Anda di halaman 1dari 20

TUGAS IBADAH DAN MUAMALAH

TENTANG SHALAT

Dosen Pengampu:Dr.Amirudin,S.Pd.I.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

NAMA : M.RAFI HIDAYAT

NPM: 239110252

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2023/2024
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai makhluk yang
paling sempurna yaitu shalat,atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti
terhadap apa yang dilakukan.Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai tentang
arti khilafiyah,dan menganggap yang berbeda itu yang salah.Oleh karena itu mari kita kaji
bersama arti tentang shalat,dan cara mengerjakannya serta beberapa unsur didalamnya.Dalam
pembahasan kali ini juga di paparkan shalat dan macamnya.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan
harus dikerjakan baik bagi mukmin maupun dalam perjalanan.Shalat merupakan rukun islam
yang kedua setelah syahadat.Islam didirikan atas lima sendi(tiang) salah satunya adalah
shalat,sehingga barng siapa yang mendirikan shalat,maka ia mendirikan agama(islam),dam
barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (islam).Shalat harus didirikan
dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,berjumlah 17 rakaat shalat tersebut merupakan
wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi bagi bagi muslim mukallaf baik sedang sehat
maupun sakit.Selain shalat wajib ada juga shalat –shalat sunnah.Untuk membatasi batasan
bahasan penulisan dalam permasalahanini,maka penulis hanya membahas tentang shalat wajib
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian shalat?


2. Apa yang menjadi dasar hukum shalat?
3. Apa tujuan shalat?
4. Bagaimana kedudukan shalat?
5. Apa saja syarat-syarat syah shalat?
6. Apa saja sunnah-sunnah shalat?
7. Apa saja hal-hal yang membatalkan shalat?

C.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini agar kami selaku penyusun mengetahui bagaimana segala hal
tentang shlat baik pengertian,rukun,sunat dll,kemudian agar menambah wawasan para
pembaca serta ,enjadi refensi bagi penulis-penulis berikutnya.
BAB 11

PEMBAHASAN

A.Pengertian Shalat

Sholat berasal dari bahasa arab yang artinnya ‘’do’a’’. Sedangkan menurut isltilah sholat
adalah ibadah yang dimulai dengan bacaan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan mengucap
salam dengan syarat dan ketentuan tertentu. Segala perkataan dan perbuatan yang termasuk
rukun sholat mempunyai arti dan makna tertentu yang bertujuan untuk mendekatkan hamba
dengan Penciptannya.

B.Dasar Hukum

Sholat adalah kewajiban kita sebagai manusia kepada Tuhan penciptanNya, dan pada dasarnya
manusia yang membutuhkan Ibadah Sholat. Yang jikerjakan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan mendapat dosa. Pahala sholat akan lebih banyak jika dikerjakan berjamaah
daripada sendirian. Kewajiban ini menjadi pondasi seperti tiang. Jika tiangnya roboh maka
seluruh amalan kita juga tidak sempurna.

QS. Adz Dzariyat: 56

Artinya :

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
(QS. Adz Dzariyat: 56)

Sholat Wajib

Sholat adalah kewajiban yang mempunyai hukum wajib dan sunah tergantung jenis sholatnya.
Solat yang termasuk fardu ada dua yaitu fardu ain yaitu sholat yang wajib dikerjakan dan tidak
boleh digantikan oleh orang lain seperti sholat 5 waktu dan sholat jum’at bagi laki-laki
sedangkan fardu kifayah adalah sholat yang wajib dikerjakan dan tidak berkaitan dengan
dirinnya seperti solat jenazah. Sholat Wajib ada 5 yaitu ; Sholat Subuh, Sholat Dzuhur, Sholat
Ashar, Sholat Magrib, Sholat Isya.

Sholat Sunah

pahala jika ditinggalkan tidak berdosa. Contoh Sholat sunah yang biasanya dilakukan setiap hari
Sedangkan sholat sunah adalah sholat yang dianjurkan jika dikerjakan mendapat yaitu Sholat
Dhuha, Sholat Tahajud dll. Sholat sunah ada dua yaitu sunah muakkad yaitu sholat yang
dianjurkan dengan penekanan kuat seperti sholat di hari raya idul fitri dan idul adha sedangkan
sholat sunah ghairu muakkad adalah solat yang dianjurkan tetapi tidak dengan penekanan kuat
seperti sholat rawatib.

C.Tujuan

Sholat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktifitas kehidupan manusia. Karena sholat
adalah amalan yang pertamakali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu sholat
merupakan ibadah yang mengatur segala aktifitas baik itu diperintahkan maupun dilarang
Tuhan. Aktifitas manusia berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan
penciptannya yang disebut habluminallah sedangkan aktifitas yang berhubungan dengan
manusia disebut habluminannas.
Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan dan
menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya
adalah sholat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia inilah
penentu kehidupan kita selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal
selamannya. Amalan perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun
neraka yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya.

Al Quran Surah Al Baqarah ayat 45


Artinya : ”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (QS. Al Baqoroh : 45)

Ibarat orang mengatakan bahwa hidup didunia adalah permainan. Di dunia kita diuji dengan
waktu dan keadaan. Segalannya sudah diatur didalam Al-Qur’an bahwa manusia bisa memilih
untuk bersujud menyembahNya atau menjadi kafir. Jika di dunia ini kita lolos dari ujian baik itu
kemudahan atau kesulitan kita tetap menjaga iman dan taqwa kita, kita dapat memenangkan
surga, Begitu pula sebaliknya.

Segala amalan yang mengarahkan kita ke surga memang tidak mudah, terjal bak mawar
berduri. Kita akan banyak diuji didunia ini seperti mampukan kita menahan diri dari perbuatan
maksiat, mampukah kita mengorbankan harta kita untuk berjuang di jalan Allah, mampukah
kita menahan diri dari lisan yang kotor, menggunjing, menghasut dan memfitnah, mampukah
kita solat dan berpuasa dalam keadaan sulit sekalipun.

Khusyu dalam Sholat

Allah ta’ala berfirman, menceritakan tentang keadaan orang-orang yang beriman:

“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu, orang-orang yang khusyu’ dalam
sholat mereka” (Al Mu’minun : 1-2)

Dari solat yang benar dan khusyu akan merasuk ke jiwa dan hati terdalam, hati akan
menghayati dan memahami makna yang terkandung dari sholat tersebut, kemudian dari
pemahaman akan terlihat dari segala perbuatan kita yang menunjukkan bagaimana kualitas
sholat, ibadah dan perbuatan kita kepada Allah yang disebut habluminallah.

Hati yang selalu mengingat Allah akan tercermin dari aura, perkataan dan perbuatan kita yang
selalu terjaga dan dapat dikendalikan karena kita akan merasa takut jika tidak dapat
mengendalikan diri dari kemaksiatan, kita akan selalu merasa diawasi dari segala perbuatan
yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Sekecil apapun itu.
D.Kedudukan shalat

1.Shalat adalah tiang Islam. Islam seseorang tidaklah tegak kecuali dengan shalat.

Dalam hadits Mu’adz disebutkan,

“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad”
(HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu
Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Yang namanya tiang suatu bangunan jika ambruk,
maka ambruk pula bangunan tersebut. Sama halnya pula dengan bangunan Islam.

2. Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan seseorang bisa dinilai baik
buruknya dinilai dari shalatnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pa da hari kiamat adalah
shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan.
Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat
wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut
memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat
wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan
lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262,
Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh
Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)

3.Perkara terakhir yang hilang dari manusia adalah shalat.

Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung
pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah
shalat.” (HR. Ahmad 5: 251. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits
ini jayyid)

Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah putus dalam diri
seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia masih bisa disebut Islam. Di sini Nabi
tidak mengatakan bahwa ketika tali pertama putus, maka kafirlah ia. Bahkan masih ada tali-tali
yang lain hingga yang terakhir adalah shalatnya.
4. Shalat adalah akhir wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa di antara wasiat terakhir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian” (HR. Ahmad 6: 290. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya).

5. Allah memuji orang yang mengerjakan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

) 54)
(55)

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al
Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan
nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang
yang diridhai di sisi Rabbnya. ” (QS. Maryam: 54-55).

6.Allah mencela orang yang melalaikan dan malas-malasan dalam menunaikan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam:
59).

Dalam ayat lain disebutkan,

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’: 142).

7. Rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat adalah shalat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, (2)
mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi yang mampu, -pen), (5)
berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)
8.Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril ‘alaihis salam. Tetapi Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri yang langsung mendapatkan perintah shalat ketika beliau melakukan
Isra’ dan Mi’raj.
9. Awalnya shalat diwajibkan sebanyak 50 shalat. Ini menunjukkan bahwa Allah amat menyukai
ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah memperingan bagi hamba-Nya hingga menjadi 5 waktu
dalam sehari semalam. Akan tetapi, tetap saja shalat tersebut dihitung dalam timbangan
sebanyak 50 shalat, walaupun dalam amalan hanyalah 5 waktu. Ini sudah menunjukkan
mulianya kedudukan shalat.
10. Allah membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan mengakhirinya pula dengan
shalat. Ini juga yang menunjukkan ditekankannya amalan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’


dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-
amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al
Mu’minun: 1-9).
11.Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya
untuk memerintahkan keluarga mereka supaya menunaikan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu.
Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132).

12. Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika tidak shalat pada
waktu berumur 10 tahun. Perintah shalat ini tidak ditemukan pada amalan lainnya, sekaligus
hal ini menunjukkan mulianya ibadah shalat.
Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun.
Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-
tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits
ini shahih).

13.Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka hendaklah ia mengqodhonya. Ini sudah
menunjukkan kemuliaan shalat lima waktu karena mesti diganti.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang lupa shalat, hendaklah ia shalat ketika ia ingat. Tidak ada kewajiban
baginya selain itu.” (HR. Bukhari no. 597 dan Muslim no. 684).

E.Syarat-Syarat Sah Shalat

Syarat wujub (diwajibkan shalat) ada enam:


(1) Islam*,
(2) baligh,
(3) berakal,
(4) bersih dari haidh dan nifas,
(5) telah sampainya dakwah,
(6) selamat panca indera.

Lihat Nail Ar-Rajaa’ bi Syarh Safinah An-Najah, hlm. 207.

Catatan dari Syaikh Dr. Labib:

Orang kafir ketika kafirnya tidaklah dituntut untuk shalat karena shalatnya dianggap tidak sah.
Ia tidaklah diperintah untuk mengqadha’ shalatnya kalau kafirnya adalah kafir asli. Sedangkan
orang murtad, ia diperintahkan mengqadha’ shalatnya ketika kembali masuk Islam.*Shalat bagi
orang yang lahir dalam keadaan buta dan tuli tidaklah wajib, ia tidak perlu mengqadha kalau
akhirnya bisa melihat atau mendengar.

Syarat untuk tiap ibadah:


1. Islam
2. Tamyiz
3. Ilmu mengenai wajibnya
4. Tidak meyakini sesuatu yang wajib sebagai sunnah.
Syarat yang khusus untuk shalat:
1. Suci dari hadats kecil dan hadats besar
2. Suci dari najis pada badan, pakaian, dan tempat
3. Menutup aurat
4. Menghadap kiblat
5. Masuk waktu shalat

Pertama: Suci dari dua hadats

Maksudnya adalah suci dari hadats kecil dan hadats besar dengan air atau debu (dengan
syaratnya). Shalat dari orang yang tanpa bersuci padahal air atau debu itu ada, lalu dalam
keadaan sengaja dan tahu, ia berdosa. Kalau dalam keadaan lupa, ia diberi ganjaran karena
niatnya. Adapun yang luput dari air atau debu, ia wajib shalat dalam rangka menghormati
waktu dan shalatnya tetap diulang.

Kedua: Bersuci dari najis pada pakaian, badan, dan tempat

Maksudnya adalah suci dari najis ghair al-ma’fuu ‘anhaa, najis yang tidak termaafkan.
As-Sayyid Ahmad bin ‘Umar menjelaskan, “Bersuci dari najis maksudnya adalah membersihkan
najis yang tidak dimaafkan yang ada pada pakaian orang yang shalat dan semacamnya,
termasuk juga yang dibawa, atau menempel dengan sesuatu yang dibawa. Begitu pula yang
dimaksud adalah bersuci dari najis yang ada pada badan, termasuk yang ada dalam bagian
dalam mata, mulut, dan hidung. Begitu pula tempat yang digunakan untuk shalat harus suci
karena bertemu langsung dengan badan dan sesuatu yang dibawa.” (Nail Ar-Rajaa’ bi Syarh
Safinah An-Najah, hlm. 207).

Ketiga: Menutup aurat

Syarat sah shalat yang ketiga adalah menutup aurat dengan sesuatu yang menyelimutinya dan
dapat mencegah untuk mengetahui warna kulitnya dilihat dari jarak pembicaraan biasa bagi
orang yang normal pandangannya. Apabila penutup itu menampakkan bentuk tubuhnya
(seperti celana ketat), masih diperbolehkan untuk shalat (tetapi disertai hukum makruh).
Sesuatu yang tidak ada jizmnya (konkritnya) tidak bisa dijadikan penutup aurat seperti gelap
malam, bekas pacar, atau pewarna yang tidak wujud konkrit menutup.
Apabila seseorang tidak mendapati sesuatu yang menutupi seluruh auratnya, maka dahulukan
menutup qubul dan dubur, kemudian menutupi qubul (kemaluan). Bila tidak mendapati apa
pun, maka diperbolehkan mengerjakan shalat dalam keadaan telanjang dan tidak perlu
diqadha’ shalatnya.

Keempat: Menghadap kiblat


Syarat sah shalat yang keempat adalah menghadap ‘ainul Kabah (persis ke Kabah) dengan
dadanya. Apabila seseorang shalat di dalam Kabah, maka wajib menghadap ke bangunan Kabah
setinggi 2/3 hasta (sekitar 30 cm) atau lebih, seperti menghadap ke pintunya yang tertutup atau
ambang pintu.

Kelima: Masuk waktu shalat


Masuk waktu shalat bisa diketahui secara yakin atau sangkaan dengan ijtihad.

Keenam: Mengetahui shalat itu fardhu


Orang yang shalat mesti meyakini bahwa shalat itu wajib. Jika ia ragu-ragu akan wajibnya,
shalat tidaklah sah.

Kedelapan: Menjauhi pembatal-pembatalnya


Insya Allah akan datang penjelasannya.

F.Sunah-Sunah Shalat
1. Mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau sejajar dengan kuping pada keadaan
sebagai berikut:

– Ketika ber-takbiratul ihram.


– Ketika ruku’.

– Ketika bangkit dari ruku’.

– Ketika berdiri setelah rakaat kedua ke rakaat ketiga. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar
radhiyallahu anhu:

“Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wasallam apabila beliau melaksanakan shalat, beliau
mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua bahu beliau, kemudian membaca
takbir. Apabila beliau ingin ruku’ beliau pun mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan
begitu pula kalau beliau bangkit dari ruku’.” (Muttafaq ‘alaih)
Adapun ketika berdiri untuk rakaat ketiga, hal ini ber-dasarkan apa yang dilakukan Ibnu Umar,
dimana beliau apabila berdiri dari rakaat kedua beliau mengangkat kedua tangannya. (HR. Al-
Bukhari secara mauquf, Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Dan riwayat ini dihukumi marfu’). Dan
Ibnu Umar menisbatkan hal tersebut kepada Nabi Shallallaahu alaihi wasallam.

2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau di bawah dada dan di
atas pusar. Hal ini berdasar-kan perkataan Sahl bin Sa’d radhiyallahu anhu
“Orang-orang (di masa Nabi Shallallaahu alaihi wasallam) disuruh untuk meletak-kan
tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat.” (HR. Al-Bukhari secara mauquf. Al-
Hafidz Ibnu Hajar berkata Riwayat ini dihukumi marfu‟)

Dan berdasarkan hadits Wail bin Hijr radhiyallahu anhu:

“Saya pernah shalat bersama NabiShallallaahu alaihi wasallam , kemudian beliau


meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri di atas dadanya.” (HR. Ibnu
Huzaimah, shahih)

3. Membaca do’a iftitah Ada beberapa contoh do’a iftitah, di antaranya:

“Ya Allah, jauhkanlah jarak antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan jarak
antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari segala dosa-dosaku sebagaimana
pakaian yang putih dibersihkan dari noda. Ya Allah, basuhlah dosa-dosaku dengan air, es dan
embun.” (Muttafaq ‘alaih)

“Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu. Maha Suci namaMu dan Maha Tinggi
kebesaranMu, dan tiada Ilah selain Engkau (HR Muslim secara mauquf -terhenti sanadnya
kepada Umar bin Khattab dan diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al-Hakim
secara marfu‟ -bersambung sanad-nya hingga kepada Nabi Shallallaahu alaihi wasallam-
, shahih)

4. Membaca isti‟adzah pada rakaat pertama dan membaca basmalah dengan suara
pelan pada tiap-tiap rakaat Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

“Maka apabila kamu membaca Al-Qur‟an, maka hendaklah kamu memohon perlindungan
kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (An- Nahl: 98)
5. Membaca aamiinsetelah membaca surat Al-Fatihah. Hal ini disunnahkan kepada setiap
orang yang shalat, baik sebagai imam maupun makmum atau shalat sendirian. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam:

“Apabila imam membaca maka bacalah aamiin. Maka sesungguhnya barangsiapa yang
bacaan aamiin-nya berbarengan dengan aamiin-nya malaikat, maka akan diampuni segala
dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dengan maknanya)

Juga dikarenakan apabila Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam membaca:


‫ﻏ ﻴﺮ‬ ‫ﻻ ا ﻴ‬ ‫ﻮ ب ﻋ ﻠ ﻴﻬ ﻢ‬ ‫ا ﻤﻐ‬

beliau membaca aamiin dan beliau pun memanjangkan suaranya. (HR. Abu Daud dan
At-Tirmidzi dari sahabat Wa’il bin Hijr dengan sanad shahih).

6. Membaca ayat setelah membaca surat Al-Fatihah. Dalam hal ini cukup dengan satu
surat atau beberapa ayat Al-Qur’an pada dua rakaat shalat Subuh dan dua rakaat
pertama pada shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Hal ini berdasarkan hadits
Rasulullah Shallallaahualaihiwasallam:

“Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam ketika shalat dzuhur membaca Ummul Kitab (Al-
Fatihah) dan dua surat pada dua rakaat pertama, dan beliau membaca Ummul Kitab saja pada
dua rakaat berikutnya dan terkadang beliau perdengar-kan ayat (yang dibacanya) kepada para
sahabat.” (Muttafaq ‘alaih)

7. Mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan surat pada waktu shalat jahriah (yang dikeraskan
bacaannya) dan merendahkan suara pada shalat sirriah (yang dipelankan bacaannya).
Yaitu mengeraskan suara pada dua rakaat yang pertama pada shalat Maghrib dan Isya
dan pada kedua rakaat shalat Subuh. Dan merendahkan suara pada yang lainnya. Ini
semuanya dalam pelaksanaan shalat fardhu, dan ini tsabit (dicontohkan) dan populer
dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, baik secara perkataan maupun perbuatan.
Adapun pada shalat sunnah, maka dianjurkan untuk merendahkan suara apabila
dilaksanakan pada siang hari dan disunnahkan mengeraskan suara jika shalat sunnah
itu dilaksanakan pada waktu malam hari, terkecuali apabila takut mengganggu orang
lain dengan bacaannya itu, maka disunnahkan baginya untuk merendahkan suara ketika
itu.
8. Memanjangkan bacaan pada shalat Subuh, membaca dengan bacaan yang sedang
pada shalat Dzuhur, Ashar dan Isya’, dan disunnahkan memendekkan bacaan pada
shalat Maghrib. Hal ini berdasarkanhaditsberikut:
“Dari Sulaiman bin Yasar, dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, beliau berkata, „Aku tidak
pernah melihat seseorang yang lebih mirip shalatnya dengan shalat Rasulullah daripada si Fulan -
seorang imam di Madinah-.‟ Sulaiman berkata, „Kemudian aku shalat di belakang orang tersebut,
dia memperpanjang bacaan pada dua rakaat pertama shalat Dzuhur dan mempercepat pada dua
rakaat berikutnya. Mempercepat bacaan surat dalam shalat Ashar. Dan pada dua rakaat pertama
shalat Maghrib ia membaca surat mufashshal(1) yang pendek, sedang pada dua rakaat pertama
shalat Isya‟ ia membaca surat mufashshal yang sedang, selanjutnya pada shalat Subuh ia membaca
surat-surat mufashshal yang panjang‟.” (HR. Ahmad dan An-Nasai, shahih)

9. Cara duduk yang tsabit(diriwayatkan) dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallamdalam


shalat adalah duduk iftirasy (bertumpu pada paha kiri) pada semua posisi duduk dan
semua tasyahhud selain tasyahhud akhir. Apabila ada dua tasyahhud dalam shalat itu,
maka dia harus duduk tawar-ruk pada tasyahhud akhir. Hal ini berdasarkan perkataan
Abu Hamid As-Sa’idi di hadapan para sahabat Ketika ia menerangkan shalat
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, di antaranya menyebut-kan “Maka apabila
beliau duduk setelah dua rakaat, beliau duduk di atas kaki kiri sambil menegakkan
telapak kaki kanan, dan apabila beliau duduk pada rakaat akhir beliau majukan kaki kiri
sambil menegakkan telapak kaki yang satunya, dan beliau duduk di lantai (HR Al-
Bukhari)

Dari penjelasan di atas dapat kita pahami apa arti iftirasy dan apa arti tawarruk. Iftirasy:
Yaitu duduk di atas kaki kiri sambil menegak-kan telapak kaki kanan. Tawarruk : Yaitu
Meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kanan, kemudian mendudukkan pantat di
alas/lantai dan menegakkan telapak kaki kanan.

10. Berdo’a pada waktu sujud Hal ini berdasarkan sabda


Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam:

“Ketahuilah! Sesungguhnya aku dilarang membaca Al-Qur‟an ketika


ruku‟ dan sujud. Adapun yang dilakukan pada waktu sujud maka hendaklah kamu membesarkan
Rabbmu dan pada waktu sujud maka hendaklah kamu bersungguh-sungguh berdoa, niscaya
dikabulkan do‟a-mu.” (HR. Muslim)

11. Membaca shalawat untuk Nabi Shallallaahu alaihi wasallam pada waktu tasyahhud akhir,
yaitu setelah membaca tasyahhud:

“Ya Allah, bershalawatlah Engkau untuk Nabi Muhammad dan juga keluarganya sebagaimana
Engkau bershalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah Nabi Muhammad
beserta keluarganya seba-gaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan juga keluarganya.
Pada sekalian alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia). (HR. Muslim dan
lainnya dengan sanad shahih)

12. Berdo’a setelah selesai dari membaca tasyahhuddanmembaca shalawat untuk Nabi
dengan do’a yang dicontohkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam. Beliau bersabda:
‫ﻴﺪ ع ﻌﺪ ﻤ ﺷ ء‬ ‫ﺄ ر ﻊ ﺛ ﻢ‬ ‫ﺻ ﻼ ﺗ ﻪ ﻓﻠ ﻴﺪ ع‬ ‫ﻢ ﻣ‬ ‫ا ﻓ ﺮ ﻍ أﺣﺪ‬

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksa Neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah hidup dan
fitnah mati serta fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (HR. Al-Baihaqy, shahih)
13. Salam kedua ke kiri. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Muslim:
“Bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam melakukan salam ke kanan dan ke kiri
sehingga terlihat putihnya pipi beliau.” (HR. Muslim)

14. Beberapa dzikir dan do’a setelah salam Telah diriwayatkan beberapa dzikir dan do’a
setelah salam dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam yang disunnahkan untuk
dibaca Di sini akan kami pilihkan beberapa dzikir dan do’a, di antaranya

Dari Tsauban radhiyallaahu anhu, ia berkata, „Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam,


apabila selesai shalat beliau membaca istighfar tiga kali(1) dan membaca:

“Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Sejahtera, dari Mulah kesejahteraan, Maha Suci Engkau
wahai Rabb Yang Maha Agung dan Maha Mulia.” (HR. Muslim)

“Dari Mu‟adz bin Jabal , bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wasallam pada suatu hari
memegang tangannya, kemudian bersabda, „Wahai Mu‟adz, sesungguhnya aku mencintai kamu, aku
berpesan kepadamu wahai Mu‟adz, janganlah kamu tinggalkan setelah selesai shalat membaca
do‟a:
“Ya Allah, tolonglah aku di dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik
kepadamu.” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)

G.Hal Yang Membatakan Shalat

1. Dalam keadaan hadas kecil dan hadas besar. Hadas kecil seperti melakukan hal yang
membatalkan wudhu dan hadas besar misalnya haid, nifas maupun dalam keadaan junub.
2. Sebagian aurat terbuka saat sholat.

3. Mengkonsumsi makanan dan minuman saat sholat.

4. Terdapat najis pada badan maupun pakaian.


5. Bergerak hingga lebih dari tiga kali berturut-turut.

6. Melakukan gerakan yang besar seperti melompat dan memukul.

7. Mendahului maupun terlambat mengikuti gerakan sholat imam sampai dua rukun. Contohnya
ketika imam masih dalam keadaan sujud, makmum sudah bangun dari sujud.
8. Memiliki niat membatalkan sholat dengan kondisi tertentu.
9. Mengurangi rukun sholat.

10. Tertawa dengan keras, berdahak, batuk tanpa disengaja.


DAFTAR PUSTAKA

https://rumaysho.com/31111-safinatun-naja-syarat-sah-shalat.html

https://rumaysho.com/4953-13-kedudukan-shalat-dalam-islam.html

https://www.suara.com/news/2021/08/21/155352/10-hal-yang-membatalkan-sholat-wajib-
diketahui-semua-umat-islam

https://islamipedia.id/sholat/pengertian-sholat-dalil-tujuan-dan-dasar-hukum/

https://belajarislam.com/2017/05/sunnah-sunnah-shalat/

Anda mungkin juga menyukai