FAKULTAS I LMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI I NFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2014
Bangga terhadap bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 36 dan disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Indonesia di era globalisasi sekarang ini memerlukan kesadaran diri pada apa yang akan diungkapkan di dalam berbahasa, di mana, kapan, siapa yang menggunakan, dengan siapa digunakan, dan bagaimana cara penggunaannya. Mengapa hal itu diungkapkan? Coba kita amati di sekitar kita bagaimana orang berbahasa. Jika kita mendata hasil pengamatan itu, kita akan mendapatkan betapa masyarakat yang ada di sekitar kita masih banyak yang menggunakan bahasa Indonesia tidak dalam kerangka Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang baik ialah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi pemakaian. Jadi, situasi resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku atau bahasa standar. Namun, jika situasi tidak resmi, bahasa yang digunakan dapat berupa bahasa yang tidak standar, dialek, atau bahkan dapat pula digunakan bahasa daerah. Sementara itu, bahasa baku atau bahasa standar ialah bahasa yang digunakan sebagai patokan dan lazimnya digunakan sebagai acuan. Sedangkan bahasa yang benar ialah bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah kebahasaan yang mencakup kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, dan penyusunan kalimat. Selain itu, kaidah semantik yang berurusan dengan keberterimaan makna suatu kata, frasa, istilah, atau kalimat juga harus dipertimbangkan dalam ragam bahasa yang benar. Dengan demikian bahasa yang benar bukan hanya sekadar benar secara morfologis dan sintaksis melainkan juga harus benar secara semantis. Globalisasi informasi melalui media cetak atau elektronik menyebar ke pelosok negara Indonesia dan memengaruhi sikap berbahasa masyarakat Indonesia. Kondisi masyarakat yang beragam telah menciptakan situasi yang beragam. Setiap manusia terlahir di lingkungan komunitasnya. Komunitas itu tentu mempunyai alat untuk melakukan komunikasi di antaranya. Alat itu berujud bahasa. Berkaca dari situ, menjadi kajian kita bersama jika bahasa Indonesia merupakan sebuah bahasa yang tidak membuat kita malu. Masih segar ingatan kita saat Soeharto menjadi presiden, selalu memakai seorang penerjemah ketika berdiplomasi dengan kepala negara berbagai penjuru dunia. Saat ini kita mengenal komentator sepakbola Valentino Simanjuntak dengan istilah jebret dan oow..oow ketika Indonesia U-19 akan memasukkan bola ke gawang lawan
saat mengomentari ajang piala AFF U-19. Ini adalah sebuah khazanah bahasa untuk mengungkapkan gagasan yang kita miliki. Bahasa seperti apapun adalah alat komunikasi yang sebenarnya mampu kita pahami bersama walaupun kadang berbeda. Bagi kita sebagai bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia adalah pilihan yang tepat jika kita tidak mampu berbahasa lain dengan baik. Bahasa Indonesia menjadi identitas bangsa yang telah diperjuangkan oleh para pemuda Indonesia. Kepercayaan diri pemimpin bangsa pun tidak pernah hilang saat mereka menggunakan bahasa mereka sendiri dan harus memakai penerjemah. Membangun karakter bangsa melalui bahasa sendiripun penting untuk kita lakukan. Sebuah sikap yang tentu saja menjadi pilihan yang mau tidak mau kita lakukan. Tanpa mengecilkan diri kita sendiri yang tidak mampu berbahasa asing dengan baik.