Anda di halaman 1dari 10

Nama : Putri Octa Violita 30701800100

Rista Nur Hamidah 30701800114

Widya Putri Arum Sari 30701800143

Yuniar Anggraeni 30701800146

A. TAHAP PERSIAPAN

1. Subjek

 Nama : H
 Jenis kelamin : laki-laki
 Usia : 11 tahun
 Pendidikan : SD kelas 3

2. Lokasi : Observasi dilakukan di kelas 3 SLB C Swadaya, Jl. Seteran Utara II/2,
Semarang. Sedangkan setting yang digunakan adalah contrived/stimulated setting.
Dimana observer memiliki control yang tidak terlalu ketat terhadap observee selama
memberikan beberapa stimulus.

3. a. Event sampling : karakteristik anak penderita autisme

b. time sampling : pagi hari, pukul 07.30-9.30 WIB

4. Hari/ tanggal : Kamis, 5 Maret 2020. Pukul : 07.30 WIB

5. Metode observasi

Metode yang digunakan dalam proses pengamatan adalah metode observasi partisipan.
Dalam metode ini, kami sebagai observer ikut terlibat langsung dalam aktivitas subjek
diruang kelas.

Metode pencatatan

Metode yang digunakan dalam proses pencatatan kami adalah metode naratif deskriptif.
Metode ini dipilih karena kami dapat langsung mencatat segala perilaku subjek yang
muncul secara terperinci. Pencatatan dilakukan mulai dari pukul 08.00-09.30.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi autis
Menurut Yuwono, 2009, Autisme merupakan suatu kumpulan sindrom
akibat kerusakan syaraf dan penyakit ini mengganggu perkembangan anak.
Safaria, (2005)Theo Peters (2009) mengemukakan bahwa autis merupakan suatu
gangguan yang perkembangan, gangguan pemahaman gangguan pervasive, dan
bukan sutu bentuk penyakit mental. Autis mempunyai gaya kognisi yang
berbeda, pada dasarnya otak mereka memproses informasi dengan cara berbeda.
Mereka mendengar, melihat, dan merasa, tetapi otak mereka memperlakukan
informasi dengan cara yang berbeda, ini sebabnya autis mengacu pada gangguan
komunikasi dan interaksi social.
Cristien (2006) Autis didefinisikan sebagai penyakit neuropsikiatrikyang
ditandai oleh gangguan social dan komunikasi, disertai keterbatasan pola tingkah
laku dan perhatian artinya autis merupakan gangguan yang berhubungan dengan
system saraf dan psikis yang dapat dilihat dari hubungan social, komunikasi
serta tingkah laku. Menurut Chaplin, autisme merupakan cara berfikir yang
dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia
berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas, keasyikan
ekstrem dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Gerlach (Yosfan Azwandi, 2005 : 13) menjelaskan bahwa autis memiliki
masalah gangguan perkembangan yang kompleks yang muncul sebelum umur
tiga tahun sebagai dampak adanya gangguan neurobiologis sehingga berdampak
pada fungsi otak. Gangguan pada otak mengakibatkan anak autis mempunyai
hambatan baik dalam komunikasi, interaksi sosial, maupun perila Berbagai
hambatan yang dimiliki anak autis menyebabkan mereka membutuhkan
pendidikan khusus dan layanan khusus.
Endang Supartini (2009), menjelaskan anak autis adalah anak yang
mengalami gangguan perkembangan yang umumnya terjadi sebelum usia 3
tahun dan kompleks, yang berdampak pada perkembangan sosial,
berkomunikasi, perilaku maupun emosi tidak berkembang opti Akibatnya anak
menjadi kurang memperhatikan lingkungan dan asik dengan dunianya sendiri.
Jadi berdasarkan definisi dari beberapa tokoh diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif yangd
ditandai oleh adanya kelainan dan/atau Hendaya perkembangan yang muncul
bsebelum usia 3 tahun, dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang : Interaksi
sosial, komunikasi dan perilaku yang terbatas dan berulang. Autis merupakan
kelainan syaraf yang unik, karena tidak ada tes medis yang dapat membedakan
diagnosis autis. Diagnosisnya hanya bisa dilakukan oleh seorang professional
yang sudah terbiasa yang terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang
tidak mampu mengadakan interaksi sosial, dan seolah-olah hidup dalam
dunianya sendiri.

2. 2.1. Karakteristik (ciri-ciri) penderita autisme berdasarkan pedoman PPDGJ-III dan


DSM-5 sebagai berikut:
a. Kelainan fungsi dalam bidang Interaksi sosial
 Kurangnya respon terhadap emosi orang lain
 Kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial
 Buruk dalam menggunakan isyarat sosial
 Integrasi yang lemah dalam perilaku sosial, emosional dan komunikasi
 Kurangnya respons timbal balik sosio-emosional

b. Kelainan fungsi dalam bidang komunikasi


 Kurangnya penggunaan ketrampilan bahasa
 Keserasian yang buruk
 Kurangnya interaksi timbal balik dalam percakapan
 Buruknya keluwesan dalam ekspresif, kreativitas dan fantasi relatif kurang
 Kurangnya respon emosional terhadap ungkapan verbal dan non verbal orang
lain
 Kurangnya penggunaan isyarat tubuh dalam tambahan komunikasi lisan

c. Kelainan fungsi dalam bidang pola pikir, minat dan kegiatan yang terbatas, terulang
dan stereotipik.
 Kecenderungan bersikap kaku dalam rutinitas sehari-hari
 Rutin melakukan tindakan atau gerakan secara berulang
 Kelekatan yang khas dalam benda-benda tertentu (aneh)
 Memaksakan kegiatan rutin yang sebetulnya tidak perlu
 Menggigit tangan
 Membenturkan kepala ke dinding
 Hanya menyukai dan mengkonsumsi makanan tertentu
 Marah, menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas
 Preokupasi yang stereotipik

2.2. Karakteristik (ciri-ciri) penderita autism menurut Handojo (2004: 24)

a. Komunikasi

 Perkembangan bahasa anak autis sangat lambat bahkan tidak ada.


 Gangguan bahasa anak ini menyebabkan mereka terlihat seperti tuli, atau tidak
bisa bicara.
 Anak autis juga sering mengoceh secara berulang-ulang dengan bahasa yang
artinya tidak dapat dimengerti.
 Anak autis juga lebih banyak menggunakan bahasa tubuh.
 autis sering menarik-narik tangan orang lain untuk menunjukkan sesuatu atau
meminta orang tersebut melakukan apa yang diinginkannya.

b. Interaksi sosial

 Anak autis tidak dapat melakukan kontak mata dan menghindari tatap muka
dengan orang lain.
 tertarik jika diajak bermain bersama teman-temannya dan lebih suka bermain
sendiri.

c. Kemampuan Sensoris

 Anak autis tidak peka sentuhan.


 Tidak suka dipeluk.
 Bereaksi (spontan menutup telinga) bila mendengar suara keras.
 Mereka juga senang mencium dan menjilati mainan atau benda yang menarik
perhatiannya.
d. Pola bermain

 Anak autis tidak memiliki daya imajinasi dan tidak kreatif dalam bermain.
 Mereka tidak suka bermain dengan teman sebaya.
 Anak autis tidak bisa bermain sesuai dengan fungsi mainannya.
 Tertarik dengan mainan yang berputar seperti roda sepeda.
 Bila menyukai suatu mainan, maka akan dibawa kemana-mana.

e. Perilaku

 Anak autis sering memperlihatkan perilaku yang berlebihan (hiperktif),


berputar-putar, berlari-lari serta melakukan gerakan tertentu secara beruang-
ulang.
 Anak autis juga memiliki tatapan mata yang kosong.

f. Emosi

 Anak autis sering terlihat marah-marah, tertawa dan menangis tanpa alasan.
 Bila dilarang, anak autis akan mengamuk dan dapat merusak benda-benda yang
ada disekitarnya.
 Anak autis juga sering menyakiti diri sendiri (tantrum) misalnya membenturkan
kepalanya ke dinding.

2.3 Karakteristik (ciri-ciri) penderita autism menurut Handojo (2004: 24)

a. Komunikasi

 Ekspresi wajah yang datar.


 bicara bahkan tidak.
 Jarang memaulai dengan komunikasi.
 Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh
 Tidak meniru aksi atau suara.
 Tampak Tidak mengerti arti kata, mengerti dan menggunakan kata secara
terbatas, Intonasi atau ritme vokal yang aneh.

b. Hubungan dengan sosial

 tidak responsive
 Tidak ada senyum social
 Tidak berkomunikasi dengan mata.
 Kontak mata terbatas.
 Tampak asik bila dibiarkan sendiri.
 Tidak melakukan permainan giliran.
 Genggunakan tangan orang dewasa sebagai alat.

c. Hubungan dengan lingkungan

 Bermain refetitif (diulang-ulang).


 Marah atau tidak menghendaki perubahan-perubahan.
 Berkembangnya rutinitas yang kaku.
 Memperlihatkan ketertarikan yang sangat tak fleksibel.

d. Respon terhadap indera / sensoris

 Kadang panik terhadap suarasuara tertentu.


 Sangat sensitif terhadap suara.
 Bermain-main dengan cahaya dan pantulan.
 Bemainkan jari-jari di depan mata
 Menarik diri ketika disentuh.
 Tertarik pada pola dan tekstur tertentu.
 Sangat in aktif atau hiperaktif.
 Seringkali memutar-mutar.
 Membentur-bentur kepala
 Menggingit pergelangan
 Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan, atau merespon aneh
terhadap nyeri.

e. Kesenjangan perkembangan perilaku

 Kemampuan mungkin sangat baik atau sangat terlambat.


 Mempelajari keterampilan diluar urutan normal. Misalnya membaca tapi tak
mengerti arti
 Menggambar secara rinci tapi tidak dapat mengancing baju
 Pintar mengerjakan puzzle.
 Amat sukar mengikuti perintah.
 Berjalan pada usia normal.
 Tetapi tidak berkomunikasi.
 Lancar membeo suara.
 Tetapi sulit berbicara dari diri sendiri
 Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi tidak di lain waktu.

3. Etiologi

4. Hal-hal yang relevan

C. PANDUAN OBSERVASI
No Karakteristik Indikator perilaku

1. Kelainan fungsi Kurangnya respon terhadap emosi orang lain


dalam bidang
Kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam konteks
Interaksi sosial
sosial

Buruk dalam menggunakan isyarat social

Integrasi yang lemah dalam perilaku sosial, emosional


dan komunikatif

Kurangnya respons timbal balik sosio-emosional

2. Kelainan fungsi Keserasian yang buruk


dalam bidang
Kurangnya interaksi timbal balik dalam percakapan
komunikasi
Buruknya keluwesan dalam ekspresif, kreativitas dan
fantasi relatif kurang

Kurangnya respon emosional terhadap ungkapan


verbal dan non verbal orang lain

Kurangnya penggunaan isyarat tubuh dalam tambahan


komunikasi lisan

Kurangnya penggunaan ketrampilan bahasa

3. Kelainan fungsi Kecenderungan bersikap kaku dalam rutinitas sehari-


dalam bidang hari
pola pikir, minat
Rutin melakukan tindakan atau gerakan secara
dan kegiatan yang
berulang
terbatas, terulang
dan stereotipik. Kelekatan yang khas dalam benda-benda tertentu
(aneh)

Memaksakan kegiatan rutin yang sebetulnya tidak


perlu

Preokupasi yang stereotipik

Hanya menyukai dan mengkonsumsi makanan tertentu

Membenturkan kepala ke dinding

Menggigit tangan

Marah, menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas


D. URAIAN DESKRIPTIF HASIL OBSERVASI

Pukul 07.20 ketika kami sampai di SLB swadaya para siswa dikumpulkan dihalaman
depan untuk melaksanakan apel pagi. Mereka baris berbaris dengan diatur oleh para
guru agar tertib. Sebagian dari mereka justru berlarian dilapangan ketika baris. Setelah
apel pagi, mereka bersama-sama menyanyikan lagu maju tak gentar dan sebelum
mereka memasuki kelas masing-masing, mereka diajarkan untuk Salim kepada guru.
Banyak diantara mereka ketika disuruh masuk kekelas justru berlarian dan bermain.

Sekitar pukul 08.00 kami mulai masuk kedalam kelas 3 dimana subjek kami berada.
Ketika kami mulai masuk ke dalam kelas tersebut, sudah ada subjek duduk sendirian
pojok kelas dengan pandangan kearah bawah dan tidak menghiraukan keadaan
sekitarnya. Pada saat itu hari Kamis subjek mengenakan pakaian batik berwarna merah
ungu dengan bintik putih, celana hitam, sepatu hitam dan tas berwarna merah hitam.
Subjek memiliki warna kulit gelap, tinggi sekitar 100cm dengan potongan rambut yang
rapih.

Pada saat awal kami ajak berbicara, subjek tidak merespon dan menolak kontak mata
dengan mengalihkan pandangan kesamping. Tetapi setelah dibujuk oleh guru, subjek
bersedia untuk merespon, menjabat tangan kami dan sedikit memberikan pandangan
kearah kami. Beberapa saat kemudian, siswa lain dalam kelas tersebut mulai
berdatangan. Dalam tersebut ada 4 siswa termasuk subjek yang memiliki
keterbelakangan berbeda-beda. Sebelum kelas dimulai, subjek diarahkan oleh guru
untuk memimpin doa pagi hari. Subjek diajarkan untuk menengadahkan tangan keatas
dengan dimbimbing guru dan dipegangi tangannya. Setelah doa selesai, guru mulai
menjelaskan apa yang akan dipelajari pada hari itu, tetapi subjek justru memandang
keatas dengan menggosokkan tangannya kearah hidung secara berulang-ulang.

Saat waktu untuk mewarnai, subjek sudah bisa mewarnai meski secara kasar dan
dibimbing guru agar tangannya mampu memegang pensil warna secara benar. Setelah
beberapa saat, subjek mulai bosan dengan gambar yang diberikan dan ia justru
memejamkan mata dan mulai bercerita sendiri. Seperti dia mulai bercerita bahwa
temannya sedang bermain perosotan ditaman padahal teman yang dimaksud subjek
sedang mewarnai gambar didepannya. Subjek kekeh dengan fantasinya meskipun guru
menegurnya bahwa temannya didepannya. Subjek justru lanjut bercerita dengan tangan
menggosok ke hidung, mata terpejam, pandangan keatas dan mulai tertawa karena
ceritanya sendiri.

Karena subjek belum melaksanakan ujian, hari itu guru meminta subjek untuk
mengerjakan soal tes yang sudah terlewatkan. Subjek dibacakan soal satu per satu dan
diminta untuk menjawabnya. Subjek belum bisa menyilang jawabannya sendiri, untuk
itu tangannya maish diarahkan dan diajarkan sedikit demi sedikit untuk bisa menyilang
dengan benar. Selama mengerjakan soal tes subjek mulai jenuh lagi dan mulai bertanya
kepada guru tentang mobil. Selama menjawab semua pertanyaan tes, subjek sebagian
besar sudah mengerti dan menjawab dengan benar. Seperti tahu dimana kapal berlabuh,
pesawat berhenti, tahu nama-nama hari, tahu hewan-hewan. Subjek memiliki
pengetahuan yang baik terbukti saat menjawab pertanyaan tes subjek menjawab dengan
benar, mau memperhatikan saat soal dibacakan meskipun dengan mata terpejam. Saat
menjawab soal, subjek cenderung memegang kepalanya.

Subjek suka ketika ditanyai dan bertanya kepada guru tentang apapun yang ada didalam
pikirannya meskipun tidak ada berkaitan dengan apa yang dipelajari. Seperti bertanya
tentang Kata yang tidak dimengerti. Setelah selesai mengerjakan soal tes, subjek
berteriak-teriak dan mulai bercerita dengan mata terpejam bahwa temannya S berubah
menjadi macan dan ketika melihat teman lainnya ia mengatakan bahwa temannya mirip
dengan jerapah. Saat sudah dikondisikan oleh guru, subjek mulai tenang meskipun tetap
menggerakkan kakinya secara berulang. Ketika pembelajaran selesai, siswa
diperbolehkan untuk memakan bekal yang dibawanya. Ketika subjek memakan
bekalnya, ia makan dengan memejamkan mata dengan pandangan keatas. Setelah
selesai makan, subjek menawarkan diri untuk membuang sampah yang sudah terkumpul
kedepan. Saat membuang sampah, subjek langsung masuk kedalam kelas lagi, tanpa
mampir berlarian kesana kemari. Setelah selesai, subjek langsung duduk lagi
ditempatnya dan diam. Setelah beberapa menit pembelajaran hari itu selesai, sekitar
pukul 09.30 subjek keluar kelas untuk menunggu dijemput oleh orang tuanya. Subjek
mampu menunggu dengan baik didepan dengan menunggu sendiri. Subjek senang
ketika kami temani untuk menunggu dijemput, ia justru berkata bahwa jika kami masih
boleh bertanya-tanya kepadanya. Akan tetapi subjek sedikit merasa takut ketika
berinteraksi dengan siswa lain yang dirasanya menganggu dan justru menghindar dan
diam ketika diajak berbicara.

Yang lain teruskan sendiri revisinya yaaa..yg ptg jangan member makna
dan tuliskan verbatimnya
E. TABEL CHEKLIST

No Karakteristik Indikator perilaku Checklist keterangan


1. Kelainan Kurangnya respon terhadap  Disaat orang lain tertawa,
fungsi dalam emosi orang lain observee masih dengan muka
bidang yang datar.
Interaksi sosial Kurangnya modulasi terhadap
perilaku dalam konteks sosial
Buruk dalam menggunakan  Disaat dialog, observee tidak
isyarat sosial menunjukkan isyarat atau
gerakan-gerakan.
integrasi yang lemah dalam  Observee lebih sering sendiri,
perilaku sosial, emosional dan dilihat dari pas dia menunggu
komunikatif ayahnya menjemput dia untuk
pulang. Dia lebih memilih
sendiri dari pada bareng
teman lainnya.
Kurangnya respon timbal balik  Saat di beri pertanyaan,
sosio-emosional observe lama untuk merespon
2. Kelainan Keserasian yang buruk 
fungsi dalam Kurangnya interaksi timbal
bidang balik dalam percakapan
komunikasi Buruknya keluwesan dalam
ekspresi, kreatifitas dan fantasi
relatif kurang
Kurangnya respon emosional  Observee selalu memasang
terhdap ungkapan verbal dan muka yang datar dan tidak
non verbal orang lain pernah merespon dengan
ketawa atau senyum saat
diajak bercanda.
Kurangnya penggunaan isyarat  Saat bicara observee hanya
tubuh dalam tambahan menundukkan kepala tidak
komunikasi lisan memberikan gerakan lain.
Kurangnya penggunaan  Observee ketika bicara hanya
ketrampilan bahasa menggunakan bahasa itu-itu
saja.
3. Kelainan Kecenderungan bersikap kaku
fungsi dalam dalam rutinitas sehari-hari
bidang pola Rutin melakukan tindakan atau √ Observee sering
pikir, minat gerakan secara berulang menggosokkan telapak tangan
dan kegiatan ke area hidung.
yang terbatas,
Kelekatan yang khas dalam
terulang dan
benda-benda tertentu (aneh)
stereotipik
Memaksakan kegiatan rutin
yang sebetulnya tidak perlu
Preokupasi yang stereotipik
Hanya menyukai dan
mengkonsumsi makanan
tertentu
Membenturkan kepala ke
dinding
Menggigit tagan
Marah, menangis atau tertawa √ Observee beberapa kali
tanpa alasan yang jelas tertawa sendiri dan ketakutan
tanpa alasan

F. KESIMPULAN

Dalam melakukan observasi di SLB SWADAYA Semarang provinsi jawa tengah


terhadap anak autis diperoleh hasil yaitu anak menunjukkan gejala-gejala autis yang
ringan. Gejala yang ditunjukkan yaitu anak masih memiliki wawasan yang luas,
pembicaraan masih agak lancar, tatapan mata selalu ke bawah, pemalu, mau berbagi
makanan pada temannya, sering bicara sendiri, suka berhalusinasi, sehingga hasil dari
observasi menunjukkan tidak sama persis seperti ciri-ciri anak autis yang umum atau
yang parah.

G. DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Faisal. 2007. Autisme. Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-anak. Jakarta :
Pustaka Poluler Obor

Maulana, Mirza. 2010. Anak Autis "Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain
Menuju Anak Cerdas dan Sehat". Jogjakarta: Katahati.

Kiling, Indra Yohanes. 2016. Karakteristik Prososial Anak Autis Usia Dini di Kupang.
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo. Volume 3, No 1. Hal 1-75

Widiastuti, D. 2014. Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus Gangguan Autisme di SLB


Negeri Semarang.

Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM
5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Anda mungkin juga menyukai