Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain
digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat
digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi
masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami
infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai
bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita
atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media tersebut secara baik dan benar.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah
bangsanya. Dan apabila kita tengok ke belakang pada peristiwa Sumpah
Pemuda terdapat poin yang berkaitan dengan bahasa yaitu “kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Maka
sangat jelas bahwa bangsa Indonesia bersumpah dengan tekad yang kuat
menjaga tumpah darah tanah air Indonesia dengan bahasa Indonesia selaku
bahasa persatuan. Dan kini setelah hampir 90 tahun sejak diikrarkann ya
Sumpah Pemuda tantangan yang dihadapi generasi muda Indonesia
sekarang tentu jauh lebih berat. Kuatnya arus globalisasi menjadi salah satu
penyebab gampangnya budaya dari luar merasuk ke Indonesia. Sebagai
generasi penerus maka sudah menjadi kewajiban seluruh warga Indonesia
khususnya pemuda-pemudi untuk mempertahankan keutuhan bangsa
sekaligus Negara Indonesia.
1.2 RUMUSAN
1. Potensi Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional
2. Faktor Yang Mendukung Dan Atau Yang Memengaruhinya Potensi
Bahasa Indonesia
3. Strategi Penguatan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Pergaulan
Internasional
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Potensi Bahasa Indonesia Menuju Bahasa
Internasional
2. Mengetahui Faktor Yang Mendukung Dan Atau Yang Mempengaruhi
Potensi Bahasa Indonesia
3. Mengetahui Strategi Penguatan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa
Pergaulan Internasional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Potensi Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional


Dibandingkan bahasa lain, bahasa Indonesia mempunyai dua
keunggulan, yaitu menggunakan aksara Latin dan tata bahasa yang
sederhana. Penggunaan aksara Latin adalah keunggulan yang luar biasa
karena sangat efisien. Dari segi pembelajaran bahasa, jika orang mampu
menguasai bahasa Inggris, dia langsung dapat membaca tulisan bahasa
Indonesia. Jika dibandingkan dengan bahasa lain yang mempunyai aksara
seperti ba-hasa Arab atau Vietnam, akses terhadap bahasa Indonesia boleh
dikatakan begitu mudah.
Selain itu, tata bahasa Indonesia terasa sangat mudah karena tidak
mengenal jenis kelamin, jumlah, kasus, waktu/kala, dan ting-katan tutur
(speech level). Kemudahan mem-pelajari bahasa Indonesia dapat dijelaskan
saat membandingkan dengan bahasa lain. Tabel II contoh perbandingan tata
bahasa dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Korea.
2.2 Faktor Yang Mendukung Dan Atau Yang Memengaruhinya Potensi
Bahasa Indonesia
Kepotensialan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dapat
dilihat dari beberapa faktor yang mendukung dan atau yang
memengaruhinya. Secara garis besar, faktor tersebut dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yakni yang berasal dari bahasa itu sendiri atau biasanya
disebut dengan istilah faktor intrabahasa dan faktor yang berasal dari luar
bahasa atau biasa disebut dengan istilah faktor ekstrabahasa.
Pengelompokan itu sebenarnya tidak dapat dipisahkan secara tegas karena
antara faktor intrabahasa dan faktor ekstrabahasa kadang-kadang hadir
bersama-sama. Pengelompokan itu akan memudahkan cara pandang kita
terhadap potensi bahasa Indonesia menuju bahasa internasional.
1. Faktor Intrabahasa
Faktor intrabahasa, antara lain, meliputi sistem bahasa. Sistem bahasa
Indonesia dapat dikatakan sudah mapan. Artinya, beberapa aspek yang
terkait dengan bahasa Indonesia sudah diatur dan sudah dibakukan. Bahasa
Indonesia telah memiliki sistem ejaan yang mapan, yakni dengan
diberlakukannya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, yang
terkenal dengan singkatannya EYD. Buku panduannya pun sudah
diterbitkan dengan judul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Dengan demikian, dari segi tata tulis bahasa Indonesia
telah memiliki aturan yang baku. Di samping itu, untuk mengantisipasi
pengaruh bahasa lain dan untuk pengembangan peristilahan bahasa
Indonesia, juga telah diterbitkan buku Pedoman Umum Pembentukan
Istilah.
Penulisan ejaan bahasa Indonesia tidak menggunakan salah satu huruf
daerah yang ada di Indonesia. Penulisannya menggunakan huruf Latin yang
sudah digunakan secara internasional. Hal itu memungkinkan bahasa
Indonesia mudah dipelajari karena lafal sesuai dengan lambang hurufnya.
Bahasa Indonesia juga relative mudah beradaptasi dengan istilah asing
dengan melakukan [enyerapan, termasuk istilah bahasa Inggris yang banyak
diserap menajdai bahasa Indonesia.
Pembakuan lainnya adalah pembakuan kaidah bahasa yang tertuang
dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Buku Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia itu pun sudah beberapa kali mengalami revisi, terakhir
terbit Edisi Ketiga tahun 2003. Dari buku itu siapa pun dapat dengan mudah
mempelajari bahasa Indonesia, apalagi tata bahasa kita tidak mengenal kala
sehingga mudah dipelajari.
Terkait dengan pembakuan suatu bahasa, kita tidak dapat terlepas dari
keberadaan kamus. Kamus inilah yang dipakai sebagai sarana untuk
membakukan kosakata yang digunakan dalam sebuah bahasa. Oleh karena
itu, peran kamus sangatlah penting. Dengan adanya kamus, kita dapat
mengetahui bahwa suatu bahasa sudah dikodifikasi. Adanya kamus dapat
menunjukkan bahwa seberapa banyak kosakata bahasa tersebut dapat
digunakan untuk mengungkapkan ide, menjelaskan pengetahuan dan
mengekspresikan sikap oleh penuturnya. Kekayaan ide, pengetahuan, dan
sikap penuturnya tersebut dapat dilihat dari jumlah kosakata yang termuat
dalam kamusnya. Kosakata bahasa Indonesia hingga saat ini masih terus
dikembangkan dengan cara menyerap kosakata bahasa daerah dan bahasa
asing. Sebagai contoh, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ke-4
(2008), telah memuat lebih dari 90.000 lema. Sebagai perbandingan, dapat
dilihat jumlah kosakata sebagai lema yang termuat di dalam KBBI, yaitu
edisi satu 62.100 (1988), edisi dua 68.000 (1991), edisi ketiga 78.000
(2001), dan edisi keempat 90.000 (2008). Perubahan jumlah kosakata dari
edisi ke edisi menunjukkan bahwa kosakata bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang luar biasa. Hanya dalam waktu dua decade jumlah
kosakata bertambah sebanyak 27.900, belum lagi ditambah terbutnya kamus
istilah berbagai bidang ilmu, tesaurus, dan glosarium. Glosarium berbagai
bidang ilmu pun sudag diterbitkan, antara lain Glosarium Kedokteran,
Glosarium Biologi, Glosarium Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium
Matematika, Glosarium Pendidikan, dan Glosarium Perikanan.
Dari apa yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa bahasa
Indonesia mampu berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi
serta mampu sebagai wahana komunikasi di dunia politik, bisnis, pariwisata,
seni , budaya, dan sebagainya. Dengan kata lain, bahasa Indonesia mampu
berperan sebagai bahasa dan sarana komunikasi di segala bidang. Dengan
demikian, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia juga mampu sebagai
sarana komunikasi di dunia intermasional.
2. Faktor Ekstrabahasa
Faktor ekstrabahasa dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni
faktor yang dapat memengaruhi secara langsung dan faktor yang dapat
memengaruhi secara tidak langsung.
Faktor ekstrabahasa yang dapat memengaruhi secara langsung adalah
jumlah penutur bahasa Indoensia dan sikap penutur bahasa Indonesia.
Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia merupakan
modal yang sangat berarti untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa internasional. Memang, tidak semua penduduk Indonesia dalam
kehidupan sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia secara aktif, tetapi
hampir semua penduduk Indonesia mengerti bahasa Indonesia.
Untuk dapat mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional, tentu saja perlu diciptakan sikap yang positif dari penutur
bahasa Indonesia. Sikap yang positif penutur terhadap bahasa Indonesia
tersebut ditandai dengan kesenangan orang Indonesia untuk menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar. Apabila penutur tersebut telah
senang menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, tentu saja
mereka akan setia menggunakannya. Kesetiaan penutur menggunakan
bahasa Indonesia ini akan membangkitkan kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia. Itulah yang disebut sebagai penutur yang memiliki sikap positif
terhadap bahasa Indonesia.
Faktor ekstrabahasa yang dapat mempengaruhi secara tidak
langsung, antara lain adalah daya tarik kekayaan alam dan budaya
Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah merupakan
daya tarik bagi pelaku ekonomi dari mancanegara untuk berinvestasi di
Indonesia. Dengan banyaknya pelaku ekonomi dari mancanegara yang
berinvestasi di Indonesia ini mau tidak mau akan berdampak pada banyak
orang asing yang masuk ke Indonesia. Hal itu dapat berdampak pula pada
banyaknya orang asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Saat ini
sudah banyak perguruan tinggi atau lembaga pendidikan (219 lembaga di 74
negara), baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang
menyelenggarakan BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) (Wahya
2010:174).
Keanekaragaman budaya Indonesia telah menjadi daya pikat yang
luar biasa bagi turis asing untuk datang dan menyaksikan berbagai budaya
Indonesia. Apalagi Indonesia yang kaya budaya ini ditunjang sikap
penduduknya yang terkenal ramah, luwes, dan mudah menerima budaya
dari luar. Tidak kalah penting dari apa yang dikemukakan di atas adalah
kestabilan keamanan di Indonesia. Dengan keamanan yang stabil saat ini,
banyak wisatawan asing datang ke Indonesia tanpa rasa takut.
Beberapa media massa elektronik, khususnya radio yang disiarkan
secara internasional, misalnya BBC, Radio Australia, Suara Amerika (Voice
of America = VoA), dan Radio Belanda, secara rutin mempunyai siaran
dalam bahasa Indonesia. Tidak kalah pentingnya adalah kehadiran bahasa
Indonesia di dunia internet. Sudah banyak laman yang ada di internet
menyajikan berbagai informasi dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Bahkan, sudah banyak laman luar negeri pun menyediakan layanan dalam
bahasa Indonesia. Tidak ketinggalan pula laman klub sepak bola ternama
dunia juga sudah ada yang menyediakan layanan bahasa Indonesia bagi
penggemarnya. Dengan demikian, saya yakin suatu saat nanti bahasa
Indonesia dapat menjadi bahasa internasional, semoga!
2.3 Strategi Penguatan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Pergaulan
Internasional
Amanah untuk meningkatkan fungsi dan peran bahasa Indonesia
menjadi bahasa pergaulan/komunikasi internasional masih jalan di tempat.
Hal tersebut dikemukakan oleh Mahsun (2014), Kepala Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mahsun menuturkan, upaya untuk
meningkatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sejatinya
sudah berjalan. "Tapi memang hasilnya belum signifikan," Padahal tugas itu
menjadi amanah pasal 44 UU 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Untuk meningkatkan fungsi itu,
maka dibutuhkan strategi sebagai berikut:
a) Strategi Kebahasaan
Bahasa yang modern, hanya bisa dicapai jika bahasa tersebut dapat
mewadahi perkembagna ilmu pengetahuan dan teknologi. Mewadahi dalam
arti kata, semua produk kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia sebagai
hasil dari ilmu pengetahuan dan teknologi dapat direpresentasikan melalui
bahasa tersebut. Bahasa yang modern akan mencerminkan kebudayaan
sebuah bangsa, begitu juga kebudayaan yang modern akan tercermin dalam
bahasanya. Bahkan hipotesis Sapir-Whorf (Sumarsono dan Partana,
2004:59) bahwa cara berpikir masyarakat ditentukan oleh bahasanya. Oleh
sebab itu, jika bahasa Indonesia akan ditingkatkan fungsinya sebagai bahasa
komunikasi internasional, maka salah satu strategi yang harus dilakukan
oleh pemerintah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
(BPPB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah
upaya pemoderenan bahasa Indonesia menjadi bahasa Keilmuan dan
Pengetahuan. Mengapa, karena salah satu ciri dari sebuah negara yang maju
adalah memiliki bahasa yang mampu merekam secara lengkap semua
perkembangan kebudayaan bangsanya, maupun bangsa lain.
Pemoderenan bahasa Indonesia sebagai bahasa Ilmu pengetahun harus
dilakukan secara sistematis dan masif. Tidak boleh dilakukan secara parsial,
karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat,
sehingga harus pula diikuti dengan pemoderenan bahasa Indonesia untuk
mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut sejalan
dengan rekomendasi pertama dari hasil kongres bahasa Indonesia X pada
bulan Oktober 2013, disebutkan bahwa pemerintah perlu memantapkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia melalui penerjemahan dan
penebitan, baik nasional maupun internasional, untuk mengejawantahkan
konsep-konsep berbahasa Indonesia guna menyebarkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ke seluruh lapisan masyarakat, baik terhadap masyarakat
Indonesia maupun masyakat dunia. Upaya penerjemahan dan penerbitan
berbasis digital dan dipulikasi secara online, dapat memudahkan masyarakt
dunia untuk mengakses secara langsung penggunaan bahasa Indonseia
melalui media cetak maupun media online. Dengan cara tersebut,
diharapkan akan meningkatkan penyebarluasan bahasa Indonesia kepada
masyarakat Internaasional melalui dokumen tertulis. Melalui cara ini pula,
upaya publikasi karya-karya anak bangsa yang yang terbaik akan
mengundang para pembaca asing untuk mempelajarinya. Demikian pula
untuk meningkatkan minat mempelajari bahasa Indonesia, maka harus ada
upaya terus-menerus untuk mengembangkan kosakata, sehingga bahasa
Indonesia dapat menjadi sarana komunikasi yang representatif mewakili
alam pikiran manusia dan seluruh unsur kebudayaan yang mengelilinginya.
Pengembangan kosakata merupakan salah satu strategi kebahasaan yang
sangat efektif untuk pemoderenan dan kecendekiaan sebuah bahasa,
termasuk bahasa Indoneisa sebagai syarat utama menjadi bahasa pergaulan
internasional.
Bahasa yang tidak memiliki kosakata yang banyak akan sulit bersaing
dengan bahasa-bahasa yang sudah maju, seperti bahasa Inggris dan bahasa-
bahasa yang ada di benua Eropa lainnya. Apalagi untuk menjadi bahasa
Internasional yang digunakan dalam komunikasi global. Berdasarkan
pernyataan tersebut, Aji (2012) dan Melvina (2013) mengemukakan bahwa
salah satu alasan mengapa bahasa Inggris dijadikan bahasa internasional,
karena bahasa Inggris mempunyai perkembangan kosakata yang sangat
pesat. Menurut tim riset gabungan peneliti Havard University dan Google
mencatat penambahan kosakata bahasa tertua di dunia itu mencapai 8.500
kata pertahun. Kini jumlah total telah mencapai 1.022.000 kata dan
merupakan jumlah kosakata yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan
negara kita tercinta ini, jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Menurut pusat bahasa kemendikbud yang baru-baru ini telah selesai dan
menerbitkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi ke empat dengan
total jumlah kosakata yang terdapat di dalamnya hanya berkisar 91.000
kosakata, kamus edisi ke empat ini merupakan pengembangan dari edisi
sebelumnya yang hanya mencakup 82.000 kosakata. Lebih lanjut, Aji dan
Melvina mengatakan bahawa perkembangan jumlah kosakata itulah yang
menjadi patokan layak atau tidaknya sebuah bahasa dianggap sebagai
bahasa internasional.
Jumlah kosakata yang dimiliki oleh bahasa Inggris jika dibandingkan
dengan bahasa Indonesia tentu tidak sebanding. Wajar jika bahasa Inggris
menguasai komunikasi global apabila dilihat dari khasanah kosakata yang
dimilikinya. Tidak mengherankan karena pertambahan jumlah kosakata
bahasa tersebut dapat mencapai puluhan ribu setiap tahunnya. Mengapa?
Karena salah satu kekuatan bahasa Inggris karena ditunjang oleh kemajuan
peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu pemicu
perkembangan bahasa tersebut. Oleh sebab itu, jika bahasa Indonesia akan
ditingkatkan fungsinya maka salah satu strategi yang harus dilakukan adalah
pengembangan kosakata bahasa Indonesia yang bersumber dari bahasa
daerah yang ada di wilayah Republik Indonesia yang berjumlah sekitar 546.
Hal tersebut sebagai wujud dari rekomendari kongres bahasa Indonesia X
pada poin ke delapan belas yang berbunyi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa perlu meningkatkan perencanaan dan penetapan korpus
bahasa daerah untuk kepentingan pemerkayaan dan peningkatan daya
ungkap bahasa Indonesia sebagai bahasa penjaga kemajemukan Indonesia
dan pilar penting NKRI. Di samping itu, perlu terus menerus menambah
peristilah dalam ilmu pengetahuan sehingga bisa mewadahi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Bahasa daerah sebagai sumber utama dalam pemerkayaan bahasa
Indonesia perlu terus dikembangkan. Di samaping bahasa asing sebagai
salah satu sumber dalam pemerkayaa kosakata bahasa Indoensia, jika tidak
ditemukan padanannya dalam bahasa daerah. Dengan jumlah bahasa daerah
yang ada di di Indonesia sangat banyak, maka peningkatan fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi global akan mudah dicapai karena
“bahan mentah” untuk pemerkayaan bahasa Indonesia tersedia dalam
berbagai bahasa daerah. Oleh sebab itu, perlu pembinaan dan
pengembangan bahasa daerah di seluruh Indonesia agar eksistensi bahasa
daerah dapat dipertahankan dan fungsipun dapat ditingkatkan. Dengan
demikian, pembinaan dan pengembagan bahasa daerah di seluruh Indonesia
seharusnya sejalan dengan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Begitu pentingnya pembinaan dan pengembangan tersebut, maka salah satu
rekomendasi dari kongres bahasa Indonesia X, bahwa untuk melindungi
bahasa-bahasa daerah dari ancaman kepunahan, perlu dipayungi dengan
produk hukum di tingkat pemerintah daerah secara menyeluruh. Kosakata
yang telah diserap dari bahasa daerah harus diikuti dengan langkah-langkah
pembakuan yang menyeluruh, sehingga kosakata baru dalam bahasa
Indonesia dapat segera diketahui oleh masyarakat pengguna bahasa.
Sosialisasi ini harus intensif dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
media, baik cetak, elektronik, online, dan lain sebagainya. Hal tesebut
belum optimal dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), sehingga salah satu rekomendasi kongres bahasa Indonesia
X, yaitu pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi hasil-hasil pembakuan
bahasa Indonesia untuk kepentingan pembelajaran bahasa Indonesia dalam
rangka memperkukuh jati diri dan membangkitkan semangat kebangsaan.
Prospek bahasa Indoensia untuk menjadi bahasa pergaulan
internasional sangat terbuka. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya negara yang
mengajarkan bahasa Indonesia kepada rakyatnya. Menurut Suganda dkk
(2013), saat ini terdapat sekitar 47 negara yang mengajarkan bahasa
Indonesia kepada masyarakat internasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
jumlah tersebut terus berkembang seiring dengan upaya pemerintah untuk
terus mempromosikan Indonesia di mata dunia. Selain itu, berbagai institusi
yang ada di Indonesia, termasuk yang diselenggarakan oleh berbagai
Perguruan Tinggi juga terus menunjukkan peminatan yang tinggi oleh
pembelajar bahasa dan budaya Indonesia dari seluruh penjuru dunia. Di
samping prospek tersebut di atas, menurut Musung, bahasa Indonesia
memiliki tata bahasa yang sederhana dan teratur serta penggunaannya dalam
percakapan relatif mudah dipelajari. Sebagai bahasa aglutinasi (bahasa yang
penyusunan kalimatnya dilakukan dengan melekatkan kata dengan kata),
Bahasa Indonesia jauh lebih gampang dipelajari dibandingkan dengan
bahasa infleksi (bahasa yang mengenal perubahan kata kerja).
b) Strategi Non-Kebahasaan
Strategi kebahasaan yang dilakukan seperti telah diuraikan di atas
untuk meningkatkan peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan
internasional tidaklah cukup. Harus diikuti dengan strategi-strategi lain,
yaitu non-kebahasaan. Strategi nonkebahasaan yang dimaksud oleh penulis
adalah stratagi yang dilakukan untuk mendorong dan mempercepat
keinginan kita untuk mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pergaulan internasional. Strategi ini sangat efektif mengingat posisi
Indonesia dikancah global semakin penting. Menurut Taliawo (2013), dalam
bidang ekonomi, Indonesia menempati 16 besar kekuatan ekonomi dunia
dan masuk kelompok G-20. Pada 2030 nanti, diperkirakan Indonesia
menempati tujuh besar dunia. Peran besar ini hendaknya dibarengi peran
dari sektor lain, seperti sosial, politik, dan budaya, termasuk di dalamnya
bahasa Indonesia” (kompas.com, 28/10/2013).
Prospek Indonesia yang begitu cerah dari sisi ekonomi, akan menjadi
peluang besar untuk menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
komunikasi internasional. Menurut Taliawo, bahasa (apapun itu) akan
dianggap penting jikalau negara asal bahasa tersebut memiliki kapasitas
ekonomi mumpuni sebagai tempat mencari kerja. Mereka yang butuh kerja
di Indonesia membutuhkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Pada
konteks itu, jika pemerintah mampu menciptakan kondisi ekonomi yang
stabil dan maju, maka dari sisi “nilai tukar bahasa”, mestinya bahasa
Indonesia memiliki posisi tawar yang memadai/sangat tinggi. Oleh sebab
itu, harus dibuat regulasi oleh pemerintah untuk mewajibkan setiap pekerja
asing di Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam
berinterakasi termasuk memanfaatkan momentum Masyarakat Ekonomi
Asian (MEA)/pasar bebas yang akan diberlakukan pada tahun 2015 dalam
rangka internasionalisasi bahasa Indonesia. Mengantisipasi hal itu, peran
negara Indonesia sangatlah penting. Dengan momentum itu, kita sangat
berharap bahasa Indonesia bisa menjadi “tuan” di negeri sendiri dan tidak
digeser oleh kekuatan dan dominasi bahasa asing, misalnya bahasa Inggris,
Mandarin dalam berkomunikasi pada era pasar bebas tersebut. Ini adalah
tantangan yang sangat besar, jika tidak ada upaya-upaya yang optimal
dilakukan oleh pemerintah, maka akan menjadi ancaman bagi eksistensi
bahasa Indonesia sebagai bagian dari jati diri bangsa Indonesia.
Strategi nonkebahasaan lainnya yang sangat penting dilakukan oleh
pemerintah untuk menginternasionalisasikan bahasa Indonesia adalah
melakukan diplomasi yang optimal dengan negara-negara luar. Strategi
yang penting tersebut jangan sampai hanya menjadi rekomendasi dari hasil
kongres bahasa X tetapi ada langkah-langkah konkret terhadap harapan
besar itu. Disadari bahwa, salah satu kelemahan kita karena belum mampu
membangun diplomasi yang kuat dengan dunia luar untuk membuka ruang
kerjasama yang intensif, baik ditingkat ASEAN maupun dunia internasional
yang akan mendorong pertemuan-pertemuan yang berskala internasional.
Menurut Mahsun (2014) saat ini baru ada satu event internasional yang
mulai memperbolehkan penggunaan bahasa internasional, yakni pertemuan
parlemen se-ASEAN (ASEAN International Parliamentary
Assembly/AIPA) di Phnom Penh, Kamboja tahun 2011 yang lalu. "Semoga
semakin banyak pertemuan-pertemuan internasional yang menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa inti atau bahasa pendamping," kata dia.
Menurut Mahsun tempatnya menyiapkan sejumlah strategi untuk
mewujudkan peningkatan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.
Upaya memasukkan bahasa Indonesia dalam forum internasional itu,
merupakan salah satu cara yang harus terus didorong.
Diplomasi pemerintah yang kuat, akan menambah jumlah event
internasional yang memungkinkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa inti maupun pendamping dalam forum tersebut. Oleh sebab itu,
diplomasi memegang peranan yang sangat penting untuk meyakinkan
mereka. Disamping itu, sesuai rekomendasi kongres bahasa X, maka salah
satu hal yang dapat dilakukan sebagai upaya meningkatkan peran bahasa
Indonesia sebagai bahasa pergaulan internasionala adalah memfasilitasi
pendirian pusat studi atau kajian bahasa Indonesia di luar negeri atau di
perguruan tinggi luar negeri.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN


Saat ini, upaya untuk menyebarkan bahasa Indonesia ke luar negeri
terus dilakukan walaupun relatif masih kurang jika dibandingkan dengan
upaya untuk penguatan bahasa Indonesia di wilayah Indonesia. Akhir-akhir
ini, pemerintah Indonesia dan perguruan tinggi di Indonesia lebih baik
memperhatikan penyebaran bahasa Indonesia ke luar negeri karena seiring
dengan perkembangan ekonomi Indonesia, bahasa Indonesia mulai menjadi
tren di luar negeri, termasuk Korea Selatan saat ini. Bahkan, dengan
karakteristik yang dimiliki bahasa Indonesia, bahasa Indonesia relatif mudah
untuk dipelajari oleh orang asing. Hal yang dapat diperbaiki agar penutur
asing dapat lebih mudah mempelajari bahasa Indonesia adalah perbaikan
tata bahasa yang belum taat asas, khususnya pembentukan kata imbuhan dan
kurangnya infrastruktur untuk belajar bahasa Indonesia, misalnya korpus,
perangkat lunak yang mengoreksi tulisan, dan ujian ke-mahiran berbahasa
Indonesia yang terjangkau di luar negeri.
Karena, bahasa Indonesia memiliki kekuatan dan peluang yang sangat
tinggi, apalagi posisi Indonesia di kancah global semakin penting. Di bidang
ekonomi, Indonesia menempati enam belas besar kekuatan ekonomi dunia
dan masuk kelompok G-20. Pada tahun 2030, diperkirakan Indonesia
menempati tujuh besar dunia. Peran besar ini, hendaknya dibarengi peran
dari sektor lain, seperti sosial, politik, dan budaya, dan hubungan diplomasi
yang kuat oleh pemerintah Indonesia. Untuk meningkatkan peran itu, maka
dibutuhkan strategi yang baik, yaitu strategi kebahasaan dan strategi
nonkebahasaan. Kedua strategi ini sama-sama pentingnya untuk
meningkatkan “nilai tawar bahasa” Indonesia sebagai bahasa Internasional
di ASEAN maupun dunia internasional
DAFTAR PUSTAKA

Jae Hyun Park (박재현 ), Potensi Dan Tantangan Bahasa Indonesia Menuju
Bahasa Internasional
Dr. Amaluddin, M.Hum. Strategi Penguatan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa
Pergaulan Internasional, 2014
Widodo, Supriyanto, Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional

Anda mungkin juga menyukai