Anda di halaman 1dari 19

1.

Dilansir situs Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan (Kemdikbud), awal mula sejarah bahasa
Indonesia yakni bahasa Indonesia lahir pada 28
Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam suatu
rapat dan berikrar:
1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,
2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah


Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda
merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan


kedudukannya sebagai bahasa nasional. Nah, Bahasa
Indonesia lalu dinyatakan kedudukannya sebagai
bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Karena
pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36
disebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.

Lalu dari mana Bahasa Indonesia berasal? Berdasarkan


keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di
Medan, antara lain, menyatakan bahwa
berdasarkan sejarah, bahasa Indonesia mempunyai
akar dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh
dan berkembang dari bahasa Melayu yang sudah
dipergunakan sebagai bahasa penghubung bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan hampir di
seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara
sejak abad ke-7. Hal itu dibuktikan dengan
ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka
tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka
tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun
686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka
tahun 688 M (Jambi).

Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa


Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya
dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun
832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka
tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu
Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai
sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku
pelajaran agama Budha.

Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa


penghubung antarsuku di Nusantara dan sebagai
bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di
Nusantara maupun para pedagang yang datang dari
luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah
Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya,
antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa
yang bernama Koen-louen. Yang dimaksud Koen-luen
adalah bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara,
yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu


tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam,
baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380
M, maupun hasil susastra pada abad ke-16 dan abad
ke-17 seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja
Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan
Bustanussalatin.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara


bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima
oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang,
antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu
tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di
mana-mana di wilayah Nusantara serta makin
berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya.

Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah


Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh
corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap
kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa
Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-
bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara


memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Para
pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia sesuai isi
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Bahasa Indonesia pun dipakai oleh
berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat
pusat maupun daerah. Meskipun bahasa dari daerah
masing-masing masih dipakai, namun untuk
mempersatukan bangsa, masyarakat Indonesia antar
suku menggunakan bahasa Indonesia untuk
percakapan sehari-hari.

2. Banyak ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa


Indonesia sangat berpotensi menjadi bahasa
internasional. Bahkan, Collins (2005) telah
menunjukkan betapa potensialnya bahasa Indonesia
(Melayu) menjadi bahasa dunia (internasional) dilihat
dari sejarahnya. Di samping itu, saat ini sudah banyak
ahli atau komunitas sarjana dari mancanegara yang
mengkhususkan diri mempelajari bahasa
Indonesia/Melayu (lihat Collins 2005:xvii; lihat juga
penyumbang tulisan dalam Moriyama dan Manneke
Budiman, 2010).

  Selain itu, kepotensialan bahasa Indonesia menjadi


bahasa internasional dapat dilihat dari beberapa faktor
yang mendukung dan atau yang memengaruhinya.
Secara garis besar, faktor tersebut dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yakni yang berasal dari bahasa
itu sendiri atau biasanya disebut dengan istilah faktor
intrabahasa dan faktor yang berasal dari luar bahasa
atau biasa disebut dengan  istilah faktor ekstrabahasa.
Pengelompokan itu sebenarnya tidak dapat dipisahkan
secara tegas karena antara faktor intrabahasa dan
faktor ekstrabahasa kadang-kadang hadir bersama-
sama. Pengelompokan itu akan memudahkan cara
pandang kita terhadap potensi bahasa Indonesia
menuju bahasa internasional.

2.Faktor Intrabahasa
Faktor intrabahasa, antara lain, meliputi sistem bahasa.
Sistem bahasa Indonesia dapat dikatakan sudah
mapan. Artinya, beberapa aspek yang terkait dengan
bahasa Indonesia sudah diatur dan sudah dibakukan.
Bahasa Indonesia telah memiliki sistem ejaan yang
mapan, yakni dengan diberlakukannya Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, yang terkenal dengan
singkatannya EYD. Buku panduannya pun sudah
diterbitkan dengan judul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Dengan demikian, dari
segi tata tulis bahasa Indonesia telah memiliki aturan
yang baku. Di samping itu, untuk mengantisipasi
pengaruh bahasa lain dan untuk pengembangan
peristilahan bahasa Indonesia, juga telah diterbitkan
buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Penulisan ejaan bahasa Indonesia tidak menggunakan
salah satu huruf daerah yang ada di Indonesia.
Penulisannya menggunakan huruf Latin yang sudah
digunakan secara internasional. Hal itu memungkinkan
bahasa Indonesia mudah dipelajari karena lafal sesuai
dengan lambang hurufnya. Bahasa Indonesia juga
relative mudah beradaptasi dengan istilah asing
dengan melakukan [enyerapan, termasuk istilah
bahasa Inggris yang banyak diserap menajdai bahasa
Indonesia.
Pembakuan lainnya adalah pembakuan kaidah bahasa
yang tertuang dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia itu
pun sudah beberapa kali mengalami revisi, terakhir
terbit Edisi Ketiga tahun 2003. Dari buku itu siapa pun
dapat dengan mudah mempelajari bahasa Indonesia,
apalagi tata bahasa kita tidak mengenal kala sehingga
mudah dipelajari.
Terkait dengan pembakuan suatu bahasa, kita tidak
dapat terlepas dari keberadaan kamus. Kamus inilah
yang dipakai sebagai sarana untuk membakukan
kosakata yang digunakan dalam sebuah bahasa. Oleh
karena itu, peran kamus sangatlah penting. Dengan
adanya kamus, kita dapat mengetahui bahwa suatu
bahasa sudah dikodifikasi. Adanya kamus dapat
menunjukkan bahwa seberapa banyak kosakata bahasa
tersebut dapat digunakan untuk mengungkapkan ide,
menjelaskan pengetahuan dan mengekspresikan sikap
oleh penuturnya. Kekayaan ide, pengetahuan, dan
sikap penuturnya tersebut dapat dilihat dari jumlah
kosakata yang termuat dalam kamusnya. Kosakata
bahasa Indonesia hingga saat ini masih terus
dikembangkan dengan cara menyerap kosakata bahasa
daerah dan bahasa asing. Sebagai contoh, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ke-4 (2008), telah
memuat lebih dari 90.000 lema. Sebagai perbandingan,
dapat dilihat jumlah kosakata sebagai lema yang
termuat di dalam KBBI, yaitu edisi satu 62.100 (1988),
edisi dua 68.000 (1991), edisi ketiga 78.000 (2001), dan
edisi keempat 90.000 (2008). Perubahan jumlah
kosakata dari edisi ke edisi menunjukkan bahwa
kosakata bahasa Indonesia mengalami perkembangan
yang luar biasa. Hanya dalam waktu dua decade jumlah
kosakata bertambah sebanyak 27.900, belum lagi
ditambah terbutnya kamus istilah berbagai bidang
ilmu, tesaurus, dan glosarium. Glosarium berbagai
bidang ilmu pun sudag diterbitkan, antara lain
Glosarium Kedokteran, Glosarium Biologi, Glosarium
Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Matematika,
Glosarium Pendidikan, dan Glosarium Perikanan.
Dari apa yang dikemukakan di atas dapat dikatakan
bahwa bahasa Indonesia mampu berperan sebagai
bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu
sebagai wahana komunikasi di dunia politik, bisnis,
pariwisata, seni , budaya, dan sebagainya. Dengan kata
lain, bahasa Indonesia mampu berperan sebagai
bahasa dan sarana komunikasi di segala bidang.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa bahasa
Indonesia juga mampu sebagai sarana komunikasi di
dunia intermasional.  

3.Faktor Ekstrabahasa
Faktor ekstrabahasa dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok, yakni faktor yang dapat memengaruhi
secara langsung dan faktor yang dapat memengaruhi
secara tidak langsung.
  Faktor ekstrabahasa yang dapat memengaruhi secara
langsung adalah jumlah penutur bahasa Indoensia dan
sikap penutur bahasa Indonesia. Indonesia dengan
jumlah penduduk terbesar keempat di dunia
merupakan modal yang sangat berarti untuk
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional. Memang, tidak semua penduduk
Indonesia dalam kehidupan sehari-harinya
menggunakan bahasa Indonesia secara aktif, tetapi
hampir semua penduduk Indonesia mengerti bahasa
Indonesia.
  Untuk dapat mendukung bahasa Indonesia menjadi
bahasa internasional, tentu saja perlu diciptakan sikap
yang positif dari penutur bahasa Indonesia. Sikap yang
positif penutur terhadap bahasa Indonesia tersebut
ditandai dengan kesenangan orang Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Apabila penutur tersebut telah senang menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar, tentu saja
mereka akan setia menggunakannya. Kesetiaan
penutur menggunakan bahasa Indonesia ini akan
membangkitkan kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia. Itulah yang disebut sebagai penutur yang
memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
  Faktor ekstrabahasa yang dapat mempengaruhi
secara tidak langsung, antara lain adalah daya tarik
kekayaan alam dan budaya Indonesia. Kekayaan alam
Indonesia yang sangat melimpah merupakan daya tarik
bagi pelaku ekonomi dari mancanegara untuk
berinvestasi di Indonesia. Dengan banyaknya pelaku
ekonomi dari mancanegara yang berinvestasi di
Indonesia ini mau tidak mau akan berdampak pada
banyak orang asing yang masuk ke Indonesia. Hal itu
dapat berdampak pula pada banyaknya orang asing
yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Saat ini
sudah banyak perguruan tinggi atau lembaga
pendidikan (219 lembaga di 74 negara), baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, yang menyelenggarakan
BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) (Wahya
2010:174).
  Keanekaragaman budaya Indonesia telah menjadi
daya pikat yang luar biasa bagi turis asing untuk datang
dan menyaksikan berbagai budaya Indonesia. Apalagi
Indonesia yang kaya budaya ini ditunjang sikap
penduduknya yang terkenal ramah, luwes, dan mudah
menerima budaya dari luar. Tidak kalah penting dari
apa yang dikemukakan di atas adalah kestabilan
keamanan di Indonesia. Dengan keamanan yang stabil
saat ini, banyak wisatawan asing datang ke Indonesia
tanpa rasa takut.
    Beberapa media massa elektronik, khususnya radio
yang disiarkan secara internasional, misalnya BBC,
Radio Australia, Suara Amerika (Voice of America =
VoA),  dan Radio Belanda, secara, rutin mempunyai
siaran dalam bahasa Indonesia. Tidak kalah pentingnya
adalah kehadiran bahasa Indonesia di dunia internet.
Sudah banyak laman yang ada di internet menyajikan
berbagai informasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Bahkan, sudah banyak laman luar negeri
pun menyediakan layanan dalam bahasa Indonesia.
Tidak ketinggalan pula laman klub sepak bola ternama
dunia juga sudah ada yang menyediakan layanan
bahasa Indonesia bagi penggemarnya. Dengan
demikian, saya yakin suatu saat nanti bahasa Indonesia
dapat menjadi bahasa internasional, semoga!

3. Menurut Profesor Dr. Handayani, seorang guru besar


bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta
(UNS), bahasa Indonesia punya potensi digunakan
sebagai bahasa internasional. Dan saat ini bahasa
Indonesia juga dipelajari di lebih dari 45 negara di
dunia, di antaranya adalah Australia, Jepang, Vietnam,
Mesir, dan Italia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia
termasuk ke dalam peringkat 10 besar bahasa yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia. Bahasa
Indonesia saat ini menjadi urutan ketiga setelah bahasa
Spanyol dalam posting-posting Wordpress. Di negara
Vietnam, bahasa Indonesia dikukuhkan menjadi bahasa
resmi kedua setelah bahasanya sendiri. Kemudian,
baha
sa Indonesia menjadi bahasa terpopuler keempat di
negara Australia. Selain itu, bahasa Indonesia menjadi
penutur asli terbesar kelima di dunia. Bahasa Indonesia
yang tersebar di luar negeri sebanyak 4.463.950 orang.
Tidak hanya bangsa Indonesia yang ingin mempelajari
bahasa Indonesia, ternyata bangsa lain pun ingin
mempelajari dan mengenal bahasa Indonesia lebih
jauh, contohnya Australia. Bangsa Australia ingin
mempelajari dan mengenal bahasa Indonesia lebih
jauh karena mereka mengagumi budaya Indonesia.
Bahkan, saat ini banyak perguruan tinggi di luar negeri
yang membuka Program Bahasa Indonesia (Indonesian
Language Studies), setidaknya ada 52 perguruan tinggi
di negara asing. Adapun lembaga-lembaga yang
melakukan pengajaran bahasa Indonesia di antaranya
adalah Amerika Serikat, Maroko, Mesir, Korea,
Suriname, Australia, Vietnam, Ukrania, Kanada, dan
Jepang. Jika kita melihat data dari Jepang, sebanyak 75
dari 800 perguruan tinggi di Jepang mengajarkan
bahasa Indonesia. Melihat akan hal itu, seharusnya kita
sebagai warga Indonesia harus bangga dan cinta akan
bahasa Indonesia sebagai identitas negara Indonesia
serta menjaga, memelihara, melestarikan, serta
membudidayakan bahasa Indonesia agar kemungkinan
untuk menjadi bahasa internasional dapat terwujud.
Salah satu alasan bahasa Inggris menjadi bahasa
internasional adalah karena bahasa Inggris merupakan
bahasa tertua di dunia yang berasal dari dataran
Britania, yaitu sekitar abad ke-8. Selain itu, bahasa
Inggris juga memiliki kosakata yang begitu pesat.
Walaupun negara Inggris merupakan negara maju, tak
menutup kemungkinan bahwa negara Inggris adalah
negara yang paling banyak dijajah di antara negara di
seluruh dunia. Oleh karena itu, bahasa Inggris menjadi
sangat familiar dan cepat menyebar di berbagai
belahan dunia.

Memang, saat ini bahasa internasional diduduki oleh


bahasa Inggris. Namun, tidak menutup kemungkinan
beberapa tahun ke depan, bahasa Indonesia dapat
menggantikan posisi bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional. Hal itu dapat terjadi karena bahasa
Indonesia telah banyak dikenal oleh bangsa lain,
seperti yang telah kita bahas sebelumnya.

Adapun faktor lain yang memungkinkan bahasa


Indonesia menjadi bahasa internasional, yaitu bahasa
Indonesia adalah bahasa yang begitu kaya. Jika kita
mengingat kembali, sejarah bahasa Indonesia memiliki
kaitan yang sangat erat dengan bahasa Melayu, karena
pada awalnya bahasa Indonesia terbentuk dari bahasa
Melayu. Hal itu tejadi karena pada zaman dulu, ketika
kerajaan Sriwijaya maju ke wilayah Asia Tenggara,
beliau menggunakan bahasa Melayu Kuno sebagai alat
perantara dengan kerajaan lain. Sejarah bahasa
Indonesia tidak berhenti samapi disitu saja, karena
perkembangan bahasa Indonesia di nusantara ini
semakin pesat. Terlebih dengan sifat terbukanya yang
membuat bahasa Indonesia menyerap ribuan kata
yang diserap dari bahasa beberapa ba ngsa di belahan
dunia, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa
asing. Bahkan, bahasa Indonesia mengalami
penyempunaan dalam ejaannya. Adapun tahapan
perkembangan ejaan bahasa Indonesia adalah Ejaan
Van Ophuijen (1901), Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (19 Maret 1947), Ejaan yang Disempurnakan
atau EYD (1972), dan Ejaan Bahasa Indonesia atau EBI
(2015).

Kemudian, bahasa Indonesia adalah bahasa yang unik.


Walaupun bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu, namun bahasa Indonesia memiliki
karakteristik yang berbeda, baik secara lisan maupun
dalam bentuk tulisan. Selain negara Indonesia, negara
Malaysia pun memiliki bahasa yang mirip dengan
bahasa Melayu, namun pengucapan bahasa Indonesia
lebih enak didengar dam lebih mudah dimengerti
ketimbang bahasa resmi negara Malaysia.

4. Dari awal kemunculan bahasa Indonesia, bisa


dikatakan bahwa bahasa Indonesia merupakan
manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah
perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman
budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Atas
dasar fakta tersebut, disusunlah Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan yang
merupakan legitimasi kedudukan bahasa Indonesia di
wilayah NKRI yang lebih operasional.
Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
menjelaskan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan
dalam forum yang bersifat nasional atau forum yang
bersifat internasional di Indonesia. Implikasi dari pasal
tersebut adalah semua masyarakat Indonesia memiliki
kewajiban yang sama untuk menggunakan bahasa
Indonesia dalam setiap forum, baik forum ilmiah
maupun forum nonilmiah.
Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud di atas
berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional,
sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana
komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
Selain fungsi tersebut, bahasa Indonesia juga memiliki
kedudukan sebagai bahasa resmi negara yang
diwujudkan dalam fungsi sebagai bahasa resmi
kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat
nasional, pengembangan kebudayaan nasional,
transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan bahasa media massa.
Selain kewajiban penggunaan bahasa Indonesia,
pemerintah diamanati tugas penginternasionalan
bahasa Indonesia. Pasal 44 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 menjelaskan (1) Pemerintah meningkatkan
fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional
secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan; (2)
Peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan; dan (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan fungsi
Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Berdasarkan pasal-pasal dalam
undang-undang tersebut, jelaslah bagi warga negara
Indonesia bahwa kita memiliki misi bersama yaitu
menginternasionalkan bahasa Indonesia secara
bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. Tentu misi
tersebut hanya bisa terlaksana jika seluruh lapisan
masyarakat, dari masyarakat umum, pelaku usaha,
hingga para akademisi mendukung, menggunakan, dan
selalu mengutamakan bahasa Indonesia dalam setiap
aktivitas yang dilakukan. Sebaliknya, tindakan yang
melemahkan bahasa Indonesia ataupun menguatkan
fungsi bahasa selain bahasa Indonesia melebihi
kedudukan/fungsi bahasa Indonesia di wilayah
Indonesia harus dihindarkan apabila kita ingin
menyukseskan misi penginternasionalan bahasa
Indonesia dan menjadi warga negara yang taat pada
aturan perundang-undangan.
Lebih lanjut mengenai internasionalisasi bahasa
Indonesia, Pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa
dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia.
Dalam Pasal 1 peraturan tersebut sudah dijelaskan
arah pengembangan bahasa Indonesia, yaitu
peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional. Berikut pejelasan mengenai
pengembangan bahasa Indonesia tersebut.
“Pengembangan Bahasa adalah upaya memodernkan
bahasa melalui pemerkayaan kosakata, pemantapan
dan pembakuan sistem bahasa, pengembangan laras
bahasa, serta mengupayakan peningkatan fungsi
Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional”.
Dalam Pasal 31 peraturan pemerintah tersebut juga
dinyatakan tujuan internasionalisasi bahasa Indonesia.
Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: (1)
Peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional bertujuan untuk menunjukkan jati diri
dan meningkatkan daya saing bangsa; (2) Peningkatan
fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional
sebagaimana dimaksud di atas dilakukan melalui: a)
penggunaan bahasa Indonesia di forum internasional;
b) pengembangan program pengajaran bahasa
Indonesia untuk orang asing; c) peningkatan kerja sama
kebahasaan dan kesastraan dengan pihak luar negeri;
d) pengembangan dan pemberdayaan pusat
pembelajaran bahasa Indonesia di luar negeri;
dan/atau e) upaya lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dari banyaknya dasar perundang-undangan
pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa
Internasional, sudah semestinya seluruh masyarakat
Indonesia mendukung program internasionalisasi
bahasa Indonesia dengan selalu mengupayakan
penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan bidang
kerja atau keahlian yang dimiliki. Perjuangan bangsa ini
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional secara hukum sangat jelas dan kuat
kedudukannya. Oleh karena itu, jika ada lembaga atau
forum melaksanakan kegiatan yang menjadikan
bahasa, selain bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional atau ilmiah internasional di wilayah
Republik Indonesia, tentu hal itu sangat bertentangan
dengan semangat dan perjuangan negara. Ditambah
lagi belum lama ini, Presiden Republik Indonesia
mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63
Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia.
Dalam perpres tersebut ditegaskan kembali kewajiban
penggunaan bahasa Indonesia di forum nasional
ataupun internasional yang diselenggarkan di
Indonesia. Perpres tersebut secara tidak langsung
mendukung dan menguatkan upaya internasionalisasi
bahasa Indonsia karena dengan aturan tersebut, mau
tidak mau masyarakat internasional harus mengetahui
dan memelajari bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai