Anda di halaman 1dari 23

PENGEMBANGAN BAHASA

Posted on June 4, 2010 by FRANSORI

PENGEMBANGAN BAHASA

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bahasa Indonesia bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan
bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoedjoeng tinggi bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.” Dan pada Undang-Undang Dasar 1945 kita yang di dalamnya tercantum pasal
khusus yang menyatakan bahwa “bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Namun, di samping
itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang
terkemuka di antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi
penuturnya sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari patokan
seperti jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan
pengungkap budaya (Alwi dkk., 2003: 1).
Bahasa menjadi sangat penting bagi kelangsungan eksistensi satu bangsa, baik sebagai
lambang jati diri maupun sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Bahkan, bahasa Indonesia memiliki potensi sebagai bahasa
perhubungan luas karena bahasa itu digunakan oleh penduduk besar di kawasan Asia
Tenggara.

1.2 Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana pengembangan bahasa Indonesia
di zaman sekarang.

1.3 Tujuan
Mengetahui bagaimana pengembangan bahasa di Indonesia.

PENGEMBANGAN BAHASA

Pengembangan ditujukan pada upaya peningkatan mutu daya ungkap bahasa Indonesia.
Peningkatan mutu daya ungkap itu meliputi perluasan kosakata bahasa Indonesia dan
pemantapan kaidah-kaidahnya sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi
serta kebudayaan yang amat pesat. Sugono (2008) dalam makalahnya mengemukakan
perkembangan kosakata dapat diketahui dari pertambahan kata yang terdapat dalam kamus
bahasa Indonesia. Dalam penambahan pada kamus bahasa Indonesia, setiap pertambahan kata
menunjukkan perubahan. Misalnya, kamus W.J.S. Poerwadarminta yang terbit tahun 1953
memuat sekitar 23.000 lema bahasa Indonesia. Pada tahun 1976 kamus itu diolah kembali
oleh Pusat Bahasa dan ditambahkan 1.000 lema baru (kata umum). Gambaran itu
memperlihatkan dalam kurun waktu 29 tahun seolah-olah hanya terjadi penambahan 1.000
kata saja. Minimnya penambahan jumlah kata, menunjukan pengembangan suatu bahasa.
Sementara dalam waktu 12 tahun berikutnya, tepatnya tahun 1988, telah terjadi penambahan
49.000 kata baru yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Pertama. Terjadi
penambahan kata yang cukup banyak dibandingkan pada tahun sebelumnya. Kini kamus itu
telah mernuat 78.000 lema (kata umum) dan dalam pengembangan istilah telah diperoleh
265.000 istilah dalam berbagai bidang ilmu. Kondisi itu menunjukkan bahwa perkembangan
kosakata bahasa Indonesia amatlah cepat, terutama dalam waktu 25 tahun menjelang
pergantian abad ke-20.
Meskipun demikian, kekurangan kosakata bahasa Indonesia masih saja terasakan jika
digunakan untuk mengungkapkan ilmu dan teknologi, termasuk teknologi komunikasi
melalui media massa. Pengembangan kosakata dalam berbagai bidang itu lebih didominasi
oleh sumber bahasa asing, terutama dalam dua dasawarsa terakhir ini. Sumber pengembangan
kosakata itu perlu diimbangi dengan pemanfaatan bahasa daerah. Keragaman bahasa daerah
(726 bahasa) merupakan kekayaan yang perlu digali sebagai sumber pengayaan kosakata
bahasa Indonesia.
Langkah utama yang perlu dilakukan ialah pengembangan bahasa Indonesia, terutama
kosakata, dan pemantapan sistem bahasa serta peningkatan mutu penggunaannya secara baik
dan benar dalam berbagai keperluan. Oleh karena itu, perlunya tujuan dan kriteria dalam
pengembangan bahasa.
Fokus Pembinaan Bahasa dan Pengembangan Bahasa
1. Perluasan Pemakai Bahasa.
Perluasan pemakaian bahasa adalah salah satu cara efektif pada pengembangan suatu bahasa.
Semakin banyak penutur suatu bahasa akan mengalami pengembangan dan peningkatan yang
baik. Bahasa Indonesia akan tetap pada kedudukan dan fungsinya yang sebenarnya yaitu
sebagai bahasa negara dan sebagai bahasa resmi kenegaraan, karena fungsi dan
pemakaiannya digunakan pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2. Pembinaan Kepada Masyaakat.
Pentingnya pembinaan dan pengembangan bahasa kepada masyarakat akan menjaga fungsi
dan peranan suatu bahasa. Sikap bahasa yang positif terhadap bahasa akan menjaga
kelestarian suatu bahasa tersebut. Bahasa mendapatkan kedudukan dan perhatian yang
seharusnya, sehingga meningkatnya mutu pada pengunaan bahasa Indonesia.
3. Penelitian Bahasa.
Penelitian bahasa adalah salah satu bentuk pengembangan bahasa. Melalui penelitian yang
seksama dan program penggunaan bahasa akan membantu proses pengembangan bahasa
yang diharapkan. Penelitian bahasa adalah salah satu bentuk dari perencaan pada
pengembangan bahasa. (dalam onno.vlsm.org/…/ppt-teknologi-informasi-bagi-pembinaan-
pengembangan-bahasa-in.ppt)

Pembinaan dan pengembanangan bahasa sesungguhnya ditujukan pada upaya peningkatan


mutu penggunaan bahasa Indonesia. Upaya itu dilakukan melalui perbaikan pengunaan
bahasa Indonesia dalam berbagai bentuk tulisan. Selain itu, pembinaan dapat menyangkut
masyarakat penutur. Untuk itu hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bahasa,
perlu intenisif dilakukan pemasyarakatan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar
ke seluruh lapisan masyarakat adalah salah satu fokus dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa.

1. Pengembangan Bahasa Melalui Media Massa


Media massa (cetak ataupun elektronik) setiap hari mengunjungi masyarakat dengan
menggunakan sarana bahasa Indonesia. Oleh karena itu, media massa memiliki fungsi yang
amat strategis dalam upaya pengembangan ataupun pembinaan bahasa Indonesia. Bahkan,
sering terjadi media massa dijadikan acuan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Sugono
(2008) mengemukan dalam hubungan dengan pengembangan bahasa Indonesia media massa
dapat mengambil peran dalam penggalian dan penyebarluasan kosakata dari khazanah budaya
daerah. Penggalian budaya daerah ke dalam bahasa Indonesia itu akan memperkaya kosakata
bahasa Indonesia yang sekaligus mengimbangi laju pertumbuhan kosakata bahasa Indonesia
dari penyerapan kosakata bahasa asing. Selama pengungkapan budaya daerah tersebut belum
terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia, pengambilan kosakata bahasa daerah dalam
pengungkapan budaya daerah tersebut akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
Misalnya, kata kaharingan, ganihut, dan mandau adalah contoh pengangkatan kosakata
bahasa daerah yang memperkaya bahasa Indonesia. Kata ngaben, pura, galungan, dan subak
adalah kata-kata bahasa Bali yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain,
media massa memiliki peran yang amat penting dalam pengayaan kosakata bahasa Indonesia
sekaligus penyebarluasannya ke masyarakat Indonesia di luar wilayah bahasa daerah yang
bersangkutan, bahkan ke penutur di luar Indonesia.
2. Gangguan Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa
Kondisi bahasa Indonesia masa kini merupakan kondisi kumulatif dari kondisi-kondisi
sebelumnya yang kurang mendukung upaya pembinaan dan pengembangan bahasa. Hal itu
terjadi karena sejak kemerdekaan Republik Indonesia tidak ada contoh dan teladan dari para
pemimpin bangsa (Arifin, dalam http://www.mediaindonesia.com/read/2009/
10/15/100435/90/14/Bahasa-Gaul-Tantangan-Berat-Pengembangan-Bahasa-Indonesia-,
2007). Pemakaian dan penggunaan bahasa yang kurang mendapatkan perhatian khusus.
Ketidakseriusan berbahasa Indonesia merupakan kondisi kumulatif. Kurang dan lemahnya
perhatian terhadap bahasa merupakan salah satu masalah utama. Misalnya bahasa yang
digunakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam pembahasan serbaneka
rancangan undang-undang ini mengungkap kondisi sebelumnya juga kurang mendukung
upaya pembinaan dan pengembangan bahasa. Johnherf (2007) mengemukakan Tidak ada
contoh dan teladan dari pemimpin bangsa. Tokoh-tokoh pemimpin masyarakat memiliki
pengaruh yang besar terhadap pemakaian bahasa. Memiliki peranan dan menjadi pedoman
bagi masyarakat, sehingga jika para pemimpin atau tokoh-tokoh masyarakat terkemuka harus
menjadi cerminan pemakai bahasa yang seharusnya. Contohnya di Indonesia, pemakai bahasa
para pemimpin yaitu, adapun jargon bahasa Sukarno, misalnya, kata pengarang buku
“Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi” ialah “Kami punya bangsa, kami punya negara,
kami punya rakyat.” Gaya bahasa Suharto, misalnya memperhatiken, menginginken,
semangkin. Bahasa Habibie, misalnya technologi, ikonomi. Gaya bahasa Gus Dur, “Gitu aja
kok repot,” dan “Gak usah didengerin.” Lantas, gaya bahasa Megawati, tidak jelas (Bali,
Jawa, Bengkulu).

Pengembangan bahasa amat berpengaruh pada penutur dan pengguna bahasa. Penutur
merupakan subjek utama pada pengembanganya. Namun, pada pengembangan bahasa pada
era reformasi ini, bahasa Indonesia makin goyah karena goyahnya budaya nasional dan
budaya suku. Kurangnya perhatian akan sikap bahasa yang baik, pada era dimana saat ini
bebas bicara dan bebas berekspresi, pada era globalisasi. Akibatnya, bahasa Indonesia kurang
mendapat perhatian.
Selanjutnya dalam Media Indonesia (2007) menyatakan pemakaian bahasa gaul yang
digunakan anak muda termasuk dalam sinetron di televisi merupakan tantangan berat
pengembangan bahasa Indonesia, kata pengamat bahasa dan sastra Indonesia. Padahal
seharusnya siapa saja yang berkomitmen dengan sumpah pemuda harus menjunjung tinggi
penggunaan Bahasa Indonesia yang baku sebagai bahasa persatuan. Dalam sarasehan
‘Kebahasaan dan Kesastraan Indonesia’ dalam rangkaian Bulan Bahasa dan Sastra 2009 yang
diselenggarakan Balai Bahasa Yogyakarta, seorang pengamat mengatakan lembaga
kebahasaan yang ada termasuk di dalamnya media massa harus ikut menjunjung tinggi
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Meski pengembangan Bahasa Indonesia menghadapi tantangan berat tetapi diyakini pasti ada
generasi muda yang peduli dan berkomitmen untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan baku. Pelembagaan Bahasa Indonesia selama ini harus menjadi bahasa ilmu dan
sastra. Jika masih banyak ditemui bahasa gaul itu berarti generasi muda telah kehilangan
kesempatan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu dan sastra.

KESIMPULAN

Pengembangan bahasa Indonesia amatlah cepat, terutama dalam waktu 25 tahun menjelang
pergantian abad ke-20. Pengembangan bahasa Indonesia peranannya tidak hanya sebagai
sarana ilmu, seni sastra, serta pengungkap budaya di mana menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia telah benar-benar menjadi satu-satunya wahana dalam penyampaian ilmu
pengetahuan serta media untuk pengungkapan seni sastra dan budaya bagi semua warga
Indonesia. Dalam pengembangan bahasa Indonesia, juga terdapat tantangan yang cukup berat
dalam pengembangannya. Namun, sekarang telah dibentuk Undang-Undang Bahasa No. 24
tahun 2009 sebagai pedoman masyarakat Indonesia untuk mengatasi tantangan itu.
makalah pembinaan bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
Anda mungkin sering mendengar bahkan juga menggunakan istilah pembinaan dan istilah
pengembangan dalam kehidupan berbahasa sehari-hari. Kata pembinaan tentu saja berhubungan
erat dengan kegiatan membina, sedangkan kata pengembangan sangat berhubungan dengan
kegiatan mengembangkan bahasa. Oleh sebab itu, ada dua hal yang harus dibedakan, yaitu usaha
pembinaan bahasa dan usaha pengembangan bahasa.

Pembinaan dan pengembangan bahasa merupakan usaha dan kegiatan yang dilakukan
untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia supaya dapat memenuhi fungsi dan
kedudukannya.
Kedudukan bahasa Indonesia kini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam
hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Bahasa Indonesia merupakan alat pertama dan
utama untuk membangun arus pemikiran yang jelas dan teliti. Bahasa Indonesia merupakan alat
pokok fundamental dalam proses pendidikan. Begitupun halnya dengan bahasa daerah dan bahasa
asing yang juga digunakan sebagai wahana komunikasi yang memiliki fungsi dan kedudukan masing-
masing.

2.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pemahaman yang telah dipaparkan tersebut, maka beberapa rumusan masalah yang
berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan bahasa, yaitu :

1. Apa pengertian pembinaan bahasa indonesia ?


2. Apa tujuan pembinaan bahasa indonesia?
3. Apa saja kegiatan kebijaksanaan pembinaan bahasa indonesia?
4. Bagaimana kalimat tidak logis atau tidak bernalar?
2.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :

1. Untuk memahami pengertian pembinaan Bahasa Indonesia.


2. Untuk memahami tujuan pembinaan bahasa indonesia
3. Untuk memahami kegiatan kebijaksanaan pembinaan bahasa indonesia.
4. Untuk memahami kalimat tidak logis atau tidak bernalar
BAB II

PEMBAHASAN

2.4. Pengertian Pembinaan Bahasa Indonesia


Hasil perumusan bahasa Seminar Politik Bahasa Nasional (1975) telah disebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa adalah usaha dan kegiatan yang ditujukan untuk memelihara
dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa asing supaya dapat
memenuhi fungsi dan kedudukannya.

Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan meliputi usaha-usaha pembakuan


agar tercapai pemakaian bahasa yang cermat, tetap dan efesien dalam komunikasi. Untuk
kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa pembinaan terutama ditujukan kepada penuturnya,
yaitu masyarakat pemakai bahasa Indonesia, dan pengembangan bahasa dalam segala aspeknya.

Usaha pembinaan bahasa berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan penyebaran bahasa


Indonesia ke khalayak sasaran dengan berbagai cara seperti usaha penyuluhan, penataran, dan
pendemonstrasian. Jika dipandang dari segi khalayak sebagai sasaran pembinaan tersebut, khalayak
tersebut dapat terdiri atas berbagai golongan, baik golongan penutur asli, maupun golongan bukan
penutur asli, orang yang masih bersekolah, ataupun orang yang sudah tidak bersekolah lagi,
khalayak guru pada semua jenis dan semua jenjang pendidikan, khalayak orang yang berada di
komunikasi media massa, seperti majalah, surat kabar, radio, dan televisi, serta khalayak di bidang
industri, perniagaan, penerbit, perpustakaan, dan pada lingkungan sastrawan.

2.5. Tujuan Pembinaan Bahasa Indonesia


A. Penumbuhan Sikap
Sikap bahasa adalah salah satu sikap dari berbagai sikap yang mungkin ada. Sikap adalah
kesiapan beraksi. Sikap adalah kesiapan mental dan saraf yang terbentuk melalui pengalaman yang
memberikan arah kepada reaksi seseorang terhadap semua objek dan keadaan yang menyangkut
sikap itu (Halim,1976:68). Sikap itu memiliki tiga komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan
perilaku.

1. Komponen kognitif adalah pengetahuan kita tentang bahasa secara keseluruhan sampai dengan
penggolongan serta hubungan-hubungan bahasa tersebut sebagai bahasa Indonesia, bahasa asing,
atau bahasa daerah.
2. Komponen afektif menyangkut perasaan atau emosi yang mewarnai atau menjiwai pengetahuan
yang terdapat di dalam komponen kognitif. Komponen afektif menyangkut nilai rasa, baik atau tidak
baik, suka atau tidak suka.

Target yang hendak dicapai dalam kegiatan “pembinaan” bahasa yang amat penting adalah
menumbuhkan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif tersebut tidak dapat
diukur dengan angka-angka, tetapi dapat dilihat dalam komponen perilaku.

3. dalam Komponen perilaku terdapat nilai moral yang muncul dan berhubungan erat dengan
kecenderungan berbuat atau beraksi dengan cara tertentu.

B. Meningkatkan Kegairahan
Kegiatan pembinaan juga mempunyai target dalam meningkatkan kegairahan berbahasa
Indonesia. Target ini dapat diukur dengan pertanyaan, seberapa banyak seseorang itu secara
konsisten bergairah memakai bahasa Indonesia? Jika seseorang telah bergairah memakai bahasa
Indonesia dalam berkomunikaasi dengan orang lain, orang itu harus meningkatkan lagi
kegairahannya itu dalam mempergunakan bahasa Indonesia.

Contoh

Dalam suatu rapat resmi seorang pejabat menyampaikan pidatonya sebagai sambutan resmi sebagai
berikut:

Saudara-saudara,

Seperti hal yang saya sampaikan tadi bahwa untuk mendrop beberpa spare part yang kita
pesan dari luar negeri di airport sore ini, saya menganjurkan dan meminta agar tenaga-tenaga yang
telah di-upgradinglah yang harus berangkat ke sana. Jika policy ini disalahgunakan, saya akan
melakukan feedback terhadap tindakan itu. Perlu juga saudara ketahui bahwa apa yang saya katakan
terakhir itu bersifat off the record.

Kutipan pidato di atas, memperlihatkan bahwa pejabat yang berbicara itu tidak bergairah
memakai bahasa Indonesia. Pejabat tersebut harus dibina pemakaian bahasanya sehingga dia tidak
menggunakan kata-kata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Jika Anda
berhasil meyakinkan pejabat itu bahwa semua kata asing tersebut sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia, berarti Anda telah berhasil melakukan pembinaan bahasa dengan baik. Dengan
jelas sekali Anda melihat beberapa kata asing dipakai dalam teks. Kata-kata yang dimaksudkan
adalah mendrop, spare part, air port, upgrading, policy, feedback, off the record. Bukankah kata-kata
tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia? Kata mendrop sama dengan menurunkan,
mengantarkan; kata spare part berpadanan dengan kata suku cadang; kata air port berpadanan
dengan kata bandar udara; kata upgrading berpadanan dengan kata penataran; kata policy
berpadanan dengan kata kebijaksanaan; kata feedback berpadanan dengan kata umpan balik; dan
kata off the record berpadanan dengan kata cegah siar.

C. Meningkatkan Keikutsertaan
Kegiatan pembinaan harus pula terlihat dalam kegiatan meningkatkan keikutsertaan khalayak
sasaran di dalam menjaga mutu bahasa Indonesia. Apa yang disebut dengan “mutu” bahasa itu
harus dihubungkan dengan bermacam-macam persoalan, seperti persoalan hubungan kata tabu,
persoalan kependengaran yang tidak menyinggung perasaan, dan ketidaklaziman yang agak
mencolok. Kalau Anda telah menyangsikan suatu bentuk bahasa, baik kata dan frase, maupun
kalimat berarti Anda telah ikut serta menjaga mutu bahasa. Jika Anda bertanya, “Apakah bentuk
frase mengejar ketinggalan sudah benar dalam bahasa Indonesia,” maka Anda sudah membina
bahasa, Anda sudah melibatkan diri dalam kegiatan pembinaan bahasa. Dengan demikian, target
mudah diukur, seberapa jauh orang bertanya tentang kebenaran kata, frase, dan kalimat. Jadi, jika
orang telah meragukan tentang bentuk-bentuk bahasa dan ingin tahu bentuk yang benar dari suatu
untaian kata, frase, atau kalimat berarti sudah terbina bahasanya dengan baik.

D. Meningkatkan Mutu Bahasa


dalam hal ini berhubungan erat dengan menjaga mutu bahasa para pendukung bahasa.
Mutu bahasa yang dimaksudkan itu berhubungan erat dengan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.

E. Menggunakan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar


persoalan kepantasan penempatan suatu unsur bahasa dan persoalan ketepatan kaidah
yang diterapkan pada kata, frase, dan kalimat.

2.6. Kegiatan Kebijaksanaan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia


Ada beberapa kegiatan yang perlu diketahui dalam pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemantapan Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Kegiatan pemantapan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia telah dikumandangkan pada
berbagai kesempatan dan telah dilaksanakan dengan baik. Pemantapan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia itu disertai pula dengan pembenahan aksara bahasa Indonesia yang dalam
kegiatan-kegiatan tertentu harus dibina dengan menularkannya kepada orang-orang atau kelompok-
kelompok masyarakat yang belum tahu membaca dan menulis yang disebut dengan buta aksara.
 Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan fungsi-fungsinya dipaparkan


sebagai berikut ;

a. Lambangan Kebanggaan Nasional


Anda tentu mengetahui makna kebanggaan. Untuk itu, mari kita buka dan perhatikan Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Dari kamus itu, kita memperoleh penjelasan makna kebanggaan sebagai
“kebesaran hati, perasaan bangga, kepuasan diri”; sedangkan kebanggaan nasional adalah “sikap
kejiwaan yang terwujud, tampak pada sikap menghargai warisan, hasil karya, dan semua hal lain
yang menjadi milik bangsa sendiri”. Dengan memperhatikan makna yang termaktub dalam KBBI,
Anda dapat mengembangkan lebih jauh pengertian “lambang kebanggaan nasional”.

Sebagai lambang kebanggaan nasional bahasa Indonesia tentulah akan mencerminkan nilai-
nilai sosial budaya yang dapat mendasari rasa kebanggaan kita. Rasa kebanggaan tidak mudah dibina
di dalam masyarakat yang sudah tercemar oleh pengaruh budaya asing. Namun, ada rasa
kebanggaan tersendiri karena dapat melestarikan bahasa Indonesia. Dengan rasa kebanggaan ini
pula, bahasa Indonesia akan tetap dipakai dalam semangat kebangsaan.

b. Lambangan Identitas Nasional


Fungsi kedua dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah bahwa bahasa Indonesia
menjadi lambang identitas nasional. Mungkin Anda ingat akan lambang identitas nasional kita
lainnya, yakni bendera merah putih. Dalam setiap upacara kenegaraan, baik di pusat maupun di
daerah, bendera merah putih selalu menjadi bagian yang amat penting

Bagaimana halnya dengan bahasa Indonesia yang mempunyai fungsi sebagai lambang jatidiri
kebangsaan atau lambang identitas nasional kita dilecehkan orang? Agak sulit rasanya untuk
mengukur seberapa jauh ketersinggungan kita jika dibandingkan dengan ketersinggungan kita
karena pelecehann terhadap bendera merah putih. Yang jelas reaksi kita merasa tersingung.
Ketersinggungan itu menunjukkan bahwa kita memiliki sikap positif terhadap bahasa nasional itu.
Kita akan merasa tidak senang apabila melihat pengutamaan pemakaian bahasa Inggris di atas
bahasa Indonesia seperti tampak dalam dunia niaga. Kalau rasa tidak senang itu berkembang
menjadi keprihatinan, kadar sikap positif terhadap bahasa nasional kita itu makin bertambah,
berkembang lebih jauh menjadi tindakan dalam bentuk keterlibatan langsung dalam upaya nyata
penertiban pemakaian bahasa asing, kadar sikap positif makin bertambah lagi. Begitulah seterusnya.

Sikap positif yang dijabarkan tersebut pada dasarnya merupakan perwujudan dari sikap
menjunjung bahasa nasional. Kita menjunjung bahasa nasional kita karena kita menyadari akan
fungsi bahasa nasional sebagai lambang jatidiri bangsa. Tentulah bahasa Indonesia memiliki
jatidirinya sendiri pula sehingga serasi dengan lambang jatidiri bangsa kita yang lainnya. Bahasa
Indonesia akan memiliki identitasnya sendiri kalau kita sebagai pemakai membina dan
mengembangkan bahasa Indonesia sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia itu bersih dari
unsur-unsur bahasa lain. Namun, kalau unsur asing itu diperlukan, tentulah kita dapat menerimanya
sepanjang bermanfaat bagi pengembangan bahasa Indonesia itu sendiri.

c. Alat Penyatuan
Fungsi ketiga dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah menjadi alat yang
memungkinkan terwujudnya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda-beda dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Dalam kata-
kata Sumpah Pemuda 1928 bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa persatuan. Dengan bahasa
Indonesia, orang Jawa dapat berkomunikasi dengan orang Batak, misalnya. Demikan juga dengan
orang Bali dapat berkomunikasi dengan orang dari daerah lainnya, dan seterusnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia menjadi alat yang memungkinkan berbagai suku
bangsa mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa perlu menanggalkan identitas
kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang
bersangkutan.

d. Alat Penghubung
Fungsi keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahwa bahasa Indonesia itu
berfungsi sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Anda dapat membayangkan
bagaimana seandainya berbagai suku bangsa yang ada di Nusantara ini yang bertebaran di berbagai
daerah tidak mempunyai bahasa Indonesia yang menjembatani keberagaman bahasa ibu. Di sini
dapatlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia itu menjadi jembatan budaya di antara suku-suku
bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan yang berbeda-beda.

Sebagai jembatan budaya, bahasa Indonesia dapat memperkenalkan kita berbagai kreasi
budaya dari berbagai suku bangsa. Dengan bahasa Indonesia, seni pertunjukan wayang yang
biasanya menggunakan bahasa daerah, bahasa Jawa, Sunda atau Bali misalnya, dapat dinikmati oleh
kelompok suku bangsa di luar suku-suku bangsa itu. Jadi, fungsi penghubung antarbudaya yang
diemban pada gilirannya akan memperkaya bahasa Indonesia itu dengan kekayaan budaya yang
terkandung dalam bahasa daerah. Makin berperan fungsi itu, maka kayalah bahasa Indonesia itu dan
sekaligus makin berkembanglah bahasa Indonesia . Dalam hubungannya dengan kreasi budaya asing,
bahasa Indonesia juga dapat berperan memperkenalkan kita dengan nilai budaya asing. Dalam
konteks ini bahasa Indonesia makin diperkaya lagi. Chairil Anwar yang kita kenal sebagai penyair
utama kita telah mencoba menjadi penerjemah pikiran konsep Barat dengan kerja keras menyadur
beberapa sajak dari sastra Belanda dan Inggris. Hasilnya adalah bahasa Indonesia menjadi lebih
berkembang lagi, bahasa Indonesia yang modern. Demikian pula halnya dengan beberapa upaya
yang telah dilakukan oleh para pengarang yang mengindonesiakan karya asing.

Berfungsinya bahasa Indonesia sebagai lambang dan sebagai alat tersebut amat bergantung kepada
sikap positif kita terhadap bahasa Indonesia itu.

 Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi ;

a. sebagai bahasa resmi negara,

b. sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.

2. Kegiatan Pembakuan Bahasa Indonesia


Kegiatan pembakuan bahasa merupakan kegiatan pengembangan bahasa, yaitu
meningkatkan kelengkapan dan mutu bahasa. Kegiatan pembakuan telah dilakukan dengan berbagai
sarana, seperti penerbitan dan penyebaran Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Di dalam tata
bahasa tersebut termuat berbagai kaidah kebahasaan yang harus diketahui dan dipelajari oleh
masyarakat. Selain itu, diterbitkan pula beberapa buku yang yang berfungsi sebagai pendukung
pembakuan bahasa, seperti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan berbagai kamus ilmu
dasar, seperti Kamus Kimia, Kamus Matematika, Kamus Biologi, Kamus Sastra, dan Kamus Teknik.

3. Kegiatan Penumbuhan Sikap Positif terhadap Bahasa


Kegiatan penyuluhan bahasa Indonesia telah dilakukan secara berkala. Kegiatan tersebut tidak
lain dari usaha untuk menumbuhkan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Pusat pembinaan
dan Pengembangan Bahasa yang ditunjuk sebagai badan pemerintah yang mengelola bahasa, sejak
tahun 1980 telah digiatkan suatu bentuk kegiatan, yaitu Bulan Bahasa, yang sejak tahun 1989
berubah menjadi Bulan Bahasa dan Sastra. Dalam kegiatan itu, semua kegiatan penyuluhan
diterapkan.

Kegiatan Bulan bahasa dan Sastra merupakan rangkaian acara kebahasaan dan kesastraan,
berlangsung selama satu bulan, bertujuan meningkatkan pemasyarakatan bahasa dan apresiasi
sastra di Indonesia, yaitu menumbuhkan sikap yang positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Oleh sebab itu, sasaran kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra adalah para peminat bahasa dan sastra,
para guru,mahasiswa, siswa, dan masyarakat umum. Kegiatan yang dilaksanakan dalam Bulan
Bahasa dan Sastra meliputi kegiatan kebahasaan dan kegiatan kesastraan.
 Kegiatan kebahasaan meliputi ;

(1) Pertemuan Kebahasaan


(2) Lomba Kebahasaan
(3) Penyuluhan
(4) Pintu Terbuka
(5) Cerdas Cermat Kebahasaan.
 Kegiatan Kesastraan meliputi ;

(1) Diskusi Sastra di kalangan siswa


(2) Cepat Tepat Sastra Tingkat SMA
(3) Pertemuan Sastrawan dengan Siswa
(4) Festival Pementasan Sastra
(5) Pameran Sastra
(6) Apresiasi Sastra melalui Radio dan Televisi
Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra juga diselenggarakan di daerah, di kota-kota provinsi yang
melibatkan berbagai unsur, seperti Kantor Wilayah Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan, Kantor Dewan Kesenian Daerah serta Kantor Pemerintah Daerah. Semua kegiatan
yang dilakukan pada Bulan Bahasa dan Sastra merupakan kegiatan pembinaan bahasa.

4. bahasa indonesia yang baik dan benar


 Bahasa Indonesia yang Baik

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di
pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang
santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi, seperti dalam kuliah,
dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa
Indonesia yang resmi, yang selalu memperhatikan norma bahasa.

 Bahasa Indonesia yang Benar

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah
atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan,
kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah
penataan penalaran. Jika ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata diperhatikan
dengan saksama, dan penataan penalaran ditaati dengan konsisten, sehingga pemakaian bahasa
Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian
bahasa tersebut dianggap tidak benar.

 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku.

Pemakaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Batak dalam berbahasa
Indonesia pada situasi resmi sebaiknya dikurangi. Kata memuaskan yang diucapkan memuasken
bukanlah lafal bahasa Indonesia.

Pemakaian lafal asing sama saja salahnya dengan pemakaian lafal daerah. Ada orang yang
sudah biasa mengucapkan kata logis dan sosiologi menjadi lohis dan sosiolohi. Ada lagi pemakai
bahasa yang mengucapkan kata sukses menjadi sakses. Kesemuanya itu merupakana pengucapan
yang perlu dibenahi jika kita berbicara dengan bahasa Indonesia dalam situasi resmi.

2.7. Kalimat Tidak Logis atau Tidak Bernalar


Penalaran adalah suatu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan fakta yang ada
sehingga sampai pada suatu simpulan. Dengan perkataan lain, penalaran ialah proses mengambil
simpulan dari bahan bukti atau petunjuk ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk.

Kalimat yang diucapkan atau dituliskan haruslah kalimat yang benar. Artinya, kalimat tersebut
harus dilandasi suatu pemikiran yang jernih, harus ditunjang oleh bahan bukti atau data yang benar.
Sebaliknya, jika kalimat ditulis berawal dari pemikiran yang kusut atau alasan yang sesat, kalimat
yang lahir adalah kalimat yang salah nalar, yakni kalimat yang disebabkan oleh ketidaktepatan orang
mengikuti tata cara pikirannya. Berikut ini beberapa contoh kalimat yang salah nalar.

1. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan, maka selesailah penyusunan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Kalimat di atas merupakan kalimat yang salah nalar. Tidak mungkin penyusunan skripsi akan
selesai hanya dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan. Makalah harus dikerjakan dengan
tekun, teliti, dan sabar. Penyusun skripsi harus berani mengatasi segala rintangan dan hambatan
yang dihadapinya dalam penyusunan itu. Jika hal-hal itu dapat dilalui, mudah-mudahan penyusunan
skripsi itu selesai.

Tentu kita percaya betul bahwa Tuhan selalu melimpahkan karunia-Nya kepada hamba-Nya,
termasuk kepada penyusun skripsi. Dengan karunia Tuhan yang diterimanya, penyusun skripsi dapat
bekerja dengan tekun dan sabar, dapat mengatasi segala hambatan yang dihadapinya. Untuk itulah,
ia memanjatkan puji syukur kepada Tuhan atas keberhasilannya. Berdasarkan uraian di atas, kita
dapat menggunakan kalimat berikut agar penalaran kita tidak sesat.

a. Penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan
kepada penyusun sehingga skripsi dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
b. Penyusun memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan yang diberikan-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

2. Sekarang kita tiba pada acara berikut, yaitu sambutan dari bapak X. Waktu dan tempat kami
persilakan.
Seorang teman sejawat saya hadir dalam sebuah pertemuan karena beliau memang diminta
berbicara pada kesempatan itu. Setelah tiba saatnya, pembawa acara berkata, “Sekarang kita tiba
pada acara berikut, yaitu sambutan dari Bapak X. Waktu dan tempat kami persilakan” Ketika itu,
bapak X itu tetap duduk di kursinya, tidak juga memperlihatkan sikap akan meninggalkan tempat
duduknya. Pembawa acara mengulang kembali permintaannya, “Bapak X, kami persilakan tampil ”.
Barulah teman saya itu meninggalkan tempat duduknya, berjalan ke arah podium, berdiri di sana,
dan sejenak kemudian memulai pembicaraannya.

Kata bapak itu, “ Saya tadi tidak berdiri dan melakukan apa yang diminta oleh Saudara
pembawa acara karena tadi saya dengar bukan saya yang dipersilakan. Tetapi, yang dipersilakan itu
adalah waktu dan tempat. Hadirin tertawa, Gerrr,,,

Ini bukan sebuah lelucon, tetapi benar-benar terjadi. Nah, Anda melihat bahwa apa yang
dikatakan oleh pembawa acara itu juga diucapkan oleh sebagian besar orang yang ditugasi menjadi
pembawa acara dalam pertemuan-pertemuan. Mereka tidak lagi berpikir bahwa kalimat itu salah,
tidak logis. Di mana ada waktu dan tempat yang dapat dipersilakan.

3. Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan pada acara keempat.


Kesalahan kalimat di atas adalah penggunaan kelompok kata mempersingkat waktu. Apakah
betul waktu dapat dipersingkat atau disingkat? Waktu tidak dapat dipersingkat, waktu tidak dapat
diringkas karena rentang waktu sehari semalam sudah pasti, yakni jumlahnya 24 jam; satu jam sama
dengan 60 menit; satu menit sama dengan 60 detik. Yang dapat kita lakukan bukanlah
mempersingkat waktu, melainkan menghemat waktu. Misalnya, pertemuan semula direncanakan
berlangsung 1 jam. Akan tetapi, karena cuaca mendung pertanda akan hujan, acara-acara
pertemuan pun dipercepat. Akibatnya, tentu saja waktunya dihemat sehingga tidak sampai 1 jam,
tetapi cukup 45 menit, misalnya. Jadi, perbaikan kalimat di atas sebagai berikut.
Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini dengan acara keempat.

BAB III

PENUTUP

2.8. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa pembinaan bahasa adalah cara atau kegiatan pemeliharaan bahasa. Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa erat kaitannya dengan pengertian pembinaan bahasa indonesia, tujuan
pembinaan bahasa indonesia, kegiatan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan bahasa
indonesia, kalimat tidak logis atau tidak bernalar.

2.9. Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia, maka
sudah selayaknya kita senantiasa tetap memelihara bahasa nasional kita, yaitu bahasa Indonesia.
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

A. Latar Belakang
Pembinaan dan pengembangan bahasa merupakan usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk
memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia., bahasa daerah, pengajaran bahasa asing
supaya dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya.

Kedudukan bahasa Indonesia kini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam
hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Bahasa Indonesia merupakan alat pertama
dan utama untuk membangun arus pemikiran yang jelas dan teliti. Jadi bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan alat pertama, alat utama, dan alat
pokok fundamental dalam proses pendidikan. Begitupun halnya dengan bahasa daerah dan
bahasa asing yang juga digunakan sebagai wahana komunikasi dan memiliki fungsi dan
kedudukan masing-masing.
Jadi, pembinaan dan pengembangan bahasa tidak hanya berfokus pada lingkup bahasa
Indonesia, namun juga mencakup bahasa daerah dan juga bahasa asing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemahaman yang telah dipaparkan tersebut, maka beberapa rumusan masalah
yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan bahasa, yaitu :
1. Apa hakikat pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana pembinaan sikap berbahasa Indonesia ?
3. Bagaimana sikap positif terhadap Bahasa Indonesia ?
4. Bagaiamana upaya meningkatkan kegairahan penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik
dan benar ?
5. Bagaimana peran serta kita dalam meningkatkan mutu dan disiplin penggunaan dan
penguasaan Bahasa Indonesia ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk memahami hakikat pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia.
2. Untuk memahami pembinaan sikap berbahasa Indonesia.
3. Untuk memahami sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
4. Untuk memahami upaya meningkatkan kegairahan penggunaan Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
5. Untuk memahami bagaimana meningkatkan mutu dan disiplin penggunaan dan
penguasaan Bahasa Indonesia.

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia


Hasil perumusan bahasa Seminar Politik Bahasa Nasional (1975) telah disebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa adalah usaha dan kegiatan yang ditujukan untuk
memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa
asing supaya dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya.
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan meliputi usaha-usaha pembakuan
agar tercapai pemakaina bahasa yang cermat, tetap dan efesien dalam komunikasi. Untuk
kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa pembinaan terutama ditujukan kepada
penuturnya, yaitu masyarakat pemakai bahasa Indonesia, dan pengembangan terutama
ditujukan kepada bahasa dalam segala aspeknya.
Pembinaan dan pengembangan mencakup dua arah yaitu pengembangan bahasa mencakup
dua masalah pokok (masalah bahasa dan kemampuan/sikap) dan pembinaan juga mencakup
dua arah (masyarakat luas dan generasi muda).
B. Pembinaan Sikap Berbahasa Indonesia
Masyarakat Indonesia dianjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar sesuai dengan lingkungan dan keadaan yang dihadapi benar sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia.hal itu, tentu saja tidak terlepas dari tujuan pembinaan bahasa gIndonesia,
yaitu :
1. Menumbuhkan dan membina sikap bahaasa yang positif.
2. Meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Peningkatan mutu serta disiplin penguasaan bahasa Indonesia dalam segenap lapisan
masyarakat.

C. Sikap Positif terhadap Bahasa Indonesia


Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia berungkap jika kita lebih suka memakai bahasa
Indonesia dan menjaga agar pengaruh asing tidak berlebihan. Sikap kebanggaan berbahasa
terungkap jika kita terdapat perasaan bahwa bahasa Indonesia dapat mengungkapkan konsep
yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya. Hal ini,
perlu ditegaskan karena dikalangan masyarakat berbagai sikap terhadap kemampuan
berbahasa Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Sikap menyangsikan kemampuan bahasa Indonesia mendukung dan mengembangkan
ilmu pengatahuan.
2. Sikap mempercayai sepenuhnya kemampuan bahasa Indonesia mendukung dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Sikap positif bahasa Indonesia tidak berarti sikap kebahasaan yang kaku dan tertutup dan
menuntut kemurnian bahasa Indonesia dan yang menutup bahasa Indonesia dari hubungan
saling pengaurh dengan bahasa lain yaitu bahasa daerah dan bahasa asing di Indonesia
terhadap kurang lebih 400 bahasa daerah.

D. Upaya Meningkatkan Kegairahan Penggunaan Bahasa Indonesia dengan Baik dan


Benar
Pengguanaan bahasa yang baik dan benar adalah penggunaan yang disesuaikan dengan
lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam bahasa, baik lisan maupun tulis.
Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik adalah pengguanaan ragam-ragam bahasa
Indonesia sesuai dengan keadaan atau lingkunagn komunikasi.
Penggunaan bahasa Indonesia dengan benar adalah penggunaan yang disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam ragam tulis, kaidah itu tertera pada buku :
1. Pedoman Umum EYD.
2. Pedoamn Umum Pembentukan Istilah.
3. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia.
E. Peran Serta Kita dalam Meningkatkan Mutu dan Disiplin Pengunaan dan
Penguasaan Bahasa Indonesia
Sebagai masyarakat Indonesia kita dituntut berperan serta dalam meningkatkan mutu dan
disiplin penggunaan serta penguasaan bahasa Indonesia. Hal ini perlu dilaksanakan agar
penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan perkembangannya.
Upaya peningkatan mutu dan disiplin penggunaan bahasa Indonesia harus merupakan
kegiatan yang berkesinambungan, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat
kemasyarakatan. Kita sebagai Pembina bahasa Indonesia hendaknya ikut bereran dalam
mencapai tujuan pembinaan bahasa Indonesia. Kita sebagai bahasa Indonesia senantiasa
menjaga, memelihara, dan mengembangkan agar masyarakat atau generasi ke depannya tetap
bisa menggunakana bahasa Indonesia yang baik dan benar.

PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa adalah cara atau kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan bahasa. Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa erat kaitannya dengan
pembinaan sikap Berbahasa Indonesia, sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, upaya
meningkatkan kegairahan penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta
memahami bagaimana meningkatkan mutu dan disiplin penggunaan dan penguasaan Bahasa
Indonesia.u
B. Saran.
Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia, maka
sudah selayaknya kita senantiasa tetap memelihara bahasa nasional kita, yaitu bahasa
Indonesia dengan berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa sebagai salah satu alat komunikasi verbal merupakan bentuk produk kreatifitas manusia
.Dengan demikian, manusia merupakan pakan makhluk yang berbahasa .Sedangkan, makhluk lain
tidak dapat berbahasa, misalnya binatang .Oleh karena itu bersifat murni manusiawi sehingga
banyak orang mereka-reka bagaimana awal mula manusia berbahasa .

bahasa indonesia sebagai wahana komunikasi dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan
formal. Pemakaian bahasa indonesia sejak tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat
perguruan tinggi menunjukkan kemantapan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
Pendidikan dan pengajaran bahasa indonesia bertujuan membina ketrampilan siswa berbahasa
indonesia dengan baik dan benar dalam upaya meningkatkan mutu manusia indonesia sebagai
bekal menghadapi kehidupan masa kini dan mendatang. Bahasa adalah alat pertama dan utama
untuk membangun arus pemikiran yang jelas dan teliti. Bahasa indonesia merupakan alat
pertama, utama, dan alat pokok fundamental dalam proses pendidikan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini antar lain :

1) Untuk mengetahui fungsi bahasa dan peranannya.

2) Untuk mengetahui kedudukan bahasa indonesia dalam negara.

3) Untuk memiliki sikap positif terhadap upaya pembinaan bahasa.

4) Dapat mengidentifikasi masalah-masalah terkait pembinaan bahasa.

1.3 Rumusan Masalah

Bertolak pada latar belakang di atas, maka hal-hal yang menjadi permasalahan adalah sebagai
berikut :

1) Sejauh mana pengetahuan mahasiswa dan masyarakat terhadap bahasa indonesia?

2) Sejauh mana menyikapi pembinaan bahasa ?

3) Apa pengertian dari pembinaan bahasa Indonesia?

4) Apa saja sasaran pembinaan bahasa Indonesia?

5) Apa peran dari pembinaan bahasa Indonesia?


6) Apa upaya dari pembinaan bahasa Indonesia?

1.4 Manfaat

1) Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa ataupun


masyarakat peneliti pembinaan bahasa indonesia.

2) Makalah ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk ilmu pengetahuan di masa yang akan
datang.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Bahasa Indonesia dan fungsinya

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai :

1. Bahasa resmi kenegaraan.

2. Bahasa pengantar lembaga-lembaga pendidikan.

3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untukkepentingan perencanaan dan pelaksanaan


pembangunan serta pemerintahan.

4. Alat penngembangan kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi modern.

Fungsi bahasa adalah sebagai alat kamunikasi dan bermasyarakat karena bahasa hanya dimiliki
oleh manusia yang merupakan sebuah anugrah dari Maha Pencipta. Dalam kegiatan berbahasa
baik secara lisan maupun tulisan keduanya mempunyai kedudukan yang sejajar. dalam kehidupan
sehari-hari, kita sering menggunakan bahasa lisan sebagai alat komunikasi yang sering
dipengaruhi bahasa daerah. Seperti suku sasak, secara otomatis dalam kehidupan atau cara
bergaul dengan teman atau rekan sedaerah akan menggunakan bahasa sasak sebagai alat
komunikasinya.

Hal ini berbeda dengan lingkungan formal, seperti lembaga sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya. Bahasa lisan yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa
Indonesia sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. Adapun tujuan Bahasa Indonesia diberikan
kepada siswa terampil menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Lain halnya dengan
lingkung masyarakat dikeluarga bahwa orang yang menggunakan Bahasa Indonesia dalam
pergaulannya di anggap sombong.

2.2 Pengertian Pembinaan Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling vital bagi umat manusia. Bahasa memiliki sifat
yang dinamis sesuai dengan perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Kedinamisan bahasa menuntuut dilakukannya upaya pembinaan bahasa Indonesia. Pembinaan
bahasa merupakan upaya sadar, terencana dan sisitematis tentang peningkatan mutu bahasa
sehingga masyarakat pemakainya memiliki kebanggaan dan kegairahan menggunakannya.
Batasan tersebut tampak sejalan dengan peningkatan jumlah pemakai bahasa lewat penyebaran
hasil pembakuan, penyuluhan, pembimbingan serta penetapan kedudukan dan fungsi bahasa.

2.3 Peran Pembinaan Bahasa

Pembinaan bahasa Indonesia sebagai sebuah proses, dilaksanakan dalam berbagai usaha seperti
pengajaran bahasa Indonesia. Pembinaan bahasa Indonesia pada dasarnya memiliki peran :

1. Memperkenalkan ciri – ciri dan dan membangkitkan penghargaan pada bahasa Indonesia
baku dan bahasa Indonesia non – baku.

2. Memperkenalkan ciri – ciri fungsi berbagai varian bahasa yang ada sehingga pengajaran
bahasa Indonesia lebih relevan untuk anak didik dan memperkecil jarak antara sekolah dan
masyarakat.

3. Memandu siswa mempergunakan ciri bahasa yang tepat sesuai dengan fungsinya.

2.4 Sarana Pembinaan Bahasa

Khalayak sasaran dan target yang hendak dicapai. Khalayak sasaran dapat terdiri atas berbagai
golongan misalnya :

1. Penutur asli

2. Bukan penutur asli

3. Masih bersekolah
4. Tidak bersekolah

5. Guru

6. Karyawan

Target yang hendak dicapai dalam usaha pembinaan bahasa Indonesia adalah :

1. Menumbuhkan sikap positif

2. Meningkatkan kegairahan Indonesia

3. Meningkatkan keikutsertaan dalam menjaga mutu bahasa Indonesia

2.5 Upaya Pembinaan Bahasa

Usaha pembinaan yang dilakukan, antara lain, melalui pengajaran dan pemasyarakatan.
Sedangkan, yang dimaksud dengan pengembangan adalah upaya meningkatkan mutu bahasa agar
dapat dipakai untuk berbagai keperluan dalam kehidupan masyarakat. Upaya pengembangan
itu, antara lain, meliputi penelitian, pembakuan, dan pemeliharaan. Usaha pembinaan melalui
pengajaran bahasa Indonesia melalui sistem persekolahan dilakukan dengan mempertimbangkan
bahasa sebagai satu keseluruhan berdasarkan kontekspemakaian yang ditujukan untuk
peningkatan mutu penguasaan dan pemakaian bahasa yang baik dengan tidak mengabaikan
adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat. Peningkatan mutu
pendidikan bahasa itu dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

1. pengembangan kurikulum bahasa Indonesia.

2. pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan perkembangan
metodologi pengajaran bahasa.

3. pengembangan tenaga kependidikan kebahasaan yang professional.

4. pengembangan sarana pendidikan bahasa yang memadai, terutama sarana uji kemahiran
bahasa.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi hal-hal yang dapat disimpulkan pada penyusunan makalah ini antaralain :

1) Bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.

2) Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa nasional berfungsi sebagai :

a. Lambang kebanggan nasional

b. Lambang identitas nasional

c. Alat pemersatu seluruh warga negara yang mempunyai ragam bahasa dan kebudayaan.

d. Alat penghubung antar budaya dan antar daerah.

3) Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara. Bahasa indonesia berfungsi sebagai :

a. Bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan.

b. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembanngunan serta pemerintahan.

c. Bahasa resmi didalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

4) Bahasa sebagai bagian atau alat pendidikan nasional, pengajaran bahasa indonesia.

Anda mungkin juga menyukai