Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH BAHASA ASING TERHADAP

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
"Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", demikianlah
bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian
menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu
jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai
bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita (Alwi, dkk, 2003:1). Dengan
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berarti kita telah menjunjung tinggi bahasa
persatuan seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan
berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan
politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa
lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih
senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan
dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa Inggris yang telah
menjadi raja sebagai bahasa internasional terkadang memberi dampak buruk pada perkembangan
bahasa Indonesia. Kepopuleran bahasa Inggris menjadikan bahasa Indonesia tergeser pada tingkat
pemakaiannya.
Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh bahasa
asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa gaul.
Dewasa ini bahasa asing lebih sering digunakan daripada bahasa Indonesia hampir di semua sektor
kehidupan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan No Smoking
daripada Dilarang Merokok, Stop untuk berhenti, Exit untuk keluar, Open House untuk
penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain yang
mengidentifikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih memiliki
nilai.
B. Rumusan Masalah
Merujuk dari latar belakang yang dipaparkan di atas maka secara spesifik permasalahan ini dapat
dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
a) Apa saja penyebab variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia?
b) Langkah-langkah Pencegahan Pergeseran Pemakaian bahasa Indonesia
C. Tujuan Penulisan
Pembuatan tulisan ini yang berjudul Variasi dan Penggunaan Bahasa Indonesia Beserta
Pengaruhnya betujuan untuk :
a) Mengetahui penyebab variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia
b)Mengetahui cara penyegahan pergeseran pemakaian bahasa Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sebab-sebab Terjadinya variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia


a) Interferensi
Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi
bahwa kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat. Perkembanngan ini tentu menjadi masalah
tersendiri yang perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan kemultibahasaan adalah suatu
kecenderungan yang akan terus berkembang sebagai akibat globalisasi. Di samping segi positifnya,
situasi kebahasaan seperti itu berdampak negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa
daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa
Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa,
misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris
oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang
menjadi sebab adanya interferensi. Chaer (1994: 66) memberikan batasan interferensi adalah
terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak
adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan
di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap tersebut adalah pandangan
sosial ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa Inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan taraf
sosial ekonomi yang jauh lebih baik daripada hanya menguasai bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan
lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi
pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih pull untuk
dorong dan push untuk tarik, serta welcome untuk selamat datang.
Sikap terhadap bahasa Indonesia yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di
berbagai kalangan, baik lapisan bawah, menengah, dan atas; bahkan kalangan intelektual. Akan
tetapi, kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual
terletak pada sikap meremehkan dan kurang menghargai serta tidak mempunyai rasa bangga
terhadap bahasa Indonesia.
b) Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer
(1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk
sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang
memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang
berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang
berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.
c) Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode ( code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua buah masalah dalam
masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih kode disebabkan karena penguasaan
ragam formal bahasa Indonesia.
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke
dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode
atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994:
69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering
merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia
dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam berbahasa
daerah tercampur unsur-unsur bahasa Indonesia. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa
Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
B. Langkah-langkah Pencegahan Pergeseran Pemakaian bahasa Indonesia
a) Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Pembinaan Bahasa
Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan media bahasa menjadikan bahasa sebagai alat
komunikasi yang primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan simbol dalam dunia
pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan Bahasa Indonesia yang maksimal dapat dicapai jika
fundasinya diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah mulai TK (Taman Kanak-kanak) sampai
PT (Perguruan Tinggi). Akan tetapi, fundasi ini pada umumnya tidak tercapai. Di berbagai daerah,
situasi kedwibahasaan merupakan kendala. Para guru kurang menguasai prinsip-prinsip
perkembangan bahasa anak sehingga kurang mampu memberikan pelajaran bahasa Indonesia yang
serasi dan efektif.
Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat dijadikan sarana pembinaan bahasa yang
dilakukan oleh para pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, 1979:19; Badudu, 1985:18;
Kridalaksana, 1987:4-5; Sugono, 1994:8, Sabariyanto, 2001:3; Finoza, 2002:7; Alwi dkk., (eds.)
2003:5; serta Arifin dan Amran, 2004:20 memberikan batasan bahwa bahasa Indonesia baku
merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran, buku-
buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan, dan wacana teknis
yang harus digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis, morfologis,
sintaktis, kewacanaan, dan semantis.
Rusyana, 1984:152 menyatakan bahwa dalam membina masyarakat akademik, penggunaan bahasa
yang tidak baik dan tidak benar akan menimbulkan masalah. Penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dianggap mempunyai peranan dalam menuju arah pembangunan masyarakat
akademik idaman.
b) Perlunya Pemahaman Terhadap Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan penerapan
berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan
tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan
benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia
yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia (Sugono, 1994: 8).
1. Bahasa Indonesia yang Baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan
yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat
arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat
pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah
digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa.
2. Bahasa Indonesia yang Benar
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan
kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika
kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati secara konsisten,
pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian
bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
Hymes (1974) dalam Chaer (1994:63) mengatakan bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan
bahasa harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni :
1) Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan.
Contohnya, percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu istirahat tentu berbeda dengan
yang terjadi di kelas ketika pelajaran berlangsung.
2) Participants, yaitu orang- orang yang terlibat dalam percakapan. Contohnya, antara karyawan
dengan pimpinan. Percakapan antara karyawan dan pimpinan ini tentu berbeda kalau partisipannya
bukan karyawan dan pimpinan, melainkan antara karyawan dengan karyawan.
3) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan. Misalnya, seorang guru bertujuan menerangkan
pelajaran bahasa Indonesia secara menarik, tetapi hasilnya sebaliknya, murid-murid bosan karena
mereka tidak berminat dengan pelajaran bahasa.
4) Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat:
a. Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat:
b. Sinta berkata dalam hati, semoga dia diterima di perguruan tinggi negeri.
Perkataan Semoga aku diterima di perguruan tinggi negeri pada kalimat (a) adalah bentuk
percakapan, sedangkan kalimat (b) adalah contoh isi percakapan.
5) Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.
6) Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan.
7) Norm, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan.
8) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
c) Diperlukan Adanya Undang-Undang Kebahasaan
Masih teringat pada benak kita beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan undang-undang
tentang penggunaan bahasa Indonesia yang mengharamkan penggunaan bahasa asing di ruang
umum. Hal tersebut menggambarkan kerja pemerintah yang dinilai masih setengah-setengah
terhadap bahasa bangsa sendiri.
Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu
menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata,
banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung
dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan
kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
d) Peran Variasi Bahasa dan Penggunaannya
Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas.
Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa
resmi atau bahasa tidak resmi.
1. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa
pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus
dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.
2. Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di
jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara
langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.
e) Menjunjung Tinggi Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri
Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik
Indonesia.
Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional,
sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat
permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia
dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa
kedua.

BAB III
CONTOH DARI PENGARUH BAHASA ASING
TERHADAP BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Semua manusia termasuk mereka yang hidup di daerah terpencil menggunakan bahasa
untuk saling berkomunikasi. Bahasa menjadi sangat penting karena apapun yang dilakukan oleh
manusia ketika berinteraksi dengan sesamanya adalah dengan media ini. Manusia saling berinteraksi
dengan sesamanya dengan berbicara. Berbicara langsung (dengan lisan) dengan saling bertatap
muka, berbicara melalui telepon atau mungkin cukup dengan menggunakan fasilitas handphone,
dengan sms, misalnya.
Anggapan bangsa kita yang seperti itu sebenarnya adalah anggapan yang keliru. Kita
seharusnya mengambil falsafah orang Jepang yang dalam belajar bahasa kedua mereka
beranggapan get the content, leave lhe language behind (dapatkan ide yang ada dalam bahasa
tersebut dan tinggalkan bahasa asing tersebut). Mereka berkeyakinan bahwa tanpa menguasai
bahasa Inggris pun, mereka akan sanggup menjadi bangsa yang besar. Dengan menterjemahkan
buku-buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa sendiri tentu akan lebih membawa manfaat karena
akan lebih mudah dibaca oleh masyarakat kita, daripada harus sibuk membaca buku-buku barat
dengan menyanding kamus besar bahasa Inggris.
Mungkin bahasa inggris saat ini memang sangat dominan, karena saat ini memang saat
globalisasi dan bahasa inggris juga menjadi bahasa internasional, tapi kalau kita terlalu
mengutamakan bahasa inggris, bagaimana bengan bahasa pemersatu kita, bahasa Indonesia? Dan
bahasa yang sudah kita bawa sejak lahir yaitu bahasa daerah? Apakah kita dengan begitu saja
melupakan, kalau semua masyarakat sudah menganggap bahasa inggris adalah yang paling penting.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dilihat dari penjelasan dan latar belakang yang penulis sampaikan diatas, maka saya
mengajukan permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah pengaruh penggunaan bahasa asing terhadap bahasa Indonesia ?
1.2.2 Apakah dampak penggunaan bahasa inggris terhadap sikap nasionalisme bangsa dalam
berbahasa indonesia?
1.2.3 Bagaimana upaya mempertahankan bahasa Indonesia?

1.3 TUJUAN
1.3.1 untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahasa inggris terhadap bahasa Indonesia atau bahasa
daerah
1.3.2 untuk mengetahui dampak positif dan negative penggunaan bahasa inggris terhadap bangsa dalam
berbahasa indonesia
1.3.3 untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mempertahankan bahasa Indonesia.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Penggunaan Bahasa Inggris Terhadap Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah.
Pada masa sekarang ini, bahasa inggris sepertinya sangat diminati oleh masyarakat, bukan
saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Karena saat ini adalah masa globalisasi, dan
bahasa inggris adalah bahasa yang digunakan dalam bahasa internasional.
Bahasa inggris juga dapat menghilangkan identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
dan juga bahasa kesatuan Republik Indonesia, sebagai alat pemersatu bangsa, yang sudah sedikit
dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia sangat diperlukan dalam Negara kita. Kalau
tidak ada bahasa Indonesia maka kita tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan kita.
Pengaruh yang ada telah membuat bahasa Indonesia terpinggirkan, bahkan di negaranya
sendiri, di kalangan masyarakat dan pelajar. Masyarakat kita menyepelekan bahasa Indonesia dan
mengagungkan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Spanyol, Jepang, Arab, Perancis atau
Mandarin. Keadaan yang begitu berlawanan dengan sejarah awal perkembangan bahasa Indonesia,
saat para pemuda dan rakyat Indonesia dulu sangat menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan budaya
bangsa. Satu hal yang menjadi ironi lagi adalah bahwa kasus ketidaklulusan ujian nasional pelajar
kita adalah karena menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi salah satu mata
pelajaran yang diujikan.
Bahkan sekarang ini, orang-orang yang berkelas menengah atas pun sibuk untuk mencarikan
anak-anaknya bimbingan bahasa inggris. Bagi pemerolehan bahasa anak dan juga pada pribadi anak
yang menjadi tidak begitu mengenal bahasa Indonesia atau bahkan bahasa daerah sebagai bahasa
yang ia kenal pertama kali dalam hidupnya. Seperti itulah sedikit gambaran bahasa inggris yang
sekarang sudah lebih diutamakan.
Namun ada juga pendapat lain dari responden, yaitu bahasa inggris tidak berpengaruh apa-
apa dalam bahasa Indonesia, karena bahasa inggris memang bahasa internasional, menggunakan
bahasa inggris seperti memang sudah tuntutan perkembangan jaman saat ini.

3.2 Dampak Bahasa Inggris Terhadap Sikap Nasionalisme Berbahasa Indonesia.


Segala sesuatu pasti menimbulkan dampak positif dan negative, tidak terkecuali dengan judul
yang penulis angkat yaitu pengaruh bahasa inggris terhadap sikap nasionalisme berbahasa
Indonesia. Dari penyebaran angket, penulis dapat mengetahui dampak positif dan negative,dari
keterangan penulis telah menganalisis seperti di bawah ini:
1. Dampak positif:
Dapat mengikuti perkembangan di dunia
Karena bahasa inggris adalah bahasa internasioanal, maka kita dapat lebih mudah mengikuti
perlembangan di dunia dengan dapat menggunakan bahasa inggris.
Perkembangan bahasa Indonesia yang akan mengikuti saluran perdangan internasioanal menjadi
lancar.

2. Dampak negative
Menggeser bahasa Indonesia jika orang-orang lebih mengutamakan bahasa inggris
Saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa inggris, terlebih lagi para pelajar lebih
banyak ikut kursus bahasa inggris inggris dari pada bahasa Indonesia, maka dengan demikian
bahasa Indonesia lama-kelamaan akan tergeser oleh bahasa inggris.

3.3 Cara Supaya Sikap Nasionalisme Berbahasa Indonesia Tidak Berkurang


Saat masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa inggris, maka secara langsung uataupun
tidak langsung sikap nasionalisme terhadap bahasa Indonesia/ bahasa daerah sedikit demi sedikit
akan berkurang. Ada beberapa cara supaya sikap nasonalisme berbahasa Indonesia tidak
berkurang dari masyarakat Indonesia, dan para responden telah memberikan pendapatnya seperti
yang ada di bawah ini,
a. Tambahan untuk pelajaran bahasa indonesia
Tambahan pelajaran untuk pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah akan membuat
para siswa lebih dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu siswa juga lebih dapat
menguasai bahasa Indonesia.
b. Pelajaran bahasa daerah dihidupkan kembali
Pada saat ini, di sekolah-sekolah SMP DAN SMA sudah jarang sekali kita temui pelajaran
bahasa daerah, atau mungkin juga sudah tidak ada pelajaran bahadsa daerah. Bahasa daerah
sekarang hanya dipergunakan di Sekolah Dasar, itupun tidak semua Sekolah Dasar ada mata
pelajaran bahasa daerah. Sehingga bahasa daerah sudah banyak digunakan.
c. Lebih mengutamakan bahasa Indonesia dari pada bahasa inggris.
Masyarakat lebih mengutamakan bahasa Indonesia, lebih dapat menguasai bahasa pemersatu
bangsa Indonesia, sebelum kita belajar bahasa asing, bahasa inggris. Sehingga bahasa Indonesia
tetap menjadi yang no 1, yang utama bagi bangsa indonesia
d. Lebih dapat mencintai bahasa Indonesia/bahasa daerah
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang telah diciptakan oleh para putra bangsa, dan telah
disepakati oleh para pahlawan-pahlawan indonesia. Bangsa Indonesia harus lebih mencintai dan
menghargai bahasa Indonesia. Walaupun belajar bahasa asing, namun nilai-nilai budaya bahasa
Indonesia/bahasa daerah tidak boleh ditinggalkan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Dengan masyarakat lebih mementingkan bahasa inggris, maka bahasa Indonesia atau bahasa
daerah akan lebih dikesampingkan
4.1.2 Bahasa inggris berdampak positif dan negative terhadap bahasa Indonesia. Dampak positifnya,
bangsa Indonesia dapat mengikuti perkembangan internasional dengan lancar. Dan dampak
negatifnya, bahasa Indonesia sedikit demi sedikit akan tergeser dengan bahasa inggris.
4.1.3 cara supaya sikap nasionalisme berbahasa Indonesia tidak berkurang yaitu dengan tambahan
pelajaran untuk bahasa Indonesia dan bahasa daerah, lebih cinta terhadap bahasa Indonesia, dll

4.2 Saran
4.2.1 masyarakat lebih mencintai bahasa indonesia
4.2.2 walaupun kita belajar bahasa asing, namun kita tidak melupakan nilai-nilai yang ada dalam bahasa
Indonesia dan bahasa daerah
4.2.3 bahasa Indonesia dan bahasa daerah lebih diutamakan dalam pendidikan formal
4.2.4 masyarakat tidak boleh mengenyampingkan bahasa daerah, Negara Indonesia mempunyai
bermacam-macam bahasa daerah, dan itu yang memjadi cirri dari Negara Indonesia, dan
dipersatukan oleh bahasa indonesia

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com pengaruh globalisasi terhadap bahasa indoesia


Marheni, Mpd. 2005. Buku Tuntunan Membuat Karya Ilmiah. Mojokerto

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap
asebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri
sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam
masyarakat.
Salah satu kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap
lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasayang dapat
dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia.
B. Saran
Bahasa Indonesia sekarang ini sudah tercampur dengan bahasa-bahasa asing. Berbagai alasan
menghampiri kenapa warga Indonesia lebih suka menggunakan bahasa asing dari pada bahasa
Indonesia, salah satu alasannya karena menurut mereka menggunakan bahasa asing lebih memiliki
nilai. Bahkan kita mencari pekerjaanpun banyak yang mensyaratkan harus menguasai bahasa asing
terutama bahasa inggris.
Kita sebagai warga Indonesia khususnya sebagai mahasiswa sebaiknya menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Kitapun harus memupuk diri kita serta generasi muda lainnya agar
bangga terhadap bahasa Indonesia sehingga bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar.

1. Pendahuluan
Globalisasi menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Aspek-aspek kehidupan yang dimaksud
yaitu, ekonomi, sosial, budaya dan bahasa. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antara sesama
manusia untuk saling berinteraksi. Di berbagai macam Negara bahasa yang digunakan sangat berbeda-
beda, khususnya di Negara Indonesia terdapat berbagai macam bahasa daerah yang yang berciri khas
daerahnya masing-masing. Untuk mempersatukan bahasa-bahasa daerah tersebut Negara Indonesia juga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, sehingga bahasa Indonesia merupakan bahasa
kesatuan republik Indonesia.
Bahasa Indonesia resmi diakui sebagai bahasa kesatuan Republik Indonesia pada saat sumpah
pemuda 28 Oktober 1928, pada saat itu bahasa Indonesia mulai berkembang sehingga bahasa Indonesia
mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia itu sendiri, karena
bahasa Indonesia juga merupakan bahasa yang digunakan sebagai bahasa penghantar dalam pendidikan di
Indonesia. sehingga Bahasa Indonesia juga memegang peranan penting dalam membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan sumber daya manusia yang relevan dengan perkembangan zaman.
Oleh karena itu, peningkatan pendidikan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah perlu dilakukan melalui
peningkatan kemampuan akademik para pengajarnya.
Seiring dengan perkembangan zaman bahasa Indonesia telah berkembang sangat baik sehingga
bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa pendukung Ilmu pengetahuan dan Teknologi (iptek).
Namun, di era globalisasi saat ini bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah, karena masuknya
bahasa asing di tengah-tengah bahasa indonesia berkembangnya bahasa Indonesia dapat mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri. Sehingga bahasa asing tersebut dapat memberikan dampak
negative terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Adapun masalah yang dapat kita angkat yaitu jelaskan
apa pengaruh bahasa asing terhadap bahasa indonesia?

2. Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah
Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa
nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945
karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36). Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain,
menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan
(lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan
itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang
Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang
Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna.
Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli)
juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M
yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku
pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara
dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara
lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-
Tsing:183), Kouen-louen (Ferrand, 1919), Kwenlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kunlun (Parnikel,
1977:91), Kun-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen
adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.Perkembangan
dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa
batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil
susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Tajussalatin, dan
Bustanussalatin. Bahasa Melayu
menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara.
Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau,
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat
tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah
kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa
Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa
itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan
kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa
Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai
oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

3. Kedudukan Bahasa Indonesia


Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai
bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut,
bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan
ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama
dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
Bahasa Indonesia dikenal secara luas sejak Soempah Pemoeda, 28 Oktober 1928, yang
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada saat itu para pemuda sepakat untuk
mengangkat bahasa Melayu-Riau sebagai bahasa Indonesia. Para pemuda melihat bahwa bahasa
Indonesialah yang berpotensi dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku vangsa
atau etnik. Pengangkatan status ini ternyata bukan hanya hisapan jempol. Bahasa Indonesia bisa
menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa
kesatuan dan persatuan bangsa yang berbagai etnis
terpupuk.
Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah ratusan bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen
negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia dianggap sebagai
pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan. Sejalan dengan fungsinya sebagai
alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula menjalankan
fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang
berpandangan bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus,
sekarang dapat dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang dituliskan maupun yang
dilisankan, telah berkembang demikian pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa pun
halusnya dapat diungkapkan secara jelas dan sempurna dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kenyataan
ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan kepada bahasa Indonesia dan rasa kebanggaan akan
kemampuan bahasa Indonesia.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia bukan saja dipakai
sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja dipakai
sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan formal
pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya. Misalnya, surat-menyurat antarinstansi
pemerintahan, penataran para pegawai pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan nasional, dan surat
dari karyawan atau pagawai ke instansi pemerintah. Dengan kata lain, apabila pokok persoalan yang
dibicarakan menyangkut masalah nasional dan dalam situasi formal, berkecenderungan menggunakan
bahasa Indonesia. Apalagi, di antara pelaku komunikasi tersebut terdapat jarak sosial yang cukup
jauh,misalnya antara bawahan atasan, mahasiswa dosen, kepala dinas bupati atau walikota, kepala
desa camat, dan sebagainya.
Akibat pencantuman bahasa Indonesia dalam Bab XV, Pasal 36, UUD 1945, bahasa Indonesia
pun kemudian berkedudukan sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Di samping sebagai bahasa negara
dan bahasa resmi. Dalam hubungannya sebagai bahasa budaya, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya
alat yang memungkinkan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa
sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri, yang membedakannya dengan
kebudayaan daerah. Saat ini bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan semua nilai
sosial budaya nasional. Pada situasi inilah bahasa Indonesia telah menjalankan kedudukannya sebagai
bahasa budaya. Di samping itu, dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuna dan teknologi (iptek) untuk kepentingan pembangunan
nasional. Penyebarluasan iptek dan pemanfaatannya kepada perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
negara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Penulisan dan penerjemahan buku-buku teks
serta penyajian pelajaran atau perkuliahan di lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat umum
dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak lagi
bergantung sepenuhnya kepada bahasa-bahasa asing (bahasa sumber) dalam usaha mengikuti
perkembangan dan penerapan iptek. Pada tahap ini, bahasa Indonesia bertambah perannya sebagai bahasa
ilmu. Bahasa Indonesia oun dipakai bangsa Indonesia sebagai alat untuk mengantar dan menyampaian
ilmu pengetahuan kepada berbagai kalangan dan tingkat pendidikan.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai
dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi
(perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa
daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia
pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan
bahasa Indonesia. Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa
skripsi, tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan bahasa
Indonesia, menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah mampu sebagai alat penyampaian iptek, dan
sekaligus menepis anggapan bahsa bahasa Indonesia belum mampu mewadahi konsep-konsep iptek.

4. Penyebab Terjadinya Variasi Penggunaan Bahasa Asing dalam Lingkup Masyarakat Indonesia
4.1. Interferensi
Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi
bahwa kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat. Perkembanngan ini tentu menjadi masalah
tersendiri yang perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan kemultibahasaan adalah suatu
kecenderungan yang akan terus berkembang sebagai akibat globalisasi. Di samping segi positifnya, situasi
kebahasaan seperti itu berdampak negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa daerah masih
menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus
terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa,
misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh
sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi
sebab adanya interferensi. Chaer (1994: 66) memberikan batasan interferensi adalah terbawa masuknya
unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah
dari bahasa yang digunakan itu.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia
ditempatkan di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap tersebut adalah
pandangan sosial ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa Inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan
taraf sosial ekonomi yang jauh lebih baik daripada hanya menguasai bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan
lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti
telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih pull untuk dorong
dan push untuk tarik, serta welcome untuk selamat datang.
Sikap terhadap bahasa Indonesia yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di
berbagai kalangan, baik lapisan bawah, menengah, dan atas; bahkan kalangan intelektual. Akan tetapi,
kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual terletak pada
sikap meremehkan dan kurang menghargai serta tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasa Indonesia.

4.2. Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer
(1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah
dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya.
Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah
disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain
montir, riset, sopir, dongkrak.

4.3. Alih Kode dan Campur Kode


Alih kode ( code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua buah masalah dalam
masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih kode disebabkan karena penguasaan ragam
formal bahasa Indonesia.
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke
dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau
lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di
antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa
Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan
unsur-unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam berbahasa daerah tercampur unsur-unsur
bahasa Indonesia. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-
unsur bahasa Inggris.

4.4. Bahasa Gaul


Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film
mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul.
Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang
mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan.
Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya
para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian
masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa
Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan.
Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul.
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama
digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal
khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas
tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.
Contoh penggunaan bahasa gaul sebagai berikut :

Bahasa Indonesia Bahasa Gaul (informal)


Aku, Saya Gue

Kamu Elo

Di masa depan kapan-kapan

Apakah benar? Emangnya bener?

Tidak Gak

Tidak Peduli Emang gue pikirin!

5. Pengaruh Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia


Zaman sekarang, hanya bisa menggunakan satu bahasa saja sangatlah sulit untuk bisa masuk
dalam global competition. apalagi posisi negara kita yaitu sebagai negara berkembang yang masih
memerlukan bantuan dan kontribusi dari negaralain khususnya negara maju. apalagi kalau bukan bahasa .
setiap individu setidaknya bisa menggunakan bahasa asing atau bahasa internasional. kita tahu bahwa
bahasa internasional Bahasa Inggris. untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dari negara
lain, orang tersebut pasti menggunakan bahasa inggris.
Bahasa asing di negara indonesia, mempunyai pengaruh besar bagi indonesia itu sendiri. pengaruh
yang diberi pun beraneka ragam. ada yang memberikan pengaruh positif dan tidak jarang juga ada yang
meberikan pengaruh negatif. dengan keberadaan bahsasa inggris ( bahasa asing ) sebagai bahasa
internasional, pendidikan indonesia mulai dari taman bermain sampai dengan universitas memiliki
kurikulum dan pelajaran tentang bahasa inggris. ini dilakukan agar sumber daya manusia indonesia dapat
ikut andil dalam globalisasi dunia. pengaruh yang cukup positif bukan. pengaruh negatif dari bahasa asing
itu sendiri ada. belakangan ini, pengaruh negatif dari bahasa asing tersebut sudah terlihat. seperti pada
perkembangan anak. cara pemakaian bahasa belakang ini yang sedang populer di semua kalangan adalah
penggunaan bahasa campur aduk. bahasa indonesia dikombinasikan dengan bahasa asing.
Banyak anak anak sekarang yang merasa lebih percaya diri dan gaul jika menggunakan bahasa
campur aduk tersebut. ini jelas mengurangi kekaedahan dan keabsahan akan bahasa indonesia yang
menjadi bahasa persatuan itu sendiri. sejarah juga mencatat, bahwa presiden pertama republik indonesia,
soekarno pernah menggunakan tiga bahasa sekaligus dalam pidatonya. dalam pidatonya tersebut, beliau
menggunakan bahasa indonesia, yang dicampuradukan dengan bahasa sunda dan bahasa belanda. tidak
hanya soekarno, aktivis nasional soe hok gie, dalam bukunya catatan demostran, biasa mencampur bahasa
indonesia dengan bahasa inggris. itu pun berlangsung pada buku buku lain sampai sekarang.

6. Penutup
Bahasa-bahasa asing yang masuk ke Indonesia dapat memberikan dampak negative terhadap
perkembangan bahasa Indonesia. Karena masuknya bahasa asing membuat bahasa Indonesia yang sedang
berkembang saat ini mulai sedikit terlupakan oleh sebagian remaja. Bahasa inggris yang merupakan bahasa
internasional dapat mengalihkan perhatian masyarakat Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Hal ini terjadi
karena untuk berkompetisi dengan Negara lain tentu masyarakat Indonesia lebih cendrung beralih kepada
bahasa inggris. Sehingga bahasa Indonesia mulai terlupakan. Bukan hanya itu bahkan sampai saat ini
bahasa Indonesia juga telah dicampur adukan dengan bahasa-bahasa lain, sehingga munculah istilah
bahasa asing

Kosa kata bahasa asing masuk kedalam penggunaan bahasa Indonesia karena ketidakberdayaan
bahasa Indonesia dalam interaksi antar bahasa.
Pro
Saya setuju bahwa kosa kata bahasa asing masuk kedalam penggunaan bahasa
Indonesia karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antar bahasa. Bahasa
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun
bahasa asing. Peranan bahasa asing dalam bahasa Indonesia membuktikan adanya kontak
atau hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia mengandalkan kosa kata asing yang kemudian dibakukan
menjadi bahasa Indonesia . Hal tersebut membuktikan bahwa ketergantungan bahasa
Indonesia terhadap bahasa asing menjadikan bukti bahwa bahasa Indonesia sulit untuk
berinteraksi antar bahasa tanpa bantuan kosa kata asing. Dengan masuknya kosa kata bahasa
asing kedalam bahasa Indonesia semakin banyak orang yang mampu berkomunikasi dengan
baik sehingga proses transfer ilmu pengetahuan berjalan dengan cepat. Bahasa Indonesia
tidak berdaya untuk berinteraksi antar bahasa dapat kita lihat pada penggunaan kata vitamin,
yang diserap dari kosa kata bahasa asing yang jika dijelaskan dengan bahasa Indonesia belum
tentu para pelaku bahasa mengerti . Namun dengan adanya kosa kata serapan dari bahasa
asing hal tersebut mempermudah kita dalam pelafalan, pemahaman sekaligus menjadikan
interaksi antar bahasa menjadi lebih mudah. Tanpa bantuan bahasa asing yang masuk
kedalam bahasa Indonesia, bahasa Indonesia belum mampu menunjukkan eksistensinya
dalam interaksi antar bahasa. Banyak kosa kata serapan dari bahasa asing sehingga peran
bahasa Indonesia masih diragukan. Banyak orang yang lebih familiar dengan kosa kata
serapan dari bahasa asing dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Sehingga saya tetap setuju
bahwa kosa kata bahasa asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia membuktikan
ketidakberdayaan bahsa Indonesia dalan interaksi antar bahasa.

Kontra
Saya tidak setuju jika kosa kata bahasa asing yang masuk kedalam penggunaan
bahasa Indonesia disebabkan karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antar
bahasa. Kosa kata bahasa asing masuk kedalam bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai
persamaan kata yang bagi sebagian orang lebih mudah difahami. Namun pada intinya dalam
bahasa Indonesia itu sendiri, telah ada kosa kata yang berkaitan dengan kosa kata asing
tersebut. Misalnya kata snack yang lebih sering kita dengar dikalangan masyarakat. Dalam
bahasa Indonesia snack berarti makanan ringan. Sehingga masuknya kosa kata asing hanya
sebagai variasi kata bagi sebagian kalangan. Bahasa Indonesia mampu untuk berinteraksi
antar bahasa karena memiliki banyak variasi kosa kata. Kosa kata bahasa asing hanya
digunakan dan dimengerti bagi kalangan tertentu saja. Namun bahasa Indonesia dimengerti
dan digunakan dihampir semua kalangan. Itu artinya meskipun banyak kosa kata bahasa
asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia, eksistensi dari bahasa Indonesia lebih tinggi
dibandingkan dengan kosa kata bahasa asing yang telah dibakukan maupun yang belum
dibakukan kedalam bahasa Indonesia. bahasa Indonesia mampu berinteraksi dengan bahasa
lain tanpa bantuan dari kosa kata bahasa asing dan masuknya kosa kata bahasa asing bukan
disebabkan karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antar bahasa namun
lebih kepada masyarakat yang ingin selalu merasa berpendidikan tinggi dan merasa terhormat
jika menggunakan kosa kata bahasa asing. Sehingga saya tetap tidak setuju jika kosa kata
bahasa asing yang masuk kedalam penggunaan bahasa asing menunjukkan ketidakberdayaan
bahasa Indonesia dalam interaksi antar bahasa.

Netral
Saya sebagai pihak netral menganggap bahwa kemampuan bahasa Indonesia dalam interaksi
antar bahasa dapat diwujudkan jika porsi penggunaan bahasa Indonesia seimbang dengan
kosa kata bahasa asing. Apabila sesorang menggunakan bahasa asing yang telah dibakukan
seperti pada kata atom, vitamin, unit dsb., tentunya ini bukan merupakan masalah karena
bahasa asing itu sudah menjadi padanan dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, apabila
pengguna bahasa Indonesia menggunakan bahasa asing yang belum dibakukan, ini menjadi
suatu ancaman terhadap bahasa kita tercinta ini. penggunaan kosakata asing dalam bahasa
Indonesia tidak selalu diidentikkan dengan dampak negatif karena terselip hal positif, yakni
dapat mempermudah kegiatan berkomunikasi, khususnya dalam tuturan yang di dalamnya
terdapat bahasa asing yang terasa lebih akrab di telinga dibandingkan dengan padanan bahasa
Indonesianya.
Namun, diharapkan adanya sosialisasi terhadap padanan bahasa Indonesia secara intensif
agar identitas kosakata pada bahasa Indonesia tidak terkikis oleh kosakata dari bahasa asing
sehingga diharapkan kelak tidak lagi terdapat wacana bahwa kosakata bahasa asing lebih
akrab di telinga para pengguna bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Indonesia
sendiri.

Daftar kata serapan dari bahasa Inggris dalam


bahasa Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel atau bagian artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan.Bantu perbaiki artikel
ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber
dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.

Daftar ini masih belum lengkap. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.

Berikut ini adalah istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal/diserap dari bahasa
Inggris. Untuk akhiran-akhiran yang umum, seperti -logi, -grafi, -isme, bisa dilihat di
dalam Kategori:Sufiks. Banyak kata-kata dalam bahasa Inggris juga diserap dari bahasa-bahasa
lain, terutama Latin dan Yunani, dan bahasa Indonesia kadang-kadang menyerap langsung dari
bahasa-bahasa tersebut, tanpa melalui bahasa Inggris. Selain itu masih banyak lagi istilah-istilah
dari bahasa Inggris yang bertopik khusus, misalnya biologi, teknologi informasi, hukum, yang
terlalu banyak jika didaftarkan di satu halaman.

Anda mungkin juga menyukai