Anda di halaman 1dari 38

PEDOMAN MATA KULIAH WAJIB UMUM:

BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik

untuk Perguruan Tinggi

Dr. Tri Wiratno, M.A.


Dr. Dwi Purnanto, M.Hum.
Dr. Vismaia S. Damaianti, M.Pd.

1.

Pendahuluan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara (Pasal 36, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Pernyataan konstitusi tersebut menyiratkan


bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai identitas negara dan simbol kedaulatan serta
sekaligus faktor pembeda dari negara lain. Kedaulatan negara kesatuan Republik
Indonesia sangat ditentukan oleh seberapa kuat bahasa negara itu difungsikan dan
dimanfaatkan

dalam

kehidupan

bernegara,

termasuk

dalam

penyelenggaraan

pendidikan secara nasional.


Penyelenggaraan pendidikan Indonesia sejauh ini belum dioptimalkan untuk
mencapai cita-cita konstitusi tersebut. Hasil pendidikan nasional memperlihatkan
bahwa bahasa Indonesia cenderung berkembang inferior di tengah kehidupan
masyarakat. Inferioritas bahasa Indonesia terhadap bahasa asing, khususnya bahasa
Inggris, disebabkan oleh rendahnya kompetensi masyarakat terdidikterutama dimensi
sikap sosial untuk bertindak setia, bangga, dan tanggung jawabdalam penggunaan
bahasa Indonesia sesuai dengan norma.
Fakta tersebut jelas berimplikasi buruk pada masa depan bahasa negara dan
bangsa Indonesia sendiri. Harapan agar bahasa Indonesia menjadi wahana utama jati
diri bangsa dan identitas negara Indonesia akan seperti jauh panggang dari api. Bahkan,
pengembangan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
teknologi akan lambat dan upaya pencerdasan kehidupan bangsa pun terhambat. Oleh
karena itu, penyelenggaraan mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi perlu
dipacu untuk meningkatkan kompetensi dalam berbahasa Indonesia sebagai bentuk
ekspresi diri dan akademik. Buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk
perguruan tinggi ini disusun untuk memenuhi harapan tersebut.
2.

Landasan Yuridis
Landasan yurudis penulisan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik

untuk perguruan tinggi ini adalah:


(1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal
36);
(2) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas;

(3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,


Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan;
(4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi;
(5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 032 Tahun 2013 tentang
Standar Nasional Pendidikan;
(6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
3.

Kerangka Konseptual
Konsep nasionalisme Indonesia dibangun oleh para pendiri negara atas dasar atau

fondasi bahasa, bukan fondasi ras/etnis atau agama. Tidak ada satu agama pun yang
dijadikan landasan berdirinya negara bangsa Indonesia. Meskipun demikian, landasan
agama terdapat pada diri setiap warga negara. Konsep kebangsaan Indonesia pun tidak
direpresentasi oleh salah satu di antara ratusan ras/etnis yang ada di Indonesia, tetapi
konsep

kesukuan

berada dalam

diri

individu masing-masing di

kelompok

masyarakatnya.
Di tengah keragaman etnis dan keyakinan beragama tersebut, keberadaan bahasa
Indonesia disyukuri sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa oleh setiap warga negara
dengan mengaktualisasikan diri dalam komunikasi berbahasa Indonesia baik lisan
maupun tulis. Melalui penyelenggaraan mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan
tinggi, penguatan jati diri bangsa Indonesia mengarahkan sikap spiritual sivitas
akademik untuk menerima, menghargai, dan menghayati keberadaan bahasa
kebangsaan Indonesia yang merupakan anugerahTuhan Yang Maha Esa.
Penghayatan atas nilai-nilai keberadaan bahasa Indonesia diwujudkan dalam
bentuk pengamalan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, responsif,
dan proaktif dalam kehidupan bermasyarakat. Penyelenggaraan mata kuliah Bahasa
Indonesia di perguruan tinggi mengupayakan peningkatan penghayatan sivitas
akademik agar mampu menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
permasalahan hilangnya fungsi bahasa Indonesia di masyarakat. Dengan sikap itu,
sivitas akademik mampu menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang cerdas
dalam pergaulan dunia global.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara membawa konsekuensi


bahwa bahasa Indonesia harus mampu mengemban tujuan nasional bangsa Indonesia,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kehidupan bangsa yang cerdas, setiap
warga negara, apalagi mereka yang telah terdidik, tidak hanya harus mampu memahami
berbagai informasi, tetapi juga mampu menjelaskan, menerapkan, mengevaluasi, dan
bahkan mampu mencipta ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni (ipteks), baik
sebagai bentuk implementasi maupun inovasi. Untuk itu, diperlukan kemahiran
mewujudkan teks sebagai bentuk terlengkap komunikasi berbahasa. Penyelenggaraan
mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi bertujuan menciptakan sivitas
akademik yang cerdas berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia secara khusus bertujuan untuk
menciptakan sivitas akademik yang terampil memproduksi dan menggunakan teks
sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks,
bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan
sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada
konteks sosial budaya akademik. Oleh karena itu, teks dipandang sebagai satuan bahasa
yang bermakna secara kontekstual, dan materi ajar bahasa Indonesia disajikan dengan
prinsip pembelajaran berbasis teks.
Pada Prawacana buku Bahasa Indonesia Wahana Ilmu Pengetahuan (2013)
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik (2013) untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), dinyatakan:
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip
bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan
kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses
pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat
fungsional, yaitu penggunaan bahasa tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena
bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi
penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir
manusia, dan cara berpikir seperti itu direalisasikan melalui struktur teks (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).

Sehubungan dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks


tersebut, secara konseptual perlu dirumuskan bahwa di dalam setiap teks terdapat
struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, di dalam struktur teks
tergambar struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks dalam bentuk

genre makro yang dikuasai oleh sivitas akademik, makin banyak pula struktur berpikir
yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sosial dan akademiknya di masyarakat,
baik di tingkat nasional maupun global. Hanya dengan cara itu, sivitas akademik
kemudian

dapat

mengonstruksi

ilmu

pengetahuannya

melalui

kemampuan

mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan


hasil analisis secara saintifik.
4.

Visi dan Misi


Visi dan misi penulisan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik

untuk perguruan tinggi dapat diuraikan sebagai berikut.


Visi:
Terwujudnya sivitas akademik yang mampu memicu dan memacu pengembangan
fungsi bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan di dunia
global.
Misi:
(1) Meningkatkan literasi berbahasa Indonesia di kalangan sivitas akademik;
(2) Meningkatkan akses dan relevansi pendidikan tinggi berbasis bahasa Indonesia;
(3) Meningkatkan kemampuan sivitas akademik untuk mencari dan menemukan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni melalui bahasa Indonesia;
(4) Meningkatkan kesadaran sivitas akademik akan peran pentingnya sebagai agen
transformasi pola berpikir saintifik melalui penggunaan bahasa Indonesia.
5.

Tujuan
Buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi

dirancang untuk mencapai tujuan sebagai berikut:


(1) untuk menumbuhkan sikap mental sivitas akademik yang mampu mengapresiasi
nilai-nilai bahasa Indonesia sebagai simbol kedaulatan bangsa dan negara;
(2) untuk memberikan pemahaman dan penghayatan atas keberadaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pemersatu bangsa dan bahasa ipteks;

(3) untuk menyiapkan sivitas akademik agar mampu menganalisis permasalahan dan
mencari solusi terhadap persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara melalui pembuatan dan penggunaan teks;
(4) untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara akademik baik dalam
bentuk bahasa Indonesia lisan maupun tulis demi pengembangan ipteks dalam
tatanan dunia global.
6.

Desain Mata Kuliah


Mata kuliah Bahasa Indonesia didesain sedemikian rupa sehingga dapat

menjadikan bahasa Indonesia sebagai wahana untuk ekspresi diri dan akademik. Desain
itu dapat digambarkan ke dalam poin-poin sebagai berikut.
(1) Kompetensi Inti (KI) merupakan kompetensi generik yang isinya merujuk pada
esensi Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tujuan Pendidikan Tinggi yang
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012,
KKNI (Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013), dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang tercantum dalam Permendikbud tentang Standar Nasional Sistem
Pendidikan Tinggi. Kompetensi Inti mencakupi unsur nilai spiritual, nilai sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Keempat unsur itu berfungsi sebagai organisator
semua MKWU, baik Pendidikan Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, maupun
Bahasa Indonesia.
(2) Kompetensi

Dasar

(KD)

merupakan

kemampuan

spesifik

yang

isinya

mendeskripsikan kemampuan yang berkaitan dengan substansi mata kuliah, yang


dalam hal ini mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai salah satu elemen Mata Kuliah
Wajib Umum. Dalam konteks Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
Kompetensi Dasar sepadan dengan konsep dan posisi capaian pembelajaran.
(3) Kompetensi Inti 1 dan 2 (KI 1 dan KI 2) dikembangkan secara koheren dan
harmonis sebagai dampak pengiring (nurturant effects). KI 1 dan KI 2 secara
filosofis berfungsi sebagai dasar aksiologis mata kuliah.
(4) Kompetensi Inti 3 dan 4 (KI 3 dan KI 4) dikembangkan secara konsisten dan
interaktif sebagai dampak instruksional. KI 3 dan KI 4 secara filosofis berfungsi
sebagai dasar ontologis dan epistemologis mata kuliah.

(5) Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4 secara bersama-sama merupakan entitas capaian


pembelajaran dalam konteks utuh proses psikologis pedagogis/andragogis sebagai
suatu proses pencapaian/perwujudan tujuan pendidikan nasional.
(6) Dalam konteks materi kuliah Bahasa Indonesia, Kompetensi Dasar dijabarkan
secara utuh, koheren, dan konsisten berdasarkan pada kerangka Kompetensi Inti 1,
2, 3, dan 4 yang kemudian dikembangkan dalam materi kuliah.
(7) Kompetensi Dasar 1.1 sampai dengan 1.3 berfungsi untuk membangun sikap
spiritual sivitas akademik terhadap keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah
Tuhan Yang Masa Esa.
(8) Kompetensi Dasar 2.1sampai dengan 2.4 berfungsi untuk membangun sikap sosial
dengan cara menunjukkan perilaku jujur, responsif, santun, tanggung jawab, peduli,
disiplin, dan toleran atas keberagaman dalam menggunakan bahasa Indonesia
untuk menyampaikan teks akademik.
(9) Kompetensi Dasar 3.1sampai dengan 3.4 bertujuan untuk memberikan wawasan
dan pengetahuan berbahasa Indonesia kepada sivitas akademik agar mereka
mampu memahami struktur dan kaidah, membandingkan satu teks dengan teks
lainnya, menganalisis, dan mengevaluasi teks-teks akademik.
(10) Kompetensi Dasar 4.1sampai dengan 4.7 bertujuan untuk memberikan peningkatan
keterampilan berpikir kritis untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan norma bagi
sivitas akademik agar mampu mengabstraksi, mengonsepkan, mengadaptasi,
memproduksi, menyunting, mengombinasikan, dan mengaktualisasikan teks-teks
akademik. Kompetensi berbahasa Indonesia seperti itu diperoleh melalui
penerapan pendekatan saintifik.
7.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup isi buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk

perguruan tinggi dapat dijabarkan menjadi pokok-pokok bahasan di bawah ini.


(1) Hakikat Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan dan Bahasa Negara
Membangun sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan mengenal arti
kebersamaan dalam keragaman suku bangsa yang ada di Indonesia, serta norma
dan peluang penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi keilmuan.

(2) Mengeksplorasi Teks dalam Kehidupan Akademik (penanaman nilai dan hakikat
bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan)
Ruang lingkup ini meliputi pengenalan berbagai teks dalam genre akademik
kepada mahasiswa agar mereka dapat bersikap lebih arif dan positif terhadap
bahasa Indonesia yang digunakan di masyarakat akademik.
(3) Menjelajah Dunia Pustaka
Lingkup ini meliputi kegiatan memahami, membandingkan, menganalisis, dan
mengevaluasi berbagai ulasan buku. Dengan kegiatan tersebut, mahasiswa
diarahkan untuk terbiasa membuat ulasan buku.
(4) Mendesain Proposal Penelitian dan Proposal Kegiatan
Ruang lingkup ini meliputi pengabstraksian, pengonsepan, pengadaptasian, dan
pemroduksian rancangan penelitian dan rancangan kegiatan.
(5) Melaporkan Hasil Penelitian dan Hasil Kegiatan
Dalam ruang lingkup ini, mahasiswa memberikan laporan hasil penelitian dan
hasil kegiatan, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
(6) Mengaktualisasikan Diri dalam Artikel Ilmiah
Ruang lingkup ini mencakup berbagai upaya yang harus dilakukan mahasiswa
untuk secara mandiri membangun sebuah teks akademik dalam bentuk artikel
ilmiah. Artikel ilmiah yang diharapkan untuk dijadikan sarana ekspresi diri
meliputi artikel penelitian, artikel konseptual, dan artikel ilmiah populer.
8.

Pembelajaran
Pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi merupakan proses

pembentukan miniatur kehidupan bahasa negara di masyarakat. Dalam pembelajaran


bahasa Indonesia ini, kampus menjadi arena utama pengembangan bahasa Indonesia
sebagai identitas negara dan ekspresi diri bangsa yang lebih bermartabat. Oleh karena
itu,

partisipasi

aktif sivitas

akademik

diperlukan

untuk

menyusun

strategi

pengembangan metode pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan pembelajaran aktif


mendorong mahasiswa lebih banyak melakukan eksplorasi daripada hanya pasif
menerima informasi pengetahuan dari pengajar.
Keunggulan pembelajaran aktif tersebut ialah bahwa mahasiswa tidak hanya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia, tetapi juga
berkesempatan mengembangkan sikap baik spiritual maupun sosial untuk bertindak

positif terhadap bahasa Indonesia. Proses pembelajaran aktif itu terdapat dalam
implementasi pendekatan teks dengan tahapan: pembangunan konteks dan pemodelan
teks, kerja sama membangun teks, serta kerja mandiri membangun teks. Proses
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi ini diwujudkan
sebagai aktivitas belajar dalam bentuk pembelajaran genre makro.
Proses pembelajaran aktif tersebut dilakukan dengan menerapkan berbagai
metode belajar, antara lain, sebagai berikut.
(1) Pembelajaran Tematik
Metode ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai,
sikap pembelajaran, dan pemikiran yang kreatif dalam menggunakan teks tertentu
(tematik) untuk membangun sebuah konteks yang baru.
(2) Pembelajaran Berbasis Saintifik
Metode belajar ini mengutamakan kaidah-kaidah ilmiah, objektif, terukur, dan
sistematis dalam melakukan pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu teks.
(3) Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berorientasi proses,
relatif berjangka waktu, dan berfokus pada masalah tertentu. Metode ini
mengedepankan kolaborasi dalam kelompok yang heterogen untuk merancang
sebuah proyek tertentu.
(4) Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode ini berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Dengan metode belajar
ini, sivitas akademik disodorkan pada suatu masalah, yang kemudian melalui
pemecahan masalah tersebut mereka dapat memperoleh keterampilan-keterampilan
baru yang lebih mendasar.
(5) Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif adalah suatu metode pembelajaran yang di dalam
prosesnya, sivitas akademik, baik yang berasal dari disiplin ilmu yang sama
maupun dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, bekerja sama mengeksplorasi
sebuah pertanyaan spesifik atau bekerja sama merancang sebuah proyek bersama.
(6) Pembelajaran Berbasis Teks
Pembelajaran berbasis teks atau pembelajaran berbasis genre mengandung makna
bahwa teks beserta unsur-unsur di dalamnya menjadi bahan dasar pembelajaran.

Mahasiswa tidak hanya mempelajari isi dan kaidah-kaidah tentang teks, tetapi juga
mempelajari nilai-nilai sosial yang terungkap di dalamnya.
9.

Pembelajaran Berbasis Teks


Pembelajaran berbasis teks juga disebut pembelajaran berbasis genre. Secara

sempit genre diartikan sebagai jenis teks. Secara luas, genre didefinisikan sebagai a
staged, goal-oriented social process (Martin, 1985a; Martin, 1992), yaitu proses sosial
yang berorientasi kepada tujuan yang dicapai secara bertahap. Genre merupakan
proses sosial karena melalui genre atau teks anggota masyarakat berkomunikasi;
genre berorientasi kepada tujuan karena orang menggunakan jenis teks tertentu untuk
melakukan sesuatu, misalnya untuk memasak mi instan orang menggunakan teks
prosedur; dan genre dikatakan bertahap karena untuk mencapai tujuannya, teks
disusun dalam tahapan-tahapan (Martin & Rose, 2003:7-8). Tahapan-tahapan itu tidak
lain adalah tahapan-tahapan pada struktur teks (Wiratno, 2014). Melalui tahapantahapan itulah tujuan sosial atau fungsi sosial teks dapat dicapai. Sebagai ilustrasi dapat
disebutkan bahwa teks dengan genre eksposisi mempunyai tujuan sosial untuk
menyampaikan gagasan agar gagasan itu diterima oleh pihak lain. Untuk itu, teks
eksposisi disusun dengan struktur teks: pernyataan tesis^argumentasi^pernyataan
ulang tesis (Tanda ^ berarti diikuti oleh).
Sementara itu, teks dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat
dimediakan secara tulis atau lisan yang ditata menurut struktur teks tertentu yang
mengungkapkan makna secara kontekstual (Wiratno, 2003; Wiratno, 2009).

Dari

definisi itu, dapat diungkapkan bahwa teks tidak selalu berwujud bahasa tulis,
sebagaimana telah lazim dipahami oleh khalayak, misalnya teks Pancasila yang sering
dibacakan pada saat upacara. Teks dapat berwujud baik tulis maupun lisan. Bahkan
dalam multimoda, teks dapat berwujud perpaduan antara teks lisan atau tulis dan
gambar/animasi/film. Selain itu, dapat diungkapkan pula bahwa teks dimaknai melalui
konteks.
9.1 Teks sebagai Bahan Dasar Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi
merupakan kelanjutan dari pendekatan yang sama di SMP/MTs dan SMA/MA. Teks
dan fungsi sosialnya serta unsur-unsur kebahasaan yang dikandung di dalamnya

menjadi fokus kegiatan pembelajaran. Fungsi sosial teks itu sesungguhnya adalah
tujuan teks tersebut. Sudah barang tentu unsur-unsur kebahasaan di dalam teks tidak
lagi diajarkan secara terpisah-pisah, tetapi secara integratif dengan struktur teks dan
fungsi/tujuan sosialnya. Dalam proses pembelajaran, perlu ditunjukkan bahwa unsurunsur dan struktur teks itu digunakan di dalam teks untuk memenuhi fungsi/tujuan
sosialnya. Karena teks yang satu memiliki fungsi/tujuan sosial yang berbeda, teks yang
berbeda juga memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan dan struktur teks yang berbeda
pula.
Telah disampaikan di atas bahwa teks berada dalam konteks. Teks diliputi oleh
dua konteks, yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi berkenaan
dengan penggunaan bahasa yang di dalamnya terdapat register yang melatarbelakangi
lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak
disampaikan (field); sasaran atau partisipan yang dituju oleh pesan, pikiran, gagasan,
atau ide itu (tenor); dan format bahasa yang digunakan untuk menyampaikan atau
mengemas pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu (mode). Terkait dengan format bahasa
tersebut, teks dapat diungkapkan ke dalam berbagai jenis atau genre, misalnya deskripsi,
laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, diskusi, naratif, cerita petualangan, anekdot,
dan lain-lain. Jenis-jenis itu tergolong ke dalam genre mikro dan sudah dipelajari di
SMP atau MTs dan SMA atau MA. Di perguruan tinggi, pembelajaran dipusatkan pada
genre makro (Lihat penjelasan pada E. 2).
Konteks yang kedua adalah konteks budaya masyarakat tutur bahasa yang
menjadi tempat jenis-jenis teks tersebut diproduksi. Konteks situasi merupakan konteks
yang terdekat yang menyertai penciptaan teks, sedangkan konteks budaya lebih bersifat
institusional dan global. Totalitas makna sebuah teks dapat dipahami dengan menggali
situasi dan konteks budaya sekaligus. Konteks budaya yang dikembangkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah konteks budaya akademik.
Pada konteks yang demikian itulah diciptakan dan digunakan teks dengan ragam
akademik.
9.2 Jenis-jenis Teks
Di atas telah dinyatakan bahwa jenis teks dimaknai sebagai genre dalam arti
sempit. Genre sebagai jenis teks, dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre
fiksional atau genre rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan

kejadian, peristiwa, atau keadaan nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre
fiksional adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan berdasarkan
kenyataan yang sesungguhnya.
Genre faktual meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon (recount), eksplanasi,
eksposisi, dan diskusi. Sementara itu, genre fiksional mencakup: rekon, anekdot,
cerita/naratif, dan eksemplum. Genre yang dipelajari pada mata kuliah Bahasa
Indonesia adalah genre faktual, bukan genre fiksional.
Di pihak lain, genre dapat dijelaskan dari sudut pandang makro dan mikro.
Nama-nama genre yang disebutkan di atas: laporan, deskripsi, prosedur, rekon,
eksplanasi, eksposisi, dan diskusi (untuk yang faktual) dan rekon, anekdot,
cerita/narartif, dan eksemplum (untuk genre fiksional) adalah nama-nama genre mikro.
Kenyataannya, teks-teks yang dijumpai di masyarakat merupakan campuran dari
beberapa genre mikro. Genre yang digunakan untuk menamai jenis teks itu secara
keseluruhan disebut genre makro. Genre makro berfungsi sebagai payung yang
membawahi genre-genre mikro yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, dapat
disebutkan teks editorial. Nama editorial sekaligus digunakan sebagai nama genre
makro editorial. Di dalam editorial, mungkin ditemukan campuran genre mikro
deskripsi, laporan, eksplanasi, dan rekon. Akan tetapi, sangat mungkin keseluruhan
editorial itu hanya ditulis dengan genre eksposisi atau diskusi. Dengan demikian, nama
genre makronya adalah editorial, dan nama genre mikro yang ada di dalamnya adalah
genre eksposisi atau diskusi. (Lampiran 4)
9.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Teks
Pada pengajaran dan pembelajaran berbasis teks, terdapat empat tahap yang harus
ditempuh (Rose & Martin, 2012), yaitu:
(1)

tahap pembangunan konteks,

(2)

tahap pemodelan teks,

(3)

tahap pembuatan teks secara bersama-sama,

(4)

tahap pembuatan teks secara mandiri.


Keempat tahap itu berlangsung secara siklus. Dosen dapat memulai kegiatan

belajar-mengajar dari tahap mana pun, meskipun pada umumnya tahap-tahap itu
ditempuh secara urut. Selain itu, apabila kegiatan belajar-mengajar mengalami

kesulitan pada tahap tertentu, misalnya pembuatan teks secara bersama-sama, dosen
boleh mengarahkan mahasiswa untuk kembali kepada tahap pemodelan.
Setiap bab pada buku Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi yang diterbitkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini terdapat empat bagian kegiatan
belajar (A, B, C, dan D). Bagian A berkenaan dengan tahap pembangunan konteks,
yang dimaksudkan sebagai langkah-langkah awal yang dilakukan oleh dosen bersama
mahasiswa untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas
pada bab itu. Bagian B adalah tahap pemodelan, yaitu tahap yang berisi tentang
pembahasan teks yang diberikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan
kepada semua aspek kebahasaan yang membentuk teks itu secara keseluruhan. Bagian
C adalah tahap pembangunan teks secara bersama-sama. Pada bagian ini, karena pada
dasarnya mahasiswa belum dapat membangun teks secara mandiri, mahasiswa masih
membutuhkan fasilitasi dari pihak lain. Fasilitasi itu dapat berasal dari dosen, teman
sejawat, atau siapa pun. Dengan demikian, pada tahap ini mahasiswa bersama-sama
mahasiswa lain dan dosen sebagai fasilitator menyusun kembali teks seperti yang
ditunjukkan pada model. Tugas-tugas yang diberikan berupa semua aspek kebahasaan yang
sesuai dengan ciri-ciri yang dituntut pada jenis teks yang dimaksud. Adapun Bagian D
adalah tahap belajar mandiri. Pada tahap ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengaktualisasikan diri dengan menggunakan teks sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti
yang ditunjukkan pada model tanpa bantuan dari mana pun.
10. Penilaian
Penilaian yang diterapkan meliputi penilaian otentik, penilaian portofolio, dan
penilaian diri. Selain itu, Tes Standar UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia)
dapat diberikan.
(1) Penilaian otentik
Penilaian terhadap teks yang dihasilkan oleh mahasiswa sesuai dengan model yang
diberikan baik dari segi genre, struktur teks, maupun ciri-ciri kebahasaannya.
(2) Portofolio
Mahasiswa diminta untuk membuat rangkuman terhadap materi yang dipelajari
dan membuat proyek sesuai dengan kebutuhan akademiknya.
(3) Penilaian diri

Mahasiswa diminta untuk mengukur capaian dirinya sendiri dengan menentukan


seberapa jauh ia telah menyelesaian sesuatu yang telah direncanakannya.
Sementara itu, Tes Standar UKBI digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat kemahiran mahasiswa dalam berbahasa Indonesia. Karena UKBI dikeluarkan
oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, UKBI dapat dilakasanakan dengan
bekerjasama dengan badan tersebut.
11. Dosen
Dosen yang diharapkan mengajarkan bahasa Indonesia memiliki kualifikasi
seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Selain memiliki kompetensi tertentu,
sebelum mengajar dosen seharusnya mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.
Kualifikasi Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Kualifikasi Akademik

Predikat UKBI

Magister Bahasa dan Sastra Indonesia


Magister Bahasa dan Sastra Non-Indonesia
Magister Non-Bahasa dan Sastra Indonesia

Sangat Unggul
Sangat Unggul
Sangat Unggul

Pelatihan
Kebahasaan
40 jam
50 jam
60 jam

Lampiran:
(1) Rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi
(2) Deskripsi Materi Buku Bahasa Indonesia: Ekpresi diri dan akademik untuk
perguruan tinggi (D3, D4, dan Sarjana)
(3) Rancangan Pembelajaran
(4) Jenis-jenis Teks

Lampiran 1
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA
UNTUK PERGURUAN TINGGI

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
sebagai pola hidup dalam
konteks akademik, dan/atau
profesi serta kehidupan.

KOMPETENSI DASAR
1.1

1.2

1.3

2. Mengembangkan perilaku
(jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong,
kerja sama, cinta damai,
responsif dan pro-aktif),
menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa, serta
memosisikan diri sebagai agen
transformasi masyarakat yang
berakhlak mulia dalam
membangun peradaban bangsa
yang memancarkan nilai dan
moral Pancasila, dan

2.1

2.2

2.3

Mensyukuri anugerah Tuhan akan


keberadaan bahasa Indonesia sebagai
penghela ilmu pengetahuan dan
menggunakannnya sesuai dengan kaidah
dan konteks untuk mempersatukan bangsa
Mensyukuri anugerah Tuhan akan
keberadaan bahasa Indonesia sebagai
penghela ilmu pengetahuan dan
menggunakannya sebagai sarana
komunikasi dalam memahami, menerapkan,
dan menganalisis informasi lisan dan tulis
melalui teks akademik dalam genre makro
ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan,
laporan penelitian/kegiatan, dan artikel
ilmiah
Mensyukuri anugerah Tuhan akan
keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sebagai penghela ilmu
pengetahuan dalam mengolah, menalar, dan
menyajikan informasi lisan dan tulis
melalui teks akademik dalam genre makro
ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan,
laporan penelitian/kegiatan, dan artikel
ilmiah
Menunjukkan perilaku jujur, responsif, dan
santun dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk menyampaikan teks
akademik dalam genre makro ulasan buku,
proposal penelitian/kegiatan, laporan
penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah
Menunjukkan perilaku tanggung jawab dan
peduli dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk memahami dan
menyampaikan teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal penelitian/
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
artikel ilmiah
Menunjukkan perilaku disiplin dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk

KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI DASAR

membangun dunia yang


sejahtera, aman, dan damai.
2.4

3. Memahami, menerapkan,
3.1
menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif dengan
3.2
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait berbagai
fenomena dan kejadian, serta
3.3
menggunakannya pada bidang
kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya.
3.4

3.5

3.6

3.7

memahami dan menyampaikan teks


akademik dalam genre makro ulasan buku,
proposal penelitian/kegiatan, laporan
penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah
Menunjukkan sikap toleransi atas
keberagaman penutur bahasa dalam
penggunaan bahasa Indonesia untuk
memahami dan menyajikan teks akademik
dalam genre makro ulasan buku, proposal
penelitian, laporan penelitian, dan artikel
ilmiah
Memahami struktur dan kaidah teks
akademik dalam genre makro ulasan buku,
proposal penelitian, laporan penelitian, dan
artikel ilmiah
Mengulang teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal penelitian/
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
artikel ilmiah
Memeriksa teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal penelitian/
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
artikel ilmiah
Membandingkan teks satu dengan teks lain
dalam genre makro ulasan buku, proposal
penelitian/kegiatan, laporan penelitian/
kegiatan, dan artikel ilmiah
Merumuskan teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal
penelitian/kegiatan, laporan
penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah
Menganalisis teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal penelitian/
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
artikel ilmiah
Mengevaluasi teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal penelitian/
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
artikel ilmiah

KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI DASAR

4. Mengolah, menalar, mencipta, 4.1 Mengabstraksi teks akademik dalam genre


dan menyaji berbagai hal
makro ulasan buku, proposal penelitian/
dalam ranah konkret dan
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
abstrak secara mandiri serta
artikel ilmiah
bertindak secara efisien,
4.2 Mengonsepkan teks akademik dalam genre
efektif, dan kreatif, serta
makro ulasan buku, proposal penelitian/
menggunakannya sesuai
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
kaidah keilmuan dan/atau
artikel ilmiah
keprofesian.
4.3 Mengadaptasi teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal penelitian/
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
artikel ilmiah
4.4 Memproduksi teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal penelitian/
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
artikel ilmiah
4.5 Menyunting teks akademik dalam genre
makro ulasan buku, proposal penelitian/
kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan
artikel ilmiah
4.6 Mengombinasikan teks akademik dalam
genre makro ulasan buku, proposal
penelitian/kegiatan, laporan penelitian/
kegiatan, dan artikel ilmiah
4.7 Mengaktualisasikan teks akademik dalam
genre makro ulasan buku, proposal
penelitian/kegiatan, laporan
penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah

Lamppiran 2
DESKRIPPSI MATERI MATA KULIAH WAJIB UMUM
BAHASA INDONESIA: EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK
UNTUK PERGURUAN TINGGI
Desain Buku
Buku yang berjudul BAHASA INDONESIA: Ekspresi diri dan akademik untuk
perguruan tinggi ini terdiri atas lima bab isi dan satu bab pendahuluan. Secara garis
besar, masing-masing bab itu dapat diuraikan sebagai berikut.

Pendahuluan
Bab Pendahuluan berisi pengantar yang memberikan penjelasan secara umum
tentang mata kuliah bahasa Indonesia. Mahasiswa diberi gambaran tentang hakikat
bahasa, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia (dibandingkan dengan bahasa daerah
dan bahasa asing), kerangka konseptual, serta desain dan konsep pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis teks.
Bab I. Mengeksplorasi Berbagai Jenis Teks Akademik
Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis, misalnya
buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, dan artikel ilmiah. Jenisjenis tersebut merupakan genre makro yang masing-masing di dalamnya terkandung
campuran dari beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Beragam genre mikro itu telah mahasiswa pelajari pada waktu mereka
berada di bangku Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah
Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Bab ini mengajak mahasiswa untuk
mengeksplorasi bagaimana berbagai jenis teks akademik berproses di lingkungan
akademik mereka dan mengapa mereka memerlukan teks-teks tersebut untuk
mengekspresikan diri.
Untuk mencapai hal itu, mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri untuk:
(1) Menelusuri struktur dan kaidah teks akademik dalam genre makro untuk menguak
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan
(2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro
(3) Menggali teks akademik dalam genre makro
(4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro
(5) Menyajikan esensi dan urgensi teks akademik dalam genre makro
(6) Membuat rangkuman tentang hakikat dan pentingnya teks akademik dalam genre
makro
(7) Membuat proyek belajar: (Proyek 1)
Bab II. Menjelajah Dunia Pustaka
Sebagai insan akademik, mahasiswa tentu harus membaca karya-karya ilmiah,
antara lain buku. Pada saat mahasiswa membaca buku, mahasiswa harus mencernanya
dengan seksama agar mahasiswa memahami isinya. Di pihak lain, mahasiswa perlu

mengkomunikasikan pemahaman mahasiswa itu dalam berbagai bentuk, misalnya


ulasan buku. Pada bab ini, mahasiswa diminta untuk mencermati bagaimana
mengkomunikasikan hasil membaca buku dalam bentuk ulasan buku.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar pada bab ini, mahasiswa diharapkan untuk:
(1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro ulasan buku
(2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro ulasan
buku
(3) Menggali teks akademik dalam genre makro ulasan buku
(4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro ulasan buku
(5) Menyajikan argumen pada teks akademik dalam genre makro ulasan buku
(6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro ulasan buku
(7) Melakukan presentasi dan menyerahan tugas
(8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 2)
Bab III. Mendesain Penelitian dan Kegiatan
Mahasiswa adalah ilmuwan pemula. Sebagai ilmuwan, mahasiswa mempunyai
tugas untuk melakukan penelitian. Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik dan
terarah, penelitian perlu didesain menurut tata cara yang berlaku. Bab ini mengarahkan
mahasiswa untuk membuat desain penelitian yang baik. Selain itu, mahasiswa juga
harus dapat merancang kegiatan, karena di lingkungan akademiknya, mahasiswa
melakukan banyak kegiatan nonpenelitian.
Dalam hal ini, mahasiswa diajak untuk:
(1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro proposal penelitian dan proposal
kegiatan
(2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro proposal
penelitian dan proposal kegiatan
(3) Menggali teks akademik dalam genre makro proposal penelitian dan proposal
kegiatan
(4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro proposal
penelitian dan proposal kegiatan
(5) Menyajikan teks akademik dalam genre makro proposal penelitian dan proposal
kegiatan

(6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro proposal penelitian
dan proposal kegiatan
(7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas
(8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 3)
Bab IV. Melaporkan Hasil Penelitian dan Hasil Kegiatan
Hasil penelitian dan hasil yang telah mahasiswa lakukan perlu mahasiswa
komunikasikan ke berbagai pihak dalam bentuk laporan penelitian dan laporan kegiatan.
Agar laporan penelitian dan laporan kegiatan mahasiswa dapat dipahami oleh pihak
lain, laporan itu harus mahasiswa susun menurut tata cara yang berlaku secara
akademik, baik dari segi isi maupun bahasa yang digunakan. Melalui bab ini,
mahasiswa akan belajar bagaimana melaporkan hasil penelitian dan hasil kegiatan.
Kemampuan untuk membuat laporan yang baik dapat mahasiswa raih dengan:
(1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan
(2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro laporan
hasil penelitian dan hasil kegiatan
(3) Menggali teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan
(4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro laporan hasil
penelitian dan hasil kegiatan
(5) Menyajikan teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan
(6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro laporan hasil
penelitian dan hasil kegiatan
(7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas
(8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 4)
Bab V. Mengaktualisasikan Diri melalui Artikel Ilmiah
Laporan penelitian sebagaimana yang telah mahasiswa buat di Bab IV dapat
dituangkan ke dalam artikel ilmiah. Pada dasarnya, artikel ilmiah yang demikian itu
merupakan laporan penelitian yang disajikan dalam bentuk artikel ilmiah. Artikel jenis
ini disebut artikel penelitian, yaitu artikel yang didasarkan pada penelitian. Jenis artikel

lainnya adalah artikel konseptual, yaitu artikel sebagai hasil pemikiran secara
konseptual. Artikel jenis yang kedua ini tidak merupakan laporan penelitian.
Pada bab ini, mahasiswa diajak untuk menyelami bagaimana memformulasikan
artikel ilmiah, baik artikel penelitian maupun artikel konseptual (termasuk artikel
ilmiah populer). Pada bab ini, mahasiswa diarahkan untuk:
(1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro artikel
ilmiah
(3) Menggali teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(5) Menyajikan teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah
(7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas
(8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 5)

Lampiran 3

RANCANGAN PEMBELAJARAN MKWU BAHASA INDONESIA

1. Tujuan
Setelah akhir perkuliahan MKWU Bahasa Indonesia ini, mahasiswa dapat
mengaktualisasi diri melalui bahasa akademik dalam berbagai genre makro untuk
menanya, mengobservasi, mengeksplorasi, menilai, menganalisis, mencipta, dan
mengomunikasikan karya akademik (yang meliputi ulasan buku, proposal
penelitian, proposal kegiatan, laporan penelitian, laporan kegiatan, dan artikel
ilmiah), baik secara tulis maupun lisan.

2. Deskripsi Materi

Tatap
Muka

Materi

1.

Pengertian, fungsi, dan ciri-ciri leksikogramatika teks


akademik dalam bahasa Indonesia di perguruan tinggi

2.

Jenis-jenis teks akademik dalam berbagai genre makro

3.

Pengertian genre makro ulasan buku

4.

Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika


ulasan buku

5.

Pengertian genre makro proposal penelitian

6.

Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika


proposal penelitian

7.

Pengertian genre makro proposal kegiatan

8.

Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika


proposal kegiatan

9.

Pengertian genre makro laporan penelitian

10.

Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika


laporan penelitian

11.

Pengertian genre makro laporan kegiatan

12.

Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika


laporan kegiatan

13.

Pengertian genre makro artikel ilmiah

14.

Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika


artikel ilmiah

Keterangan

3. Daftar Pustaka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Bahasa Indonesia: Ekspresi diri
dan akademik untuk Perguruan tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
(Sumber pustaka yang lain menyusul, dan ini merupakan bagian tugas pencarian
yang diberikan kepada mahasiswa).

Lampiran 4
JENIS-JENIS TEKS
Genre sebagai jenis teks, dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre fiksi
atau rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan kejadian,
peristiwa, atau keadaan nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre fiksi
adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan pada kenyataan yang
sesungguhnya.
Genre faktual meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon (recount), eksplanasi,
eksposisi, dan diskusi. Di pihak lain, genre fiksi mencakup: rekon, anekdot,
cerita/narartif, dan eksemplum.
1. Jenis Teks Faktual
Genre faktual adalah genre yang dihasilkan berdasarkan kenyataan, yang meliputi:
deskripsi, laporan, prosedur, penceritaan, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Sementara itu,
genre cerita adalah genre fiksi yang dihasilkan berdasarkan rekaan. Genre cerita meliputi
penceritaan, anekdot (anecdote), eksemplum (exemplum), dan naratif (narrative).
1.1

Laporan
Teks laporan mempunyai fungsi sosial untuk membuat klasifikasi mengenai

sesuatu. Dengan klasifikasi, hal yang dilaporkan itu dapat digolongkan ke dalam kelas
atau subkelas tertentu. Adapun struktur teks yang digunakan adalah Pernyataan Umum
atau Klasifikasi^ Anggota/Aspek yang Dilaporkan.
Harimau
Pernyataan
Umum atau
Klasifikasi

Harimau (Panthera tigris) digolongkan ke dalam mamalia, yaitu


binatang yang menyusui. Kucing besar itu adalah hewan
pemangsa dan pemakan daging.

Anggota/Aspek
yang Dilaporkan

Harimau dapat mencapai tinggi 1,5 meter, panjang 3,3 meter, dan
berat 300 kilogram. Bulunya berwarna putih dan cokelat keemasemasan dengan belang atau loreng berwarna hitam. Gigi
taringnya kuat dan tajam untuk mengoyak daging. Kakinya
berjumlah empat dengan cakar yang kuat untuk menerkam
mangsanya.

Harimau mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.


Harimau dapat hidup di hutan, padang rumput, dan daerah payau
atau hutan bakau. Di Indonesia harimau dapat ditemukan di
hutan dan hutan bakau di Pulau Sumatera dan Jawa.
Harimau termasuk hewan penyendiri, tetapi mempunyai wilayah
yang amat luas untuk berburu mangsa. Wilayahnya dapat
mencapai kawasan perdesaan. Populasi harimau cenderung
menurun karena sering diburu manusia. Oleh karena itu, harimau
saat ini termasuk binatang yang dilindungi pemerintah agar tidak
punah.
Harimau menjadi pusat perhatian dalam dunia sastra, seni, dan
olahraga. Harimau sering dijadikan tokoh dalam cerita rakyat,
objek untuk foto atau gambar, dan maskot dalam olahraga.
(Dari: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 18)
1.2

Deskripsi
Fungsi sosial teks deskripsi adalah untuk menguraikan sesuatu secara individual

menurut ciri-ciri fisiknya. Untuk itu, struktur teks yang digunakan untuk
mengorganisasikannya adalah Pernyataan Benda yang Dideskripsikan^Bagian yang
Dideskripsikan.
Harimau di Kebun Binatang A
Pernyataan
Benda yang
Dideskripsikan

Harimau yang ada di Kebun Binatang A berbeda dengan harimau


pada umumnya. Harimau yang diberi nama Gagah itu tidak
tampak gagah.

Bagian-Bagian
yang
Dideskripsikan

Badannya kurus, matanya tidak tajam, dan keadaannya lemas


seakan-akan empat kakinya tidak sanggup menopang tubuhnya
untuk berdiri tegak. Rupanya Gagah tidak terawat. Binatang
pemangsa itu tampak kurang makan. Kecuali itu, Gagah tidak
tampak buas. Ia juga tidak memperhatikan bahwa di sekitar
kandangnya terdapat banyak pengunjung yang melihatnya.
Gagah tampak lesu dan malas bergerak. Gagah hanya diam
meskipun situasi di sekitarnya hiruk-pikuk.
Kandangnya pun tidak nyaman untuk Gagah. Lantainya kotor,
dindingnya kusam, atapnya bocor, dan pintunya yang terbuat dari
besi itu juga tidak kukuh.
(Dari: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 171)

1.3

Prosedur
Teks yang tergolong ke dalam genre ini mempunyai fungsi sosial untuk

memberikan petunjuk mengenai cara mengerjakan sesuatu. Petunjuk itu merupakan


langkah-langkah yang harus ditempuh agar pekerjaan itu dapat diselesaikan. Pada
petunjuk pengerjaan sesuatu atau pengoperasian sebuah alat, langkah-langkah yang
dimaksud merupakan langkah-langkah bersyarat, yaitu langkah-langkah yang terdahulu
menentukan langkah-langkah yang kemudian, sehingga apabila langkah-langkah itu
tidak ditempuh secara urut, barang yang dibuat itu tidak jadi atau alat yang
dioperasikan tersebut tidak dapat beroperasi. Teks prosedur mempunyai struktur teks
sebagai berikut: Tujuan^Langkah-langkah.
Tujuan

Cara Menggunakan Kartu ATM


Kartu ATM adalah salah satu fasilitas penting bagi nasabah
sebuah bank. Dengan kartu ATM, seorang nasabah bisa dengan
mudah melakukan transaksi penting. Transaksi penting melalui
ATM itu, antara lain, adalah
(1) transfer uang antarbank, baik bank yang sama maupun yang
berbeda;
(2) penarikan uang tunai;
(3) pembayaran tagihan, misalnya listrik atau telepon;
(4) pengecekan saldo tabungan;
(5) belanja atau pembayaran di kasir di tempat-tempat tertentu,
misalnya swalayan;
(6) pengisian pulsa telepon seluler;
(7) pembayaran tiket pesawat.

Langkahlangkah

1. Perhatikan panduan ini baik-baik agar tujuan menggunakan


ATM tercapai.
2. Setelah memasuki ruang mesin ATM, masukkan kartu ATM
(lihat jangan sampai terbalik, bagian sisi kiri yang harus
dimasukkan terlebih dahulu). Pada kartu ATM tertentu
biasanya ada tanda panah. Tanda panah itulah sisi yang harus
dimasukkan terlebih dahulu. Setelah memasukkan kartu
ATM, tunggu 54 Kelas X
sampai layar meminta pilih bahasa. Jika ingin menggunakan
bahasa Indonesia, pilihlah bahasa Indonesia.
3. Kemudian, Anda masukkan nomor PIN (personal
identification number) rahasia Anda setelah di layar tertera
masukkan nomor PIN Anda. Pastikan jangan sampai ada
yang mengintip, sebaiknya rapatkan tubuh Anda ke mesin
ATM. Setelah memasukkan nomor PIN dengan benar,

pilihlah transaksi yang diinginkan dengan menekan tombol


yang ada di sisi layar lurus dengan menu transaksi yang ingin
dipilih, misalnya penarikan tunai atau transaksi lainnya
untuk melihat layanan transaksi yang lain. Ikuti perintah
selanjutnya sesuai dengan yang tertera di layar. Masukkan
jumlah uang yang akan ditarik (kelipatan Rp50.000,00 atau
Rp100.000,00) jika Anda ingin menarik uang. Anda tidak
bisa menarik uang dari ATM dengan jumlah, seperti
Rp22.750. Berbeda dengan saat Anda mentransfer uang,
jumlah berapa saja dimungkinkan. Ambillah uang yang
keluar dari lubang uang yang ada di bagian bawah. Jika tidak
diambil, mesin ATM akan menunggu perintah Anda
selanjutnya. Adakalanya di ATM bank yang berbeda pada
transaksi penarikan uang justru Anda diminta mengambil
kartu ATM terlebih dahulu. Perhatikan saja perintah yang ada
di layar.
4. Jika transaksi selesai, jawablah pertanyaan bahwa Anda
selesai bertransaksi sesuai dengan menu yang tertera di layar.
Tunggu sampai keluar kertas bukti transaksi dan ambil. Pada
transaksi penarikan uang adakalanya mesin ATM tidak
mengeluarkan tanda bukti. Perhatikan saja keterangan yang
tertera di layar. Setelah itu, kartu akan keluar dengan
sendirinya. Ambil kartu Anda dan transaksi berhasil.
(Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 53-54)
1.4

Rekon
Fungsi sosial teks rekon adalah untuk mebangkitkan atau menghidupkan pengalaman

nyata di masa lampau agar tercipta semacam hiburan bagi pembaca atau pendengar. Dengan
teks penceritaan, pencipta teks dapat berbagi pengalaman dengan pembaca atau pendengar.
Teks penceritaan disusun dengan tata organisasi Orientasi^ Urutan Peristiwa^Reorientasi.
Pada struktur teks tersebut, Reorientasi merupakan tahap struktur yang bersifat pilihan.
Pariwisata ke Parang Tritis
Orientasi

Minggu lalu, saya dan keluarga saya berpariwisata ke Parang


Tritis. Parang Tritis adalah pantai di Samodra Indonesia yang
terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Urutan Peristiwa Pagi-pagi betul, kami semua telah dibangunkan. Sebelum


berangkat, ibu mempersiapkan makanan untuk bekal, ayah
memanasi mobil, saya dan adik saya menyiapkan kebutuhan
kami masing-masing.

Di Parang Tritis, kami bermain-main di hamparan pasir. Kami


berkejar-kejaran. Kemudian, kami bermain layang-lanyang.
Setelah itu, kami naik kuda, mengelilingi pantai.
Begitu matahari condong ke barat, kami semua lelah. Tiba
saatnya kami membuka bekal dan makan bersama.
Reorientasi
(Pilihan)
1.5

Meskipun lelah, kami semua merasa berbahagia.

Eksplanasi
Teks eksplanasi mempunyai fungsi sosial untuk menjelaskan proses terjadinya

sesuatu menurut prinsip-prinsip sebab-akibat. Untuk memenuhi fungsi tersebut, teks


eksplanasi disusun dengan struktur teks Pernyataan Umum^Urutan Sebab Akibat.
Bagaimana Binatang Dapat Punah?
Pernyataan
Umum

Binatang tertentu menjadi langka dan terancam punah sebagai


akibat dari perubahan kondisi alam, binatang pemangsa, dan
perburuan yang dilakukan oleh manusia.

Urutan SebabAkibat

Pertumbuhan penduduk di bumi ini menimbulkan bertambahnya


permukiman, pabrik, perkantoran, dan lain-lain. Pembangunan
permukiman, pabrik, dan perkantoran itu dilakukan dengan
memanfaatkan wilayah hutan tempat berbagai jenis binatang
hidup. Ketika hutan dirusak untuk tujuan-tujuan tersebut, habitat
atau wilayah tempat binatang-binatang itu hidup akan berkurang.
Hal itu menyebabkan ketersediaan pangan untuk binatangbinatang itu berkurang. Perubahan kondisi alam yang demikian
itu menyebabkan kepunahan beberapa spesies binatang yang
hidup di hutan tersebut.

Urutan SebabAkibat

Binatang pemangsa atau predator juga dapat mengurangi jumlah


spesies binatang tertentu. Jumlah binatang terus berkurang
karena binatang tertentu memangsa binatang yang lain. Dalam
habitat yang terus 176 Kelas X
menyempit, persaingan hidup di antara berbagai jenis binatang
menjadi makin ketat. Binatang yang lemah menjadi mangsa
binatang yang lebih kuat. Karena hewan tertentu memangsa
binatang yang lain, jumlah binatang yang dimangsa menjadi
terus-menerus berkurang hingga akhirnya punah.

Urutan SebabAkibat

Manusia ikut menyumbang kepunahan binatang karena manusia


memburu jenis binatang tertentu tanpa kendali. Perburuan
dilakukan untuk mendapatkan daging untuk dimakan oleh
manusia atau untuk tujuan perdagangan binatang secara tidak sah

atau untuk dibunuh agar bagian tubuhnya dapat dijual dengan


harga mahal. Misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya,
harimau diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk
diambil cangkangnya. Jumlah binatang itu terus berkurang.
Perburuan binatang secara tidak terkendali dapat menyebabkan
jenis binatang tertentu punah.
(Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 174-175)
1.6

Eksposisi
Teks eksposisi adalah teks yang berisi gagasan pribadi atau usulan mengenai

sesuatu. Teks eksposisi juga sering disebut argumentasi satu sisi. Dikatakan demikian
karena pencipta teks ini mempertahankan gagasan atau usulannya berdasarkan
argumentasi yang ia yakini benar tanpa membandingkannya dengan argumentasi dari
pihak lain.
Terdapat dua macam eksposisi, yaitu eksposisi analitis dan eksposisi hortatoris.
Sesuai dengan kedua jenis eksposisi tersebut, fungsi sosial teks eksposisi adalah untuk
mengajukan argumentasi bahwa sesuatu itu benar adanya (untuk eksposisi analitis) atau
bahwa sesuatu yang diusulkan itu harus dilakukan (untuk eksposisi hortatoris).
Eksposisi analitis berkenaan dengan konsep atau teori tentang sesuatu, sedangkan
eksposisi hortatoris berkenaan dengan tindakan yang perlu dilakukan atau kebijakan
yang perlu dibuat. Diterima atau tidaknya gagasan atau usulan tersebut oleh pihak lain
bergantung kepada kuat atau tidaknya argumentasi yang diajukan.
Teks

eksposisi

disusun

dengan

struktur

teks

Pernyataan

Pendapat

^Argumentasi^Peprnyataan Ulang Pendapat.


Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai
Pendidikan Formal yang Tinggi
Pernyataan
Pendapat

Sudah diketahui oleh semua orang bahwa pendidikan formal itu


penting. Akan tetapi, apakah seseorang akan menjadi pemimpin
sosial atau pemimpin politik yang bagus pada kemudian hari
tidak selalu ditentukan oleh pendidikan formalnya. Diyakini
bahwa pengalaman juga menjadi faktor penentu untuk menuju
kesuksesan.

Argumentasi

Betul bahwa pendidikan formal memberikan banyak manfaat


kepada para calon pemimpin atau calon orang terkemuka, tetapi
pelajaran yang mereka peroleh dari pendidikan formal tidak selalu

dapat diterapkan di masyarakat tempat mereka menjadi pemimpin


atau menjadi orang terkenal di kemudian hari. Kenyataan bahwa
di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya mempelajari
teori, sedangkan di masyarakat, orang betul-betul belajar untuk
hidup melalui beraneka ragam pengalaman. Pengalaman semacam
inilah yang menghasilkan orang-orang terkemuka, termasuk
pemimpin sosial dan politik. Orang-orang terkemuka dan
pemimpin-pemimpin itu lahir dari hal-hal yang mereka pelajari di
masyarakat.
Sekadar menyebut contoh orang terkemuka atau pemimpin sosial
dan politik, kita dapat menunjuk beberapa nama. Almarhum
Adam Malik, konon ia hanya menyelesaikan jenjang pendidikan
dasar tertentu, diangkatmenjadi Wakil Presiden Indonesia bukan
karena pendidikan formalnya, melainkan karena kapasitas yang
ia dapatkan dari belajar secara otodidak. Almarhum Hamka
adalah contoh pemimpin lain yang lahir dari caranya belajar
sendiri. Ia juga menjadi pemimpin agama dan sastrawan terkenal
sekaligus karena pengalaman belajar pribadinya, bukan karena
pendidikan formalnya yang tinggi. Bahkan, Einstein tidak
mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi
melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri
di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat
termasyhur di dunia.
Pernyataan
Ulang Pendapat

Dengan demikian, jelaslah bahwa melalui pendidikan formal


orang hanya mempelajari cara belajar, bukan cara menjalani
hidup. Meskipun pendidikan formal diperlukan, pendidikan
formal bukan satu-satunya jalan yang dapat ditempuh oleh setiap
orang untuk menuju ke puncak kesuksesannya.

(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris, 2003: 61-62;
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 103-104)
1.7

Diskusi
Fungsi sosial teks diskusi adalah untuk menyatakan kontroversi sebuah isu dari

dua sudut pandang. Meskipun kedua sudut pandang itu dibeberkan secara seimbang,
pencipta teks dapat berdiri di salah satu sudut pandang atau bersikap netral terhadap isu
yang dimaksud. Apabila pencipta teks berada di salah satu sisi, pembaca atau
pendengar diharapkan mengikutinya, tetapi apabila ia bersikap netral, pembaca atau
pendengar diberi kebebasan untuk memilih sendiri sudut pandang yang dianggap benar.

Teks diskusi disusun dengan struktur teks Isu^Argumentasi Mendukung^


Argumentasi Menentang^Simpulan/Rekomendasi. Secara umum, ciri-ciri linguistik
teks diskusi hampir sama dengan teks eksposisi.
Energi Nuklir harus Dihindari demi Keamanan Lingkungan
Isu

Argumentasi
Mendukung

Argumentasi
Menentang

Energi nuklir pada umumnya ditawarkan sebagai alternatif


untuk mengatasi krisis energi. Debat apakah penggunaan energi
nuklir adalah pilhan yang tepat belum berakhir. Sejumlah orang
setuju dengan penggunaan nuklir karena manfaatnya. Namun
demikian, sejumlah orang yang lain tidak setuju karena resikonya
terhadap lingkungan terlalu besar.
Orang-orang yang setuju dengan pengoperasian rektor
nuklir biasanya berargumentasi bahwa energi yang diproduksi
dari reaktor nuklir dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
Reaktor tersebut dapat memproduksi radioisotop yang
dimanfaatkan di bidang medis, industri, dan pertanian. Mereka
juga mengklain bahwa energi nuklir adalah satu-satunua pilihan
yang layak untuk menjawab kebutuhan energi yang terusmenerus bertambah. Menurut mereka, sumber-sumber energi
yang lain: minyak, batubara, dan gas alam cair tidak terbarukan
dan tidak aman, sedangkan energi nuklir dapat diproduksi secara
berkelanjutan dengan cara yang aman.
Sejumlah pejabat pemerintah juga mengemukakan bahwa
energi jenis ini adalah energi yang paling aman dalam kaitannya
dengan lingkungan dibandingkan dengan energi yang
takterbarukan yang disebutkan di atas. Mereka mengklaim
bahwa reaktor tersebut beroperasi atas basis dengan kebocoran
nol, yang berarti bahwa materi sisa diproses sehingga tidak ada
sisa yang dibuang ke lingkungan. Selain itu, mereka yakin,
energi nuklir tidak akan pernah menyebabkan polusi, tetapi
energi yang lain, khususnya minyak dan batubara, betul-betul
menyebabkan polusi.
Namun demikian, orang-orang yang tidak setuju dengan
penggunaan energi nuklir, di pihak lain, terus-menerus
mengkritik bahwa memilihnya sebagai alternatif yang paling
bagus untuk mengatasi kebutuhan energi yang terus bertambah
adalah bodoh. Kebodohan itu dapat dilihat dari pertanyaan
mengapa mereka tertarik kepada tenaga nuklir pada saat masih
terdapat berlimpahnya sumber-sumber energi alam: minyak,
batubara, hidroelectrik, termo, dan sebagainya.
Dalam reaksinya terhadap lingkungan, mereka
menambahkan bahwa pengoperasian tenaga nuklir tidak masuk
di akal. Sejumlah LSM yang memusatkan perhatian kepada
usaha untuk menyelamatkan lingkungan berargumentasi bahwa
produk sisa tenaga nuklir betul-betul menghancurkan
lingkungandan kehidupan manusia. Di pihak lain, betul bahwa

Simpulan/
Rekomentdasi

jenis energi yang lain seperti minyak dan batubara menyumbang


polusi lingkungan, tetapi sumbangan energi seperti itu masih
dapat ditoleransi. Juga betul bahwa reaktor nuklir menyediakan
energi dalam jumlah besar, tetapi sumbangan energi nuklir untuk
menghancurkan lingkungan dan kehidupan tdak dapat
ditoleransi. Kebocoran pada sebuah reaktor, misalnya,
mengakibatkan kontaminasi tanah dan air di bawah inti nuklir,
yang membuat kehidupan manusia tidak memungkinkan sampai
sejauh bermil-mil di sekitarnya. Reaktor itu juga berbahaya bagi
kehidupan karena kebocoran radiasinya. Dalam hal ini, sering
dikatakan bahwa di bawah kontrol yang bagus tidak ada produk
sisa pecahan dimungkinkan untuk bocor keluar dari reaktor.
Akan tetapi siapa dapat menjamin ini?
Jelaslah bahwa energi nuklir harus dihindari karena energi
nuklir itu membahayakan lingkungan. Jika kita bersikukuh untuk
menggunakannya, sementara itu radiasinya dikontrol dengan
sangat lemah, maka hal itu akan membunuh kita sendiri cepat
atau lambat. Pemerintah harus betul-betul memperhatikan
kenyataan itu dan merevisi pilihan tersebut.

(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris, 2003: 66-67)
2. Jenis Teks Fiksi
Seperti telah dinyatakan di atas bahwa genre cerita adalah genre rekaan. Isi teks
tidak didasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya.
2.1

Rekon
Teks penceritaan pada genre cerita sama dengan teks penceritaan pada genre

faktual. Perbedaannya terletak pada isi yang dimuat. Di bawah genre faktual, teks
penceritaan didasarkan pada peristiwa nyata, tetapi di bawah genre cerita, teks
penceritaan didasarkan pada peristiwa dalam khayalan.
Karena pada dasarnya kedua genre penceritaan tersebut sama, struktur teks dan
ciri-ciri linguistiknya pun juga sama. Untuk itu, Anda dapat melihat kembali
pembicaraan tentang teks penceritaan pada genre faktual di atas.
Kejadian di Rumah Susun
Orientasi

Hari-hari berjalan seperti biasa.Tetangga sepasang suami isteri


yang tinggal di lantai bawah saya tadi malam menyelenggarakan
pesta bersama teman-teman mereka.

Urutan Peristiwa Mereka berkumpul dan beramai-ramai, tetapi hal itu tidak terlalu
mengganggu, meskipun Jane, isteri saya, terbangun berkali-kali.
Akan tetapi, di pagi harinya, ketika saya membuka pintu garasi
di lantai dasar, saya tidak dapat mengeluarkan mobil dari garasi,
karena di depan pintu terdapat mobil lain yang menutupi separo
jalan keluar. Padahal, saya harus mengantarkan Jane ke
kantornya. Dugaan saya, itu pasti mobil tamu yang datang ke
pesta tadi malam. Ternyata mobil tersebut bukan milik tamu.
Saya menanyakannya ke sepasang suami isteri itu, tetapi mereka
tidak tahu pemiliknya. Lalu saya menelpon polisi. Ketika polisi
datang, polisi itu tidak dapat berbuat apa-apa kecuali
memberikan surat tilang yang diselipkan di wiper depan. Betulbetul sia-sia. Kami dengan susah payah mendorong mobil itu
agar sedikit bergeser.
Reorientasi

Akhirnya, saya dapat mengeluarkan mobil dan mengantarkan


Jane ke tempat kerja.
(Diadaptasikan dari English Text: System and Structure, 1992:)

2.2

Anekdot
Teks anekdot adalah teks rekaan yang berisi peristiwa yang membuat jengkel atau

konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Secara interpersonal, perasaan jengkel dan
konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan
antara aman/tidak aman, puas/frustrasi, dan tercapai/gagal. Struktur teks anekdot adalah
Abstrak^Orientasi^Krisis^Reaksi^Koda.
Kejadian di Rumah Susun
Abstrak

Saya tinggal di rumah susun. Saya mempunyai pengalaman yang


memalukan tadi pagi.

Orientasi

Tetangga sepasang suami isteri yang tinggal di lantai bawah saya


tadi malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman
mereka. Tadi malam mereka sangat gaduh, tetapi tidaklah
mengapa. Isteri saya terbangun berkali-kali.

Krisis

Lalu tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan


keluar kami. Saya mengira bahwa mobil itu milik seseorang yang
ikut pesta tadi malam. Saya mengetuk pintu tetangga saya itu.
Saya ketuk pintunya berkali-kali, tetapi tak seorang pun keluar.
Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta-pora
sampai larut malam, sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan
keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam

jangkauan. Akhirnya, seorang laki-laki terbangun dan melongok


keluar jendela. Saya menjelaskan persoalan yang terjadi.
Ternyata, pesta tadi malam itu bukan pestanya. Rumah susun ini
terbagi menjadi dua sisi, dan itu adalah pesta orang yang tinggal
di sisi sebelah belakang.
Reaksi

Lelaki itu terlihat tidak berkenan, karena ia juga tidak dapat tidur
semalam, terganggu oleh pesta tetangga di sisi sebelah lain itu!

Koda

Saya masih belum tahu mobil siapa yang menghalangi jalan


keluar kami itu.

2.3

Eksemplum
Teks eksemplum adalah teks rekaan yang berisi insiden yang menurut

partisipannya tidak perlu terjadi. Secara interpersonal, partisipan menginginkan insiden


itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Struktur teksnya adalah
Abstrak^Orientasi^ Insiden^Interpretasi^Koda.
Abstrak

Saya mempunyai pengalaman gila pagi tadi.

Orientasi

Tetangga sepasang suami isteri yang tinggal di lantai bawah saya


tadi malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman
mereka. Tadi malam mereka sangat gaduh, tetapi tidaklah
mengapa. Isteri saya terbangun berkali-kali.

Insiden

Pagi tadi, ada sebuah mobil yang diparkir di depan pintu garasi,
sehingga menghalangi pintu keluar mobil saya. Saya kira mobil itu
milik seseorang yang mengikuti pesta tadi malam. Saya mengetuk
pintu tetangga itu dan menanyakan hal ini kepada mereka, tetapi
mereka tidak tahu. Saya bertanya kepada tentangga yang lain,
sebelum saya menelpon polisi, dengan harapan polisi dapat
menindak pemilik mobil dan menyingkirkanya.

Interpretasi

Namun demikian, meskipun polisi itu datang dengan cepat, polisi


itu tidak dapat berbuat banyak. Polisi itu hanya dapat
memberikan surat tilang yang diselipkan di wiper depan.
Pengalaman ini sungguh gila. Seseorang memarkir mobil di
depan pintu garasi dan menghalangi jalan keluar mobil saya.
Saya hanya dapat menunggu sampai pemilik mobil datang dan
memindahkannya. Kalau saya memindakan mobil itu, saya harus
masuk secara paksa ke dalamnya, lalu membebaskan rem tangan,
sebelum didorong ke tempat lain. Gila.

Koda

Mobil sial itu masih berada di situ sampai siang.


(Diadaptasikan dari English Text: System and Structure, 1992: 567)

2.4

Naratif
Teks naratif adalah teks rekaan yang berisi komplikasi yang menimbulkan

masalah yang memerlukan waktu untuk melakukan evaluasi agar dapat memecahkan
masalah tersebut. Teks naratif pada umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, cerita
pendek, atau novel. Struktur teksnya adalah Abstrak^Orientasi^Komplikasi^
Evaluasi^Resolusi^Koda.
Cinderela
Abstrak

Dahulu kala, ada seorang gadis remaja yang bernama Cinderela.


Ia tinggal bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya, yang juga
gadis remaja.

Orientasi

Ibu tirinya, bahkan kedua saudara tirinya, mempunyai sifat-sifat yang


tidak terpuji. Cinderela diperlakukan secara tidak adil oleh mereka
semua. Ia disuruh bekerja keras, seperti memasak, mencuci pakaian,
membersihkan lantai, dan pekerjaan rumah tangga yang lain.
Sebaliknya, kedua saudara tirinya itu tidak mengerjakan apa-apa.
Bahkan, mereka dimanjakan oleh ibu tiri itu dengan berbagai
kemewahan.

Komplikasi

Pada suatu hari, seorang Pangeran mengadakan pesta di istana


kerajaan. Kedua saudara tirinya mendapat undangan ke pesta itu.
Sebelum berangkat ke pesta mereka melakukan berbagai macam
persiapan. Mereka membeli baju baru, sepatu baru, dan tas baru.
Sayang sekali, Cinderela tidak diperbolehkan pergi ke pesta. Ia
hanya dapat menangis.

Evaluasi

Cinderela, mengapa kamu menangis? Seorang Nenek Tua


bertanya. Ia terkejut, seorang nenek tiba-tiba berada di depannya
dan menghapirinya dengan penuh kasih sayang.
Karena aku tidak dapat pergi ke pesta Sang Pangeran. O,
begitu, kata Nenek Tua, ya, aku tahu kamu selalu dipaksa
untuk bekerja keras, dan sekarang kamu tidak diperbolehkan
pergi ke sana. Lagi pula, kamu juga tidak mempunyai baju yang
bagus. Tidak seperti saudara tirimu yang memakai baju baru.

Resolusi

Sangat ajaib, begitu Nenek tua berhenti berbicara, keluarlah dari


tangannya sepasang sepatu kaca yang indah. Dipakailah sepatu
itu oleh Cinderela. Ia juga diberi pakaian baru yang indah. Dalam
sekejap, Cinderela berubah menjadi seorang gadis remaja yang
sangat cantik.
Cinderela, kata Nenek Tua; sekarang kamu dapat pergi ke
pesta.

Di pesta itu, Cinderela menari-nari dengan lincah. Betapa ia


tampak sangat cantik dengan sepatu kacanya itu. Setiap orang
terperangah terhadap penampilannya, termasuk Sang Pangeran.
Sampai tak terasa, pesta berlangsung sampai larut malam. Pada
saat semua orang pulang, Cinderela berbegas berlari dan
sepatunya terlepas sebelah. Sepatu itu ditemukan dan disimpan
oleh Sang Pangeran.
Setelah beberapa hari berselang, Sang Pangeran mengumumkan
bahwa ia akan menikahi gadis yang telapak kakinya seukuran
dengan sepatu kaca yang ia temukan di pesta itu. Gadis-gadis
cantik berlomba-lomba mencoba sepatu itu. Tak ketinggalan,
kedua saudara tiri Cinderela juga mencoba, tetapi gagal, karena
ukuran sepatu itu tidak pas. Ternyata, hanya Cinderela yang
telapak kakinya sesuai dengan ukuran sepatu itu.
Koda

Akhirnya, Sang Pangeran menikah dengan Cinderela. Mereka


hidup berbahagia selamanya.
(Diceritakan kembali dari berbagai sumber)

3.

Teks dalam Berbagai Genre Makro


Teks sering berisi campuran dari beberapa genre sekaligus. Jika demikian, teks

itu secara keseluruhan perlu diberi nama, dan nama itu ternyata menjadi nama genre
yang mewadahi genre-genre yang terkadung di dalamnya tersebut. Genre yang menjadi
wadah tadi disebut genre makro dan genre-genre yang diwadahi disebut genre mikro.
Di sekitar kita, terdapat teks iklan, brosur, editorial/tajuk rencana, proposal,
ulasan, dan lain-lain. Nama-nama teks itu sekaligus menjadi nama genre makro, dan di
dalam genre-genre makro itu ditemukan genre-genre mikro seperti deskripsi, prosedur,
rekon, eksplanasi, eksposisi, atau diskusi.
Berikut ini, disajikan genre makro ulasan buku (review) sebagai contoh. Ulasan
buku disusun dengan struktur teks Identitas^ Orientasi^Tafsiran Isi^Evaluasi^
Rangkuman Evaluasi. Setiap tahapan pada struktur teks itu direalisasikan oleh genregenre mikro yang sesuai dengan fungsi retoris yang dikehendaki. Sebagai genre makro,
ulasan buku berfungsi secara sosial untuk menilai buku itu berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu. Seperti terlihat pada Tabel 1, genre-genre mikro yang ada juga
mengemban fungsi retoris sendiri-sendiri.

PERANGI NARKOBA
Judul

Penulis
Penerbit
Tahun
Tebal
Bahasa
Sampul

:
:
:
:
:
:

Mencegah bahaya penyalahgunaan narkoba melalui


pendidikan budaya dan karakter bangsa
Suyadi
Penerbit Andi, Yogyakarta
2013
178 halaman + 10 halaman prakata dan daftar isi
Indonesia
Latar putih, merah, dan hitam

(1) Buku ini ditulis oleh Suyadi,


seorang akademisi muda yang banyak
bergiat di dunia pendidikan dengan
menjadi staf pangajar di beberapa
universitas di Yogya-karta. Di usianya
yang masih tergolong muda (lahir pada
tanggal 7 Agustus 1982), penulis yang
dijuluki si pendekar pena ini bahkan
telah menulis lebih dari 40 judul buku,
baik yang sudah terbit maupun yang
masih dalam proses penerbitan.
(2) Buku ini sendiri merupakan
pengem-bangan dari hasil penelitian
mengenai penyalahgunaan narkoba
oleh kalangan
siswa/remaja di
Yogyakarta. Buku ini sangat berguna
dan perlu dimiliki oleh para pengampu
pendidikan bukan hanya karena
kekayaan data, tetapi juga karena
solusi nyata yang ditawarkan.

Gambar 2.2 Sampul Buku 1


(Sumber: Foto oleh tim penulis)

udul
(3) Buku ini memaparkan data dan fakta seputar penyalahgunaan narkoba
di kalangan remaja/siswa. Melalui sebuah penelitian lapangan, Suyadi
berhasil menemukan lorong-lorong gelap sebagai tempat berlangsungnya
praktik penyalahgunaan narkoba oleh kalangan pelajar. Dari penelitian itu
pula, Suyadi menangkap banyak paradoks penyalahgunaan narkoba di
kalangan remaja atau siswa menengah.
(4) Satu di antara paradoks itu ialah rentannya kalangan remaja/siswa
terperangkap ke dalam penyalahgunaan narkoba, pada satu sisi, padahal
bangsa kita adalah bangsa yang religius serta pendidikan nasional kita
mengajarkan karakter pancasilais, pada sisi lain. Gejala inilah yang
menjadi dorongan utama bagi Suyadi untuk melakukan penelitian saintifik
mengenai pola persebaran penyakit narkoba di kalangan remaja/siswa.
(5) Dengan metodologi penelitian yang terukur serta analisis teoretik

yang mendalam, Suyadi menemukan tiga fakta tentang penyalahgunaan


narkoba di kalangan remaja di Yogyakarta. Ketiga fakta itu berkenaan
dengan tingginya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar,
permisifnya guru dan agresifnya polisi, serta kurang efektifnya
penyuluhan narkoba di sekolah. Buku sebagai hasil penelitian ini juga
menjawab pertanyaan tentang mengapa remaja/pelajar rentan terhadap
penyalahgunaan narkoba dan tentang lorong-lorong gelap peredaran
narkoba di sekolah. Buku ini juga menyajikan tawaran pemecahan
penyalahgunaan narkoba di sekolah. Semuanya diuraikan secara terperinci
dengan disertai ilustrasi, sehingga mudah ditangkap dan mengesankan.
Selain paparan data yang terperinci kuat dan terperinci, buku ini juga
disajikan dengan menggunakan tabel dan gambar ilustrasi sehingga
tampak lebih ilmiah dan menarik.
(6) Banyak sekali keunggulan yang terkandung dalam buku ini. Di
antaranya ialah buku ditulis berdasarkan penelitian dengan metodologi
saintifik. Karena berdasarkan penelitian, yang dituliskan bukan sekadar
opini penulis, melainkan data nyata dan faktual. Selain itu, buku ini
memberikan informasi secara terperinci dengan disertai ilustrasi, sehingga
mudah ditangkap dan mengesankan serta memberi arahan pencegahan
penyalahgunaan narkoba. Setidaknya, buku ini sangat berguna menambah
khasanah ilmu, khususnya mengenai narkoba.
(7) Akan tetapi, buku ini juga bukan tanpa kelemahan. Satu ganjalan
pertama dalam membaca buku ini ialah adanya tulisan melingkar
(berbentuk seperti stempel) berbunyi SMA/MA SMK pada sampul.
Tulisan seperti stempel pada sampul ini jelas memberi kesan bahwa buku
ini hanya untuk siswa setingkat SLTA. Implikasinya adalah buku ini
memberi kesan sebuah buku pelajaran sekolah (textbook). Padahal buku
ini bukanlah buku pedoman yang perlu diajarkan kepada siswa.
(8) Buku ini, tampaknya, lebih tepat dan bermanfaat bagi para pengampu
pendidikan, misalnya pemerintah sebagai pengelola sekolah,
guru/pendidik, dan orang tua untuk dijadikan sebagai acuan membuat
suatu kebijakan pendidikan. Berbeda dengan buku ini, buku yang berjudul
Remaja dan bahaya narkoba untuk Sekolah Lanjutan Atas (Abdul Rozak
dan Wahdi Sayuti) ditujukan bagi pelajar dan pembaca remaja. Jika buku
yang disebut pertama menitikberatkan pada praktik penyalahgunaan
narkoba, buku yang disebut belakangan membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan definisi narkoba, jenis-jenisnya, dan bahaya serta sanksi
bagi para pemakai, pengedar, dan pembuatnya. Kemudian, jika buku
pertama lebih mengedepankan pendidikan karakter sebagai upaya
mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, buku kedua
mengutamakan pendekatan agama dan pengetahuan terhadap sanksi
hukum bagi pelajar sebagai upaya mencegah penyalahgunaan narkoba.
(9) Meskipun terdapat perbedaan dalam hal pendekatan, kedua buku
tersebut ditulis sebagai upaya penyebaran virus-virus positif untuk
mencegah para pelajar agar tidak terjerumus ke dalam penyalahgunaan
narkoba.

(10) Buku Mencegah bahaya penyalahgunaan narkoba melalui pendidikan


budaya dan karakter bangsa sangat berguna, khususnya bagi para
pengampu pendidikan dan pembuat kebijakan sekolah. Informasi
terperinci tentang fakta penyalahgunaan narkoba di kalangan
remaja/pelajar dapat dijadikan landasan dalam berupaya untuk memerangi
penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah. Jadi, upaya Suyadi dalam
menguak dan menyingkap lorong-lorong gelap peredaran narkoba di
sekolah patut diberi apresiasi dan acungan jempol.
(Diambil dari draft buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
untuk Perguruan Tinggi, 2014)
Struktur Teks dan Genre Mikro pada Ulasan Buku
Struktur Teks

Genre Mikro yang


Diharapkan

Identitas
(Opsional)

Deskripsi

Menyajikan gambaran mengenai wujud dan


ciri-ciri buku yang diulas.

Orientasi

Deskripsi ( dan
atau meliputi
Eksposisi)

Menyampaikan informasi tentang jenis buku


yang diulas.
Memposisikan buku yang diulas (beserta jati
diri penulisnya dan sasaran pembacanya).
Menyampaikan pendapat pengulas tentang
buku itu.

Tafsiran Isi

Deskripsi (dan
atau meliputi
Rekon)

Menyampaikan uraian mengenai ilmu apa


yang diulas di buku itu, cocok tidaknya
dengan pembaca yang dituju, dan adakah
buku lain selain buku yang diulas tersebut.
Menceritakan hal yang dilakukan penulis saat
ia menulis buku itu.
Menyajikan isi buku itu bab demi bab.

Evaluasi

Diskusi (dan atau


meliputi
Eksplanasi)

Menyampaikan penilaian terhadap buku yang


diulas dalam berbagai hal dengan
menunjukkan keunggulan dan kelemahannya,
melalui perbandingan dengan buku sejenis.

Rangkuman Deskripsi (dan


Evaluasi
atau meliputi
Eksposisi)

Fungsi Retoris

Menyampaikan kembali apakah pendapat


pengulas di atas benar adanya, dan buku itu
memang dibutuhkan oleh pembaca yang
dituju.

(Diambil dari draft buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
untuk Perguruan Tinggi, 2014)
Sebagian bahan pada Lampiran 4 ini dikembangkan dari draf buku saya yang berjudul
Pengantar Ringkas Linguistik Sistemik Fungsional. Email: wiratno.tri@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai