Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH INTERVENSI BAHASA INDONESIA DENGAN

BAHASA DAERAH PADA PRODI PBSI UNS DAN PERAN


PEMBINAAN BAHASA

Disusun oleh:
Alfian Rosyidan Al-Haq
Dosen Pengampu:
Drs. Slamet, M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
PENGARUH INTERFERENSI TERHADAP
BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA
DAERAH PADA PRODI PBSI UNS DAN
PERAN PEMBINAAN BAHASA

Alfian Rosyidan Al-Haq


Universitas Sebelas Maret; alfianrosyidan_02@student.uns.ac.id

Abstrak: iPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan


pembinaan bahasa di lingkungan akademik, dan bagaimana pembinaan
bahasa di tingkat internasional melalui strategi BIPA dilaksanakan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitianiikualitatif studi pustaka dan
. sumber data dalam penelitian ini adalahiidengan cara menghimpun data
kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian. Setelah data dikumpulkan
akan dilakukaniipengolahan data untuk mendapatkan informasi yang utuh,
dan diinterpretasikan hingga menghasilkan pengetahuan yang dapat
ditarik menjadi kesimpulan. Hasil dariiipenelitian ini menunjukkan bahwa
pembinaan bahasa di lingkungan akademikiiadalah tindakan yang perlu
dilakukan, hal ini terjadi karena para akademisi masih sering melalukan
interferensiiiberbahasa dengan cara mencampurkannya dengan bahasa
daerah. Haliiini terjadi karena para akademisi menjadikan bahasa daerah
sebagai bahasa ibu.iiSedangkaniihasiliipenelitian dari rumusan masalah
kedua menunjukkan bahwa pembinaaniibahasa di tingkat internasional
melalui strategi BIPA memiliki tujuan dalam pemenuhan kebutuhan yaitu
(1) kebutuhan akan pekerjaan, (2) kebutuhan program latihan kejuruan,
dan (3) kebutuhan untuk belajar.

I. PENDAHULUAN

BahasaiiIndonesiaiiadalahiibahasaiiresmi yang telah diatur dalam


pasal 36 UUD Tahunii1945. Tidak hanya itu saja, bahasa Indonesia
juga telah dikukuhkan dan diperjelas dalam UU No 24 Tahun 2009
yang menetapkan fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukan sebagai
bahasa nasional. Fungsi tersebut adalah (1) sebagai lambang
kebanggaan nasional, (2) sebagaiiilambang identitas nasional, (3)
sebagai bahasa persatuan nasional dariiimasyarakat yang berbeda-
beda bahasa daerah, dan (4) sebagaiiibahasaiiperhubungan
antarbahasaiidaniiantarbudaya.iiDenganiiadanya UU tersebut, maka
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sudah sepantasnya
diposisikan sebagai bahasaiiyang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia.
Bahasa..Indonesiaiijuga..mengalami..perkembangan,,yang,,sangat
pesat, sehingga hal ini menyebabkan bahasa Indonesia bisa menjadi
bahasa modern di seluruh kepulauan Indonesia. Peresmian nama
bahasa Indonesia diprakasaiiioleh adanya ikrar Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Akan
tetapi (Halim & Lumintaintang, 1983)..menuturkan..pernyataan teks
SumpahkPemudayyangqketigawbukanlah sebuah bentukiipengakuan
tentang ‘berbahasa satu’, melainkan..sebuah..pernyataanrttekad
kebahasaan, yang menyatakan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia,
menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Jikaydilihat dari ikrar sumpah pemuda tahun 1928, maka dapat


diketahui bahwa sudah 93 tahun bangsa Indonesia mengakui bahasa
Indonesia sebagaiiibahasa nasional. BahasaggIndonesiayymerupakan
darah dan perekat jiwa nasionalisme bangsa Indonesia. iMaksud dari
perekatiijiwaiinasionalisme adalah bahasa Indonesia bisa menjadi
wahana penjalin bersemainya nasionalisme dalamiidiri masyarakat,
sehingga membuat seluruhiikepulauan yang ada di nusantara ini
menjadi satu yaitu bangsa Indonesia.

(Tasai & Arifin, 2000) menjelaskan secara tegas bahwa berkaitan


dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan
kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan
antarwarga, antardaerah, antarbudaya, dan (4) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar
belakangiisosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam
kesatuan kebangsaan Indonesia. Dan, di dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dunia pendidikan,
(3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Dalam kehidupan, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi antar


anggota masyarakat, bahasa itu dapat berupa lambang bunyi-suara,
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Komunikasi antar anggota
masyarakat dapat mengambil bentuk lain selain dengan menggunakan
bahasa, antara lain dapat berupa isyarat, bunyi lonceng, peluit, dan
sebagainya. Akan tetapi komunikasi menggunakan semua itu tidak
dapat dikatakan sebagai sebuah bahasa. Karena komunikasi
menggunakan bahasa adalah komunikasi yang dikhususkan dengan
mempergunakan alat-alat ucap manusia.

Di antara bermacam macam bahasa dan dialek yang berada


dalam suatu negara, ada satu yang dipilih menjadi bahasa dalam
administrasi negara, perundang-undangan, pertemuan-pertemuan
resmi dan sebagainya. Bahasa semacam itu disebut sebagai Bahasa
Resmi. Di Indonesia, bahasa resmi yang diakui adalah bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia diakui karena beberapa macam factor.
Pertama-tama karena bahasa melayu yang menjadi dasar bahasa
Indonesia sudah dikenal hampir seluruh wilayah di Nusantara, sifat
struktur bahasa yang mudah difahami, serta struktur bahasanya bisa
dengan mudah dapat menerima pengaruh luar dan dapat mempekaya
dirinya sendiri. Factor factor inilah yang membuat bahasa Indonesia
diakui sebagai Bahasa Resmi.

Dari sudut pandang ilmu bahasa, di Indonesia terdapat berbagai


macam bahasa.disetiap suku bangsa mempunyai suatu bahasa.
terdapat kurang lebih 746 buah bahasa daerah yang dipakai dan
dipelihara oleh para penuturnya. Bahasa-bahasa daerah itu
merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. Dalam
masa perkembangan dan pembangunan ini bahasa daerah masih
amat diperlukan untuk:

1. Memperkaya bahasa Indonesia, terutama dalam memperkaya


perbendaharaan kata-kata dalam benuk kata.
2. Dengan mengenal bahasa daerah masyarakat bisa mengenal
berbagai macam factor penting yang menentukan corak dan
struktur masyarakat di Indonesia
3. Dengan mengenal beberapa aspek bahasa-bahasa daerah,
misalnya mengenal kesusastraan daerah, kita dapa melihat
adanya kesamaan rema, gaya bahasa dan ragam
kesusastraannya.

Faktor pengenalan daerah-daerah melalui bahasa-bahasa daerah


atau unsur-unsur bahasa daerah, turut pula meletakkan dasar
kesatuan dan persatuan bangsa, serta dapat menanam rasa saling
menghargai yang sedalam-dalamnya. Akan tetapi hari ini, tidak dapat
dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan
bahasa asing sebagai bahasa ketiga. Jelaslah dalam kehadiran dua
kelompok bahasa di luar bahasa Indonesia, yaitu bahasa daerah dan
bahasa asing akan memberikan persoalan yang rumit untuk
dipecahkan. Karena dalam penggunaannya, ketiga bahasa itu tidak
dapat melepaskan diri dari perosalan sehingga akan saling
berpengaruh.

Oleh sebab itu, masalahiipembinaan daniipengembangan bahasa


adalah masalah nasional yang jalinannya sangat kompleks. Sehingga
hal ini harus cepat ditangani denganiisedemikian rupa lalu pembinaan
dan pengembangan bahasa dapat iimemanfaatkan kemultilingualan itu
menjadi sesuatu yang menguntungkaniiperkembangan bahasa itu
sendiri. Usaha dalamiipembinaaniibahasa berkenan dengan
pelaksanaaniikegiataniipenyebaran bahasa iiIndonesia kepada
masyarakat dengan berbagai cara, seperti usaha penyuluhan bahasa,
penuturan bahasa, dan bengkel bahasa.

iiiiiiJikaiidilihatiidari..segipmasyarakat..atau insane sebagai..sasaran


pembinaan..bahasa,iiorang-orang itu..terdiri..dari.berbagai..golongan
masyarakat, baik..penutur..asli….maupun bukan penutur asli.iiSasaran
itu mencakup orang yang imasihiibersekolah,iiorang yang sudah tidak
bersekolah, khalayak guru pada setiap jenjang dan jenis pendidikan,
khalayak awak komunikasi massa cetak dan elektronik, khalayak di
bidang industri, perdagangan, penerbit, perpustakaan, dan pada
lingkungan peneliti dan sastrawan.

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah (1) Bagaimana peranan pembinaan bahasa di
lingkungan akademik?, (2) Apakah ipembinaan bahasa bisa dilakukan
di tingkat internasional?. Dari kedua rumusan masalah tersebut,
penulis memiliki tujuan penelitian (1) Untuk mengetahui bagaimana
peranan pembinaan bahasa di lingkungan akademik dan (2) Untuk
mengetahui apakah pembinaan bahasa bisa dilakukan di tingkat
internasional.

II. METODE PENELITIAN

Metodeapenelitian yang digunakan dalam penelitian ini


menggunakan metode kualitiatif studi pustaka. (Darmalaksana, 2020)
menuturkanaalebihiilanjutamengenai tahapaniipenelitian dalam metode
kualitatifiistudiiipustakaiidilakukaniidenganiicaraiimenghimpuniisumber
kepustakaan. Setelah data dikumpulkan akan dilakukaniipengolahan
data untukiimendapatkan informasiiiyang utuh, daniidiinterpretasikan
hinggaiimenghasilkaniipengetahuaniisehinggaiidapatiiditarikiimenjadiiik
esimpulan.

III. HASIL PEMBAHASAN

A. Peran Pembinaan Bahasa di Lingkukan Akademik

Menurut (Rusyana, 1999)iipenggunaan ibahasa ioIndonesia .di


lingkungan.iakademik isangatlah iberperan sebagai alat komunikasi
dan sebagai unsur yang memberikan corak keindonesiaan kepada
mahasiswa untuk imengembangkan tata kehidupan kampus,
digunakan dalam kegiatan pendidikan mahasiswa yaitu pada saat
kegiatan perkuliahan, permbuatan karya..tulis dan lain-lain. Akan
tetapi, (Febri et al., 2019) mengemukakan bahwa seringkali mahasiswa
menggunakan..bahasaooyang..tidakiibaku,iibahkanokerapkali
menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa dalam
merespon hal-hal yang sedang terjadi.
Lebih lanjut (Febri et al., 2019) memaparkan penggunaan Bahasa
Indonesia dikalangan mahasiswa tidak sefasih ketika mahasiswa
menggunakan bahasa informal. Hal ini dipicu karena kurangnya
mahasiswa berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak jarang, timbul suatu ketidak
wajaran mahasiswa ketika mereka menggunakan bahasa Indonesia
yang baku. Mahasiswa yang sekiranya kurang bisa berbahasa
Indonesia dengan baku, adalah mahasiswa yang kerap
mencampurkan bahasa daerah ke dalam kaidah berbahasa yang ia
lisankan

Peristiwa tersebut menurut (Pitoyo, 2017) dinamakan sebagai


peristiwa kedwibahasaan dalam ragam lisan. Hal ini adalah gejala
bahasa yang muncul akibat penggunaan dua bahasa atau lebih.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Pitoyo, 2017) hal ini merupakan
fenomenal social dan fenomena bahasa. Akan tetapi, sebagai gejala
bahasa dan gejala social, interferensi seperti ini merupakan wujud
penyimpangan kaidah akibat adanya kontra bahasa, kontra bahasa
disini seperti penutur jawa yang lebih sering meganti fonem /a/ dengan
/o/ dalam berbicara.

Bahasa jawa yang digunakan dalam konteks perkuliahan dilatar


belakangi karena mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI)
di dominasi oleh suku Jawa. Namun, dalam hal berbahasa, mereka
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa yang terbilang aktif di
saat sesi perkuliahan berlangsung. Selain itu, mahasiswa juga sering
dengan sengaja ataupun tidak mau membiasakan bertutur dengan
memasukkan unsur kedua bahasa tersebut, antara bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia. (Chaer & Agustina, 2004) menyatakan bahwa
dilihat dari segi “kemurnian bahasa” interefensi pada tingkat apapun
merupakan “penyakit” sebab merusak bahasa dan perlu dihindari.

Permasalahan interferensi menurut (Effendi et al., 2018) muncul


karena para penutur atau pelaku interferensi merupakan pengguna
dua bahasa yang telah terkebih dahulu menguasai bahasa Jawa
sebagai bahasa ibu, sehingga mereka akan terpengaruh ketika
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Hartmann & Stork, 1972) yang menyatakan
bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan
terbawanya kebiasaan ujaran bahasa Ibu ke dalam bahasa kedua.
Diperlukannya pembinaan bahasa yang lebih mengenai interferensi
ber-bahasa yang telah mereka lakukan, mengingat bahwa Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia disiapkan untuk menjadi calon
guru Bahasa Indonesia di era mendatang. Dalam perkembangan
bahasa, pembinaan bahasa Indonesia berperan untuk menumbuhkan
sikap positif. Peningkatan sikap itu bertujuan untuk (1) Meningkatkan
kegairahan berbahasa Indonesia, (2)Peningkatan mutu pemakaian
bahasa Indonesia (Halim, 1976) menuturkan sikap itu sendiri memiliki
tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan
komponen perilaku/psikomotorik.

Komponeniiikognitifiiiadalah pengetahuan seseorang mengenai


bahasa secara keseluruhan sampai dengan pengolongan serta
hubungan-hubungan bahasa tersebut entah sebagai bahasa
Indonesia, bahasa asing, ataupun bahasa daerah. Komponen kongnitif
juga dapat diartikan sebagai sebuah pengetahuan sesorang yang
mencapup tingkat pemahaman, keyakinan terhadap berbagai konspe
bahasa Indonesia yang menjadi objek, dan penilaian yang melibatkan
pemberian kualitas disukai atau tidak disukai, diperlukan atau tidak
diperlukan, baik atau buruk terhadap bahasa Indonesia yang menjadi
objek sikap.

Komponen afektif menurut (Halim, 1976) menyangkut perasaan


atau emosi yang menjiwai pengetahuan dan aggasan yang terdapat di
dalam komponen kognitif. Komponen afektif juga mencakup tingkat
perasaan tertentu terhadap hal-hal yang berkaitan dengan objek
bahasa Indonesia, seperti hal yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan, disukai atau tidak disukai, termasuk dalam cakupan ini
adalah rasa mantap, rasa tergerak, rasa kagum, rasa bangga, rasa
termotivasi, dan sejenisnya.

Komponen konduite/psikomotorik merupakan perilaku yang


berhubungan dengan perbuatan atau aksi menggunakan cara tertentu.
(Muslihah, 2015) menuturkan bahwa komponen ini meliputi seluruh
kesiapan atau kecenderungan perilaku buat menaruh tanggapan
terhadap bahasa Indonesia yg menjadi objek sikap. Ketiga komponen
tadi tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi memperlihatkan bahwa
manusia merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa apa yg
dipikirkan seseorang tidak akan terlepas menurut perasaannya.
Masing-masing komponen nir berdiri sendiri, tetapi merupakan
hubungan dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.

B. Pembinaan Bahasa di Tingkat Internasional menggunakan


strategi BIPA

Eraiiglobalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu


dahsyat menuntut para pengambiliikebijakan di bidang bahasa bekerja
lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua
sektor yang berhubungan denganiimasalahiipembinaaniibahasa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Sebagaimana dikemukakan oleh
Featherston (dalam Lee, 1996) Globalisasi menembus batas-batas
budaya melalui semakin luasnya komunikasi, dan meningkatnya orang
asing yang datang ke Indonesia.

Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang


cukup pesat, perkembangan diiiluariinegeri pun sangat
menggembirakan. Data terakhiriimenunjukkan setidaknya ada 52
negara asing telah membuka software bahasa Indonesia (Indonesian
Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin
meningkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa
Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun
perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain
peluang dan tantangan tehadap bahasa Indonesia semakin besar pula.
Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam generation globalisasi ini
antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran
mediaiimassa.iiDenganiiadanyaiitantanganiitersebut,iimakaiiidiperlukan
nya strategi pengajaran bahasa asing bagi penutur asing (BIPA) agar
perkembangan bahasa juga diiringi oleh pembinaan bahasa berskala
internasional.

Tujuan..pembelajaran..BIPA menurut (Arifin, 2018) memiliki kaitan


yang..erat..denganpmasalah..pemenuhan kebutuhan. Sejalan dengan
masalah ini, Mackey dan Mountford (dalam Sofyan: 1983) menjelaskan
bahwa ada tigaiikebutuhan yang mendorong seseorang belajar
bahasa, yakni (1) kebutuhan akan pekerjaan, (2) kebutuhan program
latihan kejuruan, dan (3) kebutuhan untuk belajar. Sesuai dengan
pendapat itu, Hoed (1995) menyatakan bahwaiiprogram BIPA
bertujuan untuk (1) mengikuti kuliah diperguruan tinggi Indonesia, (2)
membaca buku dan surat kabar gunaiikeperluan penelitian, dan (three)
berkomunikasiiisecara lisan dalamookehidupan isehari-hari di
Indonesia. iKetiga itujuan iitu imasing-masing imasih idapat idiperluas
ilagi imenjadi ibeberapa itujuan ikhusus, imisalnya iuntukiimengikuti
kuliah di perguruan tinggi Indonesia memerlukan pengetahuan ibahasa
Indonesia isesuai idengan ibidang iilmu iyang idiikuti i(ilmu sosial, ilmu
teknik, ekonomi, dan sebagainya). iBegitu ipula iuntuk keperluan
ipenelitian itergantung idari ibidang iapa iyang iakan iditeliti. iUntuk
ibelajar ibahasa iIndonesia ilisan iguna ikeperluan ikomunikasi
penduduk idiperlukan ipula ipengkhususan, imisalnya ikomunikasi
iformal dan qinformal.

Pembelajaran BIPA memiliki karakteristikiidaniinormaiipedagogik


yang berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada penutur
asli. Perbedaan tersebut terjadi karena (1) pelajar BIPA pada
umumnya telah memiliki jangkauan dan target hasil pembelajaran
secara tegas, (2) dilihat dari tingkat pendidikannya, pada umumnya
pelajar BIPA adalah orang-orang terpelajar, (3) para pelajar BIPA
memiliki gaya belajar yang khas dan kadang-kadang didominasi oleh
latar belakang budaya, (4) sebagian besar pelajar BIPA memiliki minat,
dan motivasi yang tinggi terhadap bahasa Indonesia, (5) para pelajar
BIPA memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, dan (6)
karena perbedaan sistem bahasa, menyebabkan pelajar BIPA banyak
menghadapi kesulitan terutama dalam masalah pelafalan dan
penulisan.
Strategi pengajaran BIPAiilebih imenekankan ipada ipenggunaan
ibahasa idaripada imenjelaskan itata ibahasa. iGuru idalam
ipembelajaran ilebih ibanyak imemfungsikan idirinyaiisebagai mitra
bicara ibagi isiswanya. iDalam ihal ini, guruiimemberikan latihan
pemakaian bahasa untuk berkomunikasi. Untuk itu, meteri
pembelajaran diwujudkan dalam bentuk iketerampilan iberbahasa.
Dalam ipembelajaran BIPA, bahasa Indonesia iditempatkan isebagai
alat komunikasi, bukan sebagai materi bahasa yang dilafalkan atau
dianalisis. iBahasa IndonesAia difungsikan isebagai ialat komunikasi
baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
BIPA, tujuan yang ingin idicapai adalah ikemampuan pelajar untuk
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
dipelajarinya. iDengan idemikian, pelajar diharapkan dapat memiliki
kemampuan komunikatif, sejalan idengan harapan tersebut, dalam
pembelajaran BIPA, iditekankan ikepada pelajar iBIPA itentang (1)
pengetahuan tentang bentuk bahasa yang mungkin dikatakan, (2)
ipengetahuan itentang kata yang akan idituturkan dan dapat idipahami
ioleh pendengar, (3) ipengetahuan tentang ikata iyang isesuai idan
iwajar imenurut ikonteksnya, idan (4) ipengetahuan itentang kata yang
pernah idiujarkan iorang. iDengan ipenguasaan ikeempat ihal
itersebut, iseseorang dapat berbahasa isecara iberterima.

Lebih ilanjut, iRichard dan Rodgers (1986) imenjelaskan ibahwa


dalam ikaitannya idengan ibelajar ibahasa iancangan komunikatif
imengajukan tiga iprinsip, iyakni (1). iBelajar bahasa iterjadi iapabila
ikegiatan pitu tberlangsung .dalam .suatu qkomunikasi tyang enyata,
(2). iDalam ikegiatan ikomunikasi iseperti iini, ibahasa inyata-nyata
idigunakan, idan (3). iPenggunaan ibahasa iyang inyata pinilah lyang
abagi qpelajar cbermakna esekaligus cfungsional. xDengan qsituasi
kyang qdemikian ini, gprinsip jkomunikasi rdi kelas rataupun .di.luar
kelas..dapat..diterapkan..dalam..keterpaduan keterampilan dengan
adanya kesenjangan informasi, transfer informasi, adanya umpan
balik, dan negosiasi serta koreksi pada informasi.

IV. KESIMPULAN

Penggunaan Bahasa Indonesia dilingkungan akademis berfungsi


sebagai alat komunikasi yang memberikan corak keindonesiaan
kepada mahasiswa dan dosen di lingkunganiikampus. Akan tetapi
masih didapati bahwa mahasiswa kerapkali melakukan interferensi
berbahasa. Hal ini dipicu karena mahasiswaiiadalah mayoritas suku
Jawa, mereka kesulitan saat mengucapkan fonem /a/ dan
menggantinya menggunakan fonem /o/. Hal ini terjadi karena mereka
terlebih dahulu mempelajari bahasa Jawaiisebagai bahasa ibu,
sehingga mereka akan terpengaruh ketika menggunakan bahasa
indonesia sebagai bahasa kedua. Diperlukannya pembinaan bahasa
agar para mahasiswa dapat menumbuhkan sikap positif dalam
penggunaan bahasa yang mencakup komponen kognitif, komponen
afektif, dan komponen perilaku/psikomotorik.

Era..globalisasi..yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu


dahsyat menuntut para pengambiliikebijakan di bidang bahasa bekerja
lebih keras untuk lebih..menyempurnakaniidan meningkatkan semua
sektor yang..berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa.
Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup
pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan.
Terdapat 52iinegara yang telah membuka software bahasa Indonesia.
Akan tetapii dengan perkembangan bahasa yang cukup pesat ini,
semakin besar pula tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu
pembinaan bahasa menggunakan strategi BIPA adalah salah satu
cara yang efektif dalam pembinaan bahasa yang berskala
internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Z. (2018). “Undang-Undang Bahasa”: Sebuah Instrumen Bagi


Pembinaan Bahasa Dalam Era Globalisasi*). Pujangga, 3(2), 119.
https://doi.org/10.47313/pujangga.v3i2.438
Chaer, A., & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: perkenalan awal.
Penerbit PT Rineka Cipta.
Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan
Studi Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 1–6. http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian
Kualitatif.pdf
Effendi, D. I., Studi, P., Bahasa, P., & Samudra, U. (2018). BAHASA
INDONESIA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS. 1(1), 10–14.
Febri, C., Br, L., Yani, F., Siregar, Y. R., Pend, P., Indonesia, S., &
Unimed, F. B. S. (2019). Analisis Pemakaian Bahasa Indonesia :
Studi Deskriptif Atas Komunikasi Mahasiswa di Media Sosial. 24–27.
Halim, A. (1976). Politik bahasa nasional (Vol. 2). Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Halim, A., & Lumintaintang, Y. B. (1983). Kongres Bahasa Indonesia III.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Hartmann, R. R. K., & Stork, F. C. (1972). Dictionary of language and
linguistics.
Muslihah, N. N. (2015). Menumbuhkan Sikap Positif terhadap Bahasa
Indonesia melalui Pemahaman Makna Sumpah Pemuda. 301–314.
Pitoyo, A. (2017). Interferensi bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia
mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
dalam perkuliahan keprotokolan. Jurnal Pena Indonesia (JPI), 3(2),
4258.
Rusyana, Y. (1999). Sastra Klasik Milik Bangsa Indonesia. Jakarta:
Dimuat Dalam Cerita Rakyat Media Indonesia (30 Desember 1999).
Tasai, A., & Arifin, E. Z. (2000). Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai