Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Ushul Fiqh
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yaitu yang kedua. Sering kali kita sebagai
orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk yang paling sempurna yaitu
shalat, atau terkadang tahu tentang kewajiban tapi tidak mengerti terhadap apa yang
dilakukan. Setiap orang muslim ataupun orang mukmin harus melaksanakan shalat yang
telah ditetapkan dalam A-Qur’an.
Sebagian dari kita pasti sudah mengetahui apa itu pengertian, macam-macam,
keutamaan-keutamaan, bahkan sejarah dari ibadah shalat yang sering kita lakukan. Selain
itu mempelajari shalat merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, karena shalat
adalah bentuk pengabdian manusia kepada Allah SWT yang wajib dilaksanakan agar
didalam setiap kegiatannya selalu diberikan keberkahan, kebaikan, kemudahan, dan jalan
keluar dari kesulitan yang menimpa.
Sehingga diharapkan setelah membaca makalah ini diharapkan bagi semua agar
dapat memahami secara jelas dan rinci bagaimana pengertian shalat, macam-macam ,
keutamaan-keutamaan dan sejarah mengenai shalat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian shalat?
2. Bagaimana hukum dan Dalil tentang Shalat?
3. Apa saja syarat dan rukun shalat?
4. Bagaimana pendapat ulama madzhab tentang shalat?
5. Bagaimana Pendapat dan pandangan kita terhadap shalat?
6. Apa saja dimensi hikmah shalat bagi kehidupan manusia?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian shalat
2. Mengetahui hukum dan Dalil tentang Shalat
3. Mengetahui Apa saja syarat dan rukun shalat
4. Mengetahui pendapat ulama madzhab tentang shalat
5. Mengetahui Pendapat dan pandangan kita terhadap shalat
6. Apa saja dimensi hikmah shalat bagi kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ash Shiddieqy, sholat ialah menggambarkan rukhus shalat atau jiwa
shalat; yakni berharap kepada Allah dengan sepenuh hati dan jiwa raga, dengan segala
kekhusyu’an dihadapan Allah dan ikhlas yang disertai dengan hati yang selalu berzikir,
berdo’a & memujiNya.
Dalam mengerjakan sholat harus selalu berusaha menjaga kekhusu’annya. Secara
bahasa, khusyu’ berasal dari kata khasya’a yakhsya’u khusyu’an, yang berarti
memusatkan penglihatan pada bumi & memejamkan mata/meringankan suara ketika
shalat.
Khusyu’ itu artinya lebih dekat dengan khudhu’ yakni tunduk & takhasysyu’ yakni
membuat diri menjadi khusyu’. Khusyu’ ini bisa melalui suara, gerakan badan atau
pengelihatan. ketiganya itu menjadi tanda kekhusyu’an bagi seseorang dalam
melaksanakan shalat.
Secara istilah syara’, khusyu’ ialah keadaan jiwa yang tenang & tawadhu’,
kemudian khusyu’ dihati sangat berpengaruh dan akan tampak pada anggota tubuh
lainnya. Menurut A. Syafi’i khusyu’ berarti menyengaja, ikhlas, tunduk lahir batin; dengan
menyempurnakan keindahan bentuk ataupun sikap lahirnya (badan), serta memenuhinya
dengan kehadiran hati, kesadaran dan pemahaman segala ucapan maupun sikap lahiriyah
tersebut.
Pengertian shalat dari bahasa Arab As-sholah, sholat menurut Bahasa / Etimologi
berarti Do‟a dan secara terminology/istilah, para ahli fiqh mengartikan secara lahir dan
hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam., yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan.
Sebagaimana perintah-Nya dalam surah al-Ankabut ayat 45, yang artinya “bacalah apa
yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah
sehingga banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat
keji dan munkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga
mengandung unsur batiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan , maka mereka
tidak akan berbuat jahat.
3. Shalat merupakan jalan agar dapat masuk surga. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wasallam berkata kepada Rabi’ah bin Ka’ab ketika ia meminta agar dapat
menemani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam di surga, “Bantulah aku dengan
engkau memperbanyak sujud kepada Allah.” [HR. Muslim]
Shalat lima waktu merupakan kewajiban setiap Muslim berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah serta ijma’ ulama.
3. Dari Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu Anhu, ada seseorang yang bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam tentang Islam dan beliau
menjawab, “Shalat lima waktu sehari semalam.” Orang itu bertanya kembali,
“Adakah kewajiban lain selain itu?” Beliau menjawab, “Tidak, kecuali jika engkau
melaksanakan ibadah sunnah.” [Muttafaqun Alaihi]
4. Ijma’ (kesepakatan ulama). Umat ini telah sepakat bahwa shalat lima waktu
hukumnya wajib.
Shalat diwajibkan atas setiap muslim yang baligh, berakal sehat, laki-laki atau perempuan.
Menqadha’ (mengganti) Shalat
Seorang kafir yang masuk Islam tidak diperintahkan untuk mengganti semua shalat yang
dtinggalkannya, karena Islam telah menghapus semua dosa-dosanya yang dahulu.
Hukum Orang yang Meninggalkan Shalat
Anak-anak diperintahkan untuk mendirikan shalat ketika ia telah berusia tujuh tahun
sabagai latihan. Dan jika ia meninggalkan shalat di umur sepuluh tahun, maka ia boleh
dipukul sebagai peringatan. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam,
“Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk mendirikan shalat pada umur tujuh tahun
dan pukullah pada umur sepuluh tahun jika ia meninggalkannya.” [HR. Abu Dawud]
Dalil tujuan pelaksanaan sholat terdapat dalam Al-quran surat (20:14) yang tertera sebagai
berikut :
Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku. ( Surah Taha [20:14] )
Dalam surat Ta Ha (20:14) tersebut menjelaskan bahwa tujuan sholat adalah agar setiap
hambanya senangtiasa selalu berdzikir kepada Allah. Arti berdzikir disini adalah selalu
mengingat Allah dimanapun dan kapanpun. Seperti ketika kita takbir membaca ‘’
Allahuakbar’’ yang beratri Allah maha besar menjelaskan tentang keagungan Allah.
Ketika hati kita selalu mengingat Allah membuat jiwa kita menjadi tenang dan tentram.
Dan juga Al Quran Surat (29:45)
َّ َاء َو ْال همنك َِر ۗ َولَ ِذ ْك هر
َّ ّللاِ أ َ ْكبَ هر ۗ َو
ّللاه يَ ْعلَ هم َما ِ ص ََلة َ ت َ ْن َه َٰى َع ِن ْالفَحْ ش ِ ي إِلَيْكَ ِمنَ ْال ِكت َا
َّ ب َوأَقِ ِم ال
َّ ص ََلة َ ۖ إِ َّن ال ِ اتْ هل َما أ ه
َ وح
29:45 – َصنَعهون ْ َت
Artinya :
Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan dan
menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya adalah
sholat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia inilah penentu
kehidupan kita selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal
selamannya. Amalan perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun
neraka yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya.
Al Quran Surah Al Baqarah ayat 45
Ibarat orang mengatakan bahwa hidup didunia adalah permainan. Di dunia kita diuji
dengan waktu dan keadaan. Segalannya sudah diatur didalam Al-Qur’an bahwa manusia
bisa memilih untuk bersujud menyembahNya atau menjadi kafir. Jika di dunia ini kita
lolos dari ujian baik itu kemudahan atau kesulitan kita tetap menjaga iman dan taqwa kita,
kita dapat memenangkan surga, Begitu pula sebaliknya.
Segala amalan yang mengarahkan kita ke surga memang tidak mudah, terjal bak mawar
berduri. Kita akan banyak diuji didunia ini seperti mampukan kita menahan diri dari
perbuatan maksiat, mampukah kita mengorbankan harta kita untuk berjuang di jalan Allah,
mampukah kita menahan diri dari lisan yang kotor, menggunjing, menghasut dan
memfitnah, mampukah kita solat dan berpuasa dalam keadaan sulit sekalipun.
Khusyu dalam Sholat
Allah ta’ala berfirman, menceritakan tentang keadaan orang-orang yang beriman:
Dari solat yang benar dan khusyu akan merasuk ke jiwa dan hati terdalam, hati akan
menghayati dan memahami makna yang terkandung dari sholat tersebut, kemudian dari
pemahaman akan terlihat dari segala perbuatan kita yang menunjukkan bagaimana kualitas
sholat, ibadah dan perbuatan kita kepada Allah yang disebut habluminallah.
Hati yang selalu mengingat Allah akan tercermin dari aura, perkataan dan perbuatan kita
yang selalu terjaga dan dapat dikendalikan karena kita akan merasa takut jika tidak dapat
mengendalikan diri dari kemaksiatan, kita akan selalu merasa diawasi dari segala
perbuatan yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Sekecil apapun itu.
Mengenai salat fardu
Q.S. Ar-Rum/30: 17-18
ُ َّللاه ف
َسب ْٰحن ُ ص هب ُح ْونَ َو هحيْنَ ت ُ ْم
ٰ َس ْونَ هحيْن ْ ُت
Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari,
ُت فهى ْال َح ْمدُ َولَه ْ ُت
ظ هه ُر ْونَ َّو هحيْنَ َو َع هشيًّا َو ْاْلَ ْر ه
ض السَّمٰ ٰو ه
dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur
(tengah hari)
Hadis riwayat Ibnu Abbas r.a.
ع هه ْم ِإلَى ّللاه َع ْنهه ِإ َلى ْال َي َم ِن َف َقا َل ا ْد ه َّ يَ ض ِ ث هم َعاذًا َر َ س َّل َم َب َع َّ صلَّى
َ ّللاه َعلَ ْي ِه َو َ ي َّ ّللاه َع ْن هه َما أ َ َّن النَّ ِب
َّ يَ ض ِ َّاس َر ٍ َع ْن اب ِْن َعب
ت فِي هك ِل يَ ْو ٍم ٍ صلَ َواَ س َ ض َعلَ ْي ِه ْم َخ ْم َّ طاعهوا ِلذَلِكَ فَأ َ ْع ِل ْم هه ْم أَ َّن
َ ّللاَ قَدْ ا ْفت ََر َ َ ّللاِ فَإ ِ ْن هه ْم أ
َّ سو هل ّللاه َوأَنِي َر هَّ ش َهادَةِ أ َ ْن ََل ِإلَهَ ِإ ََّل
َ
) (رواه البخاري..…َولَ ْيلَ ٍة
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasannya Nabi saw. telah mengutus Muadz r.a. ke Yaman, lalu
beliau bersabda kepadanya “Ajaklah mereka (penduduk Yaman) untuk bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan sungguh aku adalah utusan Allah, jika mereka
menaatinya, maka beritahukan mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka lima
shalat dalam sehari semalam…. (HR. Al-Bukhari)
Mengenai salat sunnah
Disyari’atkannya Shalat Sunnah
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyari’atkan shalat sunnah untuk meningkatkan amal
manusia dan menutupi segala kekurangan dan kelalaian yang ada, sebagaimana hal itu
diperintahkan oleh Allah dalam Kitab-Nya yang agung, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
Menjalankan ibadah sholat juga harus dilakukan dengan ilmu. Artinya, anda harus tahu
tentang syarat wajib sholat. Setiap muslim yang memenuhi syarat sahnya sholat wajib
menjalankan ibadah sholat. Syarat wajib sholat diantaranya:
Sesudah tahu pengertian sholat serta syarat wajib sholat, anda harus tahu juga syarat sah
solat. Dibawah ini beberapa syarat syah sholat untuk dipahami setiap muslim yang
menjalankan kewajiban sholat:
Rukun salat
Setelah tahu tentang syarat sah sholat, sekarang akan dibahas tentang rukun sholat. Rukun
sholat harus di jalankan saat sholat dan harus tertib.
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإ ه ْن لَ ْم ت َ ْست هَط ْع فَ َعلَى َج ْنب، فَإ ه ْن لَ ْم ت َ ْست هَط ْع فَقَا هعدًا، ص هِّل قَائه ًما
َ
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk.
Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.”
“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar
shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan
salam. ” Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”.
Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun semakna.
Sholat juga bukan hanya sholat wajib saja melainkan juga sholat sunnah. Sholat fardhu
atau sholat wajib dijalankan 5 kali waktu dalam sehari dan wajib dikerjakan. Jadi, jika
ditinggalkan akan berdosa dan jika dijalankan akan mendapat pahala. Sholat yang
dikerjakan sebaiknya juga harus dilakukan dengan khusyu’ agar diterima Allah SWT.
Sedangkan sholat sunnah merupakan sholat yang lebih baik dikerjakan. Jadi, meskipun
tidak wajib dikerjakan, namun alangkah baiknya dikerjakan sebagai penambah amal
ibadah sebagai bentuk kecintaan terhadap Nabi Muhammad.
Shalat merupakan rukun kedua dari lima rukun Islam. Umat Islam sepakat bahwa
menjalankan ibadah shalat 5 waktu (subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya’) adalah
kewajiban. Tapi ternyata banyak perbedaan pada teknis pelaksanaan dari menjalankan
ibadah shalat itu, meskipun hukumnya sama-sama wajib.
Semua orang Islam sepakat bahwa orang yang menentang kewajiban shalat wajib lima
waktu atau meragukannya, ia bukan termasuk orang Islam, sekalipun ia
mengucapkan syahadat, karena shalat termasuk salah satu rukun Islam. (Mughniyah; Fikih
4 Madzhab 2001). Namun para ulama mazhab berbeda pendapat tentang hukum orang
yang meninggalkan shalat karena malas dan meremehkan, dan ia meyakini bahwa shalat
itu wajib.
Berikut ini pendapat 4 Imam Madzhab (Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’i) terkait
rukun-rukun dan fardhu-fardhu shalat :
1. NIAT
Semua ulama mazhab sepakat bahwa mengungkapkan niat dengan kata-kata tidaklah
diminta. (Mughniyah; 2001). Ibnu Qayyim berpendapat dalam bukunya Zadul Ma’ad,
sebagaimana yang dijelaskan dalam jilid pertama dari buku Al-Mughni, karya Ibnu
Qudamah, sebagai berikut : Nabi Muhammad saw bila menegakkan shalat, beliau
langsung mengucapkan “Allahu akbar” dan beliau tidak mengucapkan apa-apa
sebelumnya, dan tidak melafalkan niat sama sekali.
2. TAKBIRATUL IHRAM
Shalat tidak akan sempurna tanpa takbiratul ihram. Nama takbiratul ihram ini berdasarkan
sabda Rasulullah saw :“Kunci shalat adalah bersuci, dan yang mengharamkannya (dari
perbuatan sesuatu selain perbuatan-perbuatan shalat) adalah takbir, dan penghalalnya
adalah salam.”
Semua ulama mazhab sepakat : syarat takbiratul ihram adalah semua yang disyaratkan
dalamshalat. Kalau bisa melkitakannya dengan berdiri; dan dalam mengucapkan kata
“Allahu Akbar” ituharus didengar sendiri, baik terdengar secara keras oleh dirinya, atau
dengan perkiraan jika ia tuli.(Mughniyah; 2001)
3. BERDIRI
semua ulama mazhab sepakat bahwa berdiri dalam shalat fardhu itu wajib sejak mulai
dari takbiratul ihram sampai ruku’, harus tegap, bila tidak mampu ia boleh shalat dengan
duduk. Bila tidak mampu duduk, ia boleh shalat dengan miring pada bagian kanan, seperti
letak orang yang meninggal di liang lahat, menghadapi kiblat di hadapan badannya,
menurut kesepakatan semua ulama mazhab selain Hanafi.
Hanafi berpendapat : siapa yang tidak bisa duduk, ia boleh shalat terlentang dan
menghadap kiblat dengan dua kakinya sehingga isyaratnya dalam ruku’ dan sujud tetap
menghadap kiblat. . Hanafi : bila sampai pada tingkat ini tetapi tidak mampu, maka
gugurlah perintah shalat baginya, hanya ia harus melaksanakannya (meng-qadha’-nya)
bila telah sembuh dan hilang sesuatu yang menghalanginya. (Mughniyah;2001)
Syafi’i dan Hambali :shalat itu tidaklah gugur dalam keadaan apa pun. Maka bila tidak
mampu mengisyaratkan dengan kelopak matanya (kedipan mata), maka ia harus shalat
dengan hatinya dan menggerakkan lisannya dengan dzikir dan membacanya. Bila juga
tidak mampu untuk menggerakkan lisannya, maka ia harus menggambarkan tentang
melkitakan shalat di dalam hatinya selama akalnya masih berfungsi.
Maliki : bila sampai seperti ini, maka gugur perintah shalat terhadapnya dan tidak
diwajibkan mengqadha’-nya. (Mughniyah; 2001)
4. Membaca AL-FATIHAH
Hanafi :membaca Al-Fatihah dalam shalat fardhu tidak diharuskan, dan membaca bacaan
apa saja dari AlQuran itu boleh, berdasarkan Al-Quran surat Muzammil ayat 20 :
(Mughniyah; 2001). ”Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Quran,” (Bidayatul
Mujtahid, Jilid I, halaman 122, dan Mizanul Sya’rani, dalam bab shifatus shalah).Boleh
meninggalkan basmalah, karena ia tidak termasuk bagian dari surat. Dan tidak
disunnahkan membacanya dengan keras atau pelan. Orang yang shalat sendiri ia boleh
memilih apakah mau didengar sendiri (membaca dengan perlahan) atau mau didengar oleh
orang lain (membaca dengan keras), dan bila suka membaca dengan sembunyi-sembunyi,
bacalah dengannya. Dalam shalat itu tidak ada qunut kecuali pada shalat witir. Sedangkan
menyilangkan dua tangan adalah sunnah bukan wajib. Bagi lelaki adalah lebih utama bila
meletakkan telapak tangannya yang kanan di atas belakang telapak tangan yang kiri di
bawah pusarnya, sedangkan bagi wanita yang lebih utama adalah meletakkan dua
tangannya di atas dadanya. (Mughniyah; 2001)
Syafi’i :membaca Al-Fatihah adalah wajib pada setiap rakaat tidak ada bedanya, baik pada
dua rakaat pertama maupun pada dua rakaat terakhir, baik pada shalat fardhu maupun
shalat sunnah. Basmalah itu merupakan bagian dari surat, yang tidak boleh ditinggalkan
dalam keadaan apa pun. Dan harus dibaca dengan suara keras pada shalat subuh, dan dua
rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’, selain rakaat tersebut harus dibaca dengan
pelan. Pada sholat subuh disunnahkan membaca qunut setelah mengangkat kepalanya dari
ruku’ pad rakaat kedua sebagaimana juga disunnahkan membaca surat Al-Quran setelah
membaca Al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama saja. Sedangkan menyilangkan dua
tangan bukanlah wajib, hanya disunnahkan bagi lelaki dan wanita. Dan yang paling utama
adalah meletakkan telapak tangannya yang kanan di belakang telapak tangannya yang kiri
di bawah dadanya tapi di atas pusar dan agak miring ke kiri. (Mughniyah; 2001)
Maliki :membaca Al-Fatihah itu harus pada setiap rakaat, tak ada bedanya, baik pada
rakaat-rakaat pertama maupun pada rakaat-rakaat terakhir, baik pada shalat fardhu maupun
shalat sunnah, sebagaimana pendapat Syafi’i, dan disunnahkan membaca surat Al-Quran
setelah Al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama.
Basmalah bukan termasuk bagian dari surat, bahkan disunnahkan untuk ditinggalkan.
Disunnahkan menyaringkan bacaan pad shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat
maghrib dan isya’, serta qunut pada shalat subuh saja. Sedangkan menyilangkan kedua
tangan adalah boleh, tetapi disunnahkan untuk mengulurkan dua tangan pada shalat
fardhu. (Mughniyah; 2001)
Hambali : wajib membaca Al-Fatihah pada setiap rakaat, dan sesudahnya disunnahkan
membaca surat AlQuran pada dua rakaat yang pertama. Dan pada shalat subuh, serta dua
rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’ disunnahkan membacanya dengan nyaring.
Basmalah merupakan bagian dari surat, tetapi cara membacanya harus pelan-pelan dan
tidak boleh dengan keras. Qunut hanya pada shalat witir bukan pada shalat-shalat lainnya.
Sedangkan menyilangkan dua tangan disunahkan bagi lelaki dan wanita, hanya yang
paling utama adalah meletakkan telapak tangannya yang kanan pada belakang telapak
tangannya yang kiri, dan meletakkan di bawah pusar.
Empat mazhab menyatakan bahwa membaca amin adalah sunnah, berdasarkan hadits
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda : kalau ingin mengucapkan Ghairil
maghdzubi ’alaihim waladzdzaallin, maka kalian harus mengucapkan amin.”
5. RUKU’
Semua ulama mazhab sepakat bahwa ruku’ adalah wajib di dalam shalat. Namun mereka
berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya ber-thuma’ninah di dalam ruku’, yakni
ketika ruku’ semua anggota badan harus diam, tidak bergerak.
Hanafi : yang diwajibkan hanya semata-mata membungkukkan badan dengan lurus, dan
tidak wajib thuma’ninah. Mazhab-mazhab yang lain : wajib membungkuk sampai dua
telapak tangan orang yang shalat itu berada pada dua lututnya dan juga diwajibkan ber-
thuma’ninah dan diam ketika ruku’.
Semua ulama mazhab sepakat bahwa sujud itu wajib dilkitakan dua kali pada setipa
rakaat. Mereka berbeda pendapat tentang batasnya. (Mughniyah; 2001)
Maliki, Syafi’i, dan Hanafi : yang wajib (menempel) hanya dahi, sedangkan yang lain-
lainnya adalah sunnah.
Hambali :yang diwajibkan itu semua anggota yang tujuh (dahi, dua telapak tangan, dua
lutut, dan ibu jari dua kaki) secara sempurna. Bahkan Hambali menambahi hidung,
sehingga menjadi delapan.
Perbedaan juga terjadi pada tasbih dan thuma’ninah di dalam sujud, sebagaimana dalam
ruku’. Maka mazhab yang mewajibkannya di dalam ruku’ juga mewajibkannya di dalam
sujud. Hanafi : tidak diwajibkan duduk di antara dua sujud itu. Mazhab-mazhab yang lain :
wajib duduk di antara dua sujud. (Mughniyah; 2001)
8. TAHIYYAT
10. tertib
Diwajibkan tertib antara bagian-bagian shalat. Maka takbiratul Ihram wajib didahulukan
dari bacaan Al-Quran (salam atau Al-Fatihah), sedangkan membaca Al-Fatihah wajib
didahulukan dari ruku’, dan ruku’ didahulukan daru sujud, begitu seterusnya.
Berturut-turut
diwajibkan mengerjakan bagian-bagian shalat secara berurutan dan langsung, juga antara
satu bagian dengan bagian yang lain. Artinya membaca Al-Fatihah langsung setelah
bertakbir tanpa ada selingan. Dan mulai ruku’ setelah membaca Al-Fatihah atau ayat Al-
Quran, tanpa selingan, begitu seterusnya. Juga tidak boleh ada selingan lain, antara ayat-
ayat, kalimat-kalimat, dan huruf-huruf.
Fardu,Salatfardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat fardhu terbagi
lagi menjadi dua, yaitu:
Farduain adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan dengan
dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti salat
lima waktu, dan salat Jumat (fardhu 'ain untuk pria).
Fardukifayah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan
dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang
mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib
mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan, seperti salat jenazah.
Salat berjamaah
Pada salat berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai
imam salat, dan yang lain akan berlaku sebagai makmum.
Salat yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri antara lain: Salat fardu, Salat
tarawih.
Salat yang harus dilakukan berjamaah antara lain: Salat Jumat, Salat Hari Raya (Ied), Salat
Istisqa'.
Yaitu salat yang tidak wajib berjamaah tetapi sebaiknya berjamaah yaitu Salat dalam
kondisi khusus. Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi
keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan
(safar). Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan
melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka
ia diperbolehkan salat denganberbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan
gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat. Sedangkan bila seseorang sedang
dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan (jamak) atau meringkas (qashar)
salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua salat pada satu waktu yakni salat
zuhur dengan salat asar atau salat magrib dengan salat isya. Mengqasar salat berarti
meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.
Adapun secara istilah, Syekh Muhammad bin Qasim al-Gharabili (w. 918H) dalam kitab
Fathul Qarib (Surabaya: Harisma, 2005), hal. 11 menyebutkan:
َ مختتمةٌ بالتسليم بشَرائ، أقوا ٌل وأفعال همفت َت َحةٌ بالتكبير: كما قال الرافعي- وشرعا
1. ط مخصوص ٍة
“Dan secara (istilah) syara’–sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ar-Rofi’i, (shalat
ialah) rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir, diakhiri dengan salam,
beserta syarat-syarat yang telah ditentukan”.
Dari dua pemaknaan tersebut kita bisa menemukan titik temu yakni di dalam shalat yang
kita kenal, memang terdapat banyak sekali terkandung doa. Selain do'a, sholat pun
memiliki hilmah yang tercantum atas ketertiban bagaimana sholat itu dilakukan, hal ini
menandakan sebuah keteraturan dalam tindakan yang religius. Terlebih pada ujungnya
sholat memiliki fungsi moral yang memperhalus budi pekerti manusia, dan
menjauhkannya dari amal perbuatan yang tercela. Seperti yang tercantum pada Al-Qura'an
surat Al Ankabut.
2. َاء َو ْال هم ْنك َِر
ِ ت َ ْن َهى َع ِن ْالفَحْ ش
“Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar” (Al-Ankabut)
Demikian pemaparan secara mutlak dan jelas oleh Al Qur'an tentang sholat sebagai ibadah
yang mencegah kemungkaran.
BAB III
KESIMPULAN
Ibadah adalah pernyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh
peraturan agama. Untuk itu Shalat termasuk kedalam Ibadah dalam agama Islam. Umat
Muslim diwajibkan untuk shalat 5 waktu (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.
Adapun sejarahnya terkait shalat 5 waktu ini, pada awalnya umat muslim belum
diwajibkan untuk shalat 5 waktu, menurut para ulama, pada masa itu shalat malam adalah
yang diwajibkan, lalu shalat 5 waktu baru saja diwajibkan ketika Rasulullah melakukan
perjalanan Isra’ dan Mi’raj. Kemudian Allah memberikan keringanan dengan menghapus
shalat malam sebagai kewajiban dengan qiyamul lail atau menghidupkan sebagian malam
dengan beribadah seperti shalat malam, membaca al-Qur’an, berdzikir, dan lain
sebagainya seperti yang diperintahkan Allah dalam surat Al-Muzzammil ayat 20.
Pada saat Rasulullah menerima perintah shalat pertama kali, Allah memberikan
perintah untuk shalat 50 waktu dalam sehari. Rasulullah pun menerima perintah tersebut.
Pada saat Rasulullah dalam perjalanan kembali ke Bumi untuk menyampaikan perintah
Allah, di langit keenam, Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa, kemudian beliau bertanya
kepada Rasulullah perintah apakah yang diberikan kepada Rasulullah, lalu Rasulullah
menjawab dengan mengatakan Allah memerintahkan untuk melaksanakan lima puluh kali
shalat dalam sehari semalam, kemudian Nabi Musa menasihati Nabi Muhammad dengan
berkata “Umatmu tak kan mampu melakukan lima puluh kali shalat setiap hari, karena
saya telah mencobanya pada umat sebelum umatmu. Dan aku telah membina Bani Israil
dengan susah payah. Kembalilah kepada Tuhanmu. Mintalah keringanan untuk umatmu.”
Kemudian Rasulullah kembali menghadap Allah SWT untuk meminta keringanan, lalu
Allah SWT mengurangi 10 dari yang diwajibkan, Rasulullah kembali turun, lalu bertemu
kembali dengan Nabi Musa dan beliau menyarankan hal yang sama (untuk meminta
keringanan lagi) hingga pada akhirnya Rasulullah menerima perintah shalat wajib 5 kali
dalam sehari.
DAFTAR PUSTAKA
Hafizullah. 2016. Memahami Hadits dan Dalil Al-quran dan Af’al Al Rasul dan
Tanawwul’ Al Ibadah. Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bondjol. Padang.
Zaitun, Siti Habiba. 2013. Implementasi Shalat Fardhu Sebagai Sarana Pembentuk
Karakter Mahasiswa. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Ma;rufah, Yuanita. 2015. Manfaat Shalat Terhadap Kesehatan Mental Dalam Al – quran
dan Hadits. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.