Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANTI AMOEBA

Disusun oleh :

HENY DWI PUTRI (15330004)

VERA SRI RAHAYU (15330005)

INGE PRIHATINI (15330006)

MYDEA RATNA PUTRI (1530009)

ANNESYA PUTRI HENNA (1533034)

JURUSAN FARMASI S-1

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA SELATAN

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pertama-tama kami panjatkan rasa syukur atas kehadirat Allah swt. Karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul Anti Amoeba. Shalawat
serta salam tak lupa senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. yang
telah menghantarkan kita umat manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yang
penuh dengan cahaya islam, keimanan dan cinta kasih terhadap sesama umat.

Kami menyadari, bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penyusunan dan penyempurnaan selanjutnya.
Selain itu, ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin .....

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Anti amuba adalah obat obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan
dysentri amuba. Sedangkan amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan minuman
yang tercemar, kemudian tertelan oleh manusia, dan menetap di usus yang dapat menimbulkan
infeksi pada usus.

Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica.
Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk
pasif (kista). Amubiasis dapat menyebabkan diare kronik maupun diare akut. Antiamuba bekerja
sebagai amubisid yaitu membunuh amuba untuk mengobati amubiasis.

Amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan minuman yang tercemar,
kemudian tertelan oleh manusia, dan menetap di usus yang dapat menimbulkan infeksi pada usus,
Amubiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun diare akut. Pengertian dari diare
akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut,
demam tidak begitu tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu,penanganan diare
kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh dibandingkan diare akut dan mengharuskan
rujukan kepada dokter ahli, penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar.

Bentuk Amuba dan Cara Penularannya. Penularan amubasis dapat melalui makanan yang
tercemar Krista dewasa, tetapi dapat juga terjadi melalui hubungan seks pada kaum
homoseksual. Begitupula pada keadaan hamil, malnutrisi dan penderita gangguan imunologi.
Bentuk pada amuba dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Bentuk kista
Bentuk kista merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang memiliki membran pelindung
yang ulet dan tahan getah lambung. Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista
berukuran 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti
entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.
2. Bentuk minuta
Bentuk minuta merupakan bentuk trofozoit. Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa bentuk
minuta daur hidup tidak dapat berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 micahkron. Bila
makanan terinfeksi oleh kista amuba masuk ke usus manusia, kista akan pecah dan berkembang
menjadi bentuk aktif yang disebut tropozoit, memperbanyak diri dengan pembelahan dan hidup
dari bakteri bakteri kecil pada mukosa usus sehingga menimbulkan kejang perut, diare
berlendir dan darah.
3. Bentuk histolitika
Bentuk histolitika merupakan bentuk trofozoit. bentuk histolitikabersifat patogen dan berukuran
lebih besar dari minuta. Bentuk histolitika berukuran 20-40 mikron, mempunyai inti entamoeba
yang terdapat didalam endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan pseudopodium yang
dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini dapat hidup di jaringan usus besar, hati, paru,
otak, kulit, dan vagina. Pada kasus tertentu tropozoid melewati dinding usus, berkembang
menjadi 2 kali lebih besar, lalu menerobos ke organ organ lain (jantung, paru-paru, otak
khususnya hati) disini tropozoit hidup dari eritrosit dan sel-sel jaringan yang dilarutkan olehnya
dengan jalan fagositosis sehingga jaringan yang ditempatinya akan mati (nekrosis).

Pencegahan penyakit amubiasis terutama ditunjukan pada kebersihan perorangan dan


kebersihan lingkungan. Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih
sebelum dan sesudah makan, menghindari berbagi handuk atau kain wajah
Untuk kebersihan lingkungan antara lain mencuci sayuran atau memasaknya sebelum dimakan,
menutup dengan baik makanan yang dihidangkan, membuang sampah pada tempat sampah
yang ditutup untuk menghindari lalat, diadakan pendidikan kesehatan dan perbaikan sanitasi
lingkungan, penyuluhan kesehatan dan gotong royong membersihkan lingkungan.

Penggolongan obat amubiasid dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:


Amubiasid kontak atau lumen
yaitu obat yang bekerja di lumen usus atau aktif terhadap amubiasis intestinal. Ct:
dihidroemetin dan emetin
Amubiasid jaringan atau histolitika
yaitu obat yang bekerja pada jaringan intestinum atau organ lainnya. Ct:
diloksanidfurocid dan antibiotika
Amubiasid kombinasi
yaitu efektif terhadap amubiasid lumen maupun jaringan. Ct: derivate nitroimidazol
seperti metronidazole dan nimorazole.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Obat Antiamuba
Obat antiamuba, atau amubisida, adalah senyawa yang dipergunakan untuk pengobatan amubiasis,
suatu infeksi pada tuan rumah (host) yang disebabkan oleh amuba parasit.
Habitat amuba biasanya pada usus besar, seperti Entamoeba histolytico, E. coli. E. hartmanni.
Endolimax nana dan Iodomoeba butschlii, atau pada mulut, seperti E. gingivitis.
Amubiasis biasanya dihubungkan dengan amuba disentri, suatu infeksi yang disebebkan oleh E.
histolytica. Merupakan salah satu penyakit parasit yang endemik dan banyak menimbulkan
kematian di banyak negara, terutama di daerah tropis yang mayoritasnya relatif rendah.
Obat antiamuba dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan 4-aminokuinolin : antibiotika,
turunan 8-hidroksikuinolin, alkaloida ipeka, turunan 5-nitromidazol, arsen organic dan turunan
lain-lain.
a. Turunan 4-Aminokuinolin
Contoh : klorokuin dan garam-garamnya.
Klorokuin digunakan untuk ambusiasisi sitemil, terutama abses hati.
b. Antibiotika
Contoh : eritromisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin dan paromomisin
Antibiotika bekerja sebagai amubisid secara tidak langsung pada dinding dan lumen usus, yaitu
dengan memodifikasi flora usus yang diperlukan untuk kehidupan amuba.
c. Turunan 8-Hidroksikuinolin
Contoh : kiniofon, kliokuinol (Vioform) dan iodokuinol.
Mekanisme kerja :
Turunan 8-hidrokskuinolin bekerja pad aamuba yang terdapat pada usus melalui dua
meknisme, yaitu :
1) Oksidasi oleh atom iodide,
2) Pembentukan kelat dengan ion fero oleh gugus 8-kuinolin.

Efek samping turunan 8-hidroksikuinolin adalah subacutemyelo-ooptic neuropathy (SMON)


dan yeri serebal akut, termasuk agitasi dan amnesia, bila digunakan dengan dosis besar pada
waktu yang pendek. Pada dosis terapi, pemakaian jangka panjang kemungkinan menyebabkan
atropi optik yang tetap dan kebutuhan. Di beberapa Negara, termasuk Indonesia, kliokuinol
dilaranng beredar karena efek samping di ats.

d. Alkaloida Ipeka
Contoh : emetin HCL dan dehidroemetin di HCL (DH Emetine)
Mekanisme kerja
Alkaloida ipeka adalah amubisid sistemik, digunakan untuk pengobatan amuba disentri
yang berat dan abses hepatik. Pada tingkat molekul, senyawa dapat menghambat
perpanjangan rantai polipeptida, kemudian memblok sintesis protein dari organisme
eukariotik. Efek ini tidak terjadi pada organisme prokariotik.

Hubungan struktur dan aktivitas


1) Stereokimia merupakan dasar yang sangat penting untui aktibitas antiamuba alkaloida
ipeka. Emetin HCL, mempunyai 4 atom C asimetris pada posisi 2,3 11b dan 1; sehingga
dapat membentuk beberapa stereokimia. Dari uji biologis didapatkan bahwa semua
stereoisomer tersebut aktivitasnya lebih rendah disbanding (-) emetin, suatu alkaloida alam
yang didapat dari ektrak tanaman Uragoga ipecacuanhae.
2) Kuartermerisasi dilakukan pada atom N-5 dan N-2 justru menurunkan aktivitas
antiamuba.
3) Substituent pada cincin aromatic dapat divariasi tanpa kehilangan aktivitas.
4) Pemecahan cincin tetrahidroisokuinolin memberikan senyawa dengan aktivitas sedang.
5) Turunannya, ()-2,3-dehidroemetin, biasnya dinamakan dehidroemetin, aktivitasnya
sama seperti emetin, tetapi toksisitasnya lebih rendah dan lebih cepat dieleminasikan.

Efek samping seirus terjadi antara lain pada kardiovaskular, saraf otot dan reaksi pada slauran
cerna. Alkaloida ipeka biasnya diberikan secara subkutan atau intramuscular, karena pada
pemberian secara intravena menimbulkan efek samping cukup besar. Sekarang, penggunaan
alkaloida ipeka sebagai antiamuba kurang popler dan digantib dengan turunan 5-nitroimidazol
karena mempunyai aktivitas yang sama dan relative lebih aman. Alkaloida ipeka hanya
digunakan bila turunan 5-nitroimidazol tidak efektif atau kontraindikasi. Dosis I.M (yang alam)
atau S.C.: 1-1,5 mg/kg bb 1 dd, selama 5 hari.

e. Turunan Nitroimidazol
Turunan nitroimidazol dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Turunan 2-nitroimidazol, contoh : benznidazol dan misonidazol
2) Turunan 5-nitroimidazol, contoh : metronidazole, nimorazol, ornidazol, tinidazol dan
seknidazol.

Struktur umum turunan 2-nitroimidazol :

Turunan 5-nitroimidazol sampai sekarang merupakan obat pillihan untuk amubiasis


usus dan sistemik, termasuk abses amuba, infeksi bakterial, giardiasis,
trikomoniasis dan beberapa parasit protozoa. Turunan 5-nitroimidazol lebih aktif
terhadap amubiasis sitemik daripada amubiasis usus karena sebagian besar obat
diserap melalui usus halus sehingga kemungkinan gagal untuk mencapai kadar
terapeutik dalam usus besar. Pada pengobatan amubiasis usus yang berat, biasanya
dikombinasi dengan antibiotika, seperti tetrasiklin atau paromomisin.
Mekanisme kerja

Gugus nitro pada posisi 5 sangat berperan untuk aktivitas amubiasis karena mampu
mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap gugus elektron donor
protein amuba. Akibatnya, terjadi gangguan proses biokimia, seperti hilangnya
struktur heliks ADN, pemecahan ikatan dan kegagalan fungsi ADN sehingga
amuba mengalami kematian.

Struktur turunan 5-nitroimidazol dapat dilihat pada tabel 36.

Contoh:

1. Metronidazol (Elyzol, Flagyl, Metrofusin, Metrozine, Nidazole), merupakan


senyawa kemoterapi dengan spektrum luas, selektif terhadap mikroorganisme
anaerob, termasuk bakteri dan protozoa. Metronidazol adalah obat pilihan
terhadap amubiasis usus dan sistemik, trikomoniasis dan gardiasis. Absorpsi
obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar serum tertinggi dicapai
dalam 1-2 jam setelah pemberian secara oral dengan waktu paru plasma kurang
lebih 8 jam. Dosis oral untuk amubiasis o,75-1 g 3dd selama 5-10 hari. Untuk
trikomoniasis 250 mg 3dd selama 7-10 hari. Untuk gardiasis 2 g 3 dd selama 3
hari. Untuk infeksi bakteri anaerobik dosis awal mula-mula 1 g kemudian 500
mg tiap 8 jam. Untuk infeksi bakteri anaerob yang serius, diberikan secara infus
intravena dengan dosis awal 15 mg kgbb, selama 1 jam, diikuti dosis
pemeliharaan 7,5 mg kggbb 1 jam dengan selang 6-8 jam, selama 7-14 hari.
2. Tinidazol (Fasigyn, Flatin), merupakan senyawa kemoterapi dengan spektrum
luas, aktif terhadap bakteri anaerob, seperti Bacterioides sp, Clotridium sp,
Eobacterium sp, Peptococcus sp, dan Fusobacterium sp dan protozoa seperti
Trichomonas vaginalis, E. Histolytica, dan Giardia lambia. Tinidazol sering
digunakan untuk mencegah infeksi sesudah operasi saluran cerna atau
ginekologis yang disebabkan oleh bakteri anaerob. Absorpsi obat dalam saluran
cerna cepat dan sempurna, kadar serum tertinggi dicapai dalam 2 jam sesudah
pemberian secara oral, dengan waktu paru eliminasi 12-14 jam. Dosis untuk
mencegah infeksi sesudah operasi 2 g, 12 jam sebelum operasi. Dosis oral untuk
amubiasis 600 mg 2dd, selama 5-10 hari. Untuk trikomoniasis 150 mg 3dd,
selama 5-7 hari, dan untuk gardiasis 2 g 1dd. Untuk infeksi bakteri anaerobik,
dosis oral mula-mula 2 g 1dd kemudian 1 g 1dd atau 500 mg 2 dd, selama 5-7
hari.
3. Seknidazol (Flagentyl), merupakan senyawa turunan 5-nitro-imidazol dengan
waktu paru serum yang lebih panjang dibanding metronidazol, yaitu 17 jam.
Seknidazol selektif terhadap bakteri anaerob dan protozoa E.histolytica,
G.lambia, dan Trichomonas vaginalis. Dosis oral amubiasis usus 500 mg 3dd
selama 3 hari. Untuk amubiasis di hati, dosis 500 mg 3dd selma 5 hari.
4. Nimorazol (Naxogin), selektif terhadap bakteri anaerob dan protozoa
E.histolytica, G.lambia, dan Trichomonas vaginalis. Dosis oral untuk amubiasis
usus 2 g hari selama 5 hari. Untuk amubiasis dihati dosis 2,5 g hari selama 10
hari. Untuk gardiasis 1g hari selama 5 hari.

f. Arsen Organik
Contoh : karbarson, difetarson dan glikobiarsol
Turunan arsen orgamik mengandung atom arsenik pentavalen. Mula-mula direduksi
menjadi arsen trivalen kemudian membentuk kompleks dengan gugus tiol dari parasit
dan menunjukkan efek amubisid. Turunan arsen organik sekarang jarang digunakan
karena ekskresinya pelan dan akan ditimbulkan pada jaringan sehingga menimbulkan
toksisitas yang besar.
1. Karbarson, digunakan secara oral untuk pengobatan amubiasis usus dan secara
intravagina untuk pengobatan Trichomonas vaginalis. Dosis awal untuk amubiasis
250 mg 2-3dd, selama 10 hari.
2. Glikobiarsol, digunakan secara oral untuk pengobatan amubiasis usus dan secara
intravagina untuk pengobatan Trichomonas vaginalis dan Monilia vaginitis. Dosis
oral untuk amubiasis 500 mg 3dd selama 7-10 hari.
g. Turunan lain-lain
Contoh : diloksanid furoat, bialamikol dan kuinakrin HCl
Diloksanid furoat, adalah turunan haloasetamid, mengandung gugus dikloroamid (-
N(R)-COCHCl) yang terikat pada cincin fenil, seperti pada antibiotika gejala-
gejala amubiasis usus dan sistemik, termasuk abses amubik, sesudah pengobatan
dengan turunan 5-nitroimidazol. Diklosanid furoat cepat terhidrolisis dalam usus
melepas diklosanid dan cepat diserap oleh saluran cerna. Kadar plasma tertinggi
obat dicapai dalam 1 jam, dengan masa kerja 6 jam.
Dosis oral ; 500 mg 3 dd, selama 10 hari
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai