BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik
1.
Pendahuluan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara (Pasal 36, Undang-Undang Dasar
dalam
kehidupan
bernegara,
termasuk
dalam
penyelenggaraan
Landasan Yuridis
Landasan yurudis penulisan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik
Kerangka Konseptual
Konsep nasionalisme Indonesia dibangun oleh para pendiri negara atas dasar atau
fondasi bahasa, bukan fondasi ras/etnis atau agama. Tidak ada satu agama pun yang
dijadikan landasan berdirinya negara bangsa Indonesia. Meskipun demikian, landasan
agama terdapat pada diri setiap warga negara. Konsep kebangsaan Indonesia pun tidak
direpresentasi oleh salah satu di antara ratusan ras/etnis yang ada di Indonesia, tetapi
konsep
kesukuan
berada dalam
diri
individu masing-masing di
kelompok
masyarakatnya.
Di tengah keragaman etnis dan keyakinan beragama tersebut, keberadaan bahasa
Indonesia disyukuri sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa oleh setiap warga negara
dengan mengaktualisasikan diri dalam komunikasi berbahasa Indonesia baik lisan
maupun tulis. Melalui penyelenggaraan mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan
tinggi, penguatan jati diri bangsa Indonesia mengarahkan sikap spiritual sivitas
akademik untuk menerima, menghargai, dan menghayati keberadaan bahasa
kebangsaan Indonesia yang merupakan anugerahTuhan Yang Maha Esa.
Penghayatan atas nilai-nilai keberadaan bahasa Indonesia diwujudkan dalam
bentuk pengamalan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, responsif,
dan proaktif dalam kehidupan bermasyarakat. Penyelenggaraan mata kuliah Bahasa
Indonesia di perguruan tinggi mengupayakan peningkatan penghayatan sivitas
akademik agar mampu menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
permasalahan hilangnya fungsi bahasa Indonesia di masyarakat. Dengan sikap itu,
sivitas akademik mampu menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang cerdas
dalam pergaulan dunia global.
genre makro yang dikuasai oleh sivitas akademik, makin banyak pula struktur berpikir
yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sosial dan akademiknya di masyarakat,
baik di tingkat nasional maupun global. Hanya dengan cara itu, sivitas akademik
kemudian
dapat
mengonstruksi
ilmu
pengetahuannya
melalui
kemampuan
Tujuan
Buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi
(3) untuk menyiapkan sivitas akademik agar mampu menganalisis permasalahan dan
mencari solusi terhadap persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara melalui pembuatan dan penggunaan teks;
(4) untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara akademik baik dalam
bentuk bahasa Indonesia lisan maupun tulis demi pengembangan ipteks dalam
tatanan dunia global.
6.
menjadikan bahasa Indonesia sebagai wahana untuk ekspresi diri dan akademik. Desain
itu dapat digambarkan ke dalam poin-poin sebagai berikut.
(1) Kompetensi Inti (KI) merupakan kompetensi generik yang isinya merujuk pada
esensi Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tujuan Pendidikan Tinggi yang
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012,
KKNI (Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013), dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang tercantum dalam Permendikbud tentang Standar Nasional Sistem
Pendidikan Tinggi. Kompetensi Inti mencakupi unsur nilai spiritual, nilai sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Keempat unsur itu berfungsi sebagai organisator
semua MKWU, baik Pendidikan Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, maupun
Bahasa Indonesia.
(2) Kompetensi
Dasar
(KD)
merupakan
kemampuan
spesifik
yang
isinya
Ruang Lingkup
Ruang lingkup isi buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk
(2) Mengeksplorasi Teks dalam Kehidupan Akademik (penanaman nilai dan hakikat
bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan)
Ruang lingkup ini meliputi pengenalan berbagai teks dalam genre akademik
kepada mahasiswa agar mereka dapat bersikap lebih arif dan positif terhadap
bahasa Indonesia yang digunakan di masyarakat akademik.
(3) Menjelajah Dunia Pustaka
Lingkup ini meliputi kegiatan memahami, membandingkan, menganalisis, dan
mengevaluasi berbagai ulasan buku. Dengan kegiatan tersebut, mahasiswa
diarahkan untuk terbiasa membuat ulasan buku.
(4) Mendesain Proposal Penelitian dan Proposal Kegiatan
Ruang lingkup ini meliputi pengabstraksian, pengonsepan, pengadaptasian, dan
pemroduksian rancangan penelitian dan rancangan kegiatan.
(5) Melaporkan Hasil Penelitian dan Hasil Kegiatan
Dalam ruang lingkup ini, mahasiswa memberikan laporan hasil penelitian dan
hasil kegiatan, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
(6) Mengaktualisasikan Diri dalam Artikel Ilmiah
Ruang lingkup ini mencakup berbagai upaya yang harus dilakukan mahasiswa
untuk secara mandiri membangun sebuah teks akademik dalam bentuk artikel
ilmiah. Artikel ilmiah yang diharapkan untuk dijadikan sarana ekspresi diri
meliputi artikel penelitian, artikel konseptual, dan artikel ilmiah populer.
8.
Pembelajaran
Pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi merupakan proses
partisipasi
aktif sivitas
akademik
diperlukan
untuk
menyusun
strategi
positif terhadap bahasa Indonesia. Proses pembelajaran aktif itu terdapat dalam
implementasi pendekatan teks dengan tahapan: pembangunan konteks dan pemodelan
teks, kerja sama membangun teks, serta kerja mandiri membangun teks. Proses
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi ini diwujudkan
sebagai aktivitas belajar dalam bentuk pembelajaran genre makro.
Proses pembelajaran aktif tersebut dilakukan dengan menerapkan berbagai
metode belajar, antara lain, sebagai berikut.
(1) Pembelajaran Tematik
Metode ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai,
sikap pembelajaran, dan pemikiran yang kreatif dalam menggunakan teks tertentu
(tematik) untuk membangun sebuah konteks yang baru.
(2) Pembelajaran Berbasis Saintifik
Metode belajar ini mengutamakan kaidah-kaidah ilmiah, objektif, terukur, dan
sistematis dalam melakukan pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu teks.
(3) Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berorientasi proses,
relatif berjangka waktu, dan berfokus pada masalah tertentu. Metode ini
mengedepankan kolaborasi dalam kelompok yang heterogen untuk merancang
sebuah proyek tertentu.
(4) Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode ini berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Dengan metode belajar
ini, sivitas akademik disodorkan pada suatu masalah, yang kemudian melalui
pemecahan masalah tersebut mereka dapat memperoleh keterampilan-keterampilan
baru yang lebih mendasar.
(5) Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif adalah suatu metode pembelajaran yang di dalam
prosesnya, sivitas akademik, baik yang berasal dari disiplin ilmu yang sama
maupun dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, bekerja sama mengeksplorasi
sebuah pertanyaan spesifik atau bekerja sama merancang sebuah proyek bersama.
(6) Pembelajaran Berbasis Teks
Pembelajaran berbasis teks atau pembelajaran berbasis genre mengandung makna
bahwa teks beserta unsur-unsur di dalamnya menjadi bahan dasar pembelajaran.
Mahasiswa tidak hanya mempelajari isi dan kaidah-kaidah tentang teks, tetapi juga
mempelajari nilai-nilai sosial yang terungkap di dalamnya.
9.
sempit genre diartikan sebagai jenis teks. Secara luas, genre didefinisikan sebagai a
staged, goal-oriented social process (Martin, 1985a; Martin, 1992), yaitu proses sosial
yang berorientasi kepada tujuan yang dicapai secara bertahap. Genre merupakan
proses sosial karena melalui genre atau teks anggota masyarakat berkomunikasi;
genre berorientasi kepada tujuan karena orang menggunakan jenis teks tertentu untuk
melakukan sesuatu, misalnya untuk memasak mi instan orang menggunakan teks
prosedur; dan genre dikatakan bertahap karena untuk mencapai tujuannya, teks
disusun dalam tahapan-tahapan (Martin & Rose, 2003:7-8). Tahapan-tahapan itu tidak
lain adalah tahapan-tahapan pada struktur teks (Wiratno, 2014). Melalui tahapantahapan itulah tujuan sosial atau fungsi sosial teks dapat dicapai. Sebagai ilustrasi dapat
disebutkan bahwa teks dengan genre eksposisi mempunyai tujuan sosial untuk
menyampaikan gagasan agar gagasan itu diterima oleh pihak lain. Untuk itu, teks
eksposisi disusun dengan struktur teks: pernyataan tesis^argumentasi^pernyataan
ulang tesis (Tanda ^ berarti diikuti oleh).
Sementara itu, teks dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat
dimediakan secara tulis atau lisan yang ditata menurut struktur teks tertentu yang
mengungkapkan makna secara kontekstual (Wiratno, 2003; Wiratno, 2009).
Dari
definisi itu, dapat diungkapkan bahwa teks tidak selalu berwujud bahasa tulis,
sebagaimana telah lazim dipahami oleh khalayak, misalnya teks Pancasila yang sering
dibacakan pada saat upacara. Teks dapat berwujud baik tulis maupun lisan. Bahkan
dalam multimoda, teks dapat berwujud perpaduan antara teks lisan atau tulis dan
gambar/animasi/film. Selain itu, dapat diungkapkan pula bahwa teks dimaknai melalui
konteks.
9.1 Teks sebagai Bahan Dasar Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi
merupakan kelanjutan dari pendekatan yang sama di SMP/MTs dan SMA/MA. Teks
dan fungsi sosialnya serta unsur-unsur kebahasaan yang dikandung di dalamnya
menjadi fokus kegiatan pembelajaran. Fungsi sosial teks itu sesungguhnya adalah
tujuan teks tersebut. Sudah barang tentu unsur-unsur kebahasaan di dalam teks tidak
lagi diajarkan secara terpisah-pisah, tetapi secara integratif dengan struktur teks dan
fungsi/tujuan sosialnya. Dalam proses pembelajaran, perlu ditunjukkan bahwa unsurunsur dan struktur teks itu digunakan di dalam teks untuk memenuhi fungsi/tujuan
sosialnya. Karena teks yang satu memiliki fungsi/tujuan sosial yang berbeda, teks yang
berbeda juga memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan dan struktur teks yang berbeda
pula.
Telah disampaikan di atas bahwa teks berada dalam konteks. Teks diliputi oleh
dua konteks, yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi berkenaan
dengan penggunaan bahasa yang di dalamnya terdapat register yang melatarbelakangi
lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak
disampaikan (field); sasaran atau partisipan yang dituju oleh pesan, pikiran, gagasan,
atau ide itu (tenor); dan format bahasa yang digunakan untuk menyampaikan atau
mengemas pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu (mode). Terkait dengan format bahasa
tersebut, teks dapat diungkapkan ke dalam berbagai jenis atau genre, misalnya deskripsi,
laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, diskusi, naratif, cerita petualangan, anekdot,
dan lain-lain. Jenis-jenis itu tergolong ke dalam genre mikro dan sudah dipelajari di
SMP atau MTs dan SMA atau MA. Di perguruan tinggi, pembelajaran dipusatkan pada
genre makro (Lihat penjelasan pada E. 2).
Konteks yang kedua adalah konteks budaya masyarakat tutur bahasa yang
menjadi tempat jenis-jenis teks tersebut diproduksi. Konteks situasi merupakan konteks
yang terdekat yang menyertai penciptaan teks, sedangkan konteks budaya lebih bersifat
institusional dan global. Totalitas makna sebuah teks dapat dipahami dengan menggali
situasi dan konteks budaya sekaligus. Konteks budaya yang dikembangkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah konteks budaya akademik.
Pada konteks yang demikian itulah diciptakan dan digunakan teks dengan ragam
akademik.
9.2 Jenis-jenis Teks
Di atas telah dinyatakan bahwa jenis teks dimaknai sebagai genre dalam arti
sempit. Genre sebagai jenis teks, dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre
fiksional atau genre rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan
kejadian, peristiwa, atau keadaan nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre
fiksional adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan berdasarkan
kenyataan yang sesungguhnya.
Genre faktual meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon (recount), eksplanasi,
eksposisi, dan diskusi. Sementara itu, genre fiksional mencakup: rekon, anekdot,
cerita/naratif, dan eksemplum. Genre yang dipelajari pada mata kuliah Bahasa
Indonesia adalah genre faktual, bukan genre fiksional.
Di pihak lain, genre dapat dijelaskan dari sudut pandang makro dan mikro.
Nama-nama genre yang disebutkan di atas: laporan, deskripsi, prosedur, rekon,
eksplanasi, eksposisi, dan diskusi (untuk yang faktual) dan rekon, anekdot,
cerita/narartif, dan eksemplum (untuk genre fiksional) adalah nama-nama genre mikro.
Kenyataannya, teks-teks yang dijumpai di masyarakat merupakan campuran dari
beberapa genre mikro. Genre yang digunakan untuk menamai jenis teks itu secara
keseluruhan disebut genre makro. Genre makro berfungsi sebagai payung yang
membawahi genre-genre mikro yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, dapat
disebutkan teks editorial. Nama editorial sekaligus digunakan sebagai nama genre
makro editorial. Di dalam editorial, mungkin ditemukan campuran genre mikro
deskripsi, laporan, eksplanasi, dan rekon. Akan tetapi, sangat mungkin keseluruhan
editorial itu hanya ditulis dengan genre eksposisi atau diskusi. Dengan demikian, nama
genre makronya adalah editorial, dan nama genre mikro yang ada di dalamnya adalah
genre eksposisi atau diskusi. (Lampiran 4)
9.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Teks
Pada pengajaran dan pembelajaran berbasis teks, terdapat empat tahap yang harus
ditempuh (Rose & Martin, 2012), yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
belajar-mengajar dari tahap mana pun, meskipun pada umumnya tahap-tahap itu
ditempuh secara urut. Selain itu, apabila kegiatan belajar-mengajar mengalami
kesulitan pada tahap tertentu, misalnya pembuatan teks secara bersama-sama, dosen
boleh mengarahkan mahasiswa untuk kembali kepada tahap pemodelan.
Setiap bab pada buku Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi yang diterbitkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini terdapat empat bagian kegiatan
belajar (A, B, C, dan D). Bagian A berkenaan dengan tahap pembangunan konteks,
yang dimaksudkan sebagai langkah-langkah awal yang dilakukan oleh dosen bersama
mahasiswa untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas
pada bab itu. Bagian B adalah tahap pemodelan, yaitu tahap yang berisi tentang
pembahasan teks yang diberikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan
kepada semua aspek kebahasaan yang membentuk teks itu secara keseluruhan. Bagian
C adalah tahap pembangunan teks secara bersama-sama. Pada bagian ini, karena pada
dasarnya mahasiswa belum dapat membangun teks secara mandiri, mahasiswa masih
membutuhkan fasilitasi dari pihak lain. Fasilitasi itu dapat berasal dari dosen, teman
sejawat, atau siapa pun. Dengan demikian, pada tahap ini mahasiswa bersama-sama
mahasiswa lain dan dosen sebagai fasilitator menyusun kembali teks seperti yang
ditunjukkan pada model. Tugas-tugas yang diberikan berupa semua aspek kebahasaan yang
sesuai dengan ciri-ciri yang dituntut pada jenis teks yang dimaksud. Adapun Bagian D
adalah tahap belajar mandiri. Pada tahap ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengaktualisasikan diri dengan menggunakan teks sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti
yang ditunjukkan pada model tanpa bantuan dari mana pun.
10. Penilaian
Penilaian yang diterapkan meliputi penilaian otentik, penilaian portofolio, dan
penilaian diri. Selain itu, Tes Standar UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia)
dapat diberikan.
(1) Penilaian otentik
Penilaian terhadap teks yang dihasilkan oleh mahasiswa sesuai dengan model yang
diberikan baik dari segi genre, struktur teks, maupun ciri-ciri kebahasaannya.
(2) Portofolio
Mahasiswa diminta untuk membuat rangkuman terhadap materi yang dipelajari
dan membuat proyek sesuai dengan kebutuhan akademiknya.
(3) Penilaian diri
Predikat UKBI
Sangat Unggul
Sangat Unggul
Sangat Unggul
Pelatihan
Kebahasaan
40 jam
50 jam
60 jam
Lampiran:
(1) Rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi
(2) Deskripsi Materi Buku Bahasa Indonesia: Ekpresi diri dan akademik untuk
perguruan tinggi (D3, D4, dan Sarjana)
(3) Rancangan Pembelajaran
(4) Jenis-jenis Teks
Lampiran 1
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA
UNTUK PERGURUAN TINGGI
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
sebagai pola hidup dalam
konteks akademik, dan/atau
profesi serta kehidupan.
KOMPETENSI DASAR
1.1
1.2
1.3
2. Mengembangkan perilaku
(jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong,
kerja sama, cinta damai,
responsif dan pro-aktif),
menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa, serta
memosisikan diri sebagai agen
transformasi masyarakat yang
berakhlak mulia dalam
membangun peradaban bangsa
yang memancarkan nilai dan
moral Pancasila, dan
2.1
2.2
2.3
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
3. Memahami, menerapkan,
3.1
menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif dengan
3.2
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait berbagai
fenomena dan kejadian, serta
3.3
menggunakannya pada bidang
kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya.
3.4
3.5
3.6
3.7
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
Lamppiran 2
DESKRIPPSI MATERI MATA KULIAH WAJIB UMUM
BAHASA INDONESIA: EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK
UNTUK PERGURUAN TINGGI
Desain Buku
Buku yang berjudul BAHASA INDONESIA: Ekspresi diri dan akademik untuk
perguruan tinggi ini terdiri atas lima bab isi dan satu bab pendahuluan. Secara garis
besar, masing-masing bab itu dapat diuraikan sebagai berikut.
Pendahuluan
Bab Pendahuluan berisi pengantar yang memberikan penjelasan secara umum
tentang mata kuliah bahasa Indonesia. Mahasiswa diberi gambaran tentang hakikat
bahasa, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia (dibandingkan dengan bahasa daerah
dan bahasa asing), kerangka konseptual, serta desain dan konsep pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis teks.
Bab I. Mengeksplorasi Berbagai Jenis Teks Akademik
Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis, misalnya
buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, dan artikel ilmiah. Jenisjenis tersebut merupakan genre makro yang masing-masing di dalamnya terkandung
campuran dari beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Beragam genre mikro itu telah mahasiswa pelajari pada waktu mereka
berada di bangku Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah
Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Bab ini mengajak mahasiswa untuk
mengeksplorasi bagaimana berbagai jenis teks akademik berproses di lingkungan
akademik mereka dan mengapa mereka memerlukan teks-teks tersebut untuk
mengekspresikan diri.
Untuk mencapai hal itu, mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri untuk:
(1) Menelusuri struktur dan kaidah teks akademik dalam genre makro untuk menguak
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan
(2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro
(3) Menggali teks akademik dalam genre makro
(4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro
(5) Menyajikan esensi dan urgensi teks akademik dalam genre makro
(6) Membuat rangkuman tentang hakikat dan pentingnya teks akademik dalam genre
makro
(7) Membuat proyek belajar: (Proyek 1)
Bab II. Menjelajah Dunia Pustaka
Sebagai insan akademik, mahasiswa tentu harus membaca karya-karya ilmiah,
antara lain buku. Pada saat mahasiswa membaca buku, mahasiswa harus mencernanya
dengan seksama agar mahasiswa memahami isinya. Di pihak lain, mahasiswa perlu
(6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro proposal penelitian
dan proposal kegiatan
(7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas
(8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 3)
Bab IV. Melaporkan Hasil Penelitian dan Hasil Kegiatan
Hasil penelitian dan hasil yang telah mahasiswa lakukan perlu mahasiswa
komunikasikan ke berbagai pihak dalam bentuk laporan penelitian dan laporan kegiatan.
Agar laporan penelitian dan laporan kegiatan mahasiswa dapat dipahami oleh pihak
lain, laporan itu harus mahasiswa susun menurut tata cara yang berlaku secara
akademik, baik dari segi isi maupun bahasa yang digunakan. Melalui bab ini,
mahasiswa akan belajar bagaimana melaporkan hasil penelitian dan hasil kegiatan.
Kemampuan untuk membuat laporan yang baik dapat mahasiswa raih dengan:
(1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan
(2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro laporan
hasil penelitian dan hasil kegiatan
(3) Menggali teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan
(4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro laporan hasil
penelitian dan hasil kegiatan
(5) Menyajikan teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan
(6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro laporan hasil
penelitian dan hasil kegiatan
(7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas
(8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 4)
Bab V. Mengaktualisasikan Diri melalui Artikel Ilmiah
Laporan penelitian sebagaimana yang telah mahasiswa buat di Bab IV dapat
dituangkan ke dalam artikel ilmiah. Pada dasarnya, artikel ilmiah yang demikian itu
merupakan laporan penelitian yang disajikan dalam bentuk artikel ilmiah. Artikel jenis
ini disebut artikel penelitian, yaitu artikel yang didasarkan pada penelitian. Jenis artikel
lainnya adalah artikel konseptual, yaitu artikel sebagai hasil pemikiran secara
konseptual. Artikel jenis yang kedua ini tidak merupakan laporan penelitian.
Pada bab ini, mahasiswa diajak untuk menyelami bagaimana memformulasikan
artikel ilmiah, baik artikel penelitian maupun artikel konseptual (termasuk artikel
ilmiah populer). Pada bab ini, mahasiswa diarahkan untuk:
(1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro artikel
ilmiah
(3) Menggali teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(5) Menyajikan teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas
(8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 5)
Lampiran 3
1. Tujuan
Setelah akhir perkuliahan MKWU Bahasa Indonesia ini, mahasiswa dapat
mengaktualisasi diri melalui bahasa akademik dalam berbagai genre makro untuk
menanya, mengobservasi, mengeksplorasi, menilai, menganalisis, mencipta, dan
mengomunikasikan karya akademik (yang meliputi ulasan buku, proposal
penelitian, proposal kegiatan, laporan penelitian, laporan kegiatan, dan artikel
ilmiah), baik secara tulis maupun lisan.
2. Deskripsi Materi
Tatap
Muka
Materi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Keterangan
3. Daftar Pustaka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Bahasa Indonesia: Ekspresi diri
dan akademik untuk Perguruan tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
(Sumber pustaka yang lain menyusul, dan ini merupakan bagian tugas pencarian
yang diberikan kepada mahasiswa).
Lampiran 4
JENIS-JENIS TEKS
Genre sebagai jenis teks, dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre fiksi
atau rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan kejadian,
peristiwa, atau keadaan nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre fiksi
adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan pada kenyataan yang
sesungguhnya.
Genre faktual meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon (recount), eksplanasi,
eksposisi, dan diskusi. Di pihak lain, genre fiksi mencakup: rekon, anekdot,
cerita/narartif, dan eksemplum.
1. Jenis Teks Faktual
Genre faktual adalah genre yang dihasilkan berdasarkan kenyataan, yang meliputi:
deskripsi, laporan, prosedur, penceritaan, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Sementara itu,
genre cerita adalah genre fiksi yang dihasilkan berdasarkan rekaan. Genre cerita meliputi
penceritaan, anekdot (anecdote), eksemplum (exemplum), dan naratif (narrative).
1.1
Laporan
Teks laporan mempunyai fungsi sosial untuk membuat klasifikasi mengenai
sesuatu. Dengan klasifikasi, hal yang dilaporkan itu dapat digolongkan ke dalam kelas
atau subkelas tertentu. Adapun struktur teks yang digunakan adalah Pernyataan Umum
atau Klasifikasi^ Anggota/Aspek yang Dilaporkan.
Harimau
Pernyataan
Umum atau
Klasifikasi
Anggota/Aspek
yang Dilaporkan
Harimau dapat mencapai tinggi 1,5 meter, panjang 3,3 meter, dan
berat 300 kilogram. Bulunya berwarna putih dan cokelat keemasemasan dengan belang atau loreng berwarna hitam. Gigi
taringnya kuat dan tajam untuk mengoyak daging. Kakinya
berjumlah empat dengan cakar yang kuat untuk menerkam
mangsanya.
Deskripsi
Fungsi sosial teks deskripsi adalah untuk menguraikan sesuatu secara individual
menurut ciri-ciri fisiknya. Untuk itu, struktur teks yang digunakan untuk
mengorganisasikannya adalah Pernyataan Benda yang Dideskripsikan^Bagian yang
Dideskripsikan.
Harimau di Kebun Binatang A
Pernyataan
Benda yang
Dideskripsikan
Bagian-Bagian
yang
Dideskripsikan
1.3
Prosedur
Teks yang tergolong ke dalam genre ini mempunyai fungsi sosial untuk
Langkahlangkah
Rekon
Fungsi sosial teks rekon adalah untuk mebangkitkan atau menghidupkan pengalaman
nyata di masa lampau agar tercipta semacam hiburan bagi pembaca atau pendengar. Dengan
teks penceritaan, pencipta teks dapat berbagi pengalaman dengan pembaca atau pendengar.
Teks penceritaan disusun dengan tata organisasi Orientasi^ Urutan Peristiwa^Reorientasi.
Pada struktur teks tersebut, Reorientasi merupakan tahap struktur yang bersifat pilihan.
Pariwisata ke Parang Tritis
Orientasi
Eksplanasi
Teks eksplanasi mempunyai fungsi sosial untuk menjelaskan proses terjadinya
Urutan SebabAkibat
Urutan SebabAkibat
Urutan SebabAkibat
Eksposisi
Teks eksposisi adalah teks yang berisi gagasan pribadi atau usulan mengenai
sesuatu. Teks eksposisi juga sering disebut argumentasi satu sisi. Dikatakan demikian
karena pencipta teks ini mempertahankan gagasan atau usulannya berdasarkan
argumentasi yang ia yakini benar tanpa membandingkannya dengan argumentasi dari
pihak lain.
Terdapat dua macam eksposisi, yaitu eksposisi analitis dan eksposisi hortatoris.
Sesuai dengan kedua jenis eksposisi tersebut, fungsi sosial teks eksposisi adalah untuk
mengajukan argumentasi bahwa sesuatu itu benar adanya (untuk eksposisi analitis) atau
bahwa sesuatu yang diusulkan itu harus dilakukan (untuk eksposisi hortatoris).
Eksposisi analitis berkenaan dengan konsep atau teori tentang sesuatu, sedangkan
eksposisi hortatoris berkenaan dengan tindakan yang perlu dilakukan atau kebijakan
yang perlu dibuat. Diterima atau tidaknya gagasan atau usulan tersebut oleh pihak lain
bergantung kepada kuat atau tidaknya argumentasi yang diajukan.
Teks
eksposisi
disusun
dengan
struktur
teks
Pernyataan
Pendapat
Argumentasi
(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris, 2003: 61-62;
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 103-104)
1.7
Diskusi
Fungsi sosial teks diskusi adalah untuk menyatakan kontroversi sebuah isu dari
dua sudut pandang. Meskipun kedua sudut pandang itu dibeberkan secara seimbang,
pencipta teks dapat berdiri di salah satu sudut pandang atau bersikap netral terhadap isu
yang dimaksud. Apabila pencipta teks berada di salah satu sisi, pembaca atau
pendengar diharapkan mengikutinya, tetapi apabila ia bersikap netral, pembaca atau
pendengar diberi kebebasan untuk memilih sendiri sudut pandang yang dianggap benar.
Argumentasi
Mendukung
Argumentasi
Menentang
Simpulan/
Rekomentdasi
(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris, 2003: 66-67)
2. Jenis Teks Fiksi
Seperti telah dinyatakan di atas bahwa genre cerita adalah genre rekaan. Isi teks
tidak didasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya.
2.1
Rekon
Teks penceritaan pada genre cerita sama dengan teks penceritaan pada genre
faktual. Perbedaannya terletak pada isi yang dimuat. Di bawah genre faktual, teks
penceritaan didasarkan pada peristiwa nyata, tetapi di bawah genre cerita, teks
penceritaan didasarkan pada peristiwa dalam khayalan.
Karena pada dasarnya kedua genre penceritaan tersebut sama, struktur teks dan
ciri-ciri linguistiknya pun juga sama. Untuk itu, Anda dapat melihat kembali
pembicaraan tentang teks penceritaan pada genre faktual di atas.
Kejadian di Rumah Susun
Orientasi
Urutan Peristiwa Mereka berkumpul dan beramai-ramai, tetapi hal itu tidak terlalu
mengganggu, meskipun Jane, isteri saya, terbangun berkali-kali.
Akan tetapi, di pagi harinya, ketika saya membuka pintu garasi
di lantai dasar, saya tidak dapat mengeluarkan mobil dari garasi,
karena di depan pintu terdapat mobil lain yang menutupi separo
jalan keluar. Padahal, saya harus mengantarkan Jane ke
kantornya. Dugaan saya, itu pasti mobil tamu yang datang ke
pesta tadi malam. Ternyata mobil tersebut bukan milik tamu.
Saya menanyakannya ke sepasang suami isteri itu, tetapi mereka
tidak tahu pemiliknya. Lalu saya menelpon polisi. Ketika polisi
datang, polisi itu tidak dapat berbuat apa-apa kecuali
memberikan surat tilang yang diselipkan di wiper depan. Betulbetul sia-sia. Kami dengan susah payah mendorong mobil itu
agar sedikit bergeser.
Reorientasi
2.2
Anekdot
Teks anekdot adalah teks rekaan yang berisi peristiwa yang membuat jengkel atau
konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Secara interpersonal, perasaan jengkel dan
konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan
antara aman/tidak aman, puas/frustrasi, dan tercapai/gagal. Struktur teks anekdot adalah
Abstrak^Orientasi^Krisis^Reaksi^Koda.
Kejadian di Rumah Susun
Abstrak
Orientasi
Krisis
Lelaki itu terlihat tidak berkenan, karena ia juga tidak dapat tidur
semalam, terganggu oleh pesta tetangga di sisi sebelah lain itu!
Koda
2.3
Eksemplum
Teks eksemplum adalah teks rekaan yang berisi insiden yang menurut
Orientasi
Insiden
Pagi tadi, ada sebuah mobil yang diparkir di depan pintu garasi,
sehingga menghalangi pintu keluar mobil saya. Saya kira mobil itu
milik seseorang yang mengikuti pesta tadi malam. Saya mengetuk
pintu tetangga itu dan menanyakan hal ini kepada mereka, tetapi
mereka tidak tahu. Saya bertanya kepada tentangga yang lain,
sebelum saya menelpon polisi, dengan harapan polisi dapat
menindak pemilik mobil dan menyingkirkanya.
Interpretasi
Koda
2.4
Naratif
Teks naratif adalah teks rekaan yang berisi komplikasi yang menimbulkan
masalah yang memerlukan waktu untuk melakukan evaluasi agar dapat memecahkan
masalah tersebut. Teks naratif pada umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, cerita
pendek, atau novel. Struktur teksnya adalah Abstrak^Orientasi^Komplikasi^
Evaluasi^Resolusi^Koda.
Cinderela
Abstrak
Orientasi
Komplikasi
Evaluasi
Resolusi
3.
itu secara keseluruhan perlu diberi nama, dan nama itu ternyata menjadi nama genre
yang mewadahi genre-genre yang terkadung di dalamnya tersebut. Genre yang menjadi
wadah tadi disebut genre makro dan genre-genre yang diwadahi disebut genre mikro.
Di sekitar kita, terdapat teks iklan, brosur, editorial/tajuk rencana, proposal,
ulasan, dan lain-lain. Nama-nama teks itu sekaligus menjadi nama genre makro, dan di
dalam genre-genre makro itu ditemukan genre-genre mikro seperti deskripsi, prosedur,
rekon, eksplanasi, eksposisi, atau diskusi.
Berikut ini, disajikan genre makro ulasan buku (review) sebagai contoh. Ulasan
buku disusun dengan struktur teks Identitas^ Orientasi^Tafsiran Isi^Evaluasi^
Rangkuman Evaluasi. Setiap tahapan pada struktur teks itu direalisasikan oleh genregenre mikro yang sesuai dengan fungsi retoris yang dikehendaki. Sebagai genre makro,
ulasan buku berfungsi secara sosial untuk menilai buku itu berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu. Seperti terlihat pada Tabel 1, genre-genre mikro yang ada juga
mengemban fungsi retoris sendiri-sendiri.
PERANGI NARKOBA
Judul
Penulis
Penerbit
Tahun
Tebal
Bahasa
Sampul
:
:
:
:
:
:
udul
(3) Buku ini memaparkan data dan fakta seputar penyalahgunaan narkoba
di kalangan remaja/siswa. Melalui sebuah penelitian lapangan, Suyadi
berhasil menemukan lorong-lorong gelap sebagai tempat berlangsungnya
praktik penyalahgunaan narkoba oleh kalangan pelajar. Dari penelitian itu
pula, Suyadi menangkap banyak paradoks penyalahgunaan narkoba di
kalangan remaja atau siswa menengah.
(4) Satu di antara paradoks itu ialah rentannya kalangan remaja/siswa
terperangkap ke dalam penyalahgunaan narkoba, pada satu sisi, padahal
bangsa kita adalah bangsa yang religius serta pendidikan nasional kita
mengajarkan karakter pancasilais, pada sisi lain. Gejala inilah yang
menjadi dorongan utama bagi Suyadi untuk melakukan penelitian saintifik
mengenai pola persebaran penyakit narkoba di kalangan remaja/siswa.
(5) Dengan metodologi penelitian yang terukur serta analisis teoretik
Identitas
(Opsional)
Deskripsi
Orientasi
Deskripsi ( dan
atau meliputi
Eksposisi)
Tafsiran Isi
Deskripsi (dan
atau meliputi
Rekon)
Evaluasi
Fungsi Retoris
(Diambil dari draft buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
untuk Perguruan Tinggi, 2014)
Sebagian bahan pada Lampiran 4 ini dikembangkan dari draf buku saya yang berjudul
Pengantar Ringkas Linguistik Sistemik Fungsional. Email: wiratno.tri@gmail.com