Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

A. GAMBARAN POTRET BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI

Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa.


Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa
Inggris, yang pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama hanya
denga bidang-bidang kehidupan lain, sebagaimana dikemukakan oleh Naisbii
(1991) dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi paradoks-paradoks dalam
berbagai komponen kehidupan termasuk Bahasa pribumi dan Bahasa
Inggris misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai
bahasa keduanya masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga
memempertahankan bahasa ibunya. 
Di Islandia, sebuah negara kecil di Eropa, yang jumlah penduduknya sekitar
250.000 orang, walaupun mereka dalam berkomunikasi sehari-hari
menggunakan bahasa Inggris seabagai bahasa kedua, negara ini masih
mempertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh bahasa
Inggris. Di Kubekistan (Guebec), yang salama ini peraturan di negara bagian
ini mewajibkan penggunaan bahasa Perancis untuk semua papan nama,
sekarang diganti dengan bahasa sendiri. Demikian juga negara-negara
pecahan Rusia seperti Ukraina, Lithuania, Estonia (yang memisahkan diri dari
Rusia) telah menggantikan semua papan nama di negara tersebut yang selama
itu menggunakan bahasa Rusia. 

Bagaimana halnya dengan di Indonesia? Di Indonesia, fenomena yang sama


pernah dilakukan dengan pengeluaran Surat Menteri Dalam Negeri kepada
gubernur, bupati, dan walikota seluruh Indonesia Nomor 1021/SJ tanggal 16
Maret 1995 tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing. Surat itu berisi
instruksi agar papan-papan nama dunia usaha dan perdagangan di seluruh
Indonesia yang menggunakan bahasa asing agar diubah menjadi bahasa
Indonesia. Ketika awal pemberlakukan peraturan tersebut, tampak gencar dan
bersemangat usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh
Indonesia. Pemda DKI Jakarta, misalnya, bekerja sama dengan Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengadakan teguran-teguran lisan
dan tertulis, bahkan turun ke lapangan mendatangi perusahaan-perusahaan
yang papan namanya menggunakan bahasa Inggris atau mencampuradukkan
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Inggris.
Misalnya, sebelumnya terpampang “Pondok Indah Mall”, “Ciputra Mall”,
“Lippo Bank”, “Mestika Bank”, dan lain=lain, sekarang diubah menjadi “Mal
Pondok Indah”, “Mal Ciputra”, “Bank Lippa”, “Bank Mestika”. 
Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari
bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai kosa kata bahasa
Melayu/Indonesia. Misalnya sebagai berikut
Bahasa Asal: 
Contoh Kata yang Diserap: 
• Bahasa Sanskerta ; agama, bahasa, cerita, cita, guru, harta, pertama, sastra,
sorga, warta 
• Bahasa Arab; alam, adil, adat, daif, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh,
hisab, madrasah, musyawarah 
• Bahasa Belanda ; pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok,
pelopor, dongkrak, nol, bom, saku 

Ke semua kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa Indonesia melalui


proses adaptasi sehingga sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Jadi,
agaknya proses membuka diri terhadap pengaruh kosakata asing sudah
berlangsung lama dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, pada era globalisasi ini kekhawatiran yang sangat mendalam
terhadap pengaruh masuknya unsur-unsur asing terhadap bahasa Indonesia
tidak terlu terjadi. Yang perlu dicermati adalah penagaruh asing tersebut harus
diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap bahasa Indonesia. Bahkan,
sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari pengaruh globalisasi ini
bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.

B. GAMBARAN PEKEMBANGAN BAHASA INDONESIA PADA ERA


GLOBALISASI
Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang cukup menarik.
Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan bahasa Melayu dengan
pendukung yang kecil telah berkembang menjadi bahasa Indonesia yang
besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 200 juta rakyat di Nusantara
Indonesia. Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama. 
Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu telah
“menggusur” sejumlah bahasa lokal (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia yang
semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan
menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan
bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru
yang bernama masyarakat Indonesia. Di dalam persaingannya untuk merebut
pasar kerja, bahasa Indonesia telah mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang
ada di Indonesia. Bahasa Indonesia juga telah tumbuh dan berkembang
menjadi bahasa yang modern pula.
Perkembangan yang demikian akan terus berlanjut. Perkembangan tersebut
akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peranan yang
strategis dari masyarakat dan kawasan ini di masa depan. Proses globalisasi
bahasa Melayu (baru) untuk kawasan Nusantara, dan bahasa-bahasa Melayu
untuk kawasan Asia Pasifik (mungkin termasuk Australia) menjadi tak
terelakkan. Peranan kawasan ini (termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai
kekuatan ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan
menentukan pula bagaimana perkembangan bahasa Indonesia (dan bahasa
Melayu) modern.
 

A. PENGgunaan Bahasa Indonesia di kancah internasional

Bahasa Inggris biasanya menjadi bahasa yang paling mudah memengaruhi


bahasa-bahasa lain di dunia, dikarenakan penggunaannya sebagai bahasa
Internasional. Indonesia, sebagai sebuah negara yang sejak awal memiliki
berbagai macam suku budaya dengan berbagai bahasa, juga tidak luput dari
ancaman kikisan globalisasi. Bahasa Indonesia sendiri adalah bahasa Melayu
yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia[9] dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia[10]. Bahasa Indonesia diresmikan
penggunaannya sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
bersamaan dengan mulai berlakunya UUD 1945 yaitu pada tanggal 18 Agustus
1945. Seiring dengan perkembangannya, bahasa Indonesia terus mengalami
perubahan, diantaranya penyempurnaan ejaan dari ejaan lama ke Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD), serta penyerapan-penyerapan kata-kata baru yang
berasal dari luar maupun dalam negeri Indonesia, hingga jadilah bahasa
Indonesia yang kita ketahui sekarang.

Tetapi, dengan adanya globalisasi, bahasa Indonesia pun mulai terpengaruh


oleh berbagai macam bahasa lain. Bahasa Inggris, Jepang, dan Korea
merupakan 3 bahasa yang paling banyak memengaruhi pengguna bahasa
Indonesia dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh pertukaran budaya dan
informasi yang begitu deras lewat internet, televisi, dan media-media lainnya,
sehingga orang-orang Indonesia cenderung terbiasa mengucapkan kata-kata
asing seperti “good morning”, “ohayou gozaimasu”, dan “annyeonghaseyo”
daripada kata-kata bahasa Indonesia seperti “selamat pagi”. Hal ini tentu akan
sangat membahayakan kelangsungan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional. 

Selain itu, bahasa-bahasa tren yang digunakan oleh remaja-remaja Indonesia


saat ini juga akan berdampak buruk bagi bahasa Indonesia itu sendiri. Bahasa-
bahasa yang berlebihan (alay) yang menggabungkan huruf dan tulisan serta
sebutan-sebutan yang kadang memiliki arti yang jauh dari konotasi
sebenarnya seperti “cabe-cabean” juga dapat merusak bahasa Indonesia,
terutama apabila bahasa-bahasa tren tersebut digunakan oleh banyak orang.
Bahasa-bahasa ini biasanya menyebar dari mulut ke mulut, atau menyebar
melalui media sosial online seperti Facebook, Twitter, sehingga hanya dalam
sekejap, ratusan atau bahkan ribuan orang dapat langsung mengetahui dan
menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Hal tersebut tidak dapat
dipisahkan dari fenomena globalisasi yang makin gencar dengan adanya
teknologi informasi. Tren-tren bahasa yang berkembang di dalam maupun luar
negeri dapat langsung berkembang dan menjadi bahasa sehari-hari
masyarakat. Ini tentu tidak dapat dihindari, karena bahasa-bahasa lain dunia
pun banyak yang dipengaruhi oleh bahasa asing maupun bahasa slang dari
negara mereka sendiri.

 Untuk itu, diperlukan sebuah kesadaran dari masyarakat, terutama


masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa Indonesia, dalam
menggunakan bahasa Indonesia. Masyarakat harus lebih bijak dalam memilah-
milah bahasa baik dan buruk yang mereka dengar di internet ataupun media
lainnya, sehingga mereka dapat membatasi penggunaan Bahasa yang
berlebihan(alay) yang berlebihan. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia di
halaman-halaman sosial media atau aplikasi-aplikasi situs web juga dapat
dilakukan agar bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu bahasa internet,
sehingga bahasa nasional Republik Indonesia ini dapat menjadi bagian dari
globalisasi, bukan menjadi “korban” dari globalisasi

B. PERAN BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI


Peranan Bahasa Indonesia Pada era globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa
Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara
Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh
pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa
Indonesia.Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi
dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa
Indonesia. Ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa
nasional,pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa
Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa
Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Disiplin berbahasa
Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya
dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.
Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus
dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah perlu terus dilakukan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia,
bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah. Pertanyaan bernada
pesimis justru bermunculan.Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa
budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di
tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia
bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus
gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah
para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah
tampaknya belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya
bisa ditebak, pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu
dan kacau, kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya.
Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-
olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya

c.  SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP ERA GLOBALISASI


Arus global tanpa kita sadari berimbas pula pada penggunaan dan
keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia
maya, facebook misalnya, memberi banyak perubahan bagi sturktur bahasa
Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk
dalam pengajarannya.Di era global dengan berbagai kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, seharusnya bisa kita manfaatkan dalam
pemertahanan bahasa Indonesia. Salah satunya dengan pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and Technology).
Pemanfaatan ICT sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda
lagi misalnya dengan memanfaatkan ICT sebagai alat bantu pembelajaran
bahasa Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan
fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut (dalam Sandi 2012), fungsi
teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi menjadi
tujuh fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu,(2) sebagai alat bantu
pembelajaran,(3)sebagai fasilitas pendidikan,(4) sebagai standar kompetensi,
(5) sebagai penunjang administrasi,(6) sebagai alat bantu manajemen sekolah,
dan(7) sebagai infrastruktur pendidikan.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama


termasuk dalam pengajarannya.Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat
komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran
berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang
disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran
berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Globalisasi memang tidak dapat dihindari.Akulturasi bahasa nasional
dengan bahasa dunia pun menjadi lebih terasa perannya.Menguasai bahasa
dunia dinilai sangat penting agar dapat bertahan di era modern ini.Namun
sangat disayangkan jika masyarakat menelan mentah-mentah setiap istilah-
istilah asing yang masuk dalam bahasa Indonesia.Ada baiknya jika dipikirkan
dulu penggunaannya yang tepat dalam setiap konteks kalimat.Sehingga
penyusupan istilah-istilah tersebut tidak terlalu merusak tatanan bahasa
nasional.

Peluang bagi Pengembangan Bahasa Indonesia


  a.    Adanya Dukungan Luas      
Telah dikemukakan bahwa pembinaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu
memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.Hal ini disebabkan
oleh adanya dukungan, terutama dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat
kita lihat dengan terbitnya surat dan program berikut :
a)    Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 20, tanggal 28
Oktober 1991, tentang Pemsyarakatan Bahasa Indonesi dalam Rangka
Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
b)    Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor
I/U/1992, tanggal 10 April 1992, tentang Peningkatan Usaha Pemasyarakatan
Bahasa Indonesia dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
c)    Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Walikoa seluruh
Indonesia, Nomor 1021/SJ, tanggal 16 Maret 1995, tentang Penertiban
Pangginaan Bahasa Asing;
d)    Pencangan Disiplin Nasional oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1995
yang salah satu butirnya adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar; dan
e)    Kegiatan Bulan Bahasa yang dilakukan setiap bulan Oktober, yang dipelopori
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

  Peran Serta Media Massa


Tidak dapat disangkal bahwa media massa memberikan andil bagi
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Kata dan istilah baru, baik
yang bersumber dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, pada
umumnya lebih awal diakai oleh media massa, apakah di media surat kabar,
radio, atau televisi. Media massa memang memiliki kelebihan. Di samping
memiliki jumlah pembaca, pendengar, dan pemirsa yang banyak, media mass
mempunyai pengaruh yang besar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu,
media massa merupakan salah satu mitra kerja yang penting dalam
pelancaran dan penyebaran informasi tentang bahasa. Seiring dengan itu,
pembinaan bahasa Indonesia di kalangan media massa mutlak diperlukan
guna menangkal informasi yang menggunakan kata dan istilah yang
menyalahi kaidah kebahasaan. Kalangan memdia massa harus diyakinkan
bahwa mereka juga pembinan bahasa seperti kita.

2.   Tantangan dan Upaya Penanggulangannya


Masalah pembinaan dan pengembangan bahasa selama ini telah
memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.Hal ini tidak berarti di
seputar itu tidak ada hambatan atau tantangan yang memerlukan penanganan
yang serius. Pada masa-masa mendatang pembinaan dan pengembangan
bahasa dihadapkan kepada berbagai tantangan yang apabila hal itu tidak
ditangani dengan sungguh-sungguh akan menjadi kerikil-kerikil tajam yang
dapat menghambat usaha tersebut.
Tantangan-tantangan yang patut dipertimbangan itu antara lain sebagai
berikut:

a. Sumber Daya Manusia (SDM)


Keberhasilan suatu program dan usaha sangat banyak ditentukan oleh
sumber daya manusianya. Keberhasilan pembinaan dan pengembangana
bahasa pu antara lain juga bergantung kepada manusia pelaksananya.
Sehubungan dengan itulah, sosok yang memegang kendali dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa padamasa-masamendatang dituntut lebih
profesional lagi di bidangnya.
Kemajuan atau perkembangan dalam segala sektor kehidupan sebagai
dampak kemajuan ilmu dan teknologi menuntut fungsi optimal bahasa
Indonesia sebagai saranan komunikasi masyarakat Indoesia. Bahasa
Indonesia dituntut lebih efektif dan efisien dalam mewadahi berbagai konsep
yang diperlukan masyarakat Idonesia yang semakin terbuka dan
modern.Bahasa Indonesia juga harus bisa memenuhi keperluan masyarakat
pemakainya dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan,
pengetahuan, teknologi, keamanan, dan kebudayaan (Moeliono, dalam Sandi
2012). Dengan kata lain, bahasa Indonesia harus bisa mewujudkan jati dirinya
sebagai bahasa modern, sebagaimana yang diamanatkan Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) (Lihat GBHN 1998).
b. Bahasa Asing dan Gengsi Sosial
Salah satu butir tujuan pembinaan bahasa Indonesia ialah membina sikap
positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini memberikan isyarat bahwa masalah
sikap merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilan pembinaan
tersebut. Dari sikap positif inilah akan tumbuh kecintaan dan kebanggan
berbahasa Indonesia.
Sikap positif terhadap bahasa Indonesia akhit-akhir ini memang sudah
menampak, walaupun belum seperti yang kita harapkan. Hal ini berarti bahwa
pembinaan bhasa Indonesia yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam
berbagai bentuknya telah menmpakkan hasil yang cukup
menggembirakan.Bahasa Indonesia telah memperlihatkan peranannya dalam
kehidupan bangsa Indonesia, baik sebagai sarana komunikasi maupun
sebagai pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini perlu
dipertahankan bahkan ditingkatkan supaya bahasa Indonesia benar-benar
menjadi kebanggan kita sebagai bangsa Indonesia.
          Jika kita berbicara tentang gengsi sosial dalam huungannya dengan
bahasa Indonesia secar jujur masih memerlukan penanganan yang serius,
baik yang menyangkut pembinaan maupun pengembangannya. Gengsi sosial
bahasa Indonesia masih kalah tinggi dengan gengsi sosial bahasa asing
(terutamabahasa Inggris) memang kita akui, dan ahal ini merupakan
tantangan. Namun, hal ini janganlah kita tinggal diam dan pesimis. 
Sebaliknya, kita harus nelakukan upaya-upaya yang dapat mengangkat gengsi
sosial atau martabat bahasa Indonesia sehingga dapat sejajat dengan bahasa-
asinhg asing yang sudah maju,mempunyai nama (prestise),dan berpengaruh
besar di kalangan masyarakat.Salah satu cara yang bisa dilakukan agar
bahasa Indonesia mempunyai gengsi sosial yang tinggi di kalangan
masyatakat Indonesia adalah memberikan penghargaan yang proporsional
kepada anggota masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia (baik lisan
maupun tulis) dengan baik dan benar, sebagai bagian dari porestasi yang
bersangkutan. Misalnya, sedbagai persyaratan pengangkatan pegawai negeri
atau karyawan, sebagai perssuaratan promosi jabatan, pemberian royalti yang
layak kepada penulis/pengarang di bidang masing-masing dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

BAB III 
PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.    penagaruh asing tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif
terhadap bahasa Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-
peluang dari pengaruh globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa
Indonesia.
2.    diperlukan sebuah kesadaran dari masyarakat, terutama masyarakat Indonesia
sebagai pengguna bahasa Indonesia, dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Masyarakat harus lebih bijak dalam memilah-milah bahasa baik dan buruk
yang mereka dengar di internet ataupun media lainnya, sehingga mereka dapat
membatasi penggunaan bahasa alay yang berlebihan
3.    Pembelajaran bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis,
menyimak, berbicara, dan kemampuan bersastra.Aktivitas membaca
merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa.Dengan membaca,
mahasiswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah
dan memaknainya. Selain itu, mahasiswa juga akan menemukan informasi
yang belum diketahuinya.
4.    Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk
dalam pengajarannya.Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat
komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran
berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang
disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran
berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.

B.  Saran
          Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu
terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa
Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Naisbii (1991) dalam bukunya Global Paradox


            Prabowo, Sandi. 2012. “Makalah Fungsi Dan Peran Bahasa Indonesia Dalam Era
Dalam Globalisasi”. 
                https://alafu59.wordpress.com/2012/11/02/makalah-fungsi-dan-peran-bahasa-
indonesia-dalam-era-globalisasi/

Anda mungkin juga menyukai