Anda di halaman 1dari 2

Menatap Potensi Internasionalisasi Bahasa Indonesia

Siapa yang tak kenal Lee Jeong Hoon? Aktor yang berperan dalam sinetron
komedi di salah satu stasiun televisi swasta ini berhasil menyedot perhatian kaum
remaja, khususnya wanita. Memiliki paras yang tampan dan kepribadian yang lucu dan
supel, membuat Lee begitu populer.
Lee bukanlah orang asli Indonesia, ia adalah warga Korea Selatan. Bahasa
pertamanya adalah bahasa Korea. Namun, Lee mampu berbahasa Indonesia dengan
begitu fasihnya. Ia sering menjadi pembawa acara dengan menggunakan bahasa
Indonesia.
Lee adalah salah satu contoh warga negara asing yang mampu berbahasa
Indonesia dengan fasih. Banyak sekali warga negara asing yang tinggal di Indonesia
maupun di negara asalnya yang mampu berbahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan
bahwa bahasa Indonesia kini bukanlah bahasa yang hanya digunakan oleh orang-orang
yang terlahir dari Sabang sampai Merauke dan Miangas sampai Pulau Rote saja.
Fenomena ini tentu membuktikan bahwa sebenarnya bahasa Indonesia
mempunyai peluang untuk menjadi bahasa pengantar dalam pergaulan dunia
internasional. Bahkan kini, banyak perguruan tinggi di luar negeri yang khusus
membuka program studi untuk mempelajari bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memang berpotensi dikenal luas karena memiliki beberapa
faktor yang mendukung dan memengaruhi orang-orang untuk mudah mempelajarinya.
Supriyanto, dalam artikelnya yang dimuat dalam laman Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kemdikbud, mengatakan bahwa faktor tersebut dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar, yakni berasal dari bahasa itu sendiri atau biasanya disebut dengan
istilah faktor intrabahasa dan faktor yang berasal dari luar bahasa atau biasa disebut
dengan istilah faktor ekstrabahasa.
Pertama, faktor intrabahasa antara lain sistem bahasa yang mapan. Bahasa
Indonesia memiliki sistem bahasa yang sudah diatur menjadi sebuah aturan yang baku.
Semisal sistem ejaan yang tertuang dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), kaidah bahasa
yang tertuang dalam Tata Bahasa Baku Indonesia edisi ketiga yang terbit tahun 2003,
atau sistem peristilahan akibat dari pengaruh bahasa asing yang tertuang dalam
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Selain itu, kita juga mengenal adanya kamus bahasa Indonesia sebagai acuan
pembakuan suatu bahasa. Bahkan, kini kamus bahasa Indonesia dapat diakses melalui
gawai dengan menghadirkan aplikasi KBBI V luring. Dalam KBBI edisi V, baik yang
daring maupun luring, memuat puluhan ribu kosakata yang tersusun dalam daftar kamus
yang terbagi menjadi kamus bidang ilmu, kamus dwibahasa, tesaurus alfabetis, bahkan
kamus bahasa Indonesia untuk pelajar. Selain itu, untuk mengakomodir pengaruh dari
bahasa yang berkembang di masyarakat sebagai buah dari pergaulan, diterbitkan juga
Kamus Urban Indonesia yang diterbitkan tahun 2014.
Kekayaan kosakata dan kategorisasi seperti di atas, menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia dapat berperan sebagai bahasa dan sarana komunikasi di segala bidang. Hal
ini memungkinkan bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai sarana komunikasi di
dunia internasional.
Kedua, faktor ekstrabahasa dipengaruhi oleh jumlah penutur dan sikap penutur
bahasa Indonesia. Seperti kita ketahui, dengan jumlah warga negara Indonesia yang
mencapai 260 juta jiwa, hal ini merupakan modal bagi bahasa Indonesia untuk
berkembang dengan pesat. Jumlah tersebut belum ditambah oleh para warga negara
asing yang kini sudah fasih berbahasa Indonesia. Tetapi, jumlah penutur yang banyak
juga harus diimbangi oleh sikap penuturnya dalam menggunakan dan melestarikan
bahasa Indonesia. Memiliki kebanggaan terhadap bahasa Indonesia merupakan sikap
positif yang dapat menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dunia
internasional.
Kini, dunia internasional sebenarnya telah menyadari potensi dari bahasa
Indonesia sebagai sarana komunikasi dunia internasional. Beberapa media massa
elektronik yang lingkupnya internasional kini sudah menggunakan bahasa Indonesia.
Sudah banyak pula laman di internet yang menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan
yang terbaru, kini klub sepak bola asal Polandia, Lechia Gdansk, yang diperkuat oleh
Egy Maulana Vikri menghadirkan opsi bahasa Indonesia untuk memberikan informasi
kepada penutur bahasa Indonesia melalui laman resminya.
Inilah situasi yang mesti kita manfaatkan dengan baik. Modal untuk
internasionalisasi bahasa Indonesia sudah kita miliki. Tinggal bagaimana cara kita untuk
memanfaatkan segala potensi tersebut untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar di kawasan ASEAN, bahkan di seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai