Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH FIQH IBADAH

Shalat Fardhu

DISUSUN OLEH :

Ihsanul Ramazil (180102114)

Dosen Pengampu : Edi Darmawijaya, S.Ag., M.Ag

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM UIN AR-RANIRY
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiat allah swt yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini.

Shalawat beriringan salam kepada junjungan alam nabi besar Muhammad


saw, para keluarga, sahabat, dan para ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin yang
senantiasa membimbing ummat menjalankan syariat islam, jalan menuju ridha Allah.

Makalah ini berisikan informasi tentang “Shalat Fardhu”. Yaitu mendorong


untuk memenuhi tugas kegiatan akademik dari mata kuliah fiqh ibadah. Dan kami
menyadari bahwa terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pada pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tapak Tuan, 24 Maret 2021

Penulis
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi, untuk secara
teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukan dan sesuai
dengan rukunnya sehingga akan terbentuk kedisiplinan pada diri individu tersebut.1
Ibadah shalat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus dipelajari
tata cara dan praktiknya sebagaimana yang telah Rasulullah SAW contohkan.
Pendidakan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
dimanapun dan kapanpun pendidkkan akan selalu diperlukan, sebab dalam kehidupan
pendidikan tidak mempunyai batas dan akhir, selama manusia itu hidup pendidikan
akan selalu diperlukan.
Ibadah shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan
Tuhannya. Mendirikan shalat berarti mencerminkan keimanan sebagai tanda syiar
agama dan tanda syukur kepada Allah. Meninggalkan shalat berarti memutuskan tali
penghubung dengan Allah SWT, maka akan tertutupnya rahmat dari-Nya, terhentinya
pengaliran nikmat-nikmat-Nya, terhentinya uluran kebaikan-Nya dan berarti juga
mengingkari fadhol (keutamaan) dan kebesaran Allah SWT.2

B. Rumusan Pembahasan
a. Apa yang maksud dengan pengertian shalat?
b. Sebutkan macam-macam shalat dan manfaatnya?

1
Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo, 2004), h. 37.
2
Al Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, pengajaran Shalat Lengkap, (Semarang: Dina Utama Semarang,
1995), h. 12.
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam., yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati,
tafahhum (Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat),
mahabbah, raja’ (harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan
kepada Allah sebagai Ilaah.
Adapun secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara
yang mendatangkan takut kepadaNya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa
kebesaranNya atau mendhohirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau kedua-duanya.3
Dalam kitab Jami’ush shogir, lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban, Ibnu
Umar, Salamah, Abu Umamah dan Ubadah r.a.telah meriwayatkan hadist 5 ini : ”
Sholat adalah sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”.
Begitupun dengan maksud hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud dan Anas r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan
ritual dan gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat
mengaplikasikannya dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi
orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya
B. Macam macam shalat dan manfaatnya
Dilihat hukum melaksanakanya, pada garis besarnya shalat di bagi menjadi
dua, yaitu shalat fardu dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardu juga di bagi

3
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam,(Sinar Baru Algensindo), hlm. 5
menjadi dua, yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula shalat sunah, juga di
bagi menjadi dua, yaitu sunnah muakkad dan ghoiru muakkad.
1. Shalat fardu
Shalat fardu adalah shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di kerjakan
mendapatkan pahala, kalau di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya: shalat lima
wakktu, shalat jenazah dan shalat nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:
 Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia. shalat ini di
laksanakan sehari semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar,
magrib) dan juga shalat Jum’at.
 Fardu kifayah adalah shalat yang di wajibkan pada sekelompok muslim,
dan apabila salah satu dari mereka sudah ada yang mengerjakan maka
gugurlah kewajiban dari kelompok tersebut. Contoh: shalat jenazah.

Shalat fardu karena nadzar adalah shalat yang di wajibkan kepada


orang-orang yang berjanji kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita
kepada Allah atas segala nikmat yang telah di terimanya. Contoh : Ahmad akan
melasanakan ujian, dia bilang kepada dirinya dan teman-temanya, “ nanti ketika
saya sukses mengerjakan ujian dan lulus saya akan melakukan shalat 50 rokaat
“ ketika pengumuman dia lulus maka Ahmad wajib melaksanakan Shalat
nadzar.

2. Shalat Sunnah
Shalat Sunnah adalah shalat yang apabila di kerjakan mendapatkan
pahala dan apabila tidak di kerjakan tidak mendapatkan dosa. Shalat sunah di
sebut juga dengan Shalat tatawu’, nawafil, manduh, dan mandzubat, yaitu
shalat yang di anjurkan untuk di kerjakan. Shalat sunnah juga di bagi 2 yaitu:
a. Sunnah Muakkad adalah shalat sunah yang sealalu dikerjakan atau jarang
sekali tidak dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya sangat
dianjurkan dan di tekankan separti solat witir, solat hari raya dan lain-
lain.
b. Sunnah ghairu muakkadah adalah solat sunah yang tidak selalu
dikerjakan oleh Rosulluloh SAW,dan juga tidak di tekan kan untuk di
kerjakan.
Semua shalat, termasuk shalat sunat dilakukan adalah untuk mencari
keridhoan atau pahala dari Alloh swt. Namun shalat sunat jika dilihat dari ada
atau tidak adanya sebab-sebab dilakukannya, dapat dibedakan manjadi dua
macam, yaitu: shalat sunat yang bersebab dan shalat sunat yang tidak bersebab.
a. Shalat sunat yang bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan karena ada
sebab-sebab tertentu, seperti shalat istisqa’ (meminta hujan) dilakukan
karena terjadi kemarau panjang, shalat kusuf (gerhana) dilakukan karena
terjadi gerhana matahari atau bulan, dan lain sebagainya.
b. Shalat sunat yang tek bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan tidak
karena ada sebabsebab tertentu. Sebagai contoh : shalat witir, shalat
dhuha dan lain sebagainya

Manfaat Shalat.

a. Sholat dapat menghapuskan dosa


b. Manfaat sholat bagi kesehatan .
c. Mencegah perbuatan keji dan mungkar
“….sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar…” (Qs. Al-Ankabut ayat 45).
d. Dzikir, tilawah dan doa-doa dalam sholat sangat baik untuk membersihan jiwa
dan melunakkan perasaan, menenangkan pikiran dan perasaan.
BAB II

PENUTUP
Kesimpulan

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya
ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-
Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan
kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya. Orang beriman
melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT,
serta sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga
mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia, untuk kesehatan manusia itu
sendiri, ketenangan hati dan pikiran, dan keselamatan di akhirat karena amal yang
pertama dihisab adalah sholat
DAFTAR PUSTAKA

Al Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, 1995, pengajaran Shalat Lengkap,


Semarang: Dina Utama Semarang,.
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam,(Sinar Baru Algensindo), hlm. 5
Zakiyah Daradjat dkk ,2004. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai