BAB I
PENDAHULUAN: SELAYANG PANDANG
BAHASA INDONESIA
Kapankah mulai ada bahasa Indonesia? Jawaban atas pertanyaan ini tentu mengundang
perdebatan. Kita masih terbentur pada problem: unsur apa dan unsur mana yang paling
penting untuk menentukan asal mula bahasa Indonesia? Apakah unsur keresmiannya atau
unsur kenasionalannya? Sementara ini, ada yang berpendapat bahwa bahasa Indonesia,
termasuk sastranya, baru ada tahun 1945, 1933, 1928, 1920, 1908 dan seterusnya.
Yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia ada pada tahun 1945, memberi alasan karena
bahasa Indonesia secara resmi dicantumkan dalam UUD 1945 baru tahun 1945. Tepatnya,
bahasa Indonesia tercantum dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, yang berbunyi: Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia. Jadi, secara resmi memang baru tahun 1945-lah bahasa
Indonesia ada.
Yang mengatakan bahwa Bahasa Indonesia ada pada tahun 1933, memberi alasan
sebagai berikut. Pada tahun itu terbit sebuah majalah bernama Pujangga Baru yang secara
terang-terangan hendak, memajukan bahasa dan kebudayaan Indonesia. Kebanyakan orang
yang biasa menulis karya dalam majalah itu terkenal dengan Angkatan Pujangga Baru.
Tokoh-tokohnya ialah S. Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armyn Pane.
Yang mengatakan bahasa Indonesia ada pada tahun 1928, memberi alasan bahwa pada
tahun itu (tepatnya tanggal 28 Oktober) dicetuskan Sumpah Pemuda yang merupakan ikrar
para pemuda dari seluruh Nusantara yang berbunyi seperti berikut.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Sumpah Pemuda ini merupakan tonggak yang sangat penting dalam perkembangan
bahasa Indonesia selanjutnya. Jangankan di bidang bahasa, bahkan di bidang lain juga seperti
di bidang politik dan ideologi kenegaraan arti Sumpah Pemuda ini luar biasa pentingnya Prof.
Dr. A. Teeuw mengatakan bahwa 28 Oktober 1928 ini merupakan saat pembabtisan bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia.
Yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia ada pada tahun 1920, memberi alasan karena
pada tahun inilah mulai muncul karya-karya asli karangan orang Indonesia sendiri seperti
Azab dan Sengsara oleh Merari Siregar, dan Siti Nurbaya oleh Marah Rusli. Pada tahun inilah
aktivitas Balai Pustaka dimulai dengan terbitnya buku-buku roman penulis-penulis Indonesia
dengan memakai bahasa Indonesia. Kalau aktivitas kesusasteraan sebelumnya berada di
Malaya, maka semenjak waktu itu aktivitas sastra berpindah ke Jakarta. Maka semenjak tahun
itulah mulai ada bahasa Indonesia sebagai alat untuk menyatakan sastra di Indonesia.
Yang mengatakan bahasa Indonesia ada pada tahun 1908, memberi alasan bahwa pada
tahun itulah organisasi sosial yang menjadi sumber pemimpin-pemimpin bangsa selanjutnya.
Organisasi itu dikenal dengan nama Budi Utomo yang dipimpin oleh para mahasiswa
Sekolah Tinggi Kedokteran pada waktu itu, seperti Sutomo Mangunkusumo dan lain-lain.
Organisasi ini merupakan suatu organisasi yang kemudian menjadi tonggak penting bagi
perkembangan organisasi politik di kemudian hari. Dan, pemerintah Republik Indonesia
sendiri telah menetapkan 1908 (20 Mei) sebagai Hari Kebangkitan Nasional, yang setiap
tahun diperingati di Indonesia. Jadi kalau kita mengakui bahwa unsur nasional merupakan hal
yang penting untuk menetapkan asal mula bahasa Indonesia, maka tidak boleh tidak tahun
1908 yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hari Kebangkitan Nasional, juga berlaku
di bidang bahasa.
Jejak tertua bahasa Melayu yang sampai kepada kita ditemukan pertama sekali di empat
tempat, yakni batu bertulis yang terdapat di Talang Tuwa, Kedukan Bukit, Kota Kapur dan
Karang Brahi masing-masing berangka tahun 683, 684, dan 686. Prasasti atau piagam itu
memakai tulisan Praemagari dan bahasa Melayu Kuno. Di bawah ini dikutipkan contoh
bahasa yang digunakan dalam prasasti Talang Tuwo.
di assannkala di antara marga lain temu muwah ya ahara dengan air di minumnya
sawanyaknya wuyatnya huma parlak mancak muwah ya menghidupi pasu prakara
marhulum tuwi werddhi muwah ya jangan ya nikenai sawanyaknya yang upasarga
pidana swapnawignya.
Batu bertulis berikut yang ditemukan tidak lagi di Sumatera, melainkan di Jawa, ialah
di Gandasuli bertahun 832, daerah Kedu, arah timur Gunung Sundara. Menurut penelitian
Dr.I.G.de Casparis, bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Melayu Kuno, yag berdekatan
sekali dengan prasasti-prasasti di Sumatera Selatan. Walaupun di sana-sini ada perbedaanperbedaan kecil, mungkin akibat pengaruh dialek. Hal ini membuktikan bahwa bahasa
Melayu pada abad IX sudah menembus sampai ke daerah yang jauh dari asal bahasa Melayu.
Batu tertulis selanjutnya kita temukan di daerah Minagkabau berangka tahun 356 yang
menggunakan prosa Melayu Kuno yang bercampur dengan sedikit bangsa Sansekerta.
Beberapa tahun kemudian yakni tahun 1380 di Minye Tujoh Aceh (antara sungai Pasai dan
sungai Jambu Air) ditemukan prasasti berupa nisan. Pada nisan ini berisi delapan baris sanjak
yang menggunakan bahasa Melayu Kuno, yang diselidiki dengan sungguh-sungguh oleh Dr.
Stutterheim. Inilah beberapa batu bertulis yang menggunakan bahasa Melayu yang kita
ketahui hingga kini. Dari contoh-contoh bahasa yang dipergunakan dalam batu bertulis itu
tahulah kita bahwa bahasa Melayu sudah tersebar pemakaiannya pada waktu itu.
Sejarah Singkat Pertumbuhan Bahasa Indonesia
Untuk membicarakan perkembangan bahasa Indonesia, kita harus membicarakan
bahasa Melayu, sebagai asal (sumber) pertama bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang.
Beberapa alasan yang melandasi dipilihnya bahasa Melayu sebagai asal (sumber) bahasa
Indonesia antara lain seperti berikut.
1. Bahasa Melayu lebih sederhana, baik struktur maupun pada kalimatnya (tidak ada tata
tingkat yang rumit).
2. Bahasa Melayu penyebarannya lebih luas karena dipakai sebagai bahasa perdagangan.
3. Bahasa Melayu pernah digunakan oleh kerajaan Sriwijaya (pada jaman keemasan I).
4. Secara politis, dapat mempersatukan berbagai daerah di Indonesia. Tidak menimbulkan
kecemburuan pemilihan bahasa asal (sumber) bahasa Indonesia dari daerah-daerah di
Indonesia.
Perkembangan bahasa Indonesia yang ada sekarang merupakan akibat dari dua
peristiwa, yaitu (a) kekuatan internal (internal forces); dan (b) kekuatan luar (exsternal
forces). Kekuatan internal berarti peristiwa yang ditimbulkan oleh pemakai bahasa itu sendiri,
tanpa kontak dengan bahasa luar. Hal ini merupakan suatu keadaan yang ada di dalam organ
bahasa itu sendiri yang mampu mewadahi budayanya sendiri. Kekuatan eksternal merupakan
peristiwa yang terjadi akibat persentuhan dengan hal-hal yang berada di luar organ bahasa itu
sendiri. Perubahan yang ditimbulkan akibat kontak antara pemakai bahasa dengan pemakai
bahasa lainnya. Kekuatan internal itu bersifat evolutif. Artinya, daya geraknya pelan sejalan
dengan dinamika bahasa itu sendiri, tanpa pengaruh langsung dari bahasa lainnya. Kekuatan
eksternal bersifat revolutif. Artinya, perkembangan itu dipengaruhi oleh bahasa lain sehingga
unsur-unsur bahasa lain diserap menjadi bagian bahasa Indonesia (borrowing procces).
Peristiwa ini dapat berupa: adaptasi, adopsi, asimilasi, interferensi, alihkode, afiksasi, dan
sebagainya.
Garis Perjalanan Perkembangan BI
Prasasti
P.Kedukan
P.Kota Kapur
&
P.Gondosuli
686
Hikayat Raja-
832
Buku-buku
kabau
Tujoh
raja Pasai
1356
Buku-buku
1380
1536
Kitab-kitab Seribu Masalah
Tajussalatin
a
1603
Ejaan
Bustanussalatina
1683
Gerakan Sosial
(Kitnas: Budi Utomo)
1908
Angkatan
Pujangga Baru
Van
Ophuysen
1901
Sumpah
Pemuda
1726
Lahir K-S
Indonesia
1920
1928
UUD
Kemerdekaan RI
(UUD 1945)
Ejaan
Republik/
E. Suwandi
1945
1950
EYD
1972
1933
LBB (Lemb.
Ejaan
Ejaan
1949
LBK
Pembaharuan
1956
Malindo
1959
1966
1950
Secara singkat, ada tiga tahap perkembangan pembinaan bahasa Indonesia. Pertama,
tahap persebaran. Pada tahap ini bahasa Indonesia disebarluaskan pemakaiannya agar daya
jangkau masyarakat bahasa lebih luas. Jumlah pemakai bahasa Indonesia lebih besar secara
kuantitas. Kedua, tahap konsolidasi. Pada tahap ini bahasa Indonesia mengalami proses
perbaikan mutu/kualitas untuk memantapkan kedudukannya sebagai cendekia. Ketiga, tahap
legalisasi. Pada tahap ini bahasa Indonesia perlu pengakuan, pengukuhan dan pengabsahan
dalam percaturan bahasa dunia. Pengukuhan ini akan dapat tercapai apabila tahap konsolidasi
dapat berproses dengan sempurna.
Dalam upaya konsolidasi, bahasa Indonesia melakukan pemekaran kosa kata, untuk
memperkaya perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia. Beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam pemekaran kosa kata adalah (1) menyerap bahasa daerah-daerah di
Indonesia, (2) menyerap bahasa-bahasa serumpun, (3) menyerap bahasa asing (Inggris), (4)
menyerap bahasa asing (selain bahasa Inggris). Disamping itu, perlu diadakan pula konggres
bahasa Indonesia secara berkala untuk memantapkan dan mendewasakan bahasa Indonesia.
Konggres Bahasa Indonesia yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut. Konggres
Bahasa Indonesia pertama tahun 1938 di Solo, kedua tahun 1954 di Medan, ketiga tahun 1978
di Jakarta, keempat tahun 1983 di Jakarta, kelima tahun 1988 di Jakarta, dan keenam tahun
1993 di Jakarta. Selanjutnya, secara ringkas perkembangan Lembaga Kebahasaan di
Indonesia dapat diperikan seperti berikut.
Tahun 1947
Tahun 1952
Tahun 1959
Tahun 1966
Tahun 1969
Tahun 1975
BAB II
MEMILIH KOSAKATA
DAN
MENGGUNAKAN EJAAN
Kosakata
Kata atau kosakata merupakan unsur bahasa yang sangat penting dalam sebuah naskah
atau tulisan. Dalam kata-kata itulah terkandung makna dan gagasan yang diungkapkan
penulis atau pembicara. Oleh sebab itulah, seorang penulis dan juga pembicara perlu
menguasai sejumlah kosakata yang memadai. Tanpa memiliki pengetahuan tentang kosakata,
seseorang tak mungkin dapat melakukan kegiatan berbahasa. Dalam kata-kata itulah makna
atau ide dapat disimpan atau dikeluarkan. Oleh sebab itu, penguasaan kata sangat penting.
Ada beberapa rambu-rambu yang penting untuk memilih kosakata dalam menulis.
Pertama, kata yang digunakan harus lazim. Lazim berarti seperti pada umumnya atau
biasanya. Kata-kata yang dipakai dalam naskah hendaknya seperti kata-kata yang dipakai
oleh masyarakat pemakai bahasa, sehingga tidak menimbulkan suatu keanehan. Contoh
Lampu di rumahku tadi malam tewas.
Penggunaan kata tewas di atas tidak lazim dipakai dalam bahasa Indonesia. Kata tewas
mempunyai arti hampir sama dengan mati, meninggal (dunia), wafat, dan gugur. Namun,
kata-kata itu mempunyai ciri pemakaian yang berbeda-beda. Pada contoh di atas kata tewas
lazimnya diganti dengan kata mati, karena ciri pemakaian kata tewas hanya digunakan
orang.
Kedua, kata-kata yang dipakai dalam naskah hendaknya mengikuti kaidah tatakata
dalam bahasa Indonesia. Kata-kata yang tidak memenuhi kaidah tatakata harus dihindari.
Kata yang tidak memenuhi aturan tatakata itu sering disebut kata tidak baku (periksa bagian
kata baku dan tak baku).
Ketiga, kata-kata yang dipakai dalam naskah hendaknya teliti sesuai dengan kaidah
tatamakna. Setiap kata dalam bahasa Indonesia mempunyai makna tertentu. Makna itu dapat
bertumpang-tindih. Oleh sebab itu, dalam menggunakan kata harus sesuai dengan maksud
yang hendak diungkapkan. Deretan kata berikut merupakan deretan kata yang mempunyai
makna yang tumpang tindih.
religius
agama
Islam
ibadah
zakat
zakat fitrah
Penggunaan kata-kata seperti diatas harus berhati-hati. Kita harus menggunakan kata
sesuai dengan cakupan maknanya, sehingga maksud yang kita ungkapkan dapat segera
dipahami oleh orang lain dengan mudah.
Keempat, kata harus digunakan sesuai dengan ranahnya. Setiap bidang studi/ilmu
mempunyai kata-kata khusus. Seperti dalam persepakbolaan ada kata mencetak gol,
membobolkan gawang, sepak pojok, penjaga gawang, gelandang kiri dsb. Kata-kata yang
digunakan dalam bidang itu berbeda dengan kata-kata yang dipakai dalam bidang lain, seperti
mencetak uang, membobol rumah, dsb.
Selain itu, siatuasi pemakaian juga mempengaruhi jenis kata yang dipakai. Penggunaan
kata dalam surat kabar umum berbeda dengan penggunaan bahasa di majalah ilmiah. Katakata dalam surat kabar sering menggunakan ragam tak baku, sedang dalam majalah ilmiah
penggunaan kata-kata dituntut agar menggunakan kata yang baku.
Kata dan Istilah
Seorang penulis perlu memahami perbedaan konsep antara kata dan istilah. Kata
mempunyai pengertian yang berbeda dengan istilah. Kata mengacu pada satuan bahasa yang
kecil, bebas, yang mempunyai kemungkinan banyak makna, dan terikat akan konteks
pemakaian. Sebaliknya, istilah merupakan kata yang maknanya relatif tidak tergantung pada
konteks pemakaian. Contoh
Kata
masam
akar
mati
lahir
Istilah
geografi
moneter
angka kematian
angka kelahiran
Deretan kata pada deretan kata mempunyai kemungkinan banyak arti, misalnya akar.
Kata akar mempunyai arti yang berbeda-beda pada gabungan kata berikutnya.
akar kata
akar pohon
berurat berakar
akar sembilan
Istilah cenderung mempunyai makna yang tetap dan tidak berubah karena konteksnya.
Istilah itu mengandung konsep yang telah disepakati bersama. Kata-kata di bawah kolom
istilah di atas mempunyai konsep atau ide yang telah mantap. Biasanya istilah itu
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang ilmu tertentu. Untuk menjadi
seorang penulis yang profesional diperlukan penguasaan pelbagai macam istilah yang
digunakan dalam bidang-bidang keilmuan dan juga kosakata yang dimiliki bahasa tersebut.
Kata Baku dan Tak Baku
Dalam setiap bahasa dapat dikenal kata baku (standar) dan tak baku (tak standar). Kata
baku adalah kata-kata yang memenuhi kaidah ketatabahasaan yang berlaku, baik ucapan
maupun ejaan. Kata-kata baku ini biasanya menunjukkan kesistematisan dalam bentukannya,
stabil (tidak mudah berubah), menunjukkan ciri intelektualisme, dan digunakan dalam bidang
ilmu dan teknologi serta menunjukkan ragam bahasa tinggi. Kata-kata baku ini pada
umumnya dipakai dalam komunikasi resmi. Kata-kata tak baku adalah kata-kata yang
menyimpang dari kaidah tatabahasa yang berlaku dan biasanya digunakan untuk komunikasi
tidak resmi. Contoh
Kata-kata baku
Kata tak baku
komoditas
komoditi
metode
metoda
senin
senen
mengapa
ngapain
film
pilem
kompleks
komplek
teknologi
tehnologi
Pertanyaan yang sering muncul, Apakah kata-kata tak baku itu boleh digunakan?
Jawabnya adalah boleh, asal sesuai dengan situasi pemakaiannya. Dalam penulisan ilmiah
hendaknya penggunaan kata-kata tak baku itu dihindari. Untuk menentukan apakah suatu kata
itu baku atau tidak baku dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata-kata
baku biasanya digunakan dalam pemakaian bahasa yang resmi (seperti surat menyurat resmi,
pidato untuk umum, undang-undang dsb), wacana teknis (seperti laporan, karya ilmiah, dsb),
dan juga pada waktu berbicara dengan orang yang dihormati.
Istilah Umum dan Istilah Khusus
Istilah umum adalah istilah yag mempunyai makna umum seperti yang diketahui oleh
masyarakat umum. Istilah khusus adalah istilah yang mempunyai makna tertentu sesuai
dengan bidangnya. Istilah khusus itu biasanya digunakan dalam bidang ilmu tertentu dan
mempunyai makna yang tertentu pula. Istilah khusus ini juga disebut kata kajian. Contoh
Istilah umum
tingkah laku
menduga
gulung tikar
kesalahan
kalimat
Istilah khusus
behavioristik
diagnosis
resesi
pidana
sintaksis
Istilah umum hampir mendekati kata, tetapi maknanya relatif tetap dan diketahui oleh
khalayak. Sedang istilah khusus, biasanya mempunyai makna khusus yang hanya diketahui
oleh orang yang mendalaminya.
Kata Asli dan Kata Serapan
Kosakata dalam suatu bahasa dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan
keakrapan dengan penuturnya. Pertama, kata-kata yang telah lama menjadi suatu
perbendaharaan suatu bahasa yang sering disebut kata asli. Kata asli itu berasal dari bahasa
itu sendiri. Kedua, kata serapan yang merupakan kata-kata yang diserap dari bahasa lain
untuk menambah perbendaharaan bahasa. Sumber serapan dalam bahasa Indonesia dapat
berasal dari bahasa asing dan juga bahasa daerah. Kata serapan biasanya masih terasa
keterasingannya dan dapat ditelusuri asal-usulnya. Namun, lama kelamaan kata-kata serapan
itu juga tidak terasa keasingan, sehingga dianggap sebagai kata-kata asli, seperti kata-kata ini.
jaya
neraka
nusantara
adat
akal
maklum
tamasya
bius
istana
cemooh
heboh
getol
usil
anjangsana
nyeri
luwes
langka
cacah
santai
Kata-kata di atas sekarang terasa akrap dengan penuturnya, sehingga tidak terasa
keasingannya. Kata-kata itu sudah lama menjadi warga kosakata bahasa Indonesia. Namun,
ada juga kata-kata serapan yang masih terasa keasingannya. Contoh
aklamasi
akreditasi
klimaks
qariah
radiasi
transliterasi
Deretan kata-kata di atas kiranya masih terasa asing, bahkan kadang-kadang maknanya
tidak banyak diketahui orang.
Proses Penyerapan
Masuknya kosakata asing atau daerah ke dalam bahasa Indonesia melalui proses
penyerapan. Proses ini disebut juga naturalisasi, karena proses ini berusaha mengilangkan
rasa keasingan kosakata yang masuk tersebut. Biasanya kosakata yang diserap itu tidak
mempunyai pandanan konsep dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian perlu penyerapan
tersebut. Ada beberapa macam penyerapan seperti di bawah ini.
a) Adopsi
Adopsi adalah penyerapan yang dilakukan secara utuh tanpa melakukan perubahan atau
penyesuaian. Adopsi ini dilakukan bila sistem kata yang diambil telah sesuai dengan sistem
kaidah bahasa Indonesia. Contoh
novel
program
bonus
radio
dialog
Penulisan kata hasil adopsi itu biasanya sama dengan kata sumbernya, tetapi
pelafalannya disesuaikan dengan kaidah bunyi bahasa Indonesia. Khusus penyerapan dari
kata-kata bahasa serumpun, biasanya dapat dilakukan adopsi penuh, misalnya
tuntas
wibawa
ruwet
lugas
wawas
bodor
ceroboh
Kata-kata asing yang digunakan sebagai istilah internasional dapat diadopsi. Seperti
kata-kata di bawah ini. Penulisan kata-kata seperti di bawah ini harus diberi garis bawah atau
cetak miring. Contoh
allegro moderato
ceteris paribus
10
esprit de corps
vis-a-vis
status quo
b) Adaptasi
Adaptasi adalah penyerapan yang disesuaikan dengan kaidah yang berlaku, baik kaidah
bunyi maupun kaidah penulisan. Contoh
nonton
mbacok
nganggur
nyukur
menonton
membacok
menganggur
mencukur
Contoh adaptasi di atas mengalami penyesuaian kaidah bentukan kata. Di bawah ini
diberikan beberapa pedoman penyesuaian kaidah bunyi dan penulisan.
Penyesuaian
dalam BI
a
ae
Contoh
Asing Indonesia
Octaaf oktaf
Aerobe aerob
Keterangan
Dari bhs Belanda
11
3.
ae
4. ai
5. au
6. c
7. c
8. cc
9.
cc
10.
ch/
cch
11. ch
12.
ch
13. e
14.
e
15.
ea
16.
ea
17.
ei
18.
eo
19.
eu
20.
f
21.
g
22.
gh
23.
i
24.
ie
25.
ie
e
ai
au
k
s
k
ks
k
Haematite hematit
Trailer trailer
Audiogram audiogram
Coup kup
Central sentral
Acculturation akulturasi
Accessory aksesori
Charism karisma
c
s
e
ea
i
ei
eo
eu
f
g
g
i
i
ie
Charter carter
Machine mesin
System sistem
Phoneme fonem
Realist realis
Team tim
Eicosane eikosan
Stereo stereo
Euphone eufoni
Fossil fosil
Energy energi
Sorghum sorgum
Iota iota
Riem rim
Variety varietas
Yang lafalnya c
Yang lafalnya s /sy
Di depan a, u, o
di depan e, i, oe, y
di depan o, u,
konsonan
Pembentukan Istilah
Ilmu pengetahuan terus berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan itu diiringi oleh
perkembangan peristilahan. Setiap hari ada puluhan istilah yang muncul dalam dunia ilmu
pengetahuan. Istilah-istilah yang muncul dalam dunia ilmu pengetahuan itu mempunyai
konsep atau ide tertentu yang sesuai dengan bidang ilmu yang dikembangkan. Untuk
mengikuti perkembangan peristilahan itu dalam bidang bahasa Indonesia telah ditetapkan
beberapa rambu-rambu pembentukan istilah. Rambu-rambu pembentukan istilah ini hanya
merupakan usaha pengendalian perkembangan bahasa itu sendiri, agar tidak terjadi
penyimpangan dalam perkembangan bahasa. Adapun pembentukan rambu-rambu
pembentukan istilah itu diterangkan secara singkat di bawah ini.
a) Sumber istilah
Kata-kata yang digunakan sebagai istilah dalam ilmu pengetahuan dapat bersumber
pada (a) kosakata bahasa Indonesia sendiri, (b) kosakata bahasa serumpun (maksudnya
bahasa-bahasa daerah), dan (c) kosakata bahasa asing. Dalam pembentukan istilah ditetapkan
beberapa syarat yang wajib ditaati. Syarat pembentukan istilah yang baik sebagai berikut.
(1) Kata yang digunakan dapat mengungkapkan makna atau konsep, keadaan atau sifat yang
dimaksudkan dengan tepat, misalnya istilah tunak untuk kata steady, kendala untuk
konsep kata constraint dsb.
(2) Kata yang digunakan lebih singkat daripada ungkapan lain yang mempunyai acuan yang
sama, misalnya istilah gulma dengan tumbuhan pengganggu, suaka (politik) dengan
perlindungan.
12
(3) Kata yang digunakan tidak mempunyai nilai rasa atau konotasi buruk dan enak didengar,
misalnya pramuria dengan kata hostes. Kata pramuria rupanya lebih enak didengar
dari dari pada hostes. Di Indonesia kata hostes mempunyai asosiasi yang negatif, yaitu
pelacur yang melayani setiap tamunya (biasanya berada di hotel atau tempat lain sejenis
penginapan).
b) Prioritas penggunaan sumber istilah
Kata-kata yang diangkat menjadi sebuah istilah diusahakan bersumber pada bahasa
Indonesia sendiri. Dengan mengambil bahasa Indonesia sebagai istilah akan mengurangi
masalah
dalam penyesuaian kaidah. Prioritas pemilihan sumber istilah dapat digambarkan
KONSEP/
dalam
diagram
alur 2.1.
Acuan
Proses pembentukan istilah
1.Kata dalam bahasa
Proses yang
pembentukan
melalui
beberapa cara. Pertama,
penerjemahan
ada yang
memenuhi
pilih calon
istilah
Indonesia
lazim di istilah itu dapat
yaitu
menerjemahkan
istilah asing atau daerah yang mempunyai atau mewadahi
konsep
1
pakai
saat ini
tertentu. Penerjemahan harus tidak mengurangi konsep atau makna istilah yang
diterjemahkan. Contoh
tidak ada yang memenuhi syarat
input
masukan
editor
penyunting
studi
belajar
2. Kata dalam bahasa
ada yang memenuhi
pilih calon istilah
assembling
rakitan
Indonesia
lama yang tidak
syarat
2
valid
sahih
lazim
dipakai
image
citra
scope
cakupan
tidak
ada
yang
memenuhi syarat
working paper
makalah
upgrading course
penataran
self-supporting
swadaya
creativity
daya cipta
3. Kata dalam bahasa
ada yang memenuhi
pilih calon istilah
capasity
daya tampung
daerah yang lazim
syarat
3
transparant
tembus pandang
tidak ada yang memenuhi syarat
13
Istilah yang
dianjurkan
Istilah yang
dihindari
14
Anus
Amputation
Anus
Amputasi
Dysentry
Horizon
Disentri
Horizon
Ketiga, penyerapan dan penerjemahan yaitu mengambil unsur dengan memungut dan
menerjemahkan sebagian unsur yang dapat diterjemahan. Contoh
Clay colloid
Bound morpheme
Clearance volume
koloid lempung
morfem terikat
volume ruang bebas
Yang perlu diperhatikan dalam menterjemahkan istilah adalah (1) istilah yang
diterjemahkan diutamakan bentuk tunggal, (2) terjemahan memudahkan atau tidak
menyulitkan bagi pembelajar, dan (3) terjemahan mempertimbangkan kepraktisan. Namun
perlu diketahui, dalam penerjemahan itu tidak selalu diperoleh kata yang mempunyai
kesepadanan konsep.
Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan merupakan suatu aturan yang perlu disepakati dalam kegiatan tulis-menulis.
Ejaan sangat menentukan kemudahan dalam memahami sebuah naskah. Bila sebuah tulisan
memenuhi ejaan yang telah disepakati, maka akan lebih memudahkan pembaca. Sebaliknya,
tulisan yang ditulis tanpa mengindahkan ejaan, mungkin akan sulit dipahami orang lain.
Tanda baca, misalnya, mempunyai arti yang sangat penting bagi pembaca. Oleh sebab itu,
ejaan perlu diperhatikan dalam kegiatan tulis-menulis.
Pada dasarnya ejaan merupakan aturan dalam kegiatan tulis-menulis. Dengan aturan itu
diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman dalam mencerna sebuah tulisan. Dalam bahasa
Indonesia, ejaan yang digunakan adalah Ejaan Yang Disempurnakan (disingkat EYD). Sesuai
dengan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, EYD mencakup lima pokok aturan penulisan,
yaitu pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Di bawah ini disajikan cara penggunaan sebagian
tanda baca.
(1) Penulisan tanda baca seperti koma (,), titik koma (;), titik (.), tanda seru (!), tanda tanya,
tanda persen ditempatkan rapat dengan kata yang mendahului (tanpa ada ketukan) dan
diberi satu ketukan dengan kata yang mengikuti. Contoh
Salah
Sastra Indonesia, baik yang modern maupun yang klasik boleh dikatakan berjalan tanpa
ada yang menyapa ( Samsuri, 1990: 5 ). Mungkin, Indonesia memang bukan tempat yang
subur untuk sastra, suatu hal yang agaknya sejajar dengan ketidakbiasaan masyarakat kita
untuk membaca.
Benar
Sastra Indonesia, baik yang modern maupun yang klasik boleh dikatakan berjalan tanpa
ada yang menyapa (Samsuri, 1990:5). Mungkin, Indonesia memang bukan tempat yang
15
subur untuk sastra, suatu hal yang agaknya sejajar dengan ketidakbiasaan masyarakat kita
untuk membaca.
(2) Khusus penggunaan titik (.) pada singkatan, penanda ribuan, digital dan sebagainya tidak
mengikuti aturan tersebut. Contoh
Benar
Rp 100.000.000,00
Dr. Andi Kusuma, S.H.
1.2.3 Sejarah Indonesia
Salah
Rp 100. 000. 000, 00
Dr. Andi Kusuma, S. H.
1. 2. 3 Sejarah Indonesia
(3) Tanda baca seperti garis miring (/), tanda hubung (-), tanda pisah () diketik rapat dengan
kata yang mendahului dan kata yang mengikuti. Contoh
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia wajib
menyelenggarakan kegiatan pemasyarakatan bahasa nasionalbahasa Indonesiasebagai
bagian dari upaya pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa.
(4) Tanda baca seperti petik tunggal (...), tanda petik ganda (...), dan tanda kurung ()
digunakan rapat dengan bagian yang diapit. Contoh
Salah
Makna dan hakikat pembangunan nasional sebagaimana yang diamanatkan di dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) 1993 secara harfiah dinyatakan sebagai
berikut ini.
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial (Tap. MPR No.II/1993).
Benar
Makna dan hakikat pembangunan nasional sebagaimana yang diamanatkan di dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 secara harfiah dinyatakan seperti
berikut ini.
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
16
Keterangan
17
1.
3.
4.
5.
6.
2.
Adik
berkata,
Aku
terlambat.
Menulisi
buku kakaknya
ia membayar Rp 25,00.
2.
tanpa spasi
satu huruf
tidak dipisah
tanpa spasi
dan tanpa titik
tanpa spasi
tanpa spasi
tanpa titik di
akhir
tanpa spasi
tanpa spasi
tanpa spasi
tanda pisah
tanpa titik
18
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
akulturasi
kontrasepsi
yudikatif
wacana
argumentasi
karakter
akomodasi
amatir
3.
Tandailah kata-kata di bawah ini dengan KB bila kata itu baku dan KTB bila kata
itu tak baku!
lantas
dibikin
kuitansi
fasal
izin
dikasih tahu
capek
barusan
persen
komoditi
idiil
ijazah
4.
19
(c) kurikulum
(d) agrogeologi
(e) migrasi
6.
8.
Ubahlah proses penyerapan di bawah ini agar menjadi serapan yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia!
a. enerji
b. khenerasi
c. tehnokrat
d. aktifitas
e. aktiv
f. lojik
g. psikhologi
h. totomotiv ini yang i. Varieti
9.
Pilihlah istilah dalam deretan istilah di bawah ini yang sesuai dengan syarat
pembentukan istilah!
a. pengangguran, tunakarya, tak bekerja, tak punya pekerjaan, jobless
b. pelacur, tunasusila, kupu-kupu malam, hostes
c. jongos, pembantu, bijang, pelayan, babu, pramuwisma
d. konsisten, taat asa, tak berubah-ubah, ajeg
e. out of date, kadaluwarsa, ketinggalan zaman
f. superpower, adikuasa, sangat kuat, mumpuni
g. homeless, gelandangan, tunawisma, tak punya rumah, tak bertempat tinggal tetap
20
BAB III
KALIMAT EFEKTIF
DALAM KARANG-MENGARANG
Penulis yang baik harus mempunyai keterampilan menyusun kalimat yang baik.
Kalimat yang baik itu sering disebut kalimat efektif. Ide pokok dan ide penjelas yang
dirumuskan dengan menggunakan kalimat efektif dapat dipahami orang lain dengan mudah.
Ide pokok dan penjelas yang ditulis dengan menggunakan kalimat yang baik sangat
membantu pembaca dalam mencerna isi tulisan. Kalimat yang kacau, misalnya, akan
mempersulit pembaca dalam memahaminya.
Klimat efektif dapat mengurangi kemungkinan salah tafsir yang dilakukan oleh para
pembaca, sebab kalimat efektif hanya mempunyai satu kemungkinan makna. Oleh sebab itu,
para penulis pemula perlu mempelajari kalimat yang demikian. Baik buruk paragraf itu juga
21
tergantung pada kalimat yang digunakan. Kalimat yang jelek dapat menyebabkan paragraf
menjadi jelek.
Bahasa Tulis dan Lisan
Para ahli bahasa telah menyepakati adanya perbedaan antara ragam bahasa tulis dan
bahasa lisan. Meskipun secara hakiki bahasa tulis merupakan rekaman dari bahasa lisan,
bahasa tulis mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan bahasa lisan. Dalam
bahasa lisan sering ditemukan penggunaan kalimat elips, yaitu kalimat yang bagian tertentu
(yang dianggap telah diketahui oleh mitra tutur) dihilangkan. Penghilangan bagian kalimat itu
dapat dipahami dalam bahasa lisan, sebab situasi di konteks percakapan, misalnya, dapat
membantu dalam menciptakan makna sebuah ujaran yang tak lengkap. Hal demikian itu tidak
terdapat dalam penggunaan bahasa tulis, sebab bahasa tulis merupakan sistem perekaman
atau transkripsi yang kurang sempurna.
Contoh bahasa lisan
Wanita 1
: Lihat! Ester. Ester! Penampilannya tambah anggun dan lebih cantik.
Wanita 2
: Beli di butik pasti.
Wanita 1
: Aaah, mana mungkin. Aku khan tahu dia! Hei Ester!
Wanita 3
: Hai Mira! Sama siapa? Aiih, sama Maya, ya?
Wanita 1
: Heh, Ester! Eeeh kayaknya kamu malam ini menjadi bintang pesta deh. Mode
bajumu bagus sekali. Pasti dari butik top, ya!
Wanita 3
: Ah masak iya sih! Aku nggak pernah ke butik kok. Ini kan kuambil dari
majalah.
Contoh bahasa tulis
Dalam Perang Dunia II yang lalu Jerman Nazi akhirnya dapat juga dipaksa untuk
menyerah tanpa syarat oleh sekutu. Tetapi pada awal peperangan Jerman dengan
Blitz Kriegnya yang terkenal berhasil menaklukkan negara-negara sekelilingnya
yang menjadi lawan-lawannya, baik dengan jalan apa yang dikenal dengan istilah
Anschluss maupun dengan jalan kekerasan/pertempuran. Dalam waktu yang sangat
singkat sekali, yang dalam sepanjang peperangan belum pernah terjadi, hampir
seluruh kontinen Eropa dapat ditahlukkannya, termasuk Perancis, satu negara besar
dan negara militer kelas satu. Dunia, terutama sekali negara-negara sekutunya,
hampir-hampir tidak mau percaya mendengar beritanya Perancis ini, hanya beberapa
minggu saja sejak Jerman melakukan invasinya ke negara besar tersebut. Mereka
bertanya, Mengapa tragedi itu sampai bisa terjadi terhadap Perancis? Kalau
sekiranya hal itu terjadi atas negara-negara kecil seperti: Nederland, Belgia,
Luxembung dan lain-lain mereka mungkin dapat memahaminya. Tetapi Perancis
sungguh merupakan satu tanda tanya besar bagi mereka.
Seperti yang tampak pada contoh di atas, perbedaan bahasa lisan dan bahasa tulis
terlihat pada pilihan kata, struktur kalimat, bentuk kata yang digunakan, dan haya (style)
berbahasanya. Ada sejumlah kata yang cocok hanya untuk percakapan lisan, dan juga
sebaliknya. Kalimat dalam bahasa tulis cenderung panjang, sedang dalam bahasa lisan
pendek. Dalam bahasa lisan sering digunakan kata-kata pengantar seperti ah,, er, em dsb.
Sebaliknya, dalam bahasa tulis susunlah kata dalam kalimat lebih baik (dalam arti lebih
gramatikal) dibanding dengan bahasa lisan. Penulis perlu menyadari adanya perbedaan
pemakaian ragam bahasa tersebut. Perbedaan bahasa tulis dan bahasa lisan tersebut harus
diketahui oleh para penulis pemula.
22
23
KL: Masakan yang tak berbau daging babi sangat disukai orang Islam.
(2) KF: Ketika nama Pak Harmoko tercantum sebagai salah satu calon Menteri
Pembangunan IV.
KL: Nama Pak Harmoko tercantum sebagai salah satu calon Menteri Pembangunan IV.
(3) KF: Cara memasak opor ayam.
KL: Cara memasak opor ayam itu tidak sulit.
(4) KF: Jika harga-harga bahan kebutuhan pokok naik.
KL: Jika harga-harga kebutuhan pokok naik, maka kesengsaraan rakyat jelata akan makin
bertambah.
(5) KF: Tina membelikan.
KL: Tina membelikan adiknya sebuah baju.
(6) KF: Pada waktu aku datang dengan tergesa-gesa, orang yang menari klasik di panggung.
KL: Pada waktu aku datang, orang yang menari klasik sedang menuju panggung.
(7) KF: Telah mereka duduki kampus universitas yang merugikan perjuangan mereka.
KL: Mereka duduk.
Keterangan:
KF = Kalimat Fragmentaris
KL : Kalimat Lengkap
Kalimat yang dikelompokkan KL di atas berarti telah memenuhi kelengkapan struktur,
sehingga proporsi yang diungkapkan juga utuh. Sebaliknya, kalimat yang dikelompokkan KF
tidak memenuhi kelengkapan struktur dalam bahasa Indonesia. Dalam menulis, kalimat
kelompok KF ini harus diubah menjadi kalimat lengkap.
Kalimat lengkap tidak ditentukan oleh jumlah kata yang membentuk kalimat tersebut.
Kalimat lengkap sangat ditentukan oleh keutuhan makna yang dikandung dalam kalimat
tersebut. Kalimat seperti
(8) Jika negara-negara yang mendukung pihak-pihak yang bersengketa di Libanon telah
menghentikan bantuannya.
Kalimat (8) di atas termasuk kalimat fragmentaris. Kalimat itu merupakan klausa terikat
(meskipun rangkaian kata pada kalimat itu cukup banyak). Kalimat itu tidak dapat berdiri
bebas, karena kalimat itu merupakan anak kalimat yang tidak memenuhi kelengkapan sebagai
kalimat. Kalimat (8) itu berbeda dengan kalimat pendek (9) seperti berikut ini.
24
25
dalam bahasa Indonesia biasanya berupa kata benda (nomina) atau kata atau frase yang
dibendakan. Kalimat yang fungsi subjeknya diduduki oleh frase preposisi itu menjadi tidak
logis (periksa kalimat logis). Mari kita uji kelogisan kalimat di atas, dengan pertanyaan,
Siapa yang membicarakan krisis ekonomi dunia? Jawaban pertanyaan ini di buku ini atau
pengarang buku ini? Dua kalimat yang lain sama seperti itu. Jadi, sebaiknya kalimat itu
diperbaiki menjadi.
(14a) Di buku ini dibicarakan krisis ekonomi dunia.
(15a) Bagi anak kecil diperlukan contoh.
(16a) Di mana-mana diadakan perlombaan membaca puisi.
Frase preposisi pada kalimat yang diperbaiki itu tidak berfungsi sebagai subjek,
melainkan berubah menjadi keterangan.
Kegramatikalan kalimat berdasarkan struktur sintaksisnya dapat terganggu apabila
urutan kata yang membentuk kalimat itu tidak menunjukkan satuan-satuan yang jelas.
Gangguan kegramatikalan itu akan menjadikan kekacauan struktur kalimat tersebut.
Kekacauan struktur itu dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, dihilangkannya bagian
kalimat yang mempunyai hubungan gramatikal kalimat, misalnya
(17) Menurut berita Tiongkok, tahun 832 Ibu Kota bangsa Pagan dirampok habis.
Kalimat itu tidak gramatikal, karena ada bagian yang berfungsi menunjukkan hubungan
gramatikal tetapi dihilangkan. Seharusnya, kalimat tersebut begini.
(17a)Menurut berita dari Tiongkok, tahun 832 Ibu Kota Bangsa Pagan dirampok sampai
habis.
Kedua kata yang diberi garis bawah itu mempunyai hubungan gramatikal. Oleh karena
itu, apabila kata itu dihilangkan maka kalimatnya menjadi tidak gramatikal.
Kedua, digunakannya kata-kata yang tidak mempunyai fungsi gramatikal. Contohnya
kalimat berikut.
(18) Bantuan yang diberikan secara efektif, dengan mengadakan penelitian dan dapat
memahami kesulitan yang dialami siswa.
Kalimat (18) itu sulit dipahami, karena strukturnya kacau. Penggunaan kata-kata dalam
kalimat itu tidak menunjukkan adanya fungsi yang jelas. Kalimat itu dapat diubah menjadi
kalimat gramatikal seperti kalimat berikut ini.
(18a) Bantuan yang diberikan dapat efektif, bila didahului dengan penelitian dan pemahaman
kesulitan yang dialami siswa.
(18b) Bantuan yang efektif dapat diberikan dengan mengadakan penelitian dan pemahaman
kesulitan yang dialami siswa lebih dahulu.
Ketiga, susunan kata dan kelompok kata dalam suatu urutan yang kurang jelas dan
tegas. Karena dengan urutan yang demikian itu, kalimat menjadi kabur. Makna atau preposisi
kalimat sulit dipahami. Perhatikan contoh berikut
26
(19) Peristiwa terbakarnya gedung Parlemen Jerman pada tahun 1933 dianggapnya yang
membakar adalah orang nasionalis, tapi sebenarnya yang membakar adalah orangnya
sendiri.
Urutan kata dan frase yang membentuk kalimat itu sulit diikuti. Kalimat itu dapat diubah
urutannya dan disederhanakan menjadi kalimat berikut
(19a) Orang nasional dituduh membakar gedung Parlemen Jerman pada kebakaran tahun
1933, tetapi sebenarnya yang membakar (adalah) orangnya sendiri.
Berdasarkan tata bentukan, kalimat dikatakan gramatikal apabila bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata.
Kesalahan pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa (1)
ketidaklengkapan pembentukan, dan (2) ketidakcermatan pembentukan kata. Di bawah ini
contoh kalimat yang tidak gramatikal karena kesalahan pembentukan kata.
(20) Mike Tyson pukul KO lawannya.
(21) Pemerintah bantu korban bencana alam.
(22) Memang dia hanya pandai bicara.
(23) Banyak orang Soviet curi informasi teknologi dari Barat.
(24) Pemerintah berusaha merubah kebiasaan masyarakat yang negatif.
(25) Rinso menyuci sendiri.
Kalimat (20) sampai dengan kalimat (25) tersebut tidak gramatikal. Kalimat (20)
sampai (24) termasuk kesalahan pembentukan kata, khususnya pembentukan kata yang tidak
lengkap. Kata-kata yang diberi garis bawah seharusnya diubah menjadi memukul,
membantu, berbicara, dan mencuri. Selanjutnya, kalimat (24) dan (25) merupakan kalimat
yang mengandung kesalahan pembentukan kata karena ketidakcermatan pembentukan kata.
Bentuk kata merubah dan menyuci seharusnya dibentuk mengubah dan mencuci. Kata
dasar kedua kata itu adalah ubah dan cuci, bukan rubah dan suci. Kata dasar ubah dan cuci
apabila diberi imbuhan me(N)- akan menjadi mengubah dan mencuci.
Selanjutnya, berdasarkan ketepatan diksi, sebuah kalimat dikatakan gramatikal apabila
dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan
dengan makna yang tepat serta sesuai dengan perilakunya, khususnya kata-kata yang
mempunyai (makna) kolokasi dan sinonim. Perhatikan kalimat contoh berikut.
(21) Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
(22) Ibu saya tampan sekali.
(23) Saya tidak dokter, tapi bidan.
Ketiga kalimat contoh itu tidak gramatikal, karena pemakaian kata dalam ketiga kalimat
itu tidak sesuai dengan kaidah penggunaan kata. Memang, kata tewas bersinonim dengan
kata mati, tampan dengan cantik, tidak dengan bukan, dan tetapi dengan melainkan.
Namun, kata-kata itu mempunyai perilaku yang berbeda dengan sinonimnya. Kata tewas,
misalnya, dalam bahasa Indonesia (berbeda dengan dalam bahasa Malaysia) digunakan dalam
hubungannya dengan makhluk hidup, insani dan terhormat. Contohnya
(24) Pahlawan itu tewas dalam pertempuran di sekitar Laut Aru.
27
Selain kata-kata yang mempunyai ciri itu biasanya tidak digunakan kata tewas. Untuk
mendapatkan kalimat yang gramatikal, kalimat di atas dapat diubah menjadi
(21a) Lampu di ruang itu telah mati.
(22a) Ibu saya cantik sekali.
(23a) Saya bukan dokter, melainkan bidan.
Berdasarkan uraian di atas secara ringkas dapat dikatakan bahwa kegramatikalan
kalimat tergantung pada (1) ketepatan urutan kata, (2) kelaziman urutan kata, (3) ketepatan
fungsi kata, (4) ketepatan penggunaan pembentukan kata, dan (5) ketepatan penggunaan kata
(diksi), dan kelengkapan unsur struktur.
Kalimat Logis
Penggunaan bahasa atau kalimat yang logis dipelajari oleh filsafat, khususnya filsafat
bahasa. Kalimat logis adalah kalimat yang informasi (proposisinya) dapat diterima oleh akal
atau nalar. Logis-tidaknya kalimat itu dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Contoh
(25) Kuda memanjat pohon.
Kalimat (25) merupakan kalimat yang tak logis, karena tidak masuk akal. Tentunya, tak
seorang pun menjadi saksi bahwa ada kuda yang dapat memanjat pohon. Kuda, binatang tak
mempunyai bakat memanjat itu, tidak mungkin dapat memanjat pohon. Seperti kita saksikan,
hanya kelompok makhluk hidup yang punya tangan dan kaki sajalah yang mungkin dapat
memanjat pohon. Kalimat-kalimat yang tidak logis harus diubah menjadi kalimat logis.
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan.
Diksi yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya.
Perhatikan contoh berikut.
(26) Polisi belum jelas atas keterangan saksi.
(27) Buronan dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang telah berhasil ditangkap oleh aparat
kepolisian.
Kedua kalimat (26) dan (27) di atas termasuk kalimat yang tidak masuk akal. Pilihan
kata jelas pada kalimat di atas tidak tepat, sebaiknya diganti dengan kata paham. Kata jelas
berdasarkan logika digunakan dalam kaitannya dengan pengamatan, misalnya Suaranya
tidak terdengar dengan jelas. Pada kalimat (27), siapa yang berhasil? Polisi ataukah
buronan? Tentunya polisi yang berhasil, sedang buronan yang mengalami naas (bukan
berhasil). Jadi, sebaiknya kata berhasil pada kalimat (27) dihilangkan.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata, seperti contoh kalimat
berikut.
(28) Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
(29) Ibu membelikan pensil saya.
Siapakah yang ditangkapkan Rina? Kupu-kupu atau adiknya? Pada kalimat (28) kata
menangkapkan berarti menangkap untuk. Jadi kalimat (28) itu berarti Rina menangkap
adiknya untuk kupu-kupu. Benarkah menurut akal sehat kita? Kalimat (29) maknanya juga
hampir sama yaitu Ibu membeli saya untuk pensil. Kalimat itu sebaiknya diubah menjadi
seperti di bawah ini.
28
29
(32) Sesuai dengan pengamatan kami yang selama kurang lebih dua bulan melaksanakan
program Kuliah Kerja Nyata di desa Semanten di mana salah satu kegiatan itu adalah di
dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu
dilaksanakan bulan Juni, Juli 1981, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa
Semanten belum berhasil.
Kalimat (32) di atas benar-benar padat kata, bukan padat isi. Beberapa kata diulangulang (misalnya frase Keluarga Berencana, Kuliah Kerja Nyata dsb) sehingga menimbulkan
kekaburan makna. Kalimat di atas tidak efisien. Kalimat itu dapat diperbaiki menjadi kalimat
berikut.
(32a) Sesuai dengan pengamatan kami dalam rangka melaksanakan program KKN di desa
Semanten pada bulan Juni-Juli 1981, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum
berhasil.
Penggunaan kalimat (32a) itu relatif lebih hemat dan ide yang disampaikan tidak terlalu
berbeda jauh. Jadi, jelas bahwa kalimat efisien itu merupakan kalimat yang ringkas, tetapi
dapat mengungkapkan maksud dengan tepat, lengkap, dan jelas.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tak ada manfaatnya (atau
tidak ada unsur mubadir). Contoh
(33) Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul
dukungan Soviet diperbatasan kota.
(34) Amuba itu hewan yang sangat kecil sekali.
Kata tembak-menembak mempunyai arti saling menembak. Jadi penggunaan kata
saling pada frase saling tembak-menembak tidak perlu. Selanjutnya, frase sangat kecil
sekali mengandung dua unsur yang sinonim, yaitu kata sangat dan sekali. Keduanya sebagai
pengeras yang mempunyai makna relatif sama. Oleh sebab itu, penggunaan dua kata itu
secara bersama-sama sebaiknya dihindari, cukup menggunakan salah satu saja.
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan
unsur mubadir. Unsur mubadir itu dapat berupa penggunaan kata tugas seperti pada kalimat
berikut.
(35) Hasil daripada penelitian itu akan dilaporkan pada sidang pleno DPR bulan depan.
(36) Ibu dari Bapak Darmogandul meninggal pada hari Sabtu yang lalu.
(37) Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
Kata-kata yang diberi garis bawah tersebut merupakan unsur yang mubadir. Kata-kata
itu tidak mempunyai fungsi gramatikal. Jadi, untuk mendapatkan kalimat yang efisien katakata harus dihilangkan.
Kalimat Jelas dan Tidak Ambiguitas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi) tentang
gagasan, perasaan, kemauan dsb. kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi
kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca (atau pendengar). Kalimat yang
proposisinya mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas.
30
31
Kalimat (41) di atas mempunyai struktur yang rumit dan agak kacau. Kalimat tersebut
sulit dipahami, meskipun dibaca dengan berulang-ulang. Kalau sebuah kalimat yang
mempunyai gejala seperti kalimat (41) dapat dicurigai sebagai kalimat yang tak jelas. Kalimat
itu dapat disederhanakan strukturnya menjadi kalimat (41a).
(41a) Kemajuan anggota masyarakat dapat membentuk perubahan masyarakat yang seiring
dengan perubahan kebudayaan.
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi
kalimat. Kalimat yang panjang biasanya proposisinya sulit dipahami seperti kalimat berikut.
(42) Kewajiban belajar, sistem ujian standard nasional yang uniform menghasilkan suatu
kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memiliki inti kebudayaan
berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka
terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
Kalimat yang cukup panjang itu seperti kalimat (42) di atas akan mempersulit
pemahaman pembaca. Kalimat yang demikian itu sering menimbulkan kelelahan konsentrasi
dan memperlambat kecepatan membaca. Oleh sebab itu, kalimat yang terlalu panjang itu
harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana sebagai berikut.
(42a) Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat
menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga
dapat dihasilkan manusia-manusia yang terlatih baik dan memiliki inti kebudayaan.
Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik,
berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang
terlatih bekerja keras.
Kalimat yang sederhana itu dapat membantu pembaca dalam memahami satuan-satuan
ide dalam karangan.
Bahan Pelatihan 3 Kalimat Efektif
A. Di bawah ini terdapat sederetan kalimat yang harus Anda identifikasi sebagai
kalimat lengkap atau fragmentaris. Tandailah L jika kalimat itu lengkap, dan F jika
kalimat itu kalimat fragmentaris.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
32
10. Cacat pertumbuhan dan kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya otak dan tulang
belakang.
11. Diilhami sukses cangkok otak tikus di Washington.
12. Empat oknum polisi Wangon diduga menjadi pembunuh bayaran.
13. Pembunuhan terhadap Ali Susanto, istri, dan sopirnya terjadi 5 Februari yang lalu.
14. Tetapi mayat istrinya ditemukan 26 jam kemudian di Sungai Bengawan itu.
15. Ketika pertempuran yang terjadi di Gurun Sinai meletus lagi antara Israel yang berjagajaga di daerah perbukitan.
16. Tepat pukul 12.37 Ahad silam, kendaraan lapis baja terakhir marinir AS bergabung
dengan satuan tugas Armada Keenam di lepas pantai Beirut.
17. Menjelang ulang tahun kelima Republik Islam Iran, kantor berita Iran terus-menerus
melaporkan gelora Perang Teluk.
18. Dalam masyarakat banyak terdengar kelemahan guru bahasa Indonesia.
19. Kini kita sedang membangun dan berada dalam Orde Pembangunan.
B. Sempurnakanlah kalimat yang fragmentaris pada paragraf di bawah ini, agar
menjadi kalimat lengkap!
Dengan cepat semua informasi yang ada di dunia ini dapat kita ketahui. Bocornya
pipa saluran lembah nuklir yang menimbulkan ratusan warga Uni Soviet
meninggal. Ditemukannya cara pengobatan dan pengawetan organ manusia dalam
bidang kedokteran. Dan masih banyak lagi informasi yang perlu kita pelajari.
Untuk menambah dan memperdalam suatu ilmu pengetahuan yang urgen, dapat
kita lakukan dengan membaca. Memang membaca sudah menjadi suatu kebutuhan
bagi setiap orang akhir-akhir ini. Semua itu menunjukkan bahwa membaca
mempunyai banyak manfaat.
C.
1.
Menurut Herbert Passin masyarakat Jepang pada tahun 1855 merupakan masyarakat
yang pada berbagai bidang telah siap untuk transformasi.
Pola tunggal sistem sekolah di Indonesia pasca Hindia Belanda dituntut
mengembangkan masyarakat dan mengintegrasikan bangsa Indonesia yang
berkebudayaan modern.
Sekolah Barat adalah sekolah yang lengkap, sejak sekolah dasar sampai sekolah tinggi.
Kelengahan elite sosial dalam masyarakat dan pemimpin-pemimpin di negara lokal serta
keterbelakangan penduduk Indonesia mengakibatkan masyarakat Indonesia terpelosok
menjadi masyarakat kolonial.
Kita harus lestarikan bahasa-bahasa daerah sebaik-baiknya, agar tidak punah.
Semua bawahan harus taat pimpinan.
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang wajar manusiawi.
Kegiatan pendidikan sebagai realitas sosial yang empiris terbuka untuk diamati oleh
peneliti dan dikaji oleh ilmuwan.
Gejala rokhani dan sistem nilai hanya dapat reflektor secara filosofis atau ditangkap
makna simbolisnya berdasarkan perilaku lahiriah.
Apa yang sudah Saudara terangkan saya dapat pahami.
Dengan berakhirnya sajian drama seri ini, berakhir sudah acara kami malam ini.
Kuberi nama pedang ini naga puspa.
Pemerintah Perancis janjikan bantuan militer pada pemerintah Chad.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
33
14.
15.
D.
Mereka mengadakan kemarin lusa kesepakatan mengadakan unjuk rasa di depan gedung
Kedubes Cina.
Sebelum melakukan penelitian harus kita menyusun rancangan penelitian.
Kalimat-kalimat dalam paragraf di bawah ada yang tidak gramatikal.
Sempurnakanlah kalimat yang tidak gramatikal menjadi kalimat yang gramatikal,
agar paragraf tersebut lebih mudah dipahami.
Salah satu masalah yang dapat mengganggu kesehatan kita diantaranya adalah
merokok, karena kalau kita merokok ini berarti udara yang kita hirup ketika
bernafas bercampur dengan asap dari pembakaran rokok dan asap itu mengandung
racun tembakau, yag disebut nekotin. Kalau udara tersebut masuk paru-paru,
berarti nekotin yang dibawa oleh asap akan masuk ke paru-paru, juga. Proses
keracunan nekotin ini tidak ditimbulkan secara langsung, tetapi berangsur-angsur
dan membutuhkan waktu yang cukup lama terkumpulnya nekotin-nekotin di paruparu yang selanjutnya akan menutup dan membakar paru-paru. Kalau paru-paru
kita terbakar, maka kesehatan kita akan terganggu. Gangguan itu biasanya
berwujud sesak napas, pusing, batuk, badan makin kurus, dan lain-lain. Kemudian
asap rokok yang tidak masuk paru-paru, dan yang masuk paru-paru, kemudian
dikeluarkan lagi dihirup oleh orang lain. Menurut penelitian dokter yang
menyatakan bahwa perbandingan antara asap yang dihirup orang lain dan perokok
itu sendiri, yaitu antara 90% dan 10%. Jadi apabila kita merokok, maka kita akan
merugikan orang lain yang dekat dengan kita, ketika kita merokok. Misalnya
orang yang merokok itu wanita yang termasuk usia subur akan dapat mengganggu
dalam memproduksi sel telur, yang akibatnya bisa mandul, dan lain sebagainya.
E.
Ubahlah kalimat yang tidak logis di bawah ini agar menjadi kalimat yang logis.
1.
2.
3.
4.
5.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
F.
6.
7.
8.
Sering kita mendengar bahwa suatu bangsa maju karena bebas buta huruf. Dari
ungkapan itu kita sebagai bangsa Indonesia harus menyadari bahwa kita wajib
34
untuk memberantas buta huruf yang masih lekat pada manusia-manusia Indonesia
terutama di pedesaan. Di pedesaan masih kurang minat membaca dan minat
belajarnya. Ini dipengaruhi oleh lebih pentingnya faktor ekonomi mereka yang
rendah. Mereka lebih mementingkan kerja dari pada belajar. Tetapi sekarang
pemerintah menetapkan wajib belajar bagi mereka yang masih buta huruf. Wajib
belajar ini dituangkan dalam sekolah dasar pamong atau disingkat dengan SD
pamong. Dengan adanya wajib belajar ini kita mengharapkan bangsa kita yang
masih buta huruf dapat dihapuskan menjadi bangsa-bangsa yang cerdas dan bebas
dari buta huruf. Sering kita baca, di desa-desa sebuah kalimat bunyinya HURUF
HAMBANGUN PRAJA.
G.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Sesudah pulang dari kampus, lalu saya membantu orang tua di rumah.
Dalam menulis paragraf perbendaharaan kata-kata harus dikuasai sebaik mungkin.
Semua murid tidak ada yang tidak lulus.
Di memakai gaun yang berwarna biru tua.
Kalau kita mau menulis sesuatu hal, maka kita harus mempunyai ide tentang hal itu.
Karena hari Kamis kemaren hujan deras, maka aku terlambat masuk ke kelas.
Mereka itu tidak bertentangan, tetapi sebaliknya saling bantu-membantu.
Pada akhirnya tertuduh itu mengakui akan kesalahannya.
Kata itu tidak lain dan tidak bukan adalah morfem bebas.
Para demonstran di Sanghai telah membakar kereta api yang mana telah menggilas lima
orang demonstran.
Semua murid boleh istirahat setelah mereka dapat menemukan buku presensi yang
disabotase salah satu siswa yang nakal.
Setiap warga negara Indonesia wajib saling hormat-menghormati terhadap hak-hak
asasi manusia.
Banyak para tamu yang hadir membawa bingkisan hari ulang tahunnya.
Pertandingan sepak bola nanti malam berhadapan antara kesebelasan Cina melawan
kesebelasan Iran.
Siswa yang duduk di bangku paling depan sendiri adalah siswa yang terbaik I dalam
lomba menulis kreatif.
11.
12.
13.
14.
15.
H.
35
Kalimat-kalimat di bawah ini tidak jelas dan ambiguitas. Ubahlah kalimatkalimat itu agar kalimat itu jelas!
Surat balasan Saudara sudah diserahkan petugas.
Uang honorarium itu telah diberikan pegawai TU.
Peradaban modern Jepang berpengaruh di dunia dewasa ini.
Kemakmuran masyarakat industri berkat kerja keras, dedikasi pada generasi muda, dan
keberanian beresiko, berjalan seiring dengan penciptaan demokrasi, kebebasan
politik,kebebasan intelektual, pengakuan dan pengangkatan derajat kepribadian.
Tumbuhnya masyarakat industri situasi tersebut diubah.
Petugas itu tetap dipenjara.
Faktor geografi mendorong Hitler membangun tentara yang letaknya mempunyai
peranan.
Beberapa pedoman pemilihan buku-buku teks ialah: minat anak didik harus benar-benar
kompeten, buku sedapat mungkin bebas, ada penyelidikan lebih lanjut tentang
pemakaian teks.
Pernyataan hak-hak azasi manusia telah membentuk hidup sendiri dan memainkan
peranan yang khas dalam tiap-tiap nasion dalam masyarakat bangsa.
Usul MEE belum disampaikan ketua sidang.
Dalam bertindak berserah diri manusia dihadapkan pada tantangan hidup yang
berdimensi ketidakmampuan, dan ketidakpastian.
Tindak religius yang berada dalam sistem sosial terwujud dalam hidup sehari-hari,
tampak sebagai perilaku, melembaga dan memancar di berbagai bidang kehidupan.
Bahan bantuan disediakan para korban banjir di Lampung.
Pasang-surutnya negara-negara lokal di kepulauan Indonesia tidak terlepas dari pasang
naiknya negara-negara bangsa di dunia, khususnya pasang naiknya negara-negara bagsa
Eropa menjadi negara industri.
Penduduk Indonesia sekarang merupakan hasil evolusi dan persebaran serta
percampuran manusia Austro-Melanesoid.
Ubahlah kalimat-kalimat yang tak jelas dalam paragraf di bawah ini, agar
menjadi kalimat yang lebih jelas!
Manusia yang menganggap diri berhati keras dan realistis, termasuk pemimpinpemimpin politik yang berpengaruh, pengusaha-pengusaha, serta pengejar-pengejar
keuntungan dan orang-orang pencari keuntungan kaliber lebih kecil, adalah
kecenderungan mementingkan dirinya sendiri, dan bahwa hidup merupakan perjuangan
di mana hanya jenis yang paling dapat menyesuaikan diri yang boleh hidup terus.
Menurut falsafah ini, hukum dasar di mana orang harus hidup adalah hukum rimba
meskipun di atasnya disepuh dengan peradaban. Yang paling sesuai adalah mereka
yang dapat membawakan keunggulan kelicikan, keunggulan kekejaman di dalam
perjuangan.
36
BAB IV
MENEMUKAN TOPIK UNTUK DITULIS
Menulis pada dasarnya merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi,
mempengaruhi, memberikan kesenangan pada orang lain dsb. Untuk dapat melakukan hal itu,
penulis pasti mempunyai sesuatu yang hendak ditulis. Dalam uraian ini, sesuatu yang hendak
ditulis itulah yang dinamakan topik. Topik merupakan bagian yang penting dalam menulis.
Untuk mendapatkan topik, penulis dapat melakukan beberapa kegiatan khusus. Kegiatan itu
dinamakan kegiatan menemukan topik. Selanjutnya, agar topik yang telah ditemukan itu tidak
hilang, perlu suatu cara mencatat yang sistematis dan mudah digunakan. Topik-topik yang
terlalu luas, tentunya, tidak dapat digunakan begitu saja. Oleh sebab itu, masih diperlukan
cara-cara membatasi topik. Akhirnya, tidak semua topik itu cocok untuk ditulis. Untuk itu
diperlukan cara-cara pemilihan topik sesuai dengan kriteria yang umum.
Bagaimanakah menemukan topik itu?
Menemukan topik merupakan langkah awal dalam proses menulis. Sebelum menulis,
topik yang akan dibahas dalam tulisan atau karangan harus ditentukan lebih dahulu. Sebab,
seseorang tidak mungkin dapat menulis tanpa mempunyai topik. Pada waktu menulis
berlangsung pada dasarnya kegiatan pengarang adalah mengembangkan topik yang telah
dipersiapkan. Agar dapat mempersiapkan dengan baik, seseorang pengarang harus melakukan
kegiatan mencari dan menemukan topik. Kegiatan mencari dan menemukan topik merupakan
kegiatan menulis yang dilakukan pada tahap pramenulis. Kegiatan itu merupakan kegiatan
yang rumit, karena banyak melibatkan berbagai macam kemampuan. Selain itu, dalam
menemukan topik perlu mengikuti langkah-langkah khusus. Dalam retorika klasik, kegiatan
itu dinamakan kegiatan invensi (invention), yaitu mencari sesuatu dengan mengikuti proses
37
tertentu. Di bawah ini dibicarakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menemukan
topik.
Brainstorming
Brainstorming atau urun pendapat banyak digunakan dalam dunia usaha. Dalam rangka
meningkatkan usaha, brainstorming digunakan sebagai wahana untuk menampung berbagai
pendapat para peserta braistorming atau urun pendapat. Semua peserta diwajibkan untuk
menyumbangkan ide dalam usaha peningkatan usaha. Cara ini dilakukan seperti diskusi,
tetapi tidak ada tanggapan dari manapun. Semua ide atau pendapat dicatat dan nantinya
dipertimbangkan untuk digunakan dalam pengembangan usaha.
Dalam tulis-menulis brainstorming dilakukan dengan tidak melibatkan orang lain.
Sebab, tulis-menulis pada hakekatnya merupakan kegiatan individual. Kegiatan braistorming
dalam menulis merupakan sesuatu proses berpikir untuk mengungkapkan semua ide yang
terlintas atau yang ada di benak penulis sendiri.
Brainstorming merupakan cara yang terbaik untuk menemukan topik. Cara ini
dilakukan atas dasar pengalaman dan pengetahuan penulis. Makin banyak pengalaman dan
pengetahuannya, makin banyak dan makin beragam topik yang dihasilkannya. Ada dua
macam topik yang dapat dihasilkan dengan brainstorming, yaitu topik yang bersifat umum
dan topik yang bersifat lebih khusus.
Topik yang bersifat umum biasanya dapat dipecah-pecah menjadi topik yang bersifat
khusus. Topik umum tentang kucing, misalnya, dapat dipecah menjadi lebih khusus seperti
penyakit kucing, pemeliharaan kucing, makanan kucing, manfaat kucing dsb. Mungkin juga
tttopik khusus ini masih dapat dirinci menjadi lebih khusus lagi.
Topik yang bersifat umum dapat diperoleh dengan mendaftar segala sesuatu yang telah
dialami dan dikuasai. Topik umum biasanya dinyatakan dengan kata atau frasa. Sekarang
cobalah mendaftar sepuluh topik yang bersifat umum yang mungkin dapat Anda tulis.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Selanjutnya, pilihlah salah satu topik yang paling Anda senangi dan kuasai
permasalahannya. Setelah itu, ikuti langkah-langkah seperti di bawah ini, agar Anda dapat
menemukan topik yang lebih khusus.
Pertama, amati dan pikirkan secara selintas dan menyeluruh agar mendapat kesan
tentang topik tersebut dan mengetahui berbagai macam kemungkinan permasalahannya.
Kegiatan ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Lakukan dengan santai dan boleh
sambil mengerjakan kegiatan lain. Kedua, setelah ada gambaran tentang kemungkinan
permasalahan yang ada, tulislah masalah apa saja yang berhubungan dengan topik tersebut.
Tulisan itu dapat dibentuk dalam suatu daftar secara acak, artinya tanpa mempertimbangkan
urutan dan kepentingannya. Ketiga, baca kembali topik-topik yang telah ditulis itu. Kalau
masih memungkinkan dapat ditambahkan lagi dan disempurnakan kembali. Keempat,
menyusun kembali topik-topik khusus yang telah didaftar itu dalam suatu urutan yang logis.
Pengurutan topik atau masalah itu dapat mengikuti suatu prinsip dalam bidang yang
bersangkutan. Kelima, kalau masih mungkin, lakukan pengelompokkan butir-butir yang
berhubungan. Terakhir, memilih butir-butir yang relevan dengan tujuan penulisan.
38
Apabila setelah dilakukan kegiatan untuk mendapatkan topik yang lebih khusus itu
masih dirasakan bahwa topik itu tetap luas, maka perlu dilakukan sekali lagi langkah-langkah
itu dengan mengambil salah satu topik yang ingin dikembangkan.
Perenungan atau meditasi
Perenungan atau meditasi dalam tulis-menulis sangat penting. Perenungan itu
merupakan cara berpikir analitis-logis dengan berkonsentrasi penuh terhadap suatu masalah
tertentu. Di sini suatu masalah dipikirkan dengan sungguh-sungguh dengan memusatkan
perhatian pada satu masalah tertentu. Di sini diusahakan tercipta konsep-konsep, gagasan
baru, dan ide-ide baru yang dipertimbangkan dengan penalaran yang masuk akal. Di samping
itu, dalam perenungan ini sangat diperlukan dialog diri (bertanya dan menjawab sendiri)
dalam rangka mendapatkan konsep yang kuat dan kokoh.
Untuk mendapatkan topik dengan perenungan ini, ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan. Pertama, penulis harus mengamati seluruh masalah dengan memikirkan dan
mempertimbangkan secara menyeluruh dan utuh. Langkah ini dilakukan agar dapat
ditemukan sejumlah masalah yang mempunyai kaitan erat dengan permasalahan yang akan
dibahas. Kedua, setelah mendapatkan gambaran yang utuh tadi, penulis perlu berpikir dengan
intensif. Dalam berpikir intensif ini penulis dapat membuat asosiasi bebas terhadap suatu
masalah yang telah ditemukan untuk membangkitkan konsep yang mapan tentang masalah
yang akan dibicarakan. Ketiga, memikirkan lebih lanjut tentang konsep yang telah ditemukan.
Keempat, mengembangkan konsep yang telah dipikirkan untuk menemukan yang luas dan
mendalam. Kelima, menyusun kembali butir-butir konsep yang telah dikembangkan dalam
urutan yang sesuai dengan prinsip-prinsip keilmuan dalam wilayah ilmu yang bersangkutan.
Contoh menemukan topik dengan cara perenungan ini seperti berikut. Katakanlah Anda
ingin menulis tentang ayam. Anda harus menanyakan pada diri Anda sendiri dan
menjawabnya sendiri. Apa yang ingin Anda jelaskan tentang ayam? Apakah jenisnya?
Apakah makanannya? Apakah cara memeliharanya? Apakah cara pemasarannya? Apakah
keuntungannya? Anda harus mengembangkan sebuah pertanyaan yang ingin dibahas. Dengan
cara bertanya dan menjawab dan diteruskan dengan berpikir secara intensif, agar dapat
diperoleh topik yang mendalam.
Pengembangan Formula Jurnalistik
Formula jurnalistik dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5W dan 1H (who, what, when,
where, why, dan how). Formula ini merupakan formula yang banyak digunakan dalam
menulis berita. Sebab, formula itu cukup sederhana dalam mengembangkan berita. Inti
pemberitaan sebenarnya dapat dirumuskan dengan formula tersebut. Jika pertanyaan formula
jurnalistik tersebut sudah terjawab, maka berarti berita tersebut hampir selesai. Penerapan
formula jurnalistik itu dapat dilakukan sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan tentang
siapa pokok pelaku dalam peristiwa dan orang-orang yang terlibat di dalam peristiwa
tersebut. Kedua, mendeskripsikan apa saja yang terjadi, termasuk peristiwa yang
melatarbelakangi, peristiwa yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Ketiga,
mendeskripsikan waktu terjadinya kejadian atau peristiwa. Keempat, mendeskripsikan tempat
terjadinya peristiwa. Kelima, memberi alasan mengapa peristiwa itu dapat terjadi. Keenam,
mendeskripsikan bagaimana cara terjadinya peristiwa tersebut. Contoh penerapan formula ini
tampak pada bagian di bawah ini. Contoh berita
Kebakaran
39
40
mendapatkan jawaban yang meyakinkan dan tepat memerlukan sejumlah data yang sahih.
Data yang sahih biasanya diperoleh dari studi yang mendalam, misalnya penelitian.
Hubungan sebab akibat ditekankan dalam pertanyaan klasik. Sebab, pertanyaan yang
mengacu hubungan sebab akibat sangat penting dalam menerangkan keberadaan suatu
peristiwa. Namun, hubungan dalam masalah itu tidak hanya sebab akibat, melainkan
hubungan lain juga sangat diperhatikan. Hubungan kondisional (pengandaian), misalnya, juga
diperlukan untuk menjelaskan hubungan itu. Hubungan sebab akibat dapat bersifat sederhana
dan juga dapat bersifat kompleks (berangkai dan berganda). Hubungan sebab akibat
sederhana, misalnya, besi mengembang karena panas. Artinya, besi dapat mengembang hanya
disebabkan oleh panas. Namun, kemiskinan merupakan akibat yang disebabkan oleh banyak
faktor. Faktor itu mungkin berangkai.
Sebab 1
akibat 1
sederhana
Sebab 1
Sebab 2
akibat
berganda
Sebab 3
Sebab n
Sebab 1
Akibat (1)
(sebab 2)
Akibat (2)
(sebab 3)
Akibat n
(sebab n+1)
Akibat
Akhir berangkai
41
berhubungan dengan pokok karangan. Hal-hal itu sangat bermanfaat untuk menjelaskan
sesuatu hal terhadap pembaca.
Contoh penerapan prinsip ini dapat diikuti pada uraian berikut. Contoh pokok karangan
tentang ayam bangkok. Pertanyaan yang dapat dikembangkan antara lain sbb.
(1) Apakah ayam bangkok itu?
(2) Apakah perbedaan ayam bangkok dengan ayam kampung, ayam potong, ayam ras,
ayam petelur dsb.?
(3) Apa sebabnya ayam bangkok disenangi orang, ayam bangkok kuat bertarung dsb?
(4) Bagaimanakah pendapat para tukang adu ayam tentang ayam bangkok, pendapat ahli
ayam, pendapat dokter hewan tsb?
Dalam menulis karangan pertanyaan itu perlu dijawab secara mendalam. Karena tulisan
yang baik ditandai dengan pembahasan yang mendalam.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi atau
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi atau akan dihadapi. Pemecahan masalah itu
selalu berangkat dari suatu masalah. Masalah itu muncul atau ada, jika terdapat kesenjangan
antara yang diharapkan dengan kenyataan yang dihadapi. Masalah itu selalu ada dalam
kehidupan manusia. Namun, pada umumnya sulit untuk memahami masalah itu. Oleh sebab
itu, banyak para penulis pemula yang tidak berhasil menemukan masalah yang sedang
dihadapinya. Hal ini terbukti banyaknya mahasiswa yang gagal dalam menulis skripsi atau
tesis di perguruan tinggi.
Masalah memang selalu ada. Yang menjadi persoalan biasanya cara memilih masalah
yang cocok dan layak untuk ditulis dan cara untuk menemukan masalah yang cocok itu.
Beberapa ahli dalam menulis menyatakan bahwa cara menemukan masalah dapat dilakukan
dengan (1) kontemplasi, (2) pengalaman, (3) observasi, (4) penelitian, dan (5) membaca.
Masalah pada umumnya dapat digali dengan kelima cara tersebut. Selanjutnya untuk memilih
masalah yang layak dibicarakan dapat diperiksa pada akhir bab ini.
Pemecahan masalah ini sering digunakan dalam kegiatan ilmiah. Dalam bidang ilmiah,
langkah-langkah yang dilakukan untuk memecahkan masalah itu dilakukan sebagai berikut.
(1) Identifikasi dan spesifikasi masalah. Di sini penulis melakukan eksplorasi masalah
untuk menemukannya. Selanjutnya, penulis mengambil masalah khusus yang didalami
dan dikaji.
(2) Menganalisis masalah dengan cara (a) mendeskripsikan hal-hal yang telah diketahui
dan (b) mendeskripsikan hal-hal yang belum diketahui.
(3) Merumuskan hipotesis atau jawaban sementara dari masalah yang telah di analisis.
(4) Mengumpulkan bukti-bukti yang berupa data-data yang sahih yang membetulkan atau
menyalahkan hipotesis.
(5) Menguji hipotesis dan penyimpulan dengan mengemukakan alasan-alasan yang sesuai.
Teknik-teknik menemukan topik tersebut merupakan cara-cara yang biasa dilakukan
oleh para penulis. Cara-cara itu merupakan sebagian kecil dari teknik penemuan topik. Teknik
yang dibicarakan di atas merupakan teknik umum yang digunakan untuk menemukan topik.
Untuk menulis paragraf, tentunya perlu modifikasi, khususnya keluasan topik yang diambil.
Untuk menulis paragraf hendaknya topik tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit. Yang
penting untuk menulis paragraf, topik itu sebagai bagian dari topik yang lebih besar.
Menemukan topik tidak berarti menjamin kesuksesan dalam menulis. Menemukan topik
hanya sebagai titik awal dalam mencapai kesuksesan dalam menulis. Sebagai titik awal,
menemukan topik itu sangat penting dalam menulis, karena tanpa topik tidak akan terjadi
42
proses menulis. Untuk itu hendaknya para penulis, khususnya penulis pemula memperhatikan
saran umum di bawah ini.
(1) Penulis hendaknya selalu berusaha menambah pengetahuan dan pengalamannya melalui
melihat, mendengar, membaca, meneliti dsb.
(2) Penulis hendaknya selalu rajin mengamat-amati sesuatu yang terjadi di sekitarnya;
(3) Penulis hendaknya mengembangkan kemampuan imajinasinya dan kreativitas yang
dimilikinya.
(4) Penulis hendaknya sering berlatih mengemukakan pendapat dan mempertahankannya
serta memperluas cakrawala berpikirnya.
Saran di atas dapat membantu penulis dalam menemukan topik dan juga
mengembangkannya. Oleh sebab itu, saran itu sebaiknya juga diikuti dengan sungguhsungguh.
Teknik Pencatatan
Topik atau ide-ide yang telah ditemukan hendaknya dicatat dengan baik, agar ide atau
topik tidak hilang. Ide atau topik yang tidak dicatat ungkin terlupakan dan kadang-kadang
sulit diingat kembali. Agar ide itu dapat digunakan sewaktu-waktu diperlukan, ide atau topik
itu dicatat secara teratur dan sistematis. Pencatatan secara teratur benar-benar bermanfaat bagi
para penulis untuk melihat perkembangan ide yang dipikirkannya.setiap menemukan ide
hendaknya dicatat dengan segera, sehingga tidak ada bagian yang hilang. Ide-ide itu nanti
berguna untuk mengembangkan topik dalam tahap penulisan. Selain itu, ide-ide yang bersifat
abstrak itu dapat diolah dan diperjelas dapat menjadi topik. Pencatatan ide itu dilakukan
kapan saja dan di mana saja ide itu ditemukan.
Pencatatan yang sistematis dapat mempermudah penulis untuk menggunakannya.
Pencatatan yang sistematis berarti pencatatan yang mudah dilakukan dan mudah dicari
kembali serta mudah digunakan. Ada tiga model catatan yang dapat digunakan untuk
mencatat ide ini. Tiga model itu dibicarakan di bawah ini.
Pencatatan itu dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut. Pertama, tidak semua
ide itu dapat ditulis dengan segera. Kadang-kadang penulis itu menunda penulisan itu sampai
berbulan-bulan. Untuk menjaga agar ide itu tidak hilang maka penulis harus mencatatnya.
Kedua, sering kali penulis mempunyai ide lebih dari sebuah. Sulit rasanya untuk menulis dua
ide atau lebih secara bersamaan. Oleh sebab itu, pencatatan tetap penting untuk dilakukan
seorang penulis. Ketiga, pencatatan itu berfungsi sebagai dokumentasi pikiran kita.
Pencatatan yang baik akan menjadi dokumentasi yang baik. Dengan pencatatan yang baik kita
dapat melihat perkembangan cara berpikir kita. Keempat, pencatatan dapat mempermudah
penulis dalam mencari sumber-sumber bahan untuk mengembangkan tulisan. Catatan-catatan
ide itu merupakan bahan mentah yang perlu diolah. Pengolahannya dapat menggunakan
sumber bahan yang relevan. Kalau bahan mentahnya sudah jelas, maka pencarian sumber
bahan pengembang itu akan menjadi lebih cepat dan lebih tepat. Dengan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pencatatan merupakan kegiatan yang penting dilakukan oleh para penulis.
Model Buku Harian
Seperti buku harian pada umumnya, pencatatan dengan menggunakan buku harian
dilakukan setiap hari. Penggunaan buku harian untuk mencatat ide atau topik yang telah kita
temukan itu dilakukan apabila kita menekankan pada pemanfaatan kronologis hasil pikiran
kita. Pencatatan dengan menggunakan model ini dapat dilakukan dengan (1) mengemukakan
dengan frasa atau kalimat pendek tantang topik, (2) menggunakan kalimat panjang atau
beberapa kalimat, dan (3) gabungan antara frasa dan kalimat panjang.
43
Untuk memudahkan pengguanaan catatan, ide-ide yang ditulis itu hendaknya dibedakan
antara (1) gagasan asli, (2) gagasan orang lain (dari buku atau artikel), dan (3) pendapat orang
lain (dari wawancara atau diskusi). Untuk menulis gagasan orang lain dari buku atau artikel
hendaknya disebutkan identitas buku atau artikel tersebut (biasanya yang perlu ditulis antara
lain pengarang, tahun terbit, judul buku, kota penerbit, dan penerbit). Selanjutnya, catatan
pendapat orang lain dari wawancara hendaknya juda dilengkapi dengan identitas orang yang
bersangkutan.
Pencatatan dengan model ini sebaiknya dilengkapi dengan tanggal, bulan, tahun, dan
jam penulisan. Penggunaan identitas waktu tersebut untuk mengetahui kronologis pencatatan.
Catatan dimulai dari garis tepi, agar ruang kosong (margin) kiri dapat dimanfaatkan untuk
membuat catatan lain.
Model Kartu
Pencatatan dengan menggunakan kartu lebih menguntungkan. Penggunaan kartu lebih
efektif dibandingkan dengan cara lain. Biaya penggunaan kartu lebih murah dan dapat dibawa
kemana-mana. Kartu ini dapat digunakan sebagai catatan bawaan. Artinya, kartu dapat
dimanfaatkan dalam berbagai kesempatan, misalnya pesta, perjalanan, berolah raga dsb. di
samping itu, kartu lebih mudah dipergunakan. Penyimpanannya cukup sederhana dan
pencariannya pun tidak terlalu sulit.
Kartu yang biasa digunakan berukuran kurang lebih 15 x 20 Cm. Kartu dapat terbuat
dari karton, misalnya manila. Jenis kartu yang dibutuhkan setidak-tidaknya ada tiga macam.
Pertama, kartu yang hanya dipergunakan untuk mencatat ide penulis sendiri, baik ide umum
maupun ide yang sudah diperjelas. Kedua, kartu kutipan atau ringkasan dan pendapat orang
lain. Ketiga, kartu pelengkap kartu kedua yaitu kartu untuk mencatat sumber kepustakaan
yang dikutip atau diringkas.
Kartu hendaknya diatur dan ditata yang baik. Biasanya kartu disimpan dalam kotak dan
ditata miring. Kartu dikelompokkan berdasarkan kesamaan ide. Artinya, kartu yang berisi ide
yang sama atau hampir sama diletakkan secara berdekatan. Tiap-tiap kelompok topik
hendaknya ditandai agar mudah dipakai.
Model Katalog
Model pencatatan dengan katalog ini sangat cocok untuk penulis profesional. Model ini
memerlukan tiga macam kartu seperti juga kartu katalog pada perpustakaan. Tiga macam
kartu itu digunakan untuk mencatat satu ide yang sama, tetapi untuk digunakan secara
berbeda. Kartu itu dapat dibedakan berdasarkan topik (isinya), sumber ide (khususnya untuk
kutipan atau ringkasan), dan pengkodeannya.
Model catatan dengan menggunakan sistem katalog ini sangat cocok untuk membuat
catatan dalam jumlah yang besar. Untuk jumlah yang kecil, pencatatan model ini tidak
relevan, karena model ini banyak memerlukan biaya dan tenaga. Penyimpanan catatan ini
diatur seperti penyimpanan katalog di perpustakaan. Kartu diatur menurut subjeknya (isinya),
kodenya, dan sumbernya. Tiap-tiap kartu mempunyai kotak sebagai tempat penyimpanan.
Dengan pengaturan semacam itu dapat mempermudah pencarian catatan.
Hal-hal yang perlu dicatat dalam sistem pencatatan itu banyak sekali. Yang paling
penting untuk dicatat dalam hal ini adalah (1) ide yang telah ditemukan, (2) kutipan dan
ringkasan, (3) pendapat, (4) hasil pengamatan dan komentar terhadap peristiwa saat menulis,
(5) daftar sumber kepustakaan, dan (6) pengalaman diri sendiri. Pencatatan terhadap hal-hal
tersebut di atas sangat bermanfaat dalam menulis, termasuk menulis paragraf.
44
45
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Petunjuk: Kerjakan tugas di bawah ini bersama teman Anda dan diskusikan hasilnya.
1.
2.
3.
Carilah sepuluh topik yang cocok untuk dikembangkan menjadi paragraf dengan salah
satu teknik penemuan topik yang paling Anda kuasai!
Catatlah topik yang telah ditemukan dengan sstem kartu dengan menambahkan
beberapa ide lain yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam menulis nanti.
Pilihlah salah satu topik yang luas, kemudian batasi sesuai dengan kriteria topik untuk
menulis paragraf.
BAB V
MENULIS PARAGRAF
Para penulis pemula perlu memahami hakekat paragraf. Pemahaman dan pengetahuan
tentang hakekat paragraf dapat membantu para penulis pemula untuk meningkatkan kualitas
paragraf yang ditulisnya. Dengan pemahaman dan pengetahuan itu, penulis dapat
menuangkan gagasannya dalam rangkaian kalimat-kalimat yang tersusun dalam paragraf
yang baik dan mudah dipahami oleh para pembaca. Di samping itu, para penulis pemula juga
perlu mengetahui berbagai macam bentuk dan panjang paragraf yang sesuai dengan
keperluan. Untuk itu di bagian ini disajikan pelbagai macam pertimbangan untuk memilih
bentuk dan panjang paragraf.
Hakekat Paragraf
Membuat definisi bukanlah pekerjaan yang mudah, termasuk juga definisi paragraf.
Agar dapat membuat definisi yang tepat dan akurat, diperlukan pengetahuan dan pemahaman
yang mendalam terhadap objek yang akan didefinisikan. Oleh sebab itu, pada bagian ini tidak
dikemukakan definisi paragraf, melainkan disajikan beberapa ciri paragraf.
46
Pendahuluan
Pembuka
Pernyataan topik
Perencanaan pengembangan
Topik pendukung 1
Batang
tubuh
Topik pendukung 2
Topik pendukung 3
Kesimpulan
Ringkasan
Penanda penutup
Bagan 5.3 Bagian-bagian Karangan
Dalam sebuah karangan, perpindahan paragraf satu ke paragraf lain ditandai oleh
bergantinya ide pokok. Seperti yang telah dikatakan di atas, setiap paragraf hanya mempunyai
satu ide pokok. Ini berarti setiap berganti ide pokok berganti pula paragrafnya. Paragraf yang
47
mengandung lebih dari satu ide pokok merupakan paragraf yang tidak utuh (unity). Paragraf
yang demikian itu berarti tidak mengikuti prinsip dalam menulis paragraf. Setiap pergantian
ide pokok seharusnya diikuti oleh pergantian paragraf. Dalam kegiatan tulis-menulis paragraf
yang mengandung dua ide pokok atau lebih hendaknya dihindari. Para penulis perlu
memahami hal-hal semacam itu. Satuan-satuan pikiran yang kecil dalam sebuah karangan
saling berkaitan. Satuan pikiran yang ada dalam paragraf satu berkaitan erat dengan satuan
pikiran yang ada di paragraf lain.
Ujud paragraf, seperti yang tampak, berupa sekelompok kalimat. Jumlah kalimat yang
membentuk kelompok itu tidak pasti banyaknya. Kita dapat menemukan paragraf yang terdiri
atas dua kalimat, tiga kalimat, empat kalimat, dan bahkan berpuluh-puluh kalimat. Dengan
demikian, jumlah kalimat bukanlah suatu patokan dalam menentukan paragraf.
Sebuah kelompok kalimat dapat dinamakan sebuah paragraf apabila mempunyai ciri (1)
kalimat itu saling berhubungan, baik hubungan kohesi maupun koherensi, (2) kelompok
kalimat itu membentuk suatu keutuhan ide, (3) urutan kalimat itu runtut, dan (4) dalam
kelompok kalimat itu hanya terdapat satu ide pokok. Ciri-ciri itu merupakan patokan untuk
menentukan apakah sekelompok kalimat itu cocok dikatakan sebagai paragraf atau bukan
paragraf. Apabila ciri-ciri itu tidak dipenuhi, maka kelompok kalimat itu belum tentu sebagai
sebuah paragraf.
Kembali pada jumlah kalimat yang membentuk kelompok, dapat kita jumpai paragraf
seperti di bawah ini.
(1) Temanku sangat baik. Setiap hari aku selalu dibawakan buah-buahan
yang dipetik dari kebunnya.
(2) Sepak bola merupakan cabang olahraga permainan yang paling
kugemari. Aku senang bermain sepak bola dan juga suka melihat
pertandingan sepak bola. Kemarin tim kesebelasan sekolahku bermain
sangat baik. Permainan yang ditampilkan merupakan permainan yang prima
selama ini. Kami menang 6 0 atas kesebelasan SMA 1 Kediri. Besok
malam tim kami akan bertanding dengan pemenang pool B. Kukira tim
kami akan menang lagi.
Pada contoh (01) kelompok kalimat yang membentuk paragraf hanya terdiri atas dua
buah kalimat. Ide pokok yang diungkapkan pada paragraf itu sederhana, sehingga
pengembangannya hanya dengan dua buah kalimat (paragraf itu bukan paragraf yang baik).
Pada contoh (02) kalimat yang membentuk paragraf sebanyak tujuh buah. Ide pokok paragraf
(02) relatif lebih kompleks dibanding dengan contoh (01), sehingga memerlukan ide-ide
pendukung yang lebih banyak.
Paragraf yang hanya terdiri atas dua kalimat seperti contoh (01) di atas memuat
informasi yang sangat terbatas. Pada contoh itu ide pokok yang dirumuskan pada kalimat
topik (periksa tentang kalimat topik) hanya dijelaskan oleh satu penjelas saja. Hal itu
menyebabkan paragraf tersebut miskin informasi, sehingga ide yang diungkapkannya tidak
bisa meyakinkan pembacanya. Paragraf yang demikian itu sering dinamakan paragraf kurus
atau kering.
Berbeda dengan hal di atas, sering juga dijumpai kelompok kalimat yang terdiri atas
berpuluh-puluh kalimat. Biasanya paragraf yang demikian menyulitkan pembaca untuk
mengambil ide pokok paragraf. Paragraf yang terdiri atas berpuluh-puluh kalimat pada
umumnya menyampaikan informasi sampai pada hal-hal yang kecil, bahkan cenderung
menyampaikan ide yang tidak penting. Ini berarti ide yang disampaikan dalam paragraf itu
sangat banyak. Paragraf yang demikian itu mempunyai kecenderungan menyimpang dari ide
48
pokok. Paragraf yang terlalu banyak informasi yang dikemukakan itu sering dinamakan
paragraf gemuk. Berikut ini contoh paragraf yang agak gemuk.
(3) Ada kemungkinan bahwa bahasa yang digunakan oleh penulis dalam
sebuah bacaan atau teks adalah bahasa yang tidak terlalu sukar. Kata-kata
yang digunakannya kata-kata yang agak umum, yaitu kata-kata yang sudah
sering dijumpai murid-murid di dalam buku-buku pelajaran yang lain.
Kalimat-kalimat yang digunakan penulis pun cukup baik. Uraian atas halhal yang dikemukakan dalam wacana cukup terpadu. Namun, semua yang
dikemukakan itu belum menjamin dapat dengan mudahnya isi wacana itu
ditangkap atau dipahami oleh murid-murid. Salah satu segi penyebabnya
terletak di luar bahasa, yaitu tingkat keabstrakan lukisan dalam wacana itu
cukup tinggi. Hal yang dibaca oleh murid-murid ialah hal yang sangat
abstrak, yang tidak ditemukannya dengan mudah dalam kehidupan seharihari. Hal itu merupakan sesuatu yang baru baginya dan kalimat-kalimat
yang dibacanya satu demi satu perlu diserapnya dengan lebih dulu dengan
baik, kemudian dicernanya dengan otaknya, dan kalau hal itu tercapai oleh
tingkat pemikirannya, barulah hal itu dapat dipahaminya. Peranan guru
dalam hal ini sangat penting. Bila guru dapat membantu murid-muridnya
menjelaskan hal-hal yang dibacanya itu dengan baik, pastilah usaha guru itu
telah berhasil mengangkat murid-muridnya dari tingkat kesamaran
pemahaman ke tingkat kejelas.
Paragraf (03) di atas dapat digolongkan paragraf gemuk. Seperti yang terlihat pada
paragraf itu, ada penyimpangan pengembangan paragraf dari ide sentralnya.
Paragraf gemuk dan kurus hendaknya dihindari dalam mengarang atau menulis. Ini
merupakan tugas penulis. Paragraf gemuk dapat diperbaiki dengan menghilangkan butir-butir
ide penjelas yang tidak terlalu penting bagi pembaca. Kalau mungkin, paragraf itu dipecah
menjadi dua buah paragraf. Dengan demikian, ide yang diungkapkan dapat menjadi lebih
jelas dan mudah dipahami. Sebaliknya, paragraf yang kurus dapat digabung dengan paragraf
lain yang idenya sama.
Paragraf sebagai rangkaian kalimat yang teratur
Seperti yang telah diungkapkan di atas, paragraf terdiri atas beberapa kalimat yang
membentuk kelompok. Kalimat-kalimat itu disusun secara teratur dan sistematis, sehingga
menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan. Kalimat-kalimat yang disusun secara acak
tidak dapat disebut paragraf. Kalimat-kalimat dalam paragraf harus menunjukkan adanya
keterhubungan. Dengan demikian, kalimat-kalimat lepas dan tidak berkaitan yang dideretkan
seperti paragraf tidak layak dinamakan paragraf, seperti contoh beriktu ini.
(4) Sebagai wawasan nasional, Wawasan Nusantara bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman bangsa Indonesia, ikut serta
mewujudkan kebahagiaan dan perdamaian seluruh umat manusia. Lebihlebih bagi manusia dan masyarakat Indonesia sesudah merdeka. Dengan
demikian, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 manusia Indonesia harus
membangun dirinya sendiri dan lingkungannya. Oleh sebab itu, Wawasan
Nusantara harus memperhatikan ketertiban dan perdamaian dunia. Tujuan
Wawasan Nusantara ke dalam adalah mewujudkan kesatuan dalam segenap
49
Tanda-tanda pembuka
Bagan
5.4pokok
Paragraf
miniatur karangan
Isi (ide
dan sebagai
pendukung)
Tanda-tanda penutup
50
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx. Xxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxx. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx. Xxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx. Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx. Xxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx. Xxxxxxxxxxxxxxxxxx. Xxx
xxxxx. Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
51
Panjang Paragraf
Seperti terlihat pada buku atau majalah, panjang paragraf itu bermacam-macam, ada
yang pendek dan ada yang panjang. Selama ini memang tidak ada patokan yang pasti tentang
panjang paragraf, sehingga sering ditemukan paragraf yang panjang sekali dan ada yang
pendek sekali. Panjang paragraf yang baik hendaknya tidak terlalu panjang dan juga tidak
terlalu pendek. Menurut seorang ahli menulis, paragraf yang baik itu didukung kira-kira oleh
150 buah kata.
Jumlah kata dan juga jumlah kalimat bukan merupakan patokan yang mutlak untuk
menentukan panjang paragraf. Paragraf yang baik bukan ditentukan oleh banyaknya kata,
melainkan kecukupan dalam menjelaskan atau menerangkan ide pokoknya. Kejelasan itu
ditandai dengan tidak adanya pertanyaan dari para pembaca. Artinya, para pembaca dapat
memahami ide pokok itu dengan gamblang dan tidak bertanya-tanya lagi tentang ide yang
diungkapkan.
Panjang pendek paragraf ditentukan oleh tingkat kerumitan ide pokok paragraf. Makin
rumit ide pokok paragraf, makin panjang paragraf tersebut. Ide paragraf yang sederhana
biasanya dapat ditulis dalam paragraf yang pendek. Dengan demikian, panjang paragraf itu
sebanding dengan bobot atau tingkat kerumitan ide.
Panjang paragraf sangat dipengaruhi oleh tujuan dan media penulisan. Tujuan menulis
makalah ilmiah tentunya berbeda dengan penulisan novel, buku teks, penulisan berita dsb.
Perhatikan contoh paragraf di bawah ini.
(6) Sebelum kita membahas berbagai pendekatan dalam penelitian
kualitatif, kita perlu memiliki kerangka acuan yang sama tentang pengertian
penelitian kualitatif. Pengertian kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik
analisis data dan penulisan laporan penelitian. Dalam analisis data, kualitatif
dikontraskan dengan kuantitatif. Penelitian yang menggunakan angkaangka, perhitungan statistik, hampir selalu dimasukkan dalam kategori
penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian yang tidak disertai analisis
statistik, yang terbatas pada pemberian kategori-kategori konsep atau gejala,
disebut sebagai penelitian kualitatif. Oleh karena itu, laporan untuk
penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan berisi pemerian tentang kejadiankejadian (anecdotal records). Dan karena itu ada yang mempertanyakan
52
53
terhadap deodoran semacam ini harus sering mandi untuk mencegah efek
sampingan yang tidak diinginkan. Disarankan pula untuk mereka
menggunakan deodoran berupa parfum saja daripada deodoran untuk
menghentikan keringat. Melalui operasi oleh dokter ahli bedah dapat pula
kelenjar apokrin dihilangkan namun demikian cara seperti ini masih belum
banyak dilakukan.
Berdasarkan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa keluasan tempat penulisan
mempengaruhi keputusan dalam menentukan panjang paragraf.
Kegunaan Paragraf
Hampir semua karangan prosa dibagi-bagi menjadi paragraf-paragraf. Pembagian itu
pada umumnya dimaksudkan agar para pembaca mengetahui pergantian ide pokok yang
diungkapkannya. Pergantian ide pokok ditandai dengan pergantian paragraf. Dengan
demikian, paragraf sebagai tanda pergantian ide pokok. Paragraf itu memberi tahu para
pembaca bahwa ide pokok baru sedang mulai diterangkan, dikembangkan, dan diakhiri.
Di samping hal di atas, tujuan utama pembagian karangan menjadi paragraf-paragraf
adalah untuk memisahkan dan menekankan adanya tahapan-tahapan berpikir. Tahapantahapan berpikir yang dimaksudkan secara garis besar meliputi tahap pengantar, inti, dan
penutup. Tahap pengantar berfungsi untuk membawa dan mengarahkan pikiran pembaca ke
dalam suatu situasi masalah yang mendekati inti permasalahan. Selanjutnya, tahapan inti
merupakan tahap puncak yang berisi uraian masalah secara jelas dan lengkap. Pada umumnya
bagian inti itu lebih panjang dibanding dengan bagian yang lain. Dengan demikian jumlah inti
paragraf lebih banyak. Terakhir, tahap penutup merupakan tahap penyimpulan. Pada tahap ini
pembaca dibimbing dan diarahkan untuk menarik kesimpulan dari bagian inti.
Penggunaan paragraf dalam tulisan prosa itu mempunyai banyak pertimbangan. Jika
sebuah karangan tidak ditulis dengan menggunakan paragraf, maka karangan tersebut
mempercepat titik kebosanan para pembaca. Sebab, pembaca sulit menemukan ide-ide yang
penting dalam karangan tersebut dan tidak ada penanda yang memberi tahu pergantian ide.
Dengan demikian pembaca harus berkonsentrasi secara terus-menerus sehingga dapat
mempercepat kelelahan dan kejenuhan tersebut.
Penggunaan paragraf dalam tulisan sangat membantu pembaca dalam memahami isi
karangan. Pada umumnya para pembaca sudah mengetahui bahwa satu paragraf berisi satu ide
pokok. Dengan pengetahuan itu pembaca dapat mencari, menemukan, dan merenungkannya.
Pembaca dapat berhenti membaca dan merenungkan ide pokok paragraf pada akhir paragraf.
Dengan demikian, paragraf dapat membantu pembaca dalam mengidentifikasi ide pokok.
Sebagai bukti pernyataan ini, buktikan dengan membaca kutipan di bawah ini.
Koperasi Unit Desa
(10) Di antara bermacam-macam koperasi, kehadiran Koperasi Unit Desa
(KUD) selama kurun waktu terakhir telah memperlihatkan pertumbuhan
yang mengesankan, ditinjau dari segi peningkatan kuatitas. Upaya
memantapkan KUD semakin dipertegas dengan munculnya Inpres No. 2
tahun 1978. KUD bersama Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengemban tugas
menyalurkan berbagai jenis kredit pengadaan sarana produksi pertanian.
Dalam perkembangan berikutnya, dengan aktif Badan Usaha Logistik
(Bulog), fungsi KUD sebagai partner bulog bertambah yaitu turut serta
ambil bagian dalam proses transaksi dan penyaluran hasil produksi petani
54
55
56
apabila penjelas atau detail-detail yang dikemukakan dalam paragraf mengacu pada satu
topik, yaitu ide pokok paragraf tersebut. Semua penjelas harus menerangkan ide pokok
paragraf. Dengan demikian tidak ada ide penjelas yang menyimpang dari ide pokoknya.
Untuk membuat paragraf yang utuh tersebut, ada beberapa usaha yang perlu dilakukan seperti
berikut.
(1)
(2)
(3)
Membuat kalimat topik atau kalimat utama yang memuat ide pokok.
Menyisihkan rincian (detail) atau ide penjelas yang yang tidak penting.
Memilih ide penjelas yang sesuai dengan ide pokoknya.
Agar lebih memahami uraian di atas, di bawah ini dicontohkan paragraf yang tidak
utuh.
(11) Setiap pagi dia membawa dua anjingnya berjalan-jalan. Setelah itu,
dia memberi makan kedua anjingnya itu dan tiga kucing yang juga dipiara.
Kemudian, dia membersihkan sangkar burung nuri dan langsung memberi
makannya. Kalau sang surya sudah memancarkan sinarnya, dijemurnya
burung itu sekitar satu jam. Setelah pekerjaan mengurus binatang
piaraannya itu selesai, akhirnya dia makan pagi di dapur. Aku kenal dia. Dia
tetanggaku yang baik.
Paragraf contoh (11) tersebut di atas merupakan contoh paragraf yang tidak utuh.
Paragraf itu (1) tidak mempunyai kalimat topik, (2) ada beberapa kalimat yang menyimpang,
terutama dua kalimat terakhir, dan (3) pemilihan ide penjelas yang kurang baik, yaitu tak
mendukung ide sentralnya (ide pokok). Pengembangan paragraf (11) dapat diubah menjadi
paragraf yag utuh dengan menghilangkan kalimat-kalimat yang menyimpang dan membuat
kalimat topik seperti di bawah ini.
(11a) Jarot, seorang pemuda, sangat mencintai binatang piaraannya. Setiap
pagi anjingnya diajak berjalan-jalan. Setelah tiba di rumah dia memberi
makan kedua anjingnya dan juga ketiga kucing yang piaraannya. Kemudian
dia membersihkan sangkar burung nuri kesayangannya. Setelah itu, dia
langsung memberi makannya. Kalau sang surya sudah memancarkan
sinarnya, dijemurnya burung itu selama satu jam. Setelah pekerjaan
mengurus binatang piaraannya itu selesai, dia makan pagi sendiri di dapur.
Itulah kegiatan Jarot setiap pagi hari.
Paragraf perbaikan itu lebih utuh dibandingkan dengan paragraf (11). Hadirnya kalimat
topik pada paragraf perbaikan dapat mengikat dan membatasi ide-ide penjelasnya.
Seperti diungkapkan di atas, di samping kalimat topik, paragraf juga mengandung
kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Dalam paragraf yang baik, kalimat penjelas itu
selalu memperjelas kalimat topik. Kalimat penjelas harus mengacu dan berada dalam cakupan
kalimat topik. Gambaran hubungan antara kalimat topik dan kalimat penjelas dapat
dibagankan sebagai berikut.
Kalimat topik
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
57
Kalimat topik
Kalimat Penjelas (mayor)
Kalimat Penjelas (mayor)
Kalimat Penjelas (minor)
Kalimat Penjelas (mayor)
Kalimat Penjelas (minor)
Kalimat Penjelas (mayor)
Kalimat Penjelas (minor)
Bagan 5.8 Hubungan Kalimat Topik, Penjelas Mayor, dan Penjelas Minor.
Kalimat topik
Kalimat Penjelas (mayor)
Kalimat Penjelas (mayor)
Kalimat Penjelas (minor1)
Kalimat Penjelas (minor2)
Bagan 5.9 Hubungan Kalimat Topik, Penjelas Mayor, Penjelas Minor (1), dan Penjelas
Minor (2).
58
Bila hubungan kalimat topik dan kalimat penjelas digambarkan seperti gambar di atas,
maka paragraf tersebut termasuk paragraf yang utuh. Bila hubungan kalimat topik
digambarkan seperti di bawah ini, maka paragraf tersebut paragraf yang tidak utuh.
Kalimat Topik 1
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Topik 2
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Topik
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Bagan 5.11 Hubungan Kalimat Topik dan Kalimat Penjelas yang tepat
59
60
61
dibaca oleh orang yang tidak suka duduk dan ngobrol-ngobrol di tempat seperti itu, maka
dengan kalimat itu akan menimbulkan kebencian kepada toko yang ada tempatnya seperti itu.
Kalimat itu tidak mempunyai hubungan dengan kalimat topik. Meskipun ia menyampaikan
hal yang baru tetapi tidak berguna untuk menjelaskan ide kalimat topik. Kalimat itu sebaiknya
dibuang.
Kalimat kelima dan keenam merupakan pendukung kalimat topik yang baik. Kedua
kalimat ini memberi alasan yang tepat mengapa toko obat Kencana itu baik. Secara langsung,
kalimat itu mendukung kalimat utama yang telah diungkapkan.
Suatu cara untuk melihat apakah ide pendukung dapat menjelaskan ide pokok atau tidak
dapat dilakukan sebagai berikut. Di bawah ini ada dialog imajinatif antara pembaca dengan
penulis.
Pembaca
Penulis
Pembaca
Penulis
Begitulah model untuk melihat hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat lain
dalam paragraf. Dengan kata lain, untuk melihat hubungan antara ide pendukung dan kalimat
topik dapat dilakukan dengan memparafrasekan (membuat dalam bentuk lain), seperti cara di
atas. Dengan melakukan hal semacam akan dapat diketahui kalimat-kalimat yang tidak
mendukung kalimat topik.
Cara mempunyai koherensi dan kohesi.
Koherensi dan kohesi, menurut para ahli, mempunyai pengertian acuan yang berbeda.
Koherensi mengacu pada keterhubungan secara semantik (maknawi) antara bagian satu
dengan yang lain dalam paragraf. Sebaliknya, kohesi merupakan keterhubungan antara bagian
satu dengan yang lain secara tampak. Hubungan kohesi ditandai dengan penggunaan secara
formal. Penanda formal itu adalah penanda yang berujud bentuk-bentuk kebahasaan yang
eksplisit, misalnya frase oleh karena itu, dengan demikian, jika ....maka dsb.
Dalam menulis paragraf, koherensi lebih penting daripada kohesi. Koherensi
menentukan hubungan makna yang mendasar dalam paragraf. Karena yang disampaikan
dalam paragraf itu berupa seperangkat makna, maka hubungan maknalah yang penting
daripada hubungan struktural. Hubungan makna lebih mambantu dalam menafsirkan isi
paragraf daripada hubungan struktural. Namun, hal ini tidak berarti kohesi menjadi tidak
penting. Keduanya, kohesi dan koherensi, itu penting, tetapi koherensi harus lebih ditekankan.
Suatu bagian paragraf yang disusun secara runtut lebih mudah dipahami atau ditafsirkan
misalnya sebagai berikut.
(a)
(b)
Dua kalimat yang didekatkan itu membentuk hubungan koherensi, sehingga dapat
dimengerti dengan mudah. Pembaca tentunya memahami hubungan antara dua kalimat kurang
lebih seperti di bawah ini.
(c)
62
Dengan memberi penanda formal itu seperti kalimat (c), penafsiran dapat lebih mudah.
Jadi, kohesi itu perlu dalam menulis paragraf, agar penafsiran pembaca lebih cepat dan tepat.
Namun, penggunaan piranti kohesi yang berlebihan dapat mengganggu konsentrasi pembaca.
Selanjutnya, paragraf yang kohesif tetapi tidak koheren akan sulit ditafsirkan, seperti tampak
pada contoh ini.
(d)
(e)
Undang-undang Dasar 1945 diberlakukan kembali sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Setiap upacara bendera UUD 1945 dibacakan oleh petugas.
Kedua bagian tersebut kohesif dengan ditandai oleh penggunaan pengulangan bentuk
Undang-undang Dasar 1945, tetapi sulit dipahami secara utuh. Dengan demikian, paragraf
harus kohesif dan koheren, agar dapat dipahami dengan mudah.
Penggunaan penanda formal untuk menciptakan paragraf yang kohesif ditentukan oleh
jenis hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Ada beberapa kelompok
jenis-jenis penanda yang didasarkan atas bentuk penanda formalyang digunakan. Pertama,
penanda formal yang berupa repetisi atau pengulangan. Kedua, penanda formal yang berupa
substitusi atau penggantian. Ketiga, pananda formal yang berupa kata frase transisi
(konjungsi). Di bawah ini dicontohkan paragraf kohesif yang menggunakan penanda kohesi di
atas.
Penanda Kohesi Pengulangan
Penanda kohesi yang menggunakan pengulangan dapat berupa:
(1) Pengulangan bentuk dasar utuh.
(2) Pengulangan bentuk sebagian (tidak utuh), dan
(3) Pengulangan bentuk sinonim.
Penggunaan pengulangan itu seperti contoh di bawahi ini.
(15) Hidup Paula Cooper, seorang napi, kini benar-benar di ujung kursi
listrik. Kamis dua pekan lalu, napi gadis remaja yang berasal dari Indiana
Amerika Serikat itu masih dipertimbangkan oleh mahkamah agung
Indiana. Hari itu mahkamah agung akan mendengarkan kembali
keterangan Paula pada pengadilan banding. Kalau putusan hakim
dikukuhkan mahkamah agung, maka Paula Cooper akan memegang rekor
sebagai perempuan termuda yang dihukum mati di Amerika Serikat.
Penanda kohesi yang digunakan pada paragraf di atas (1) pengulangan bentuk secara
utuh, misalnya Paula Cooper (kalimat pertama) diulang pada kalimat terakhir, (2)
pengulangan bentuk sebagian, seperti frase mahkamah agung Indiana (kaliat kedua) diulang
dengan mahkamah agung pada kalimat ketiga dan keempat, dan (3) pengulangan bentuk
sinonim seperti pada gadis (kalimat kedua) diulang dengan perempuan pada kalimat terakhir.
Penanda Kohesi Penggantian
Penanda formal penggantian yang sering digunakan untuk menciptakan paragraf yang
kohesif berupa (1) kata ganti (orang dan milik), dan (2) kata tunjuk. Kata ganti orang
misalnya dia, ia, beliau (pada umumnya yang digunakan kata ganti orang ketiga) dan kata
63
ganti milik nya. Kata ganti tunjuk, biasanya digunakan kata ini dan itu, dan juga kata itu
yang digabung dengan unsur lain misalnya hal itu, dalam hal ini, dsb. Contoh
(16) Sebuah bendera Merah Putih kecil enggan berkibar tampak terpasang
di sebuah atap rumah yang menyembul di tengah genangan air. Sujiem,
janda tua pemilik rumah itu, telah mengucapkan selamat tinggal pada
rumah, pekarangan, tanaman singkong, dan pohon singkongnya. Dia tidak
bisa berbuat lain, karena permukaan air waduk Kedungombo terus
merangkak naik. Desa Ngrakum, Kecamatan Kemusu, Boyolali, Jawa
Tengah, tempat janda tua itu tinggal, semakin terendam air. Air waduk itu
terus bergerak naik dengan laju 20-50 Cm sehari. Akhir pekan lalu air telah
sampai pada elevasi 79,5 dan akan mencapai elevasi 86 pada akhir tahun
1989 ini. Setahun kemudian seluruh areal waduk akan terendam total.
Penanda kohesi penggantian yang digunakan pada paragraf di atas dapat
diidentifikasikan antara lain:
(1) (pohon pisang)-nya, janda tua itu, dia, yang menggantikan Sujiem
(2) (air waduk) itu menggantikan Kedungombo.
Penanda kohesi (1) merupakan penggantian yang berupa kata ganti, sedang (2) termasuk
penggantian dengan kata tunjuk.
Penanda Kohesi dengan Kata atau Frase Transisi
Penanda kohesi yang berupa kata atau frase transisi ini cukup banyak jumlahnya.
Berdasarkan analisis wacana (ilmu yang mempelajari hal ikhwal tentang wacana), ada
beberapa jenis penanda kohesi. Secara garis besar penanda kohesi ini dapat dikelompokkan
seperti berikut ini.
(1)
64
Penanda ini digunakan untuk menghubungkan bagian yang bertentangan atau kontras
dengan bagian lain. Penanda yang biasa digunakan misalnya akan tetapi, melainkan,
sebaliknya, namun, padahal, bagaimanapun juga, meskipun demikian, walaupun
begitu, dsb. Perhatikan contoh penggunaannya berikut ini!
(18) Kali Baru Timur di daerah Bungur, Jakarta Pusat, merupakan
perkampungan yang padat. Daerah ini berdekatan dengan pusat
perdagangan Senin yang sibuk dan ramai serta tak jauh pula dari stasiun
kereta api. Di pinggir rel berjejer gubuk-gubuk buruk dan perumahan yang
desak-mendesak. Di sekitar ini mengalir sungai kecil berair hitam kental dan
menyebar bau. Nyamuk berseliweran. Pengemis, pelacur, pencoleng dan
gelandangan berkeliaran. Namun, di kampung kumuh ini sedang dibangun
sekolah mewah. Bagaikan sebutan untuk hotel, orang-orang mengatakan
sekolah ini berbintang lima. Belum rampung dibangun pun memang sudah
nampak mentereng karena dikerjakan oleh biro arsitek ternama, Atelier
Enam. Cuma kelihatan ganjil, sebab kontras dengan keadaan sekitarnya.
Paragraf di atas menggunakan penanda transisi pertentangan namun untuk
mengontraskan gedung sekolah mewah dengan lingkungan sekitar yang kumuh.
(3)
Penanda transisi ini menunjukkan hubungan sebab yang diikuti akibat. Hubungan
sebab-akibat dalam menyusun paragraf biasanya menggunakan kata atau frase transisi sbb:
akibatnya, konsekuensinya, dengan demikian, oleh karena itu, sebab itu, dsb.
Penggunaan penanda itu seperti pada contoh berikut.
(20) Menggugat polisi dalam perkara praperadilan termasuk bukan soal
mudah. Karena itu, yang dilakukan Farid menjadi istimewa, bukan karena
ia anak Pak De yang kini tengah berperkara dengan tuduhan melakukan
65
66
Penanda ini berguna untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian lain yang
menunjukkan contohan atau misalan. Biasanya kata yang digunakan antara lain contohnya,
misalnya, umpamanya, dsb. contoh penggunaan penanda ini seperti paragraf berikut.
(23) Departemen Tenaga Kerja bisa juga menyidik seseorag hingga jadi
terdakwa di meja hijau. Contohnya Hakim Kustian Efendi dari Pengadilan
Negeri Medan telah memvonis Nyonya Tio Kaso, 44 tahun, dengan
hukuman denda Rp 10 ribu atau kurungan selama tujuh tahun hari pada 6
Maret silam. Padahal, yang menyidik Nyonya Tio itu adalah M. Purba,
seorang pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Medan.
Penanda transisi contohan pada paragraf di atas adalah kata contohnya.
(9)
67
68
penggunaan penanda transisi yang menunjukkan hubungan kohesif. Jadi, paragraf selain harus
kohesif juga harus koheren, bahkan keherenlah yang harus diutamakan.
Untuk menciptakan koherensi paragraf dapat dilakukan dengan menyusun ide-ide
secara runtut, logis, dan tidak keluar dari topik pembicaraan. Menyusun ide secara runtut
berarti menata ide-ide secara teratur, tidak melompat-lompat, sedangkan penyusunan logis
berarti ide-ide itu disusun dengan cara yang dapat diterima oleh akal, misalnya ide disusun
dari yang dekat ke yang jauh, dari dikenal ke yang belum dikenal, dari kanan ke kiri
(sebaliknya). Penyusun ide yag tak keluar dari topik pembicaraan berarti ide-ide yang dipilih
tidak menyimpang atau masih dalam ruang lingkup topik yang sedang dibicarakan.
Bahan Pelatihan 5: Menulis Paragraf
A. Kerjakanlah bahan latihan di bawah ini dan hasilnya diskusikan
1. Tunjukkan ciri-ciri paragraf secara lengkap.
2. Carilah guntingan paragraf menjorok dan balok!
3. Terangkan seberapa panjang paragraf yang ideal untuk menulis buku.
4. Sebutkan kegunaan paragraf.
B. Hilangkan kalimat penjelas yang tidak mendukung kalimat topik pada paragraf di
bawah ini dan jika perlu ditambahkan beberapa kalimat yang mendukung kalimat
topik!
Pamor Farrah Fawcett, bintang film Amerika itu, menanjak perlahanlahan. Para pencari bakat dari Hollywood mengincarnya. Dengan bermacammacam tawaran yang menggiurkan orang, mereka ingin menarik Farrah untuk
terjun ke bidang yang penuh gemerlapan itu. Namun, pada mulanya Farrah
tidak menanggapi rayuan pencari bakat itu. Ia tetap tenang dalam belajar di
universitas. Satu tahun kuliah, Farrah menjadi buah bibir. Kegiatannya di
universitas cukup banyak, misalnya melukis dan tidak ketinggalan ikut kontes
kecantikan. Kegiatan ini membantu dalam menampakkan kariernya. Pada
tahun 1966 Farrah menduduki tempat ke tiga dalam kontes ayu dan
mendapatkan gelar kedua Miss Astro.
C. Lengkapilah penjelas paragraf di bawah ini, agar dapat membentuk paragraf yang
lengkap!
Sejak dulu agama dan ilmu pengetahuan, lewat manusia pemakaiannya,
sering bentrok. Penyebabnya adalah perbedaan pendapat yang mencolok
tentang sesuatu yang ada di dunia nyata ini. Bahasa, misalnya, kalau menurut
kisah tentang manusia pertama (versi agama) tentu akan mengatakan bahwa
bahasa sudah ada sejak Nabi Adam. Banyak orang berpendapat bahwa bahasa
sudah mulai dipergunakan pada saat itu untuk memerintahkan atau
menanyakan sesuatu kepada Adam. Artinya, begitu diucapkan, Adam sudah
dapat berbahasa.
69
D. Cari sebuah paragraf tak lengkap dari koran atau majalah, kemudian suntinglah
agar dapat diperoleh paragraf yang lengkap!
E. Sempurnakanlah dengan ide penjelas yang sesuai dengan kalimat topik pada
paragraf di bawah ini!
Bahasa merupakan alat komunikasi mausia yang sangat penting.
Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain. Dalam
kehidupan masyarakat, tanpa bahasa tak mungkin dapat berlangsung
dengan baik. Bahasa itu memang sangat penting bagi manusia, karena
manusia harus berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi.
70
G. Tandailah penanda kohesi paragraf di bawah ini dan gantilah penanda kohesi yang
tidak tepat dan coretlah kalimat yang tidak koheren.
(1) Penggemar kopi di belahan bumi utara setahun terakhir ini sedang
mujur. Akibat sejumlah negara produsen belum juga sepakat
menetapkan kuota ekspor anggota Organisasi Kopi Internasional, harga
kopi cenderung merosot terus. Puncak penurunan harga itu terjadi pada
pekan lalu di pasar London, yaitu mencapai 1,245 Poundstterling per
ton (harga penyerahan Juli lalu 40 Poundsterling per ton). Penurunan
serupa juga terjadi di pasar New York dengan tingkat harga di bawah $1
untuk setiap 0,454 kg (1 Pound)\
(2) Tingkat suku bungo deposito mata uang dollar, kertas hijau,
diramalkan akan naik. Ramalan itu didasarkan pada angka-angka inflasi
pada bulan-bulan akan datang diproyeksikan melambung tinggi.
Sejumlah bank terkemuka di Amerika pekan lalu mengantisipasi situasi
itu dengan menaikkan suku bunga pinjaman untuk nasabah utama. Yang
melopori kenaikan itu adalah City Bank dan Chase Manhattan Bank
dengan menaikkan suku bunga pinjaman mereka dari 7,5% menjadi
7,75% setahun. Kata pejabat City Bank di New York, kenaikan suku itu
perlu mereka naikkan untuk menyesuaikan diri dengan derasnya
permintaan kredit, setelah mereka bertahan dengan 7,5% sejak Agustus
lalu.
BAB VI
KALIMAT TOPIK DAN PENJELAS
DALAM PARAGRAF
Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat
topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama. Kalimat ini merupakan
kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Kalimat ini sebagai pusat
kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf tersebut.
Kalimat topik tersebut sangat penting untuk menciptakan keutuhan paragraf. Rumusan
kalimat topik yang baik dapat membantu penulis dalam memilih kalimat penjelas yang sesuai.
Di samping itu, kalimat topik juga dapat membatasi ruang lingkup keluasan topik. Dengan
demikian kalimat topik sangat penting dalam menulis. Oleh sebab itu, para penulis pemula
71
perlu mengenalnya. Di sini kalimat topik diartikan sebagai sebuah kalimat dalam paragraf
yang memuat ide pokok paragraf.
Rumusan Kalimat Topik
Kalimat topik hendaknya dirumuskan dengan menggunakan kalimat efektif, agar
kalimat itu mudah dipahami pembacanya. Kalimat topik harus dirumuskan dengan jelas,
lengkap, gramatikal, dsb. (periksa pembahasan Kalimat Efektif). Kalimat topik yang
dirumuskan dengan baik akan memberikan arah dalam pengembangan paragraf. Selain itu,
kalimat topik yang baik juga mempermudah dalam mencari ide penjelasnya.
Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas.
Secara sederhana kalimat topik dapat dibuatkan rumus sbb.
Kalimat Topik = Topik + Pembatas
Topik merupakan kata atau frasa kunci yang berisi pokok pembicaraan yang
dikembangkan dalam paragraf. Biasanya, topik itu mencakup masalah yang sangat luas. Oleh
sebab itu, topik perlu dibatasi. Tanpa dibatasi, topik tidak mungkin dapat diterangkan dengan
hanya satu paragraf. Oleh sebab itu, pembatas dalam kalimat topik sangat diperlukan. Dalam
paragraf pembatas berfungsi sebagai pemersempit cakupan topik. Topik yang telah dibatasi itu
dinamakan kalimat topik. Contoh rumusan kalimat topik seperti tampak pada bagian di bawah
ini.
Topik
Pembatas
Bulan madu
Emas
Kadar asam yang tinggi
Barang-barang koleksi
perpustakaan
Bahasa Indonesia
Harga tanah
Tertawa itu
Marcos
Dalam paragraf, topik yang baik adalah topik yang tidak terlalu sempit dan juga tidak
terlalu umum. Topik yang terlalu sempit dapat mempersulit penulis untuk mencari ide
penjelasnya. Topik yang terlalu sempit sering menimbulkan masalah dalam mencari ide
penjelas, yaitu kehabisan ide penjelas. Sebaliknya, topik yang terlalu umum tidak cukup
dikembangkan hanya dengan sebuah paragraf. Topik yang umum dapat dikembangkan
menjadi sebuah karangan misalnya buku, artikel, esai dsb.
Dalam memilih topik paragraf hendaknya diperhatikan panjang paragraf. Topik yang
cocok untuk paragraf biasanya dapat dikembangkan dengan menggunakan kata kurang lebih
150 kata. Dengan kata sebanyak itu, topik dapat diterangkan dengan tuntas. Ketuntasan
keterangan ditandai dengan tidak adanya pertanyaan di hati para pembaca setelah membaca
paragraf tersebut. Topik yang cocok untuk menulis paragraf adalah topik yang cakupannya
terbatas itu disebut topik terbatas. Di bawah ini dicontohkan topik umum, topik sempit, dan
topik terbatas untuk sebuah paragraf.
72
Topik umum
Topik sempit
Topik terbatas
Perkawinan
Hewan pemakan daging
Pendidikan
bulan madu
kucing
guru biologiku di
SMA
bekerja di bank
Lembaga keuangan
Pembatas dalam kalimat topik berfungsi untuk membatasi luas cakupan topik. Pembatas
dapat berupa batasan tempat, waktu, perbedaan, jumlah, sebaban, persamaan dsb. Di bawah
contoh topik dan pembatasnya.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
73
diganti, maka makna kalimat penjelasnya juga akan berganti juga. Walaupun kalimat
penjelasnya tidak diubah sedikit pun, kalimat topik mampu mengubah makna keseluruhan
paragraf. Contoh
(27) Kasdut, pegulat dari Jatim itu, berusaha memenangkan
pertandingan. Kasdut pelan-pelan berdiri atas lantai sambil merencanakan
terobosan baru. Ia ragu-ragu sesaat dan berpikir. Pikirannya pun tak begitu
lancar. Hatinya risau karena penahanannya, khususnya jika semuanya terjadi
karena kedunguannya semata-mata. Sekarang ia memperhatikan situasi.
Kunci yang menahannya cukup kuat, tetapi ia yakin akan dapat
mematahkannya.
Kalimat pejelas pada paragraf (27) sama dengan kalimat penjelas paragraf (26). Namun,
makna kalimat penjelasnya berbeda. Perbedaan itu disebabkan oleh berbedanya kalimat topik.
Pada paragraf (27) kalimat topiknya Kasdut, pegulat dari Jatim itu, berusaha
memenangkan pertandingan. Akibatnya, kalimat penjelas yang mengikutinya itu
membentuk makna yang sesuai dengan kalimat topiknya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kalimat topik dapat menentukan makna kalimat penjelas yang
mengikutinya.
Selain itu, kalimat topik juga berguna untuk mengontrol ide-ide penjelas. Ini berarti
kalimat topik digunakan sebagai patokan dalam mencari dan memilih ide penjelas.
Selanjutnya, kalimat topik digunakan untuk menilai kesesuaian ide penjelas dengan ide
pokoknya. Hal ini penting sekali dalam usaha menciptakan keutuhan paragraf. Contoh di
bawah ini dapat memperjelas kegunaan kalimat topik.
(28) Setiap pagi ia membawa anjingnya berjalan-jalan. Setelah itu, dia
memberi makan kedua anjingnya itu dan tiga ekor kucing yang sudah
dipeliharanya. Kemudian, dia membersihkan sangkar burung nuri yang baru
dibelinya dari pasar dan setelah selesai langsung memberi makannya. Kalau
sang surya sudah memamcarkan sinarnya, dijemurnya burung nuri itu
selama satu jam. Setelah pekerjaan mengurusi binatang piarannya selesai,
akhirnya dia makan pagi di dapur. Aku benar-benar kenal dengan dia. Dia
tetanggaku yang baik sekali.
Paragraf (28) di atas tidak utuh. Kalimat penjelasannya tidak dikontrol atau dibatasi
oleh kalimat topik, sehingga kalimat penjelasnya menyebar. Dengan membuat kalimat topik
yang sesuai penyimpangan kalimat penjelas dapat dihindari. Kalimat penjelas yang tidak
sesuai dengan kalimat topik dapat dihilangkan. Perbaikan paragraf di bawah dilakukan
dengan menghadirkan kalimat topik.
(28a) Natalia, seorag gadis remaja, sangat mencintai binatang
peliharaannya. Setiap pagi dia membawa anjingnya berjalan-jalan. Setelah
itu dia memberi makanan kedua anjingnya dan tiga ekor kucing yang juga
dipiaranya. Kemudian, dia membershkan sangkar burung nuri yang baru
dibelinya dari pasar dan setelah selesai langsung memberi makannya. Kalau
sang surya sudah memancarkan sinarnya, dijemurnya burung nuri itu selama
satu jam. Setelah pekerjaan-pekerjaan mengurus binatang piarannya selesai,
akhirnya dia makan pagi di dapur.
74
Dengan hadirnya kalimat topik, kiranya dapat lebih mengatasi kalimat penjelas yang
sesuai. Dengan menghilangkan dua kalimat terakhir dari paragraf (28), paragraf (28a) tersebut
menjadi lebih utuh.
Kesalahan Umum Rumusan Kalimat Topik
Ada empat jenis kesalahan yang sering dijumpai dalam merumuskan kalimat topik.
Pertama, rumusan kalimat topik yang berupa pernyataan topik atau masalah yang akan
dibicarakan. Rumusan itu berwujud pengumuman tentang masalah yang dibahas dalam
paragraf. Contoh rumusan ini tampak seperti di bawah ini.
(1) Di bawah ini dibahas penyebab demoralisasi.
(2) Pada bagian ini akan dibicarakan gelombang kriminal di kota besar.
(3) Generasi bayi tabung merupakan pokok masalah yang akan disajikan pada bagian ini.
(4) Bagian ini menguraikan masalah debirokratisasi di negara-negara berkembang.
Contoh-contoh kalimat di atas merupakan contoh yang berupa pernyataan topik.
Kalimat yang semacam itu hendaknya diubah dengan memberi pembatas yang sesuai.
Kalimat topik yang demikian tidak banyak membantu dalam memilih kalimat penjelas.
Kalimat topik yag luas itu sagat cocok sebagai rumusan tesis sebuah karangan.
Rumusan kalimat topik paragraf yang terlalu luas akan mempersulit dalam mempertahankan
keutuhan paragraf. Selain itu, kalimat topik yang demikian itu juga mempersulit dalam
mencari ide penjelasnya, karena memerlukan penjelas yang tidak sedikit. Contoh rumusan
kalimat topik yang terlalu luas itu dapat dilihat di bawah ini.
(1)
(2)
(3)
(4)
Rumusan kalimat topik seperti di atas terlalu luas bila untuk menulis paragraf. Rumusan
kalimat itu sangat cocok untuk menulis karangan besar, misalnya buku atau artikel. Oleh
sebab itu, kalimat topik yang demikian itu hendaknya dihindari dalam paragraf.
Ketiga, rumusan kalimat topik yang terlalu sempit. Rumusan yang demikian itu tidak
memberi kesempatan untuk memberi ruang gerak dalam memilih ide penjelas. Akibatnya,
tidak ada ide penjelas yang dapat mendukung ide pokoknya. Kalimat topik itu akan berdiri
sendiri tanpa kalimat pendukung. Kalimat topik yang demikian itu sering dikatakan berakhir
dengan kematian. Artinya, kalimat topik itu sudah tidak mungkin diterangkan lagi. Rumusan
kalimat topik yang sempit itu seperti contoh di bawah ini.
(1)
(2)
(3)
(4)
Rumusan kalimat topik yang demikian itu termasuk rumusan yang terlalu sempit.
Kalimat topik yang demikian itu terlalu khusus, sehingga tidak ada penjelas yang perlu
menjelaskannya. Oleh sebab itu, kalimat topik yang demikian itu harus dihindari, agar
paragraf tidak berakhir dengan kematian penjelas.
75
Keempat, rumusan kalimat topik yang kabur. Rumusan yang kabur dapat menimbulkan
bermacam-macam tafsiran makna. Rumusan kalimat topik yang kabur biasanya menampilkan
dua hal atau lebih yang bertentangan (kontroversial). Karena bertentangan itulah rumusan itu
dapat menimbulkan berbagai masalah. Contoh rumusan yang demikian itu dapat diperiksa di
bawah ini.
(1)
(2)
(3)
Rumusan kalimat topik di atas kabur. Dalam kalimat itu terdapat dua hal yang
bertentangan, sehingga tidak memperlihatkan adanya fokus pembicaraan. Sebaliknya,
pertentangan itu tidak dirumuskan dalam kalimat topik.
Letak kalimat Topik
Ada empat cara penempatan kalimat topik dalam paragraf. Pertama, peletakan kalimat
topik pada awal paragraf. Letak kalimat topik di awal dapat mempermudah pembaca dalam
menemukan ide pokok paragraf. Letak kalimat topik yang demikian itu membantu dalam
membaca jenis skimming, skipping, dan scanning. Kedua, peletakan kalimat topik pada akhir
paragraf. Ketiga, peletakan kalimat topik di tengah paragraf. Peletakan kalimat topik di tengah
paragraf ini secara teoritis dimungkinkan, tetapi jarang digunakan dalam kegiatan tulismenulis. Oleh sebab itu, cara peletakan yang ketiga ini tidak dibicarakan. Keempat, peletakan
kalimat topik di awal paragraf dan pada akhir paragraf. Contoh
(29) New York adalah kota keras. Penodong merajalela. Seorang teman
dari Indonesia kena todong. Tiba-tiba tiga orang sudah mengelilinginya.
Saku celananya dibedah begitu saja, dengan sekali tarik di bagian saku.
Semua uang tunai dan travelers cheque-nya terbang. Ia pulang ke hotel
dengan celana bedah. Tahun lalu, seorang yang gagah berani kena todong di
dalam kereta bawah tanah New York yang terkenal angker itu. Ia dengan
tenang mencabutbukan dompetpistol dan menembak penodong itu tanpa
ampun. Masyarakat menyanjungnya sebagai pahlawan. Tetapi, toh ia harus
berhadapan dengan polisi.
Paragraf di atas, kalimat topiknya diletakkan di awal paragraf. Kemudian disusul
dengan beberapa kalimat penjelas yang berupa contoh atau bukti-bukti yang mendukung
kalimat topik. Paragraf yang kalimat topiknya diletakkan pada awal paragraf dan diikuti oleh
pendukung topik dinamakan paragraf deduktif.
Peletakkan kalimat topik pada awal kalimat itu sangat menguntungkan para pembaca.
Dengan cara seperti itu, pembaca dapat cepat menangkap ide sentral paragraf. Setelah itu,
pembaca hanya mengikuti bukti-bukti yang memperkuatnya. Selanjutnya, bandingkan dengan
paragraf berikut.
(30) Di tengah malam buta itu, Alex tiba-tiba bangkit dari tempat tidurnya.
Dia langsung menghajar istrinya, membanting jendela, dan membuat
lubang-lubang di dinding rumahnya. Lalu dia rebah lagi dan langsung
76
terlelap. Esoknya dia bangun seperti biasa, ramah pada istrinya seolah tak
terjadi apa-apa tadi malam. Sang istri tentu saja terheran-heran. Mel Abel,
73 tahun, lain lagi. Setiap hendak tidur, bekas pengusaha real estate itu lebih
dulu mengikat dirinya di ranjang dengan sabuk pengaman. Ini perlu
dilakukan, karena Abel selalu giat, juga dalam tidurnya. Ternyata, sabuk itu
tidak menolong banyak, karena akhirnya Abel sering bisa melepas sabuk.
Saat bangun pagi, dia menemukan istrinya gemetar di sampingnya, waswas
melihat tingkahnya. Dan Abel, seperti biasa, tak paham apa yang sebenarnya
terjadi. Itulah penyakit tidur aktif, yang banyak menyerang orang-orang
berusia lanjut. (Tempo, 6 Februari 1988).
Kalimat topik paragraf di atas diletakkan pada bagian akhir. Paragraf itu diawali dengan
contoh-contoh yang berupa anekdot, kemudian diikuti dengan sebuah kesimpulan. Paragraf
demikian disebut paragraf induktif.
Paragraf deduktif dan induktif di atas dapat dianalisis sebagai berikut.
77
Adekuat artinya penjelas yang dipilih itu tepat dalam mendukung kalimat topik.
Signifikan artinya penjelas yang digunakan hanyalah penjelas benar-benar relevan dan
penting.
Kecukupan artinya jumlah penjelas itu tidak kurang dan tidak lebih.
78
(4)
(5)
Lengkap artinya semua masalah dalam kalimat topik telah dijelaskan dengan tuntas.
Baru artinya semua penjelas mempunyai ide tambahan yang tidak dijelaskan secara
tersurat dalam kalimat topik.
Di bawah ini dicontohkan pemilihan penjelas yang sesuai dengan kriteria di atas.
Kalimat topik
Penjelas
Karena pada kalimat topik telah disebutkan tiga sifat yang dikagumi maka penjelas
yang harus dipilih juga tiga buah. Setelah penjelas itu ditemukan, langkah berikutnya penulis
harus merumuskannya dalam kalimat yang efektif. Setelah itu, kalimat itu ditata dalam
bentuk paragraf dengan menambahkan bumbu-bumbu yang relevan.
Fungsi Penjelas
Penjelas dalam paragraf mempunyai banyak kegunaan. Kegunaan itu antara lain
sebagai berikut. Pertama, penjelas memberikan ide tambahan yang dapat mendukung,
menjelaskan, menunjang kalimat topik. Karena kalimat topik dalam paragraf hanya satu
kalimat, maka tak mungkin kalimat topik itu memberikan informasi yang lengkap kepada
pembaca. Oleh sebab itu, diperlukan penjelas. Kedua, penjelas berguna untuk menerangkan
kalimat topik. Kalimat topik biasanya masih umum. Pernyataan yang sifatnya masih umum
belum dapat diterima pembaca. Untuk dapat diterima pembaca, kalimat topik itu perlu
dilengkapi dengan penjelas yang mampu menjelaskan kalimat topik. Ketiga, penjelas
menyegarkan dan menghidupkan kalimat topik sehingga dapat memenuhi selera pembaca.
Pada umumnya penjelas itu berupa keterangan tentang ruang, benda, tempat, waktu, dan
angka yang diperlukan pembaca.
Kalimat Penjelas Mayor dan Minor
Penjelas mayor adalah penjelas yang memberikan keterangan langsung pada kalimat
topik. Penjelas itu secara langsung mendukung ide pokok. Penjelas mayor dalam paragraf
dapat digambarkan sebagai berikut.
79
Kalimat (1)
Kalimat topik
Kalimat (2)
Kalimat (3)
Kalimat (4)
Kalimat (5)
Kalimat (6)
Dalam menyusun paragraf sebaiknya penjelas mayor dan minor digunakan secara
bersama-sama. Sebaiknya penjelas minor yang dipilih bukan minor yang menjelaskan minor
ke-3 atau ke-4 dan seterusnya. Sebab, pemilihan penjelas minor yang jauh dari kalimat topik
membuat paragraf menjadi tidak utuh (unity).
Mengenal Penjelas dalam Sebuah Paragraf
Di bawah ini dicontohkan beberapa model paragraf dengan beberapa macam penjelas.
Model paragraf yang digunakan sebagai contoh pada umumnya hanya memuat satu macam
jenis penjelas. Namun kenyataannya, penyusunan paragraf dapat sering menggunakan
beberapa jenis penjelas. Contoh paragraf yang disajikan di bagian ini merupakan model
paragraf yang banyak digunakan dalam tulis-menulis.
Penjelas yang berupa contoh
80
Contoh merupakan fakta khusus yang dapat membantu dalam memberikan keterangan
atau penjelasan. Paragraf yang dikembangkan dengan penjelas contoh berarti penjelas yang
menerangkan kalimat topik berupa contoh-contoh. Model paragraf berikut ini merupakan
contoh penggunaan penjelas yang berupa contoh-contoh.
Model paragraf dengan penjelas contoh
33)Bahasa Indonesia banyak memungut kata-kata dari bahasa daerah. Dari
bahasa Jawa, misalnya, dipungut kata-kata seperti tepaselira, ejawantah,
ruwet, luwes, ulet dsb. Kata-kata dari bahasa Minangkabau yang dipungut
misalnya kata cambuk, cemooh, ngarai, datuk, peralatan (pesta punya
hanjat), dsb. Dari bahasa Jakarta dipungut kata-kata seperti genit, getol,
ketus, usil, cakep, telah, begadang, bloon, dsb. Kata-kata ini banyak dipakai
dalam bahasa sehari-hari. Selain itu, ada juga kata yang diserap dari bahasa
Sunda misalnya kata anjangsana, kagok, ketus, dsb. Masih banyak kata-kata
bahasa daerah yang dipungut dalam bahasa Indonesia, contohnya tari pedet,
kecak, seudati, dsb.
Paragraf di atas merupakan jenis paragraf yang dikembangkan dengan menggunakan
penjelas yang berupa contoh. Untuk membuat paragraf seperti jenis di atas perlu
memperhatikan kata-kata yang digunakan untuk mengantarkan contoh. Kata-kata yang biasa
digunakan untuk mengantarkan contoh pada paragraf di atas yaitu seperti, misalnya, dan
contohnya. Kata-kata lain yang yang dapat digunakan yaitu umpamanya, dan contoh.
Penjelas yang berupa rincian anggota klas
Paragraf ini dikembangkan berdasarkan suatu klas yang umum (general class) yang
dipandang dari sudut pandang tertentu (prinsip tertentu). Kemungkinan suatu klas yang umum
diikuti dengan penjelas yang berupa sejumlah bagian atau anggota. Bila dibagankan, paragraf
sejenis ini akan tampak seperti bagan berikut ini.
Anggota/
Bagian
1
Anggota/
Bagian
2
Anggota/
Bagian
3
Anggota/
Bagian
4
81
82
Ilustrasi merupakan gambaran sederhana atau bentuk konkrit dari sesuatu ide yang
abstrak dan kompleks. Ilustrasi ini dapat mempermudah dalam menerangkan suatu konsep
yang rumit. Perhatikan paragraf yang menggunakan pengembangan dengan penjelas ilustrasi.
Model paragraf dengan penjelas ilustrasi
36)Filsafat, meminjam pikiran Will Duran, dapat diibaratkan pasukan
marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan
infanteri ini sebagai pengetahuan yang di antaranya adalah ilmu. Filsafatlah
yang memenangkan tempat berpijak sebagai kegiatan keilmuan. Setelah itu,
ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan
kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Setelah
penyerahan dilakukan, maka filsafat pun pergi. Dia kembali menjelajah laut
lepas, berspekulasi dan meneratas. Seorang yang skeptis akan mengatakan
bahwa sudah lebih dari dua ribu tahun orang berfilsafat demikian. Namun,
kesalahpahaman ini dapat dihilangkan dengan segera, apabila kita sadar
bahwa filsafat adalah marinir yang merupakan pionir, bukan pengetahuan
yang bersifat merinci (analitis). Filsafat menyerahkan daerah yang sudah
dimenangkan kepada ilmu pengetahuan. Jadi, semua ilmu, baik ilmu-ilmu
sosial maupun ilmu alam, bermula dan berkembang dari filsafat. (Adaptasi
dari Filsafat Ilmu oleh Jujun S. Suriasumantri, 1985: 22-24)
Paragraf ilustrasi ini biasanya menggunakan frase-frase seperti di bawah ini untuk
menghubungkan antara masalah yang diilustrasikan dengan yang mengilustrasikan. Frase
yang dapat digunakan sebagai pengantar ilustrasi.
Seperti ilustrasi berikut ini,
Dapat diilustrasikan seperti,.......
Dapat dikonkritkan dengan ilustrasi seperti.....
Seperti .....
Bagaikan .....
Penjelas yang berupa bukti
Bukti atau evidensi merupakan suatu data atau fakta yang dapat menentukan suatu
kebenaran suatu prinsip (deduksi). Bukti dapat diambil dari hasil pengamatan (observasi) atau
juga hasil penelitian yang sahih. Dalam paragraf model ini, kalimat topik berupa deduksi
sedang penjelas berupa bukti-bukti. Untuk membuat paragraf model ini, usahakan bukti-bukti
yang diambil dari situasi nyata (aktual). Perhatikan model paragraf ini.
Model paragraf dengan penjelas yang berupa bukti
37)Tertawa itu sehat. Dalam penelitian ilmiah telah dibuktikan bahwa
tertawa itu dapat membebaskan manusia dari berbagai kemelut, misalnya
stress dan bentuk-bentuk ketegangan jiwa yang lain. Dengan tertawa,
tentunya tertawa setulusnya, manusia dapat memendam dan meredakan
ketegangan masalah yang dipikirkan. Beban berat masalah yang dialami
menjadi berkurang, sehingga seseorang dapat memecahkannya dengan
pikiran sehatnya. Selain itu, dalam penelitian kontemporer tentang tertawa
ini disimpulkan bahwa orang yang senang tertawa pada umumnya awet
muda dan panjang umur.
83
Paragraf model ini biasanya menggunakan piranti kohesi frase yang mengandung kata
bukti atau kata-kata yang menunjukkan sinonimnya.
Penjelas yang berupa perbandingan
Penjelas perbandingan itu meliputi perbedaan dan persamaan. Paragraf yang
dikembangkan dengan penjelas perbandingan dapat menggunakan perbedaan-perbedaandan
juga persamaan secara bersama-sama maupun secara terpisah. Contoh
Model paragraf perbandingan
38)Kota Kyoto pada dekade sekarang ini terbelah menjadi dua wajah yang
berbeda. Kyoto wajah lama nyaman dan sendu. Berbeda dengan Kyoto
wajah lama, Kyoto wajah baru penuh dengan lampu-lampu kegerlapan.
Kyoto wajah baru dipadati dengan hotel, tempat hiburan, pusat permainan
dan toko cindera mata. Di sini ketenangan sukar dicari. Dua wajah itu
kelihatannya sulit dipadukan, karena sudah terlanjur.
Paragraf di atas hanya mengungkapkan perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu dapat
dilihat dari berbagai segi. Di bawah ini dicontohkan paragraf yang dikembangkan dengan
menggunakan persamaan-persamaan.
Model paragraf perbandingan
39)Marcos mempunyai persamaan dengan Bung Karno. Marcos, seperti
juga Bung Karno, telah memegang kekuasaan sebagai presiden sekitar 20
tahun. Semula kedua orang itu pantang mundur dari singgasannya.
Keduanya beranggapan bahwa angkatan bersenjata masih setia padanya dan
sebagian besar rakyat masih mencintainya. Akhirnya, kedua tokoh itu turun
tahta juga dan menyerah pada keadaan.
Penjelas paragraf di atas berupa persamaan antara tokoh dua negara yang mengalami
peristiwa yang mirip. Di bawah ini dicontohkan paragraf yang disusun dengan penjelas yang
berupa perbedaan dan kesamaan secara bersama-sama. Contoh
Model paragraf perbandingan
40)Pantun mempunyai perbedaan dan persamaan dengan syair. Keduanya,
pantun dan syair, digolongkan pada puisi yang tiap baitnya terdiri atas
empat baris. Penulisan pantun dan syair diatur dengan memperhatikan
persajakan. Namun, persajakan pantun dan syair berbeda. Pantun bersajak
selang-seling (abab), sedang syair bersajak akhir semua (aaaa). Selain itu,
dua baris pertama pada pantun hanya berupa sampiran dan isinya pada dua
baris terakhir, sedang syair tidak mempunyai sampiran dan seluruh bait
merupakan isi yang saling bertautan.
Penjelas yang berupa rincian proses
Pada paragraf yang kalimat topiknya berisi tentang suatu proses atau urutan-urutan
kegiatan yang perlu dilakukan, penjelasannya dapat berupa rincian tahap-tahap kegiatan.
Topik yang berhubungan dengan proses ini misalnya cara pembuatan kue, cara mengarang,
pembuatan masakan, dsb. Perhatikan paragraf di bawah ini yang mengandung penjelas rincian
proses.
84
Penjelas Sebaban
Sebab 1
Sebab 2
Sebab 3
akibat
Penjelas akibatan
Penyebab
Akibat 1
Akibat 2
Akibat 3
85
Penataan ide
Setiap penyunting perlu mempelajari cara menata dan ide pokok ide penjelas dalam
paragraf, agar dapat menata ide-ide secara runtut. Ide-ide yang mencakup ide pokok dan
penjelas harus diatur supaya mudah diikuti pembaca. Pengaturan ide itu harus menunjukkan
suatu urutan yang baik. Urutan yang baik itu biasanya menunjukkan alur ide yang logis
Pada bagian ini disajikan beberapa cara penataan ide dalam paragraf. Penyajian ini
diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi para penyunting pemula untuk mengatur ide
secara urut dan runtut. Ada beberapa pola umum dalam penataan ide dalam paragraf.
86
Penataan ide ini sering disebut organisasi paragraf. Penataan ide pada bagian ini
diartikan sebagai suatu cara untuk menata atau mengatur ide-ide (ide pokok dan ide penjelas)
sehingga membentuk suatu urutan yang sistematis. Penataan ide paragraf dikatakan baik
apabila ide-ide disusun sehingga membentuk suatu struktur yang mudah diikuti oleh alur
pikiran. Ide-ide itu ditata dengan halus, tidak terjadi lompatan-lompatan ide. Ada beberapa
teknik penataan ide paragraf yang dapat digunakan dalam menyunting paragraf. Di bawah ini
dibahas sebagian teknik pengorganisasian paragraf yang disertai dengan sebuah contoh
paragraf.
Penataan umum ke khusus
Dalam paragraf ide-ide yang telah dirumuskan dalam kalimat, baik kalimat topik
maupun kalimat penjelas, diatur dengan ide yang bersifat umum diletakkan pada bagian awal
dan diikuti dengan ide yang bersifat lebih khusus. Penataan ini dapat direalisasikan dengan
menampilkan kalimat topik lebih dahulu (pada awal paragraf) kemudian dilanjutkan dengan
kalimat penjelas. Kalau digambarkan, organisasi paragraf demikian itu akan tampak seperti
berikut.
Khusus 1
Khusus 2
Khusus 3
Umum
Khusus 4
Bagan 6.12 Tatanan Umum ke Khusus
Khusus 5
Contoh penataan ide umum ke khusus itu seperti berikut.
44)Kacang kedele merupakan bahan makanan yang baik sekali. Menurut
hasil penelitian ilmiah, protein yang dikandung kacang kedele mencapai
35% dari beratnya. Dibanding dengan bahan makanan lain, kadar protein
kedele dapat diperoleh perbandingan sebagai berikut, yaitu dua kali protein
daging, lima kali sampai enam kali protein roti, empat kali protein gandum,
empat kali telur, dan dua belas kali susu. Selain jumlah kadar proteinnya,
protein kedelai mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya telah dikenal
bahwa protein hewani seperti daging, susu, telor mempunyai protein
lengkap, sebaliknya protein nabati dikenal tidak lengkap. Namun, ternyata
protein kedele meskipun termasuk protein nabati, kualitasnya lebih mirip
menggambarkan protein hewani. Jadi, kacang kedele mempunyai kadar
protein yang tinggi dan kualitas proteinnya lengkap.
Penataan umum ke khusus ini sangat membantu pembaca dalam memahami paragraf,
sebab dengan teknik ini pembaca dapat dengan cepat menemukan ide pokok paragraf.
Kemudian pembaca tinggal mengikuti bukti-bukti yang digunakan untuk menjelaskan ide
pokok tersebut. Paragraf ini sering disebut paragraf deduktif.
Penataan Khusus ke Umum
Penataan ini diperoleh dengan cara menyusun ide-ide khusus dan diikuti dengan ide
yang umum. Ide-ide khusus ditampilkan pada bagian awal paragraf dan kemudian
disimpulkan dengan ide yang lebih umum. Ide yang lebih umum itu biasanya berupa kalimat
simpulan. Penataan dengan cara ini dapat digambarkan sebagai berikut.
87
Khusus 1
Khusus 2
Khusus 3
Khusus 4
Khusus 5
Umum
88
89
Penataan urutan ini ada dua macam. Pertama ide yang menyatakan sebab dinyatakan
lebih dahulu kemudian diikuti dengan akibat. Kedua, ide yang menyatakan akibat diletakkan
pada awal paragraf kemudian diikuti ide yang menyatakan sebab. Contoh
50) Berkurangnya kadar gas penyusun lapisan ozonyang berfungsi sebagai
pelindung kehidupan di bumi dari sengatan sinar ultraviolet yang berasal
dari mataharidi stratosfer diramalkan dapat menimbulkan bermacammacam malapetaka di muka bumi. Menurut penelitian para ahli, penurunan
kadar ozon itu dapat menimbulkan berbagai macam penyakit misalnya
kanker kulit, katarak dan kepekaan terhadap infeksi. Penyakit ini disebabkan
oleh sengatan sinar ultraviolet dari matahari itu. Akademi ilmu pengetahuan
Amerika Serikat memperkirakan, penurunan 1% kadar ozon akan
menambah 10.000 kasus kanker kulit setiap tahunnya di Amerika Serikat
saja. Selain itu, penurunan kadar ozon dapat juga menambah suhu bumi.
Penambahan suhu bumi ini dapat menyebabkan pencairan es di daerah
kutub. Pencairan es ini dapat menaikkan permukaan air laut dan
menenggelamkan kota-kota di pantai yang rendah. Di samping kedua hal
tersebut, penurunan kadar ozon juga dapat mengubah pola curah hujan
secara radikal yang mampu mengubah daerah subur menjadi gurun dan
gurun pasir akan berubah menjadi gurun yang lebih tandus lagi.
Pola-pola penataan ide seperti yang dibicarakan di atas perlu dikuasai, baik penulis
maupun penyunting. Sebab, pola penataan itu sangat mempengaruhi kemudahan dalam
mengikuti uraian. Penataan yang mengikuti pola yang dibicarakan di atas pada umumnya
dapat diikuti dengan mudah.
Bahan Pelatihan 6: Kalimat Topik dan Penjelas
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B.
90
(1)
Memelihara dan merawat secara teratur merupakan pekerjaan yang berat. Pekerjaan itu
jauh lebih sulit dibanding dengan membangun, lebih-lebih dibanding dengan merusak,
banyak orang yang dapat membangun gedung bertingkat. Bahkan banyak sekali di
antara kita, sengaja atau tidak, terlibat dalam perusakan barang-barang atau bendabenda di sekitar kita. Akan tetapi masalah pemeliharaan dan perawatan tidaklah
demikian. Pekerjaan merawat dan memelihara memerlukan displin dan ketekunan dari
para pelaksananya.
Kalimat topik
Topik
Pembatas
(2)
Perluasan kesempatan kerja merupakan kebutuhan yang tetap mendesak dalam Pelita
Keempat. Fakta menunjukkan, pengangguran terus membumbung tinggi. Pencari
kesempatan kerja dalam jumlah cukup mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, diperlukan
berbagai kebijaksanaan yang menyeluruh seperti dalam pendidikan keterampilan,
pembangunan industri dan prasarana, pemilihan teknologi tepat guna, dll. Di samping
itu, usaha-usaha kesempatan kerja dan juga perlu dituangkan dalam program-program
khusus misalnya program pembangunan bidang pertanian dan proyek-proyek
pembangunan pedesaan.
Kalimat Topik
Topik
Pembatas
(3)
:
:
:
Hujan asam sangat berbahaya bagi kehidupan dan kualitas lingkungan. Di negaranegara industri, hujan asam sudah lama dinyatakan sebagai bahaya utama. Menurut
tafsiran 6,5 juta hektar hutan di Eropa kini rusak terkena hujan asam. Di Jerman kini
sepertiga hutan di negara itu sudah terhantam. Black Forest, hutan yang terkenal di
Jerman bagian Selatan, kini berubah menjadi hutan kuning. Ribuan danau di Kanada,
Swedia, Norwegia, dan Finlandia berubah menjadi asam. Monumen tersohor di India,
Taj Mahal, ternyata mulai kusam dan rusak terkena angin masam dari berbagai industri
di sekitarnya. Bahkan, kerusakan daerah pertanian di Jepang rusak karena pencemaran
yang datang lewat hujan asam.
Kalimat Topik
Topik
Pembatas
(4)
:
:
:
:
:
:
Pembinaan bahasa dan kebudayaan daerah dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan
keluarga. Kewajiban orang tua di rumah adalah membiasakan anak-anaknya
menggunakan bahasa daerah dan mengenalkan kesenian daerah serta benda-benda
budaya daerah. Anak-anak harus ditunjukkan bahwa bahasa daerah tidak sama dengan
bahasa Indonesia. Bahasa daerah, misalnya, bahasa Jawa mempunyai tatakrama
berbahasa, yaitu tingkat halus dan kasar. Bahasa Jawa yang dipakai dalam berdialog
dengan orang-orang tua atau guru berbeda dengan bahasa Jawa yang dipakai dengan
teman sebaya. Pembinaan bahasa daerah melalui mendengarkan lagu-lagu, radio, TV,
atau alat-alat elektronik yang lain kiranya dapat menunjang usaha membawa anak pada
suasana berbudaya daerah.
91
Kalimat topik
Topik
Pembatas
(5)
Rendra masih memikat. Tepuk tangan untuk penyair ini, Senin pekan lalu di Taman
Ismail Marzuki (TIM) ketika ia membacakan enam sajaknya, sangat meriah. Bahkan
lebih meriah dibandingkan dengan tujuh tahun lalu ketika ia membacakan sajaksajaknya di tempat yang sama. Bedanya, acara Mei 1978 itu berakhir dengan
ditahannya Rendra. Dan, kemudian TIM dilarang menampilkan seniman itu. Malahan,
kenyataannya bukan hanya di TIM Rendra tak bisa tampil, melainkan di seluruh
wilayah tanah air baik penampilan sajak maupun dramanya. Penampilan Senin malam
pekan lalu itu, dengan sajak-sajaknya yang membakar emosi penonton dibanding
dengan yang dibawakan dulu, diharapkan oleh banyak pihak menjadi tanda kebebasan
penyair ini dan Bengkel Teaternya.
Kalimat topik
Topik
Pembatas
(6)
:
:
:
Hasil pertemuan puncak MEE tahun ini cukup membuat was-was para eksportir non
MEE, termasuk Indonesia. Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya kekompakan MEE
dalam mewujudkan Eropa Barat sebagai satu negara secara ekonomi. Sekali mereka
membangun benteng proteksi hancurlah negara-negara non MEE mengingat Eropa
Barat sebegai pasar komoditas nonmigas terbesar di dunia.
Kalimat topik
Topik
Penjelas
(8)
:
:
:
Perdana Menteri Margaret Thatcher, yang dijuluki wanita besi dari Inggris, ternyata bisa
lumer di meja perundingan. Ia mencabut usulnya agar Masyarakat Ekonomi Eropa
(MEE) memotong subsidi pertanian. Thatcher semula menganggap subsidi pertanian
terlalu banyak menghamburkan anggaran belanja MEE pada pertemuan puncak dua hari
MEE di Brussel dua pekan lalu. Setelah usul yang sempat mengguncangkan MEE itu
dicabut Thatcher dalam keputusan bersama yang ditandatangani kepala-kepala
pemerintahan anggota MEE Senin pekan ini, subsidi di bidang pertanian pada tahun
fiskal 1988-1989 dinaikkan 2,4% sehingga menjadi USS 19,25 milyar. Selain itu, juga
disepakati sampai 1992 pos anggaran tersebut akan dibatasi hanya sampai USS 20,7
milyar.
Kalimat topik
Topik
Pembatas
(7)
:
:
:
:
:
:
Yendaka membuat orang Jepang girang. Kenaikan nilai Yen terhadap dollarinilah yang
disebut yenakayang hampir 100 persen dibanding tahun lalu memungkinkan
perusahaan-perusahaan Jepang mengiventarisasikan modal di AS tahun lalu sebesar
US$ 13 milyar. Uang itu ditanam terutama di bidang usaha perumahan. Dengan
92
kenaikan nilai yen itu departemen keuangan menyatakan cadangan devisa negeri itu
pada akhir Januari 1988 mencapai US$ 83,47 milyar.
Kalimat topik
Topik
Pembatas
(9)
:
:
:
Kalimat topik
Topik
Pembatas
:
:
:
(10) Panas dan suhu itu berbeda sama sekali. Panas yang terkandung dalam suatu benda
tergantung pada tenaga gerak atom-atom dan molekul-molekulnya. Jumlah panas itu
dapat diukur dengan takaran kalori. Satu kalori adalah sejumlah tenaga panas yang
diperlukan untuk meningkatkan satu derajat Celcius satu gram air. Dan, yang dimaksud
dengan suhu adalah petunjuk tentang tingkat atau jumlah derajat yang bisa dihasilkan
oleh panas yang dikandung oleh sesuatu benda.
Kalimat topik
Topik
Pembatas
C.
1.
:
:
:
Carilah penjelas yang dapat mendukung kalimat topik paragraf di bawah ini.
Kalimat topik: Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling utama.
Penjelas
a.
b.
c.
d.
2.
3.
Kalimat topik: Hutan mempunyai kegunaan dalam konservasi air dan tanah.
Penjelas
a.
93
b.
c.
d.
4.
5.
D.
Tentukan penjelas paragraf di bawah ini, kemudian golongkan penjelas minor dan
penjelas mayor!
Perdana Menteri Margaret Thatcher kembali menjadi pahlawan bagi negara-negara
anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pekan lalu orang kuat Inggris itu
menyatakan negaranya siap menerima kehadiran 60 F1-11 pesawat pengebom
berkepala nuklir Amerika Serikat. Keputusan itu diambil Thatcher sehubungan dengan
kesepakatan AS dan Uni Soviet di Washington Desember lalu untuk menarik peluru
kendali berkepala nuklir jarak menengah dan pendek dari Eropa. Kesediaan Inggris
menerima tambahan sejumlah F1-11 itu cukup melegakan Jerman Barat yang waswas
terhadap keamanan Bonn akibat perjanjian antara AS dan Soviet tentang senjata nuklir
jarak menengah.
1.
Penjelas Mayor:
a.
b.
c.
Penjelas Minor:
a.
b.
2.
Aku sangat kagum pada temanku Rudi sebab ia berbakat, cerdas, dan ramah. Tidak
hanya sebagai pemain sepak bola yang baik, dia juga pemain musik dan aktor drama
yang dapat diandalkan. Dia selalu menjadi bintang kelas dan pernah menjadi siswa
teladan tingkat propinsi. Meskipun dia cerdas, dia tidak sombong dan takabur. Temantemanku lain yang dikenalnya, apabila mempunyai masalah selalu datang padanya
untuk minta saran dan pemecahannya. Jika ada temannya yang sakit ia selalu
menjenguknya. Selain itu, jika ada kenalannya yang susah, dia berusaha menghiburnya.
Tingkah lakunya sopan dan senyum manisnya selalu diberikan kepada setiap orang. Aku
94
yakin para pembaca juga menyetujui kekagumanku terhadap orang yang memiliki
kualitas tinggi seperti Rudi itu.
Penjelas Mayor:
a.
b.
c.
d.
Penjelas Minor:
a.
b.
c.
E.
Baca paragraf di bawah ini dan lengkapilah analisis paragraf di bawah ini dengan
mengisi bagian yang kosong!
Bahasa Indonesia banyak memungut kata-kata dari bahasa daerah. Dari bahasa Jawa,
misalnya, dipungut kata-kata seperti tepaselira, ejawantah, ruwet, luwes, ulet dsb. Kata-kata
dari bahasa Minangkabau yang dipungut misalnya kata cambuk, cemooh, ngarai, datuk,
peralatan (pesta punya hanjat), dsb. Dari bahasa Jakarta dipungut kata-kata seperti genit,
getol, ketus, usil, cakep, telah, begadang, bloon, dsb. Kata-kata ini banyak dipakai dalam
bahasa sehari-hari. Selain itu, ada juga kata yang diserap dari bahasa Sunda misalnya kata
anjangsana, kagok, ketus, dsb. Masih banyak kata-kata bahasa daerah yang dipungut dalam
bahasa Indonesia, contohnya tari pedet, kecak, seudati, dsb.
Kalimat topik: Bahasa Indonesia banyak memungut kata-kata dari bahasa daerah
Contoh: bahasa Jawa
Contoh: bahasa Minangkabau
Contoh:
Contoh:
Contoh:
F.
Tulislah sebuah paragraf yang dikembangkan dengan menggunakan contohcontoh. Gunakan rambu-rambu topik di bawah ini sebagai bahan penulisan
kalimat topik.
Rambu-rambu topik:
a. Tempat wisata di Indonesia
b. Bahan pencemar (polutan)
c. Melihat TV
d. Pahlawan kemerdekaan
e. Olah raga permainan
Lembar Kerja
95
G.
Buatlah sebuah paragraf tentang korban perang antara negara-negara ArabIsrael dengan data sbb.
MESIR
SURIAH
YORDANIA
ISTRAEL
H.
Tentara
10.000
2.500
1.000
689
KORBAN PERANG
Tentara
Pesawat
20.000
329
5.000
60
2.000
29
2.563
27
1. (a) Dalam hubungan tersebut, media massa telah memberi sumbangan yang berharga
dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
(b) Media massa merupakan salah satu sarana yang penting untuk membina dan
mengembangkan bahasa Indonesia dalam rangka pembangunan bangsa.
(c) Akan tetapi, kenyataannya menunjukkan bahwa melalui media massa ada kelemahan
dalam pemakaian bahasa Indonesia.
(d) Kelemahan itu, misalnya, kesalahan pemakaian ejaan, ucapan, bentuk kata, dan
kalimat.
2. (a) Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia.
(b) Jelas bahwa bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia.
(c) Dengan bahasa itu pula, manusia dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan
memberikan segala pengalaman dalam kehidupan kepada sesamanya.
(d) Dengan baha itu, manusia dapat menyampaikan perasaan, pikiran, dan segala sesuatu
yang ada dalam hatinya.
3. (a) Tepat pukul 8.00 upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional dimulai.
(b) Kira-kira pukul 10.00 upacara itu diakhiri doa.
(c) Pelaksanaan upacara diawali dengan persiapan dan pengaturan peserta upacara
kemudian dilanjutkan pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lagu Kebangsaan
Indonesia Raya.
(d) Setelah itu, dipimpin oleh kepala Daerah Tingkat II semua peserta upacara
mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur.
(e) Setelah pembacaan selesai, diteruskan pidato sambutan oleh Kepala Daerah Tingkat
II.
(f) Selanjutnya, dua orang petugas membacakan UUD 1945 dan Pancasila.
96
4. (a) Kebahagiaan tidak semata-mata ditentukan oleh banyaknya uang yang dimiliki oleh
seseorang.
(b) Jika kebahagiaan itu bergantung pada uang semata-mata, maka pastilah hanya orangorang yang kaya saja yang dapat menikmati kebahagiaan.
(c) Jay Gould, misalnya, seorang jutawan mengatakan bahwa dialah orang yang paling
celaka di dunia ini.
(d) Sebaliknya, banyak orang miskin harta, tetapi hidupnya bahagia.
5. (a) Tempat duduk mereka dibuat bertingkat.
(b) Pesawat heli raksasa ini mempunyai kabin yang cukup luas hingga bisa diisi oleh dua
orang pilot, seorang teknisi dan seorang ahli listrik.
(c) Yang tertinggi dan berada di depan diisi oleh pilot, sedang yang lebih rendah dipakai
oleh teknisi dan ahli mesin listrik.
(d) Di samping awak yang disebutkan di atas, kabin pesawat itu juga dipakai oleh
operator radio dan pemandu penerbang untuk menentukan arah.
BAB VII
97