah tenggelamnya (barat). Sholat zhuhur adalah
sholat yang dikerjakan ketika waktu zhuhur telah masuk. Sholat
zhuhur disebut juga sholat Al Uulaa (‫ )األ ُ ْولَى‬karena sholat yang
pertama kali dikerjakan Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam bersama
Jibril ‘Alaihis salam. Disebut juga sholat Al Hijriyah (ُ‫)الحجْ ِريَة‬
ِ 12.
Awal waktu zhuhur adalah ketika matahari telah bergeser dari tengah
langit menuju arah tenggelamnya (barat). Hal ini merupakan
kesepakatan seluruh kaum muslimin, dalilnya adalah hadits Nabi
Shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr

11
Sa’id Bin ‘Abi Wahf Al Qohthoni, Shalatul Mu’min,, (Maktabah Malik Fahd: 143.
Hlm.
12
HR. Al Bukhori No. 541.

21
rodhiyallahu ‘anhu, yang artinya “Waktu Sholat Zhuhur adalah
ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya)
hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum
masuk waktu ‘Ashar”
Akhir Waktu Shalat Zhuhur Para ulama bersilisih pendapat
mengenai akhir waktu zhuhur namun pendapat yang lebih tepat dan
ini adalah pendapat jumhur/mayoritas ulama adalah hingga panjang
bayang-bayang seseorang semisal dengan tingginya (masuknya
waktu ‘ashar). Dalil pendapat ini adalah hadits Nabi Shollallahu
‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu
‘anhu di atas.
  
  
 
   
  

Artinya: 78.dirikanlah shalat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh.
Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). ( Qs. Al I
sra’: 78)
ْ ‫طو ِل ِه َما لَ ْم يَحْ ض ُِر ْال َع‬
‫ص ُر‬ ُ ‫الر ُج ِل َك‬
َّ ‫س َو َكانَ ِظ ُّل‬ َّ ‫ت ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ُّ ُ‫َو ْقت‬
ِ َ‫الظ ْه ِر ِإذَا زَ ال‬

“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir

matahari (menuju arah tenggelamnya) hingga bayangan seseorang


sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu ‘Ashar (HR
Muslim)
Catatan :Waktu sholat zhuhur dapat diketahui dengan
menghitung waktu yaitu dengan menghitung waktu antara
terbitnya matahari hingga tenggelamnya maka waktu zhuhur dapat
diketahui dengan membagi duanya.

22
2. Sholat Ashar
Ashar secara bahasa diartikan sebagai waktu sore hingga
matahari memerah yaitu akhir dari dalam sehari.Sholat ‘ashar
adalah sholat ketika telah masuk waktu ‘ashar, sholat ‘ashar ini
juga disebut sholat woshtho.
‫ضر‬ ُ ‫الر ُج ِل َك‬
ُ ْ‫طو ِل ِه َما لَ ْم يَح‬ َّ ‫س َو َكانَ ِظ ُّل‬ َّ ‫ت ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ُّ ُ‫َو ْقت‬
ِ َ‫الظ ْه ِر إِذَا زَ ال‬
ْ َ‫ْالع‬
ِ ‫ص ُر‬
“Waktu Zhuhur dimulai saat matahari tergelincir ke barat
(waktu zawal) hingga bayangan seseorang sama dengan tingginya
dan selama belum masuk waktu ‘Ashar” (HR. Muslim no. 612)
Akhir waktu shalat ashar Dalam hadits yang diriwayatkan
dari Jabir bin ‘Abdillah rodhiyallahu ‘anhu ketika Jibril
‘alihissalam menjadi imam bagi Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam.
“Jibril mendatangi Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam ketika
matahari telah tergelincir ke arah tenggelamnya kemudian dia
mengatakan, Berdirilah wahai Muhammad kemudian shola zhuhur
lah.
Kemudian ia diam hingga saat panjang bayangan seseorang
sama dengan tingginya. Jibril datang kemudian
mengatakan,“Wahai Muhammad berdirilah sholat ‘ashar lah.
Kemudian ia diam hingga matahari tenggelam diantara dua waktu
ini adalah dua waktu sholat seluruhnya”.
3. Sholat Maghrib
Pendapat pertama mengatakan bahwa waktu maghrib hanya
merupakan satu waktu saja yaitu sekadar waktu yang diperlukan
orang yang akan sholat untuk bersuci, menutup aurot, melakukan
adzan, iqomah dan melaksanakan sholat maghrib. Pendapat ini
adalah pendapat Malikiyah, Al Auza’i dan Imam Syafi’i. Dalil

23
pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Jabir ketika Jibril
mengajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam sholat.13
ُ ‫آخ َر َو ْق ِت َها ِحيْنَ َي ِغي‬
‫ْب‬ ِ ‫س َو ِإ َّن‬ َّ ‫ب ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ِ ‫ت ْال َم ْغ ِر‬
ُ ‫ب ِحيْنَ ت َ ْغ ُر‬ ِ ‫َو ِإ َّن أ َ َّو َل َو ْق‬
‫ْاألُفُ ُق‬
Awal waktu shalat maghrib adalah ketika matahari tenggelam
dan akhir waktunya ketika tenggelam ufuk. (HR. At-Tirmidzi no.
151)
Adapun batas akhirnya adalah pada saat syafaq seperti yang
disebutkan di dalam dalil di atas, yakni pada saat humrah (cahaya
kemerahan)mulai tenggelam
Sebagaimana hadis nabi “Kemudian Jibril mendatangi Nabi
Shallallahu ‘alaihi was sallam ketika matahari telah tenggelam
(sama dengan waktu ketika Jibril mengajarkan sholat kepada Nabi
pada hari sebelumnya) kemudian dia mengatakan, Wahai
Muhammad berdirilah laksanakanlah sholat maghrib”.
4. Sholat Isya
Isya’ adalah sebuah nama untuk saat awal langit mulai
gelap (setelah maghrib) hingga sepertiga malam yang awal. Sholat
‘isya’ disebut demikian karena dikerjakan pada waktu tersebut.
Awal waktu shalat isya. Para ulama sepakat bahwa awal waktu
sholat ‘isya’ adalah jika telah hilang sinar merah di langit. Akhir
waktu shalat isya para ulama’ berselisih pendapat mengenai akhir
waktu sholat ‘isya’.
َّ ‫س َما لَ ْم يَ ْسقُ ِط ال‬
‫شفَ ُق‬ ُ ‫ش ْم‬ ِ ‫صالَةِ ْال َم ْغ ِر‬
ِ َ‫ب إِذَا غَاب‬
َّ ‫ت ال‬ َ ُ‫َو ْقت‬

Waktu shalat maghrib adalah bila matahari telah


tenggelam selama belum jatuh syafaq (HR. Muslim no. 1388)

Pendapat pertama mengatakan bahwa akhir waktu sholat


‘isya’ adalah sepertiga malam. Ini adalah pendapatnya Imam

13
Nur Hasanah, Hakekat Ibadah, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2002). Hlm.211

24
Syafi’i dalam al Qoul Jadid, Abu Hanifah dan pendapat yang
masyhur dalam mazhab Maliki. Pendapat kedua mengatakan bahwa
akhir waktu sholat ‘isya’ adalah setengah malam. Inilah
pendapatnya Sufyan Ats Tsauri, Ibnul Mubarok, Ishaq, Abu Tsaur,
Mazhab Hanafi dan Ibnu Hazm rohimahumullah. Pendapat ketiga
mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah ketika terbit
fajar shodiq. Inilah pendapatnya ‘Atho’, ‘Ikrimah, Dawud Adz
Dzohiri, salah satu riwayat dari Ibnu Abbas, Abu Huroiroh dan
Ibnul Mundzir Rohimahumullah. Pendapat yang tepat menurut
Syaukani dalam masalah ini adalah akhir waktu sholat ‘isya’ yang
terbaik adalah hingga setengah malam berdasarkan hadits
‘Abdullah bin ‘Amr sedangkan batas waktu bolehnya mengerjakan
sholat ‘isya’ adalah hingga terbit fajar berdasarkan hadits Abu
Qotadah. Sedangkan pendapat yang dinilai lebih kuat menurut
Penulis Shahih Fiqh Sunnah adalah setengah malam jika hadits
Anas adalah hadits yang tidak shohih.14

5. Sholat Shubuh
Fajar secara bahasa berarti cahaya putih. Sholat fajar disebut
juga sebagai sholat shubuh dan sholat ghodah.
  
  
 
   
  

Artinya: 78. dirikanlah shalat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat)

14
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004). Hlm.61-63

25
subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat). (Qs. Al Isra’: 78)
ِ ‫طلَ َع‬
‫ت‬ َ ‫س فَإِذَا‬ َّ ‫طلُوعِ ْال َفجْ ِر َما لَ ْم ت َْطلُعِ ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ُ ‫صبْحِ ِم ْن‬ َ ُ‫َو َو ْقت‬
ُّ ‫صالَ ِة ال‬
‫ان‬
ٍ ‫ط‬ َ ‫صالَ ِة فَإِنَّ َها ت َْطلُ ُع بَيْنَ َق ْرن َْى‬
َ ‫ش ْي‬ َّ ‫ع ِن ال‬ ْ ‫س فَأ َ ْمس‬
َ ‫ِك‬ َّ ‫ال‬
ُ ‫ش ْم‬
Fajar ada dua jenis yaitu fajar pertama (fajar kadzib) yang
merupakan pancaran sinar putih yang mencuat ka atas kemudian
hilang dan setelah itu langit kembali gelap. Fajar kedua adalah fajar
shodiq yang merupakan cahaya putih yang memanjang di arah
ufuk, cahaya ini akan terus menerus menjadi lebih terang hingga
terbit matahari. Awal waktu shalat subuh para ulama sepakat
bahwa awal waktu sholat fajar dimulai sejak terbitnya fajar
kedua/fajar shodiq. Akhir waktu shalat subuh para ulama juga
sepakat bahwa akhir waktu sholat fajar dimulai sejak terbitnya
matahari.

b. Waktu Waktu Yang Di Haramkan Untuk Sholat


Para ulama menyebutkan ada beberapa waktu yang terlarang
mengerjakan shalat di dalamnya, waktu- waktu tersebut adalah :15
1. Setelah shalat shubuh hingga matahari agak meninggi.
Setelah waktu shubuh tidak ada shalat sunnah sampai waktu
yang dibolehkan, yakni setelah matahari terbit dan agak meninggi.
Tingginya matahari sebagaimana di sebutkan di dalam hadits
adalah setinggi satu tombak atau dua tombak. Kalau dikira-kira
dengan waktu, tingginya matahari yang sudah membolehkan
dikerjakannnya shalat adalah 10 menit setelah terbit.
2. Ketika matahari Terbit
Yakni waktu ketika secara kasat mata matahari terlihat
sedang proses terbit di ufuk timur.
3. Ketika Matahari tepat berada diatas (istiwa)

15
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004). Hlm.61

26
Waktu ini adalah ketika matahari posisinya sedang tepat
berada di atas langit atau di tengah cakrawala.
4. Setelah waktu Ashar sampai Matahari terbenam
Tidak ada shalat sunnah setelah dikerjakannya shalat Ashar.
Shalat disini adalah shalat Asharnya seseorang yang ia kerjakan,
bukan shalat Ashar yang dikerjakan berjama’ah di masjid.
5. Ketika matahari terbenam
Waktu ini adalah ketika langit di sore hari menguning hingga
matahari sempurna terbenam, yakni masuknya waktu maghrib.

BAB III
KESIMPULAN

Dari penjabaran di atas terdapat banyak keutamaan dalam menjalankan


sholat sebagai kewajiban orang muslim. Selain keutamaan juga terdapat
terdapat akibatapabila dengan sengaja meninggalkan tanpa alasan yang
dibenarkan oleh fiqih.
Selain itu, mengenai batasan waktu pelaksanaan sholat terdapat berbagai
pendapat dari para ulama ulama, semuanya memiliki dasar hukum. Mana
yang akan kita anut tidak ada kewajiban mengikuti salah satunya, di
indonesia sendiri sudah ditentukan oleh pemerintah. Melalui jadwal waktu
sholat yang dengan mudah dapat kita jangkau, tanpa harus mengamati
keadaan matahari secara langsung sehingga dapat memudahkan dalam
mengetahui waktu waktu tertentu yang telah memasuki waktu sholat.

27
Daftar Pustaka
Rifa’i, Mohammad, Risalah Tuntutan Shalat Lengkap. Semarang: CV Toha
Putra, 1976.
Hamzah, Muchotob, Shalat Jamaah. Jakarta: Gema Insani, 2000. Syaikh Al
Bassam, Abdullah, Aisirul ‘Alam Syarah ‘Umdatul Ahkam, Maktabah Al
Asadi: Tt
Bin As Sayid Salim, Syaikh Kamal, Shahih Fiqh Sunnah, Darut
Taufiqqiyyah Litturotsi: Tt
Rifai, Mohamad, Terjemah Khulasah Kifayatul Akhyar, Semarang: Toha Putra,
1978.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004.
Hasanah, Nur, Hakekat Ibadah, Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2002.

28

Anda mungkin juga menyukai