Anda di halaman 1dari 14

EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI KALANGAN ANAK MUDA

Di Susun Oleh :
ARGA FARRAS KHAROMI
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………………………
………
BAB 1 PENDAHULUAN
Eksisten Bahasa dikalangan anak muda.………………………………………………
BAB 2 ISI
A.Eksisten Bahasa dikalangan anak muda
……………………………………………………………………….
B.Globalisasi
………………………………………………………………………………………………………………
C.Eksistensi Penggunaan bahasa Indonesia yang baku di kalangan
remaja………………………………………………………………………………………………………
…..
D.Eksistensi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasionaldan perkembangannya
di eraglobalisasi ……………………………………………………………………………………………
BAB 3
Penutup …………………………………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang merupakan bahasa asli kita sebagai warga negara
Indonesia, dan sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai warga negara Indonesia yang baik untuk
melestarikannya.Menurut Sunaryo (2000), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak
dapat tumbuh dan berkem- bang. Bahasa Indonesia juga bukan hanya seba-
gaialatkomunikasi,tetapijugasebagaipemersa- tu bangsa Indonesia yang mempunyai 746 bahasa daerah
dengan 17.508 pulau (Kepala Pusat Ba- hasa Depdiknas, 2011). Namun, kini kita tengah memasuki abad
21 dimana terjadi perubahan- perubahan pada eksistensi bahasa Indonesia teru- tama pada bahasa
Indonesia populer. Wamendik-
bud mengingatkan ketahanan bahasa Indonesia diuji di era globalisasi ini karena mulai menurun- nya
kecintaan dan kebanggaan masyarakat ber- bahasa persatuan di negeri ini. Dengan zaman yang modern
dan canggih inipun perkembangan bahasa Indonesia populer menjadi sangat pesat. Namun, makin
berkembangnya waktu, maka pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari mulai bergeser
digantikan dengan pemakaian bahasa Indonesia populer atau yang lebih dikenal dengan bahasa gaul.
Umumnya, anak remaja sekarang menganggap kalau tidak mengerti bahasa gaul berarti remaja tersebut
tidak gaul. Bahasa Indonesia populer pun ma- kin meraja dikalangan masyarakat terutama para remaja,
bahkan tak jarang orang berpendidikan pun memakai bahasa populer. Baik dalam ben-
| PRASI | Vol. 9 | No. 18 | Juli - Desember 2014 |
29

30
tulsan maupun tulisan dan juga dalam wak- tu formal maupun nonformal. Hal ini dikarena pengaruh
globalisasi dengan tekonologi yang canggih, yang mampu memengaruhi bahasa po- puler tersebut
menjadi bahasa sehari-hari mereka dalam bermasyarakat.
Era globalisasi memang merupakan tan- tangan besar bagi seluruh dunia termasuk bangsa Indonesia
untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sa- ngat rumit. Bahkan
dalam berbahasa yang selalu kita gunakan dalam kehidupaan sehari-hari, yang dapat memberi dampak
besar bagi jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Ek- sistensi bahasa Indonesia
populer pun manjadi semakin pesat perkembangannya dikarenakan era globalisasi yang terjadi sekarang
ini. Dengan adanya dampak positif maupun negatif yang ada membuat di era globalisasi yang dapat
mengubah segalanya. Banyak pengaruh globalisasi bagi ek- sistensi bahasa Indonesia populer, sehingga
me- munculkan masalah-masalah sosial baru.

BAB 2
1.2 PEMBAHASAN
A.EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI KALANGAN ANAK MUDA
Dewasa ini, kita khususnya anak muda generasi milenial hidup di tengah globalisasi dengan canggihnya
teknologi dan berbagai pertukaran budaya. Teknologi sudah menjadi pendamping kita dalam kegiatan
sehari-hari. Kehadiran teknologi dan arus globalisasi juga memengaruhi berbagai aspek dalam hidup kita,
salah satunya adalah bahasa. Bahasa mempunyai fungsi tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya,
karena dengan bahasa kita dapat berkomunikasi dengan seseorang untuk menyampaikan hal yang ingin
kita sampaikan.
Hal ini berarti fungsi bahasa sangatlah beragam. Sebuah bahasa dapat digunakan sebagai alat komunikasi
antar individu maupun kelompok, alat untuk menjalin integrasi serta beradaptasi dan bersosialisasi di
dalam lingkungan maupun situasi di sekitarnya. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang digunakan
oleh manusia dari dahulu hingga sekarang, baik secara lisan maupun tertulis.
Bahasa Indonesia yang menempati kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi Negara
Kesatuan Republik Indonesia mengalami perjalanan yang cukup panjang. Bahasa Indonesia telah menjadi
bahasa resmi sejak dipanjatkannya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 oleh para pemuda
Indonesia. Seiring dengan perkembangan dari waktu ke waktu, Bahasa Indonesia akhirnya dinobatkan
sebagai bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Bab
XV pasal 36 yang mengatakan, “Bahasa negara Indonesia adalah Bahasa Indonesia”.
Selain perjalanan yang cukup panjang, Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa yang unik, sebab Bahasa
Indonesia mempunyai kaidah-kaidah pokok tertentu serta ciri-ciri umum yang membedakan Bahasa
Indonesia ini dengan bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah
Indonesia. Maka dari itu, kaidah-kaidah pokok dan ciri-ciri umum tersebutlah yang merupakan jati diri
atau ciri khas dari Bahasa Indonesia.
Bahasa asing yang masuk ke Indonesia turut memunculkan banyak dampak positif maupun negatif bagi
masyarakat, khususnya generasi milenial. Salah satu dampak negatif dari masuknya bahasa asing ke
Indonesia adalah hilangnya rasa bangga berbahasa Indonesia di dalam diri anak muda. Hal ini
dikarenakan mereka merasa lebih pintar dan bangga dengan bahasa asing.
B.GLOBALISASI
Globalisasi dapat didefinisikan sebagai percepatan pergerakan dan pertukaran yang meliputi manusia,
barang, jasa, modal, teknologi, atau praktik budaya di seluruh planet bumi ini. Salah satu efek dari
globalisasi adalah mempromosikan dan meningkatkan interaksi antara berbagai wilayah dan populasi di
seluruh dunia yang juga mengakibatkan berbagai pertukaran bahasa hingga budaya.
Pada era globalisasi, keberadaan Bahasa Indonesia dilihat sebagai bagian dari penghambat proses
komunikasi global. Hal ini dikarenakan Bahasa Indonesia tampaknya tidak memfasilitasi globalisasi
karena Bahasa Indonesia tidak digunakan secara global. Salah satu dampak globalisasi adalah masuknya
kebudayaan dan bahasa asing ke Indonesia.
Maka dari itu, perlu adanya pengetahuan tentang pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia yang sesuai
dengan aturan yang berlaku agar kita dapat menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar
sehingga kita dapat dengan bangga bertutur menggunakan Bahasa Indonesia.
Pengaruh bahasa asing terbesar di Indonesia berasal dari Bahasa Inggris. Bahasa Inggris adalah bahasa
resmi negara Inggris (Britania Raya). Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, Bahasa Inggris sudah
tidak asing lagi bagi banyak orang. Dapat disimpulkan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa yang
digunakan oleh negara Inggris dan negara-negara persemakmurannya, dan terus berkembang menjadi
bahasa internasional yang paling banyak digunakan di dunia.
Seperti yang kita ketahui, Bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Di Indonesia sendiri; Bahasa
Inggris merupakan salah satu mata pelajaran umum yang dipelajari dari jenjang SD sampai perkuliahan.
Contoh lainnya adalah, di kalangan remaja Indonesia, K-pop sedang booming. Sebagian besar remaja
Indonesia berlomba-lomba mempelajari Bahasa Korea untuk berkomunikasi dengan idolanya. Selain itu,
para remaja juga sangat antusias untuk mengalami dan mempelajari berbagai budaya Korea. Sungguh
miris rasanya ketika para remaja lebih antusias mempelajari bahasa dan budaya luar negeri ketimbang
bahasa dan budaya Indonesia.
Kebanggaan berbahasa Indonesia perlu dipupuk sejak dini, sebab seiring perkembangan zaman pengaruh
bahasa asing terhadap Bahasa Indonesia sangat besar. Hal ini patut diwaspadai agar Bahasa Indonesia dan
bahasa daerah tidak makin tersingkir. Maka dari itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita sebagai anak
muda milenial diharapkan untuk dapat melestarikan bahasa Indonesia.
Bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti menggunakan Bahasa Indonesia sesuai kaidah yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari, banyak membaca buku Bahasa Indonesia dan meningkatkan kemampuan
berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Terdapat beberapa upaya untuk menjaga penggunaan Bahasa
Indonesia.
Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah menumbuhkan rasa bangga terhadap Bahasa Indonesia,
kemudian kita juga bisa meningkatkan potensi bahasa daerah sebagai sumber pengayaan kosakata Bahasa
Indonesia. Terakhir, kita harus sadar untuk bangga menggunakan Bahasa Indonesia, yang merupakan
salah satu cara untuk mengembangkan penggunaan Bahasa Indonesia.
Tidak ada salahnya untuk mempelajari budaya dan bahasa lain selain Bahasa Indonesia. Merupakan hal
yang baik bagi kita untuk bisa mengembangkan pengetahuan serta kemampuan diri, misalnya dengan
belajar Bahasa Inggris agar kita bisa berkomunikasi dengan orang asing. Tapi, tetap harus ingat bahwa
bahasa ibu kita adalah Bahasa Indonesia, dan sebagai warga negara Indonesia memiliki kewajiban untuk
melestarikan bahasa ibu kita sendiri. Karena kalau bukan kita, generasi penerus bangsa, siapa lagi yang
akan mempertahankan bahasa dan budaya Indonesia.

C.EKSISTENSI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAKU DI KALANGAN REMAJA


Bahasa Indonesia Baku
Baku adalah kota di Indonesia yang berbahasa Indonesia Jika Anda sudah memenuhi semua aturan dan
peraturan bahasa Indonesia, maka Anda berada di tempat yang tepat. Sebagian besar, bahasa baku
digunakan dalam situasi sehari-hari, baik secara tertulis maupun berbicara. Hal ini berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang telah menguasai kamus dan ejaan yang umum dalam bahasa
Indonesia. Di Indonesia, ada beberapa contoh bahasa sederhana, seperti: 1. Akhirat \s2. Aksesori 3. Aktif
4. Akuarium \s5. Aluminium \s6. Ambulans Wibowo menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem lambang
yang dapat diartikan dan ditafsirkan (diciptakan oleh alat ucap) yang bersifat arbiter dan konvensional,
yang digunakan sebagai sarana komunikasi oleh sekelompok orang untuk menyampaikan perasaan dan
pikiran. Lebih lanjut Pengabean menjelaskan bahwa bahasa adalah keseluruhan sistem yang
mentransmisikan dan menyampaikan informasi tentang apa yang terjadi pada sistem saraf. Seperti halnya
Wibowo dan Pangabean, Soejono (2004:30) juga menjelaskan pentingnya bahasa, yang menurutnya
merupakan sarana penghubung satu sama lain dalam konteks hidup bersama. Dari semua yang kami
pelajari dari para tetua, jelas bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang umum di antara orang-orang dari
latar belakang yang berbeda untuk melakukan pertukaran informasi. Jika Anda Mengatakan Anda Akan
Memanggang Tapi Anda Tidak Akan Memanggang.Menurut Kosasih dan Hermawan (2012:83), kata
baku adalah kata yang mengacu pada cara penulisannya atau cara pengucapannya sesuai dengan kata-kata
yang mendahuluinya. Ada tiga jenis standar deviasi dasar: ejaan (EYD), tata baku (Baku), dan kamus.
Berdasarkan struktur bahasa yang mendasarinya, "dasar" atau "bakuan" Baku adalah bahasa apa pun yang
dapat dibaca, ditulis, atau diucapkan sesuai dengan hasil eksperimen linguistik. Dari bawah ke atas,
informasi, bahasa baku adalah berbagai bahasa yang digunakan orang untuk berkomunikasi tentang
pemahaman intelektual. Sekali lagi menggunakan cara pandang penutur asli, bahasa informal seperti baku
dapat dikontraskan dengan bahasa resmi seperti baku, yang lebih umum digunakan oleh pejabat
pemerintah, guru sekolah, dan wartawan. Ragam baku bahasa merekalah (Mulyono dalam Chaer,2011:5).
Baik dalam EYD maupun dalam buku "Pedoman Pembentukan Istilah", kata serapan dari bahasa Assam
disebut "baku" jika ejaan tersebut telah dibangun menurut para ahli ejaan bahasa Assam, seperti yang
dijelaskan dalam EYD (Depdikbud dalam Chaer)
Contoh Bahasa Baku dan Tidak Baku: Baku Tidak Baku Rapat Rapet Standar Standard Sertifikat
Certifikat Analisis Analisa Tumbuhnya Bahasa Gaul di komunitas Remaja disebabkan oleh suatu faktor.
1. Belajar bahasa Galia di internet dan melalui berbagai media sosial. Sekitar dua pertiga dari pengunjung
situs ini adalah anggota keluarga kerajaan. Untuk mempelajari tentang jaringan sosial seseorang yang
lebih luas, seperti keluarga, teman, rekan kerja, atau kenalan lainnya. Karena pengaruh lingkungan alam,
anak-anak sangat mudah mengerti ketika mendengar kata-kata yang sering digunakan, baik itu dari orang
yang lebih tua, teman, atau anggota keluarganya. Oleh karena itu, peran keluarga sangat penting dalam
menentukan tumbuh kembang lingkungan bagi anak. Selain itu, lingkungan merupakan faktor penting
dalam perkembangan kemampuan bahasa anak. Misalnya, media dapat digambarkan sebagai: Ini adalah
bentuk media elektronik yang menggunakan bahasa Galia dalam film seperti film layar lebar dan iklan,
seperti di televisi. Alih-alih hanya timbul dari kurangnya komunikasi antara masyarakat umum dan
media, seni penggunaan bahasa Galia setidaknya sebagian yang harus disalahkan. Misalnya, bahasa yang
terdapat dalam novel, cerpen, atau bahkan khotbah dapat dianggap sebagai Media Cetak. Bisa juga
melalui penciptaan dan penerjemahan karya sastra anak muda, seperti cerpen atau buku yang sering
ditulis dalam bahasa Galia.
D,EKSISTENSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL DAN
PERKEMBANGANNYA DI ERA GLOBALISASI
Perkembangan Bahasa Indonesia
Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu cepat menuntut para pengambil
kebijakan di bidang bahasa bekerja keras untuk menyempurnakan dan meningkat- kan semua sektor yang
berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dalam per- gaulan pada era globalisasi perlu diperhatikan oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan bahasa
Indonesia semakin lama semakin pudar karena banyak orang Indonesia, terutama anak muda, orang dari
kalangan bisnis, dan pejabat yang menggunakan bahasa selain Indonesia, seperti „bahasa gaul” dan
bahasa asing. Bahasa asing tersebut antara lain bahasa Inggris, Jepang, Ko- rea, dan sebagainya. Tentu ini
merupakan ke- nyataan yang ironis karena orang Indonesia justru lebih bangga apabila mereka menguasai
bahasa a- sing daripada menguasai bahasa mereka sendiri. Masyarakat Indonesia, sebagai pemakai bahasa
Indonesia, seharusnya bangga menggunakan ba- hasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa
Indonesia, mereka dapat menyampai- kan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada
orang lain. Bangsa Indonesia semestinya bangga memiliki bahasa yang dapat mewakili perasaan dan
pikirannya itu. Namun, kenyataannya tidak demikian. Rasa bangga ber- bahasa Indonesia belum tertanam
pada setiap orang Indonesia. Rasa menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa
Ing- gris) masih terus menampak pada sebagian be- sar orang Indonesia. Mereka menganggap bahwa
bahasa asing lebih tinggi derajatnya ketimbang bahasa nasional mereka sendiri, bahasa Indone- sia.
Bahkan, mereka seolah acuh tak acuh dengan perkembangan bahasa Indonesia (Muslich, 2010: 38).
Muslich (2010: 38-39) menyatakan sebagai berikut.
Fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut.
| PRASI | Vol. 9 | No. 18 | Juli - Desember 2014 |

a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan de- ngan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggis
walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabi- la tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak
pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena
merasa dirinya lebih menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai dari pada yang lain karena telah mengua- sai
bahasa asing (Inggris) dengan fasih walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sem- purna.
Kenyataan-kenyataan tersebut merupakan sikap pemakai bahasa Indonesia yang negatif dan tidak baik.
Hal itu akan berdampak negatif pula pada perkembangan bahasa Indonesia. Sebagian pemakai bahasa
Indonesia menjadi pesimis, me- nganggap remeh, dan tidak percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan lengkap, jelas, dan sem- purna. Oleh karena itu, perlu
adanya pembahasan tentang eksistensi bahasa Indonesia sebagai baha- sa nasional dalam pergaulan pada
era globalisasi.
Dari latar belakang di atas, maka dapat di- identifikasi masalah sebagai berikut. Eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi sangat penting ka- rena seiring
kemajuan zaman penggunaan baha- sa Indonesia semakin pudar. Banyak anak muda menggunakan
istilah-istilah yang tidak lazim di- gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulan
mereka. Banyak pebisnis yang lebih senang menggunakan bahasa asing untuk merekrut kolega atau pun
investor luar negeri dar- ipada menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, para pemimpin Indonesia
seringkali mengunakan istilah asing untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Masyarakat lebih
bangga menggu- nakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia. Mereka merasa lebih pintar apabila
menguasai
bahasa asing padahal mereka tidak dapat me- nguasai bahasa Indonesia dengan baik. Era glo- balisasi
adalah tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan bahasa Indonesia di te- ngah pergaulan
dunia. Fenomena negatif yang ada di tengah-tengah masyarakat dapat menim- bulkan dampak negatif
pula. Sebagian pengguna bahasa Indonesia akan menganggap remeh ba- hasa tersebut. Untuk itu, penulis
memberikan gambaran tentang eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan di
era globalisasi. Makalah ini juga akan membahas penggunaan bahasa Indonesia dalam pergaul- an dan
upaya pelestariannya. Bangsa Indonesia harus mampu mencintai dan melestarikan bahasa Indonesia
bukan merusaknya.
Perkembangan Bahasa Indonesia
Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu cepat menuntut para pengambil
kebijakan di bidang bahasa bekerja keras untuk menyempurnakan dan meningkat- kan semua sektor yang
berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dalam per- gaulan pada era globalisasi perlu diperhatikan oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan bahasa
Indonesia semakin lama semakin pudar karena banyak orang Indonesia, terutama anak muda, orang dari
kalangan bisnis, dan pejabat yang menggunakan bahasa selain Indonesia, seperti „bahasa gaul” dan
bahasa asing. Bahasa asing tersebut antara lain bahasa Inggris, Jepang, Ko- rea, dan sebagainya. Tentu ini
merupakan ke- nyataan yang ironis karena orang Indonesia justru lebih bangga apabila mereka menguasai
bahasa a- sing daripada menguasai bahasa mereka sendiri. Masyarakat Indonesia, sebagai pemakai bahasa
Indonesia, seharusnya bangga menggunakan ba- hasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa
Indonesia, mereka dapat menyampai- kan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada
orang lain. Bangsa Indonesia semestinya bangga memiliki bahasa yang dapat mewakili perasaan dan
pikirannya itu. Namun, kenyataannya tidak demikian. Rasa bangga ber- bahasa Indonesia belum tertanam
pada setiap orang Indonesia. Rasa menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa
Ing- gris) masih terus menampak pada sebagian be- sar orang Indonesia. Mereka menganggap bahwa
bahasa asing lebih tinggi derajatnya ketimbang bahasa nasional mereka sendiri, bahasa Indone- sia.
Bahkan, mereka seolah acuh tak acuh dengan perkembangan bahasa Indonesia (Muslich, 2010: 38).
Muslich (2010: 38-39) menyatakan sebagai berikut.
Fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut.
| PRASI | Vol. 9 | No. 18 | Juli - Desember 2014 |

a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan de- ngan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggis
walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabi- la tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak
pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena
merasa dirinya lebih menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai dari pada yang lain karena telah mengua- sai
bahasa asing (Inggris) dengan fasih walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sem- purna.
Kenyataan-kenyataan tersebut merupakan sikap pemakai bahasa Indonesia yang negatif dan tidak baik.
Hal itu akan berdampak negatif pula pada perkembangan bahasa Indonesia. Sebagian pemakai bahasa
Indonesia menjadi pesimis, me- nganggap remeh, dan tidak percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan lengkap, jelas, dan sem- purna. Oleh karena itu, perlu
adanya pembahasan tentang eksistensi bahasa Indonesia sebagai baha- sa nasional dalam pergaulan pada
era globalisasi.
Dari latar belakang di atas, maka dapat di- identifikasi masalah sebagai berikut. Eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi sangat penting ka- rena seiring
kemajuan zaman penggunaan baha- sa Indonesia semakin pudar. Banyak anak muda menggunakan
istilah-istilah yang tidak lazim di- gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulan
mereka. Banyak pebisnis yang lebih senang menggunakan bahasa asing untuk merekrut kolega atau pun
investor luar negeri dar- ipada menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, para pemimpin Indonesia
seringkali mengunakan istilah asing untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Masyarakat lebih
bangga menggu- nakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia. Mereka merasa lebih pintar apabila
menguasai
bahasa asing padahal mereka tidak dapat me- nguasai bahasa Indonesia dengan baik. Era glo- balisasi
adalah tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan bahasa Indonesia di te- ngah pergaulan
dunia. Fenomena negatif yang ada di tengah-tengah masyarakat dapat menim- bulkan dampak negatif
pula. Sebagian pengguna bahasa Indonesia akan menganggap remeh ba- hasa tersebut. Untuk itu, penulis
memberikan gambaran tentang eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan di
era globalisasi. Makalah ini juga akan membahas penggunaan bahasa Indonesia dalam pergaul- an dan
upaya pelestariannya. Bangsa Indonesia harus mampu mencintai dan melestarikan bahasa Indonesia
bukan merusaknya.
BAB 3
PENUTUP
SIMPULAN
Terlepas dari kenyataan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia berbicara bahasa Galia, penggunaan
bahasa ini dalam komunikasi sehari-hari merupakan bukti kemampuan orang Indonesia untuk berbicara
bahasa dengan benar dan jelas. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa. Kurangnya antusiasme dan penggunaan bahasa Indonesia di negara Anda
sendiri dapat menyebabkan kurangnya penggunaan bahasa di kalangan masyarakat umum, terutama di
kalangan anak muda. Sebagai akibat dari meluasnya penggunaan bahasa Galia di media dan di Internet,
remaja menjadi lebih dan lebih cenderung melihat hal-hal baru, yang tidak apa-apa karena mereka suka
melihat hal-hal baru.
DAFTAR PUSTAKA
https://m.kumparan.com/petra-amadeus/globalisasi-dan-eksistensi-bahasa-indonesia-di-kalangan-anak-
muda-milenial-1zRe8w0Jd5o/full

Anda mungkin juga menyukai