Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU-IBU

POST PARTUM
Tiara Cahya Rinukti1
STIKes Muhammadiyah Ciamis
Corresponding: tiaracahyar@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang:
Tujuan: Mendeskripsikan pengaruh terapi akupresur terhadap peningkatan produksi ASI
pada ibu-ibu post partum.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Responden dilibatkan dalam penelitian yang dilakukan pada tanggal 11 sampai tanggal 11 di
RSUD….Instrumen, pengukuran, analisis statistic,
Hasil:
Kesimpulan:
Keyword: terapi, akupresur, ASI.

Introduction
Ibu post partum biasanya mengalami penurunan volume ASI sehingga tidak mencukupi kebutuhan
nutrisi pada bayi. Oleh karena itu, untuk memenuhi kecukupan ASI pada bayi maka menggunakan
terapi akupresur pada titik ST16, ST 17 dan ST 18 sehingga dapat menstimulasi hipofisis untuk
mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Metode penelitian yang digunakan menggunakan
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Bertujuan untuk
Mendeskripsikan pengaruh terapi akupresur terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu-ibu
post partum.

Menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. Air
susu ibu (ASI) bermanfaat untuk menjaga ketahanan tubuh bayi karena mengandung zat anti infeksi,
gizi yang unik, protein utama berupa lactabumin yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan
mineral yang banyak. Ketidakcukupan ASI pada bayi akan mengakibatkan masalah sindrom ASI kurang
yang menyebabkan bayi mengalami ketidakpuasan setelah menyusu, bayi sering menangis atau
rewel, tinja bayi keras dan payudara tidak terasa membesar. Kegagalan bayi untuk menyusu
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan produksi ASI lebih dari 3 hari, frekuensi menyusui
berhubungan dengan rangsangan isapan pada payudara dengan produksi oksitosin dan prolaktin
untuk memproduksi air susu.

Akupresur merupakan penekanan menggunakan jari yang dapat memberikan stimulasi sensori
stomatic melalui jalur aferen sehingga mempengaruhi aliran bioenergy (Qi) yang mengalir dalam satu
meridian atau aliran, rangsangan pada titik meridian akan memberikan fungsi kerja yang maksimal
yang berhubungan dengan organ tersebut. Rangsangan tersebut dapat melewati jalur saraf,
somatoviceral, garis meridian dan reaksi lokal. Stimulasi sensorik yang dihasilkan akupresur akan
merangsang hipofisis posteririor dan pituitary yang akan mempengaruhi perbaikan kerja fungsi dari
hormon yang akan meningkatkan produksi ASI. Pelepasan hormon oksitosin akan merangsang
terjadinya let down reflex sehingga terjadi proses ejeksi ASI dari alveoli dan ductus lactiferious yang
secara otomatis ASI pun keluar

World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s (UNICEF)


merekomendasikan bayi hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) paling sedikit enam bulan, dan
pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun. Berdasarkan data WHO, bahwa
hannya 44% dari bayi yang lahir di dunia yang mendapatkan ASI dalam waktu satu jam
pertama sejak lahir, masih sedikit juga bayi di bawah enam bulan menyusui secara eklusif,
akan tetapi, masih ada dua provinsi yang tidak memenuhi target yaitu Papua Barat (34%) dan
Maluku (37,2%). ASI tidak cukup berdampak buruk pada bayi ibu yaitu bayi ibu akan mudah
terkena penyakit dan infeksi akibatnya bayi bisa meninggal dan dikemudian hari bayi ibu bisa
stunting dan penurunan kecerdasan otak bayi. Salah satu upaya yang dapat dipergunakan
untuk meningkatkan produksi ASI yaitu menggunakan teknik akupresur.

Sampai saat ini, pemberian ASI di Indonesia masih sangat rendah. Data Profil Kesehatan Indonesia
(2018) menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan sebanyak 35,73%
(Kemenkes, 2018). Sedangkan berdasarkan hasil Profil Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun 2017
bayi yang mendapatkan ASI ekslusif di Yogyakarta sebanyak 74,90% dan bayi yang mendapat ASI
ekslusif di Kabupaten Sleman yaitu sebanyak 82,62%. Cakupan ASI eksklusif di Blitar tahun 2018
mengalami penurunan dr tahun 2017, yaitu pada tahun 2017 cakupan ASI eksklusif sebesar 78,1%
dan pada tahun 2018 sebesar 75,3%. Hal ini tidak sesuai dengan renstra dari Dinas kesehatan bahwa
target ASI eksklusif sebesar 85%.

Anda mungkin juga menyukai