Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ismail lubis1

NIM: 44520010047
TB 1 Critical & Creative Thinking
Dosen: Kurniawan Prasetyo, M.Ikom

Bahasa Kedua ASEAN


Baru-baru ini mencuat kabar mengenai Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob yang
menyatakan usulan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua ASEAN dengan beralasan bahwa
penutur bahasa Melayu sekitar 300 juta orang di berbagai negara. Hal tersebut ditanggapi
oleh netizen Indonesia dan media Indonesia yang menolak dan menyanggah pernyataan PM
Malaysia. Netizen dan media Indonesia memandang bahasa Indonesia lebih layak dibanding
bahasa melayu dan jika kita buka data dari The Ethnologue dan Visualcapitalist.com ternyata
penutur bahasa melayu-malaysia tidak sampai 300 juta orang. Justru bahasa Indonesia lah
yang masuk 10 besar pada data Visualcapitalist.com dan di peringkat 11 pada data The
Ethnologue. Peringkat tersebut jauh meninggalkan bahasa melayu-Malaysia yang hanya
masuk 70 besar bahasa dengan penutur terbanyak di dunia.

Penulis sependapat dengan pernyataan dari netizen dan media Indonesia bahwasanya bahasa
Indonesia lebih layak menjadi bahasa kedua ASEAN karena telah memenuhi beberapa syarat
untuk menjadi bahasa Internasional.

Merujuk pada prof. Berthold Damashauser (Rahrdjo, 2011), Kepala Program Studi Bahasa
Indonesia Universitas Bonn syarat menjadi bahasa Internasional adalah pemiliknya harus (1)
memiliki rasa percaya diri dan peduli terhadap bahasanya, (2) menunjukkan tingginya budi
dan budaya penuturnya, (3) banyak jumlah penuturnya,(4) digunakan dalam diplomasi dan
perdagangan internasional, (5)kesederhanaan sistem bunyi dan gramatikanya sehingga mudah
dipelajari. Selain itu, bahasa internasional berdasarkan skala tipologi bahasa menurut Walter
(2012), memiliki tiga indikator yaitu (1) sejarah panjang penggunaannya dalam ragam tulis,
(2) statusnya sebagai bahasa nasional atau bahasa resmi di beberapa negara, (3)
penggunaanya sebagai sarana bisnis, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan diplomasi.
Nama: Ismail lubis1
NIM: 44520010047
TB 1 Critical & Creative Thinking
Dosen: Kurniawan Prasetyo, M.Ikom

Jika kita melihat dari uraian diatas mengenai syarat suatu bahasa dapat menjadi bahasa
Internasional, maka bahasa Indonesia telah memenuhi beberapa syarat untuk menjadi bahasa
Internasional terutama bahasa Asean.

Dari segi banyaknya penutur, bahasa Indonesia masuk 10 besar bahasa dengan penutur
terbanyak berdasarkan data dari Visualcapitalist.com.Selain itu, Saat ini sudah banyak
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan (219 lembaga di 74 negara), baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, yang menyelenggarakan BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing)
(Wahya 2010:174).

Dari segi, gramatikal. sistem bahasa Indonesia dapat dikatakan sudah mapan. artinya bahasa
Indonesia memiliki kaidah yang diatur dan sudah dibakukan dalam buku pedoman Ejaan
Bahsa Indonesia (EBI). Di samping itu, untuk mengantisipasi pengaruh bahasa lain dan untuk
pengembangan peristilahan bahasa Indonesia, juga telah diterbitkan buku Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.

Dari segi kesederhanaan atau kemudahan, penulisan ejaan bahasa Indonesia menggunakan
huruf Latin yang sudah digunakan secara internasional. Hal itu memungkinkan bahasa
Indonesia mudah dipelajari karena lafal sesuai dengan lambang hurufnya. Bahasa Indonesia
juga relatif mudah beradaptasi dengan istilah asing dengan melakukan penyerapan, termasuk
istilah bahasa Inggris yang banyak diserap menjadi bahasa Indonesia.

Selain itu, mengenai dengan pembakuan suatu bahasa, kita tidak dapat terlepas dari
keberadaan kamus. Kamus inilah yang dipakai sebagai sarana untuk membakukan kosakata
yang digunakan dalam sebuah bahasa. Kosa kata bahasa Indonesia sendiri kini telah
mencapai 108 ribu lebih kosa kata pada KBBI edisi V. Ditambah, bahasa Indonesia memiliki
kamus istilah berbagai bidang ilmu seperti Glosarium Kedokteran, Glosarium Biologi,
Glosarium Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Matematika, Glosarium Pendidikan, dan
Glosarium Perikanan.

Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia mampu berperan sebagai
wahana komunikasi di dunia politik, ekonomi, seni, budaya, dan sebagainya. Dengan kata
lain, bahasa Indonesia mampu berperan sebagai sarana komunikasi di segala bidang.

Kemudian, perlu diperhatikan bahwa bahasa Indonesia bukanlah bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia kini menjadi bahasa modern yang kaya kosa kata dan mantap dalam struktur
Sebagaimana disampaikan Kepala Badan Bahasa Prof. Endang Aminudin Aziz yang
menyatakan bahwa bahasa Indonesia memang pada awalnya diambil dari bahasa Melayu, tapi
sekarang sudah berkembang. Bahasa Indonesia berkembang ke satu arah dan bahasa Melayu
berkembang ke arah lain. Kemduian, Bahasa Indonesia bukan dialek Melayu, Bahasa
Nama: Ismail lubis1
NIM: 44520010047
TB 1 Critical & Creative Thinking
Dosen: Kurniawan Prasetyo, M.Ikom

Indonesia sudah bahasa tersendiri. bangsa Indonesia sudah menyatakan ini adalah bahasa
Indonesia, sudah beda jauh sekali dari bahasa Melayu.

Bahasa ASEAN mungkin diperlukan untuk kemudahan komunikasi antar negara ASEAN dan
sebagai eksistensi ASEAN di kancah dunia. Berdasarkan pemaparan diatas, bahasa Indonesia
lebih berpotensial dibandingkan bahasa melayu-malaysia dari berbagai faktor seperti
banyaknya jumlah penutur, rasa percaya diri dan peduli terhadap bahasanya,
kesederhanaanya, perkembangannya yang masif dan sistemnya yang sudah mapan.

DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/d-6010347/malaysia-usul-bahasa-melayu-
jadi-bahasa-resmi-asean-bagaimana-sikap-ri

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/bahasa-
indonesia-menuju-bahasa-internasional

Anda mungkin juga menyukai