Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL 1

MATA KULIAH PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD


AYU IMTYAS RUSDIANSYAH
NIM. 858745338
UPBJJ-UT SURABAYA
( HALAMAN 1.16 )
1.
Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan
sistem simbolik yang memungkinkan komunikasi, ekspresi perasaan, pengetahuan, dan ide
antarindividu. Tanpa bahasa, manusia sulit untuk berinteraksi, bekerja sama, dan
mengidentifikasi diri dalam masyarakat. Bahasa adalah fondasi dari komunikasi manusia dan
memungkinkan mereka untuk berbagi informasi, pendapat, emosi, dan pengetahuan. Manusia
tidak hanya menggunakan bahasa untuk berbicara, tetapi juga untuk mendengarkan dan
memahami, membaca dan menulis. Bahasa memungkinkan manusia untuk memahami konsep-
konsep abstrak, mempertahankan tradisi, serta membangun masyarakat dan budaya yang
kompleks.

2.
Tiga karakteristik bahasa adalah:
a. Bahasa adalah sebuah sistem simbolik yang terdiri dari unsur-unsur bunyi (fonem), kata
(leksikon), dan struktur kalimat (gramatika) yang saling berhubungan dan membentuk
suatu sistem terorganisir. Bahasa memiliki unsur-unsur yang tersusun secara sistematis,
seperti pola-pola fonetik, morfologi, sintaksis, dan semantik yang mempengaruhi
pembentukan kata dan kalimat. Keseluruhan elemen ini membentuk sistem simbolik
yang digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan dan makna.
b. Bahasa bersifat arbitrer dan konvensional, artinya tidak ada hubungan langsung antara
lambang bahasa dengan objek yang diwakili, dan penentuan makna bahasa didasarkan
pada kesepakatan dan aturan yang disepakati bersama oleh suatu kelompok sosial.
Contohnya, kata "meja" dalam bahasa Indonesia merepresentasikan objek tempat
menaruh barang, tetapi hubungan antara bunyi "meja" dengan objek tersebut adalah
hasil dari kesepakatan sosial dan konvensi.
c. Bahasa bersifat produktif, memungkinkan manusia untuk menciptakan sejumlah tak
terbatas kata, kalimat, dan wacana baru dari kombinasi terbatas dari fonem dan struktur
bahasa yang ada. Bahasa memiliki kekayaan potensial untuk menghasilkan ungkapan
baru dan menciptakan makna baru sesuai dengan kebutuhan dan konteks komunikasi.
Kemampuan ini memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan perubahan,
mengungkapkan ide-ide kompleks, dan mengembangkan budaya.

3.
Tanggapan terhadap pendapat tersebut dapat bervariasi tergantung pada konteks, sudut
pandang, dan preferensi individu. Bahasa memiliki nilai dan peran yang sangat bervariasi,
tergantung pada kebutuhan dan situasi penggunaannya. Berikut adalah beberapa tanggapan
yang mungkin terhadap pernyataan tersebut:
a. Keberagaman Fungsi dan Kegunaan Bahasa : Setiap bahasa memiliki keunggulan dan
kegunaannya masing-masing. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa resmi negara
Indonesia, memiliki peran yang sangat penting dalam menyatukan masyarakat yang
majemuk dengan berbagai etnis dan budaya. Bahasa Inggris, di sisi lain, adalah bahasa
global yang penting untuk komunikasi internasional, bisnis, pendidikan, dan teknologi.
b. Keindahan dan Kekayaan Bahasa Indonesia : Bahasa Indonesia memiliki kekayaan dan
keindahan tersendiri dalam ekspresi budaya, sastra, dan tradisi lokal. Bahasa Indonesia
memiliki keunikannya sendiri dan mampu mengungkapkan gagasan dan emosi dengan
sangat indah dan mendalam.
c. Pentingnya Kemampuan Bilingual : Keterampilan berbahasa ganda, seperti menguasai
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, sangat berharga. Bahasa Inggris adalah bahasa
global yang sering digunakan dalam konteks bisnis, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Namun, mempertahankan bahasa ibu, seperti Bahasa Indonesia, juga penting untuk
mempertahankan identitas dan budaya.
d. Perkembangan Bahasa : Bahasa selalu berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi, budaya, dan pengetahuan. Bahasa Indonesia pun mengalami evolusi dan
penyesuaian untuk memenuhi tuntutan zaman. Meminimalisir perbandingan antara
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dapat membantu menghargai keunikannya
masing-masing.
e. Pentingnya Pendidikan Bahasa : Pendidikan bahasa yang baik adalah kunci untuk
memahami dan menghargai nilai dari setiap bahasa, termasuk Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris. Pendidikan bahasa yang baik dapat membimbing individu untuk
menggunakan bahasa secara tepat sesuai konteksnya.
Penting untuk diingat bahwa penilaian terhadap bahasa harus mempertimbangkan konteks
penggunaannya, keindahan, nilai budaya, dan pentingnya masing-masing bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak ada satu bahasa yang lebih baik daripada yang lain; setiap bahasa
memiliki nilai dan kegunaannya masing-masing.

4.
Dalam wacana yang diberikan, terdapat beberapa fungsi bahasa yang dapat diidentifikasi:
1. Fungsi Sosial:
a. Fungsi Interaksional: Terlihat pada percakapan antara Fajar dan guru di awal, di mana
mereka menyapa dan saling menjalin kontak.
b. Fungsi Simpati atau Penghiburan: Guru menunjukkan minat dan apresiasi terhadap
pertanyaan Fajar, menciptakan nuansa simpati dan penghiburan.
2. Fungsi Personal:
a. Fungsi Ekspresif: Terlihat dalam ungkapan perasaan Fajar terkait membaca buku dan
bertanya tentang arti dari kalimat tertentu.
b. Fungsi Instrumental: Fajar menggunakan bahasa untuk mencari pemahaman dan
penjelasan terhadap apa yang dia baca dalam buku.
3. Fungsi Informatif:
a. Fungsi Heuristik: Fajar menggunakan bahasa untuk memperoleh informasi tentang arti
kalimat yang tidak dia mengerti dari buku yang dibacanya.
4. Fungsi Imajinatif:
a. Fungsi Kreatif atau Estetis: Meskipun tidak secara eksplisit, dialog menunjukkan
adanya pengembangan pikiran dan pemikiran kreatif, terutama melalui pertanyaan-
pertanyaan Fajar dan penjelasan guru tentang fenomena alam.
Dalam praktiknya, fungsi-fungsi bahasa ini saling terkait dan dapat muncul bersamaan dalam
suatu percakapan, seperti yang terlihat dalam wacana ini. Fungsi bahasa membantu memahami
tujuan dan interaksi komunikatif di antara para peserta wacana, dalam hal ini, Fajar dan guru.

5.
Dalam bahasa Indonesia, terdapat variasi bahasa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
asal penutur, kelompok sosial, sikap berbahasa, pokok perbincangan, media berbahasa, dan
situasi berbahasa. Variasi bahasa ini mencakup ragam bahasa daerah, ragam bahasa profesi,
ragam bahasa standar, ragam bahasa nonstandar, ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa teknis,
ragam bahasa lisan, dan ragam bahasa tulis. Setiap ragam bahasa memiliki karakteristik dan
penggunaan yang khas sesuai dengan konteks dan tujuan berkomunikasi. Varian bahasa dalam
suatu bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dapat muncul karena sejumlah faktor sejarah,
geografis, sosial, dan budaya. Di Indonesia, variasi bahasa muncul karena negara ini
merupakan tempat yang kaya akan keberagaman etnis, budaya, dan bahasa daerah. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi variasi bahasa di Indonesia adalah:
a. Keanekaragaman Etnolinguistik: Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah yang
diakui. Etnis dan suku bangsa yang berbeda memiliki bahasa ibu masing-masing, yang
mencerminkan keanekaragaman budaya di seluruh kepulauan.
b. Geografi dan Desentralisasi: Indonesia terdiri dari ribuan pulau dengan ciri-ciri geografi
yang berbeda-beda. Kondisi ini telah memfasilitasi pengembangan variasi bahasa yang
unik di setiap wilayah.
c. Kontak Bahasa: Interaksi antara berbagai komunitas etnis dan budaya juga
mempengaruhi bahasa, menghasilkan campuran kata dan struktur bahasa yang unik.
Sebagai contoh, bahasa Indonesia memiliki pengaruh kuat dari bahasa Belanda, Arab,
Jawa, dan bahasa-bahasa daerah lainnya.
d. Perkembangan Sejarah: Selama periode kolonialisme, bahasa Belanda menjadi bahasa
pemerintahan dan pendidikan. Hal ini menghasilkan campuran bahasa Indonesia
dengan bahasa Belanda yang dikenal sebagai "Melayu Pasar" atau "Melayu Betawi".
e. Media Massa dan Globalisasi: Pengaruh media massa, seperti televisi, radio, dan
internet, juga telah mempengaruhi variasi bahasa di Indonesia. Penggunaan bahasa
asing, terutama bahasa Inggris, dalam media global telah mempengaruhi kosakata dan
struktur bahasa dalam bahasa Indonesia.
f. Dialek dan Aksen: Setiap wilayah di Indonesia dapat memiliki dialek dan aksen yang
berbeda, bahkan jika menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Misalnya,
aksen dan bahasa yang digunakan di Jawa Timur bisa berbeda dengan yang digunakan
di Sumatera Utara.
Dalam bahasa Indonesia, terdapat variasi bahasa karena pengaruh pemakai dan pemakaian
bahasa. Variasi bahasa ini dapat dikelompokkan berdasarkan:
a. Asal Penutur: Variasi bahasa daerah atau dialek geografis yang dipengaruhi oleh suku
bangsa dan wilayah asal penutur. Ini tercermin dalam logat, aksen, dan pengucapan
bahasa.
b. Kelompok Sosial: Variasi bahasa yang dipengaruhi oleh kedudukan sosial penutur, jenis
pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Kelompok-kelompok sosial ini memiliki kekhasan
dalam penggunaan struktur bahasa dan kosakata.
c. Sikap Berbahasa: Variasi bahasa yang dipilih berdasarkan konteks dan tujuan
komunikasi, seperti ragam resmi untuk situasi formal dan ragam tak resmi untuk situasi
santai dan akrab.
d. Pokok Perbincangan: Variasi bahasa berdasarkan bidang atau pokok persoalan yang
dibahas, seperti bahasa teknologi, ekonomi, kedokteran, dll.
e. Media Berbahasa: Variasi bahasa yang tergantung pada media yang digunakan,
misalnya bahasa lisan dan bahasa tulis.
f. Situasi Berbahasa: Variasi bahasa yang dipilih berdasarkan situasi komunikasi,
misalnya ragam resmi untuk situasi formal dan ragam tak resmi untuk situasi informal.
Variasi bahasa ini mencerminkan kompleksitas bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang
diadaptasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, dan konteks penggunaannya.

6.
Dalam bahasa Indonesia, terdapat variasi bahasa karena pengaruh pemakai dan pemakaian
bahasa. Variasi bahasa ini dapat dikelompokkan berdasarkan:
a. Asal Penutur: Variasi bahasa daerah atau dialek geografis yang dipengaruhi oleh suku
bangsa dan wilayah asal penutur. Ini tercermin dalam logat, aksen, dan pengucapan
bahasa.
b. Kelompok Sosial: Variasi bahasa yang dipengaruhi oleh kedudukan sosial penutur, jenis
pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Kelompok-kelompok sosial ini memiliki kekhasan
dalam penggunaan struktur bahasa dan kosakata.
c. Sikap Berbahasa: Variasi bahasa yang dipilih berdasarkan konteks dan tujuan
komunikasi, seperti ragam resmi untuk situasi formal dan ragam tak resmi untuk situasi
santai dan akrab.
d. Pokok Perbincangan: Variasi bahasa berdasarkan bidang atau pokok persoalan yang
dibahas, seperti bahasa teknologi, ekonomi, kedokteran, dll.
e. Media Berbahasa: Variasi bahasa yang tergantung pada media yang digunakan, misalnya
bahasa lisan dan bahasa tulis.
f. Situasi Berbahasa: Variasi bahasa yang dipilih berdasarkan situasi komunikasi, misalnya
ragam resmi untuk situasi formal dan ragam tak resmi untuk situasi informal.
Variasi bahasa ini mencerminkan kompleksitas bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang
diadaptasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, dan konteks penggunaannya.
7.
Pada dialog yang diberikan, tampaknya ragam bahasa yang digunakan antara suami dan istri
cukup tepat sesuai dengan konteks percakapan informal antara pasangan suami-istri. Mereka
menggunakan ragam bahasa nonstandar yang menggambarkan keakraban dan keintiman di
antara mereka.
a. Suami :
a. Menggunakan ungkapan seperti "Enggak usah, Yang!" untuk menunjukkan sikap
akrab dan keintiman dengan istri.
b. Penggunaan "Bapak" juga mencerminkan ragam bahasa informal antara suami dan
istri di dalam lingkungan rumah.
c. Permintaan untuk dipijit oleh istri juga mencerminkan keseharian dan keakraban
dalam percakapan mereka.
b. Istri :
a. Menunjukkan kepedulian dengan menyarankan untuk pergi ke dokter ketika suami
mengeluhkan kondisi fisiknya.
b. Menggunakan ungkapan seperti "Kok, sudah pulang?" menunjukkan kekaguman atas
kecepatan suami pulang.
c. Penggunaan "Bu" untuk menyebut dirinya sendiri adalah bentuk keakraban dalam
percakapan suami-istri.
Keseluruhan percakapan mencerminkan hubungan yang hangat dan saling memahami
antara suami dan istri dalam situasi yang santai. Meskipun menggunakan ragam bahasa
informal, mereka masih tetap saling menghormati dan menunjukkan kepedulian satu sama lain.
Dalam konteks ini, penggunaan ragam bahasa sesuai dengan kebutuhan dan tujuan komunikasi
mereka sebagai pasangan suami-istri yang saling mendukung dan memahami.
( HALAMAN 2.29 )
1.
Pemerolehan bahasa pertama (B1) adalah proses alamiah di mana individu mempelajari bahasa
ibu mereka sejak bayi tanpa perlu instruksi formal. Ini terjadi secara alami melalui interaksi
dengan lingkungan sekitar, terutama dengan orang tua atau penjaga yang berbicara dalam
bahasa tersebut. Sedangkan, pemerolehan bahasa kedua (B2) terjadi ketika seseorang
mempelajari bahasa baru setelah bahasa pertama mereka, bisa berupa bahasa daerah, bahasa
Indonesia, atau bahasa asing. Pemerolehan bahasa kedua membutuhkan proses pembelajaran
yang lebih terstruktur, baik itu melalui pendidikan formal, kursus, atau pengalaman belajar
mandiri.

2.
B2 merujuk pada tingkat kemahiran bahasa yang lebih tinggi daripada B1. Saya belajar
mencapai tingkat B2 untuk meningkatkan kemampuan berbahasa saya dalam bahasa yang ingin
saya kuasai, apakah itu bahasa daerah, bahasa Indonesia, atau bahasa asing. Strategi yang saya
gunakan termasuk mengikuti kursus intensif, membaca buku dan artikel, menonton film dan
video dalam bahasa target, berbicara dengan penutur asli, serta menggunakan aplikasi
pembelajaran bahasa.

3.
Berikut adalah penjelasan masing-masing prinsip dasar dari tujuh teori pemerolehan B2:
a. Model Akulturasi: Teori ini menekankan penyesuaian budaya yang mempengaruhi
pemerolehan B2, terkait dengan jarak sosial dan psikologis antara pembelajar B2 dan
masyarakat pemilik B2.
b. Teori Akomodasi: Fokus pada pembatasan diri pembelajar B2 dalam interaksi dengan
masyarakat pemilik B2, dan bagaimana identifikasi hubungan antara kelompok ini
mempengaruhi motivasi dan keberhasilan pemerolehan B2.
c. Teori Wacana: Berpendapat bahwa pembelajar B2 memahami bahasa melalui aktif
berkomunikasi, dengan lebih banyak interaksi alamiah meningkatkan kemampuan B2.
d. Model Monitor: Menyatakan bahwa cara penggunaan "monitor" atau penyuntingan
dalam berbicara mempengaruhi tampilan bahasa pembelajar B2, dengan penggunaan
berlebihan dapat menghambat penguasaan bahasa.
e. Model Kompetensi Variabel: Menekankan bahwa cara seseorang mempelajari bahasa
mencerminkan penggunaannya, dari wacana yang tidak terencana hingga yang terencana.
f. Hipotesis Universal: Menyatakan bahwa bahasa anak akan mencerminkan kaidah bahasa
yang universal, dengan pola bahasa yang sesuai dengan kesemestaan bahasa lebih mudah
dipahami.
g. Teori Neurofungsional: Menyuguhkan pandangan tentang hubungan antara pemerolehan
B2 dan struktur anatomi otak serta sistem otak.

Daftar Referensi :
Solchan, dkk. 2023. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD (Edisi 2). Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai