Anda di halaman 1dari 13

Artikel Ilmiah Bahasa Indonesia

“ Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi “


Dosen Pengampu : Leli Nisfi Setiana, S. Pd., M. Pd

Shinta Maylindha Ardhiyanti


30701800123
C
Email : shintamay22@std.unissula.ac.id

FAKULTAS PSIKOLOGI
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
2019/2020
ABSTRAK

Bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu yang dulunya merupakan bahasa lingua
franca, yaitu antar pulau bahasa perdagangan di Nusantara. Itu kemudian secara resmi
diresmikan sebagai bahasa persatuan di Sumpah Pemuda. Karena kenyataan ini, pada
tanggal 28 Oktober 1928 bahasa Indonesia diputuskan sebagai bahasa persatuan, dan dalam
bahasa Indonesia 1945 diratifikasi sebagai bahasa nasional. Masalah yang muncul dalam
keberadaan orang Indonesia adalah bagaimana mempertahankannya keberadaannya.
Masalahnya bukan hanya tentang keberadaannya, tetapi juga apakah bahasa lokal di negara
itu dapat memperkaya kosa kata dan istilah bahasa Indonesia. Masalah lain adalah
bagaimana potensi orang Indonesia di era globalisasi ini. Keberadaan orang Indonesia, selain
dipengaruhi oleh konsistensi penggunaannya, juga didukung oleh kemampuannya dalam
mengekspresikan fenomena baru yang ada. Karena itu perkembangannya sangat - sangat
tergantung pada seberapa sukses penciptaan kosa kata dan istilah baru dalam bahasa tersebut.
Bahasa Indonesia adalah mulai go global karena karakteristiknya yang terbuka dan
demokratis. Perkembangan saat ini dan masa depan tidak hanya terbatas pada struktur dan
bahasa, tetapi juga melangkah lebih jauh untuk mengungkap masalah baru yang dialami oleh
manusia dalam proses perubahan di berbagai aspek kehidupan.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang merupakan bahasa asli kita sebagai
warga negara Indonesia, dan sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai warga negara
Indonesia yang baik untuk melestarikannya.Menurut Sunaryo (2000), tanpa adanya bahasa
(termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Bahasa Indonesia
juga bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai pemersatu bangsa Indonesia
yang mempunyai 746 bahasa daerah dengan 17.508 pulau (Kepala Pusat Bahasa
Depdiknas, 2011). Namun, kini kita tengah memasuki abad 21 dimana terjadi
perubahanperubahan pada eksistensi bahasa Indonesia terutama pada bahasa Indonesia
populer.
Wamendikbud mengingatkan ketahanan bahasa Indonesia diuji di era globalisasi
ini karena mulai menurunnya kecintaan dan kebanggaan masyarakat berbahasa persatuan
di negeri ini. Dengan zaman yang modern dan canggih inipun perkembangan bahasa
Indonesia populer menjadi sangat pesat. Namun, makin berkembangnya waktu, maka
pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari mulai bergeser digantikan
dengan pemakaian bahasa Indonesia populer atau yang lebih dikenal dengan bahasa gaul.
Umumnya, anak remaja sekarang menganggap kalau tidak mengerti bahasa gaul berarti
remaja tersebut tidak gaul. Bahasa Indonesia populer pun makin meraja dikalangan
masyarakat terutama para remaja, bahkan tak jarang orang berpendidikan pun memakai
bahasa populer.
Baik dalam ben tuk lisan maupun tulisan dan juga dalam waktu formal maupun
nonformal. Hal ini dikarena pengaruh globalisasi dengan tekonologi yang canggih, yang
mampu memengaruhi bahasa populer tersebut menjadi bahasa sehari-hari mereka dalam
bermasyarakat. Era globalisasi memang merupakan tantangan besar bagi seluruh dunia
termasuk bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan
antarbangsa yang sangat rumit. Bahkan dalam berbahasa yang selalu kita gunakan dalam
kehidupaan sehari-hari, yang dapat memberi dampak besar bagi jati diri bangsa yang
diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Eksistensi bahasa Indonesia populer pun manjadi
semakin pesat perkembangannya dikarenakan era globalisasi yang terjadi sekarang ini.
Dengan adanya dampak positif maupun negatif yang ada membuat di era globalisasi yang
dapat mengubah segalanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia
2. Bagaimana peran dan fungsi Bahasa Indonesia
3. Bahasa Indonesia vs Bahasa Gaul
4. Bagaimana Urgensi Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar dalam bidang Pendidikan
dan Pengajaran
5. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi terhadap Bahasa Indonesia

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi Bahasa Indonesia
3. Bahasa gaul
4. Untuk mengetahui urgensi Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bidang
pendidikan dan pengajaran
5. Untuk mengetahui dampak positif dan negative globalisasi terhadap indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN

a. Perkembangan Bahasa di Indonesia


Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu cepat menuntut
para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja keras untuk menyempurnakan dan
meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa.
Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi
perlu diperhatikan oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan bahasa Indonesia semakin
lama semakin pudar karena banyak orang Indonesia, terutama anak muda, orang dari
kalangan bisnis, dan pejabat yang menggunakan bahasa selain Indonesia, seperti “bahasa
gaul” dan bahasa asing. Bahasa asing tersebut antara lain bahasa Inggris, Jepang, Korea,
dan sebagainya.
Tentu ini merupakan kenyataan yang ironis karena orang Indonesia justru lebih
bangga apabila mereka menguasai bahasa asing daripada menguasai bahasa mereka
sendiri. Masyarakat Indonesia, sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa Indonesia,
mereka dapat menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap
kepada orang lain. Bangsa Indonesia semestinya bangga memiliki bahasa yang dapat
mewakili perasaan dan pikirannya itu. Namun, kenyataannya tidak demikian. Rasa bangga
berbahasa Indonesia belum tertanam pada setiap orang Indonesia.
Rasa menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa Inggris)
masih terus menampak pada sebagian besar orang Indonesia. Mereka menganggap bahwa
bahasa asing lebih tinggi derajatnya ketimbang bahasa nasional mereka sendiri, bahasa
Indonesia. Bahkan, mereka seolah acuh tak acuh dengan perkembangan bahasa Indonesia
(Muslich, 2010: 38). Muslich (2010: 38-39) menyatakan sebagai berikut.
Fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara
lain sebagai berikut:
a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan
bahasa Inggis walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris)
tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c.Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau
mempelajarinya karena merasa dirinya lebih menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
d.Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai dari pada yang lain karena telah
menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih walaupun penguasaan bahasa
Indonesianya kurang sempurna.

Kenyataan-kenyataan tersebut merupakan sikap pemakai bahasa Indonesia yang


negatif dan tidak baik. Hal itu akan berdampak negatif pula pada perkembangan bahasa
Indonesia. Sebagian pemakai bahasa Indonesia menjadi pesimis, menganggap remeh, dan
tidak percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran dan
perasaanya dengan lengkap, jelas, dan sempurna. Oleh karena itu, perlu adanya
pembahasan tentang eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan
pada era globalisasi.
Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi
sangat penting karena seiring kemajuan zaman penggunaan bahasa Indonesia semakin
pudar. Banyak anak muda menggunakan istilah-istilah yang tidak lazim digunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulan mereka. Banyak pebisnis yang lebih
senang menggunakan bahasa asing untuk merekrut kolega atau pun investor luar negeri
daripada menggunakan bahasa Indonesia.
Bahkan, para pemimpin Indonesia seringkali mengunakan istilah asing untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Masyarakat lebih bangga menggunakan bahasa
asing ketimbang bahasa Indonesia. Mereka merasa lebih pintar apabila menguasai bahasa
asing padahal mereka tidak dapat menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Era
globalisasi adalah tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan bahasa
Indonesia di tengah pergaulan dunia.
Fenomena negatif yang ada di tengah-tengah masyarakat dapat menimbulkan
dampak negatif pula. Sebagian pengguna bahasa Indonesia akan menganggap remeh
bahasa tersebut. Untuk itu, penulis memberikan gambaran tentang eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan di era globalisasi. Makalah ini juga
akan membahas penggunaan bahasa Indonesia dalam pergaulan dan upaya pelestariannya.
Bangsa Indonesia harus mampu mencintai dan melestarikan bahasa Indonesia bukan
merusaknya

b. Peran dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi
mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh
terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi
formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kendala yang
harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya bahasa
gaul.
Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Dewasa ini
pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan seharihari maupun dunia film mulai
bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa
gaul. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial,
hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk.
Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keseragaman tersebut.
Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa
disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang
memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturanaturan dari tempatnya berasal. Proses
adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama
lainnya mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dalam pemakaian bahasa Indonesia,
termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang
berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan. Bahasa Indonesia
telah ditetapkan oleh UUD 1945 menjadi bahasa negara.
Di beberapa negara, bahasa Indonesia telah dipelajari. Namun, tidak berarti bahwa
keberadaan bahasa Indonesia bukan tanpa masalah. Munculnya bahasa gaul terjadi karena
dinamika kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi komunikasi yang pesat turut
mendorong perkembangan bahasa. Ditambah lagi dengan kemunculan situs jejaring sosial
di dunia maya. Awal tahun 2000 menjadi titik penting,dikenalnya istilah bahasa gaul,
terutama di kalangan anak muda.

c. Bahasa Indonesia vs Bahasa Gaul


Salah satu faktor yang mengganggu perkembangan bahasa Indonesia ialah
pengaruh ”bahasa gaul”. Kalau itu dilakukan dalam bahasa lisan, SMS, Twitter, atau
dalam pertunjukan di panggung dan televisi, masih bisa kita pahami. Namun, ternyata,
penggunaan bahasa tidak resmi dalam aktivitas berbahasa seperti menulis dan berbicara
menjadi sebuah hal yang kerap ditemui di ruang kelas. Di atas lembar jawaban ulangan,
dalam tugas mahasiswa dan dalam presentasi di depan kelas bahasa gaul masih meraja
lela.
Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara Indonesia
semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia
dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas
menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas
bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan dating. Dewasa ini, masyarakat sudah
banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak
terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini.
Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada
pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas
di masyarakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa
terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam pergaulan Internasional,
Bahasa Indonesia mewujudkan identitas bangsa Indonesia. Seiring dengan munculnya
bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan
oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa
diantaranya sebagai berikut:
Pertama, eksistensi bahasa Indonesia terancam terpinggirkan oleh bahasa gaul.
Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang
mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini
jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah
lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul.
Kedua, menurunnya derajat bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia masih sangat
muda usianya dibandingkan dengan bahasa lainya, tidak mengherankan apabila dalam
sejarah pertumbuhannya, perkembangan bahasa asing yang lebih maju. Seperti kita
ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini dikuasai oleh bangsa-bangsa
barat. Merupakan hal yang wajar apabila bahasa mereka pula yang menyertai penyebaran
ilmu pengetahuan tersebut ke seluruh dunia. Indonesia sebagai Negara yang baru
berkembang tidak mustahil menerima pengaruh dari Negara asing. Masuknya bahasa
Indonesia kedalam istilah-istilah kata asing sesuai sifatnya sebagai bahasa represif, sangat
membuka kesempatan untuk adanya percampuran bahasa. Melihat kondisi seperti ini,
timbullah beberapa anggapan yang tidak baik. Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa
yang miskin, tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan yang modern. Pada pihak lain
muncul sikap mengagung-agungkan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya. Dengan
demikian timbul anggapan mampu berbahasa Inggris atau bahasa asing merupakan ukuran
derajat seseorang.
Hal ini menyebabkan motivasi untuk belajar menguasai bahasa asing lebih tinggi
daripada belajar dan menguasai bahasa sendiri. Kenyataan adanya efek sosial yang lebih
baik bagi orang yang mampu berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia, hal ini lebih
menururnkan lagi derajat bahasa Indonesia di mata orang awam. Dapat kita simpulkan
banyaknya kalangan remaja menggunakan bahasa gaul adakah akibat dari perkembangan
zamanyang kian mengalami kamjuan baik dari dunia pendidikan sampai teknologi.
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk
selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan
dengan menggunakan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke dalam tatanan
bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan
menggunakan bahasa gaul. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan
menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi. Untuk mengendalikan itu semua, peran
orangtua, keluarga, pengajar, dan masyarakat sangat dibutuhkan. Jika tidak, penggunaan
bahasa "alay" itu akan merusak penggunaan tata bahasa Indonesia dan bahasa lainnya.
karena pengetahuan kaum muda, termasuk mahasiswa dalam penggunaan bahasa
Indonesia sangat minim, ini diketahui saat mereka membuat makalah atau presentasi.
Banyak mahasiswa yang tidak mengerti penggunaan tata bahasa Indonesia karena
kerap menggunakan bahasa "alay" dalam percakapan sehari-hari. Kini keadaannya sudah
berbeda. Jika kita mengitari pusat perbelanjaan atau deretan pertokoan Anda bisa lupa
bahwa kita ada di Indonesia. Karena hampir tidak ada lagi gedung-gedung, toko-toko atau
restoran-restoran yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai nama badan usahanya.
Media cetak maupun eletronik semakin banyak yang berusaha meng-Inggris-kan rubrik-
rubriknya.
Semakin banyak pula perusahaan yang mulai beriklan dengan bahasa Inggris.
Seperti ada konsep pemasaran yang tidak tertulis bahwa pasar akan lebih tertarik jika nama
toko, tempat atau barang menggunakan bahasa Inggris karena terlihat lebih keren. Era
reformasi dan demokrasi seperti membebaskan semuanya. Tidak ada lagi anjuran
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seiring dengan terjadinya pergeseran
ranah penggunaan bahasa Indonesia oleh Bahasa Inggris, bahasa informal pun mulai
mendominasi media cetak dan eletronik. Pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar
terasa semakin langka.
d. Urgensi Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar dalam bidang Pendidikan dan
Pengajaran
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung
kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa
Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah,
seminar dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan
formal yang selalu memperhatikan norma bahasa. Kita tidak bisa membayangkan jika
sosok-sosok yang duduk di pemerintahan tidak mampu berbahasa Indonesia. Relakah kita
jika kedudukan bahasa Indonesia tergeser oleh bahasa asing seperti yang terjadi di Negara
tetangga.
Haruskah kita menunggu sampai UNESCO memasukkan bahasa Indonesia ke
dalam daftar bahasa yang diancam kepunahan? Pantaskah kita tersinggung jika suatu hari
negara tetangga kita mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mereka jika kita
sendiri tidak memeliharanya. Upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan
Bahasa Indonesia agar tidak Tergeser oleh Bahasa Gaul. Dari pertanyaan-pertanyaan di
atas, agar bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa gaul, maka kita sebagai warga
Indonesia yang baik hendaknya melakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan sebelum Bahasa Indonesia benar-benar punah. Langkah-langkah yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Pertama, langkah-langkah pencegahan adalah menjadikan lembaga pendidikan
sebagai basis pembinaan bahasa. Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat
dijadikan sarana pembinaan bahasa yang dilakukan oleh para pendidik. Para pakar
kebahasaan, misalnya Keraf, Badudu, Kridalaksana, Sugono, Sabariyanto, Finoza, serta
Arifin dan Amran memberikan batasan bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam
bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah,
dalam pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan, dan wacana teknis
yang harus digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis,
morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan semantis.
Kedua, perlunya pemahaman terhadap Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung
kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan Bahasa
Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah,
seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan Bahasa Indonesia yang resmi dan
formal yang selalu memperhatikan norma bahasa. Sedangkan bahasa Indonesia yang benar
adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan
kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan
penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati
secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah
bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
Ketiga, diperlukan adanya Undang-Undang kebahasaan. Dengan adanya undang-
undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya
agar tidak mencintai bahasa gaul di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang
asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung
dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan
kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
Keempat, peran variasi bahasa dan penggunaannya. Variasi bahasa terjadi akibat
adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa
harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa
tidak resmi. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato
kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku
pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di
sekolahsekolah. Sedangkan ariasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak
formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk
dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum,
dan tidak pernah dalam pendidikan formal.
Kelima, menjunjung tinggi bahasa Indonesia di negeri sendiri. Sebenarnya apabila
kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik
Indonesia. Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang
bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar
pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar
pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara
sosial politik merupakan bahasa kedua.

e. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi terhadap Bahasa Indonesia


Dalam era globalisasi yang berkembang pesat saat ini tentu saja banyak berdampak
pada bahasa atau alat komunikasi lisan. Terutama bahasa indonesia yang menjadi bahasa
nasional Negara Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang banyak mengakibatkan Bahasa
Indonesia sangat rentan terhadap pengaruh era globalisasi.
Baik pengaruh secara positif maupun pengaruh negatif. Dampak positif globalisasi
terhadap bahasa Indonesia :
1. Bahasa Indonesia mulai dikenal oleh dunia internasional. Terbukti ada beberapa
Universitas di luar negeri yang mempunyai fakultas Sastra Bahasa Indonesia. Karena
menurut mereka negeri kita ini adalah negeri yang subur dan kaya raya. Yang
mempunyai bermacam-macam budaya, flora-fauna, serta potensi-potensi lainnya.
2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat internasional tentang Bahasa Indonesia.
3. Meningkatnya terjemahan buku-buku ke dalam Bahasa Indonesia.

Dampak negatif globalisasi terhadap bahasa Indonesia :


1. Masyarakat Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau
lebih sering menggunakan bahasa Indonesia populer. Banyak masyarakat yang lebih
bangga dan membangga-banggakan menggunakan bahasa negeri orang lain. Atau
malah mencampur-campur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
2. Berkurangnya minat generasi muda untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Generasi
muda cenderung untuk lebih menyukai sesatu yang modern atau maju. Dengan
masuknya budayabudaya asing dan bahasanya tentu lebih menarik bagi sebagian besar
generasi muda untuk dipelajari.
3. Bercampurnya Bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa asing. Hal ini sering terjadi
dimasyarakat, baik secara lisan maupun tulisantulisan such like (short message servis)
dan di dunia maya.
4. Memperkaya kosakata Bahasa Indonesia. Terbukti banyaknya kata serapan yang
diserap dari bahasa asing.
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam perjalanannya bahasa memiliki bentuk nyata sebagai media yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang dari sebuah negara baik dibidang IPTEK, politik,
budaya dan kehidupan sosial masyarakatnya. Sehingga mau tak mau masyarakat
Indonesia harus mampu menjaga integritas dan keberadaan bahasa Indonesia di tengah-
tengah era globalisasi yang terus berkembang pesat sampai saat ini. Globalisasi dan
teknologi informasi telah membawa dampak yang luar biasa dalam perkembangan
kebudayaan dan peradaban manusia, termasuk dalam bidang kebahasaan yang
menyangkut jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa.
Eksistensi bahasa Indonesia populer mamng mengganggu eksistensi bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Apalagi dengan pengaruh globalisasi sekarang yang
membuat bahasa Indonesia populer semakin meraja di kalangan masyarakat. Namun di
sisi lain kita tidak bisa mencegahnya apalagi dikalangan anak remaja karena
perkembangan psikologis yang menuntut mereka agar diakui masyarakat dengan cara
mengikuti tren yang ada. Oleh karena itu, kita dapat meminimalkan dampak negatif
yang ada dengan cara mulai dari diri sendiri. Yakni, meningkatkan kembali eksistensi
bahasa Indonesia oleh kita sendiri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam eksistensi bahasa tersebut yakni, (1) bahasa
sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana
bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyam - paikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif
maupun deduktif, (2) untuk itu, seharusnya kita menanamkan sifat disiplin dalam
berbahasa In - donesia. Sehingga dengan sifat disiplin itulah akan menjadikan bahasa
Indonesia tetap lestari sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selain itu, jika ada pengaruh bahasa populer yang masuk ke dalam bahasa Indonesia
hendaknya disesuaikan dengan kaidah berbaha - sa Indonesia, yang pada hakikatnya
merupakan identitas bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

 Assapari, M. (2014). EKSISTENSI BAHASA INDONESIA. PRASI , 29-37.


 Rahayu, A. P. (2015). MENUMBUHKAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN
BENAR. JURNAL PARADIGMA, 1-15.

Anda mungkin juga menyukai