Anda di halaman 1dari 13

Bahasa Indonesia Menuju Bahasa

Internasional
Supriyanto Widodo

1.Pendahuluan

Banyak ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa Indonesia sangat berpotensi menjadi
bahasa internasional. Bahkan, Collins (2005) telah menunjukkan betapa potensialnya
bahasa Indonesia (Melayu) menjadi bahasa dunia (internasional) dilihat dari
sejarahnya. Di samping itu, saat ini sudah banyak ahli atau komunitas sarjana dari
mancanegara yang mengkhususkan diri mempelajari bahasa Indonesia/Melayu (lihat
Collins 2005:xvii; lihat juga penyumbang tulisan dalam Moriyama dan Manneke
Budiman, 2010).

Selain itu, kepotensialan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dapat dilihat dari
beberapa faktor yang mendukung dan atau yang memengaruhinya. Secara garis besar, faktor
tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni yang berasal dari bahasa itu sendiri atau
biasanya disebut dengan istilah faktor intrabahasa dan faktor yang berasal dari luar bahasa
atau biasa disebut dengan istilah faktor ekstrabahasa. Pengelompokan itu sebenarnya tidak
dapat dipisahkan secara tegas karena antara faktor intrabahasa dan faktor ekstrabahasa
kadang-kadang hadir bersama-sama. Pengelompokan itu akan memudahkan cara pandang
kita terhadap potensi bahasa Indonesia menuju bahasa internasional.

2.Faktor Intrabahasa

Faktor intrabahasa, antara lain, meliputi sistem bahasa. Sistem bahasa Indonesia dapat
dikatakan sudah mapan. Artinya, beberapa aspek yang terkait dengan bahasa Indonesia sudah
diatur dan sudah dibakukan. Bahasa Indonesia telah memiliki sistem ejaan yang mapan, yakni
dengan diberlakukannya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, yang terkenal dengan
singkatannya EYD. Buku panduannya pun sudah diterbitkan dengan judul Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan demikian, dari segi tata tulis bahasa
Indonesia telah memiliki aturan yang baku. Di samping itu, untuk mengantisipasi pengaruh
bahasa lain dan untuk pengembangan peristilahan bahasa Indonesia, juga telah diterbitkan
buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Penulisan ejaan bahasa Indonesia tidak menggunakan salah satu huruf daerah yang ada di
Indonesia. Penulisannya menggunakan huruf Latin yang sudah digunakan secara
internasional. Hal itu memungkinkan bahasa Indonesia mudah dipelajari karena lafal sesuai
dengan lambang hurufnya. Bahasa Indonesia juga relative mudah beradaptasi dengan istilah
asing dengan melakukan [enyerapan, termasuk istilah bahasa Inggris yang banyak diserap
menajdai bahasa Indonesia.

Pembakuan lainnya adalah pembakuan kaidah bahasa yang tertuang dalam buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia itu pun
sudah beberapa kali mengalami revisi, terakhir terbit Edisi Ketiga tahun 2003. Dari
buku itu siapa pun dapat dengan mudah mempelajari bahasa Indonesia, apalagi tata
bahasa kita tidak mengenal kala sehingga mudah dipelajari.

Terkait dengan pembakuan suatu bahasa, kita tidak dapat terlepas dari keberadaan kamus.
Kamus inilah yang dipakai sebagai sarana untuk membakukan kosakata yang digunakan
dalam sebuah bahasa. Oleh karena itu, peran kamus sangatlah penting. Dengan adanya
kamus, kita dapat mengetahui bahwa suatu bahasa sudah dikodifikasi. Adanya kamus dapat
menunjukkan bahwa seberapa banyak kosakata bahasa tersebut dapat digunakan untuk
mengungkapkan ide, menjelaskan pengetahuan dan mengekspresikan sikap oleh penuturnya.
Kekayaan ide, pengetahuan, dan sikap penuturnya tersebut dapat dilihat dari jumlah kosakata
yang termuat dalam kamusnya. Kosakata bahasa Indonesia hingga saat ini masih terus
dikembangkan dengan cara menyerap kosakata bahasa daerah dan bahasa asing.
Sebagai contoh, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ke-4 (2008), telah
memuat lebih dari 90.000 lema. Sebagai perbandingan, dapat dilihat jumlah kosakata
sebagai lema yang termuat di dalam KBBI, yaitu edisi satu 62.100 (1988), edisi dua
68.000 (1991), edisi ketiga 78.000 (2001), dan edisi keempat 90.000 (2008). Perubahan
jumlah kosakata dari edisi ke edisi menunjukkan bahwa kosakata bahasa Indonesia
mengalami perkembangan yang luar biasa. Hanya dalam waktu dua decade jumlah
kosakata bertambah sebanyak 27.900, belum lagi ditambah terbutnya kamus istilah
berbagai bidang ilmu, tesaurus, dan glosarium. Glosarium berbagai bidang ilmu pun
sudag diterbitkan, antara lain Glosarium Kedokteran, Glosarium Biologi, Glosarium
Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Matematika, Glosarium Pendidikan, dan
Glosarium Perikanan.

Dari apa yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia mampu berperan
sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu sebagai wahana komunikasi di
dunia politik, bisnis, pariwisata, seni , budaya, dan sebagainya. Dengan kata lain, bahasa
Indonesia mampu berperan sebagai bahasa dan sarana komunikasi di segala bidang. Dengan
demikian, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia juga mampu sebagai sarana komunikasi
di dunia intermasional.

3.Faktor Ekstrabahasa

Faktor ekstrabahasa dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni faktor yang dapat
memengaruhi secara langsung dan faktor yang dapat memengaruhi secara tidak langsung.

Faktor ekstrabahasa yang dapat memengaruhi secara langsung adalah jumlah penutur bahasa
Indoensia dan sikap penutur bahasa Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar
keempat di dunia merupakan modal yang sangat berarti untuk menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa internasional. Memang, tidak semua penduduk Indonesia dalam kehidupan
sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia secara aktif, tetapi hampir semua penduduk
Indonesia mengerti bahasa Indonesia.
Untuk dapat mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, tentu saja perlu
diciptakan sikap yang positif dari penutur bahasa Indonesia. Sikap yang positif penutur
terhadap bahasa Indonesia tersebut ditandai dengan kesenangan orang Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Apabila penutur tersebut telah senang
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, tentu saja mereka akan setia
menggunakannya. Kesetiaan penutur menggunakan bahasa Indonesia ini akan
membangkitkan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Itulah yang disebut sebagai penutur
yang memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Faktor ekstrabahasa yang dapat mempengaruhi secara tidak langsung, antara lain adalah
daya tarik kekayaan alam dan budaya Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang sangat
melimpah merupakan daya tarik bagi pelaku ekonomi dari mancanegara untuk berinvestasi di
Indonesia. Dengan banyaknya pelaku ekonomi dari mancanegara yang berinvestasi di
Indonesia ini mau tidak mau akan berdampak pada banyak orang asing yang masuk ke
Indonesia. Hal itu dapat berdampak pula pada banyaknya orang asing yang ingin mempelajari
bahasa Indonesia. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi atau lembaga pendidikan (219
lembaga di 74 negara), baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang menyelenggarakan
BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) (Wahya 2010:174).

Keanekaragaman budaya Indonesia telah menjadi daya pikat yang luar biasa bagi turis asing
untuk datang dan menyaksikan berbagai budaya Indonesia. Apalagi Indonesia yang kaya
budaya ini ditunjang sikap penduduknya yang terkenal ramah, luwes, dan mudah menerima
budaya dari luar. Tidak kalah penting dari apa yang dikemukakan di atas adalah kestabilan
keamanan di Indonesia. Dengan keamanan yang stabil saat ini, banyak wisatawan asing
datang ke Indonesia tanpa rasa takut.

Beberapa media massa elektronik, khususnya radio yang disiarkan secara internasional,
misalnya BBC, Radio Australia, Suara Amerika (Voice of America = VoA), dan Radio
Belanda, secara rutin mempunyai siaran dalam bahasa Indonesia. Tidak kalah pentingnya
adalah kehadiran bahasa Indonesia di dunia internet. Sudah banyak laman yang ada di
internet menyajikan berbagai informasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan,
sudah banyak laman luar negeri pun menyediakan layanan dalam bahasa Indonesia. Tidak
ketinggalan pula laman klub sepak bola ternama dunia juga sudah ada yang menyediakan
layanan bahasa Indonesia bagi penggemarnya. Dengan demikian, saya yakin suatu saat nanti
bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional, semoga!

4.Penutup

Dengan memperhatikan arah dan perkembangan bahasa Indonesia yang sudah jelas dan pasti
tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional. Kita
sebagai pengguna bahasa Indonesia harus mendukung arah tersebut dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia daripada bahasa
asing.

5.Daftar Pustaka

Alwi, Hasan. 2011. Bahasa Indonesia, Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwi, Hasan et al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Pustaka.

Collins, James T. 2005. Bahasa Melayu Bahasa Dunia: Sejarah Singkat. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

Moriyama, Mikihiro dan Manneke Budiman (Editor). 2010. Geliat Bahasa Selaras Zaman:
Perubahan Bahasa-Bahasa di Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia).

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2002. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
----------. 2005. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Edisi ketiga, cetakan kedua. Jakarta:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Edisi ke-4,
cetakan ke-1. 2008. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Wahya. 2011. “Peningkatan Status Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional: Sudah
Lebih Mantapkah Perencanaan Bahasanya?” Dalam Sugiyono dan Yeyen Maryani
(Penyunting). 2011. Perencanaan Bahasa pada Abad Ke-21: Kendala dan Tantangan (Risalah
Simposium Internasional Perencanaan Bahasa). Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Home

Peran Mahasiswa Asing dalam


Internasionalisasi Bahasa Indonesia
published by admin on Tue, 2015-01-27 10:00

Pertemuan ke-2 mahasiswa asing di Indonesia kembali digelar. Kali ini Dikti menggandeng
Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung untuk menyelenggarakan helatan tahunan
tersebut. Acara digelar di Kampus UNPAD Jatinangor pada 14-17 November 2013. UNPAD
sebagai tuan rumah yang diwakili oleh Wakil Rektor III, Dr. Setiawan menyampaikan
selamat datang bagi para peserta mahasiswa asing, para pengelola BIPA dan KNB dari
beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Beliau juga menyampaikan rasa bangga karena
pertemuan mahasiswa asing ke-2 dilaksanakan di kampus UNPAD. “Dengan banyaknya
mahasiswa asing yang kuliah di Indonesia, membawa dampak yang lebih besar pada
pengembangan Bahasa Indonesia”, tambahnya. Beliau menyampaikan bahwa pertemuan
tersebut dapat dijadikan unjuk kebolehan kemampuan para mahasiswa asing dalam berbahasa
Indonesia karena ada lomba penulisan esai dan debat dalam Bahasa Indonesia. “Pertemuan
ini menjadi seleberasi bagi para mahasiswa asing setelah menempuh upaya keras belajar
Bahasa Indonesia dan ajang silaturahmi antar mahasiswa asing yang kuliah di
Indonesia,”ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Kelembagaan dan Kerjasama, Ditjen Dikti, Prof. Ir.
Hermawan Kresno Dipojono, MSEE., Ph.D., menyampaikan paparannya mengenai “Peran
Mahasiswa Asing dalam Pengembangan Bahasa Indonesia” dan sekaligus membuka
Pertemuan II Mahasiswa Asing (2nd International Student Summit) di Indonesia di Bale
Sawala, Gedung Rektorat UNPAD, Jatinangor. Prof. Hermawan menekankan bahwa saat ini
mahasiswa asing di Indonesia jumlahnya 8.000-an, jauh dibawah jumlah mahasiswa
Indonesia di luar negeri yang jumlahnya 10 kali lipatnya. Untuk itu Dikti melakukan berbagai
usaha untuk meningkatkan jumlah mahasiswa asing di Indonesia antara lain dengan
mengikuti pameran pendidikan tinggi di luar negeri, mengadakan program double degree dan
sebagainya.

Acara yang diikuti oleh sekitar 150 peserta dari 26 perguruan tinggi di Indonesia yang berasal
dari 56 negara tersebut juga dihadiri oleh pengelola BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur
Asing) dan KNB. Delegasi UNY diwakili oleh Beatriz Orantes (Mexico), Alfred Irambona
(Burundi), Youssouf Haidara (Mali), dan Shakhnoza Ablakulova (Uzbekiztan) serta
didampingi oleh 1 pengelola KNB. Keempat mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa
asing program KNB dan sedang menempuh S2 di PPs UNY. Pada kesempatan tersebut juga
diluncurkan website resmi International Student Association (ISA) oleh Presiden KNB
periode 2012-2013, Osman asal Sinegal yang menempuh studi di UNPAD. Website tersebut
akan menjadi wadah bagi para mahasiswa asing di Indonesia untuk berbagi informasi dan
untuk mempererat kebersamaan mereka.

Untuk memperkenalkan kesenian Sunda, para peserta diajak bermain angklung secara
interaktif. Para peserta sangat antusias memainkan angklung dengan beberapa lagu yang
dimainkan baik lagu Indonesia maupun lagu barat. Selanjutnya, para mahasiswa asing diuji
kemampuan berbahasa Indonesia mereka melalui lomba esai. Mereka sangat serius mengikuti
kompetisi tersebut yang nantinya akan dipilih 3 pemenang dan 1 pemenang tulisan terfavorit
dewan juri.

Pada hari kedua, digelar perlombaan debat Bahasa Indonesia. Delegasi UNY berhasil masuk
ke semifinal setelah mengalahkan beberapa universitas pada babak penyisihan. Penilaian
debat meliputi aspek bahasa, ide, dan keaktifan para peserta debat. Acara dilanjutkan
kunjungan ke Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia Afrika untuk mengenal sejarah
bertemunya negara-negara Asia Afrika di Indonesia seperti halnya acara pertemuan
mahasiswa asing ke-2 tersebut. Tidak hanya sejarah yang dikenalkan kepada para mahasiswa
asing, mereka juga diperkenalkan dengan kebudayaan sunda dengan mengunjungi Saung
Angklung Udjo. Di tempat tersebut mereka dapat melihat tarian-tarian, serta kesenian musik
angklung khas Jawa Barat.

Kunjungan di hari berikutnya berlanjut ke Sindang Reret Ciwedey untuk lebih mengenal
mainan tradisional Jawa Barat dan ke Kawah Putih untuk menikmati indahnya pemandangan
danau kawah putih kehijauan yang berada di ketinggian 2,430 di atas permukaan laut. Setelah
puas berwisata, para tim debat yang masuk semifinal harus bertanding. UNY harus
menghadapi tim tuan rumah UNPAD dan UNY pun harus tunduk kepada tim tuan rumah
tersebut. Acara dilanjutkan dengan pemilihan Presiden KNB periode 2013-2014, dan
terpilihlah Lameck Maninji (Zimbabwe) dari UGM sebagai Presiden, Mohammad Elmar
(Azerbaijan) dari UNPAD, dan Sekretaris Presiden, Beatriz Orantes (Mexico) dari UNY.

Pertemuan BIPA dari berbagai universitas juga dilakukan di saat bersamaan dengan
pemilihan presiden KNB. Beberapa butir tercetus untuk lebih dimatangkan di tingkat
kementerian seperti kurikulum, buku ajar, tes Bahasa Indonesia bagi orang asing, dan
quantum learning Bahasa Indonesia. Rangkaian acara ditutup oleh Wakil Rektor III UNPAD,
Dr. Setiawan dengan kesimpulan bahwa penggunaan Bahasa Indonesia sudah digunakan
dengan baik oleh mahasiswa asing dalam keseharian maupun kegiatan akademik. (Sinta)
Pada MEA 2015 TKA Harus Bisa Bahasa
Indonesia

Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN


l(MEA) 2015, membuat tenaga kerja asing lebih mudah masuk dan bekerja di Indonesia. Hal
itu menjadi ancaman bagi tenaga kerja Indonesia, karena bisa mengurangi jatah lowongan
kerja. Untuk mengantisipasi hal itu maka semua orang asing yang ingin bekerja di Indonesia,
harus bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan lancar. Wacana ini mendesak direalisasikan
karena arus tenaga kerja (naker) asing semakin tidak dibendung dengan diterapkannya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai 2015.

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakiri menegaskan, pasalnya syarat tersebut sudah diberlakukan
di beberapa negara tetangga jika ada orang Indonesia ingin bekerja di luar negeri. Tujuan
utama menurut Hanif membuat peraturan orang asing harus bisa berbahasa Indonesia adalah
untuk menegaskan adanya keadilan (fairneess) untuk tenaga kerja di ASEAN khususnya.
Tujuannya bukan membatasi tenaga kerja asing, agar kompetisi dalam konteks MEA bisa
berjalan secara adil. Sebagai contoh, sekarang mau kirim tenaga kerja Indonesia ke Jepang
dipersyaratkan harus bisa Bahasa Jepang, ke Hongkong kita disyaratkan bahasa Kantonis, ke
timur tengah juga sama. Oleh karena itu, kita tahu, di luar negeri kita juga harus bisa bahasa
mereka, Kenapa Indonesia tidak?

Berkenaan dengan keberadaan Bahasa Indonesia di kawasan ASEAN bahkan di dunia


Internasional sangat memegang peranan penting, bahkan berpotensi menjadi bahasa yang
digunakan di ASEAN dan Internasional. Hal ini tidaklah berkelebihan mengingat minat
pemakai bahasa Indonesia sangat besar sehingga memberikan kontribusi untuk menjadikan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan di dunia. Berikut menjelaskan bagaimana
eksistensi Bahasa Indonesia bisa digunakan di ASEAN dan Internasional serta analisis
SWOT Internasionalisasi Bahasa Indonesia sebagai berikut

Menghadapi MEA 2015, TKA Harus Bisa Bahasa Indonesia

Keberadaan Bahasa Indonesia di ASEAN

Dalam usianya yang genap 104 tahun bahasa Indonesia terus berkembang untuk memenuhi
kebutuhan komunikasi pada masyarakat global sehingga bahasa Indonesia berpotensi menjadi
jembatan penghubung antar bangsa, terutama di kawasan ASEAN. Sebagai negara yang besar
Indonesia mempunyai kedudukan yang penting di ASEAN. Oleh karena itu, bahasa Indonesia
sebetulnya dapat diusulkan menjadi bahasa utama di organisasi itu. Sebagaimana diketahui,
selama ini bahasa pengantar yang digunakan pada konferensi-konferensi ASEAN adalah
bahasa Inggris. Itu terdengar miris karena kawasan ASEAN didominasi oleh bahasa Melayu,
yang struktur bahasanya mirip dengan bahasa Indonesia. Jadi, mengapa tidak bahasa Melayu
(atau bahasa Indonesia) saja yang dijadikan bahasa utama? Salah satu jawabannya adalah
bahasa Inggris telah menjadi bahasa internasional yang mempunyai prestis yang lebih tinggi
daripada bahasa Melayu atau bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kedudukan bahasa Inggris di
forum ASEAN belum mampu digeser bahasa Melayu atau bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa utama ASEAN karena mempunyai beberapa
faktor berikut:

Pertama, bahasa Indonesia mempunyai struktur yang sederhana. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia sangat mudah dipelajari. Di samping itu, bahasa Indonesia juga mempunyai daya
serap kosakata yang kuat.

Kedua, bahasa Indonesia mempunyai jumlah penutur yang paling banyak di ASEAN, yaitu
200 juta jiwa lebih, dan pada masa depan diperkirakan semakin bertambah. Jumlah
penuturnya tersebar di dalam negeri dan di luar negeri. Penutur di luar negeri, seperti tenaga
kerja Indonesia, pelajar Indonesia, dan wisatawan Indonesia, dapat menjadi duta dalam
mengenalkan bahasa Indonesia kepada bangsa-bangsa lain.
Ketiga, bahasa Indonesia mempunyai penyebaran geografis yang luas. Sebagaimana
diketahui, bahasa Melayu, yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia, telah dituturkan di
hampir seluruh kawasan ASEAN. Bahkan bahasa Melayu tercatat menjadi bahasa nasional di
empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Sementara itu, di beberapa
negara lain, seperti Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Filipina, bahasa Melayu
menjadi bahasa kedua dan ketiga. Karena struktur bahasa melayu mirip dengan bahasa
Indonesia, besar kemungkinan bahasa Indonesia dapat diterima di negara-negara itu.

Keempat, sektor ekonomi makro di Indonesia yang berkembang pesat menjanjikan lahan
investasi bagi investor asing. Itulah pintu gerbang untuk mengenalkan bahasa Indonesia
kepada dunia.

Kelima, produk sosial dan budaya Indonesia yang tersebar di negara-negara ASEAN dapat
menjadi media mengenalkan bahasa Indonesia. Sebagai contoh, di Malaysia film, program
televisi, dan musik dari Indonesia banyak digemari dan itu membuka peluang bagi persebaran
bahasa Indonesia.

Keberadaan Bahasa Indonesia di dunia Internasional

Kita tahu bahwa bahasa internasional yang saat ini digunakan adalah bahasa Inggris, dari
semua penjuru dunia semua memakai bahasa inggris untuk berkomunikasi antar negara.
Bahasa inggris telah diakui oleh dunia sebagai bahasa internasional, siapapun yang ingin
mengikuti arus global harus menguasai bahasa inggris. Yang menjadi pertanyaan kenapa
tidak bahasa Indonesia yang menjadi bahasa internasional? Apakah bahasa Indonesia tidak
memenuhi standar bahasa internasional?

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang unik, yang memiliki cirri khas tertentu bila
dibandingkan dengan bahasa lain. Kita ketahui, pembentukan bahasa Indonesia dari
keesepakatan bersama yaitu kesepakatan para pemuda Indonesia yang dikenal dengan
sumpah pemuda yang dideklarasikan pada tanggal 28 oktober 1928, salah satunya berbunyi
“Berbahasa satu bahasa persatuan Indonesia”. Keunikan bahasa indonesia inilah yang
menjadi keunggulan mengapa bahasa indonesia layak menjadi bahasa internasional. Selain
keunggulan secara historis bahasa Indonesia memiliki keunggulain yang lain. Secara politik
bahasa Indonesia memiliki peluang strategis karena dalam konferensi Liga univesitas Islam
sedunia yang diselegarakan di ISID (Institut Studi Islam Darussalam) Gontor pada tanggal 9-
11 Januari 2011 melahirkan beberapa rekomendasi salah satunya adalah mengusulkan
Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa internasional di negara-negara Islam selain
bahasa Arab karena perkembangan bahasa Indonesia di timur tengah cukup maju.
Beberapa universitas di negara timur tengah sudah membuka jurusan Bahasa Indonesia,
misalnya di Mesir dan Syiria. Keunggulan Bahasa Indonesia yang lain yaitu banyaknya
jumlah penutur. Jumlah penutur bahasa Indonesia sekitar 200 juta penutur dan belum
ditambah dengan peunggunaan bahasa melayu di Malaysia, Singapura dan Brunei
Darussalam. Dari jumlah penutur bahasa Indonesia kalah dengan penutur bahasa Mandarin,
tetapi jumlah sekitar 200 juta jiwa ini mampu mengalahkan penutur bahasa internasional
yang lain yaitu bahasa Rusia dan Perancis. Tren orang asing menggunakan bahasa Indonesia
memang makin tinggi. Hal ini didukung juga dengan upaya pemerintah memperkenalkan
bahasa Indonesia pada dunia. Saat ini Indonesia memiliki 150 pusat bahasa dan kebudayaan
Indonesia di 48 negara. Tokoh penting di dunia juga ada yang bisa berbahasa Indonesia, salah
satunya presiden Amerika Serikat Barack Obama. Hal itu juga turut mengkampanyekan
bahasa Indonesia di seluruh dunia. Dari kosa kata bahasa Indonesia juga lebih mudah dihafal
karena di dalam bahasa Indonesia banyak menyerap kosa kata asing misalnya dari bahasa
Inggris dan latin. Bahasa Indonesia relatif mudah beradaptasi dengan istilah-istilah asing
dengan melakukan penyerapan, termasuk istilah Inggris yang seiring waktu kemudian diserap
menjadi bahasa Indonesia . Sehingga bagi orang asing yang belajar bahasa Indonesia tidak
perlu repot-repot menghafal kosa kata tertentu.

Analisis SWOT Internasionalisasi Bahasa Indonesia

Kita patut berbangga karena kita memiliki bahasa


sendiri untuk dijadikan bahasa nasional, apalagi bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
besar di Asia Tenggara, terbukti dengan lebih dari 200 juta jiwa lebih menggunakan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia sudah direncanakan menjadi bahasa internasional. Rencana
internasionalisasi bahasa Indonesia ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009
tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan. Dari hasil analisis
SWOT internasionalisasi bahasa Indonesia mengatakan:

Kekuatan (Strength)
Lebih dari 200 juta jiwa lebih kini telah menggunakan bahasa Indonesia, yang merupakan
angka terbesar di Asia Tenggara. Selain itu bahasa Indonesia sangat mudah dikuasai, tidak
mengenal kala, konjugasi maupun jenis kelamin kata benda. Lafal bahasa Indonesia juga
tidak sulit. Sehingga orang asing yang akan belajar menggunakan bahasa Indonesia akan
mudah mempelajarinya. Selain itu data lain yang memperkuat kedudukan bahasa Indonesia
adalah berdirinya berbagai fakultas studi ketimuran (faculty of oriental studies), Kajian Asia
Tenggara (South-east Asian Studies), dan pusat studi Indonesia (Indonesian Studies) di
berbagai perguruan tinggi di luar negeri.

Kelemahan (Weakness)
 Gengsi Menggunakan Bahasa Indonesia
Beberapa kemungkinan kenapa orang lebih memilih menggunakan bahasa asing digabungkan
dengan bahasa Indonesia secara ceroboh dan berlebihan baik dalam pertemuan diskusi,
seminar, atau ruang-ruang akademis, hal tersebut dapat terjadi karena:

Pertama, persoalan gengsi. Orang akan merasa lebih terpandang sebagai orang ‘pintar’ jika
mampu menggunakan bahasa asing walaupun sedikit sekali pun dan tampaknya akan terlihat
gagah.

Kedua, kemalasan mencari persamaan bahasa asing dengan bahasa Indonesia.

Ketiga, penyakit nginggris atau kebarat-baratan. Untuk yang ini bahkan tidak hanya dalam
bahasa saja tetapi juga sudah sampai dalam taraf sistem sosial hidup tiap orang.
 Penggunaan Bahasa Inggris Membudaya dalam Kehidupan Sehari-hari
Akibat zaman globalisasi, dan budaya konsumtif yang tinggi di kalangan masyarakat
Indonesia, ditambah banyaknya informasi, secara sadar atau tidak sadar, mau tidak mau,
bahasa Inggris berani masuk ke dalam sistem-sistem sosial di kalangan masyarakat.
Misalnya, dalam bidang pendidikan, banyaknya sekolah-sekolah, terutama dalam mata
pelajaran eksakta: Kimia, fisika, matematika, dan biologi bukunya menggunakan bahasa
Inggris. Begitu juga dalam dunia teknologi, kosa kata asing tak kuasa untuk dibendung.
Masalahnya kemudian bahasa itu diterima apa adanya, karena secara level orang sosial akan
dianggap sebagai orang modern.

 Eksistensi Bahasa Indonesia Masih Lemah


Bahasa ini dianggap sama dengan bahasa Melayu. Sementara anggapan orang asing seperti
itu, orang Indonesia masih belum mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan
dikehidupan sehari-hari. Bahasa Betawi, Bali, Jawa, Papua, dan sebagainya masih dikelola di
luar wadah bahasa Indonesia. Dengan tata kelola bahasa seperti itu, orang Indonesia sudah
berhasil dibuat sangat primordial.

 Pengembangan Proyek Melindo (Melayu Indonesia) yang Mencelakakan Bahasa


Indonesia
Pengembangan proyek Melindo membuktikan kelemahan dan (sekaligus) kecerobohan
politisi kebudayaan Indonesia, khususnya pembuat kebijakan bahasa Indonesia. Akan sia-sia
ada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 jika bahasa
Indonesia tidak merdeka, tetapi menyatu dengan bahasa Indonesia, mestinya bangsa
Indonesia sudah bisa dibedakan.

Peluang (Opportunities)
 Penduduk Dunia Banyak yang Menggunakan Bahasa Indonesia
Lebih dari 200 juta jiwa lebih kini telah menggunakan bahasa Indonesia, yang merupakan
angka terbesar di Asia Tenggara. Lafal bahasa Indonesia juga tidak sulit karena lebih tipis
dan ringan. Sehingga orang asing yang akan belajar menggunakan bahasa Indonesia akan
mudah mempelajarinya. Selain itu data lain yang memperkuat kedudukan bahasa Indonesia
adalah berdirinya berbagai fakultas studi ketimuran (faculty of oriental studies), Kajian Asia
Tenggara (South-east Asian Studies), dan pusat studi Indonesia (Indonesian Studies) di
berbagai perguruan tinggi di luar negeri.

 Bahasa Indonesia Sudah Mendunia


Beberapa kata dalam bahasa Indonesia ternyata banyak dipakai di sejumlah tempat di banyak
negara. Kenyataan, memang beberapa kata dalam bahasa Indonesia berasal atau mempunyai
arti yang sama dengan atau dari negara-negara tertentu, misalnya bahasa Portugis, bahasa
Belanda, bahasa Spanyol, bahasa India dan juga beberapa negara lainnya. Beberapa kata
dalam bahasa daerah juga turut memperkaya khasanah bahasa Indonesia yang sebenarnya,
akarnya adalah berasal dari bahasa Melayu.

Ancaman (Threat)
 Memudarnya Bahasa Indonesia
Orisinalitas bahasa indonesia itu sendiri akan memudar, karena dengan diangkatnya bahasa
Indonesia sebagai bahasa internasioanal. Bukannya tidak mungkin kosakata bahasa Indonesia
akan dicampuradukan bahkan disubtitusi oleh kosakata lain dari bangsa pengguna yang
konotasinya kurang baik, kurang pas atau kurang sesuai dengan identitas bahasa indonesia.
Hal ini dikawatirkan kosakata-kosakata yang kurang baik justru lebih populer dibandingkan
bahasa Indonesia itu sendiri, dan yang lebih membahayakan kosakata baru yang kurang baik
ini justru lebih disukai oleh para pemu da Indonesia.

 Menurunkan Jiwa Nasionalisme


Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, yang menyatukan seluruh warga Indonesia
dari sabang sampai merauke, dengan diangkatnya bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasioanal, dikhawatirkan akan menurunkan jiwa nasionalisme, karena bahasa Indonesia
merupakan simbol kebanggaan masyarakat Indonesia. Selain itu juga dikawatirkan dialektika
bahasa Indonesia yang khas itu akan hilang, sehingga susah dibedekan fonnem, homonim,
homograf dan homofon sebagai ragam kekayaan bahasa indonesia, karena salahnya
pengucapan oleh bangsa asing.

 Penguasaan Bahasa Indonesia


Penguasaan bahasa Indonesia oleh orang indonesia sendiri yang kurang . Pembangunan
Indonesia yang terhambat dan kurang berkembang juga merupakan salah satu ancaman bagi
Internasionalisasi bahasa Indonesia . Gambarannya misal sarana publik yang tidak sesuai
standar, perekonomian yang tidak progresif membuat orang asing beranggapan Indonesia
sebagai negara yang terbelakang,dan berpandangan bahwa Indonesia tidak penting dimata
dunia.

 Bahasa Indonesia di Dunia Pendidikan


Fenomena tentang keironisan bahasa Indonesia juga terlihat dalam dunia pendidikan saat ini.
Mayoritas pelajar di negeri ini tidak lulus Ujian Akhir Nasional (UAN) karena mendapat nilai
rendah pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Sebaliknya, mereka justru mendapat nilai
tinggi untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Ironisnya, fenomena ini terjadi di hampir seluruh
sekolah di Indonesia. Satu hal yang nyata dan dirasakan betul oleh masyarakat adalah, bahwa
seseorang yang piawai berbahasa Indonesia tidak membuat mereka tenang dalam karir dan
pekerjaan. Sebaliknya, orang yang menguasai bahasa Inggris akan mudah dalam karirnya.

Terkait dengan wacana pemerintah di atas yang mengharuskan Tenaga Kerja Asing harus
bisa Bahasa Indonesia, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengatakan, pihaknya
segera mengimplementasikan peraturan pemerintah bahwa tenaga kerja asing yang bekerja di
Indonesia diwajibkan menguasai Bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan setelah revisi
Permenakertrans No. 12 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja
Asing berada di Kementerian Hukum dan HAM untuk dilakukan harmonisasi dengan
peraturan-peraturan lainnya selesai dan uji kemampuan Bahasa Indonesia bisa segera
diimplementasikan bagi para TKA (tenaga kerja asing) yang ingin bekerja di Indonesia.
Selain uji kemampuan Bahasa Indonesia, dalam rancangan revisi Permenaker itu para TKA
juga harus memenuhi persyaratan lainnya yaitu mengunggah (upload) dokumen perizinan
melalui sistem online. Kepala Sekretariat Badan Nasional Sertifikat dan Profesi (BNSP)
Satrio Lelono mengakui sebetulnya sudah ada aturan tenaga kerja (naker) asing di Indonesia
harus bisa berbahasa Indonesia, tetapi tidak diatur standarisasinya. Menurutnya, standarisasi
itu sangat perlu sebagai bentuk perlindungan tenaga kerja dalam negeri. Untuk itu, nantinya
pihak Kemenaker akan melakukan percepatan kompetensi dan sertifikasi profesi. Dan akan
ditindaklanjuti mengenai Standarisasinya oleh Disnaker dan Sertifikasinya oleh BNSP.

Payung Hukum TKA harus bisa Bahasa Indonesia

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-
20/MEN/III/2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan TKA
Pada Keputusan Menteri ini, dijelaskan tentang persyaratan yang harus dipenuhi TKA yang
akan bekerja di Indonesia, yaitu pada BAB II Pasal 2 tentang Persyaratan TKA sebagai
berikut: http://hukum.unsrat.ac.id/naker/menaker_20_2004.htm

1. TKA yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. memiliki pendidikan dan/atau pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang
sesuai dengan jabatan yang akan diduduki;
b. bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja Warga
Negara Indonesia khususnya TKI pendamping;
c. dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

2. Dalam hal jabatan yang akan diduduki TKA telah mempunyai standar kompetensi kerja
maka TKA yang akan dipekerjakan harus memenuhi standar tersebut.

3. TKI pendamping sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b harus memiliki latar
belakang bidang pendidikan yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki TKA.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi Republik Indonesia Nomer:


PERMEN-12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA).
(Dalam tahap proses revisi oleh Pemerintah)
Pada Peraturan Menteri ini, di atur tentang Tata Cara Penggunaan TKA yang bekerja di
Indonesia, yaitu pada BAB V Pasal 26 tentang Persyaratan TKA sebagai
berikut:http://www.nakertrans.jogjaprov.go.id/download/Permen_Nakertrans_No_12_Th_20
13.pdf

1. TKA yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyarata sebagai berikut:
a. memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA;
b. memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja
sesuai dengan jabatan yang akan diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun;
c. bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja
Indonesia pendamping; dan
d. dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi jabatan Komisaris,
Direksi, usaha jasa impresariat,dan pekerjaan yang bersifat sementara.

3. Tenaga kerja Indonesia pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c harus
memiliki latar belakang bidang pendidikan yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki
TKA.

Anda mungkin juga menyukai