https://ejournal.upi.edu/index.php/jpis/article/download/1455/1003
RESUME
INOVASI PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN PROSES DAN
PENTINGNYA BELAJAR BAHASA INDONESIA BAGI MAHASISWA
Di masa ini masih banyak guru yang menggunakan teknik pembelajaran secara teoretis
dan hafalan, sehingga kegiatan pembelajaran cenderung berlangsung kaku, monoton, dan
membosankan. Terkhusus pada pelajaran bahasa Indonesia, materi yang disampaikan
nyatanya masih belum mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional,
kognitif, dan afektif. Penggunaan metode pembelajaran yang masih konvensional itulah yang
berimbas pada tingkat penguasaan materi pelajaran bahasa Indonesia siswa yang masih
rendah. Lebih jauh, kondisi pembelajaran semacam ini merupakan bentuk kegagalan siswa
dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kebahasaan, serta sikap positif
terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kondisi seperti ini dapat diatasi
dengan menerapkan inovasi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendekatan proses, yang tertuang ke
dalam empat aspek keterampilan berbahasa Indonesia, yakni keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
6 Model Pembelajaran Inovatif bagi Siswa
1. Discovery-Inquiry.
2. Flipped classroom.
3. Project based learning.
4. Blended learning dengan blog.
5. Berbasis gim.
6. Self organized learning environments (sole)
Jadi inovasi pembelajaran adalah proses belajar pada siswa yang dirancang ,
dikembangkan, dan dikelola dengan kreatif dan menerapkan berbagai macam pendekatan
ke arah yang lebih baik untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang
kondusif terhadap siswa.
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
Model pembelajaran:
1. Model pembelajaran langsung.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
3. Model pembelajaran kontekstual.
4. Model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT)
Belajar bahasa Indonesia menambah wawasan dan pengetahuan kita. Banyak yang
bisa kita pelajari dalam bahasa Indonesia, seperti huruf, tanda baca, kalimat, paragraf, dan
masih banyak lagi. Dalam bahasa Indonesia, kita juga mempelajari beragam karya sastra,
seperti pantun, puisi dan lainnya.
Jadi inovasi pembelajaran adalah proses belajar pada siswa yang dirancang ,
dikembangkan, dan dikelola dengan kreatif dan menerapkan berbagai macam pendekatan
ke arah yang lebih baik untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang
kondusif terhadap siswa.
Intinya kenapa harus belajar Bahasa Indonesia di perguruan tinggi ? jawabannya
adalah agar memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai standar penulisan
ilmiah yang jadi tugas akhir.
Pentingnya belajar bahasa Indonesia bagi mahasiswa
Bahasa adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi oleh para anggota suatu
kelompok sosial. Kata bahasa Inggris “language” diturunkan dari Indo-Eropa “lidah,
perkataan, bahasa” lewat Bahasa latin lingua, “bahasalidah”, dan Perancis Tua langage
“bahasa”. Kata tersebut terkadang digunakan untuk mengacu pada kode, sandi dan bentuk
lain dari sistem komunikasi yang dibentuk secara artifisial seperti yang digunakan pada
pemrograman komputer. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik. Makna
bahasa dalam hal ini adalah suatu sistem dari isyarat untuk menyandikan dan
menterjemahkan informasi. Sebagai objek kajian linguistik, “bahasa” memiliki 2 arti
dasar: sebagai sebuah konsep abstrak, dan sebagai sebuah sistem linguistik yang spesifik.
Bahasa Indonesia adalah contoh dari makna bahasa sebagai sebuah sistem linguistik yang
spesifik.
Tujuan dari bahasa itu sendiri adalah menyampaikan maksud atau kemauan kepada lawan
bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya
dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa manusia unik karena memiliki properti-properti
produktivitas, rekursif, dan pergeseran, dan karena ia secara keseluruhan bergantung pada
konvensi sosial, dan pembelajaran. Strukturnya yang kompleks mampu memberikan
kemungkinan ekspresi, dan penggunaan yang lebih luas dibandingkan sistem komunikasi
hewan yang diketahui.
Bahasa diperkirakan berasal sejak hominin mulai secara bertahap mengubah sistem
komunikasi primata mereka, memperoleh kemampuan untuk membentuk suatu teori
pikiran dan intensionalitas berbagi. Perkembangan tersebut terkadang diperkirakan
bersamaan dengan meningkatnya volume otak, dan banyak ahli bahasa melihat struktur
bahasa telah berkembang untuk melayani fungsi sosial, dan komunikatif tertentu.
Manusia mengakuisisi bahasa lewat interaksi sosial pada masa balita, dan anak-anak
sudah dapat berbicara secara fasih kurang lebih umur tiga tahun. Penggunaan bahasa telah
berakar dalam kultur manusia. Oleh karena itu, selain digunakan untuk berkomunikasi,
bahasa juga memiliki banyak fungsi sosial, dan kultural, seperti untuk menandakan
identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial, dan untuk dandanan sosial dan hiburan.
Bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui bahasa yang
digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang
pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia. Bahasa memiliki
beberapa fungsi umum yaitu bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat ekspresi
diri. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Sebagai alat kontrol sosial. Sifat
bahasa adalah sistemis yaitu terdiri atas pola-pola yang beraturan dan saling berkaitan,
arbitrer yaitu bentuk dan makna bersifat mana suka sesuai dengan masyarakat
pemakainya, konvensional yaitu bentuk dan makna ditentukan berdasarkan kesepakatan
masyarakat pemakai, dinamis yaitu bentuk dan makna berkembang/berubah sesuai
perkembangan. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar
agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan
pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Bahasa
Indonesia yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar harus dikuasai dengan baik dan benar untuk
mewujudkan komunikasi yang sesuai dengan konteks, keadaan (formal atau tidak
formal), tepat sasaran.
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik
Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang bagi orang Indonesia khususnya dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan telah
menjadi bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa
Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak
dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan
“imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini
menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang
digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun dipahami
dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa
ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan bahasa
daerah yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Bahasa Indonesia digunakan sangat luas
di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi,
dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia
digunakan oleh semua warga Indonesia.
Pada perguruan-perguruan tinggi khususnya untuk mahasiswa sistem informasi, bahasa
Indonesia memiliki manfaat yang sangat penting pada ruang lingkup sistem informasi.
Dalam jurusan sistem informasi bahasa Indonesia sangat lah penting, untuk menulis
sebuah data atau sebuah informasi dibutuhkan bahasa Indonesia yang baik agar bisa
dipahami berbagai kalangan. Sistem informasi adalah gabungan yang terorganisasi dari
manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi dan sumber data dalam
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam organisasi. Sistem
informasi merupakan suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan
kegiatan strategi dari suatu organisasi. Dalam menyediakan laporan-laporan yang
diperlukan pihak luar sehingga bahasa Indonesia yang baik sangat berperan dalam jurusan
sistem informasi ini.
Selain itu bahasa Indonesia penting untuk dipelajari diperguruan tinggi oleh mahasiswa
sistem informasi, dikarenakan setiap mahasiswa berasal dari berbagai daerah di
Indonesia. Kemudian, bahasa Indonesia sebagai panduan untuk penyusunan dan
penggunaan tata bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi ilmiah (skripsi, tesis,
disertasi, dll). Dalam suatu karya ilmiah, penggunaan bahasa memiliki arti yang sangat
penting. Bahasa adalah alat komunikasi lingual manusia, baik secara lisan maupun
tertulis. Untuk penggunaan bahasa dalam suatu karya ilmiah berarti menitikberatkan
suatu bahasa sebagai alat komunikasi berupa tulisan. Karena itu, penggunaan bahasa
dalam karya ilmiah sangatlah penting. Pengertian dari karya ilmiah sendiri adalah laporan
tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan.
Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar
atau simposium , artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk
dari kegiatan ilmuwan. Selain itu mempelajari bahasa Indonesia bagi mahasiswa di
universitas sama halnya seperti mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA,
namun pembahasan di universitas lebih spesifik dan mendalam.
Dalam mata kuliah bahasa Indonesia, mahasiswa mempelajari dan memahami arti
pentingnya tata bahasa dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dalam pembuatan karya
ilmiah dan sejenisnya. Setelah mahasiswa memahami EYD dengan baik dan benar,
mahasiswa dapat mengetahui konsep penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari dimanapun mereka berada. Seorang mahasiswa, selayaknya dapat menambah
kosakata yang sesuai dengan keilmuan yang ditekuni di perguruan tinggi. Mahasiswa
harus bisa menggunakan diksi-diksi yang baik dan kalimat-kalimat yang efektif sesuai
jenjang pendidikan. Tujuan mata kuliah bahasa Indonesia yang diberikan kepada
mahasiswa memiliki tujuan yaitu :
(a) menumbuhkan kesetiaan terhadap bahasa Indonesia yang nantinya diharapkan dapat
mendorong mahasiswa memelihara bahasa Indonesia;
(b) menumbuhkan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia yang nantinya diharapkan
mampu mendorong mahasiswa mengutamakan bahasanya dan menggunakannya sebagai
lambang identitas bangsa;
Menumbuhkan dan memelihara kesadaran akan adanya norma bahasa Indonesia yang
nantinya diharapkan agar mahasiswa terdorong untuk menggunakan bahasa Indonesia
sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Karena bagaimanapun bahasa memiliki
peran penting dalam proses pembangunan karakter setiap mahasiswa. Mahasiswa juga
dituntut untuk mengerti bagaimana menulis karya ilmiah dengan Bahasa Indonesia
dengan susunan kalimat dan tanda baca yang sesuai dengan EYD. Selain itu dapat
menuliskan susunan suatu karya ilmiah dengan baik dan benar.
Di dalam ruang lingkup kemahasiswaan dibutuhkan komunikasi yang baik dalam
berinteraksi dengan sesama dan dalam komunikasi tersebut digunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, apalagi setiap mahasiswa berasal dari suku, adat, dan daerah asal
yang berbeda. Dengan pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mahasiswa dapat
belajar sikap bertutur kata dalam bahasa yang baik dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa
Indonesia dalam fungsinya sebagai alat komunikasi antar sesama. Selain itu pada saat
beradaptasi di lingkungan perguruan tinggi, mahasiswa akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seorang mahasiswa akan
menggunakan bahasa yang nonformal pada saat berbicara dengan teman- teman dan
menggunakan bahasa formal pada saat berbicara dengan orang tua atau orang yang
dihormati.
Dengan menguasai bahasa Indonesia memudahkan mahasiswa untuk berbaur dan
menyesuaikan diri dengan mahasiswa lainnya. Hal ini yang menjadikan pentingnya bahasa
Indonesia sebagai alat beradaptasi dengan lingkungan. Sehingga pembelajaran bahasa
Indonesia di perguruan tinggi dianggap sangat penting untuk diajarkan kepada seluruh
mahasiswa. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia selain menjadi media untuk memupuk
rasa memiliki, rasa mencintai,dan menumbuhkan kebanggaan untuk menggunakannya,
pembelajaran ini pun dimaksudkan agar setiap mahasiswa selalu merasa memiliki kewajiban
dan tanggung jawab untuk menjaga, membina, dan melestarikan bahasa Indonesia
RESUME
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1175), warga negara ialah penduduk
sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang
mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai warga dari negara itu,sedangkan Enslen
Chandler dan Renstorm (Gross dan Dynesson, 2001:28) menjelaskan bahwa warganegara
atau citizenship adalah status seseorang yang kepadanya diberikan seluruh jaminan hak-hak
istimewa (privileges) dan dilindungi oleh undang-undang. Siapa warga negara, ditentukan
oleh aturan perundang-undangan baik karena kelahiran maupun melalui naturalisasi.
Berdasarkan hal di atas, dapat diformulasikan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
adalah disiplin ilmu yang merupakan sistem nilai (value system) yang bertujuan untuk
membentuk peserta didik yang memiliki wawasan dan watak kebangsaan serta menjadi warga
negara yang baik (good citizen); dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dengan benar.
Adapun tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan Pasal 37 Ayat 1
disebutkan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Jadi, setelah
mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik diharapkan dapat menjadi warga
negara yang baik (good citizen) dan memiliki jiwa patriotisme yang mantap.
Sedangkan tujuan umum Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah
sebagai berikut:
1. Membentuk pola sikap dan pola perilaku peserta didik untuk menjadi warga negara yang
memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab (good
and responsible citizen) yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta Tanah Air serta
memiliki kesadaran bela negara dengan rela berkorban demi bangsa dan memiliki
nasionalisme dan patriotisme.
3. Membekali peserta didik agar memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban
secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara yang terdidik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selaku warga negara Republik Indonesia yang
bertanggung jawab.
4. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang perlu diatasi melalui penerapan
pemikiran yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, wawasan nusantara, dan ketahanan
nasional secara kritis dan bertanggung jawab.
Karena mahasiswa adalah orang yang telah dewasa dan pada umumnya memiliki
kecenderungan siap belajar, sebaiknya urutan program perkuliahan perlu disusun
berdasarkan muatan tugas mahasiswa dan bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran/
mata kuliah. Penyesuaian materi dan kegiatan belajar harus direlevansikan dengan
kebutuhan belajar dan tugas/ pekerjaan mahasiswa, misalnya makna toleransi, demokrasi,
hak asasi manusia, dan sebagainya.
Hal lain adalah mahasiswa harus diajak memecahkan masalah yang sesuai dengan peranan
mahasiswa dalam masyarakat atau dalam kehidupannya. Seperti terkait dengan kebutuhan
peran dan masalah dalam sosial budaya, politik, hukum, isu mutakhir, dan sebagainya.
Belajar yang berorientasi pada kehidupan berbangsa dan bernegara kaitannya dengan
berbagai isu mutakhir akan menjadi motivasi kuat dalam pembelajaran orang dewasa. Hal ini
sekaligus menjadi indikasi bahwa orang dewasa menginginkan dapat segera memanfaatkan
hasil belajarnya.
Karena orang dewasa pun memiliki kemampuan belajar, dengan cepat dan bukan
karena intensitas dan kapasitas intelektualnya, implikasinya dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan, dosen perlu mendorong mahasiswa sebagai peserta didik untuk belajar
sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang diinginkan, dipilih, dan ditetapkan
oleh mereka. Karena materi atau pokok-pokok perkuliahan sudah diatur dalam Silabus, maka
yang terpenting adalah memberikan penekanan (stretching) dan membahas kata-kata kunci
(key of term) mengenai substansi bahasan.
Terakhir, karena orang dewasa itu dapat belajar efektif bilamana melibatkan aktivitas
mental dan fisik, mahasiswa dalam konteks pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
harus dilibatkan pikiran dan perbuatannya. Implikasi praktisnya, mahasiswa dapat diminta
merekonstruksi sketsa kepulauan nusantara misalnya, diapresiasi kondisi geografisnya,
kekayaan alamnya, kemampuan penduduknya, menuliskan teks lagu-lagu nasional,
menyanyikan lagu tersebut, menginterpretasikan makna lagu, dan sebagainya. Pendek kata,
fungsi otak kiri dan otak kanan atau kemampuan intelektual dan emosional mahasiswa harus
dilibatkan secara simultan.
Berdasarkan penggunaan metode dan teknik pembelajaran berbasis andragogi
diharapkan terjadi beberapa perubahan dimensi mendewasa sebagaimana dikemukakan Harry
Overstreet yang kemudian dikembangkan oleh Malcolm S. Knowless sebagai berikut:
1. Perubahan dari menggantungkan diri kepada orang lain ke arah kehidupan mandiri.
2. Perubahan dari sikap dan perilaku pasif ke arah sikap dan perilaku aktif.
3. Perubahan dari sikap subjektif ke arah sikap objektif.
4. Perubahan dari sikap dan perilaku menerima informasi ke arah sikap dan perilaku
memberikan informasi.
5. Perubahan dari pemilikan kecakapan rendah ke arah pemilikan kecakapan lebih
tinggi.
6. Perubahan dari tanggung jawab terbatas ke arah tanggung jawab lebih luas.
7. Perubahan dari pemilikan minat khusus ke arah pemilikan minat beragam.
8. Perubahan dari sikap mementingkan diri sendiri ke arah memerhatikan orang lain.
9. Perubahan dari sikap menolak kenyataan diri sendiri ke arah menerima kenyataan diri
sendiri.
10. Perubahan dari identitas diri beragam ke arah integritas diri.
11. Perubahan dari berpikir teknis ke arah berpikir prinsip.
12. Perubahan dari pandangan mendatar ke pandangan mendalam.
13. Perubahan dari sikap dan perilaku meniru ke arah sikap dan perilaku berinovasi.
14. Perubahan dari sikap keseragaman ke arah sikap tenggang rasa terhadap perbedaan.
15. Perubahan dari sikap emosional ke sikap rasional.
Sedangkan filosofi dan spirit (elantivitae)pendekatan andragogi dalam proses
pembelajaran PKn di perguruan tinggi adalah sejauh mana dosen dapat melakukan beberapa
ikhtiar maksimal sebagai berikut: 1) menyadarkan mahasiswa sebagai sosok pribadi yang
telah dewasa dengan berbagai indikator dan konsekuensinya, 2) menyadarkan mahasiswa
untuk berubah secara progresif dan permanen dalam cara berpikir (nalar), cara
bersikap(mental attitude), dan cara berpikir(behavioral), 3) menyadarkan mahasiswa sebagai
subjek dinamik dan agen perubahan (agent of change) kapan dan di mana saja berada, 4)
menyadarkan mahasiswa agar konsekuen dalam melestarikan nilai-nilai Pancasila sebagai
puncak luhur budaya bangsa Indonesia, dan 5) menyadarkan mahasiswa untuk keluar dari
jebakan proses pembelajarandan rutinitas perkuliahan semu.
Dengan demikian,pembelajaran PKn di perguruan tinggi hendaknya tidak diarahkan
untuk menumpuk hapalan serta menjejali ruangkognitif ansich, tetapiharus lebih diarahkan
pada perubahan komprehensif yang dilandasi oleh kesadaran tulus serta panggilan jiwa
peserta didik(mahasiswa) untuk
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dan prinsipprinsip pendidikan kewarganegaraan.
Sekarang, mulai dari hal-hal kecil, dan mulai dari diri sendiri. Salvo Meliori Indicio!
KESIMPULAN
Pendidikan Kewarganegaraan negara secara fundamental harus dilihat dan dilaksanakan
berdasarkan perspektif pendidikan (educatio), pendidikan pada dasarnya adalah proses
mendewasakan setiap individu, sedangkan esensi kedewasaan ditentukan oleh kemampuan
setiap individu dalam menyesuaikan diri (adjustment)sesuai dengan konteks.
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi bertujuan untuk meningkatkan
wawasan dan watak kebangsaan, kesadaran bernegara, serta memiliki cara berpikir, sikap,
dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam
bingkai keindonesiaan.
Agar Pendidikan
Kewarganegaraan dapat dilaksanakan secara efesien dan efektif maka diperlukan
pendekatan dan strategi pembelajaran, di antaranya adalah pendekatan andragogi. Andragogi
adalah pendekatan pembelajaran orang dewasa. Melalui proses pendidikan dan pembelajaran
yang berbasis andragogi, diharapkan terjadi perubahan cara berpikir (nalar), bersikap(attitude
of mind), dan berperilaku (behavior)para mahasiswa sesuai dengan tujuan PKn di
perguruantinggi. Inilah makna sesungguhnya dari reaktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan
yang dalam praktiknya pernah dibeberbentangkan melalui puncak luhur budaya nenek
moyang kita sepanjang sejarahnya.
Filosofi dan spirit pendekatan andragogi dalam proses pembelajaran PKn di perguruan
tinggi adalah sejauh mana dosen dapat melakukan beberapa ikhtiar maksimal sebagai berikut:
a) menyadarkan mahasiswa sebagai sosok pribadi yang telah dewasa dengan berbagai
indikator dan konsekuensinya, b) menyadarkan mahasiswa sebagai subjek dinamik dan agen
perubahan (agent of change) kapan dan di mana saja berada, c) menyadarkan mahasiswa agar
konsekuen dalam melestarikan nilai-nilai Pancasila sebagai puncak luhur budaya bangsa
Indonesia, dan d) menyadarkan mahasiswa untuk keluar dari jebakan proses pembelajaran
dan rutinitas perkuliahan semu.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/sosio_ekons/article/download/2253/1723
RESUME
KENDALA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM
MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK DI DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
SIMPULAN
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses pembelajaran yang berusaha untuk
membangun civic knowledge, civic skills, dan civic disposition peserta didik, sehingga tujuan
untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Pendidikan Kewarganegaraan
pada dasarnya ujung tombak untuk membangun karakter bangsa peserta didik, karena
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan moral yang mengajarkan nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia yang tertuang di dalam Pancasila. Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan pola pikir,
sikap dan perilaku warga negara. Di sisi lain, Pendidikan Kewarganegaraan adalah solusi
untuk menyelesaikan permasalahan yang menyelimuti pendidikan di Indonesia, yaitu kurang
maksimalnya dalam membangun karakter peserta didik. Meskipun Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan ujung tombak dalam membangun karakter bangsa, namun di
dalam implementasinya sering mengalami kendala sehingga tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan tidak tercapai. Kendala yang dialami Pendidikan Kewarganegaraan di
dalam proses pembelajaran selama ini, yaitu selalu menekankan aspek kognitif sehingga
karakter peserta didik masih kurang diperhatikan. Kompetensi guru juga menjadi penghalang
terbangunnya karakter peseta didik, karena sebagian besar guru di Indonesia belum mampu
menguasai 4 kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian) secara menyeluruh.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam proses pembelajaran yang
monoton juga membuat tidak maksimalnya proses pembangunan karakter peserta didik.
Fenomena ini menjadi salah satu munculnya permasalahan yang dialami pendidikan di
Indonesia, yaitu krisis karakter pemuda sehingga berdampak pada banyak tindakan kriminal
yang dilakukan oleh pemuda.
https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/download/12743/pdf