0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan11 halaman
iPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan pembinaan bahasa di lingkungan akademik, dan bagaimana pembinaan bahasa di tingkat internasional melalui strategi BIPA dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitianiikualitatif studi pustaka dan . sumber data dalam penelitian ini adalahiidengan cara menghimpun data kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian. Setelah data dikumpulkan akan dilakukaniipengolahan data untuk mendapatkan informasi yang utuh, dan diinterpretasi
Judul Asli
PERAN PEMBINAAN BAHASA DI LINGKUNGAN AKADEMIK DAN PEMBINAAN BAHASA DI TINGKAT INTERNASIONAL MELALUI STRATEGI BIPA
iPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan pembinaan bahasa di lingkungan akademik, dan bagaimana pembinaan bahasa di tingkat internasional melalui strategi BIPA dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitianiikualitatif studi pustaka dan . sumber data dalam penelitian ini adalahiidengan cara menghimpun data kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian. Setelah data dikumpulkan akan dilakukaniipengolahan data untuk mendapatkan informasi yang utuh, dan diinterpretasi
iPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan pembinaan bahasa di lingkungan akademik, dan bagaimana pembinaan bahasa di tingkat internasional melalui strategi BIPA dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitianiikualitatif studi pustaka dan . sumber data dalam penelitian ini adalahiidengan cara menghimpun data kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian. Setelah data dikumpulkan akan dilakukaniipengolahan data untuk mendapatkan informasi yang utuh, dan diinterpretasi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2022 PENGARUH INTERFERENSI TERHADAP BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA DAERAH PADA PRODI PBSI UNS DAN PERAN PEMBINAAN BAHASA
Alfian Rosyidan Al-Haq
Universitas Sebelas Maret; alfianrosyidan_02@student.uns.ac.id
Abstrak: iPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan
pembinaan bahasa di lingkungan akademik, dan bagaimana pembinaan bahasa di tingkat internasional melalui strategi BIPA dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitianiikualitatif studi pustaka dan . sumber data dalam penelitian ini adalahiidengan cara menghimpun data kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian. Setelah data dikumpulkan akan dilakukaniipengolahan data untuk mendapatkan informasi yang utuh, dan diinterpretasikan hingga menghasilkan pengetahuan yang dapat ditarik menjadi kesimpulan. Hasil dariiipenelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan bahasa di lingkungan akademikiiadalah tindakan yang perlu dilakukan, hal ini terjadi karena para akademisi masih sering melalukan interferensiiiberbahasa dengan cara mencampurkannya dengan bahasa daerah. Haliiini terjadi karena para akademisi menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.iiSedangkaniihasiliipenelitian dari rumusan masalah kedua menunjukkan bahwa pembinaaniibahasa di tingkat internasional melalui strategi BIPA memiliki tujuan dalam pemenuhan kebutuhan yaitu (1) kebutuhan akan pekerjaan, (2) kebutuhan program latihan kejuruan, dan (3) kebutuhan untuk belajar.
I. PENDAHULUAN
BahasaiiIndonesiaiiadalahiibahasaiiresmi yang telah diatur dalam
pasal 36 UUD Tahunii1945. Tidak hanya itu saja, bahasa Indonesia juga telah dikukuhkan dan diperjelas dalam UU No 24 Tahun 2009 yang menetapkan fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukan sebagai bahasa nasional. Fungsi tersebut adalah (1) sebagai lambang kebanggaan nasional, (2) sebagaiiilambang identitas nasional, (3) sebagai bahasa persatuan nasional dariiimasyarakat yang berbeda- beda bahasa daerah, dan (4) sebagaiiibahasaiiperhubungan antarbahasaiidaniiantarbudaya.iiDenganiiadanya UU tersebut, maka kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sudah sepantasnya diposisikan sebagai bahasaiiyang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Bahasa..Indonesiaiijuga..mengalami..perkembangan,,yang,,sangat pesat, sehingga hal ini menyebabkan bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa modern di seluruh kepulauan Indonesia. Peresmian nama bahasa Indonesia diprakasaiiioleh adanya ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Akan tetapi (Halim & Lumintaintang, 1983)..menuturkan..pernyataan teks SumpahkPemudayyangqketigawbukanlah sebuah bentukiipengakuan tentang ‘berbahasa satu’, melainkan..sebuah..pernyataanrttekad kebahasaan, yang menyatakan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
Jikaydilihat dari ikrar sumpah pemuda tahun 1928, maka dapat
diketahui bahwa sudah 93 tahun bangsa Indonesia mengakui bahasa Indonesia sebagaiiibahasa nasional. BahasaggIndonesiayymerupakan darah dan perekat jiwa nasionalisme bangsa Indonesia. iMaksud dari perekatiijiwaiinasionalisme adalah bahasa Indonesia bisa menjadi wahana penjalin bersemainya nasionalisme dalamiidiri masyarakat, sehingga membuat seluruhiikepulauan yang ada di nusantara ini menjadi satu yaitu bangsa Indonesia.
(Tasai & Arifin, 2000) menjelaskan secara tegas bahwa berkaitan
dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakangiisosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Dan, di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dalam kehidupan, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi antar
anggota masyarakat, bahasa itu dapat berupa lambang bunyi-suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Komunikasi antar anggota masyarakat dapat mengambil bentuk lain selain dengan menggunakan bahasa, antara lain dapat berupa isyarat, bunyi lonceng, peluit, dan sebagainya. Akan tetapi komunikasi menggunakan semua itu tidak dapat dikatakan sebagai sebuah bahasa. Karena komunikasi menggunakan bahasa adalah komunikasi yang dikhususkan dengan mempergunakan alat-alat ucap manusia.
Di antara bermacam macam bahasa dan dialek yang berada
dalam suatu negara, ada satu yang dipilih menjadi bahasa dalam administrasi negara, perundang-undangan, pertemuan-pertemuan resmi dan sebagainya. Bahasa semacam itu disebut sebagai Bahasa Resmi. Di Indonesia, bahasa resmi yang diakui adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diakui karena beberapa macam factor. Pertama-tama karena bahasa melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia sudah dikenal hampir seluruh wilayah di Nusantara, sifat struktur bahasa yang mudah difahami, serta struktur bahasanya bisa dengan mudah dapat menerima pengaruh luar dan dapat mempekaya dirinya sendiri. Factor factor inilah yang membuat bahasa Indonesia diakui sebagai Bahasa Resmi.
Dari sudut pandang ilmu bahasa, di Indonesia terdapat berbagai
macam bahasa.disetiap suku bangsa mempunyai suatu bahasa. terdapat kurang lebih 746 buah bahasa daerah yang dipakai dan dipelihara oleh para penuturnya. Bahasa-bahasa daerah itu merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. Dalam masa perkembangan dan pembangunan ini bahasa daerah masih amat diperlukan untuk:
1. Memperkaya bahasa Indonesia, terutama dalam memperkaya
perbendaharaan kata-kata dalam benuk kata. 2. Dengan mengenal bahasa daerah masyarakat bisa mengenal berbagai macam factor penting yang menentukan corak dan struktur masyarakat di Indonesia 3. Dengan mengenal beberapa aspek bahasa-bahasa daerah, misalnya mengenal kesusastraan daerah, kita dapa melihat adanya kesamaan rema, gaya bahasa dan ragam kesusastraannya.
Faktor pengenalan daerah-daerah melalui bahasa-bahasa daerah
atau unsur-unsur bahasa daerah, turut pula meletakkan dasar kesatuan dan persatuan bangsa, serta dapat menanam rasa saling menghargai yang sedalam-dalamnya. Akan tetapi hari ini, tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan bahasa asing sebagai bahasa ketiga. Jelaslah dalam kehadiran dua kelompok bahasa di luar bahasa Indonesia, yaitu bahasa daerah dan bahasa asing akan memberikan persoalan yang rumit untuk dipecahkan. Karena dalam penggunaannya, ketiga bahasa itu tidak dapat melepaskan diri dari perosalan sehingga akan saling berpengaruh.
Oleh sebab itu, masalahiipembinaan daniipengembangan bahasa
adalah masalah nasional yang jalinannya sangat kompleks. Sehingga hal ini harus cepat ditangani denganiisedemikian rupa lalu pembinaan dan pengembangan bahasa dapat iimemanfaatkan kemultilingualan itu menjadi sesuatu yang menguntungkaniiperkembangan bahasa itu sendiri. Usaha dalamiipembinaaniibahasa berkenan dengan pelaksanaaniikegiataniipenyebaran bahasa iiIndonesia kepada masyarakat dengan berbagai cara, seperti usaha penyuluhan bahasa, penuturan bahasa, dan bengkel bahasa.
pembinaan..bahasa,iiorang-orang itu..terdiri..dari.berbagai..golongan masyarakat, baik..penutur..asli….maupun bukan penutur asli.iiSasaran itu mencakup orang yang imasihiibersekolah,iiorang yang sudah tidak bersekolah, khalayak guru pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, khalayak awak komunikasi massa cetak dan elektronik, khalayak di bidang industri, perdagangan, penerbit, perpustakaan, dan pada lingkungan peneliti dan sastrawan.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah (1) Bagaimana peranan pembinaan bahasa di lingkungan akademik?, (2) Apakah ipembinaan bahasa bisa dilakukan di tingkat internasional?. Dari kedua rumusan masalah tersebut, penulis memiliki tujuan penelitian (1) Untuk mengetahui bagaimana peranan pembinaan bahasa di lingkungan akademik dan (2) Untuk mengetahui apakah pembinaan bahasa bisa dilakukan di tingkat internasional.
II. METODE PENELITIAN
Metodeapenelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitiatif studi pustaka. (Darmalaksana, 2020) menuturkanaalebihiilanjutamengenai tahapaniipenelitian dalam metode kualitatifiistudiiipustakaiidilakukaniidenganiicaraiimenghimpuniisumber kepustakaan. Setelah data dikumpulkan akan dilakukaniipengolahan data untukiimendapatkan informasiiiyang utuh, daniidiinterpretasikan hinggaiimenghasilkaniipengetahuaniisehinggaiidapatiiditarikiimenjadiiik esimpulan.
III. HASIL PEMBAHASAN
A. Peran Pembinaan Bahasa di Lingkukan Akademik
Menurut (Rusyana, 1999)iipenggunaan ibahasa ioIndonesia .di
lingkungan.iakademik isangatlah iberperan sebagai alat komunikasi dan sebagai unsur yang memberikan corak keindonesiaan kepada mahasiswa untuk imengembangkan tata kehidupan kampus, digunakan dalam kegiatan pendidikan mahasiswa yaitu pada saat kegiatan perkuliahan, permbuatan karya..tulis dan lain-lain. Akan tetapi, (Febri et al., 2019) mengemukakan bahwa seringkali mahasiswa menggunakan..bahasaooyang..tidakiibaku,iibahkanokerapkali menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa dalam merespon hal-hal yang sedang terjadi. Lebih lanjut (Febri et al., 2019) memaparkan penggunaan Bahasa Indonesia dikalangan mahasiswa tidak sefasih ketika mahasiswa menggunakan bahasa informal. Hal ini dipicu karena kurangnya mahasiswa berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak jarang, timbul suatu ketidak wajaran mahasiswa ketika mereka menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Mahasiswa yang sekiranya kurang bisa berbahasa Indonesia dengan baku, adalah mahasiswa yang kerap mencampurkan bahasa daerah ke dalam kaidah berbahasa yang ia lisankan
Peristiwa tersebut menurut (Pitoyo, 2017) dinamakan sebagai
peristiwa kedwibahasaan dalam ragam lisan. Hal ini adalah gejala bahasa yang muncul akibat penggunaan dua bahasa atau lebih. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Pitoyo, 2017) hal ini merupakan fenomenal social dan fenomena bahasa. Akan tetapi, sebagai gejala bahasa dan gejala social, interferensi seperti ini merupakan wujud penyimpangan kaidah akibat adanya kontra bahasa, kontra bahasa disini seperti penutur jawa yang lebih sering meganti fonem /a/ dengan /o/ dalam berbicara.
Bahasa jawa yang digunakan dalam konteks perkuliahan dilatar
belakangi karena mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) di dominasi oleh suku Jawa. Namun, dalam hal berbahasa, mereka menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa yang terbilang aktif di saat sesi perkuliahan berlangsung. Selain itu, mahasiswa juga sering dengan sengaja ataupun tidak mau membiasakan bertutur dengan memasukkan unsur kedua bahasa tersebut, antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. (Chaer & Agustina, 2004) menyatakan bahwa dilihat dari segi “kemurnian bahasa” interefensi pada tingkat apapun merupakan “penyakit” sebab merusak bahasa dan perlu dihindari.
Permasalahan interferensi menurut (Effendi et al., 2018) muncul
karena para penutur atau pelaku interferensi merupakan pengguna dua bahasa yang telah terkebih dahulu menguasai bahasa Jawa sebagai bahasa ibu, sehingga mereka akan terpengaruh ketika menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Hal ini sejalan dengan pendapat (Hartmann & Stork, 1972) yang menyatakan bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan terbawanya kebiasaan ujaran bahasa Ibu ke dalam bahasa kedua. Diperlukannya pembinaan bahasa yang lebih mengenai interferensi ber-bahasa yang telah mereka lakukan, mengingat bahwa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia disiapkan untuk menjadi calon guru Bahasa Indonesia di era mendatang. Dalam perkembangan bahasa, pembinaan bahasa Indonesia berperan untuk menumbuhkan sikap positif. Peningkatan sikap itu bertujuan untuk (1) Meningkatkan kegairahan berbahasa Indonesia, (2)Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia (Halim, 1976) menuturkan sikap itu sendiri memiliki tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku/psikomotorik.
Komponeniiikognitifiiiadalah pengetahuan seseorang mengenai
bahasa secara keseluruhan sampai dengan pengolongan serta hubungan-hubungan bahasa tersebut entah sebagai bahasa Indonesia, bahasa asing, ataupun bahasa daerah. Komponen kongnitif juga dapat diartikan sebagai sebuah pengetahuan sesorang yang mencapup tingkat pemahaman, keyakinan terhadap berbagai konspe bahasa Indonesia yang menjadi objek, dan penilaian yang melibatkan pemberian kualitas disukai atau tidak disukai, diperlukan atau tidak diperlukan, baik atau buruk terhadap bahasa Indonesia yang menjadi objek sikap.
Komponen afektif menurut (Halim, 1976) menyangkut perasaan
atau emosi yang menjiwai pengetahuan dan aggasan yang terdapat di dalam komponen kognitif. Komponen afektif juga mencakup tingkat perasaan tertentu terhadap hal-hal yang berkaitan dengan objek bahasa Indonesia, seperti hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai, termasuk dalam cakupan ini adalah rasa mantap, rasa tergerak, rasa kagum, rasa bangga, rasa termotivasi, dan sejenisnya.
Komponen konduite/psikomotorik merupakan perilaku yang
berhubungan dengan perbuatan atau aksi menggunakan cara tertentu. (Muslihah, 2015) menuturkan bahwa komponen ini meliputi seluruh kesiapan atau kecenderungan perilaku buat menaruh tanggapan terhadap bahasa Indonesia yg menjadi objek sikap. Ketiga komponen tadi tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi memperlihatkan bahwa manusia merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa apa yg dipikirkan seseorang tidak akan terlepas menurut perasaannya. Masing-masing komponen nir berdiri sendiri, tetapi merupakan hubungan dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.
B. Pembinaan Bahasa di Tingkat Internasional menggunakan
strategi BIPA
Eraiiglobalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu
dahsyat menuntut para pengambiliikebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan denganiimasalahiipembinaaniibahasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Sebagaimana dikemukakan oleh Featherston (dalam Lee, 1996) Globalisasi menembus batas-batas budaya melalui semakin luasnya komunikasi, dan meningkatnya orang asing yang datang ke Indonesia.
Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang
cukup pesat, perkembangan diiiluariinegeri pun sangat menggembirakan. Data terakhiriimenunjukkan setidaknya ada 52 negara asing telah membuka software bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan tehadap bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam generation globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran mediaiimassa.iiDenganiiadanyaiitantanganiitersebut,iimakaiiidiperlukan nya strategi pengajaran bahasa asing bagi penutur asing (BIPA) agar perkembangan bahasa juga diiringi oleh pembinaan bahasa berskala internasional.
Tujuan..pembelajaran..BIPA menurut (Arifin, 2018) memiliki kaitan
yang..erat..denganpmasalah..pemenuhan kebutuhan. Sejalan dengan masalah ini, Mackey dan Mountford (dalam Sofyan: 1983) menjelaskan bahwa ada tigaiikebutuhan yang mendorong seseorang belajar bahasa, yakni (1) kebutuhan akan pekerjaan, (2) kebutuhan program latihan kejuruan, dan (3) kebutuhan untuk belajar. Sesuai dengan pendapat itu, Hoed (1995) menyatakan bahwaiiprogram BIPA bertujuan untuk (1) mengikuti kuliah diperguruan tinggi Indonesia, (2) membaca buku dan surat kabar gunaiikeperluan penelitian, dan (three) berkomunikasiiisecara lisan dalamookehidupan isehari-hari di Indonesia. iKetiga itujuan iitu imasing-masing imasih idapat idiperluas ilagi imenjadi ibeberapa itujuan ikhusus, imisalnya iuntukiimengikuti kuliah di perguruan tinggi Indonesia memerlukan pengetahuan ibahasa Indonesia isesuai idengan ibidang iilmu iyang idiikuti i(ilmu sosial, ilmu teknik, ekonomi, dan sebagainya). iBegitu ipula iuntuk keperluan ipenelitian itergantung idari ibidang iapa iyang iakan iditeliti. iUntuk ibelajar ibahasa iIndonesia ilisan iguna ikeperluan ikomunikasi penduduk idiperlukan ipula ipengkhususan, imisalnya ikomunikasi iformal dan qinformal.
Pembelajaran BIPA memiliki karakteristikiidaniinormaiipedagogik
yang berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada penutur asli. Perbedaan tersebut terjadi karena (1) pelajar BIPA pada umumnya telah memiliki jangkauan dan target hasil pembelajaran secara tegas, (2) dilihat dari tingkat pendidikannya, pada umumnya pelajar BIPA adalah orang-orang terpelajar, (3) para pelajar BIPA memiliki gaya belajar yang khas dan kadang-kadang didominasi oleh latar belakang budaya, (4) sebagian besar pelajar BIPA memiliki minat, dan motivasi yang tinggi terhadap bahasa Indonesia, (5) para pelajar BIPA memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, dan (6) karena perbedaan sistem bahasa, menyebabkan pelajar BIPA banyak menghadapi kesulitan terutama dalam masalah pelafalan dan penulisan. Strategi pengajaran BIPAiilebih imenekankan ipada ipenggunaan ibahasa idaripada imenjelaskan itata ibahasa. iGuru idalam ipembelajaran ilebih ibanyak imemfungsikan idirinyaiisebagai mitra bicara ibagi isiswanya. iDalam ihal ini, guruiimemberikan latihan pemakaian bahasa untuk berkomunikasi. Untuk itu, meteri pembelajaran diwujudkan dalam bentuk iketerampilan iberbahasa. Dalam ipembelajaran BIPA, bahasa Indonesia iditempatkan isebagai alat komunikasi, bukan sebagai materi bahasa yang dilafalkan atau dianalisis. iBahasa IndonesAia difungsikan isebagai ialat komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, dalam pembelajaran BIPA, tujuan yang ingin idicapai adalah ikemampuan pelajar untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang dipelajarinya. iDengan idemikian, pelajar diharapkan dapat memiliki kemampuan komunikatif, sejalan idengan harapan tersebut, dalam pembelajaran BIPA, iditekankan ikepada pelajar iBIPA itentang (1) pengetahuan tentang bentuk bahasa yang mungkin dikatakan, (2) ipengetahuan itentang kata yang akan idituturkan dan dapat idipahami ioleh pendengar, (3) ipengetahuan tentang ikata iyang isesuai idan iwajar imenurut ikonteksnya, idan (4) ipengetahuan itentang kata yang pernah idiujarkan iorang. iDengan ipenguasaan ikeempat ihal itersebut, iseseorang dapat berbahasa isecara iberterima.
Lebih ilanjut, iRichard dan Rodgers (1986) imenjelaskan ibahwa
dalam ikaitannya idengan ibelajar ibahasa iancangan komunikatif imengajukan tiga iprinsip, iyakni (1). iBelajar bahasa iterjadi iapabila ikegiatan pitu tberlangsung .dalam .suatu qkomunikasi tyang enyata, (2). iDalam ikegiatan ikomunikasi iseperti iini, ibahasa inyata-nyata idigunakan, idan (3). iPenggunaan ibahasa iyang inyata pinilah lyang abagi qpelajar cbermakna esekaligus cfungsional. xDengan qsituasi kyang qdemikian ini, gprinsip jkomunikasi rdi kelas rataupun .di.luar kelas..dapat..diterapkan..dalam..keterpaduan keterampilan dengan adanya kesenjangan informasi, transfer informasi, adanya umpan balik, dan negosiasi serta koreksi pada informasi.
IV. KESIMPULAN
Penggunaan Bahasa Indonesia dilingkungan akademis berfungsi
sebagai alat komunikasi yang memberikan corak keindonesiaan kepada mahasiswa dan dosen di lingkunganiikampus. Akan tetapi masih didapati bahwa mahasiswa kerapkali melakukan interferensi berbahasa. Hal ini dipicu karena mahasiswaiiadalah mayoritas suku Jawa, mereka kesulitan saat mengucapkan fonem /a/ dan menggantinya menggunakan fonem /o/. Hal ini terjadi karena mereka terlebih dahulu mempelajari bahasa Jawaiisebagai bahasa ibu, sehingga mereka akan terpengaruh ketika menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa kedua. Diperlukannya pembinaan bahasa agar para mahasiswa dapat menumbuhkan sikap positif dalam penggunaan bahasa yang mencakup komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku/psikomotorik.
Era..globalisasi..yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu
dahsyat menuntut para pengambiliikebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih..menyempurnakaniidan meningkatkan semua sektor yang..berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan. Terdapat 52iinegara yang telah membuka software bahasa Indonesia. Akan tetapii dengan perkembangan bahasa yang cukup pesat ini, semakin besar pula tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu pembinaan bahasa menggunakan strategi BIPA adalah salah satu cara yang efektif dalam pembinaan bahasa yang berskala internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Z. (2018). “Undang-Undang Bahasa”: Sebuah Instrumen Bagi
Pembinaan Bahasa Dalam Era Globalisasi*). Pujangga, 3(2), 119. https://doi.org/10.47313/pujangga.v3i2.438 Chaer, A., & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: perkenalan awal. Penerbit PT Rineka Cipta. Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1–6. http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf Effendi, D. I., Studi, P., Bahasa, P., & Samudra, U. (2018). BAHASA INDONESIA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS. 1(1), 10–14. Febri, C., Br, L., Yani, F., Siregar, Y. R., Pend, P., Indonesia, S., & Unimed, F. B. S. (2019). Analisis Pemakaian Bahasa Indonesia : Studi Deskriptif Atas Komunikasi Mahasiswa di Media Sosial. 24–27. Halim, A. (1976). Politik bahasa nasional (Vol. 2). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Halim, A., & Lumintaintang, Y. B. (1983). Kongres Bahasa Indonesia III. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hartmann, R. R. K., & Stork, F. C. (1972). Dictionary of language and linguistics. Muslihah, N. N. (2015). Menumbuhkan Sikap Positif terhadap Bahasa Indonesia melalui Pemahaman Makna Sumpah Pemuda. 301–314. Pitoyo, A. (2017). Interferensi bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dalam perkuliahan keprotokolan. Jurnal Pena Indonesia (JPI), 3(2), 4258. Rusyana, Y. (1999). Sastra Klasik Milik Bangsa Indonesia. Jakarta: Dimuat Dalam Cerita Rakyat Media Indonesia (30 Desember 1999). Tasai, A., & Arifin, E. Z. (2000). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.