Disusun oleh :
JAKARTA SELATAN
2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan rasa syukur atas kehadirat Allah swt. Karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul Anti Amoeba. Shalawat
serta salam tak lupa senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. yang
telah menghantarkan kita umat manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yang
penuh dengan cahaya islam, keimanan dan cinta kasih terhadap sesama umat.
Kami menyadari, bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penyusunan dan penyempurnaan selanjutnya.
Selain itu, ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin .....
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Anti amuba adalah obat obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan
dysentri amuba. Sedangkan amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan minuman
yang tercemar, kemudian tertelan oleh manusia, dan menetap di usus yang dapat menimbulkan
infeksi pada usus.
Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica.
Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk
pasif (kista). Amubiasis dapat menyebabkan diare kronik maupun diare akut. Antiamuba bekerja
sebagai amubisid yaitu membunuh amuba untuk mengobati amubiasis.
Amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan minuman yang tercemar,
kemudian tertelan oleh manusia, dan menetap di usus yang dapat menimbulkan infeksi pada usus,
Amubiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun diare akut. Pengertian dari diare
akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut,
demam tidak begitu tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu,penanganan diare
kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh dibandingkan diare akut dan mengharuskan
rujukan kepada dokter ahli, penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar.
Bentuk Amuba dan Cara Penularannya. Penularan amubasis dapat melalui makanan yang
tercemar Krista dewasa, tetapi dapat juga terjadi melalui hubungan seks pada kaum
homoseksual. Begitupula pada keadaan hamil, malnutrisi dan penderita gangguan imunologi.
Bentuk pada amuba dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bentuk kista
Bentuk kista merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang memiliki membran pelindung
yang ulet dan tahan getah lambung. Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista
berukuran 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti
entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.
2. Bentuk minuta
Bentuk minuta merupakan bentuk trofozoit. Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa bentuk
minuta daur hidup tidak dapat berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 micahkron. Bila
makanan terinfeksi oleh kista amuba masuk ke usus manusia, kista akan pecah dan berkembang
menjadi bentuk aktif yang disebut tropozoit, memperbanyak diri dengan pembelahan dan hidup
dari bakteri bakteri kecil pada mukosa usus sehingga menimbulkan kejang perut, diare
berlendir dan darah.
3. Bentuk histolitika
Bentuk histolitika merupakan bentuk trofozoit. bentuk histolitikabersifat patogen dan berukuran
lebih besar dari minuta. Bentuk histolitika berukuran 20-40 mikron, mempunyai inti entamoeba
yang terdapat didalam endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan pseudopodium yang
dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini dapat hidup di jaringan usus besar, hati, paru,
otak, kulit, dan vagina. Pada kasus tertentu tropozoid melewati dinding usus, berkembang
menjadi 2 kali lebih besar, lalu menerobos ke organ organ lain (jantung, paru-paru, otak
khususnya hati) disini tropozoit hidup dari eritrosit dan sel-sel jaringan yang dilarutkan olehnya
dengan jalan fagositosis sehingga jaringan yang ditempatinya akan mati (nekrosis).
PEMBAHASAN
1. Obat Antiamuba
Obat antiamuba, atau amubisida, adalah senyawa yang dipergunakan untuk pengobatan amubiasis,
suatu infeksi pada tuan rumah (host) yang disebabkan oleh amuba parasit.
Habitat amuba biasanya pada usus besar, seperti Entamoeba histolytico, E. coli. E. hartmanni.
Endolimax nana dan Iodomoeba butschlii, atau pada mulut, seperti E. gingivitis.
Amubiasis biasanya dihubungkan dengan amuba disentri, suatu infeksi yang disebebkan oleh E.
histolytica. Merupakan salah satu penyakit parasit yang endemik dan banyak menimbulkan
kematian di banyak negara, terutama di daerah tropis yang mayoritasnya relatif rendah.
Obat antiamuba dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan 4-aminokuinolin : antibiotika,
turunan 8-hidroksikuinolin, alkaloida ipeka, turunan 5-nitromidazol, arsen organic dan turunan
lain-lain.
a. Turunan 4-Aminokuinolin
Contoh : klorokuin dan garam-garamnya.
Klorokuin digunakan untuk ambusiasisi sitemil, terutama abses hati.
b. Antibiotika
Contoh : eritromisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin dan paromomisin
Antibiotika bekerja sebagai amubisid secara tidak langsung pada dinding dan lumen usus, yaitu
dengan memodifikasi flora usus yang diperlukan untuk kehidupan amuba.
c. Turunan 8-Hidroksikuinolin
Contoh : kiniofon, kliokuinol (Vioform) dan iodokuinol.
Mekanisme kerja :
Turunan 8-hidrokskuinolin bekerja pad aamuba yang terdapat pada usus melalui dua
meknisme, yaitu :
1) Oksidasi oleh atom iodide,
2) Pembentukan kelat dengan ion fero oleh gugus 8-kuinolin.
d. Alkaloida Ipeka
Contoh : emetin HCL dan dehidroemetin di HCL (DH Emetine)
Mekanisme kerja
Alkaloida ipeka adalah amubisid sistemik, digunakan untuk pengobatan amuba disentri
yang berat dan abses hepatik. Pada tingkat molekul, senyawa dapat menghambat
perpanjangan rantai polipeptida, kemudian memblok sintesis protein dari organisme
eukariotik. Efek ini tidak terjadi pada organisme prokariotik.
Efek samping seirus terjadi antara lain pada kardiovaskular, saraf otot dan reaksi pada slauran
cerna. Alkaloida ipeka biasnya diberikan secara subkutan atau intramuscular, karena pada
pemberian secara intravena menimbulkan efek samping cukup besar. Sekarang, penggunaan
alkaloida ipeka sebagai antiamuba kurang popler dan digantib dengan turunan 5-nitroimidazol
karena mempunyai aktivitas yang sama dan relative lebih aman. Alkaloida ipeka hanya
digunakan bila turunan 5-nitroimidazol tidak efektif atau kontraindikasi. Dosis I.M (yang alam)
atau S.C.: 1-1,5 mg/kg bb 1 dd, selama 5 hari.
e. Turunan Nitroimidazol
Turunan nitroimidazol dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Turunan 2-nitroimidazol, contoh : benznidazol dan misonidazol
2) Turunan 5-nitroimidazol, contoh : metronidazole, nimorazol, ornidazol, tinidazol dan
seknidazol.
Gugus nitro pada posisi 5 sangat berperan untuk aktivitas amubiasis karena mampu
mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap gugus elektron donor
protein amuba. Akibatnya, terjadi gangguan proses biokimia, seperti hilangnya
struktur heliks ADN, pemecahan ikatan dan kegagalan fungsi ADN sehingga
amuba mengalami kematian.
Contoh:
f. Arsen Organik
Contoh : karbarson, difetarson dan glikobiarsol
Turunan arsen orgamik mengandung atom arsenik pentavalen. Mula-mula direduksi
menjadi arsen trivalen kemudian membentuk kompleks dengan gugus tiol dari parasit
dan menunjukkan efek amubisid. Turunan arsen organik sekarang jarang digunakan
karena ekskresinya pelan dan akan ditimbulkan pada jaringan sehingga menimbulkan
toksisitas yang besar.
1. Karbarson, digunakan secara oral untuk pengobatan amubiasis usus dan secara
intravagina untuk pengobatan Trichomonas vaginalis. Dosis awal untuk amubiasis
250 mg 2-3dd, selama 10 hari.
2. Glikobiarsol, digunakan secara oral untuk pengobatan amubiasis usus dan secara
intravagina untuk pengobatan Trichomonas vaginalis dan Monilia vaginitis. Dosis
oral untuk amubiasis 500 mg 3dd selama 7-10 hari.
g. Turunan lain-lain
Contoh : diloksanid furoat, bialamikol dan kuinakrin HCl
Diloksanid furoat, adalah turunan haloasetamid, mengandung gugus dikloroamid (-
N(R)-COCHCl) yang terikat pada cincin fenil, seperti pada antibiotika gejala-
gejala amubiasis usus dan sistemik, termasuk abses amubik, sesudah pengobatan
dengan turunan 5-nitroimidazol. Diklosanid furoat cepat terhidrolisis dalam usus
melepas diklosanid dan cepat diserap oleh saluran cerna. Kadar plasma tertinggi
obat dicapai dalam 1 jam, dengan masa kerja 6 jam.
Dosis oral ; 500 mg 3 dd, selama 10 hari
DAFTAR PUSTAKA