Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU:

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


RISMAN (23510076)
PUPUT AYU SARI (23510077)
ARTA NURLEKI (23510153)
SITI FAJAR MARINDA (23320070)

PROGRAM STUDI BAHASA IDONESIA


UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDIN
PASARWAJO
2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT,
karena tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan mekalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Drs. Pengindon Sembiring selaku
dosen pengampu mata kuliah bahasa indonesia yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-
data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang
sejarah perkembangan bahasa indonesia.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Pasarwajo, 23 April 2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A, Latar Belakang

Dapat kita perhatikan betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-


hari. Dalam berhubungan dengan masyarakat kita pasti menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi untuk kita berinteraksi dengan seseorang. Penggunaan
bahasa meliputi berbagai aspek kehidupan. Dengan ditetapkannya bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, dapat mempermudah kita berinteraksi dengan
masyarakat yang berbeda suku maupun budayanya sehingga terjadi komunikasi
yang efektif serta dapat mengatasi terjadinya kesalahpahaman komunikasi karena
bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan budaya yang berbeda latar
belakangnya.

Bahasa Indonesia mengalami perkembangan dari sebelum ditetapkannya


sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara serta peristiwa-peristiwa
yang ada dalam sejarah bahasa Indonesia, sejak zaman kolonialisme hingga
sekarang, tercatat ejaan indonesia sudah mengalami perkembangan dan perubahan
sebanyak 7 kali dan telah di adakanya 10 kali kongres bahasa indonesia yang
bertujuan untuk memelihara dan enjaga eksitensi dari bahasa indonesia di dalam
perkembangan globalisasi dan modernisasi namun tidak semua masyarakat
Indonesia mengetahui bagaimana bahasa Indonesia itu dapat menjadi bahasa
nasional maupun bahasa negara serta kedudukan bahasa Indonesia itu sendiri.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa indonesia


2. Bagaimana sejarah ejaan bahasa indonesia
3. Bagaimana sejarah kongres indonesia dalam mempertahankan eksitensi
bahasa indonesia

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa indoensia


2. Untuk mengetahui sejarah ejaan bahasa indonesia
3. Untuk mengetahui sejarah kongres indoenesia dalam mempertahankan
eksitensi bahasa indonesia
BAB II
PEMABAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indoesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional Republik Indonesia.


Bahasa Indonesia digunakan oleh warga negara RI untuk komunikasi sehari-hari
hingga kepentingan tertentu, baik secara lisan maupun tertulis. Lahirnya bahasa
Indonesia berkaitan dengan peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

a. Sejarah Bahasa Indonesia

Dilansir situs Kemdikbud, bahasa Indonesia awalnya merupakan bahasa


Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara kala
itu. Selain itu, bahasa Melayu juga digunakan hampir di seluruh Asia Tenggara
sejak abad ke-7.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa


kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Buddha. Bahasa Melayu juga
dipakai sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun hingga bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara, Bahasa
Melayu kemudian menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima
oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak
mengenal tingkat tutur.

b. perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa indonesia

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan


mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antarperkumpulan pada masa itu juga menggunakan bahasa Melayu.
Lalu, pada persiapan Kongres Pemuda tahun 1926, para pemuda masih
mempermasalahkan tentang sebutan bahasa persatuan Indonesia. Kemudian, M.
Tabrani mengusulkan bahasa Melayu diganti dengan istilah bahasa Indonesia dan
hal ini pun disetujui bersama pada 2 Mei 1926.

Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan


mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia. Hal itu ditandai dengan lahirnya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

c. perkembangan bahasa indonesia

Istilah bahasa Indonesia lahir pada tahun 1926 atas usulan M. Tabrani.
Adapun bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan dan masuk dalam tiga
kategori, yaitu:

1. Bahasa Pemersatu
Bahasa Indonesia diikrarkan para pemuda pada tahun 1928 melalui
Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam hal ini telah menjadi bahasa
pemersatu yang diterima oleh masyarakat Indonesia.
2. Bahasa Resmi Negara
Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi negara sejak ditetapkan pasal 36
UUD 1945 pada 18 Agustus 1945. Hal ini ditandai dengan pembacaan teks
proklamasi yang menjadi fase awal bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
negara.
3. Bahasa Internasional
Bahasa Indonesia kemudian berkembang sebagai bahasa internasional. Hal
ini dicanangkan pada Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia yang
diadakan di Jakarta pada 28 Oktober sampai 1 November 2018.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan


Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan juga ikut mendukung bahasa Indonesia
menjadi bahasa internasional, khususnya pasal 44 ayat 1. Salah satu bukti dari
tindak lanjut bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional adalah adanya tenaga
dan buku-buku bahasa Indonesia bagi penutur asing.
B. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Sejak masa kolonialisme hingga sekarang, tercatat ejaan Indonesia sudah


mengalami perkembangan dan perubahan sebanyak tujuh kali, yaitu: Ejaan Van
Ophuijsen, Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan atau Ejaan
Prijono-Katoppo, Eja Melindo, Mantra Baru, Peningkatan Ejaan, Ejaan Bahasa
Indonesia.

1. Ejaan Van Ophuijsen

Ejaan Van Ophuijsen adalah ejaan yang pernah digunakan pada


zaman kolonialisme Belanda. Ejaan Van Ophuijsen dirangkai oleh Van Ophuijsen,
seorang ahli bahasa dari Belanda, bersama dengan dua pakar bahasa dari Melayu,
yaitu Nawawi Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Ejaan Van
Ophuijsen sendiri merupakan hasil dari penggabungan ejaan Latin dan ejaan
Belanda.

Setelah rancangan ejaan selesai dibuat, ejaan Van Ophuijsen diresmikan oleh
pemerintah Belanda pada 1901, dan digunakan selama 46 tahun.

Contoh ejaan Van Ophuijsen adalah jang (yang), saja (saya), patjar (pacar), dan
tjara (cara).

2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik

Pada masa awal kemerdekaan, ejaan Van Ophuijsen diganti dengan ejaan
Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan ini disebut Ejaan Republik karena terbentuk
berdekatan dengan Hari Proklamasi. Sementara itu, ejaan ini disebut juga sebagai
Ejaan Soewandi karena Soewandi pada masa itu menjabat sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan Soewandi diresmikan pada 19 Maret 1947.

Adapun ciri-ciri ejaan Soewandi atau ejaan Republik adalah:

• Huruf oe menjadi u, seperti goeroe menjadi guru

• Bunyi yang dinyatakan dengan (') ditulis dengan k, seperti ta' menjadi tak, pa'
menjadi pak, dan ma'lum menjadi maklum
3. Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo

Pada 1957, Profesor Prijono dan Elvianus Katoppo bersama panitia


lainnya merancang sistem ejaan bahasa Indonesia baru yang disebut Ejaan
Pembaharuan. Terbentuknya Ejaan Pembaharuan merupakan hasil keputusan dari
Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatera Utara. Akan tetapi, hasil kerja
itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga Ejaan Pembaharuan belum
pernah diberlakukan. Salah satu ciri khas dari Ejaan Pembaharuan adalah
disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf
tunggal.

Contoh Ejaan Pembaharuan adalah santay menjadi santai, harimaw menjadi


harimau, dan amboy menjadi amboi.

4. Ejaan Melindo

Ejaan Melindo adalah ejaan hasil kerja sama antara Indonesia dengan
Malaysia pada 1959 Harapannya, Ejaan Melindo dapat mulai digunakan sejak
Januari 1962 di Indonesia. Namun, karena hubungan diplomatik antara Indonesia
dan Malaysia sedang tidak baik, maka penggunaan Ejaan Melindo pun gagal
diberlakukan.

Contoh Ejaan Melindo adalah sedjajar menjadi sejajar, mentjutji menjadi


mencuci, dan menana menjadi menganga.

5. Ejaan-ejaan Baru

Ejaan Baru adalah lanjutan dari perintisan Ejaan Melindo. Oleh sebab itu,
para perancangnya juga dapat dikatakan masih sama, yakni Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan (LBK) sekarang Pusat Bahasa, serta panitia ejaan dari
Malaysia.Panitia ini kemudian berhasil merumuskan ejaan baru yang disebut
Ejaan Baru. Panitia ini bekerja atas dasar surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 062/67, tanggal 19 September 1967.

Contoh Ejaan Baru adalah sjarat, djalan, perdjaka, tjakap, tjipta, dan sunji.
6. Ejaan yang Disempurnakan

Pada 16 Agustus 1972, Presiden RI meresmikan penggunaan ejaan baru,


yaitu Ejaan yang Disempurnakan. Ejaan yang Disempurnakan adalah tata bahasa
dalam bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam
tulisan, mulai dari penggunaan huruf kapital dan huruf miring. Disebut Ejaan
yang Disempurnakan karena ejaan tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari
beberapa ejaan sebelumnya.

Contoh Ejaan yang Disempurnakan adalah djarum menjadi jarum, tjut menjadi
cut, njata menjadi nyata, dan sjarat menjadi syarat. Selain itu, kata ulang juga
ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya, seperti anak2 menjadi anak-
anak dan bermain2 menjadi bermain-main.

7. Ejaan Bahasa Indonesia

Saat ini, ejaan yang digunakan adalah Ejaan Bahasa Indonesia atau disingkat EBI.
EBI mulai diberlakukan setelah keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015.

Adapun karakteristik dari Ejaan Bahasa Indonesia adalah:

• Penambahan huruf vokal diftong ei, seperti geiser dan survei

• Penggunaan huruf tebal untuk judul buku dan bab.


C. Peristiwa kongres bahasa indonesia

a. Kongres Bahasa Indonesia

Kongres Bahasa Indonesia adalah pertemuan rutin 5 tahunan yang


diadakan oleh pemerintah dan praktisi bahasa dan sastra Indonesia untuk
membahas Bahasa Indonesia dan perkembangannya. Kongres ini pertama kali
diadakan di kota Solo pada tahun 1938. Pada mulanya kongres diadakan untuk
memperingati hari Sumpah Pemuda yang terjadi pada tahun 1928, selanjutnya
ajang ini tidak hanya untuk memperingati Sumpah Pemuda tetapi juga untuk
membahas perkembangan bahasa dan sastra Indonesia dan rencana
pengembangannya

b. Sejarah Kongres Bahasa Indonesia

1) Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah, Oktober 1938


2) Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatera Utara, 28 Oktober - 1
November 1954
3) Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta, November 1978
4) Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta, 21 s.d. 26 November 1983.
5) Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta, 27 Oktober s.d. 3 November 1988
6) Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta, 28 Oktober – 2 November 1993
7) Kongres Bahasa Indonesia VII, Jakarta, 26-30 Oktober 1998
8) Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14-17 Oktober 2003
9) Kongres Bahasa Indonesia IX, Jakarta, 28 Oktober-1 November 2008
10) Kongres Bahasa Indonesia X, Jakarta, 28-31 Oktober 2013

c. Hasil Dan Keputusan Kongres Bahasa Indonesia

1. Kongres Bahasa Indonesia I


Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan
dan budayawan Indonesia saat itu. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah
Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan
penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku
sebelumnya.

2. Kongres Bahasa Indonesia II

Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres


Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara. Tanggal 16
Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di
seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

3. Kongres Bahasa Indonesia III

Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres


Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

4. Kongres Bahasa Indonesia IV

Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa


Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati
hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan
sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang
mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

5. Kongres Bahasa Indonesia V

Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres


Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara
sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan
Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di
Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.

6. Kongres Bahasa Indonesia VI

Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres


Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari
Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei
Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.

7. Kongres Bahasa Indonesia VII

Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia


VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa.

8. Kongres Bahasa Indonesia VIII


Pada bulan Oktober tahun 2003, para pakar dan pemerhati Bahasa
Indonesia akan menyelenggarakan Kongres Bahasa Indonesia ke- VIII.
Berdasarkan Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada bulan Oktober tahun
1928 yang menyatakan bahwa para pemuda memiliki satu bahasa yakni Bahasa
Indonesia, maka bulan Oktober setiap tahun dijadikan bulan bahasa. Pada
setiap bulan bahasa berlangsung seminar Bahasa Indonesia di berbagai lembaga
yang memperhatikan Bahasa Indonesia. Dan bulan bahasa tahun ini mencakup
juga Kongres Bahasa Indonesia.

Salah satu tujuan dari bulan bahasa adalah meng – ingatkan kita
akan bahasa yang baik dan benar. Sekalipun sudah lebih dari 30 tahun, Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dicanangkan penggunaan – nya, namun masih banyak
pemakai bahasa yang tidak sepenuhnya mematuhi ketentuan EYD itu. Karena itu,
hendaknya bulan bahasa yang berlangsung setiap tahun serta Kongres Bahasa
Indonesia yang berlangsung setiap lima tahun dapat menyadar- kan pemakai
untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baku.

9. Kongres Bahasa Indonesia IX

Dalam rangka peringatan 100 tahun kebangkitan nasional, 80 tahun


Sumpah Pemuda, dan 60 tahun berdirinya Pusat Bahasa, pada tahun 2008
dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008
telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh
kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda,
diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November
2008 di Jakarta.

Kongres tersebut membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia,


bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta
bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan
menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri.

10. Kongres Bahasa Indonesia X


Kongres yang berlangsung 28-31 Oktober 2013 di Hotel Grand Sahid
Jaya, Jakarta diikuti oleh 1.168 peserta dari seluruh Indonesia, dan dari luar negeri
antara lain dari Jepang,Rusia, Pakistan, Jerman, Belgia, Brunei Darussalam,
Singapura, Malaysia, China, Italia, dan Timor Leste.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bahasa indonesia merupakan bahasa resmi negara indonesia, bahasa


indonesia yang telah di kenal oleh khalayak umum merupakan bahasa melayu
yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan di nusantara kala itu.
Bahasa melayu telah ada dan digunakan telebih dahulu, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
dalam laman resminya telah mencantumkan bahwa bahasa Melayu telah berada di
kawasan Asia dan khususnya Asia tenggara sejak abad ketujuh. Pernyataan ini
juga tentu didukung oleh adanya beberapa prasasti sepeti prasasti Talang Tuo di
Palembang, bahkan prasasti Karang Brahi di Jambi. Keberadaan prasasti-prasasti
ini telah ada sejak tahun 680-an. keberadaan bahasa melayu pun dapat di tilik
dalam saat persiapan kongres pemuda pada tahun 1926 para pemuda masih
pempermasalahkan tentang sebutan bahasa persatuan indonesia. Kemudian
M.Tabrani mengusulkan bahasa melayu diganti dengan istilah bahasa indonesia
dan hal ini pun di setujui bersama pada 2 Mei 1926. Kemudian bahasa indonesia
mengalami perkembangan dari bahasa van Ophuijsen sampai ejaan yang di
sempurnakan (EYD) melalui kongres indonesia.

B. Saran

Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana


dan jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di sana sini agar
tulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca dan pecinta
bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/d-7050521/sejarah-bahasa-indonesia-simak-
perkembangannya-dari-masa-ke-masa

Saputra, Nanda. Nurul Aida Fitri. (2020). Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia.
Surakarta: CV Kekata Group

http://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Bahasa_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai