Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

TUGAS

PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

BAHASA INDONESIA

NAMA
:
NAMA
: INDRIYATI AYU WULANDARI
NPM
: 112.110.091
NIM
: 142130034
KELAS
: B
KELAS
: A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS EKONOMI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
VETERAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
VETERAN
YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013 2013

Bab 4
Memahami Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat
A. Wacana Pembuka
Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat. Bahasa
tidak dapat dilepaskan dari budaya dan masyarakat pemakainya karena kelangsunan bahasa
sangat ditentukan oleh masyarakat pemakai bahasanya sendiri. Selain itu, bahasa merupakan
salah satu unsur dominan dari tujuh unsur kebudayaan yang universal. Dengan demikian,
bahasa memiliki peranan penting dalam masyarakat pemakai bahasa, baik pemakaian bahasa
secara formal maupun nonformal. Masing-masing bahasa memiliki peranan penting dalam
komunikasi baik verbal maupun nonverbal di masyarakat.
Hubungan masyarakat, bahasa, dan budaya juga dapat dilihat dari empat definisi
kebudayaan, yaitu (1) definisi yang melihat kebudayaan sebagai pengatur dan pengikat
masyarakat; (2) definisi yang melihat kebudayaan sebagai hal-hal yang diperoleh manusia
melalui belajar atau pendidikan; (3) definisi yang melihat kebudayaan sebagai kebiasaan dan
perilaku manusia; (4) definisi yang melihat kebudayaan sebagai sisten komunikasi yang
dipakai masyarakat untuk memperoleh kerja sama kesatuan, dan kelangsungan hidup
masyarakat. Berdasarkan keempat definisi tersebut, mungkin definisi keempat yang menjadi
ruh hubungan antara bahasa, budaya, dan masyarakat.
B. Ragam Bahasa dalam Berkomunikasi
Pemakaian bahasa yang memiliki berbagai ragam dan variasi bahasa, baik dialek
idiolek, slank, pidgin dan creol tentu memiliki keterkaitan dengan budaya masyarakat
pemakainya. Demikian juga bahasa-bahasa humor yang dipakai dalam wacana humor di
media cetak, televisi, dan radio tentu juga tidak terlepas dari budaya masyarakat pemakai dan
pendengarnya. Keterkaitan humor dengan budaya masyarakat ini akan melatarbelakangi dan
memberikan inspirasi dalam penciptaan wacana humor secara kreatif dan terikat konteks.
Tanpa memerhatikan konteks budaya masyarakat pembaca dan pendengarnya, wacanawacana humor yang diciptakan tentu juga akan hampa dan tidak mencapai sasaran yang
diinginkan penciptanya.

Uraian di atas tepat apabila dikaitkan dengan pendapat Fishman (1975: 15) Who
speaks what language to whom and when?, yaitu siapa penutur, menggunakan bahasa apa,
untuk siapa diucapkan dan kapan bahasa tersebut dikatakan pada lawan tuturnya pemakaian
bahasa dalam situasi formal ataupun nonformal tentu memiliki fungsi dan tujuan yang
berbeda-beda.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Jakobson; Holmes (1995: 286-287)
yang membedakan fungsi kemasyarakatan bahasa itu menjadi: (1) ekspresif, untuk
menyatakan perasaan, seperti Penulis benar-benar merasa senang sekarang. (2) direktif,
untuk menyuruh orang lain, seperti Bersihkan mobil ini! dan Dapatkan segera buku ini di
toko terdekat! (3) referensial, untuk memberikan informasi, misalnya Sapi adalah binatang
berkaki empat; Universitas Sebelas Maret akan mengadakan peringatan bulan Bahasa.
(4) metalinguistik, untuk menerangkan bahasa itu sendiri, misalnya Kursi adalah sejenis
tempat duduk. (5) puitik, untuk menciptakan karya yang estetis, seperti syair, slogan, dan
motto. Misalnya, Rawe-rawe rantas, Malang-malang putung. (6) fatis, untuk mengadakan
kontak dengan orang lain, misalnya Hai, Hallo, Apa kabar, Hallo Bung, Pergi ke kampus ya?
Berdasarkan fungsi kemasyarakata bahasa yang digunakan penutur dan lawan tutur
dalam berinteraksi membuktikan bahwa fungsi hakiki bahasa adalah untuk berkomunikasi.
Namun demikian, fungsi bahasa dalam komunikasi yang wajar akan berbeda dengan fungsi
bahasa yang digunakan dalam wacana humor. Hal ini dikarenakan kode-kode dalam wacana
humor memiliki berbagai kategori fungsi dengan berbagai teknik penciptaan dan variasinya
yang berbeda-beda.
C. Fungsi Bahasa dalam Berbagai Konteks
Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi dalam berbagai konteks. Baik
komunikasi secara tulis maupun lisan. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian bahasa di dalam
masyarakat akademik yang dapat difungsikan pada penulisan karya ilmiah/akademik seperti:
ringkasan buku, makalah seminar/lokakarya/workshop, skripsi, tesis, dan disertasi. Demikian
pula komunikasi lisan dapat dilihat wujudnya pada waktu civitas akademik memberikan
materi di kelas, seminar, diskusi, orasi ilmiah, stadium general, dan pidato pengukuhan
doktor maupun guru besar.

Makna kalimat baik tersurat maupun tersirat masing-masing dapat dimaknai


berdasarkan siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana tuturan itu diucapkan
dalam sebuah percakapan atau wacana.
Terkait dengan konteks dalam sebuah tuturan atau wacana, Kartomihardjo (1993: 2628) mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat dipilah menjadi: (1) konteks yang
berhubungan dengan pembicara dan pendengarnya, (2) konteks yang berhubungan dengan
tempat dan waktu, (3) konteks yang berhubungan dengan topik dan pembicaraan, (4) konteks
yang berhubungan dengan saluran yang digunakan, misalnya tulis, lisan, isyarat, kentongan,
dan sebagainya, (5) konteks yang berhubungan dengan kode yang digunakan dalam
berkomunikasi, (6) konteks yang berhubungan dengan bentuk pesan dan isinya, (7) konteks
yang berhubungan dengan peristiwa dan sifat-sifatnya yang khusus, (8) konteks yang
berhubungan dengan nada pembicaraan, serius, sinis, sarkastik, rayuan, dan lain-lain.
Konteks-konteks tersebut di atas, memiliki peran penting untuk memaknai suatu tuturan atau
wacana baik tekstual maupun kontekstual dalam wacana humor. Sementara itu, hal lain yang
tidak kalah penting dalam memaknai tuturan yang disampaikan pencipta huor adalah
implikatur, praangapan, inferensi, dan referensi.
D. Peluang Bahasa Indonesia di Dunia Internasional
Peluang bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa Internasional dalam pergaulan global
tetap menjadi sebuah harapan. Hal ini dapat dilihat dari fakta-fakta berikut ini. Pertama,
bahasa Indonesia menadi bahasa media massa untuk konsumsi internasional. Kedua, bahasa
Indonesia menjadi persyaratan bagi orang asing yang akan bekerja di Indonesia yakni dengan
tes Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI). Ketiga, bahasa Indonesia telah menjadi mata
pelajaran di negara lain. Bahasa Indonesia telah mendapat tempat istimewa di Australia dan
Suriname. Keempat, berdirinya balai bahasa Indonesia di Perth, Australia pada tanggal 22
April 200 (www.kompas.co.id). Kelima, banyaknya Lembaga Pengajaran Bahasa Indonesia
di negara lain.
Eksistensi bahasa Indonesia semakin mencuat ketika bahasa Indonesia mulai diminati
oleh orang asing baik yang berada di Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini terbukti
berdasarkan data di Pusat Bahasa terdapat 139 lembaga pengajaran bahasa Indonesia untuk

orang asing (BIPA) di luar Indonesia. Lembaga pengajaran BIPA tersebut tersebar di 73
negara, antara lain seperti: Australia, Amerika, Jepang, Jerman, Belanda, Inggris, Rusia,
Korea, dan Cina. Fakta ini semakin mendukung eksistensi bahasa Indonesia untuk menjadi
bahasa internasional dalam pergaulan global. Keenam, Bahasa Indonesia menjadi salah satu
lapangan pekerjaan bagi orang asing. Kedelapan, bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmu
pengetahuan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan tidak diragukan lagi.
Kesembilan, bahasa Indonesia berkaitan dengan bidang ekonomi. Peran bahasa Indonesia
dalam dunia ekonomi khususnya perdagangan jelas sangat membantu perkembangan dan
eksistensi bahasa Indonesia ke seluruh pelook tanah air dan dunia. Hal ini terlihat dari
berbagai fakta yang berkembang dari produk-produk kerajinan yang tersebar di pelosok
dunia. Kesepuluh, bahasa Indonesia berkaitan dengan bidang agama. Oleh karena itu, upaya
pelestarian bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan siar agama menggunakan sarana bahasa
yang baik dan benar.
E. Upaya Pengembangan Fungsi dan Eksistensi Bahasa Indonesia
Upaya pengembangan bahasa Indonesia secara berkesinambungan akan mampu
memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk bangga kepada bahasa Indonesia di
masyarakat nasional dan internasional. Uraian di atas memberikan gambaran bahwa bahasa
Indonesia memiliki peluang besar untuk bersaing menjadi bahasa Internasional dalam
pergaulan global. Namun demikian, diperlukan upaya secara terus-menerus dan pelestarian
bahasa Indonesia yang dimulai dari masyarakat Indonesia sendiri.
F. Wacana Penutup
Selain itu, perlu diwaspadai juga eksistensi bahasa Indonesia di pergaulan global
bukan berarti seagai kebanggaan semata tetapi juga bias mnejadi sebuah ancaman bagi
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, semua lapisan masyarakat Indonesia harus tetap satu visi
dan misi untuk menjaga keutuhan bangsa dengan mempelajari dan mengunakan bahasa
Indonesia agar sejajar dengan bahasa-bahasa lainnya. Artinya bukan berarti kita hanya
mempelajari bahasa Indonesia saja. Justru kalau bias kita mampu menguasai semua bahasabahasa di dunia sehingga akan mampu menguasai dunia tersebut. Dengan demikian,
impian untuk mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahkan bahasa

Internasional akan dapat terwujud apabila kita senantiasa mencintai dan menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan konteks pemakaiannya.

Anda mungkin juga menyukai