Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MELAKUKAN KAJIAN TERHADAP DINAMIKA DAN


PROBLEMATIKA PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :
Chusnul Rizal Wicaksono
225060201111040
Teknik Mesin

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KOTA MALANG
2022
DINAMIKA DAN PROBLEMATIKA
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman dari suku, bahasa, agama, ras, adat-
istiadat, dll. Dengan banyaknya keragaman tersebut, salah satu masalah yang dapat
ditimbulkan adalah komunikasi. Hal itu dikarenakan keberagaman bahasa-bahasa daerah satu
sama lain. Banyak kasus terhambatnya komunikasi terutama saat mengunjungi salah satu
daerah, yang bahasanya berbeda dengan daerah asal kita. Untuk mengatasi hal itu, bangsa
Indonesia mempunyai bahasa persatuan yang digunakan di daerah manapun.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan seluruh rakyat Indonesia. Bahasa
Indonesia tidak langsung jadi begitu saja. Akan tetapi, bahasa Indonesia diperoleh dari
perkembangan bahasa yang signifikan. Bahasa Indonesia adalah bentuk perubahan dari
bahasa Melayu. Hal itu dikarenakan orang-orang Indonesia awalnya berasal dari orang-orang
rumpun Melayu, bersama dengan Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam. Namun,
perkembangan bahasa Melayu dari keempat negara tersebut berbeda-beda. Faktor yang
memengaruhi hal tersebut adalah perbedaan sejarah serta perbedaan budaya masing-masing
negara.
Bahasa Indonesia termasuk salah satu ragam bahasa Melayu. Ragam yang dipakai untuk
bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau. Pada abad ke-19, bahasa Melayu sudah
menjadi lingua franca, yaitu bahasa pengantar dalam pergaulan antar etnis dan berbagai suku
di kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu juga digunakan sebagai bahasa penghubung dalam
kegiatan perdagangan Internasional di wilayah Nusantara (Kuntarto, 2018). Bahasa Melayu
Riau dipilih bukan karena jumlah pengguna bahasanya, tetapi dilihat dari kosakata atau tutur
kata yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Bahasa Indonesia dicetuskan dalam isi kongres Sumpah Pemuda pada Mei 1926. Bahasa
Indonesia dicantumkan pada poin ketiga yang berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia,
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Hal tersebut merupakan salah satu langkah
awal bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dengan adanya bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia, masyarakat Indonesia semakin paham apa yang dimaksud
satu sama lain sehingga komunikasi terjalin lancar. Hal itu memudahkan komunikasi antar
daerah untuk berbagi informasi. Pada kongres Sumpah Pemuda yang kedua, 28 Oktober
1928, disahkannya bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
Salah satu tonggak penting sejarah bahasa Indonesia adalah dilaksanakannya Kongres
Bahasa Indonesia ke-1 pada tanggal 25-28 Juni 1938 di kota Solo, Jawa Tengah. Kongres
pertama ini menghasilkan beberapa kesepakatan dan kesepahaman yaitu urgensi dari usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara langsung oleh para
cendekiawan dan budayawan Indonesia pada saat itu. Pada akhirnya, tanggal 18 Agustus
1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945, yang dimana pada pasal 36 menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Ejaan latin pertama untuk bahasa Melayu ditetapkan pada tahun 1901 dengan nama
Ejaan Van Ophuijsen. Kemudian Ejaan Van Ophuijsen disempurnakan pada Kongres Bahasa
Indonesia ke-1 pada tahun 1938 di kota Solo. Sembilan tahun kemudian, pada tahun 1947,
Ejaan Van Ophuijsen berubah menjadi Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik. Setelah banyak
mengalami perubahan, pada tahun 1972 ditetapkan system ejaan baru yang disebut Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan ini berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015. Ejaan ini
mengalami dua kali perubahan yaitu pada 1987 dan 2009.
Penggunaan bahasa Indonesia pada zaman dahulu berbeda dengan zaman sekarang.
Orang-orang terdahulu ejaannya masih kuno atau kurang sempurna dibandingkan sekarang.
Contohnya pada penulisan nama orang, nama pahlawan, dokumen-dokumen, dll. Dulu
mayoritas masih menggunakan ejaan Van Ophuijsen, seperti vokal -oe-. Pada teks proklamasi
juga masih menggunakan ejaan Van Ophuijsen. Berbeda dengan sekarang, masyarakat
menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Sehingga, berbagai aspek kesastraan
maupun komunikasi dengan orang lain lebih mudah dipahami dan lebih efisien. Bahasa yang
digunakan juga lebih baku dan sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Banyaknya produk asing yang masuk ke Indonesia menyebabkan kemunculan istilah
asing yang menyebar ke seluruh Indonesia. Ditambah dengan banyak perusahan-perusahaan
asing di Indonesia yang menetapkan persyaratan kemampuan berbahasa asing agar bisa
bekerja di tempat tersebut. Hal itu mengakibatkan degradasi bahasa atau bahasa yang
digunakan tidak sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Begitu juga dengan karya sastra seperti lagu. Maraknya lagu-lagu berbahasa asing
mengakibatkan lunturnya penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu dikarenakan mayoritas
masyarakat Indonesia, terutama remaja, lebih sering mendengarkan lagu-lagu berbahasa
asing dibandingkan dengan lagu-lagu berbahasa Indonesia. Dampak yang sering terlihat
adalah gaya berbahasa yang berantakan, berkata yang tidak senonoh dalam bahasa asing,
gaya para remaja yang kebarat-baratan atau terlalu meniru gaya orang asing, dll.
Banyak sekali kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia, baik secara
lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasanya masih sering tidak baku. Hal itu berdampak
kepada remaja yang kesulitan membedakan bahasa yang benar ketika berkomunikasi dengan
orang yang lebih tua. Dikarenakan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar,
seringkali para remaja dikatakan tidak sopan atau tidak beretika kepada orang yang lebih tua.
Para remaja pada saat ini lebih sering menggunakan bahasa kekinian, seperti “lo” “gue”.
Contoh penggunaannya dapat dilihat dari berbagai media sosial. Banyak remaja kurang
beretika ketika hendak menyampaikan pendapatnya di media sosial. Bahkan, ada sebuah
kasus dimana seorang remaja secara terang-terangan mengejek Presiden Republik Indonesia,
Jokowi, dikarenakan ia tidak puas dengan pemerintahannya. Ia kemudian dihukum dengan
meminta maaf di depan Presiden Jokowi secara langsung.
Oleh karena itu, dengan menurunnya kesopanan atau etika berbahasa pada saat ini,
pemerintah memasukkan pelajaran Bahasa Indonesia pada setiap jenjang pendidikan. Mulai
dari SD, SMP, SMA, bahkan Perguruan Tinggi juga diajarkan Bahasa Indonesia. Hal itu
bertujuan untuk mengasah kemampuan berbahasa dan memahami bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Para siswa maupun mahasiswa di Indonesia dilatih untuk berbahasa yang baik dan benar.
Banyaknya lomba-lomba atau kompetisi seperti berpuisi, membuat cerpen, debat, dll.
Semakin sering mengikuti lomba atau kompetisi dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
dan meningkatkan kepercayaan diri. Bahkan, mahasiswa juga ikut melestarikan bahasa
Indonesia seperti dalam pembuatan proposal maupun tugas skripsi. Hal itu dikarenakan
dalam pembuatan proposal maupun skripsi, ejaannya dan tata bahasanya lebih ditekankan
sehingga hasilnya maksimal.
Indonesia juga memiliki banyak penyair lagu berbahasa Indonesia. Banyak juga
penyanyi yang membawakan lagu-lagu Indonesia dengan baik. Karya-karya para musisi
Indonesia seharusnya patut diapresiasi oleh masyarakat. Hanya dengan mendengarkan lagu
asal Indonesia merupakan salah satu bentuk apresiasi.
Dengan banyaknya permasalahan penggunaan bahasa Indonesia, marilah kita lestarikan
bahasa persatuan kita, yaitu bahasa Indonesia. Dengan melihat atau membaca kembali sejarah
bahasa Indonesia, hendaknya kita lebih bisa menjaga, mengenalkan, dan melestarikan
kebudayaan asli kita. Bukannya kita dilarang mempelajari bahasa asing, akan tetapi
diimbangi dengan tetap mengaplikasikan bahasa Indonesia juga. Alangkah baiknya kita lebih
sadar terhadap kondisi masyarakat saat ini dan mulai menerapkan tutur kata dan penulisan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga harus
memperbaiki etika dan kesopanan kita terhadap orang yang lebih tua maupun lebih muda.

Anda mungkin juga menyukai