Anda di halaman 1dari 16

KESALAHAN DIKSI BAHASA INDONESIA DALAM WAWANCARA

DENGAN PEMAIN SEPAKBOLA NATURALISASI ASAL BELANDA

Ray Ardi Putra1,


Rayardip1000@upi.edu |
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
Pemain sepakbola naturalisasi yang ada di persepakbolaan Indonesia merupakan
Warga negara Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan
penduduk asli Indonesia. Salah satu kewajibannya adalah menggunakan dan
menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
persatuan. Namun, pemain sepakbola naturalisasi merupakan penutur asing yang
berarti bahasa Indonesia bukan bahasa pertamanya sehingga masih terdapat
kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia terutama kesalahan diksi. Tulisan
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan objek penelitian video
wawancara dengan pemain sepakbola naturalisasi asal Belanda isinial MK.
Terdapat kesalahan penggunaan diksi bahasa Indonesia yang ditemukan,
diantaranya kesalahan diksi kebakuan kata (2), kecermatan kata (9), ketepatan
kata (9), kelaziman kata (4), dan keserasian kata (8) dan faktor kesalahan diksi
yang berupa lapses, error, dan mistake.
Kata kunci: Bahasa Indonesia, Diksi, Sepakbola

ABSTRACT
Naturalized football players in Indonesian football are Indonesian citizens who
have the same rights and obligations as native Indonesians. One of its obligations
is to use and uphold Indonesian as a national language and a language of unity.
However, naturalized football players are foreign speakers which mean
Indonesian is not their first language so there are still errors in the use of
Indonesian especially diction errors. This paper uses a qualitative research method
with the object of research video interviews with the inital MK, the naturalized
football player from the Netherlands. There are errors in the use of diction
Indonesian found, including diction errors in word stickiness (2), word accuracy
(9), word accuracy (9), word prevalence (4), and word compatibility (8) and
diction error factors in the form of lapses, errors, and mistakes.
Key Words: Indonesia, diction, Football

PENDAHULUAN
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang berkedudukan paling tinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Nurhapitudin dan Hamdani (2016, p. 353) bahwa setiap masyarakat
Indonesia yang berada di berbagai daerah tetap menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa yang berada di barisan paling depan. Maka dari itu, seluruh warga
negara Indonesia wajib untuk menguasai dan selalu mengutamakan bahasa
Indonesia sebagai identitas bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga merupakan
bahasa persatuan karena negara Indonesia memiliki banyak bahasa, sehingga
untuk kepentingan yang berskala nasional maka diperlukan menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Maka dari itu penggunaan bahasa
Indonesia merupakan sesuatu yang sangat penting dan bahasa Indonesia wajib
dijunjung tinggi terutama oleh warga negara Indonesia.
Warga negara Indonesia tidak hanya masyarakat asli Indonesia yang lahir
dan sudah menetap lama di Indonesia, namun diaspora juga termasuk warga
negara Indonesia. Adapun penjelasan mengenai diaspora menurut Ramadani dkk
(2022, p. 334) bahwa banyaknya diaspora Indonesia di seluruh dunia diperkirakan
mencapai delapan juta orang yang tidak hanya merepresentasikan banyaknya
Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri, melainkan juga
individu yang memiliki garis keturunan Indonesia. Dengan demikian, dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa diaspora adalah seseorang yang
memiliki hubungan dengan suatu negara meski orang tersebut tidak lahir, atau
tinggal di negara tersebut. Salah satu kategori diaspora adalah warga negara yang
mendapatkan kewarganegaraanya dengan cara naturalisasi.
Naturalisasi dalam konteks kependudukan adalah proses pergantian
kewarganegaraan dengan mengganti kewarganegaraan sebelumnya dengan
kewarganegaraan yang baru. Definisi tersebut didukung oleh Syahrin (2019, p.
36) bahwa proses naturalisasi atau pewarganegaraan juga dapat diartikan sebagai
suatu proses perubahan status dari penduduk asing menjadi warga negara dari
suatu negara yang mana seseorang harus terlebih dahulu memenuhi seluruh
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan pewarganegaraan dan hukum dari
negara yang dituju. Hingga saat ini, banyak warga negara Indonesia yang
mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan proses naturalisasi diantaranya
berprofesi sebagai pemain sepakbola profesional.
Indonesia memiliki banyak pesepakbola naturalisasi dari berbagai negara
yang diantaranya dari Uruguay, Jerman, Montenegro, Brasil, Spanyol, dan
Belanda yang menjadi penyumbang pemain naturalisasi terbanyak hingga saat ini.
Pemain naturalisasi di Indonesia sangatlah banyak karena pada saat itu siapapun
yang memenuhi syarat dan berminat menjadi warga negara Indonesia (WNI)
dapat dengan mudah mendapat kewarganegaraan Indonesia. Namun, dewasa ini,
naturalisasi untuk kepentingan sepakbola hanya diperuntukan bagi pemain
sepakbola diaspora yang memiliki darah atau garis keturunan Indonesia. Dengan
demikian, pemain sepakbola naturalisasi yang ada di persepakbolaan Indonesia
berstatus sebagai warga negara Indonesia yang berarti para pemain naturalisasi
tersebut memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti warga negara Indonesia
lainnya. Salah satu kewajibannya adalah menguasai bahasa Indonesia.
Pemain naturalisasi yang mempelajari bahasa Indonesia sama halnya
dengan mempelajari bahasa Indonesia untuk Penutur Asing atau lebih dikenal
dengan (BIPA). Program BIPA diimplementsikan sebagai program pengajaran
bahasa Indonesia dengan tujuan utama yaitu bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional dengan banyak penutur tidak hanya masyarakat Indonesia saja,
melainkan masyarakat internasional. Bagi masyarakat internasional atau orang
asing, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua setelah bahasa ibu atau mother
tongue dari negara asalnya. Maka dari itu pembelajaran BIPA yang dalam hal ini
pemelajarnya merupakan orang asing akan berbeda dengan pengajaran bahasa
Indonesia untuk masyarakat Indonesia sebagai penutur jati. Dalam
penembelajaran BIPA, pemelajar diarahkan untuk menguasai kaidah bahasa
Indonesia termasuk unsur budaya masyarakat Indonesia yang melekat dalam
bahasa Indonesia.
Salah satu upaya untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia adalah dengan
proses internasionalisasi bahasa Indonesia. Hal tersebut juga didukung oleh
Rohimah (2018, p. 200) bahwa ada berbagai hal yang dapat dilaksanakan sebagai
upaya proses internasionalisasi bahasa Indonesia, salah satu cara internasionalisasi
bahasa Indonesia yaitu melalui program BIPA (Bahasa Indonesia Bagi Penutur
Asing). Dengan kata lain memperkenalkan bahasa Indonesia ke dunia
internasional sehingga bahasa Indonesia memiliki banyak penutur dari masyarakat
internasional. Salah satu upaya untuk internasionalisasi bahasa Indonesia dengan
melalui program pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).
BIPA tidak hanya diajarkan kepada orang asing non-WNI saja, namun
BIPA juga diajarkan kepada diaspora, dalam hal ini diaspora yang dimaksud
merupakan pemain sepakbola naturalisasi. Bagi pemain sepakbola naturalisasi,
bahasa Indonesia merupakan bahasa yang baru dan sifatnya wajib untuk dikuasai
dan selalu dipakai sebagai identitas bangsa. Sama halnya dengan penutur asing
pada umumnya, bahasa Indonesia bagi pemain sepakbola naturalisasi harus
dipelajari dari hal dasar. Namun, kemampuan bahasa Indonesia beberapa pemain
sepakbola naturalisasi masih belum lancar, sehingga terkadang seorang pemain
sepakbola naturalisasi selalu salah dalam penggunaan diksi terutama dalam
berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
Maka dari itu, penggunaan diksi merupakan hal dasar dalam tatanan
bahasa sehingga dengan penggunaan diksi yang benar, sebuah ungkapan atau
tuturan dalam suatu bahasa dapat diterima karena masuk akal dan juga ungkapan
atau tuturan tersebut menjadi bermakna. Salah satu contoh kesalahan penggunaan
diksi yang salah diutarakan pemain sepakbola naturalisasi dari Belanda inisial
MK. Beliau mengucapkan kalimat tuturan “Saya lapar akan prestasi Bersama
TIMNAS.”. Diksi yang digunakan dalam kalimat tersebut kurang tepat, seharusnya
diksi yang tepat untuk kalimat tersebut yaitu “Saya haus akan prestasi Bersama
TIMNAS.”

Diksi
Diksi memiliki tiga simpulan utama seperti yang tejelaskan oleh Keraf
(2010, p. 24) pertama, diksi yaitu pengertian kata-kata yang digunakan untuk
menyampaikan suatugagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan kata yang tepat, dan gaya bahasa yang tepat
digunakan dalam situasi dan kondisi tertentu. Kedua, diksi merupakan
kemampuan membedakan nuansa-nuansa makna secara tepat dari suatu gagaasan
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk kata atau
ungkapan yang sesuai dengan situasi, kondisi dan nilai rasa yang dimiliki suatu
kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, penguasaan kosa kata yang
mempengaruhi penggunaan diksi dengan tepat dan sesuai.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan diksi baik
dalam tulisan atau tuturan. Hal-hal tersebut adalah syarat yang wajib dipenuhi
dalam penggunaan diksi, diantaranya:
1. Kebakuan kata
Penggunaan diksi yang benar harus berdasarkan pada kata yang baku dan sesuai
dengan kaidah bahasa.
2. Kecermatan kata
Penggunaan diksi yang cermat yaitu penggunaan kata yang dalam konteksnya
tidak kurang, tidak lebih, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.
3. Ketepatan kata
Kata yang tepat adalah kata yang dapat diketahui berdasarkan distribusinya dan
kolokasinya dengan kata disampingnya baik kanan atau di kiri kata tersebut.
4. Kelaziman kata
Suatu kata dikatakan lazim apabila penggunaan kata tersebut dapat diterima oleh
umum, atau dalam hal ini penutur asli.
5. Keserasian kata
Kata yang serasi adalah kata yang memiliki makna semantic dengan kata lainnya
dalam suatu konteks.(Saryono & Soedjito, 2011, pp. 47–64).
Penggunaan diksi tidak hanya focus kepada apakah pilihan kata tersebut
benar atau tidak, namun diksi juga berpengaruh terhadap pemaknaan suatu
kalimat atau tuturan. Keraf (2010, p. 24) menekankan bahwa penggunaan diksi
tidak hanya serta merta mempersoalkan pemakaian kata dengan tepat, namun
penggunaan diksi juga harus mempertimbangkan apakah diksi tersebut dapat
diterima dan tidak merusak makna. Dengan demikian, suatu kata yang ditujukan
untuk menyampaikan pesan tertentu belum tentu diterima oleh mitra tutur, hal ini
karena masyarakat memiliki norma yang menghendaki suatu kata cocok atau
serasi harus sesuai dengan situasi yang terjadi.
Dengan penelitian data faktual tersebut penulisan studi mengenai diksi
dilakukan. Tujuan penulisan studi ini sebagai kajian terhadap kesalahan diksi
pesepakbola naturalisasi Indonesia.
Kajian studi ini tidak terlepas dari studi yang ada sebelumnya terutama
studi yang mengenai topik BIPA dan juga kebahasaan. Beberapa studi yang
menjadi landasan atau inspirasi dalam penulisan studi ini diantaranya adalah studi
yang ditulis oleh Lely Kartikasari dam Imam Suyitno dengan judul “Kesalahan
Penggunaan Diksi dalam Tuturan Mahasiswa Asing UM Saat Pembelajaran
BIPA Tahun 2018.” Studi tersebut menitikberatkan pada kesalahan penggunaan
diksi pemelajar BIPA. Data dalam studi tersebut beripa tuturan mahasiswa asing
baik dengan pengajar maupun sesama tutor dengan hasil penelitian yang
ditemukan berupa kesalahan diksi kebakuan kata, kecermatan kata, ketepatan
kata, kelaziman kata, dan keserasian kata.
Kajian studi kedua yang menjadi landasan dalam studi ini yaitu kajian
studi yang ditulis oleh Mokh. Yahya, Andayani, dan Kundharu Saddhono (2018)
yang berjudul “Hubungan Penguasaan Kosakata dengan Kesalaha Diksi Kalimat
Bahasa Indonesia Mahasiswa BIPA Level Akademik.
METODE PENELITIAN
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah video wawanara dengan
pemain sepakbola naturalisasi asal Belanda yang sedang memperkuat Tim
Nasional Indonesia dalam kanal YouTube federasi sepakbola Indonesia. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif karena analisis atau interpretasi menjadi fokus penelitian ini. Menurut
Milles, Huberman, & Saldana (2014, p. 10), data kualitatif pada dasarnya sangat
cocok untuk menemukan makna yang diletakkan orang pada aktivitas, prosedur,
dan sistem kehidupan mereka dan untuk menghubungkan makna-makna ini
dengan lingkungan sosial di sekitar mereka. Lebih lanjut, Creswell (2009, p. 4)
menyatakan penelitian kualitatif adalah bentuk penelitian yang digunakan untuk
menjelaskan konteks individu atau kelompok yang terkait dengan masalah sosial
dan selalu berhubungan dengan manusia.
Beberapa data dikumpulkan dan tiap makna data akan ditafsirkan.
Mengaitkan pada penjelasan sebelumnya, penelitian kualitatif ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini. Lambert menyatakan (2013, p.
255) bahwa studi deskriptif kualitatif cenderung berdasar pada penelitian
naturalistik yang dianggap berkomitmen untuk mempelajari sesuatu yang lain
dalam keadaan alaminya sejauh mungkin dalam konteks bidang penelitian.
Dengan demikian, penelitian deskiptif kualitatif mengkaji fenomena alamiah yang
didokumentasikan secara tertulis atau digital.
Penulis menggunakan metode analisis dokumen dalam penelitian ini
sebagai metode penelitian kualitatif deskriptif. Analisis dokumen berdasarkan
Bowen (2009) analisis dokumen adalah metode analisis untuk meninjau dan
mengevaluasi dokumen baik cetak maupun digital. Teknik analisis data dilakukan
setelah Teknik pengumpulan data yang sudah disortir. Data berupa tuturan dalam
video wawancara pemain sepakbola naturalisasi Indonesia asal Belanda. Lalu,
tahap selanjutnya yaitu tahap reduksi data yang dilalui menjadi tiga tahap, yaitu
identifikasi, pengkodean, dan klasidikasi data. Setelah itu proses selanjutnya yaitu
proses penyajian data.
PEMBAHASAN
Analisis data akan dipaparkan pada bagian pembahasan. Data yang
diperoleh merupakan video dari kanal YouTube resmi federasi sepakbola
Indonesia dalam sesi wawancara pemain sepakbola naturalisasi Indonesia dari
Belanda. Video tersebut dapat dilihat pada tautan berikut
https://youtu.be/1Vi0xqHZPnc.
Kesalahan Penggunaan Diksi
Kesalahan diksi yang ditemukan dalam studi ini berdasarkan pada syarat-
syarat yang wajib dipenuhi dalam penggunaan diksi, yang diantaranya: kebakuan,
kecermatan, ketepatan, kelaziman, dan keserasian. Dalam satu kalimat tuturan
yang diucapkan pemain sepakbola naturalisasi tersebut terdapat satu atau lebih
dari satu kesalahan penggunaan diksi. Pertanyaan wawancara ditampilkan dalam
bentuk tulisan
1. Pewawancara: “Bagaimana rasanya kembali memperkuat Indonesia?”
MK: “Proses semua tau sedikit lama.” (0:37 – 0:41)
Kesalahan penggunaan diksi terdapat pada kalimat “Proses semua tau
sedikit lama.” Dalam wawancara tersebut, pewawancara bertanya mengenai
perasaanya memperkuat TIMNAS Indonesia kembali, dan MK menjelaskan
prosesnya menjadi pemain sepakbola naturalisasi Indonesia. Dalam kalimat
tersebut, terdapat dua kesalahan diksi, yaitu kesalahan diksi ketepatan kata dan
kesalahan diksi keserasian kata. Pada klausa “Proses semua tau” kesalahan
penggunaan diksi ketepatan kata terdapat pada kata ’proses’. Seharusnya
ditambahkan imbuhan (suffix) ‘-nya’ sehingga kata teersebut menjadi ‘prosesnya’.
Sedangkan pada frase “sedikit lama” terdapat kesalahan penggunaan diksi
keserasian kata. Kesalahan tersebut terdapat pada kata ‘sedikit’ yang seharusnya
digantikan dengan kata ‘agak’. Kata ‘agak’ selalu digunakan sebagai penjelas
dari kata yang berkategori kata sifat atau adjective. Sehingga kalimat yang benar
seharusnya adalah “Prosesnya semua tau agak lama.”

2. Pewawancara: “Bagaimana kondisi kamu saat ini?”


MK: “Lapar untuk ambil prestasi tinggi Bersama TIMNAS.” (1:13 – 1:18)
Konteks wawancara tersebut terjadi saat MK ditanya mengenai
kondisinya, lalu MK menjawab dengan tuturan tersebut yang menandakan dirinya
sangat berambisi untuk meraih prestasi Bersama TIMNAS Indonesia. Dalam
kalimat tersebut terdapat kesalahan diksi kelaziman kata dan ketidaktepatan kata.
Kesalahan kelaziman kata terdapat pada kata ‘lapar’. Setelah kata ‘lapar’ terdapat
klausa “untuk ambil prestasi”. Kesalahan tersebut merupakan kesalahan kata
dalam penggunaan idiom. Maka dari itu, kata ‘lapar’ dalam idiom tersebut tidak
lazim digunakan dalam kalimat konteks kalimat tersebut meskipun kata ‘lapar’
diakui oleh masyarakat Indonesia, seharusnya kata yang tepat untuk kalimat
tersebut yaitu kata ‘haus’.
Selanjutnya, kesalahan diksi keserasian kata dalam kalimat tersebut yaitu
terdapat pada kata ‘ambil’ dalam kalimat “Lapar untuk ambil prestasi tinggi
Bersama TIMNAS.’ Penggunaan kata ‘ambil’ tidak tepat digunakan jika
digunakan dalam konteks mendapatkan prestasi. Kata yang seharusnya digunakan
yaitu kata ‘raih’. Maka dari itu, kalimat yang benar menjadi “Haus untuk raih
prestasi tinggi Bersama TIMNAS.”

3. Pewawancara: “Awal mula tertarik menjadi pemain [sepak] bola?”


MK: “Saya mulai bola saya umur empat.” (1:26 – 1:31)
Konteks dalam tuturan tersebut yaitu pewawancara bertanya mengenai
alasan MK menjadi pemain sepakbola, lalu MK menjawab dengan kalimat tuturan
tersebut. Dalam kalimat tuturan “Saya mulai bola saya umur 4.” Terdapat
kesalahan penggunaan diksi kategori keccermatan kata dan juga kebakuan kata.
Pada klausa “Saya mulai bola” terdapat kesalahan kebakuan kata. Kata “bola”
dalam klausa tersebut seharusnya menjadi kata ‘sepakbola’ sebagai indikasi jenis
olahraga yang ditekuni. Kesalahan kedua dalam frase tersebut yaitu kesalahan
diksi kecermatan kata yaitu kurangnya kata kerja dalam klausa tersebut. Kata
kerja yang tepat untuk mengisi klausa tersebut yaitu kata kerja ‘bermain’ yang
terletak diantara kata ‘mulai’ dan kata ‘bola’. Maka dari itu, klausa tersebut
seharusnya menjadi “Saya mulai bermain sepakbola”.
Kesalahan diksi kecermatan kata juga terdapat diantara dua klausa “Saya
main bola” dan “saya umur empat’ sehingga kalimat tersebut tidak efektif dan
memerlukan kata hubung untuk menghubungkan klausa tersebut. Kata hubung
yang tepat untuk menghubungkan kedua klausa tersebut yaitu kata ‘ketika’
sebagai penjelas waktu.
Dalam frase “umur empat” terdapat kesalahan penggunaan diksi kategori
kebakuan kata dan kecermatan kata. Kata ‘umur’ merupakan kesalahan
penggunaan diksi kategori kebakuan kata, sehingga kata umur dapat digantikan
kata ‘usia’ yang merupakan kata baku. Sedangkan kesalahan penggunaan diksi
kategori kecermatan kata dalam frase “umur empat”. Dalam frase tersebut
seharusnya menggunakan kata ‘tahun’ yang merupakan kata pelengkap dari kaa
nomina ‘empat’. Kalimat dengan penggunaan diksi yang benar yaitu “Saya mulai
bermain sepakbola Ketika saya usia empat tahun.”

4. Pewawancara: “Bagaimana perjalanan karirmu sejauh ini?”


MK: “Juni sedikit gila juga.” (2:19 – 2:22)
MK: “Saya tidak pikir saya main di Indonesia” (2:25 – 2:28)

Pewawancara bertanya pada MK mengenai karirnya, dan MK menjawab


dengan sangat sedikit berekspresi. Jawaban MK dalam kalimat tuturan tersebut
tersebut sulit dipahami maknanya secara semantis dan secara logika. Selain itu
juga, dalam kelimat tersebut terdapat kesalahan diksi yaitu kategori kelaziman
kata. Kalimat tuturan tersebut yaitu “Juni sedikit gila.” terdapat kata ‘Juni’ yang
merupakan nama bulan, namun kata tersebut tidak lazim dipakai sebagai ekspresi
terhadap sesuatu. Kalimat tersebut juga tidak akan berterima dengan kata ‘Juni’
didalamnya. Seharusnya kata ‘Juni’ dapat diganti dengan frase “Jujur ini”
sehingga makna kalimat tuturan tersebut dapat berterima.
MK menjelaskan perjalanan karirnya sebagai jawaban untuk pertanyaan
pewawancara. Namun, jawaban MK dalam kalimat tuturan itu terdapat kesalahan
diksi kecermatan kata. dalam kalimat tuturan tersebut. Kesalahan diksi ketepatan
kata yang nampak pada kalimat tersebut yaitu tidak ada imbuhan yang sesuai pada
kata ‘pikir’ dan kata ‘main’. Imbuhan yang tepat untuk kedua kata tersebut yaitu
imbuhan ‘-ber’ sehingga kedua kata dasar tersebut berubah menjadi kata
‘berpikir’ dan kata ‘bermain’.
Selain itu, diperlukan juga kata hubung atau konjungsi untuk
menghubungkan klausa “Saya tidak pikir” dan klausa “saya main di Indonesia”.
Konjungsi yang tepat untuk penghubung dua klausa tersebut yaitu kata ‘bahwa’.
Lalu, sebelum kata kerja ‘main’, diperlukan konjungsi yaitu kata ’akan’ yang
berfungsi untuk menjelaskan kebutuhan dan kemungkinan. Dengan demikian,
kalimat tersebut setelah diperbaiki kesalahan diksinya menjadi “Saya tidak
berpikir bahwa saya akan bermain di Indonesia.”
5. Pewawancara: “Siapa yang pertama kali mengenalkan sepakbola?
MK: “Ayah saya, dia dari umur kecil sering bawa saya pakai bola.” (3:00 –
3:05)
MK ditanya oleh pewawancara mengenai orang yang memperkenalkanya
pada sepakbola, lalu MK menjawab dengan kalimat tuturan tersebut. Jawaban
MK dalam kalimat tuturan tersebut terdapat kesalahan diksi yaitu kesalahan
diksi kecermatan kata, kesalahan diksi kelaziman kata, dan kesalahan diksi
keserasian kata. Kesalahan diksi keserasian kata dtemukan pada klausa “dari
umur kecil”. Kata ‘dari’ digunakan untuk menyatakan lokasi yang telah
dikunjungi. Kata ‘dari’ dalam frase tersebut seharusnya menjadi kata ‘sejak’
yang selalu digunakan untuk menyatakan waktu. Lalu, terdapat kesalahan diksi
ketepatan kata, yang mana kata ‘umur’ dalam kalimat tersebut tidak sesuai
dengan kata selanjutnya yaitu ‘kecil’, namun kata ‘umur’, berterima bagi
masyarakat umum. Maka dari itu, dibutuhkan subjek untuk menjelaskan kata
‘kecil’, sehingga kata yang tepat untuk mengganti kata ‘umur’ yaitu kata ‘saya’
sebagai subjeknya.
Selanjutnya, kesalahan diksi kelaziman kata dalam kalimat tersebut yaitu
terdapat pada klausa “dia sering bawa saya pakai bola”. Kesalahan diksi
keserasian kata pertama ditemukan pada kata ‘bawa’. Kata bawa biasanya
dipakai untuk benda mati, sedangkan dalam kalimat tersebut terdapat subjek
“saya’ yang merupakan manusia. Maka dari itu, kata yang tepat untuk
menggantikan kata ‘bawa’ yaitu kata ‘ajak’. Sedangkan kesalahan kedua kalimat
tersebut yaitu pada kata ‘pakai’. Kata pakai digunakan untuk merujuk
penggunaan barang, namun dalam kalimat tersebut jika dihubungkan dengan
klausa sebelumnya karena ada subjek yaitu ‘saya’ dan setelahnya ada kata benda
yaitu ‘bola’ sehingga kata ‘pakai’ harus diganti dengan kata kerja yang tepat
untuk mengganti kata ‘pakai’ yaitu kata ‘bermain’. Dengan demikian, kalimat
tuturan tersebut dengan diksi yang benar yaitu “Ayah saya, sejak saya kecil, dia
sering ajak saya bermain bola.”

6. Pewawancara: “Orang yang paling berpengaruh dalam karir?”


MK “David Beckham, kalau saya selalu lihat dia waktu saya kecil.” (4:03 – 4:
06)
MK: “Saya mau pemain professional, pemain top seperti dia.” (4:09 – 4:13)
Pewawancara bertnya pada MK mengenai orang yang berpengaruh dalam
karir MK, dan MK menjawab bahwa orang yang berpengaruh dalam karirnya
adalah David Beckham. Berdasarkan jawaban MK, bahwa dia menjadikan David
Beckham sebagai idolanya yang selalu ia lihat dalam pertandingan sepakbola.
Jawaban MK dalam kalimat tuturan tersebut terdapat kesalahan penggunaan
diksi ketepatan kata yang terdapat pada kata ‘lihat’, kata ‘lihat’ berdasarkan
konteks kalimat tuturan MK semestinya diubah menjadi kata ‘menyaksikan’.
Dalam jawaban MK terdapat juga kesalahan diksi kebakuan kata yaitu
terdapat pada kata ‘waktu’. Bentuk baku dari kata ‘waktu’ jika dihubungkan
dengan konteks kalimat MK tersebut yaitu kata ‘saat’. Dengan demikian, bentuk
kalimat yang benar dengan diksi yang tepat yaitu “David beckham, kalau saya
selalu menyaksikan dia saat saya kecil.”
MK menambahkan alasan bahwa dirinya ingin menjadi pemain sepakbola
professional seperti David Beckham sehingga. Pernyataan MK dalam kalimat
tuturan tersebut, terdapat kesalahan penggunaan diksi kecermatan kata. Dalam
klausa “Saya mau pemain peofesional” tidak ada kata kerja modalitas sehingga
klausa tersebut menjadi rancu dan maknanya sulit untuk diketahui. Maka dari
itu, kata kerja modalitas untuk klausa tersebut kata kerja modalitas ‘menjadi’,
sehingga makna dari klausa tersebut menjadi jelas. Dengan demikian, kalimat
tuturan tersebut seharusnya “Saya mau menjadi pemain professional, pemain top
seperti dia”.

7. Pewawancara: “Why you choose him? (Kenapa anda memilihnya?”)


MK: “Style, freekick, attitude di dalam lapangan tapi juga diluar
lapangan.” (4:18 – 4: 24)
Pewawancara bertanya dalam bahasa Inggris mengenai alas an MK
memilih David Beckham sebagai orang yang berpengaruh dalam karirnya.
Jawaban MK dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan diksi kategori ketepatan
kata. Dalam kalimat “Attitude di dalam lapangan tapi juga diluar lapangan.”,
penggunaan kata ‘tapi’ dalam kalimat tersebut tidak tepat karena kata ‘tapi’
merupakan kata sambung yang digunakan untuk menjelaskan dua hal yang
berlawanan. Maka dari itu, diksi yang tepat untuk mengganti kata ‘tapi’ dalam
kalimat tersebut yaitu kata ‘dan’ yang lebih tepat digunakan sebagai kata
sambung dua hal yang sifatnya sama.
Berdasarkan konteksnya, MK menganggap David Beckham memiliki
attitude di lapangan dan attitude diluar lapangan yang sama baiknya. Dengan
demikian kalimat tersebut apabila menggunakan kata yang tepat menjadi Style,
freekick, attitude di dalam lapangan dan juga diluar lapangan.”

8. Pewawancara: “Kenapa memilih karir Di Indonesia?”


MK: “Mereka pikir juga “Kalau kamu masih muda, ada banyak waktu
untuk ambil karir yang sangat baik diluar Eropa.” dan saya pilih
Indonesia.” (5:15 – 5: 20)
Jawaban MK terhadap pertanyaan tersebut yaitu berdasarkan nasihat
orangtuanya. Namun, dalam jawaban MK dalam kalimat tuturan tersebut
terdapat kesalahan diksi keserasian kata yang terdapat pada kata ‘ambil’. Kata
‘ambil’ dalam kalimat tersebut penggunaanya kurang tepat. Selain itu,
berdasarkan konteks kalimat tersebut, orangtua MK menyarankan MK karena
kata ambil biasanya digunakan untuk mendapatkan barang. Kata ‘ambil’ dalam
kalimat tuturan tersebut dapat diganti dengan kata ‘pilih’.
Sementara, kesalahan diksi kecermatan kata lainnya ditemukan pada kata
‘sangat’. Sebagai perbandingan antara Eropa dan luar Eropa, kata yang tepat
untuk menggantikan kata ‘sangat’ yaitu kata ‘lebih’. Dengan demikian, kalimat
tersebut seharusnya “Mereka pikir juga “Kalau kalau kamu masih muda, ada
banyak waktu untuk pilih karir yang sangat baik diluar eropa.”

9. Pewawancara: “Momen tak terlupakan selama di Indonesia?”


MK: “Ambil juara Piala Indonesia dengan PSM Makassar.” (5:56 – 5:60)
MK: “Main final dan dan juga ambil tropi, itu mungkin momen yang
sangat spesial.” (6:24 – 6:26)
Pewawancara bertanya pada MK mengenai hal yang tidak bisa dilupakan
selama MK di Indonesia, dan MK menjawab bahwa yang tidak bisa ia lupakan
adalah menjadi juara Piala Indonesia. Jawaban MK dalam kalimat tuturan
tersebut terdapat kesalahan diksi keserasian kata. Kata ‘ambil’ maknanya
mendapatkan barang. Maka dari itu, kata kerja yang tepat untuk menggantikan
kata ‘ambil’ yaitu kata ‘raih’ yang lebih tepat digunakan untuk konteks
tersebut.
Selain itu, terdapat kesalahan diksi kecermatan kata dalam jawaban MK
terdapat pada kata ‘dengan’. Penggunaan kata ‘dengan’ tidak tepat berdasarkan
konteks tuturan tersebut, seharusnya kata yang tepat untuk untuk mengganti
kata ‘dengan’ yaitu kata ‘bersama’. Dengan demikian, kalimat tuturan MK
dengan diksi yang tepat seharusnya “Raih juara Piala Indonesia Bersama PSM
Makassar.”
Momen yang tidak terlupakan lainnya bagi MK yaitu bertanding di laga
final Piala Indonesia dan Piala Mempora. Terdapat kesalahan diksi kecermatan
kata pada jawaban kedua MK. Sebelum kata ‘final’ seharusnya ditambahkan
frase ‘di laga’.
Selain itu, dalam jawaban kedua MK, terdapat kesalahan diksi kserasian
kata. Penggunaan kata ‘ambil’ kurang tepat dalam konteks menjuarai kompetisi
lalu mendapat tropi, sehingga maknanya tidak serasi secara semantis. Kata
yang tepat untuk mengganti kata ‘ambil’ yaitu kata ‘raih’. Dengan demikian,
kalimat tersebut dengan diksi yang tepat seharusnya “Main di laga final dan
juga raih tropi, mungkin itu momen yang sangat spesial.”

10. Pewawancara: “Apa harapan kamu untuk kompetisi (sepakbola) Indonesia”


MK: “Semoga kompetisi kembali beregular dengan supporter home dan
away.” (6:37 – 6:42)
MK ditanya mengenai harapannya mengenai kompetisi liga Indonesia
yang saat itu sedang dihentikan, dan MK menjawab dengan kalimat tuturan
tersebut. Namun jawaban MK masih terdapat kesalahan penggunaan diksi
kelaziman kata yang ditemukan pada kata ‘beregular’. Kata beregular tidak
lazim dan tidak berterima bagi masyarakat umum. Adapun kata dasar regular
merupakan kata dalam bahasa Inggris. Maka dari itu, kata yang tepat
berdasarkan konteks dari kalimat tersebut yaitu kata ‘bergulir’ sehingga
kalimatnya menjadi “Semoga kompetisi kembali bergulir dengan supporter
home dan away.”

11. Pewawancara: “Apa yang membuat kamu memilih untuk memperkuat


TIMNAS Indonesia.”
MK: “Saya pilih negara ini untuk rumah saya. (7:10 – 7:14)
MK: “Disini lebih rumah saya dari Belanda.” (7:22 – 7:24)
Jawaban pertama terhadap pertanyaan mengenai alasannya memilih
memperkuat TIMNAS Indonesia terdapat kesalahan penggunaan diksi ketepatan
kata yang ditemukan pada kata ‘untuk’. Kata ‘untuk’ tidak tepat digunakan
dalam konteks tersebut karena kata ‘untuk’ merupakan preposisi, sedangkan
kalima. maka diksi yang tepat untuk menggantikan kata ‘untuk’ adalah kata
‘sebagai. Dengan demikian, kalimat tersebut dengan diksi yang benar menjadi
“Saya pilih negara ini sebagai rumah saya.”
Pada jawaban kedua yang merupaksn penegas jawaban pertama, dalam
kalimat tuturan tersebut terdapat dua kesalahan diksi, yaitu kesalahan diksi
kecermatan kata dan kesalahan diksi ketepatan kata. Kesalahan diksi kategori
kecermatan kata yaitu kurangnya kata hubung yang terdapat diantara kata ‘lebih’
dan ’rumah’ dalam frase “Disini lebih rumah” sehingga tatanan bahasanya
terasa rancu. Seharusnya diantara kedua kata tersebut ditambahkan kata hubung
‘seperti’ sehingga makna frase tersebut yaitu ‘disini’ yang mirip dengan
‘rumah’.
Kesalahan diksi ketepatan kata dalam kalimat tersebut yaitu terdapat pada
penggunaan kata ‘dari’. Kata ‘dari’ lazimnya digunakan untuk
mengindentifikasi asal tampat, namun dalam kalimat tersebut kata ‘dari’ dipakai
untuk menyatakan perbandingan. Maka dari itu, kata yang tepat untuk
menggantikan kata ‘dari’ yaitu adalah kata ‘daripada’ yang berfungsi untuk
menyatakan perbandingan. Dengan demikian, kalimat yang benar nya adalah
“Disini lebih seperti rumah saya daripada Belanda.”

12. Pewawancara: “Bagaimana orang-orang di Indonesia?”


MK: “Orang Indonesia tidak suka panas-panas.” (7:55 – 7:57)
Pewawancara bertanya persepsi MK terhadap orang-orang Indonesia, dan
MK menjawab dengan kalimat tuturan tersebut. Jawaban MK terdapat kesalahan
diksi ketepatan kata yang terdapat pada penggunaan kata ulang ‘panas-panas’.
Kata ulang yang tepat adalah kata ‘panas-panasan’ yang berfungsi sebagai
pelengkap dari kata ‘suka’ dalam tatanan sintaksis. Dengan demikian kalimat
tersebut seharusnya “Orang Indonesia tidak suka panas-panasan.”

13. Pewawancara: “Bagaimana komunikasi dengan pemain lain?”


MK: “Waktu saya datang di Makassar, tidak ada orang bicara Inggris.” (8:49
– 8:54)
MK: “Kalau kamu datang di negara baru, kamu harus adapt dan komunikasi
bersama orang lain. (9:11 – 9:19)
Kesalahan diksi pertama yang ditemukan pada jawaban MK yaitu
kesalahan diksi ketepatan kata yang ditemukan pada kata ‘di’ pada kedua kalmat
tuturan tersebut. Penggunaan kata ‘di’ digunakan untuk merujuk lokasi ketika
pembicara ada di tempat yang dimaksud. Namun, berdasarkan konteks kalimat
tuturan tersebut kedua subjek (saya dan kamu) datang ke tempat baru, sehingga
kata ‘di’ seharusnya diganti oleh kata ‘ke’.
Sementara, dalam kalimat tuturan pertama terdapat kesalahan diksi
kecermatan kata yang terdapat pada frase “bicara Inggris” sehingga frase
tersebut menjadi rancu. Frase tersebut seharusnya diikuti dengan kata benda,
yaitu kata ‘bahasa’, dan kata ‘Inggris’ menjadi ajektiva yang menjelaskan
bahasa apa yang dimaksud. Dengan demikian kalimat tuturan pertama dengan
diksi yang benar adalah ‘Waktu saya datang ke Makassar, tidak ada orang
bicara bahasa Inggris.”
Pada kalimat tuturan kedua, terdapat kesalahan diksi kebakuan kata yang
ditemukan pada kata ‘sama. Kata ‘sama memiliki arti mirip, sedangkan
berdasarkan konteks tuturan MK bahwa ia menyarankan agar melakukan
komunikasi dengan orang lain, sehingga kata yang tepat untuk kalimat tuturan
tersebut yaitu kata ‘dengan’.

Faktor yang memengaruhi kesalahan diksi


Kesalahan penggunaan diksi pesepakbola naturalisasi asal Belanda tidak
terlepas dari berbagai faktor. Menurut Kartikasari dan Suyitno (2020, pp. 195–
196) kesalahan diksi disebabkan oleh lapses, error, dan mistakes.

Lapses
Lapses disebabkan oleh pemain naturalisasi adal Belanda tidak sengaja
dalam bertutur kata atau lazimnya sering disebut dengan kilir lidah sehingga
terburu-buru dalam menjawab pertanyaan sehingga pemain naturalisasi asal
Belanda tersebut tidak sengaja menggabungkan dua kata. Bagi penutur asli
bahasa Indonesia dua kata yang digabung tersebut tidak tepat sesuai konteks.
1. “Juni sedikit gila.”
2. “Mungkin kalau dia tidak mungkin waktu dia main, dia ambil prestasi
pemain professional, dia mungkin ada ambisi kalau dia punya anak dia mau
dia pemain peofesional.” (3:18 – 3:30)
Kata ‘Juni’ dalam tuturan MK Ketika menjawab pertanyaan mengenai
performa Bersama TIMNAS Indonesia sulit untuk dipahami sehingga tidak
sengaja mengucapkan kata ‘Juni’ yang tidak sesuai konteks. Hal tersebut terjadi
karena MK mengalami lapses saat hendak menjawab dengan tuturan ‘Jujur ini’.
Penggunaan kata ‘mungkin’ secara terus-menerus terjadi karena MK
merasa harus menjawab pertanyaan itu dengan baik dan cepat, sehingga
penggunaan kata ‘mungkin’ saja yang dapat ia gunakan. Selain itu, kalimat
tuturan MK juga tidak sesuai dengan struktur kalimat bahasa Indonesia sebagai
dampak dari lapses.

Error
Error disebabkan oleh penutur asing melanggar kaidah bahasa Indonesia
terutama pada tataran morfologi dan sintaksis. Pelanggaran morfologi terjadi
karena penutur asing kurang tepat dalam membentuk kata yang sesuai dalam
berbicara. Sedangkan pelanggaran sintaksis terjadi karena penutur asing kurang
terampil dalam menysun kata yang menjadi unsur-unsur suatu kalimat.
1. “Proses semua tau sedikit lama”
2. “Saya mulai bola umur empat”
Pada kalimat tuturan “Proses semua tau sedikit lama.”, terdapat error
secara morfologis. Kata ‘proses’ dalam kalimat tersebut kurang imbuhan (suffix)
‘-nya’, sehingga kata yang benar untuk kalimat tuturan tersebut yaitu
‘prosesnya’.
Sedangkan pada kalimat tuturan “Saya mulai bola umur empat.”, terjadi
error secara sintaksis. Pada kalimat tersebut tidak ada kata kerja, maka dari itu
kalimat tersebut memerlukan kata kerja ‘bermain’ yang letaknya setelah kata
‘mulai’.

Mistake
Penyebab terjadinya mistake dikarenakan pemain naturalisasi asal
Belanda menggunakan pilihan kata yang tidak tepat dengan konteks
pembicaraan dan pertanyaan dari pewawancara. Berikut bentuk mistakes tuturan
pemain naturalisasi asal Belanda:
1. MK: “Waktu saya datang di Makassar, tidak ada orang bicara Inggris.”
2. MK: “Semoga kompetisi kembali beregular dengan supporter home dan
away.”
Pada tuturan 1, terdapat preposisi ‘di’ yang dituturkan oleh MK dan
penggunaanya tidak sesuai dengan konteks. Konteks tuturan tersebut adalah MK
bercerita ketika dirinya baru saja tiba di Makassar. Hal tersebut merupakan
kesalahan atau mistake penggunaan kata yang tepat. Hal tersebut didukung oleh
Agustina dan Oktavia (2019, p. 62) bahwa kesalahan seperti ini mengacu
terhadap kesalahan sebagai akibat penutur asing tidak tepat menggunakan kaidah
yang diketahui dan dianggap benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa
kedua (B2). Seharusnya penggunaan preposisi yang tepat adalah kata ‘ke’.
Pada kalimat tuturan 2, penggunaan kata ‘beregular’ tidak tepat digunakan
berdasarkan konteks wawancara dan kata dasar “beregular’ dari kata dasar
relugar merupakan bahasa Inggris, seharusnya kata ‘beregular’ dapat digantikan
dengan kata ‘bergulir’. Mistake tersebut dipengaruhi oleh bahasa lain yang telah
dikuasai lebih dalam daripada bahasa baru, dalam hal ini bahasa Indonesia
sebagai bahasa baru bagi penutur asing. Mistake tersebut juga merupakan
dampak dari gangguan bahasa pertama yang terjadi ketika seseorang
mempelajari bahasa lain, maka kebiasaan lama (bahasa yang sebelumnya
dikuasai) akan menggangunya (2019, p. 65).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarhan analisa terhadap kesalahan diksi pemain sepakbola dalam
video wawancara dengan pemain sepakbola naturalisasi asal Belanda, terdapat
kesalahan penggunaan diksi bahasa Indonesia yang ditemukan, diantaranya
kesalahan diksi kebakuan kata (3), kecermatan kata (9), ketepatan kata (9),
kelaziman kata (4), dan keserasian kata (7). Kesalahan penggunaan diksi
kebakuan kata pemain sepakbola naturalisasi asal Belanda disebabkan oleh tidak
adanya penggunaan bahasa baku yang sesuai kaidah morfologi dalam menjawab
pertanyaan ketika wawancara. Kesalahan diksi kecermatan kata pemain sepakbola
naturalisasi asal Belanda terjadi disebabkan oleh penggunkan diksi tidak sesuai
dengan konteks tuturan dan terdapat kata yang kurang atau lebih. Kesalahan diksi
ketepatan kata pemain sepakbola naturalisasi disebabkan oleh tidak tepatnya
mendistribusikan kata yang terdapat di kanan atau dikirinya. Kesalahan kelaziman
kata pemain sepakbola naturalisasi asal Belanda disebabkan oleh penggunakan
diksi yang tidak lazim dan tidak berterima atau lazim dan tidak berterima di
masyarakat umum. Kesalahan keserasian kata pemain sepakbola naturalisasi
disebabkan oleh ketidaktepatan menggunakan kata yang bermakna semantis
dalam konteks tertentu.
Penyebab kesalahan diksi pemain sepakbola naturalisasi asal Belanda
diantaranya adalah; 1. Lapses, ketidak sengajaan dalam bertutur kata atau
lazimnya sering disebut dengan kilir lidah saat menjawab pertanyaan dari
pewawancara, 2. Error, terdapat pelanggaran penggunaan kaidah bahasa
Indonesia terutama pada tataran morfologi dan sintaksis, 3. Mistake, terdapat
penggunaan pilihan kata yang tidak tepat dengan konteks pembicaraan dan
pertanyaan dari pewawancara.
Dengan demikian, MK sebagai pemain sepakbola naturalisasi Indonesia
masih mengalami kesulitan dalam penggunaan diksi yang baik dan benar,
terutama dalam penggunaan diksi kecermatan kata dan ketepatan kata. Sebagai
warga negara Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia adalah kewajiban setiap
warga negara Indonesia. Maka dari itu, penggunaan diksi harus dimaksimalkan
agar dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, T., & Oktavia, W. (2019). ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA
BAHAN AJAR KELAS MENYIMAK PROGRAM BIPA IAIN SURAKARTA.
Disastra: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(2), 60–70.
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/disastra
Bowen, G. A. (2009). Document Analysis as a Qualitative Research Method.
Qualitative Research Journal, 9(2), 27–40.
Creswell, J. W. (2009). Research Design : Qualitative, Quantitativem and Mixed
Methods Approaches. In Sage Publication (Third). SAGE.
https://doi.org/10.1080/14675980902922143
Kartikasari, L., & Suyitno, I. (2020). KESALAHAN PENGGUNAAN DIKSI
DALAM TUTURAN MAHASISWA ASING UM SAAT PEMBELAJARAN
BIPA TAHUN 2018. Basindo, 4(2), 189–203.
Keraf, G. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. PT Gramedia Pustaka Utama.
Lambert, V. a., & Lambert, C. E. (2013). Qualitative Descriptive Research: An
Acceptable Design. Pacific Rim International Journal of Nursing Research, 16(4),
255–256.
http://antispam.kmutt.ac.th/index.php/PRIJNR/article/download/5805/5064
Milles, Matthew B, M. H., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis : A
Methods Sourcebook (3rd ed.). Sage Publications.
Nur, M. J. A. (2019). ERRORS IN USING DICTION AND GRAMMAR OF
STUDENTS’ FINAL COURSE ACADEMIC WRITING OF DEPARTMENT OF
ENGLISH EDUCATION AT JAKARTA STATE UNIVERSITY. English
Language Teaching for EFL Learners, 1(1), 63–69.
https://doi.org/10.24252/elties.v1i1.7248
Nurhapitudin, I., & Hamdani, F. (2016). HIPONIMI DAN POLISEMI BAHASA
INDONESIA DAN BAHASA SUNDA. Al-Tsaqafa, 13(2), 353–366.
Putri Ramadhani, R., Yogha Pratama, F., & Nasikh Aryawan, F. (2022). Teaching The
Indonesian Language As A Heritage Language For Diaspora Children.
SPEKTRUM: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS), 10(2), 333.
https://doi.org/10.24036/spektrumpls.v10i2.117419
Rohimah, D. F. (2018). INTERNASIONALISASI BAHASA INDONESIA DAN
INTERNALISASI BUDAYA INDONESIA MELALUI BAHASA INDONESIA
BAGI PENUTUR ASING (BIPA). An-Nas: Jurnal Humaniora, 2(2), 199–211.
Saryono, D., & Soedjito. (2011). Seri Terampil Menulis: Kosakata Bahasa Indonesia.
Aditya Media Publishing.
Syahrin, M. A. (2019). NATURALISASI DALAM HUKUM KEWARGANEGARAAN:
MEMAHAMI KONSEP, SEJARAH, DAN ISU HUKUMNYA. 2(1).
https://www.researchgate.net/publication/330776717_Imigran_Ilegal_dalam_HA
M_Universal.
Yahya, M., Andayani, & Saddhono, K. (2018). DALAM KALIMAT BAHASA
INDONESIA MAHASISWA BIPA LEVEL AKADEMIK HUBUNGAN
PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KESALAHAN DIKSI DALAM
KALIMAT BAHASA INDONESIA MAHASISWA BIPA LEVEL
AKADEMIK. Kredo, 1(2), 53–70. 

Anda mungkin juga menyukai