Anda di halaman 1dari 28

Nama:ADE KOSWARA

NIM:2001277002

PRODI:D3kep tingkat 1

1.jelaskan sejarah bahasa Indonesia berasal dari bahasa apa dan beberapa alesannya

Sejarah bahasa Indonesia

mempunyai akar dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan


berkembang dari bahasa Melayu yang sudah dipergunakan sebagai
bahasa penghubung bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan
hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.
Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan
Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi).

Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa


Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa
Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di
Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan
bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai
sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.

Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di


Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di
Nusantara maupun para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama
Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada
bahasa yang bernama Koen-louen. Yang dimaksud Koen-luen adalah
bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari


peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan
pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun
hasil susastra pada abad ke-16 dan abad ke-17 seperti Syair Hamzah
Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan
Bustanussalatin.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan


menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan
karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu
dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan
bertambah kukuh keberadaannya.

Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam


pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa
Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai
variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan


mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia sesuai isi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.

Alasan mengapa bahasa Melayu d pakai sebagai bahasa indonesia

1) Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,


2) Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa,
3) Keikhlasan suku daerah lain ,dan
4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan.
2.sebutkan ejaan yang pernah d pergunakan dalam bahasa Indonesia

1) Ejaan Van Ophuijsen

2) Ejaan Republik (edjaan repoeblik)


3) Pembaruan Ejaan (Bahasa Inggris: spelling reform)
4) Ejaan Melindo
5) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
3.jelaskan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia

Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi
bahasa di atas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan
dimanapun.

Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut:
1. fungsi ekspresi dalam bahasa
2. fungsi komunikasi dalam bahasa
3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)

Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan


beberapa fungsi lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:
1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.
2. Fungsi lebih memahami orang lain
3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;
5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik
6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:

Fungsi ekspresi
Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu
yang akan disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud :
a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),
b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.
Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif
keseharian individu, prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.

Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya,
komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi merupakan akibat
yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima
oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima,
dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.

Fungsi integrasi dan adaptasi sosial


Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam
suatu lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik
dalam lingkungan sendiri maupun dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa
yang digunakan sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat).
Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi
dengan kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui
bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang disepakati
sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri sebagai anggota suatu
masyarakat.

Fungsi kontrol sosial


Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam
masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami.
Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat
melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat berterima dengan
hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu
masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan,
pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat
bahasanya.
Fungsi membentuk karakter diri
Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri
Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18)
Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa dapat
dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa Indonesia.

Kedudukan Bahasa Indonesia


Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan
menjadi bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa
standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi masingmasing seperti berikut:

Bahasa Persatuan
Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa dan
antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu
ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928.

Bahasa Nasional
Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi pada dunia
luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1.Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia
2.Identitas nasional dimata internasional
3.Sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4. Pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa.

Bahasa negara
Bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai aktivitas
dengan rincian berikut:
1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,
2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,
3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan bagai negara Indonesi sebagai negara berkembang
4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (ILTEK)

Bahasa Baku
Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang
digunakan dalam pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut:
1. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,
2. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
4. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi
keterkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa Indonesia dan
merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya tingkat regional
ASEAN, dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensi bahasa
Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif.
4jelaskan pengertian afiksasi,prefiks,infiks,sufiks,simulfiks/konfiks dan contohnya

1. Prefiks

Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal
sebuah kata dasar. Kata “prefiks” sendiri diserap dari kata “prefix” yang
terdiri dari kata dasar “fix” yang berarti “membubuhi” dan prefiks “pre-“,
yang berarti “sebelum”.

Bahasa Indonesia terutama banyak menggunakan prefiks untuk


menurunkan sebuah kata. Dalam studi bahasa Semitik, sebuah prefiks
disebut dengan “preformatif”, karena prefiks dapat mengubah bentuk kata
yang dibubuhinya.

Contoh prefiks dalam bahasa Indonesia:

• berlari: ber- adalah prefiks yang memiliki arti “melakukan”


• seekor: se- adalah prefiks yang memiliki arti “satu”
• mahakuasa: maha- adalah prefiks serapan yang memiliki arti “paling”

Macam-macam Prefiks

• Prefiks di-

Berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif.


Contoh: diambil, diketik, ditulis, dijemput, dikelola

• Prefiks me-

Berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti
struktural. Prefiks ini mengandung beberapa arti:

1. ‘melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’.


Contoh: menari, melompat, mengarsip, menanam, menulis, mencatat
2. ‘membuat jadi atau menjadi’.
Contoh: menggulai, menyatai, menjelas, meninggi, menurun,
menghijau, menua
3. ‘mengerjakan dengan alat’.
Contoh: mengetik, membajak, mengail, mengunci, mengetam
4. ‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai’. Contoh: membujang,
menjanda, membabi buta
5. ‘mencari atau mengumpulkan’. Contoh: mendamar, merotan

• Prefiks ber-
Berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan
kata kerja sendiri) Prefiks ini mengandung arti :

1. ‘mempunyai’. Contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut


2. ‘memakai’. Contoh: berbaju biru, berdasi, berbusana.
3. ‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)’.
Contoh: berhias, bercukur, bersolek
4. ‘berada dalam keadaan’. Contoh: bersenang-senang, bermalas-
malas, berpesta-ria, berleha-leha
5. ‘saling’, atau ‘timbal-balik’ (resiprok).
Contoh: bergelut, bertinju, bersalaman, berbalasan

• Prefiks pe-

Berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda
sendiri. Prefiks ini mendukung makna gramatikal:

1. ‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’.


Contoh: penguji, pemisah, pemirsa, penerjemah, penggubah, pengubah,
penatar, penyuruh, penambang.
2. ‘alat untuk me…’. Contoh: perekat, pengukur, penghadang, penggaris
3. ‘orang yang gemar’.
Contoh: penjudi, pemabuk, peminum, pencuri, pecandu, pemadat.
4. ‘orang yang di …’. Contoh: petatar, pesuruh
5. ‘alat untuk …’. Contoh: perasa, penglihat, penggali

• Prefiks per-

Berfungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti:

1. ‘membuat jadi’ (kausatif). Contoh: perbudak, perhamba, pertuan


2. ‘membuat lebih’. Contoh: pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
3. ‘menbagi jadi’. Contoh: pertiga, persembilan

• Prefiks ter-

Berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki
antara lain ialah :

1. ‘dalam keadaan di’.


Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat
2. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’. Contoh: tertinju, terbawa, terpukul
3. ‘dapat di-‘. Contoh: terangkat, termakan, tertampung
4. ‘paling (superlatif)’.
Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
• Prefiks ke-

Berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan,


kata benda, dan kata kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke-
bermakna gramatikal ‘yang di … i’, atau ‘yang di … kan’, seperti pada
kata kekasih dan ketua.

2. Infiks
12.00

Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

MicrosoftInternetExplorer4

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata. Beberapa bahasa yang
memiliki infiks misalnya bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Tagalog, dan beberapa bahasa
lainnya.

Penurunan nomina dengan memakai infiks tidaklah produktif lagi dalam


bahasa Indonesia. Kita temukan kini beberapa contoh yang sudah
membatu dan oleh banyak orang dianggap sebagai kata yang
monomorfemis. Berikut daftar kata dalam bahasa Indonesia yang
memiliki/dapat diberi sisipan:

Sisipan -el-

• Jajah -> jelajah


• Geber -> geleber
• Gembung -> gelembung
• Getar -> geletar
• Gigi -> geligi
• Gogok -> gelogok
• Gosok -> gelosok
• Luhur -> leluhur
• Maju -> melaju
• Patuk -> pelatuk
• Sidik -> selidik
• Tapak -> telapak
• Tunjuk -> telunjuk
• Tangkup/tungkup -> telangkup/telungkup

Sisipan -er-

• Sabut -> serabut


• Suling -> seruling
• Gendang -> gerendang
• Gigi -> gerigi
• Kudung -> kerudung
• Runtuh -> reruntuh(an)
• Panjat -> peranjat
• Cerita -> ceritera

Sisipan -em-

• Cerlang -> cemerlang


• Jari -> jemari
• Kuning -> kemuning
• Kelut -> kemelut
• Kilau -> kemilau
• Serbak -> semerbak
• Tali -> temali
• Turun -> temurun
• Kata berawalan huruf “g”
o Gembung -> gelembung
o Gebyar -> gemebyar
o Geletuk -> gemeletuk/gemeretuk/gemertuk/gemeretup
o Gelugut -> gemelugut
o Geretak -> gemeretak/gemeletak
o Gerencang -> gemerencang
o Gerincing -> gemerincing
o Gerisik -> gemerisik
o Gerlap -> gemerlap
o Gertak -> gemertak
o Getar/gentar -> gemetar/gementar
o Gilang -> gemilang
o Gilap -> gemilap
o Girang -> gemirang
o Gulung -> gemulung
o Guntur -> gemuntur
o Guruh -> gemuruh

Bedakan dengan kata berawalan “p” yang dilekati awalan “pe-” yang
keduanya luluh menjadi “pem-“, misalnya “pemimpin” bukan “pimpin”
yang diberi infiks “-em-” melainkan “pimpin” yang diberi awalan “pe-“

Sisipan -in-

• Kerja -> kinerja


• Sambung -> sinambung
• Tambah -> tinambah

Sisipan -ah-

• Bagian -> bahagian


• Baru -> baharu
• Basa -> bahasa
• Cari -> cahari (dalam “mata pencaharian”)
• Dulu -> dahulu
• Rayu -> rahayu
• Saja -> sahaja
• Saya -> sahaya (dalam “hamba sahaya”)
• Tadi -> tahadi
• Asmaradana -> asmaradahana [1]
Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi infiks,
maka diperlukan pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya
membedakan bahwa kata “keledai” bukanlah kata “kedai” yang diberi
sisipan “-el-“.

3. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dibubuhkan pada akhir
sebuah kata. Dalam bahasa Indonesia, “-nya”, sebagai contoh adalah
sebuah sufiks.
Daftar akhiran dalam bahasa Indonesia

• -an
• -i
• -kan
• -ku, -mu, -nya
• -kah, -lah, -tah

Gabungan awalan dan akhiran/konfiks

• ke-an
• pe-an
• per-an

SUFIKS (akhiran)

• Sufiks –an

Sufiks –an pertama-tama berfungsi dalam bahasa Indonesia.

A. Fungsi

Sufiks –an pertama-tama berfungsi untk membentuk kata benda. Karena


pengaruh beberapa bahasa daerah atau dialek maka di sana-sini terdapat
pula sufiks –an yang berfungsi membentuk kata sifat, nemun bentuk ini
belum terlalu produktif.

B. Arti

Kata-kata yang mengandung sufiks –an, dapat mendukung salah satu arti
berikut:

• 1. Tempat

Contoh: pangkalan, pegangan, tumpuan, hadapan, dan lain-lain.


• 2. Perkakas atau alat

Contoh: ayunan, kurungan, timbangan, pikulan, dan lain-lain.

• 3. Hal atau cara

Contoh: Didikan: dapat berarti hal mendidik atau cara mendidik.

Balasan: hal membalas atau cara membalas.

• 4. Akibat atau hasil perbuatan

Contoh: buatan, hukuman, balasan, karangan, dan lain-lain.

• 5. Sesuatu yang di… atau sesuatu yang telah... seperti yang telah disebut
dalam kata dasar.

Contoh: larangan, catatan, tumbuhan, makanan, pantangan, pakaian,


karangan.

• 6. Seluruh atau himpunan

Contoh: lautan, sayuran, daratan, kotoran, dan lain-lain.

• 7. Menyerupai atau tiruan dari

Contoh: anak-anakan, kuda-kudaan, dan lain-lain.

• 8. Tiap-tiap

Contoh: harian, bulanan, mingguan, tahunan, lusinan, dan lain-lain.

• 9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang diesbut pada kata dasar

Contoh: manisan, asinan, kuningan, lapangan.

• 10. Menyatakan intensitas baik mengenai kuantitas maupun mengenai


kualitas.

Contoh: Mengenai kualitas: besaran, kecilan, tinggian.

• Mengenai kuantitas: buah-buahan, sayur-sayuran, tumbuh-tumbuhan,


dan lain-lain.

Sufiks -i

A. Bentuk
Tidak mengalami perubahan.

B. Fungsi

Sufiks –I berfungsi untuk membentuk kata kerja.

C. Arti

Tafsiran arti yang diturunkan dari kata-kata yang berakhiran –i adalah


sebagai berikut:

1. Menyatakan bahwa objek dari kata-kerja itu menunjukkan


suatu tempat atau arah berlangsungnya peristiwa tersebut ( lokatif ).
Karena objeknya itu menjadi tempat berlangsungnya suatu peristiwa,
maka akibatnya objek itu tidak bergerak, berada

dalam keadaan diam.

Contoh: Kami menanyai mereka.

Saya mengelilingi kota.

2. Kadang-kadang arti lokatif itu mendapat arti jhusus, yaitu memberi


kepada atau menyebabka sesuatu jadi.

Contoh: Menghargai jasa orang.

Menyakiti hatinya.

Menghormati orang tua.

3. Menyatakan intensitas, atau pekerjaan itu dilangsungkan berulang-

ulang (frekuentatif), atau pelakunya lebih dari satu orang.

Contoh: Tentara itu menembaki benteng musuh.

Anak-anak itu melempari anjing itu.

Sufiks -kan

A. Bentuk

• Bentuknya tidak berubah.

B. Fungsi

• Sufiks – kan berfungsi untuk membentuk kata kerja.


C. Arti

• Macam-macam bidang arti yang dapat didukung oleh sufiks – kan


adalah:

a. Menyatakan kausatif. Pengertian kaudatif berarti membuat,


menyebabkan sesuatu atau menjadikan sesuatu.

Contoh: menerbangkan, melemparkan, menyeberangkan,


mengemukakan, menyakitkan, dan lain-lain.

b. Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat,


atau membuat dengan.

Contoh: menikamkan tombak, memukulkan tongkat.

c. Menyatakan beneaktif, atau membuat untuk orang lain.

Contoh: membelikan, meminjamkan

d. Ada pula sufiks – kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari kata
tugas akan.

Contoh: mengharapkan = mengharap akan

sadarkan = sadar akan

Baik sufiks – kan maupun sufiks –i mempunyai fungsi yang sama yaitu
membentuk kata kerja. Tetapi kedua akhiran itu mengandung suatu
perbedaan terutama dalam hubungan dengan objeknya. Hubungan antara
kata kerja yang berakhiran –i dengan objeknya adalah objek berada dalam
keadaan diam, menjadi tempat berlangsungnya perbuatan itu. Sedangkan
untuk sufiks – kan , objeknya berada dalam keadaan bergerak.

Contoh: Perhimpunan itu mendatangkan sebuah regu sepak bola.

Kami sendiri mendatangi tempat itu.

Walaupun begitu kadang-kadang tidak terasa lagi perbedaan antara


kedua akhiran itu.

Sufiks -nya

Pertama-tama harus ditegaskan bahwa ada dua macam nya. Nya jenis
pertama adalah kata gantiorang ketiga tunggal, baik dalam fungsinya
sebagai pelaku atau pemilik. Dalam hal ini nya tidak berstatus
akhiran. Nya yang kedua adalah –nya yang berstatus akhiran.
Akhiran –nya mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Untuk mengadakan transposisi atau suatu jenis kata lain menjadi kata
benda.

Contoh: baik buruk nya, merajalela nya, timbul tenggelam nya.

b. Menjelaskan atau menekankan kata yang berasa di depannya.

Contoh: Tamunya belum datang.

Ambilah obatnya dan minumlah.

Di rumah itu ada hantunya.

c. Menjelaskan situasi.

Contoh: Ia belajar dengan rajinnya.

Angin bertiup dengan kencangnya.

Ia menyanyi dengan merdunya.

d. Di samping itu ada beberapa kata tugas dibentuk dengan


mempergunakan akhiran –nya.

Contoh: agaknya, rupanya, sesungguhnya, sebenarnya, dan lain-lain.

Sufiks -man, -wan, -wati

A. Bentuk

Ketiga macam sufiks ini berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa
Sansekerta bentuk sufiks –man dan –wan dipakai untuk menunjukkan
jenis jantan, sedangkan bentuk betina untuk masing-masing bentuk
adalah –mati dan –wati. Tetapi dalam bahasa Indonesaia sufiks –
mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiakan dengan
kata mati sebagai lawan kata hidup. Oleh sebab itu bentuk tersebut tidak
diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang sejajar dengan –man
dipergunakan bentuk –wati, yaitu bentuk betina dari –wan.

B. Arti

Arti ketiga sufiks ini adalah yang mempunyai.

Contoh: seniman cendekiawan seniwati

budiman karyawan wartawan


sukarelawan gerilyawan negarawan

Sufiks-Sufiks Asing

• Selain dari akhiran-akhiran yang telah dibahas di halaman-halaman lain,


masih banyak lagi akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam
bahasa Indonesia bersama-sama dengan penerimaan kata-kata dasarnya.
Ada yang tidak dirasakan sebagai akhiran, ada yang masih dirasakan
sebagai akhiran. Ada yang berfungsi untuk membentuk kata benda, ada
yang berfungsi untuk membentuk kata kerja juga kata sifat.

• Umumnya kedudukan sufiks-sufiks itu belum stabil; ada orang yang


ingin mempertahankannya sesuai dengan bentuk aslinya, ada pula yang
berusaha untuk mengadaptasikannya sesuai dengan struktur bahasa
Indonesia. Dalam hal yang terakhir ini seringkali kita terbentuk pada
perbedaan rasa atau pendapat, karena tak ada patokan bentuk mana yang
lebih sesuai dengan selera bahasa Indonesia.
• ari sekian banyak bentuk sufiks asing ini, cukup saja kita menyebut
beberapa: -isme, is, er, if, ir, il(akhiran –il menurut Pedoman EYD lebih
baik diganti dengan –al ), dan lain-lain. Contoh-contohnya banyak kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dalam koran-koran, buku-buku dan
sebagainya.

4. Konfiks
Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalan

dan akhiran yang membentuk satu kesatuan. Dalam bahasa Indonesia,

terdapat lima macam konfiks antara lain ke-an, pe-an, per-an, se-nya, dan

ber-an.

Agar Anda lebih mengenal konfiks, perhatikan ciri-ciri konfiks berikut.

1. Awalan dan akhiran diletakkan pada bentuk dasar secara serentak

(tidak bertahap).

Contoh:

Para tamu sudah berdatangan.

Imbuhan ber- dan -an melekat secara serentak pada bentuk dasar

datang menjadi berdatangan. Jadi, tidak melekat secara bertahap, yaitu

ber- + datang menjadi berdatang, kemudian berakhiran -an menjadi


berdatangan atau datang + -an menjadi datangan, kemudian dilekatkan

ber- menjadi berdatangan. Prosesnya dapat digambarkan sebagai

berikut.

ber- + datang + -an

berdatangan

bukan: ber- + datang + -an atau ber- + datang + -an

berdatang datangan

berdatangan berdatangan

2. Konfiks menyatakan satu makna gramatikal.

Jika salah satu konfiks itu dipisah/dipenggal, penggalan itu bukan

merupakan kata yang bermakna.

Contoh:

Kata berdatangan memiliki makna perbuatan yang dilakukan

banyak pelaku . Jika kata tersebut dipenggal menjadi berdatang dan

-an atau ber- dan datangan, kata tersebut tidak memiliki makna.

Konfiks terdiri atas lima macam sebagai berikut.

1. Konfiks ke-an

Konfiks ke-an berfungsi membentuk kata benda konkret, kata

benda abstrak, kata kerja pasif, dan kata sifat.

Makna imbuhan ke-an sebagai berikut.

a) menyatakan sifat

Contoh:

Aku kagum akan keindahan senja di Pantai Kuta.

keindahan = bersifat indah

b) menyatakan makna dalam keadaan


Contoh:

Ia menggigil kedinginan.

kedinginan = dalam keadaan dingin

c) menyatakan perbuatan yang dilakukan secara tidak sengaja

Contoh:

Ia ketiduran di kursi belajarnya.

ketiduran = tidak sengaja tidur

d) menyatakan makna terlalu

Contoh:

Baju Anisa kebesaran.

kebesaran = terlalu besar

e) menyatakan makna agak atau menyerupai

Contoh:

Ia memang masih kekanak-kanakan.

kekanak-kanakan = menyerupai anak-anak

f) menyatakan tempat atau daerah

Contoh:

Kedutaan besar negara-negara sahabat ada di Jakarta.

kedutaan = tempat para duta besar

g) menyatakan dapat di . . . .

Contoh:

Gunung Semeru kelihatan dari Lumajang.

kelihatan = dapat dilihat

h) menyatakan yang di- . . .

Contoh:
Dito adalah cucu kesayangan kakeknya.

kesayangan = yang disayang

2. Konfiks pe-an

Konfiks pe-an memiliki alomorf yang berwujud pe-an, pem-an, penan,

peng-an, peny-an dan penge-an.

Konfiks pe-an berfungsi membentuk kata benda.

Makna imbuhan pe-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna cara

Contoh:

Pengiriman barang ini dilakukan dengan paket kilat.

pengiriman = cara mengirim

b) menyatakan makna tempat

Contoh:

Kami sedang menuju pelabuhan Tanjung Perak.

pelabuhan = tempat berlabuh

c) menyatakan makna perihal

Contoh:

Pembuatan tahu ini dilakukan secara manual.

pembuatan = perihal membuat

d) menyatakan alat untuk me- . . .

Contoh:

Pendengaran nenek sudah lemah.

pendengaran = alat untuk mendengar

3. Konfik per-an

Bentuk per-an ada tiga macam, yaitu per-an, pe-an, dan pel-an.
Konfiks per-an berfungsi membentuk kata benda.

Makna imbuhan per-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna cara

Contoh:

Jangan terperangkap dalam pergaulan bebas tanpa batas!

pergaulan = cara bergaul

b) menyatakan makna hasil

Contoh:

Persetujuan itu telah ditandatangani kedua belah pihak.

persetujuan = hasil setuju

c) menyatakan tempat

Contoh:

Pengembang dari Jakarta itu membuat permukiman di seputar

Godean.

permukiman = tempat bermukim

d) menyatakan makna kumpulan

Contoh:

Daerah pertokoan di Jalan Kenangan akan mengalami

penggusuran lagi.

pertokoan = kumpulan toko

e) menyatakan makna hal

Contoh:

Setiap tahun pertambahan penduduk mencapai hampir sepuluh

persen.

pertambahan = hal bertambah


4. Konfik ber-an

Bentuk konfiks ber-an ada dua macam, yaitu ber-an dan be-an.

Konfik ber-an berfungsi membentuk kata kerja.

Makna imbuhan ber-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna saling

Contoh:

Mereka berpandangan ketika bertemu.

berpandangan = saling memandang

b) menyatakan makna perbuatan yang dilakukan oleh banyak

pelaku

Contoh:

Para peserta seminar berhamburan keluar ruangan.

berhamburan = bersama-sama

c) menyatakan makna perbuatan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:

Air dari ember itu bertetesan di lantai.

bertetesan = berulang-ulang menetes

5. Konfik se-nya

Konfik se-nya berfungsi membentuk kata keterangan dari kata sifat.

Makna imbuhan se-nya sebagai berikut.

a) menyatakan makna tingkat atau paling

Contoh:

Tunjukkan hasil yang sebaik-baiknya.

sebaik-baiknya = paling baik

b) menyatakan makna waktu atau setelah


Contoh:

Setibanya di rumah hari telah malam.

Selain bentuk konfiks terdapat imbuhan yang digunakan secara

bersamaan baik awalan maupun akhiran. Bentuk ini disebut kombinasi

imbuhan. Dalam konfiks proses pembentukan kata terjadi secara serentak

sedangkan proses pembentukan kata dengan kombinasi imbuhan terjadi

secara bertahap.

Contoh:

Proses pembentukan kata berpakaian melalui dua tahap,yaitu akhiran -an


dilekatkan pada kata dasar pakai menjadi pakaian. Kemudian, kata
tersebut

dilekatkan awalan ber- menjadi berpakaian. Proses ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

ber- + pakai + -an

pakaian (1)

berpakaian (2)

Macam-macam bentuk kombinasi imbuhan sebagai berikut.

1. Imbuhan memper-kan

Fungsi imbuhan memper-kan membentuk kata kerja intransitif.

Makna imbuhan memper-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Siapa yang mempertemukan sepasang kekasih itu?

mempertemukan = membuat jadi bertemu

b) menyangatkan atau intensitas

Contoh:
Mereka memperdengarkan lagu-lagu yang merdu.

memperdengarkan = berkali-kali mendengar

2. Imbuhan me-i

Fungsi imbuhan me-i membentuk kata kerja aktif.

Makna imbuhan me-i sebagai berikut.

a) menyatakan makna memberi

Contoh:

Tanti menyampuli bukunya dengan sampul plastik warna biru.

menyampuli = memberi sampul

b) menyatakan makna membuang

Contoh:

Pak Sarman menguliti kambing kurban.

menguliti = membuang kulit

c) menyatakan makna pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:

Siapa yang melempari burung-burung itu?

melempari = berulang-ulang melempar

d) menyatakan hal seperti yang tersebut pada kata dasar

Contoh:

Bu Wina, wali kelasku, memarahi kami karena tidak disiplin.

memarahi = menyatakan hal marah

e) menyatakan makna melakukan suatu pekerjaan

Contoh:

Kami menemani Fita pergi ke rumah pamannya.

menemani = melakukan pekerjaan sebagai teman


f) membuat jadi

Contoh:

Saya sedang memanasi makanan ketika lampu padam.

memanasi = membuat jadi panas

g) menyatakan makna intensitas

Contoh:

Polisi sedang menyelidiki kasus pembunuhan itu.

menyelidiki = melakukan penyelidikan

h) menyatakan makna arah atau tempat

Contoh:

Para peserta lomba sudah memasuki aula.

memasuki = masuk ke

3. Imbuhan gabung di-i

Fungsi imbuhan gabung di-i membentuk kata kerja pasif.

Makna imbuhan di-i sebagai berikut.

a) menyatakan makna diberi

Contoh:

Bukunya disampuli sampul plastik warna biru.

disampuli = diberi sampul

b) menyatakan makna dibuang

Contoh:

Kambing kurban dikuliti Pak Sarman.

dikuliti = dibuang kulitnya

c) menyatakan makna pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:
Burung-burung itu dilempari batu.

dilempari = dilempar berulang-ulang

d) menyatakan hal seperti tersebut pada kata dasar

Contoh:

Kami dimarahi Bu Wina karena tidak disiplin.

dimarahi = menyatakan hal marah

e) membuat jadi

Contoh:

Makanan itu sedang dipanasi ketika lampu padam.

dipanasi = membuat jadi panas

f) menyatakan makna intensitas

Contoh:

Kasus pembunuhan itu sedang diselidiki polisi.

diselidiki = dilakukan penyelidikan

4. Imbuhan me-kan

Fungsi imbuhan me-kan membentuk kata kerja transitif, yaitu kata

kerja yang memerlukan objek.

Makna imbuhan me-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Niken menjatuhkan gelas.

menjatuhkan = membuat jatuh

b) menyatakan makna melakukan tindakan untuk orang lain atau

benefaktif

Contoh:
Rina membukakan pintu saat ayahnya datang.

membukakan = membuka untuk orang lain

c) menyatakan makna menuju ke

Contoh:

Pilot itu berhasil mendaratkan pesawatnya walaupun cuaca buruk.

mendaratkan = menuju ke darat

d) menganggap sebagai

Contoh:

Jangan mendewakan kekayaan dalam kehidupan di dunia ini!

mendewakan = menganggap sebagai dewa

5. Imbuhan di-kan

Fungsi imbuhan di-kan membentuk kata kerja bentuk pasif.

Makna imbuhan di-kan menyatakan makna kausatif .

Contoh:

Bulan ini gaji karyawan PT Dewa Perkasa dinaikkan sepuluh persen.

dinaikkan = dibuat menjadi naik

6. Imbuhan ber-kan

Fungsi imbuhan ber-kan membentuk kata kerja.

Makna imbuhan ber-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna memakai

Contoh:

Keputusan itu diambil berdasarkan kesepatan semua anggota.

berdasarkan = memakai dasar

b) berfungsi sebagai pemanis

Contoh:
Malam ini tempat keramaian itu bermandikan cahaya bulan.

7. Imbuhan diper-kan

Fungsi imbuhan diper-kan membentuk kata kerja pasif.

Makna imbuhan diper-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Astuti dan Hidayat dipertemukan oleh orang tua masing-masing.

dipertemukan = menyebabkan bertemu

b) menyatakan makna intensitas atau menyangatkan

Contoh:

Masalah kenaikan harga BBM ramai diperbincangkan.

diperbincangkan = berkali-kali dibicarakan

8. Imbuhan memper-i

Fungsi imbuhan memper-i membentuk kata kerja.

Makna imbuhan memper-i menyatakan makna membuat jadi atau

kausatif .

Contoh:

Bayu memperbaiki sepeda adiknya.

memperbaiki = membuat jadi baik

9. Imbuhan diper-i

Fungsi imbuhan diper-i membentuk kata kerja.

Makna imbuhan diper-i menyatakan makna kausatif atau membuat

jadi .

Contoh:

Sepeda adiknya diperbaiki Bayu.


diperbaiki = dibuat menjadi baik

5.buat contoh sistematika karangan ilmiah

Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah


Adapun sistematika penulisan karya ilmiah secara garis besar sebagai berikut.
1. Halaman judul
2. Halaman persetujuan
3. Halaman motto
4. Halaman persembahan
5. Kata pengantar
6. Daftar isi

Penulisan Karya Tulis Ilmiyah

Bab 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Bagian ini menjelaskan perihal permasalahan yang melatarbelakangi dipilihnya
suatu permasalahan.

2. Rumusan Masalah
Bagian ini menguraikan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.

3. Tujuan Penulisan
Bagian ini menjelaskan maksud penulisan.
4. Metode Penelitian
Bagian ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam mengumpulkan dan
menganalisis data.

5. Kegunaan Penulisan
Bagian ini menjelaskan kegunaan penulisan bagi pihak-pihak yang berkompeten.

6. Sistematika Penulisan
Bagian ini menerangkan urutan laporan yang akan disusun.

Bab 2 Pembahasan
Bagian ini menguraikan hasil laporan penelitian yang dilakukan.

Bab 3 Penutup
Bagian ini sebagai kesimpulan laporan dan saran bagi pihak-pihak yang
berkompeten.

Daftar Pustaka
Lembar ini berisi sumber-sumber yang digunakan untuk acuan penulisan.

Contoh penulisan daftar pustaka sebagai berikut.


Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.

Penjabaran:
– Alwi, Hasan dkk ialah nama pengarang. Nama sebenarnya penulis tersebut ialah
Hasan Alwi. Namun, karena nama penulis terdiri dari dua kata, maka kata kedua
harus ditulis diawal dengan diikuti tanda koma dan pada akhir kata terakhir diikuti
tanda titik.

Adapun dkk merupakan singkatan dari dan kawan-kawan karena buku tersebut
disusun lebih dari satu orang.
– 1998 merupakan tahun terbit buku dan diikuti tanda titik dua.
– Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga merupakan judul buku
dengan diikuti tanda titik.
– Jakarta ialah kota terbitnya buku yang diikuti tanda titik dua.
– Balai Pustaka adalah nama penerbit buku yang diikuti tanda titik.

Catatan:
Penyampaian gagasan dalam karya ilmiah harus lengkap, jelas, ringkas, dan
meyakinkan. Perhatikan penggunaan ejaan, pilihan kata, logika, dan kepadatan
alenia dan hindari katakata yang tidak perlu.

Anda mungkin juga menyukai