Anda di halaman 1dari 281

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT AVENTIS PHARMA
JALAN JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTA
PERIODE 02 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ALLAN BARA YUFI S. Farm


1206329354

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT AVENTIS PHARMA
JALAN JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTA
PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Apoteker

ALLAN BARA YUFI S. Farm


1206329354

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah untuk Tuhan YME atas limpahan nikmat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini tepat waktu. Pada kesempatan yang
terbatas ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Mr. Rajesh Kamat selaku Head of Industrial Affair PT Aventis Pharma atas
izin dan kesempatan yang diberikan sehingga terlaksananya Prkatek Kerja
Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma.
2. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI yang telah
memberi ijin dan kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan
Fakultas Farmasi UI sampai dengan 20 Desember 2013 yang telah member
kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
4. Dra. Yeni Suciani, Apt selaku Head of Industrial Quality and Compliance
(IQC) serta pembimbing PKPA di PT Aventis Pharma atas bimbingan,
kesempatan, dan fasilitas yang telah diberikan.
5. Dr. Harmita, Apt, selaku Ketua Program Profesi Apoteker yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Dr. Herman Suryadi, MS, Apt, selaku pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan, saran dan wawasan selama penulisan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini.
7. Nina Kurniawaty, S.Si, Apt., selaku Quality Assurance Manager PT Aventis
Pharma atas bimbingan serta pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
8. Dra. Rica Sri Rahmawati, MM, Apt selaku Production Manager atas
kesempatan, bimbingan dan pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
9. Asih Putri Ana, S.Si, Apt., selaku Quality Control Supervisor PT Aventis
Pharma atas pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


10. Nadiem Ahmad, S.Farm, Apt., selaku Production Supervisor yang telah
memberikan tugas khusus serta bimbingan dan pembelajaran selama Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
11. Seluruh karyawan di PT Aventis Pharma, khususnya di bagian Processing
dan Quality Assurance (Ibu Ika, Mba Kathy, Mba Resti,Mba Cory, Mas
Syandi dan Mas Bambang ) atas ilmu, arahan dan bantuan yang telah
diberikan selama pelaksanaan PKPA ini.
12. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas ilmu dan bantuan
yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi
Apoteker.
13. Keluarga tercinta atas kesabarannya, kasih sayang, dukungan, perhatian dan
doanya untuk menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik
mungkin.
14. Rekan-rekan PKPA di PT Aventis Pharma (Efi dan Pepi) yang telah berbagi
ilmu, pengalaman dan juga menghibur selama pelaksanaan PKPA.
15. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker angkatan 77, Fakultas
Farmasi UI yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tidak ada yang penulis
harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada
khususnya.

Penulis
2013

vi

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Allan Bara Yufi, S. Farm


NPM : 1206329354
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Aventis
Pharma Jalan Jend. A. Yani, Pulomas Jakarta Periode
02 September – 31 Oktober 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT. Aventis Pharma Jalan Jend.
A. Yani, Pulomas Jakarta. Kegiatan PKPA ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan ketentuan CPOB di industri farmasi khususnya PT Aventis Pharma
serta mengetahui tugas dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi terutama
sebagai penanggung jawab produksi, pemastian mutu, dan pengawasan mutu.
Tugas khusus yang diberikan berjudul penerapan metode Single Minute Exchange
of Dies (SMED) di ruang granulasi basah. Tugas khusus ini bertujuan untuk
menganalisa, membuat standar dan mengurangi waktu change-over di ruang
granulasi basah.

Kata kunci : PT. Aventis Pharma, Metode Single Minute Exchange of Dies
(SMED)
Tugas umum : xiii + 123 halaman; 7 tabel; 14 lampiran
Tugas khusus : iv + 24 halaman; 8 gambar; 6 lampiran
Daftar Referensi Tugas Umum : 13 (2005 - 2013)
Daftar ReferensiTugas Khusus : 11 (1985 - 2013)

viii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


ABSTRACT

Name : Allan Bara Yufi, S.Farm


NPM : 1206329354
Program Study : Apothecary profession
Title : Pharmacist Internship Program at PT. Aventis Pharma
Jalan Jend. A. Yani, Pulomas Jakarta Period
September 02nd - October 31st 2013

Pharmacist internship implemented in PT. Aventis Pharma Jalan Jend. A. Yani,


Jakarta Pulomas. This activity aims to determine the application of GMP in the
pharmaceutical industry especially PT Aventis Pharma and to know the duties and
responsibilities of pharmacists in the pharmaceutical industry is mainly in charge
of production, quality assurance, and quality control. Given a special task about
implementation of Single Minute Exchange of Dies (SMED) method in the wet
granulation. The specific task was to analyze, to create standards and to reduce
change-over time in wet granulation room.

Keywords : PT. Aventis Pharma, Single Minute Exchange of Dies


Method
General Assignment : xiii + 123 pages; 7 table; 14 appendices
Specific Assignment : iv + 24 pages, 8 pictures, 6 appendices
Bibliography of General Assignment : 13 (2005 - 2013)
Bibliography of Specific Assignment : 11 (1985 - 2013)

ix Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
HALAMAN PUBLIKASI .................................................................................. vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4


2.1 Industri Farmasi ............................................................................ 4
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik ................................................... 6

BAB 3 TINJAUAN UMUM PT AVENTIS PHARMA ................................. 21


3.1 Sejarah PT Aventis Pharma ........................................................ 21
3.2 Visi dan Misi PT Aventis Pharma ............................................... 22
3.3 Lokasi dan Sarana Produksi ........................................................ 22
3.4 Karyawan Sanofi Group Indonesia .............................................. 23
3.5 Struktur Organisasi Sanofi Group Indonesia ................................ 24
3.6 Produk PT Aventis Pharma ......................................................... 24

BAB 4 TINJAUAN KHUSUS DIVISI INDUSTRIAL AFFAIRS ................. 27


4.1 Industrial Quality and Compliance Department .......................... 27
4.2 Production Department ............................................................... 58
4.3 Technical Services Department .................................................. 67
4.4 Health, Safety, and Environment Department .............................. 75
4.5 Plant Logistics Department ......................................................... 86
4.6 Purchasing Department............................................................... 99

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................... 100


5.1 Manajemen Mutu ...................................................................... 103
5.2 Personalia.................................................................................. 104
5.3 Bangunan dan Fasilitas .............................................................. 106
5.4 Peralatan ................................................................................... 108
5.5 Sanitasi dan Higiene .................................................................. 109
5.6 Produksi ................................................................................... 112
5.7 Pengawasan Mutu ..................................................................... 114
5.8 Inspeksi Diri dan Audit Internal ................................................ 115

x Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


5.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk dan Produk Kembalian .................................................. 116
5.10 Dokumentasi ............................................................................. 118
5.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ........................... 119
5.12 Kualifikasi dan Validasi ............................................................ 119

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 121


6.1 Kesimpulan ............................................................................... 121
6.2 Saran ......................................................................................... 121

DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 122

xi Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi ruangan PT Aventis Pharma ................................... 124


Tabel 2. Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water dan
purified water milliQ plus ........................................................ 125
Tabel 3. Jenis – jenis Air Handling Unit.................................................. 126
Tabel 4. Tingkatan Occupational Exposure Band (OEB) ........................ 127
Tabel 5. Kategori produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB ............ 127
Tabel 6. Parameter baku mutu air kategori D .......................................... 128
Tabel 7. Karakteristik yang berlaku untuk identifikasi,
pengujian terhadap impuritas dan prosedur penetapan kadar .... 128

xii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi PT Aventis Pharma ..................................... 130


Lampiran 2. Struktur organisasi Industrial Affairs ......................................... 131
Lampiran 3. Struktur organisasi Departemen Industrial Quality and
Compliance ............................................................................... 132
Lampiran 4. Diagram pengambilan keputusan terhadap hasil di luar
spesifikasi ................................................................................. 133
Lampiran 5. Contoh – contoh label ............................................................... 134
Lampiran 6. Alur pemeriksaan bahan baku.................................................... 135
Lampiran 7. Persyaratan jumlah bakteri, total koliform, dan koliform tinja
pada masing – masing jenis air .................................................. 136
Lampiran 8. Pembagian iklim, tipe pemeriksaan, kondisi penyimpanan
dan waktu pemeriksaan pada uji stabilitas ................................. 137
Lampiran 9. Skema purified water plant ....................................................... 138
Lampiran10. Alur pengumpulan dan penyimpanan MSDS bahan
produk PT Aventis Pharma........................................................ 139
Lampiran 11. Alur penanganan limbah............................................................ 140
Lampiran 12. Skema waste water treatment plant ........................................... 141
Lampiran 13. Denah warehouse ...................................................................... 142
Lampiran 14. Implementasi CPOB di PT Aventis Pharma ................................143

xiii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha
memajukan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang menyeluruh,
terarah dan terpadu di segala bidang, salah satunya adalah di bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional karena kesehatan menunjang semua aspek kehidupan
manusia. Tujuan utama pembangunan di bidang kesehatan adalah tercapainya
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat sesuai dengan yang tercantum
dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Satu diantara upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan diperlukan
sarana kesehatan. Industri farmasi merupakan salah satu sarana untuk mendukung
upaya peningkatan pelayanan kesehatan tersebut. Industri farmasi di Indonesia
turut andil dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dengan
meningkatkan kuantitas dan kualitas obat yang diproduksi. Sebagai produk dari
industri farmasi, obat yang beredar tentunya harus dapat dijamin keamanan,
khasiat dan mutunya. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman yang meliputi
seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sehingga setiap obat yang
dihasilkan selalu memenuhi ketentuan mutu yang telah ditetapkan.
Pasar industri farmasi di Indonesia saat ini terus berkembang yang dapat
dilihat dengan semakin bertumbuhnya industri farmasi baru baik besar maupun
kecil, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) yang ingin ikut bermain dalam bidang ini. Semakin banyak
pesaing tentu akan meningkatkan persaingan dalam merebut pangsa pasar dan hal
ini menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih produk. Persaingan
produk dapat berupa persaingan kualitas, harga, ketersediaan produk maupun
variasi produk.
Dalam menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat
dikeluarkanlah Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 43/MENKES/SK/II/1988
tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik yang menjadi pedoman wajib
1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


2

bagi Industri farmasi dalam penerapan CPOB. Upaya tersebut diikuti oleh Badan
POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dengan mengeluarkan Surat Keputusan
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi
industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara
konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.CPOB menyangkut keseluruhan aspek produksi dan pengendalian
mutu. Pengendalian mutu dapat berpengaruh dalam menjamin konsumen
menerima obat yang bermutu tinggi. Semua industri farmasi harus menerapkan
CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam pembentukkan dan
penerapan sistem pemastian mutu. Oleh karena itu penyediaan personil yang
berkualitas dengan kapasitas yang memadai menjadi faktor penting dan
merupakan tanggung jawab industri farmasi. Seorang apoteker merupakan kunci
dalam penerapan segala aspek yang tercantum dalam CPOB. Apoteker tidak
hanya membutuhkan pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman langsung di
lapangan. Untuk mewujudkan hal tersebut dijalin kerjasama dengan industri
farmasi untuk menyelenggarakan praktek kerja apoteker.
Berdasarkan hal tersebut, seorang calon Apoteker harus dapat memahami
tanggung jawab profesinya secara nyata. Melalui teori yang dibekali sebelumnya,
calon Apoteker diharapkan memiliki pemahaman awal sebelum menerapkannya
di dunia kerja nyata dapat dibentuk melalui sebuah praktek kerja profesi di
industri farmasi dan akan lebih dipahami oleh calon Apoteker. Oleh karena itu,
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI mengadakan kerjasama dengan
PT Aventis Pharma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) agar dapat menjadi sarana pembelajaran di industri farmasi bagi para
calon Apotekernya. Praktek kerja profesi ini dijalankan dari periode 2 September-
31 Oktober 2013.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


3

1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bertujuan untuk
mengetahui penerapan ketentuan CPOB di industri Farmasi, khususnya pada PT
Aventis Pharma, serta untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab apoteker di
industri Farmasi terutama sebagai penanggung jawab produksi, pemastian mutu,
dan pengawasan mutu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri farmasi


Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012, industri farmasi adalah badan
usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat. Sedangkan obat adalah bahan atau paduan
bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan
kontrasepsi untuk manusia, sedangkan bahan obat adalah bahan baik yang
berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat
dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012).
Setiap industri farmasi wajib memiliki izin usaha dari Menteri Kesehatan.
Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi
sesuai dengan persyaratan CPOB. Untuk mendapatkan izin usaha industri farmasi,
sebelumnya harus melalui tahap persetujuan prinsip. Persetujuan prinsip ini
diberikan kepada industri farmasi untuk melakukan persiapan-persiapan dan usaha
pembangunan, pengadaan dan pemasangan instalasi peralatan. Persetujuan prinsip
tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan setiap tahun perusahaan yang
bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya
kepada Kepala Badan pengawas Obat dan Makanan. Bagi industri farmasi yang
melakukan penambahan kapasitas produksi atau penambahan bentuk sediaan tidak
memerlukan izin perluasan. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama
perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi.
Izin usaha industri farmasi yang diberikan dapat berlaku untuk seterusnya
selama perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi dan tidak
melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam surat keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 245/MENKES/SK/V/1990.

4 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


5

2.1.1 Persyaratan usaha industri farmasi


Usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP).
d. Memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker warga negara
Indonesia (WNI) masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

2.1.2 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi


Izin Usaha Industri Farmasi dapat dicabut dengan alasan:
a. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi; dan atau
b. Perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan; dan atau
c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut tiga kali
atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar; dan atau
d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari Menteri Kesehatan; dan atau
e. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku atau obat palsu; dan atau
f. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


6

2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012)
Cara pembuatan obat yang baik atau sering disebut CPOB, adalah cara
pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa
produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan
sesuai dengan penggunaannya. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk
memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang
dikehendaki. Bila perlu dapat dilakukan penyesuaian dengan syarat bahwa
standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai. Selain itu, CPOB
merupakan bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan
obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk
yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai tujuan
penggunaan poduk disamping persyaratan lainnya.
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam
produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses
produksi, dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil
yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada
pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat dibuat dalam kondisi yang
dikendalikan dan dipantau secara cermat. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk
digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal
sesuai kebutuhan.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan sesuai
dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Ruang lingkup CPOB 2012 meliputi: manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, proses produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


7

obat, penarikan kembali obat dan obat kembalian, dokumentasi, pembuatan


analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.

2.2.1 Manajemen mutu


Di setiap industri farmasi perlu adanya manajemen yang bertanggung
jawab agar obat yang dihasilkan sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi), dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya
karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu adanya suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan
komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan
para distributor.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu harus didukung dengan ketersediaan
personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan
memadai.
Konsep dasar pemastian mutu, cara pembuatan obat yang baik (CPOB),
pengawasan mutu, dan manajemen risiko mutu adalah aspek manajemen mutu
yang saling terkait.
Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB
ditambah dengan faktor lain di luar pedoman ini, seperti desain dan
pengembangan produk. CPOB merupakan bagian dari pemastian mutu yang
memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


8

standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam
izin edar dan spesifikasi produk. Sedangkan pengawasan mutu merupakan bagian
dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan
pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan
bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan, serta produk yang belum
diluluskan tidak dijual atau dipasok, sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan
memenuhi syarat. Selain itu dalam manajemen mutu juga dijelaskan mengenai
manajemen risiko mutu yang merupakan suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian, dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal
ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif (Badan Pengawas Obat
dan Makanan, 2012).

2.2.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah
tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko
terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas
spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan
kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.
Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang
tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


9

Personil kunci dalam industri farmasi terdiri dari kepala bagian produksi,
kepala bagian pengawas mutu, dan kepala bagian manajemen mutu. Posisi
personil kunci dalam industri farmasi dirancang sedemikian rupa sehingga bagian
produksi dan bagian pengawasan mutu, maupun bagian manajemen mutu
dipimpin oleh orang yang berlainan, yang tidak saling bertanggung jawab satu
terhadap yang lain (independen). Masing-masing hendaklah diberi wewenang
penuh dan sarana cukup yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif. Personil kunci tidak boleh mempunyai kepentingan lain di luar
organisasi pabrik, yang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya
atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi atau finansial.
Kepala bagian produksi, pengawasan mutu, dan manajemen mutu
hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh
pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang
pembuatan obat, dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional. Masing-masing kepala bagian
produksi, pengawasan mutu dan manajemen mutu (pemastian mutu) memiliki
tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan
mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:
a. Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen.
b. Pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat.
c. Higiene pabrik.
d. Validasi proses.
e. Pelatihan.
f. Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan.
g. Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak.
h. Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk.
i. Penyimpanan catatan.
j. Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB.
k. Inspeksi, penyelidikan, dan pengambilan sampel untuk pemantauan faktor yang
mungkin berdampak terhadap mutu produk (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


10

2.2.3 Bangunan dan fasilitas


Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah
dan air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan
tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap
pencemaran tersebut.
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi, dan
dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh
cuaca, banjir, rembesan dari tanah, serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat dan hama.
Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur
dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas
hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu
obat pasokan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang hendaknya dilakukan di area yang
ditentukan antara lain penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan
bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan bahan atau
produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan
produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum memperoleh
pelulusan akhir, pengiriman produk, dan laboratorium pengawasan mutu (Badan
Pengawas Obat dan Makanan 2012).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


11

2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets, dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
Pada prinsipnya pengadaan peralatan harus mempertimbangkan apakah
sesuai dengan penggunaan dengan produksi/ pengujian obat dan apakah terbuat
dari material yang memenuhi syarat dan aman dalam penggunaannya. Permukaan
peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, atau produk jadi
tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi yang dapat mempengaruhi
identitas, mutu, atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta
disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan pencucian dan pembersihan
hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran.
Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan
hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode
yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah
disimpan.
Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak
melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh
digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus
yang tidak melepaskan serat.
Pipa air suling, air deionisasi, dan bila perlu pipa air lain untuk produksi
hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi
rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


12

2.2.5 Sanitasi dan higiene


Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap
berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah
mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene, dan
pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara
ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan.
Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara
luas selama sesi pelatihan.
Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik.
Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Semua
personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memerhatikan
tingkat higiene perorangan yang tinggi.
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan
dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik.Hendaklah ada
prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta
menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan
pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan sarana dan bangunan.
Prosedur tertulis terkait hendaklah dipatuhi. Segala praktek tidak higienis di area
pembuatan atau area lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu produk,
hendaklah dilarang. Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan
dievaluasi secara berkala agar cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa menjamin produk

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


13

yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan
izin edar. Adapun aspek produksi yang diatur pada CPOB meliputi:
a. Bahan awal
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan dan bila memungkinkan, langsung dari
produsen. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual
tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran, dan
kemungkinan adanya kerusakan bahan dan tentang kesesuaian catatan
pengiriman dengan label dari pemasok. Bahan awal yang diterima hendaklah
dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala
bagian pengawasan mutu. Label yang menunjukkan status bahan awal
hendaklah ditempelkan hanya oleh personil yang ditunjuk oleh kepala bagian
pengawasan mutu.
b. Validasi proses
Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan
atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas
proses hendaklah divalidasi.
c. Pencegahan pencemaran silang
Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas,
uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses,
dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko
pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar. Di
antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan
dalam dosis besar dan atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang
panjang.
d. Sistem penomoran bets/ lot
Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/ lot
dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/ lot produk antara, produk
ruahan, atau produk jadi dapat diidentifikasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


14

e. Penimbangan dan penyerahan


Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi
dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
f. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan yang
dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan
benar dan direkonsiliasi.
g. Operasi pengolahan produk antara dan produk ruahan
Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang
tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan.
h. Bahan dan produk kering
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta penggunaan sarana dan
peralatan. Apabila layak, hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau
metode lain yang sesuai.
i. Produk cair, krim, dan salep (nonsteril)
Produk cair, krim, dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap
mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan
khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi. Untuk melindungi produk
terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk pengolahan
dan transfer.
j. Bahan pengemas
Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan
pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama
seperti terhadap bahan awal. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas
primer hendaklah diberi nomor yang spesifik atau penandaan yang
menunjukkan identitasnya.
k. Kegiatan pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


15

pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan mutu produk
akhir yang dikemas.
l. Pengawasan selama proses
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian, atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu
(pemastian mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan
untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang
mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam proses.
m. Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan, dan dikembalikan
Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan
disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk
tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau bila dianggap perlu,
diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah
lebih dulu disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) dan
dicatat.
n. Karantina dan penyerahan produk jadi
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan
untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan
untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua
spesifikasi yang ditentukan.
o. Catatan pengendalian pengiriman obat
Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan
produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Penyimpangan
terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out (FEFO)
hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya
atas persetujuan manajemen yang bertanggung jawab.
p. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan
produk jadi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


16

Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah risiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan. Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan
kondisi lingkungan yang sesuai. Penyimpanan yang memerlukan kondisi
khusus hendaklah disediakan. Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah
sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.7 Pengawasan mutu


Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua
kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel,
pemeriksaan, dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan
produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan
lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan dan produk, serta metode pengujiannya (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.8 Inspeksi diri, audit mutu, dan audit & persetujuan pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin, di samping itu, pada situasi
khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


17

dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan


dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi
pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu
dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau suatu tim yang dibentuk
khusus, untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) hendaklah bertanggung
jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang
dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan. Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah
menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.9 Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk


Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti, sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif.
Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi
dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan
laporan. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui ada
produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, daluwarsa, masalah
keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu, dan jumlah obat yang
bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki,
dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut
dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


18

2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/
formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, serta laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting. Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji, dan
didistribusikan dengan cermat. Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani, dan
diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang. Dokumen
hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu
dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan
penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.11 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui, dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu
(pemastian mutu).
Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah
sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan. Kontrak yang dibuat
hendaknya mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima
kontrak. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


19

oleh kepala bagian manajemen mutu pemberi kontrak (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012).

2.2.12 Kualifiksi dan validasi


CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di
industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi
validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis
dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas,
peralatan dan proses yang dapat mempengruhi mutu produk divalidasi.
Pendekatan dengan kajian risiko digunakan untuk menentukan ruang lingkup
dan cakupan validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen
yang singkat, tepat, dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data
sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;
ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format
dokumen; format protokol dan laporan validasi; perencanaan dan jadwal
pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.
Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.
Laporan harus dibuat mengacu pada protokol kualifikasi dan atau protokol
validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap
penyimpangan yang terjadi, kesimpulan, dan rekomendasi perbaikan. Tiap
perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah
didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. Kualifikasi terdiri dari:
a. Kualifikasi desain
b. Kualifikasi instalasi
c. Kualifikasi operasional
d. Kualifikasi kinerja

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


20

Sedangkan validasi terdiri dari:


a. Validasi proses
b. Validasi pembersihan
c. Validasi metode analisis
d. Validasi ulang (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


BAB 3
TINJAUAN UMUM
PT AVENTIS PHARMA

3.1 Sejarah PT Aventis Pharma


PT Aventis Pharma merupakan perusahaan farmasi global yang
merupakan hasil penggabungan/merger antara dua perusahaan besar kimiafarmasi
yaitu PT Rhone Poulenc dengan PT Hoechst Marion Roussel Indonesia. PT
Hoechst Marion Roussel Indonesia (merupakan pendahulu PT Aventis Pharma)
berasal dari Hoechst Indonesia yang berdiri pada tahun 1956. Kemudian, PT
Hoechst Indonesia melakukan pengembangan menjadi PT. Hoechst
Pharmaceutical Indonesia pada tahun 1969. Kemudian tahun 1972 dilakukan
produksi tablet novalgin untuk pertama kalinya.
Pada tahun 1996 Hoechst Pharmaceutical Indonesia mengakuisisi Marion
Merrel Dow, yaitu suatu perusahaan farmasi Amerika Serikat dan bersamaan
dengan itu Hoechst AG mendirikan perusahaan divisi farmasinya, yaitu Hoechst
Marion Roussel Indonesia. Karena perubahan tersebut, setahun kemudian PT HPI
berubah nama menjadi PT Hoechst Marion Roussel Indonesia. Pada akhir tahun
1999 Hoechst Marion Roussel Indonesia bergabung dengan Rhone- Poulenc Rorer
, suatu perusahaan kimia-farmasi Perancis, membentuk Aventis SA (suatu
Holding Company) yang berkedudukan di Strassbourg, Perancis. Aventis SA
mempunyai anak-anak perusahaan baru, antara lain Aventis Pharma AG yang
berkedudukan di Frankfrut, Jerman.
Di Indonesia, penggabungan antara PT Hoechst Marion Roussel Indonesia
dengan PT Rhone-Poulenc Rorer diresmikan pada tahun 2001 dengan nama PT
Aventis Pharma. Pada bulan Mei tahun 2007, PT. Aventis Pharma mendapatkan
sertifikat ISO 14000 dan OHSAS 18001. Pada bulan Januari sampai Maret 2010,
PT Aventis Pharma mendapatkan sertifikasi TGA. Setelah bergabung dengan
Sanofi Synthelabo di tahun 2004, nama perusahaan berubah menjadi Sanofi-
Aventis, untuk kemudian berubah lagi menjadi Sanofi di tahun 2011. Sanofi
Group Indonesia terdiri atas 2 (dua) badan hukum yaitu : PT Aventis Pharma dan
PT Sanofi Aventis Indonesia.
21 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


22

3.2 Visi dan Misi PT Aventis Pharma (Sanofi Aventis, 2012)


3.2.1 Visi PT Aventis Pharma
Visi PT Aventis Pharma adalah menjadi perusahaan terkemuka yang
didorong oleh inovasi, mampu memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam
bidang ilmu kehidupan (Life Sciences) yang tengah berkembang pesat saat ini,
bertekad untuk berperan utama dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia
dan turut bersumbangsih kepada pembangunan dunia, khususnya dengan
mengatasi dan menangani berbagai penyakit melalui teknik diagnosa, terapi
vaksin, dan cara pengobatan yang inovatif.

3.2.2 Misi PT Aventis Pharma


Misi PT Aventis Pharma yaitu Aventis Pharma adalah perusahaan farmasi
global yang memiliki tekad untuk memberi arti bagi para pasien, pemilik saham,
karyawan, dan masyarakat luas dengan menemukan, mengembangkan, dan
memasarkan produk-produk farmasi inovatif yang akan dapat memenuhi
kebutuhan medis yang belum teratasi serta menuju pelayanan kesehatan dengan
biaya lebih rendah. Perusahaan juga mempunyai tekad untuk menjadi pemimpin
dalam era di mana perubahan-perubahan terjadi dengan cepat di industri ini.

3.3 Lokasi dan Sarana Produksi (Sanofi Aventis, 2012)


PT Aventis Pharma Site berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Pulo Mas
Jakarta, berdiri di atas tanah seluas 37.500 m2 atau 150 x 250 m, dan berupa
lapangan rumput seluas 24.000 m2. Di kawasan ini terdapat beberapa gedung
utama:
1. Factory building yang terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian produksi
(processing dan packaging) dan warehouse, seluas 3160 m2. Peluasan
warehouse dibangun dan diperbaiki mengikuti synergi project factory upgrade
(SPFU). Factory building terdiri dari dua lantai yaitu:
a. Ground floor yang digunakan untuk warehouse, solid processing, cream and
ointment processing, primary and secondary packaging, dan aktivitas
penunjang lainnya. Warehouse memiliki satu incoming airlock dan satu

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


23

outgoing airlock. Antara warehouse dan area processing terdapat dua airlock
untuk transfer material. Di antara warehouse dan secondary packaging terdapat
dua airlock, yaitu airlock untuk mentransfer secondary packaging material dari
warehouse ke secondary packaging area dan untuk mentransfer finished goods
dari secondary packaging area ke warehouse. Layout dan design di ground
floor diatur sedemikian rupa untuk menyediakan alur kerja dan urutan lalu
lintas bahan satu arah untuk menghindari resiko mixed up.
b. First floor terutama digunakan untuk fasilitas-fasilitas seperti loker, ruang ganti
pakaian, dan technical area.
2. Office building 1, seluas 540 m2.
3. Office building 2, seluas 540 m2.
4. Multi purpose building, digunakan untuk office, bagian quality operation
seluas 450 m2.
5. Energy building and workshop, seluas 485 m2.

3.4 Karyawan Sanofi Group Indonesia


Dari 110.000 karyawan di 100 negara, lebih dari 700 orang karyawan PT
Aventis Pharma berada di Indonesia, mereka berprestasi bersama mendukung dan
membentuk Aventis Pharma untuk menjadi salah satu perusahaan farmasi
terkemuka di dunia. PT Aventis Pharma mengangkat calon-calon karyawan dari
lulusan terbaik dan berbakat dari berbagai universitas dan institusi pendidikan lain
di Indonesia. Mereka kemudian mendapat kesempatan untuk dilatih diberbagai
disiplin industri, seperti teknik, kesehatan, keuangan, pemasaran, dan teknologi
informasi. Perusahaan juga mendorong budaya kewirausahawan yang berorientasi
pada pasar dan yang diinspirasi oleh fleksibilitas, kerjasama, dan pembuatan
keputusan berdasarkan data, bukan tradisi.
Kelangsungan kegiatan operasi merupakan hal yang diutamakan di PT
Aventis Pharma. Demikian juga dengan pengakuan terhadap kepentingan yang
sejajar antara pelanggan dan kesejahteraan karyawan. Disamping
mempertahankan hubungan yang baik dengan serikat pekerja, kesejahteraan
karyawan juga dijamin oleh berbagai program menarik, seperti penggantian biaya
kesehatan karyawan, kompensasi yang kompetitif, bonus, serta paket tunjangan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


24

hari tua. Penghargaan diberikan berdasarkan keberhasilan individu dan tim.


Semua ini menciptakan lingkungan kerja yang menyajikan tantangan sekaligus
produktif dan membanggakan.

3.5 Struktur Organisasi Sanofi Group Indonesia (Sanofi Aventis, 2013)


Sanofi Group Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang
membawahi 13 Divisi, yaitu:
a. National Sales
b. Marketing
c. Strategy Development and Diabetes
d. Oncology Unit
e. Communication and Public Affairs
f. Finance and Accounting
g. Business Development
h. Human Resources
i. Medical and Regulatory
j. Senior Legal
k. Industrial Affairs
l. Vaccine
m. Country Compliance
Bagan struktur organisasi Sanofi Group Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.6 Produk PT Aventis Pharma


PT Aventis Pharma dikenal sebagai perusahaan farmasi yang
menghasilkan obat-obat sesuai dengan kebutuhan bidang kesehatan di Indonesia.
Aventis Pharma Global akan mendukung dan mempertahankan predikat tersebut
melalui penerapan teknologi tinggi dalam pengembangan solusi untuk
menghadapi berbagai penyakit yang diderita masyarakat Indonesia. Melalui
penelitian di bidang kardiovaskuler, penyakit infeksi, asma, alergi, diabetes,
radang sendi, kanker serta di bidang vaksin dan protein terapetik ( therapeutic
proteins), PT Aventis Pharma yakin bahwa produk-produk yang dihasilkan akan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


25

memainkan peranan penting dalam membantu masyarakat Indonesia mengatasi


masalah kesehatan di Indonesia.
Produk PT Aventis Pharma diperoleh dengan berbagai cara, antara lain
dengan memproduksi obat tersebut menggunakan fasilitas produksi yang tersedia,
kontrak dengan perusahaan farmasi lain (toll manufacturing), dan mengimpor baik
produk ruahan untuk dikemas akhir (re-pack) maupun produk jadi yang telah
dikemas namun masih memerlukan pelabelan (penempelan stiker). Produk PT
Aventis Pharma secara garis besar dapat dibagi menjadi enam, yaitu:
1. Produk yang diproduksi sendiri di pabrik (Jakarta site) untuk keperluan lokal
(dalam negeri) dan eksport (luar negeri).
2. Produk impor dari Aventis Global yang dikemas ulang (repackaging) di
pabrik (Jakarta site)
3. Produk impor yang berupa finished goods.
4. Produk yang bulk-nya diimpor dan kemudian dikemas di pabrik (Jakarta site)
untuk keperluan lokal dan ekspor.
5. Produk toll manufacturing yang dibuat oleh PT Boehringer-Ingelheim
Indonesia untuk PT Aventis Pharma.

PT Aventis Pharma telah menghasilkan serangkaian obat-obat inovatif


untuk pengobatan pasien yang menderita beraneka ragam penyakit serius. Hal ini
terlaksana berkat dukungan dari sumber daya yang profesional, manajemen dan
pimpinan perusahaan yang penuh komitmen, serta dengan research and
development anggaran terbesar di industri farmasi. Upaya riset Aventis Pharma
difokuskan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan medis yang belum teratasi dan
diarahkan pada 7 bidang utama, yaitu:
1. Anti infeksi, dengan pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur.
2. Radang sendi/tulang, dengan pengobatan untuk radang sendi dan
osteoporosis.
3. Kardiologi/thrombosis, untuk pengobatan infark jantung, penyakit jantung
koroner dan kelainan jantung lainnya.
4. Sistem saraf pusat, untuk pengobatan berbagai penyakit degeneratif otak dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


26

tulang belakang.
5. Metabolisme, untuk pengobatan diabetes dan penyakit metabolisme lainnya
6. Onkologi, untuk pengobatan tumor ganas.
7. Respiratori, untuk pengobatan asma dan alergi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


BAB 4
TINJAUAN KHUSUS
DIVISI INDUSTRIAL AFFAIRS

Berdasarkan struktur organisasi, Divisi Industrial Affairs (Industrial


Affairs/IA Division) berada langsung dibawah Presiden Direktur PT Aventis
Pharma, yang dikepalai oleh Head of Industrial Affairs Division. Berikut ini
adalah departemen yang dibawahi oleh IA Division:
a. Industrial Quality and Compliance Department
b. Production Department
c. Technical Services Department (TSD)
d. Health, Safety, and Environment Department (HSE Dept.)
e. Plant Logistic Department
f. Purchasing Department
Struktur organisasi Industrial Affairs Division dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1. Industrial Quality and Compliance Department (Aventis Pharma,


2012)
Industrial Quality and Compliance (IQC) Department adalah salah satu
bagian dari IA Division yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu
menyeluruh dalam arti pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan sejak
bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In Process Control/IPC), sampai
dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian terhadap
pemasok dan distributor. Untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan serta
menjamin ketelitian pemeriksaan perlu dilakukan pengecekan, validasi, dan
kalibrasi dari alat dan ruangan yang digunakan untuk memeriksa produk. IQC
Department juga perlu melakukan pemeriksaan stabilitas untuk memonitor secara
tidak langsung mutu obat yang telah beredar. Departemen ini dipimpin oleh
seorang Head of IQC yang membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance
Unit (QA Unit) dan Quality Control Unit (QC Unit). Struktur organisasi dari IQC
Department dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut ini penjelasan mengenai QA
Unit dan QC Unit.

27 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


28

4.1.1. Quality Assurance Unit (Unit Pemastian Mutu)


Unit ini bertanggung jawab dalam menjamin mutu suatu produk mulai dari
pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi
konsumen, termasuk didalamnya pemilihan pemasok dan distributor. Sistem mutu
di PT Aventis Pharma ditetapkan berdasarkan CPOB, Aventis Global Quality
Standards dan Global IQC Directive. Pengendalian mutu dilakukan terhadap
semua faktor yang dapat mempengaruhi mutu obat yaitu mulai dari bahan awal,
bahan pengemas, proses pembuatan, bangunan, peralatan, dan personalia. Unit ini
dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung jawab kepada Head of
IQC. Aspek-aspek yang ditangani oleh unit ini adalah:

4.1.1.1 Penanganan personel


Unit Pemastian Mutu bertanggung jawab terhadap koordinasi perencanaan
dan penyelenggaraan pelatihan karyawan bidang operasional. Menurut CPOB,
seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan obat dan yang karena
tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat hendaklah
dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai
prinsip CPOB. Sejalan dengan hal itu, standar Health, Safety, and Environment
juga mensyaratkan pelatihan yang memadai bagi seluruh karyawan di bidang HSE
(HSE Department). Secara garis besar pelatihan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelatihan dasar, meliputi teori dan praktek CPOB, pengenalan
mikroorganisme, keselamatan kerja, dan lain-lain.
b. Pelatihan tambahan, misalnya keluar masuk di cold storage room yang ada
di warehouse, pelatihan khusus tentang pengoperasian suatu alat/mesin.
Tanggung jawab lain QA adalah untuk memastikan bahwa program pelatihan
yang disiapkan sesuai dengan aturan-aturan pemerintah maupun Global HSE
Standard serta memonitor pelaksanaannya. Pelatihan dilakukan secara kontinu
untuk menjamin personel terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan
dengan tugasnya dan untuk menjaga agar sistem yang telah ditetapkan berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Setiap awal tahun masing-masing departemen harus merencanakan
program pelatihan untuk satu tahun mendatang untuk departemennya yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


29

mencakup topik pelatihan, waktu pelaksanaan, peserta, serta instrukturnya.


Pelatihan yang dilakukan diutamakan untuk prosedur tetap (protap) baru atau
protap yang diubah atau direvisi karena suatu temuan pada saat inspeksi diri atau
temuan pada suatu failure investigation (penyelidikan terhadap kegagalan),
kecelakaan kerja, dan sebagainya. Khusus untuk karyawan baru selain mengikuti
pelatihan dasar mengenai teori dan praktek dari CPOB atau HSE, mereka juga
harus menerima pelatihan yang sesuai atau berkaitan dengan tugasnya baik umum
maupun khusus. Untuk mengevaluasi efektifitas dari pelatihan, dilakukan dengan
pelatihan pemahaman karyawan terhadap materi pelatihan dengan menggunakan
metode scoring (berdasarkan hasil tertulis) maupun dengan pengamatan langsung
terhadap karyawan dalam melaksanakan SOP tersebut. Contohnya: pada saat
pelatihan pengunaan alat tertentu, karyawan langsung diminta untuk
mendemonstrasikan cara menggunakan alat. Hal ini kemudian dinilai oleh pelatih.

4.1.1.2 Penanganan dan pengaturan sistem dokumentasi


Tugas QA Unit adalah menangani dokumen yang berlaku, baik dalam hal
penyimpanannya, fotokopi dokumen induk, serta penanganan dokumen yang
sudah tidak berlaku. Dokumen adalah segala sesuatu berupa catatan tertulis atau
tercetak, seperti instruksi, raw data, formulir, panduan dan kebijakan yang
berhubungan dengan proses pengembangan, pembuatan, pemeriksaan, distribusi
obat, yang diperlukan untuk pemenuhan persyaratan CPOB, Sanofi Aventis
directives dan peraturan pemerintah yang berhubungan yang digunakan di PT
Aventis Pharma. Dokumennya antara lain adalah General Manufacturing
Instruction, Test method (produk, bahan baku dan bahan pengemas), Test Method
Validation, Stability Study, Global IQC Directive, Global HSE, Drug Surveillance
Action Plan (DSAP), dan dokumen registrasi. Termasuk di dalamnya pula adalah
dokumen pembuatan obat yang merupakan bagian manajemen sistem informasi
yang meliputi spesifikasi, prosedur pembuatan, metode pemeriksaan, serta laporan
lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi
seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat atau seluruh dokumen yang
dipersyaratkan dalam CPOB. Jenis dokumen ada 2 macam, yaitu:

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


30

a. Batch related document, contohnya: PPI (Prosedur pengolahan atau


pengemasan induk); catatan pengolahan/pengemasan bets; Spesifikasi dan
catatan hasil pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan, obat jadi (termasuk kromatogramnya); raw data; test method,
protap, catatan distribusi obat.
b. Non batch related document, contohnya: kualifikasi dan validasi, penelitian
terhadap kegagalan (FIR), catatan pembersihan dan sanitasi, program
stabilitas, pengendalian hama, audit, registrasi, change control, gambar
tekhnik, pemeriksaan dan kalibrasi alat, penanganan keluhan dan obat
kembalian, pemantauan lingkungan, log book, pelatihan pegawai, technical
agreement, dan dokumen lainnya.

4.1.1.3 Menyusun dan mengendalikan prosedur tetap (protap)


Menurut CPOB dan ketentuan dari Global IQC Directives maupun Global
Health Safety and Environment (HSE) untuk setiap kegiatan yang dilakukan
hendaklah disiapkan suatu prosedur tertulis berupa Protap. Prosedur Tetap
(Protap), atau yang juga dikenal sebagai Standard Operating Procedure (SOP),
adalah prosedur tertulis yang telah disahkan oleh pejabat berwenang dan berisi
instruksi untuk pelaksanaan tugas yang tidak khusus berkaitan dengan suatu
produk atau bahan tertentu, tetapi lebih bersifat umum, misalnya pengoperasian,
pemeliharaan dan pembersihan mesin, kalibrasi, validasi, pembersihan gudang
dan pengendalian kondisi lingkungan, pengambilan contoh (sampling), dan
inspeksi diri. Protap dimaksudkan untuk:
a. Memastikan bahwa semua proses setiap kali dilakukan dengan cara yang
sama oleh petugas.
b. Memastikan bahwa proses dilakukan sesuai dengan ketentuan CPOB dan
HSE.
c. Memudahkan pengendalian proses baru atau perubahan dari proses yang
telah berlaku.
d. Membantu melatih karyawan baru.
Protap ada dua macam, yaitu:
1) Protap umum, yang berisi hal-hal umum

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


31

a) Berguna untuk menjelaskan dan mendokumentasikan sistem QA pada IA


Division dalam bidang CPOB dan HSE.
b) Suatu bagian dari buku pedoman dari sistem penjaminan mutu atau protap
panduan mutu.
c) Sangat tidak cocok digunakan sebagai protap di “lapangan” meskipun
berbagai operasi yang dilukiskan adalah bersifat umum.
2) Protap khusus, yang berisi hal-hal khusus
a) Berguna untuk menjelaskan dan mendokumentasikan sistem QA dan HSE
dalam masing-masing lingkungan departemen dan lingkungan kelompok
pada IA Division.
b) Mengatur seluruh kegiatan yang berkaitan dengan CPOB dan HSE yang
bersifat spesifik bagi departemen atau kelompok unit tertentu.
c) Bermanfaat sebagian untuk digunakan sebagai protap di “lapangan” apabila
protap tersebut merinci departemen terkait.
Pada dasarnya tiap protap dibuat oleh departemen atau unit yang
bersangkutan dengan bekerjasama dan berkonsultasi dengan IQC Department atau
QA Unit dan departemen lain yang berhubungan. IQC Department bertanggung
jawab mengkoordinir penyiapan, penerbitan, dan implementasi semua protap yang
ada. Protap dikaji ulang minimal setiap tiga tahun sekali. Protap diperiksa oleh QA
Manager, Department Manager yang bersangkutan dan Department Manager
yang berkaitan, serta disetujui oleh Head of IQC Department. Bila penerbitan
protap dimaksudkan untuk mengganti protap yang telah ada, maka Department
Manager yang bersangkutan harus menarik dokumen lama dan salinannya dengan
Formulir Penarikan Salinan Protap. Salinan protap kemudian dimusnahkan
seluruhnya dengan membuat Berita Acara Pemusnahan Protap, sedangkan protap
asli disimpan dalam dokumen khusus. Protap yang berhubungan dengan produk
selama sepuluh tahun dan protap yang tidak berhubungan dengan produk selama 2
edisi. Selama lima tahun sebelum akhirnya dimusnahkan oleh QA Unit. Formulir
Penarikan Salinan Protap dan Berita Acara Pemusnahan Protap dilampirkan pada
protap asli yang berlaku.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


32

4.1.1.4 Validasi
Menurut CPOB, validasi berarti suatu tindakan pembuktian dengan cara
yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan,
atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
a. Validasi proses
Menurut Aventis Pharma, validasi proses adalah cara pemastian dan
memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses berlangsung dalam parameter
desain yang telah ditentukan mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk
sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keterulangan yang
tinggi. Validasi proses dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung pada status
produk, yaitu dapat dilakukan dengan cara:
1) Prospective
Validasi yang dilakukan terhadap produk baru sebelum dipasarkan atau
bila ada perubahan (pada pabrik atau proses pembuatan) yang akan
mempengaruhi kualitas produk. Untuk validasi ini, minimal dilakukan terhadap 3
bets sebelum produk tersebut dipasarkan (bila memungkinkan). Biarpun produk
baru, tetapi bila dalam 1 tahun jumlah bets kurang dari 3, dapat dilakukan secara
concurent, asalkan disertai dengan dokumen pengkajian resiko.
2) Concurrent
Validasi ini hampir sama dengan validasi prospective kecuali pemasaran
produk tidak menunggu proses validasi hingga selesai, validasi dilanjutkan selama
produksi secara rutin.Validasi ini dilakukan bila terdapat perubahan yang
direncanakan yang sedikit berpengaruh terhadap produk. Validasi concurent ini
diperbolehkan jika jumlah bets yang diproduksi sedikit.
3) Retrospective
Validasi yang didasarkan pada pengumpulan data yang diperoleh dalam
proses produksi dan pemeriksaan pada produk yang sudah dipasarkan/dibuat.
Validasi dari proses ini tetap memerlukan protokol yang memanfaatkan data
historis sehingga bukti terdokumentasi. Jenis validasi ini tidak dianjurkan untuk
digunakan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


33

4) Revalidasi
Validasi yang dilakukan secara internal dalam bentuk evaluasi kembali.
Revalidasi dapat dilakukan jika terjadi perubahan:
a) Bahan baku (sifat fisik misalnya viskositas, ukuran partikel, dan lain-lain).
b) Pabrik pembuat bahan baku.
c) Bahan pengemas primer, misal botol,
d) Proses, misalnya waktu pencampuran, suhu pengeringan.
e) Peralatan, misalnya alat menjadi otomatis.
f) Area produksi dan sistem penunjang, misalnya tata letak berubah.
Validation Steering Team yang telah dibentuk akan menyusun protocol
validasi untuk produk yang akan divalidasi. Protokol validasi merupakan bagian
dari validasi yang berupa panduan kerja dalam melakukan validasi. Tim validasi
bekerja sama dengan departemen yang bersangkutan akan menyusun rincian
kegiatan validasi mencakup kualifikasi peralatan ( Installation/ Operational /
Performance Qualification), validasi metode analisis, dan pelatihan karyawan
yang terlibat dalam kegiatan validasi. Kegiatan validasi akan dilakukan oleh
departemen yang bersangkutan, dimonitor, dan didokumentasikan oleh tim
validasi. Setiap akhir validasi harus dibuat suatu laporan validasi sebagai
pertanggungjawaban. Protokol validasi dibuat berdasarkan data-data dari laporan
optimalisasi/pengembanagan produk (jika ada) atau prosedur pengolahan, dengan
harus memperhatikan aspek penting dari suatu validasi sebagai berikut:
a) Karakteristik produk
b) Spesifikasi produk
c) Desain pabrik dan keterbatasannya
d) Desain proses, kemungkinan dan keterbatasannya
e) Metoda analisis dan spesifikasi
f) Mikrobiologi
g) Pembersihan
h) Quality Assurance

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


34

b. Validasi pembersihan untuk ruangan dan peralatan


Ruangan dan peralatan setelah selesai digunakan untuk membuat atau
mengemas akan segera dibersihkan. Untuk mendapatkan ruangan dan peralatan
yang bersih dan memenuhi syarat yang sudah ditetapkan, maka cara pembersihan,
deterjen, dan desinfektan yang digunakan, serta frekuensi desinfeksi harus sesuai
dengan protap pembersihan dan sanitasi yang sudah ditetapkan. Untuk itu
prosedur pembersihan dan sanitasi yang digunakan tersebut harus divalidasi.
Validasi pembersihan ruangan dan peralatan bertujuan untuk memastikan dan
membuktikan bahwa prosedur untuk pembersihan yang dilakukan sesuai dengan
protap yang telah ditetapkan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen
serta mengurangi jumlah cemaran mikroba sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan validasi ini
adalah:
1) Karakteristik bahan aktif
2) Desain ruangan atau peralatan
3) Jenis/tipe desinfektan yang digunakan
4) Prosedur pembersihan dan sanitasi
5) Metode analisis yang digunakan
Head of IQC bersama QA manager akan menetapkan prioritas ruangan
yang akan divalidasi berdasarkan jenis produk yang dibuat (sukar larut dalam air,
dosis rendah, toksisitasnya lebih besar, sering dibuat). Di samping itu, ruangan
baru dan lama perlu juga diperhatikan dalam prioritas. Untuk ruangan baru, harus
dilakukan pembersihan sebelum digunakan dan proses harus diverifikasi. Siapkan
prosedur pembersihan dan lakukan validasi. Sedangkan untuk ruangan lama,
perhatikan apakah prosedur pembersihan dibedakan antara pembersihan setelah
ganti bets atau ganti produk, mulai produksi / setelah pemeliharaan / pembersihan.
Hal ini semua perlu diperhatikan dalam proses validasi.

4.1.1.5 Mengadakan audit terhadap pemasok (Vendor Audit)


Pemasok yang dimaksud meliputi pabrik pembuat, pemasok bahan yang
mempunyai gudang, atau pemasok yang tidak mempunyai gudang (sale agent /
broker). Penilaian terhadap pemasok dilakukan oleh tim yang terdiri dari wakil –

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


35

wakil Quality Assurance dan Purchasing, serta kepala tim adalah Quality
Assurance Manager. Pada kasus tertentu anggota tim dapat diperluas dengan
mengikutsertakan QC unit, Techinal Services Department dan Medical and
Regulatory Affairs dan departemen lain yang terkait. Hal – hal yang perlu dinilai
dari pemasok adalah proses pengadaan bahan baku, proses pembuatan, perujukan
dan pemeriksaan bahan baku dan produk jadi, penanganan sisa, dokumentasi,
serta prosedur dan persyaratan.
Sertifikasi pemasok dimulai dari urutan status “not approved”,
“approved”, dan “certified”. Sertifikasi status “not approved” atau belum disetujui
merupakan sertifikasi untuk pemasok yang baru yang akan dijadikan pemasok
tetap. Sertifikasi status “approved” atau disetujui diberikan kepada pemasok yang
telah memenuhi persyaratan menurut standar kualitas PT Aventis Pharma dan
menjadi pemasok tetap. Sedangkan sertifikasi status “certified” atau tersertifikasi
diberikan kepada pemasok tetap yang konsisten dalam hal kualitasnya. Pemasok
dengan status belum disetujui, masih dalam tahap penilaian mengenai kualitas
produk yang akan dipasok. Pada saat proses pre-approval, maka supplier harus
menyerahkan minimum tiga bets material untuk diperiksa oleh Sanofi Aventis.
Setelah pre-approval, status pemasok dapat meningkat menjadi approved supplier
yang telah disetujui secara formal sebagai pemasok yang dapat memasok material
atau servis tertentu. Untuk selanjutnya bahan awal hanya boleh didapatkan dari
pemasok berstatus disetujui ini. Selanjutnya pemasok yang telah disetujui ini
dimasukkan dalam Daftar Pemasok Disetujui atau List Approved Supplier.
Apabila suatu pemasok yang disetujui menunjukkan kualitas serta kinerja
yang konsisten, maka pemasok tersebut dapat ditingkatkan statusnya menjadi
“pemasok tersertifikasi” atau “certified supplier”. Pemasok Tersertifikasi
diputuskan melalui program evaluasi terhadap hasil analisa dan penerapan aspek
kualitas, regulasi dan penilaian kinerja. Evaluasi tersebut dilakukan terhadap
setiap pengiriman pemasok yang menggambarkan konsistensi pemasok untuk
menghasilkan material yanng memenuhi syarat yang ditentukan. Penilaian ini
dilakukan oleh divisi QA, QC, pembelian dan produksi. Pemasok yang dapat
menjadi pemasok tersertifikasi adalah pemasok yang telah disetujui minimal
selama dua tahun dan telah mengirimkan minimal sepuluh bets. Evaluasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


36

konsistensi supplier dalam mengirimkan material yang memenuhi syarat.


Evaluasi ini harus didasarkan pula pada kriteria kritis seperti out of specification
atau penyimpangan kritis lainnya yang dilaporkan selama sepuluh bets pengiriman
terakhir. Pada proses peningkatan status menjadi Pemasok Tersertifikasi, harus
dilakukan juga perbandingan antara metoda analisa pemasok dan Sanofi Aventis.
Hasilnya harus menunjukkan bahwa supplier memiliki persamaan metoda analisa
dengan Sanofi Aventis. Jika terdapat perbedaan, maka harus dilakukan validasi
untuk membandingkan bahwa metoda tersebut dapat diterima oleh Sanofi
Aventis. Hasil uji pemasok tersebut juga harus mendekati dengan hasil uji yang
dilakukan oleh Sanofi Aventis.

4.1.1.6 Inspeksi diri (self inspection)


Inspeksi diri adalah cara meninjau kembali seluruh tata kerja diri sendiri
dari setiap segi yang mungkin berpengaruh terhadap produk. Tujuan dari inspeksi
diri ini adalah untuk menilai apakah seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu
selalu memenuhi CPOB. Dalam melaksanakan inspeksi diri tidak cukup hanya
mengenali cacat dan kelemahan, melainkan harus pula dapat menetapkan cara
yang efektif untuk mencegah dan memperbaikinya. PT Aventis Pharma Indonesia
mempunyai internal audit sistem (self inspection) untuk meyakinkan kesesuaian
yang berhubungan dengan CPOB, GMP, regulatory requirement, dan Company
Global Quality Standard. Inspeksi diri yang dilakukan meliputi:
a. Inspeksi di bidang GMP
1. Inspeksi diri tri wulanan (quarterly GMP self inspection)
Inspeksi ini dilakukan setiap 3 bulan sekali pada minggu kedua/ketiga
bulan Januari, April, Juli, dan November. Tim ini terdiri dari Quality
Assurance Manager (ketua tim), supervisor processing, supervisor
packaging, supervisor Quality Control, supervisor TS & HSE, dan Quality
Assurance inspector. Pada inspeksi ini dilakukan pemeriksaan terhadap
lingkungan warehouse, production area (termasuk gowning) kelas 3 dan
kelas 2, Technical System Departemen, dan Industrial Quality Compliance
(Quality Assurance dan Quality Control).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


37

2. Inspeksi diri Semester (IDS)


Ruang Lingkup IDS yaitu aspek keselamatan kerja Aventis dengan
mengacu pada GMP dan HSE Guideline. IDS dilakukan paling sedikit
selama 3 hari. IDS dilakukan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Juni dan
Desember. Dalam pelaksanaan IDS terdapat anggota tetap dan anggota
pendamping. Anggota tetap meliputi Head of IQC (sebagai ketua), QA
Manager, HSE & TSD Manager, Production Manager, Plant Logistic
Manager. Anggota pendamping meliputi QC supervisor, TSD supervisor,
processing supervisor, packaging supervisor, dan warehouse supervisor.
Pemeriksaan di lapangan dilakukan dengan urutan yaitu lingkungan pabrik,
warehouse, processing, gowning area, packaging kelas 2 dan 3, technical
services (purified water plant, AHU-areas, workshop, utilities dan
sebagainya), purchasing, dan Information System. Jika selama IDS ada
temuan penyimpangan maka dicatat dan selanjutnya berdasarkan temuan
tersebut, QA akan menyusun GMP CAPA (Correction Action and
Preventive Action) yang mencakup Observation, Corrective/Preventive
Action, Dead-line dan Responsible Person. Setelah laporan IDS disetujui
oleh IQC Manager, maka didistribusikan kepada Department Head dan
Unit yang bersangkutan untuk ditindak lanjuti.
3. Audit CPOB (GMP audit)
Audit CPOB (GMP Audit) dilakukan 1 kali dalam setahun pada minggu
terakhir bulan November atau Desember. GMP audit mencakup seluruh
aspek CPOB di seluruh unit dan pemeriksaan tersebut dilakukan
berdasarkan GMP ASET (Annual Site Evaluation Tool). Pada GMP audit
tidak harus mengevaluasi ke masing-masing area tetapi dapat dilakukan
hanya pada pertemuan reguler.
4. Audit Global Quality dan atau Global HSE
Global quality / HSE audit mencakup seluruh aspek CPOB / HSE yang
ada di seluruh site Jakarta. Tim inspeksi biasanya diketuai oleh Head of IQC
untuk Global Quality Audit atau Supervisor HSE untuk Global HSE Audit,
yang beranggotakan Kepala Divisi Industrial Affairs, Manager Produksi,
Manager Plant Logistic, Manager TS/ HSE, dan Manager Quality

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


38

Assurance. Laporan audit akan diterima maksimal dalam waktu 15 hari


kerja.
5. Audit dari badan otoritas (Badan POM, Badan Sertifikasi ISO, dan lain-lain)
Jadwal audit tergantung pada jadwal badan otoritas. Audit mencakup
seluruh aspek CPOB atau aspek yang terkait serta hasil temuan sebelumnya
dari badan otoritas yang bersangkutan. Anggota tim inspeksi badan otoritas
didampingi oleh kepala departemen atau unit yang terkait.

b. Inspeksi di bidang HSE


Inspeksi yang diadakan 3 bulan sekali ini dilakukan untuk mengetahui
apakah karyawan sudah bekerja memenuhi standar HSE perusahaan, dilakukan
untuk melihat langsung ke lapangan penyesuaian antara training HSE yang pernah
dilakukan dan pelaksanaannya sehari-hari sebagai suatu cara untuk menilai
keberhasilan suatu training. Keluaran yang diharapkan adalah sebuah perbaikan
yang terus menerus, sehingga yang tidak benar menjadi benar, dan yang sudah
benar tetap dijaga agar pelaksanaannya selalu benar. Temuan di lapangan yang
berkaitan dengan HSE dibagi menjadi 2 yaitu unsafe act dan unsafe condition.
Tim inspeksi diri ini dilakukan oleh bagian HSE bersama pihak yang
berkompeten dan berwenang di departemen tersebut, wakil dari TSD. Hasil
inspeksi diri ini dicatat dan dilaporkan kemudian didistribusikan ke departemen-
departemen terkait. Selain inspeksi triwulanan, HSE juga mengadakan dan
mengupayakan self inspection yang diadakan sewaktu-waktu, atau temuan yang
ditemukan ketika sedang berkunjung ke lapangan (langsung diberitahukan kepada
Manager).

4.1.1.7 Penolakan dan pelulusan terhadap obat jadi


Obat jadi adalah bentuk sediaan obat yang telah selesai dikemas yang telah
siap dipasarkan setelah lulus dari pemeriksaan. Pengambilan keputusan untuk
meluluskan/menolak obat jadi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan
evaluasi yang meliputi hasil pemeriksaan selama proses pengolahan dan
pengemasan, pemantauan lingkungan (jika ada), pemeriksaan produk ruahan,
pemeriksaan kelengkapan bahan pengemas produk jadi, atau pemeriksaan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


39

dokumen catatan pengolahan dan pengemasan bets, serta dokumen-dokumen lain


jika ada, seperti Failure Investigation Report atau Out of Specification (OOS).
Pelulusan atau penolakan obat jadi dilakukan oleh QA Manager dan
disetujui oleh Head of IQC. Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum
memutuskan status produk adalah sebagai berikut:
a. Penyerahan Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) produk jadi lokal maupun
impor yang telah disahkan oleh QC Supervisor kepada QA Manager.
b. Pemeriksaan kelengkapan dokumen yang terkait dengan pelulusan, yang
terdiri dari : Catatan Pengemasan dan atau pengolahan, Catatan Hasil
Pemeriksaan (CHP) selama proses IPC pengolahan dan atau pengemasan,
Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) produk ruahan QC, dan dokumen
pendukung lain (jika ada), seperti data mikrobiologi, hasil pemantauan
lingkungan, dokumen Out of Specification (OOS), Failure Investigation
Report (FIR), dan hasil pemeriksaan validasi proses.
c. QA Manager akan mengkaji kelengkapan dokumen dari obat jadi tersebut.
d. Hasil pemeriksaan terhadap produk jadi tersebut dicatat pada formulir “Daftar
Pemeriksaan Pelulusan Produk Jadi”. QA Manager akan memutuskan apakah
produk jadi tersebut diluluskan atau ditolak, lalu menandatangani catatan
pemeriksaan beserta tanggal pelulusan/penolakkan produk tersebut.
Pelulusan/penolakan obat jadi juga dilakukan pada sistem SAP (System
Application Product).
Untuk produk jadi dari Toll Manufacturer, proses pelulusan/
penolakannyadilakukan dengan memeriksa Catatan Pengolahan Bets, Catatan
Pengolahan Bets, dan Catatan Hasil Pemeriksaan Produk yang bersangkutan.
Untuk produk jadi yang di-Toll-kan di PT. Aventis Pharma, proses pelulusan/
penolakannya dilakukan dengan memeriksa Catatan Pengolahan Bets, Catatan
Pengemasan Bets, Catatan Hasil Pemeriksaan Produk yang bersangkutan dan
GMP Conformance.

4.1.1.8 Penanganan hasil uji di luar spesifikasi (Out of Specification / OOS)


Mutu suatu produk ditentukan oleh yang membuat produk tersebut dalam
arti tahapan proses pembuatan suatu produk akan sangat mempengaruhi hasil

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


40

akhir dari mutu produk. Untuk menguji apakah produk yang dibuat memenuhi
persyaratan, perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium baik secara kimia,
fisika, maupun mikrobiologi. Ada kalanya hasil pemeriksaan suatu produk tidak
memenuhi persyaratan atau hasil pemeriksaan mendekati batas spesifikasi yang
telah ditetapkan. Salah satu kemungkinan ketidaksesuaian tersebut diakibatkan
oleh cara pemeriksaannya. Oleh karena itu, sebelum diambil keputusan akhir
mengenai status produk yang bersangkutan perlu dilakukan penyelidikan yang
seksama dimana ketidaksesuaian tersebut terjadi. Penyelidikan hasil di luar
spesifikasi (Out of Specification/OOS) atau dapat juga dianggap sebagai atypical
test result (Out of Trend / OOT) yang berlaku untuk hasil pemeriksaan kalibrasi
alat dan pemeriksaan kalibrasi alat dan pemeriksaan stabilitas produk. Sumber
ketidaksesuaian hasil harus diteliti secara sistematis. Apabila terjadi
penyimpangan hasil di luar spesifikasi pada saat analisis maka hal yang harus
dilakukan adalah segera menyiapkan laporan tertulis mengenai insiden/kegagalan
yang terjadi baik kegagalan pemeriksaan secara kimia, fisika, atau mikrobiologi.
Cara kerja pada saat mempersiapkan contoh untuk pemeriksaan, alat yang
digunakan harus diperiksa kembali. Bila hasilnya masih menyimpang baik itu
OOS dari pemeriksaan kimia, fisika, atau mikrobiologi maka dibuat laporan
Failure Investigation Report (FIR). Tindak lanjut yang dapat diambil sesuai
dengan hasil pemeriksaan yang didapat, antara lain:
a. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang
sudah released.
b. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa
yang berbeda.
c. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang
pertama (bila perlu).
d. Membandingkan hasil pemeriksaan ulang diatas dengan persyaratan test
method dan farmakope (EP, USP, dan FI).
e. Contoh untuk pemeriksaan ulang tersebut diambil sebanyak 2 kali dari
pemeriksaan normal.
Apabila dianggap perlu, dilakukan pemeriksaan terhadap prosedur
pengolahan bets produk yang bersangkutan. Apabila diduga penyimpangan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


41

tersebut berasal dari test method atau sebab-sebab lain yang tidak diketahui dapat
dikonsultasikan dengan mother plant. Perincian urutan pengambilan keputusan
terhadap pemeriksaan di luar spesifikasi dapat dilihat pada . Penyelidikan terhadap
OOS harus diselesaikan maksimal 30 hari.

4.1.1.9 Penanganan Penyimpangan


Penyimpangan adalah suatu kejadian atau pelanggaran yang tidak
direncanakan terhadap suatu prosedur atau spesifikasi yang telah ditetapkan. Head
of IQC dan QA Manager harus menilai dan memeriksa prosedur yang harus
dilakukan menurut bidang dan tanggung jawabnya untuk memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan. Mereka yang bertanggung jawab agar proses penyelesaian
berlangsung cepat dan kembali kepada pengirim untuk ditindak lanjuti. Menurut
tingkat kekritisannya, penyimpangan dikategorikan menjadi:
a. Critical Deviation
Adalah kekurangan material, produk obat, alat kesehatan, sistem atau jasa
yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari
obat/alat kesehatan atau yang dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa.
Pengertian lainnya adalah kekurangan apapun yang dapat menyebabkan produk
obat/alat kesehatan menjadi non compliant atau menyebabkan terjadinya situasi
yang dapat dikategorikan sebagai critical oleh badan regulasi. Contoh: kesalahan /
penyimpangan dalam melaksanakan suatu tahap proses pembuatan, kesalahan
dalam pemakaianbahan/material, kesalahan dalam penimbangan atau tercampur
dengan bahan lain, hasil uji stabilitas diluar spesifikasi.
b. Major Deviation
Penyimpangan yang tidak termasuk kritikal, yang secara potensial dapa
mempengaruhi kualitas, keamanan, efikasi atau pemenuhan persyaratan CPO dari
suatu produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh major deviation adalah
kesalahan dalam melaksanakan suatu protap misalnya protap sanitasi da
penyimpangan-penyimpangan yang tidak ditanggulangi secara sepihak tanp
mengikutsertakan atau memperoleh informasi tambahan dari depertemen lai
seperti kesalahan pencetakan nomor bets, tanggal daluarsa, tapi produk belu
diluluskan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


42

c. Minor Deviation
Deviasi yang tidak termasuk kritikal atau major, yang secara potensial
berdampak pada sistem GMP, utilities, peralatan, bahan, komponen, lingkungan
atau dokumentasi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari
produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh minor deviation adalah batas
penyimpanan maksimum produk terlampaui dan perekatan label tidak sempurna.
Sedangkan menurut golongan, kegagalan atau penyimpangan dibagi menjadi dua
yaitu:
a. General Failure
Semua penyimpangan yang terjadi di Site dan hal tersebut tidak
berhubungan secara langsung dengan suatu produk tertentu, misalnya
penyimpangan pada persiapan produk, penyimpangan sistem pengolahan air dan
sebagainya.
b. Batch deviation
Semua penyimpangan yang terjadi pada proses pembuatan atau
pengemasan suatu produk, misalnya kegagalan salah satu tahapan proses,
pengemasan dan sebagainya.
Apabila terjadi kegagalan, tindakan yang pertama kali diambil adalah
penghentian proses dan produk tersebut dikarantina. Kegagalan tersebut kemudian
dilaporkan ke Manager bagian bersangkutan diteruskan ke Head of IQC yang
akan memeriksa dan mengevaluasi serta mengambil keputusan tindakan yang
harus dilakukan. Terhadap semua penyimpangan, baik besar maupun kecil, akan
diambil langkah selanjutnya oleh IQC Department. Bila dianggap perlu, IQC
Department akan mengundang departemen yang bersangkutan dan departemen
lain yang terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul. Hasil penilaian
terhadap langkah yang telah atau yang akan dilakukan oleh departemen produksi,
departemen IQC, atau departemen lainnya yang terkait akan dikirimkan kembali
ke departemen yang bersangkutan. Apabila proses dapat dilanjutkan, maka
departemen produksi harus segera mencatat tindakan yang diambil pada catatan
pengolahan bets / catatan pengemasan bets dari produk yang bersangkutan.
Apabila produk tersebut dapat diolah ulang, departemen produksi harus segera

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


43

membuat prosedur pengolahan ulang atau apabila produk tersebut harus


dihancurkan maka harus disiapkan proses penghancuran terhadap produk tersebut.

4.1.1.10 Pengkajian/penilaian tahunan terhadap produk (Annual Product


Review/APR)
Setiap tahun Departemen Produksi memproduksi berbagai macam
sediaanfarmasi baik berupa sediaan padat maupun sediaan semipadat. Data
mengenai produk yang dihasilkan selama satu tahun, termasuk peralatan yang
digunakan, proses produksi, cara dan hasil pemeriksaan dikumpulkan untuk
dievaluasi sehingga dapat disimpulkan atau dihasilkan suatu saran yang berguna
untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu produk.
Isi dari APR adalah:
a. Gambaran dari suatu produk yang dibuat ditest
b. Parameter kritis dalam In Process Control (IPC)
c. Evaluasi dari semua batch yang tidak memenuhi syarat
besertainvestigasinya.
d. Keluhan (Product Technical Complaint)
e. Penarikan produk
f. Produk kembalian
g. Tren analisis dari data pelulusan beserta analisa data secara statistik
h. Tren analisis dari data stabilitas
i. Perubahan yang terjadi dari proses produksi, pengemasan, pemeriksaan dan
lainnya (seperti supplier, peralatan, dan lain-lain)
j. Status validasi yang dilakukan (validasi proses dan pengemasan)
k. Rekomendasi dari hasi audit BPOM dan regulatory issue
l. Formula
m. Pengumpulan parameter kritis pada proses produksi
n. Pengumpulan parameter kritis dari produk yang diperiksa di laboratorium
o. Seluruh data yang akan dirangkum menjadi satu dalam raw data APR,
dibuat grafik tren analisa dan diolah secara statistik
p. Evaluasi dari APR berupa kesimpulan
q. Tindakan selajutnya yang direncanakan sebagai akibat dari evaluasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


44

Penyiapan APR diselenggarakan pada semua produk. QA akan menggagas


persiapan APR setiap 4 bulan sekali (akhir bulan April, Agustus, dan Desember)
dengan membuat memo kepada departemen yang berkaitan. Tim kerja dari
Production Department yaitu Procesing Supervisor dan Packaging Supervisor
serta QC dan QA Manager bersama dengan Head of IQC bertanggung jawab
untuk menyiapkan APR dalam bentuk tes kimia fisika dan bioanalisis. Tindakan-
tindakan selanjutnya yang direncanakan sebagai hasil evaluasi dapat berupa
peningkatan proses produksi, perbaikan formulasi, perbaikan metode
pemeriksaan, review spesifikasi semi finished/finished product, revalidasi, atau
penarikan obat jadi. Laporan annual product review kemudian diperiksa dan
ditandatangani oleh Quality Assurance Manager, Production Manager, dan
disetujui oleh Head of IQC dan diketahui oleh IA Head. Proses review dari APR
harus selesai dalam waktu 60 hari dari waktu akhir tahun penilaian, sedangkan
semua proses harus selesai dalam waktu 90 hari dari waktu akhir tahun penilaian.

4.1.1.11 Penanganan Obat Kembalian


Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan
dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan
ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan :
a. Masalah keabsahan maupun salah kirim
b. Penarikan produk dan atau pack size dari pasaran
c. Kerusakan obat atau pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT Aventis
Pharma selama pengiriman/ penyimpanan
d. Kelainan dari segi kualitas (baik kualitas obat maupun kualitas bahan
pengemas).
Sedangkan obat yang sudah kadaluarsa di distributor dan dikembalikan ke
PT Aventis Pharma tidak termasuk ke dalam penggolongan obat kembalian
karena pada prinsipnya PT Aventis Pharma tidak menerima pengembalian obat
yang sudah kadaluarsa. Obat kembalian dapat berasal dari :
a. Gudang yang diawasi oleh PT Aventis Pharma
b. Gudang distributor yang diawasi oleh PT Aventis Pharma
c. Gudang distributor yang tidak diawasi oleh PT Aventis Pharma termasuk

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


45

lembaga lain : rumah sakit, apotek dll.


Penerimaan obat kembalian dapat diberikan langsung ke IQC departemen jika
dalam jumlah kecil (sampai satu master box). Jika dalam jumlah besar maka
produk untuk sementara dapat dititipkan di gudang Aventis Pharma.

4.1.1.12 Penanganan Keluhan


Keamanan obat yang dikonsumsi masyarakat merupakan tanggung jawab
setiap perusahaan farmasi. Keamanan obat erat kaitannya dengan masalah efek
samping obat dan masalah kualitas obat. Oleh karena itu, keluhan yang
menyangkut efek samping obat maupun keluhan kualitas obat harus diselidiki dan
dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai guna mencari penyelesaian yang
sebaik mungkin. Keluhan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Keluhan yang menyangkut Efek Samping Obat (ESO)
b. Keluhan yang menyangkut Keuhan Teknis Kualitas Obat (KTKO).
Untuk keluhan yang berhubungan dengan medis maka pelaporan ditujukan
ke Medical and Regulatory Division sedangkan yang menyangkut pharmaceutical
atau KTKO akan ditujukan ke IQC Department. Keluhan digolongkan menjadi:
a. Kelas I
Kerusakan pada produk yang dapat mengancam jiwa atau mengakibatkan
resiko besar terhadap kesehatan. Misalnya kesalahan penempelan label dan
tercampurnya satu produk dalam satu pengemas.
b. Kelas II
Kerusakan pada produk yang dapat menyebabkan sakit pada pasien dan
menyebabkan kegagalan proses penyembuhannya. Misalnya kesalahan informasi
pada leaflet, kontaminasi kimia maupun fisik.
c. Kelas III
Kerusakan pada produk yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
yang tidak major, hanya menimbulkan gangguan kesehatan minor pada pasien
dalam hal penggunaan produk. Misalnya tidak rapatnya bahan pengemas,
kesalahan penulisan expired date.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


46

d. Kelas IV
Kerusakan pada produk yang tidak mengancam jiwa manusia namun
hanya menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien ketika menggunakan produk
tersebut sehingga menyebabkan rusaknya nama baik perusahaan. Misalnya tablet
pecah atau retak, hilangnya blister dalam folding box.
Hasil penyelidikan mengenai asal keluhan, jenis keluhan, dan tindak
lanjut dilaporkan ke Head of IQC atau Medical and Regulatory Division. Tindak
lanjut yang dilakukan dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk
(recall). Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan produsen (misalnya
karena stabilitas obat tidak baik atau mau mengganti bahan pengemas) atau
keinginan Badan POM. Produk kembalian yang ditarik akan disimpan di gudang.
Penanganan selanjutnya dapat dihancurkan, dijadikan stok kembali (misalnya jika
produk masih baik dan sudah diperiksa di QC), atau diolah kembali.

4.1.13 Penarikan Kembali Obat Jadi


Penarikan kembali obat jadi biasanya disebabkan oleh :
a. Adanya permasalahan kualitas, keamanan dan efikasi dari produk sanofi,
misalnya terjadi deviasi, keluhan teknis kualitas obat, keluhan terkait reaksi
obat yang tidak diinginkan, dll.
b. Penyesuaian dengan kebijakan administratif dari pihak berwenang
(pemerintah, Badan POM, dll).
Penarikan kembali obat jadi harus dilakukan segera setelah evaluasi
laporan dan bila perlu hasil pemeriksaan contoh per tinggal di Laboratorium
Pengawasan Mutu selesai dilakukan. Selain cepat, penarikan obat jadi harus tuntas
dalam arti semua obat yang telah terlanjur beredar di tingkat distributor, sub
distributor maupun pengecer (Toko Obat, Apotek) dan dari pemakai langsung
(Rumah Sakit, Dokter dsb) diusahakan untuk dapat ditarik kembali. Prosedur
penarikan kembali obat jadi juga berlaku untuk vaksin, alat kesehatan, sampel
medis, dan produk investigasional. Untuk produk toll-in, prosedur penarikan
kembali obat jadi dilakukan berdasarkan quality agreement.
Penarikan kembali obat jadi (recall) diawali dengan peringatan
pendahuluan yang berasal dari pihak internal atau eksternal (dapat berupa

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


47

keluhan, deviasi, OOS, temuan audit dll). Apabila peringatan yang diterima
memiliki potensi untuk dilakukannya penarikan kembali obat jadi, maka IQC
departemen akan membentuk Alert Team bersama departemen lain yang terkait
sesuai dengan jenis peringatan yang diterima, yaitu Quality Alert Team, Product
Alert Team, dan atau Safety Alert Team. Distributor utama dan distributor regional
diperintahkan untuk memberikan informasi dalam waktu kurang dari 3 (tiga) jam
kepada PL & MSC departemen PT. Aventis Pharma mengenai jumlah obat yang
diterima dari PT. Aventis Pharma, persediaan yang belum terjual/ tersisa,
jumlahyang terjual, dan tujuan produk yang telah terjual.

4.1.1.14 Pengendalian terhadap perubahan (change control)


Perubahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang terjadi pada proses
pembuatan atau pemeriksaan produk yang telah diproduksi, dapat meliputi tata
cara pembuatan obat termasuk bahan bakunya, control test, protap, perubahan
terhadap sistem pendukung seperti mesin, ruang, tata udara, dan sebagainya, serta
mencakup juga bila terjadi perubahan supplier baik untuk bahan baku maupun
bahan pengemas. Sasaran dari pengendalian terhadap perubahan ini adalah untuk
menjamin bahwa perubahan yang dilakukan terhadap proses produksi, jenis bahan
baku yang digunakan, termasuk sistem pendukung (alat, ruangan, mesin-mesin,
prosedur pemeriksaan, cara penyimpanan), maupun perubahan protap yang
mendukung proses secara keseluruhan tidak akan menimbulkan dampak negative
terhadap mutu produk yang dihasilkan maupun terhadap kondisi HSE.
Pengendalian terhadap perubahan menguraikan persiapan dan pelaksanaan
dari suatu perubahan yang berkaitan dengan segala aspek pengolahan,
pengemasan, pemeriksaan, penyimpanan atau distribusi yang mempengaruhi mutu
produk, GMP/CPOB termasuk kualifikasi/ validasi, HSE dan regulatori.
Perubahan yang dimaksud juga meliputi bahan/ raw material (perubahan supplier,
proses, spesifikasi dan lain – lain), proses, formula, spesifikasi dan test method
dari komponen, bulk dan finished goods, primary packaging, penyimpanan dan
pelabelan, alat kesehatan, peralatan, instrument, produk baru, utilitas dan fasilitas
yang digunakan untuk mendukung dokumen GMP/ CPOB.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


48

Perubahan didokumentasikan dengan sistem manajemen perubahan


(GIMC) yang merupakan suatu sistem komputerisasi yang akan digunakan untuk
mengatur pembuatan perubahan. Sistem ini mengatur alur perubahan mulai dari
pengajuan, evaluasi, hingga persetujuan perubahan. Rancangan perubahan dibuat
oleh departemen yang bersangkutan yang akan mengadakan perubahan dan
diinformasikan kepada IQC Department. IQC Department bersama-sama dengan
departemen terkait akan merencanakan dan memutuskan tindakan apa yang harus
dilakukan dalam menanggapi perubahan tersebut.

4.1.1.15 Penanganan obat di distributor


Mutu produk obat jadi sangat dipengaruhi antara lain oleh cara
penanganan mulai dari penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan produk kepada
konsumen. Penanganan obat di distributor meliputi masalah:
a. Penerimaan obat jadi (disertai delivery note resmi)
b. Penyimpanan obat jadi (harus sesuai kondisi yang dipersyaratkan)
c. Pengiriman obat jadi (harus sesuai kondisi yang dipersyaratkan)
d. Penanganan keluhan
e. Penanganan bahan obat yang pecah atau tumpah
f. Obat kembalian dan penarikan kembali obat jadi
g. Penanganan Taxotere (penerimaan, pengiriman, dan penyimpanan)
h. Pelatihan
Audit pada distributor yang dilakukan secara berkala setiap 2 tahun sekali, kecuali
jika dianggap segera perlu untuk dilakukan. Audit tersebut meliputi tata cara
penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman.

4.1.16 Penanganan transfer proses pengolahan dan atau pengemasan


Transfer proses produksi adalah suatu jenis proses alih teknologi dan
pembuatan dan atau pengemasan produk dari suatu pabrik ke pabrik lainnya.
Transfer proses pengolahan dan pengemasan tersebut meliputi:

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


49

a. Golongan 1
Produk-produk Aventis Pharma yang sudah atau akan diproduksi dan telah
dipasarkan, ditetapkan suatu produk Aventis Pharma sebagai produk
induknya (mother plant).
b. Golongan 2
Produk-produk Aventis Pharma yang ada saat ini diproduksi di beberapa
negara/region, tetapi tidak mempunyai pabrik induk. Seperti Avil, Sofradex
yang dilakukan antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma lain, dari Aventis
Pharma ke toll manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor
lain.
c. Golongan 3
Produk yang hanya diproduksi atau dipasarkan oleh 1 pabrik Aventis
Pharma di suatu negara/region. Transfer produk golongan 3 dikoordinasikan
oleh regional manufacturing/ regional Quality Operations dan dilakukan
antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma, dari Aventis Pharma ke toll
manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor lain.

4.1.2 Quality Control Unit


Quality Control Unit dikepalai oleh seorang Quality Control Supervisor.
Unit ini bertanggung jawab kepada Head of IQC. QC Supervisor bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan pengambilan
contoh; pemeriksaan contoh bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan
produk jadi; memberikan pelatihan yang berhubungan dengan QC; menyusun,
merevisi, serta memuktahirkan protap di QC; memeriksa dan memastikan
kebersihan ruangan dan peralatan yang digunakan; serta melakukan uji stabilitas.
Untuk melaksanakan pemeriksaan, QC membuat prosedur analisis yang disebut
test method. Test method untuk bahan baku berasal dari Farmakope Indonesia,
Farmakope Eropa, USP, Farmakope Perancis, dan prosedur dari mother site. Test
method ditangani sama dengan prosedur tetap (protap) dan dibuat dalam Bahasa
Indonesia agar mudah dalam pengendalian, pengawasan, serta memudahkan
penelusuran apabila terjadi kesalahan. Prosedur pemeriksaan yang digunakan
harus sudah divalidasi. Untuk prosedur dari farmakope tidak perlu divalidasi,

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


50

hanya perlu diverifikasi yaitu kesiapan penggunaan prosedur analisis tersebut


sesuai dengan yang dipersyaratkan. Untuk prosedur yang berasal dari mother site
walaupun sudah divalidasi tetapi perlu dilakukan validasi kembali.
Dalam pelaksanaan tugasnya, QC Unit dibagi dalam 4 bagian, yaitu,
Chemical and Physical Control (bahan baku, produk ruahan, produk jadi),
Packaging Material and Other Material Control and Calibration,
Microbiological Control dan Stability Study.

4.1.2.1 Chemical and physical control (Pengawasan secara kimia dan fisika)
Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan baku, produk
ruahan, produk jadi secara kimia dan fisika sesuai dengan spesifikasinya.
a. Bahan baku (raw material)
Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak, yang
berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun
tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. Setiap bahan
baku yang datang harus selalu disertai dengan sertifikat analisisnya. Sertifikat
analisis tersebut penting karena dipakai sebagai acuan pada pemeriksaan bahan
tersebut. Bahan baku yang baru datang akan diperiksa sesuai dengan spesifikasi.
Setelah itu dibuat slip penerimaan barang (Good Receipt Slip / GRS) oleh bagian
gudang. Bahan baku tersebut akan masuk ke gudang dengan status quarantine.
Gudang akan mengirimkan GRS ke bagian QC. Berdasarkan GRS yang diterima,
QC melakukan pengambilan contoh (sampling) terhadap bahan tersebut.
Pengambilan contoh untuk semua bahan aktif dan bahan penolong harus
disertai dengan lembar permintaan material (Material Request Form).
Pengambilan contoh bahan baku secara benar merupakan faktor/ langkah penting
karena hanya dari contoh yang terjamin kebenarannya, informasi/ data
pemeriksaan bahan baku dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan contoh
dilakukan di bawah Laminar Air Flow (LAF) di ruang sampling yang berada di
gudang pada suhu tidak lebih dari 25°C, perbedaan tekanan diatas 7,5 Pa dan
kelembaban 30 - 60%. Wadah untuk contoh harus dilengkapi dengan data-data
mengenai contoh yang diambil yang meliputi kode barang, nomor bets, tanggal
kadaluarsa, dan tanggal pengambilan contoh. Wadah bahan baku yang telah

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


51

diambil contohnya harus disegel kembali secara khusus dan diberi label kuning
SAMPLE TAKEN. Setelah proses sampling selesai, semua alat-alat yang telah
digunakan untuk sampling dibungkus dengan plastik dan tempelkan label
kotor/merah pada alat yang sudah digunakan untuk memberitahu agar
dibersihkan.
Hasil pemeriksaan fisika, kimia, maupun mikrobiologi bahan-bahan ditulis
dalam suatu Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) dan kemudian dibuatkan formulir
rangkap tiga TT755 yang menyatakan bahwa bahan baku yang diterima telah
diluluskan (released) atau ditolak (rejected). CHP, formulir TT755, dan label
RELEASED atau REJECTED diserahkan ke QC untuk diperiksa dan disahkan.
Setelah diperiksa dan disahkan oleh QC Supervisor, formulir tersebut
didistribusikan ke QC, Warehouse, Factory, Plant Logistic Department.
Sedangkan label RELEASED atau REJECTED diserahkan ke analis untuk
ditempelkan pada wadah bahan baku yang telah diperiksa/diambil contohnya.
Label RELEASED (warna hijau) ditempelkan menutupi label QUARANTINE pada
wadah bahan baku yang diluluskan dan jika bahan baku tidak memenuhi
persyaratan maka ditempel label REJECTED (warna merah) beserta label yang
menyatakan penanganan selanjutnya. Bahan baku yang ditolak (rejected) akan
ditempatkan pada area rejected yang ada di gudang. Label RELEASED, SAMPLE
TAKEN, QUARANTINE, dan REJECTED dapat dilihat pada Lampiran 5.
Sebagian contoh bahan baku yang sudah dinyatakan lulus disimpan
sebagai contoh pertinggal (retained sample) sebanyak yang diperlukan untuk
pemeriksaan satu kali dan tiga kali pengulangan. Bahan baku yang tidak
mencantumkan masa daluarsa dan masa simpannya tidak tertera di CA harus
diperiksa ulang (retest) setiap 6 bulan atau 2 tahun sekali. Untuk bahan baku yang
mencantumkan waktu uji ulang/masa simpan pada CA, pengujian ulang dilakukan
sesuai waktu uji ulang tersebut dan untuk bahan baku yang mempunyai masa
daluarsa tercantum pada CA tidak dilakukan uji ulang karena masa pakainya
sesuai dengan masa daluarsa tersebut. Pengujian kembali dilakukan terhadap
semua produk yang tidak mempunyai waktu daluarsa untuk semua bahan-bahan
yang telah jatuh tempo tanggal uji ulangnya yang tersimpan di gudang.
Pengambilan contoh untuk pengujian kembali dilakukan sesuai dengan yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


52

direkomendasikan pada “Daftar Daluarsa Bahan dan Obat Jadi” yang diterbitkan
oleh QA setiap bulannya. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pengujian
ulang yaitu:
1) Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 2 tahun sekali
mempunyai masa pakai 8 tahun dengan kata lain pengujian kembali hanya
dapat dilakukan maksimum 3 kali.
2) Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 6 bulan sekali
mempunyai masa pakai 2 tahun dengan kata lain pengujian kembali hanya
dapat dilakukan maksimum 3 kali.
Pemeriksaan penuh (Full Analysis) diberlakukan untuk seluruh bahan baku
yang akan diuji ulang baik yang berasal dari Mother Company maupun dari
pemasok luar. Pada Form TT755 harus diberi catatan mengenai beberapa kali
bahan baku tersebut telah diuji ulang sebagai informasi kepada bagian gudang –
Plant Logistic. Jika dari hasil pengujian ulang tersebut dinyatakan lulus, maka
dibuatkan sertifikat analisisnya dan bahan boleh digunakan untuk produksi. Jika
tidak lulus maka bahan tersebut harus dimusnahkan. Alur pemeriksaan bahan
baku dapat dilihat pada Lampiran 6.

b. Produk ruahan (semi finished goods)


Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk
dikemas. Terdapat 2 jenis produk ruahan di PT Aventis Pharma, yaitu produk
ruahan hasil produksi PT Aventis Pharma sendiri dan produk ruahan impor.
Pengambilan contoh dilakukan pada saat pembuatan berlangsung yaitu pada awal,
tengah, dan akhir proses (oleh bagian produksi). Untuk semi finished goods
impor, pengambilan contoh dilakukan di ruang sampling QC yang terdapat di
gudang oleh petugas QC. Cara pengambilan contoh (sampling) sama dengan yang
dilakukan pada bahan baku. Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai dengan
spesifikasi masing-masing produk yang telah ditetapkan dan hasilnya dicatat
dalam CHP. Jika dalam pemeriksaan ditemukan hasil yang menyimpang dari
spesifikasi, maka dilakukan penyelidikan terhadap hasil di luar spesifikasi (Out of
Spesification/OOS). Pada produk setengah jadi impor yang belum dikemas dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


53

kemasan primer dilakukan pemeriksaan sesuai dengan spesifikasi dan prosedur


pemeriksaannya. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam CHP.

c. Produk jadi (finished goods)


Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi,
termasuk pengemasan, dan telah siap untuk didistribusikan. Terdapat dua macam
produk jadi di PT Aventis Pharma yaitu produk jadi hasil produksi sendiri (lokal)
dan produk jadi impor.
Untuk produk jadi lokal, pengambilan contoh dilakukan pada proses
pengemasan yaitu pada awal, tengah, dan akhir proses pengemasan. Terhadap
produk jadi dilakukan pemeriksaan:
1) Tanggal penerimaan
2) Nomor batch lengkap
3) Jumlah contoh pertinggal
4) Waktu kadaluarsa
5) Informasi tentang produk, semi finished good, bahan pengemas
6) Kelengkapan kemasan (jumlah isi, cetakan, kode bets, dan tanggal
kadaluarsa).
Hasil pemeriksaan dicatat dalam CHP. Untuk obat jadi impor dilakukan
pemeriksaan kelengkapan pengemas yang digunakan beserta sertifikat analisa
(CoA) yang menyertainya. Penerbitan label released/rejected atau label
penandaan lainnya untuk obat jadi impor harus diparaf oleh QC Supervisor.

4.1.2.2 Packaging Material and Other Material Control and Calibration


Tugas dari bagian ini adalah mengambil contoh dan memeriksa bahan
pengemas serta barang lain sesuai dengan spesifikasi dan prosedur yang telah
ditetapkan. Barang lain yang diperiksa adalah bahan-bahan pelengkap yang tidak
terlibat langsung dalam proses produksi obat, seperti masker, sarung tangan, dan
sebagainya. Bahan pengemas digolongkan dalam 2 jenis, berdasarkan kontak atau
tidaknya dengan produk, yaitu:
a. Bahan pengemas primer (Primary Packaging Materials), yaitu bahan
pengemas yang berhubungan langsung dengan produk seperti PVC-foil

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


54

untuk blister, alufoil untuk blister, cold forming foil, botol, dan tube
aluminium.
b. Bahan pengemas sekunder (Secondary Packaging Materials), yaitu bahan
pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya, seperti
folding box, packing insert, label, dan lain-lain.
Sebelum bahan dipesan, film untuk bahan pengemas tercetak disiapkan
berdasarkan artwork yang disetujui. Setelah bahan pengemas dipesan, bagian ini
akan melakukan sampling terhadap bahan pengemas yang datang. Pada waktu
pengambilan contoh kemasan primer, dilakukan di ruang sampling di bawah LAF.
Untuk kemasan sekunder pemeriksaannya dapat langsung dilakukan di gudang.
Pengambilan contoh (sampling) kemasan dilakukan secara random sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Pemeriksaan packaging material meliputi pemeriksaan
terhadap primary packaging material, packing insert, dan folding box. Hasil
pemeriksaan dicatat di CHP dan proses selanjutnya sama dengan proses terhadap
bahan baku. Sejumlah contoh bahan pengemas primer yang telah lulus disimpan
sebagai contoh pertinggal sesuai dengan ketentuan lengkap dengan identitasnya.

4.1.2.3 Microbiological control


Microbiological control bertanggung jawab dalam mendukung
pengawasan mutu dalam hal mikrobiologi seperti permeriksaan mikrobiologi
bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi; pemeriksaan cemaran partikel dan
mikroba di ruang produksi dan laboratorium mikrobiologi; serta pemeriksaan
mutu air. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian ini, antara lain:
a. Pemeriksaan mikrobiologi bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi
Pemeriksaan bahan baku disini meliputi bahan baku yang berasal dari
nabati (tepung jagung, sukrosa) serta bahan baku yang berasal dari hewani
(gelatin). Bahan baku yang harus diuji mikrobiologinya, yaitu sugar crystal, maize
starch, lactose, gummi arabicum, avicel pH 102, Mg stearat, glucose anhydrous,
gelatine, talcum, starch syrup, pregelatinized starch, carestar snowflake, kollidon.
Uji batas cemaran mikroba dilakukan terhadap produk-produk non steril,
termasuk bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan produk jadi yang
tidak mensyaratkan steril. Produk-produk tersebut harus bebas dari beberapa jenis

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


55

mikroba seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella sp.,


dan E. coli atau mikroba lain sesuai spesifikasi.
b. Pemeriksaan cemaran partikel dan mikroba di ruang produksi dan
laboratorium mikrobiologi
Ruang produksi yang ada di PT Aventis Pharma adalah ruang produksi
non steril. Ruang produksi ini diklasifikasikan menjadi ruang kelas 3, kelas 2, dan
kelas 1. Setiap ruang memiliki persyaratan yang berbeda dalam hal jumlah
partikel dan jumlah mikrobanya, seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Pemeriksaan
harus segera dilakukan jika terjadi hal-hal yang dapat menyebabkan kondisi
ruangan berubah, misalnya perbaikan Air Handling Unit (AHU), perbaikan atau
penggantian HEPA filter, dan lain-lain. Pemeriksaan cemaran yang dilakukan
antara lain:
1) Pemeriksaan cemaran partikel
Pemeriksaan cemaran partikel di udara dilakukan dengan menggunakan
alat penghitung partikel yaitu particle counter HIAC-ROYCO 245A. Pemeriksaan
tersebut dilakukan terhadap:
a) Ruangan LAF dan ruangan-ruangan produksi
b) HEPA filter
2) Pemeriksaan cemaran mikroba di udara
Pemeriksaan cemaran mikroba di udara dilakukan secara:
a) Passive settle plate (sedimentasi), dengan menggunakan lempeng
agar yang dibiarkan 4 jam di ruangan. Tujuannya adalah untuk
memonitor mikroba yang jatuh bebas dan mengendap di lantai.
Media yang digunakan adalah TSA (Tryptone Soya Agar). Jumlah
mikroba yang muncul merupakan indikasi kebersihan suatu
ruangan.
b) Active air sample dengan menggunakan alat MAS-100. MAS-100
digunakan untuk memantau jumlah mikroba yang ada di udara (per
m3 udara) dengan cara menghisap sejumlah udara tertentu dan
dihembuskan ke permukaan media padat (TSA) pada cawan petri
yang diletakkan dalam alat MAS. Penggunaan alat MAS di
kawasan kelas 3 adalah selama 2 menit untuk 200 ml udara.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


56

3) Pemeriksaan cemaran mikroba di permukaan


Pemeriksaan cemaran mikroba di permukaan dilakukan secara apus (swab)
dan atau secara tempel contact plate menggunakan swab test atau RODAC test.
Pemeriksaan ini dilakukan pada permukaan lantai, meja, dinding, alat kerja, dan
lain-lain. Hasil pemantauan jumlah mikroba dan partikel di ruangan produksi
dicatat di lembar pemantauan bakteri dan partikel di udara area produksi; hasil
pemantauan ruang mikrobiologi dicatat pada lembar pemantauan bakteri dan
partikel di udara laboratorium mikrobiologi. Sedangkan hasil pemeriksaan
masing-masing HEPA-filter dicatat pada lembar LAF vertikal ruang pengemasan,
LAF horizontal laboratorium mikrobiologi, LAF untuk sampling. Hasil
pemeriksaan yang sudah disahkan oleh Head of IQC disirkulasikan ke QA, TSD,
dan departemen produksi sebagai informasi. Lembar hasil pemeriksaan tersebut
kemudian disimpan sebagai arsip di laboratorium mikrobiologi.

c. Pemeriksaan terhadap mutu air


Dalam proses pembuatan obat, air merupakan salah satu bahan yang selalu
digunakan dalam proses pengolahan, baik sebagai salah satu komponen produk
maupun sebagai pencuci. Oleh sebab itu, air tersebut harus memenuhi syarat yang
telah ditetapkan, antara lain standar terhadap kadar kimia, cemaran partikel dan
mikroba. Pemeriksaan mutu air dilakukan terhadap semua jenis air yang
digunakan meliputi air sumur, PAM, portable water, purified water, dan purified
water yang berasal dari MiliQ-plus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan
bahwa air yang digunakan untuk proses pembuatan dan analisis obat sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Persyaratan pada masing-masing jenis air dapat
dilihat pada Lampiran 7 dan Tabel 2. Jadwal pemeriksaan contoh air adalah:
1) Air PAM dilakukan sebulan sekali
2) Pemeriksaan air sumur dilakukan 6 bulan sekali
3) Pemeriksaan portable water seminggu sekali terhadap total cemaran
mikrobanya dan sebulan sekali diperiksa secara kimia, total cemaran
koliform, dan koliform tinja
4) Pemeriksaan terhadap purified water dilakukan setiap minggu secara kimia
dan total cemaran mikroba Bila hasil pemeriksaan portable water, purified

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


57

water melebihi alert dan action limit yang telah ditentukan, maka tindakan
selanjutnya adalah menerbitkan OOS dan FIR, dengan melakukan evaluasi
secara sistematis dan menyelidiki dimana, kapan, dan apa penyebab
penyimpangan tersebut.

4.1.2.4 Stability Study


Tujuan dilakukannya pemeriksaan stabilitas adalah untuk:
a. Mengetahui perubahan dan penguraian bahan aktif sehingga dapat
digunakan untuk menentukan batas waktu kadaluarsa atau batas waktu
penyimpanannya.
b. Memastikan bahwa produk yang dipasarkan stabil sampai tanggal daluarsa
yang tercantum pada label.
c. Memenuhi persyaratan registrasi obat jadi.
d. Menentukan jenis kemasan yang tepat pada kondisi penyimpanan.
e. Mengetahui apakah cara pembuatan dari setiap bets sama.
Menurut Global Standar Aventis, dikenal 5 jenis pemeriksaan stabilitas,
yaitu:
1) Tipe 0: Bets preformulasi
Tipe 0 adalah bets untuk merancang formulasi produk baru. Stability study
ini dilakukan untuk memutuskan komposisi akhir dari formula tersebut. Sampel
disimpan dalam kondisi dipercepat (accelerated testing condition) selama 3 bulan.
2) Tipe I: Bets skala laboratorium
Pemeriksaan awal terhadap stabilitas dari bahan aktif dan produk atau
campuran dari excipient dan bahan aktif. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
pada kondisi dipercepat (accelerated testing condition) atau under stress.
3) Tipe II: Bets skala pilot
Penyelidikan lanjutan atas stabilitas bahan aktif atau obat jadi setelah
dilakukan scale up Production.
4) Tipe III: Bets komersial
Pemeriksaan stabilitas dari bahan aktif atau obat jadi yang akan dipasarkan
untuk mendapatkan atau mencari waktu daluarsanya.
5) Tipe IV: Post marketing studies

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


58

Untuk pemeriksaan stabilitas rutin terhadap produk yang telah dipasarkan.


Pemeriksaan dilakukan satu bets per tahun mulai dari 0 bulan kemudian setiap
tahun hingga waktu kadaluarsa tercapai.
6) Tipe V: Follow up stability testing
Yang dilakukan terhadap bahan aktif atau produk yang mengalami
beberapa perubahan, misalnya perubahan bahan baku, perubahan proses, dan
sebagainya.
7) Tipe khusus : Studi yang tidak termasuk dalam kategori di atas.

Pada umumnya pemeriksaan stabilitas tipe 0, I, II, dan III dilakukan oleh
mother plant, sedangkan tipe IV dan V dilakukan oleh Jakarta Site. Perubahan
yang dimaksud pada uji stabilitas tipe V ada dua jenis yaitu minor changes dan
major changes. Perubahan kecil (minor changes) merupakan perubahan yang
tidak memberikan dampak berarti pada kestabilan obat, contohnya perubahan
kecil pada sintesa bahan aktif, perubahan jumlah bahan pembantu sesuai dengan
kisaran tertentu yang telah dipersyaratkan, perubahan pemasok bahan pembantu,
dan lain sebagainya. Perubahan besar (major changes) merupakan perubahan
yang secara potensial dapat memberikan dampak terhadap kestabilan obat,
contohnya setiap perubahan baik kualitatif maupun kuantatif dari setiap bahan
pembantu yang sedikit mengubah sifat obat, perubahan pemasok bahan aktif, dan
lain sebagainya. Pembagian iklim, tipe pemeriksaan, kondisi penyimpanan dan
waktu pemeriksaan pada uji stabilitas dapat dilihat pada Lampiran 8. Parameter
pemeriksaan stabilitas yang dilakukan meliputi pemeriksaan wadah seperti
keadaan botol, keutuhan segel, kondisi label, dan lain-lain; dan pemeriksaan sifat
fisik dan kimia yang meliputi pemerian, berat rata-rata obat, waktu hancur,
kekerasan, kadar air, keseragaman kadar, kemurnian, pH, dan lain-lain.

4.2 Production Department (Prosedur Tetap Production, 2010)


Secara umum, Production Department dibagi menjadi dua unit yaitu
Processing dan Packaging.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


59

4.2.1 Processing
Kegiatan di bagian Processing secara umum dibagi menjadi dua yaitu
pengolahan untuk produk solid (tablet polos dan tablet salut selaput) dan
pengolahan untuk produk semi solid (cream, ointment, suppositoria, dan ovule).
Kegiatan ini berlangsung di kawasan kelas 3. Karyawan di kawasan kelas 3
memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih, dan sepatu putih dan biru
muda. Bangunan di bagian produksi PT Aventis Pharma Indonesia memiliki
rancang bangun yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan
pemeliharaan, serta dilengkapi sarana kerja yang memadai sehingga dapat
menghindari terjadinya kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi
mutu obat, keselamatan, dan kesehatan kerja karyawan. Bangunan juga didesain
untuk melindungi kegiatan maupun produk dari pengaruh cuaca, banjir, dan
rembesan air tanah. PT Aventis Pharma Indonesia mengacu pada standar GMP
tertinggi dari Amerika, Jepang, dan Eropa yang terdapat dalam standar GMP dari
Aventis Pharma induk (Mother Company) yang dikenal sebagai Aventis Global
Guidelines. Standar ini secara berkala selalu diperbaharui dan ditingkatkan dalam
rangka meningkatkan kualitas proses dan produk yang dihasilkan oleh PT Aventis
Pharma Indonesia. Bangunan PT Aventis Pharma Indonesia di ruang produksi,
sebagian gudang, dan QC memiliki konstruksi sebagai berikut:
a. Dinding: Hebel, yaitu batu bata putih ringan, anti api, diplester dengan
campuran pasir dan semen dan cat dinding epoksi.
b. Flavon/langit-langit: Eterpan board (anti api) dan cat acrylic paint.
c. Lantai: beton bertulang dan cat epoksi mortar (anti gores, anti bakteri). Pada
area kelas 3 dilapisi dengan cat epoksi sedangkan pada area kelas 2 dilapisi
dengan cat acrylic paint. Lantai epoksi bangunan merupakan lantai kedap air
yang digunakan untuk mencegah rembesan air tanah. Lantai tersebut harus
dijaga supaya tidak tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya
dan dapat menjadi tempat akumulasi debu/partikel. Upaya yang dilakukan
untuk menghindari kerusakan pada lantai antara lain dengan penggunaan
sepatu khusus yang beralaskan karet. Bentuk-bentuk sudut pada dinding,
langit-langit, maupun lantai sebaiknya dihilangkan dengan mengganti

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


60

bentuk lengkungan yang mencegah terjadinya akumulasi debu/partikel


sehingga memudahkan pembersihan.

Ruangan produksi dibagi menjadi 2 lantai yaitu:


a. First floor digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial (social activites) yaitu
loker sebagai ruangan untuk ganti pakaian dan sepatu sebagai persiapan
sebelum masuk ke area kelas 3 dan kelas 2.
b. Ground floor digunakan sebagai area untuk Processing maupun Packaging.
Persyaratan di ruang produksi meliputi kebersihan ruangan (jumlah partikel
dan cemaran mikroba), suhu, RH, intensitas cahaya, serta perbedaan tekanan
udara.
Sebelum dipakai untuk kegiatan produksi ruangan harus bersih. Setiap
ruangan yang telah dibersihkan diberi label “BERSIH” berwarna hijau, dan jika
ruangan telah digunakan dipasang label “UNTUK DIBERSIHKAN” yang
berwarna merah. Ruangan tersebut maksimal harus sudah dibersihkan dalam
waktu 1 minggu, tetapi biasanya setelah digunakan ruangan segera dibersihkan.
Pembersihan ruangan dilakukan oleh cleaner, akan tetapi pembersihan alat, mesin,
dan utilitasnya dibersihkan oleh operator yang menggunakannya, untuk kemudian
kode bersih itu ditandatangani oleh yang membersihkan dan disetujui bersih oleh
foreman atau supervisor di bidang masing-masing (solid dan semisolid). Masa
berlaku kode bersih berlaku adalah 1 bulan. Jika waktu tersebut terlampaui, maka
alat,mesin, dan utilitasnya perlu dibersihkan kembali. Setiap kegiatan yang
berkaitan dengan produksi baik itu Processing maupun Packaging harus selalu
mengikuti pedoman yang disebut PPI (Prosedur Pengolahan / Pengemasan Induk)
yang selalu diperbaharui secara berkala untuk disesuaikan dengan standar GMP,
disesuaikan dengan alat yang dipunyai (jika ada alat baru), dan untuk menjaga
keseragaman serta kualitas produk yang dihasilkan dari waktu ke waktu.
Prosedur Pengolahan Induk berisi cara pembuatan atau pengolahan obat
tahap demi tahap. PPI disusun oleh Supervisor perbagian (solid, semisolid, dan
packaging) yang diperiksa oleh Production Manager dan QA Manager serta
disetujui oleh Head of IQC. Selain PPI, ada juga pedoman yang disebut Protap
yang juga harus dilaksanakan oleh pihak yang bersangkutan. Kedua pedoman ini

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


61

harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh
karyawan di bagian produksi.
Sebelum digunakan, ruangan di Processing harus selalu dicek agar RH <
60%, temperatur < 25°C, dan perubahan tekanan (ΔP) minimal 7,5 Pa. Untuk
memudahkan pemeriksaan kelengkapan dan kesiapan ruangan di masing-masing
bagian produksi dibuatkan check list yang dijadikan 1 berkas dengan PPI produk
yang akan dibuat. Pengecekan dilakukan oleh operator, dan ditandatangani /
disetujui oleh foreman atau Supervisor bagian produksi.
Setiap kali hendak melakukan produksi, maka dilakukan process order
(PO) untuk memesan bahan yang diperlukan berdasarkan pada formula induk (bill
of material/master recipe). PO yang diterbitkan diterima oleh warehouse yang
akan menyiapkan material yang diperlukan. Material ini didatangkan dari
warehouse melalui airlock dan disimpan sementara di material transit room.
Warehouse merupakan ruangan kelas 1 sehingga airlock tersebut dilengkapi
sistem interlock untuk meminimalkan kontaminasi ruangan produksi. Dalam
material transit room, bahan baku yang diberikan dari gudang diperiksa jumlah,
jenis, tanggal kadaluarsa, dan label released yang tertera. Selanjutnya dilakukan
pengecekan bets. Setelah itu, dilakukan batch determination pada SAP, bahwa
material sudah diambil dari batch yang dikirim. Stock adjustment dilakukan untuk
memastikan jumlah bahan yang ada. Setelah batch determination selesai, maka
PO direlease untuk kemudian dibuat Good Issue. Good Issue ini menggambarkan
jumlah barang yang benar-benar digunakan. Setelah dihasilkan bulk product,
dikeluarkan GRS untuk menginformasikan jumlah produk yang berhasil
diproduksi. Pada tahap selanjutnya dilakukan konfirmasi working hour (labour
hour dan machine hour) untuk memudahkan evaluasi terhadap produktivitas
kegiatan produksi. Setelah proses produksi selesai, maka diberi keterangan TeCo
(Technically Completed) pada sistem untuk menandai bahwa produksi produk
tersebut telah diselesaikan.

4.2.2 Packaging
Proses pengemasan berlangsung di kawasan kelas 3 dan kelas 2, yaitu
kelas 3 untuk pengemasan primer dan kelas 2 untuk pengemasan sekunder.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


62

Karyawan di kawasan kelas 3 memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih,
sepatu putih dan biru muda. Karyawan di kawasan kelas 2, memakai pakaian biru
tua dan penutup kepala putih serta sepatu biru. Loker bagi karyawan yang hendak
ke area kelas 3 dan kelas 2 dibuat terpisah. Persiapan proses pengemasan perlu
dilakukan dengan seksama agar tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaan produk
ruahan dan atau bahan pengemas, salah penandaan atau cross contamination antar
produk maupun antar bets. Kegiatan pengemasan meliputi:
a. Meminta konfirmasi pemeriksaan Catatan Pengemasan Bets ke Processing
Supervisor
b. Persiapan dokumen (Prosedur Pengemasan Induk)
c. Permintaan bahan-bahan (Pengemas dan Produk Ruahan)
d. Penanganan bahan pengemas dan produk ruahan
e. Penanganan kunci lemari penyimpanan folding box dan packing insert
f. Persiapan mesin dan peralatan
g. Pemeriksaan jalur pengemasan
h. Pengawasan dalam pengemasan

4.2.2.1 Meminta konfirmasi pemeriksaan Catatan Pengemasan Bets ke Processing


Supervisor
Pastikan catatan pengolahan bets dan produk ruahan yang akan dikemas
telah disahkan oleh Supervisor Processing produk yang bersangkutan dan
Production Manager atau wakilnya.

4.2.2.2 Persiapan dokumen (Prosedur Pengemasan Induk)


Siapkan Catatan Pengemasan Bets dari kopian prosedur pengemasan induk
(PPI) untuk bets yang bersangkutan. Dalam Catatan Pengemasan Bets berisi
tentang nama produk, jumlah bets, material yang dibutuhkan beserta jumlahnya,
dan lain-lain. Pembuatan atau revisi dan sirkulasi Prosedur Pengemasan Induk
dilakukan oleh bagian produksi. Penyimpanan Prosedur Pengemasan Induk asli
disimpan di ruang QA Manager dan setiap peminjaman atau fotokopi harus
dengan izin QA Manager. Penggunaan dokumen tersebut harus dicatat dalam
buku Catatan Pemakaian Prosedur Pengemasan Induk. Prosedur Pengemasan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


63

Induk disusun oleh Packaging Supervisor, diperiksa oleh Production Manager


dan QA Manager, serta disetujui oleh Head of IQC.

4.2.2.3 Permintaan bahan-bahan (Pengemas dan Produk Ruahan)


Permintaan bahan-bahan ke gudang dilakukan dengan mencetak material
list dari SAP yang mencantumkan nama bahan, nomor kode bahan dan jumlah,
serta diberikan keterangan tambahan nomor bets produk jadi yang akan dibuat dan
nomor PO.

4.2.2.4 Penanganan bahan pengemas dan produk ruahan


a. Bahan pengemas primer
Bahan-bahan pengemas primer seperti tube dipindahkan ke dalam
keranjang aluminium di ruang transit antara gudang dan ruang pengemasan kelas
3. Alufoil, PVC foil, cold forming, dan rotoplast dikeluarkan dari kardusnya,
diperiksa keutuhan core dan pembungkus plastiknya kemudian dibawa ke ruang
penyimpanan bahan pengemas primer di kawasan kelas 3.
b. Bahan pengemas sekunder (cetakan)
Tiap bahan pengemas yang diterima, diperiksa dan dipastikan telah
diluluskan oleh bagian QC dengan penandaan label hijau “RELEASED”. Tiap
bahan pengemas diperiksa dan dipastikan cetakan yang diterima telah dicocokkan
dan sesuai dengan spesifikasi yang ada pada display bahan pengemas yang
berlaku. Pada tahap ini juga dipastikan dan diperiksa bahwa jumlah setiap bahan
sesuai dengan permintaan. Penerimaan bahan tersebut termasuk nomor betsnya
dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets. Bahan pengemas yang telah dikirimkan
oleh bagian gudang diletakkan pada ruang Air Lock Secondary Packaging
Material yang kemudian dipindahkan ke atas pallet plastik yang bersih dan
diteruskan ke ruang persiapan untuk ditangani sesuai dengan instruksi Prosedur
Pengemasan Induk. Hasil cetakan pertama (folding box dan master box)
ditunjukkan pada Supervisor dan dimintakan paraf serta tanggal persetujuannya
oleh operator. Pembuatan folding box mengacu kepada persyaratan global PT
Aventis Pharma.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


64

c. Produk ruahan
Pada produk ruahan dilakukan pemeriksaan terhadap segel wadah. Wadah
bagian terluar dibersihkan dan diperiksa batas waktu pengemasan yang tertera
pada produk ruahan. Produk ruahan disimpan di bulk staging pada ruang kelas 1
sebelum dikemas.

4.2.2.5 Persiapan mesin dan peralatan


Dilakukan pemeriksaan kebersihan alat dan mesin yang akan digunakan
oleh Supervisor.

4.2.2.6 Pemeriksaan jalur pengemasan


Jalur pengemasan dibersihkan dari sisa produk ruahan, bahan pengemas,
dan dokumen bets sebelumnya. Label “BERSIH” berwarna hijau yang melekat
pada mesin dan jalur diambil dan ditempelkan pada Catatan Pengemasan Bets
yang bersangkutan. Pemeriksaan jalur pengemasan dilakukan untuk mencegah
mix-up antar produk jadi dalam proses pengemasan dan juga untuk memeriksa
kebenaran alat kontrol isi folding box.

4.2.2.7 Pengawasan dalam pengemasan


Pengawasan dalam proses pengemasan bertujuan untuk mengontrol atau
mencegah terjadinya kesalahan dalam setiap tahap dalam proses pengemasan.
Hal-hal yang dilakukan dalam pengawasan tersebut meliputi:
a. Pengawasan yang pertama kali dilakukan adalah pada saat ganti pakaian di
ruang ganti.
b. Pemeriksaan persiapan jalur pengemasan (Packaging line). Apabila dalam
satu hari kerja jalur pengemasan dipakai untuk mengemas dua jenis produk
berturut-turut, maka sebelum digunakan untuk produk kedua harus
dilakukan pemeriksaan jalur pengemasannya.
c. Pemeriksaan kesesuaian display dan catatan pengemasan produk yang
meliputi nama produk, batch number, batch size, tanggal mulai pengemasan,
tanggal kadaluarsa, tanggal pengambilan contoh, dan tanggal selesai
pengemasan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


65

d. Pemeriksaan dalam proses pengemasan dilakukan minimal 3 kali setiap hari


kerja dan apabila terjadi penyimpangan proses segera dihentikan dan
dilaporkan kepada Supervisor dan jika tidak dapat diselesaikan dilaporkan
kepada Production Manager dan QC untuk diambil langkah selanjutnya.
e. Pemeriksaan kebocoran blister atau rotoplast dengan menggunakan leakage
tester instrumen oleh bagian pengemasan.
f. Pengambilan contoh bahan pengemas (folding box dan packing insert yang
telah dicap) dan produknya di awal, tengah, dan akhir pada setiap hari
pengemasan dengan mencatat jumlah contoh, tanggal pengambilan, dan
paraf pada catatan pengemasan bets yang bersangkutan. Petugas QC akan
mengambil contoh tersebut setiap harinya.
Bagian pengemasan primer dibagi menjadi 4 jalur (line) yaitu line 1, line
2, line 3, dan line 4.
a. Line 1 untuk pengemasan PVC – alu dan alu – alu blister
Di kawasan kelas 3, dilakukan pengemasan primer menggunakan blister
yang terbuat dari bahan PVC dan aluminium serta alumunium dan alumunium.
Bagian atas blister yang datar disebut alupush terbuat dari aluminium dan bagian
bawah (tempat tablet) disebut genotherm terbuat dari PVC atau cold forming foil
terbuat dari aluminium. Mesin blister yang digunakan adalah “Marchesini
LB421”. Mesin ini mempunyai sensor colour camera untuk memeriksa dan
memastikan kebenaran serta kelengkapan blister. Sampah yang dihasilkan pada
line ini ditimbang, diberi label dan dilaporkan.
Sampah yang dihasilkan diberi label set-up waste untuk blister kosong
yang telah dicetak; re-blister waste untuk blister yang telah sampai ke secondary
packaging tetapi dikembalikan, kemudian isi diambil, dan dikemas kembali;
running waste untuk sisa potongan blister pada tepian; dan reject waste untuk
blister yang di-reject sebelum sampai ke secondary packaging.
Pada kawasan kelas 2, tablet yang telah diblister dikemas dalam folding
box ditambahkan packing insert dan dimasukan dalam folding box. Selanjutnya
folding box dicetak no bets dan expired date pada inkjet print. Masing-masing
folding box ditimbang menggunakan Checkweigher. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kekurangan blister atau packing insert. Kemudian folding

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


66

box dimasukkan ke dalam master box dan disegel sebelum dikirim ke bagian
gudang. Sebelum masuk gudang, masing-masing master box ditimbang dengan
timbangan “Mettler Toledo” yang kapasitas maksimalnya 30 kg. Hasil
penimbangan harus memenuhi batas yang telah ditentukan. Jika tidak memenuhi
batas maka master box dibuka kembali untuk memeriksa jumlah folding box-nya.
Jika ada sisa tablet dalam blister yang tidak penuh dan dimasukkan dalam folding
box, maka sisa tablet ini dilaporkan dan kemudian dihancurkan. Sedangkan pada
master box yang tidak penuh, pada sisi luar folding box ditulis (incomplete)
jumlah isi sebenarnya.
b. Line 2 untuk pengemasan alu-alu blister
Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan primer yang semuanya terbuat
dari aluminium. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan bagian bawah
(tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan pada line ini
adalah “Uhlmann UPS 300/955”. Mesin ini mempunyai sensor mekanik yang
dapat mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk
mengemas berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Obat-obat
yang dikemas dengan menggunakan mesin ini adalah Telfast 60, Telfast 120,
Telfast 180, Telfast plus, Amaryl 1, Amaryl 2, Amaryl 3, Amaryl 4, Triatec 10,
Triatec 5, dan Triatec 2,5.
c. Line 3 untuk pengemasan PVC-alu blister
Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer menggunakan bahan dari
aluminium, PVC, atau tripleks. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan
bagian bawah (tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan
pada line ini adalah “Uhlmann B1240”. Mesin ini mempunyai kamera yang dapat
mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk mengemas
berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Obat-obat yang dikemas
dengan menggunakan mesin ini adalah Telfast 60, Telfast 120, Telfast 180,
Telfast plus, Amaryl 1, Amaryl 2, Amaryl 3, Amaryl 4, Triatec 10, Triatec 5, dan
Triatec 2,5.
d. Line 4 untuk pengisian krim ke dalam tube serta pengisian suppositoria/ovula
ke dalam rotoplast

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


67

Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer untuk krim. Mesin


“Axomatic Optima 900” digunakan untuk mengisikan krim ke dalam tube, untuk
melipat bagian ujung tube yang kosong dan untuk mencatat penandaan berupa
nomor bets dan tanggal daluarsa pada lipatan tube. Mesin ini berada di bawah
LAF.

4.3 Technical Services Department (TSD) (Prosedur Tetap TSD, 2009)


Technical Services Department (TSD) dipimpin oleh seorang manajer.
Beberapa hal yang menjadi tanggung jawab TSD adalah kualifikasi peralatan,
fasilitas, dan sistem penunjang (utility); Air Handling Unit (AHU); Water
Generation Plant (WGP); serta perawatan fasilitas, peralatan, dan sarana
penunjang.

4.3.1 Kualifikasi Peralatan, Fasilitas dan Sistem Penunjang (Utility)


Kualifikasi adalah pembuktian secara tertulis yang menunjukkan bahwa
suatu alat, fasilitas, sistem penunjang, komputer, dan proses pengemasan secara
otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara
konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang ditetapkan.
Kualifikasi hanya dilakukan sekali yaitu pada saat awal penggunaan alat, mesin,
maupun sarana penunjang. Kualifikasi mencakup:
a. Design Qualification (DQ)
Dokumen Design Qualification berisi tinjauan tentang persyaratan spesifik
yang diinginkan user menyangkut desain alat, spesifikasi, konstruksi, dan hasil
yang akan dicapai alat bersangkutan. Dokumen ini disusun sebelum alat
bersangkutan dibeli. DQ hanya dilakukan untuk Prospective Qualification yaitu
untuk alat atau sistem baru dan harus disiapkan sebelum Installation Qualification
(IQ), tidak dilakukan untuk mesin lama. Ada beberapa hal yang harus diuraikan
dalam DQ, yaitu:
1) User Requirement Specification (URS)
URS berisi deskripsi detail dari user mengenai hal-hal apa saja yang
diperlukan dalam proyeknya. Selain itu URS mengandung informasi yang
diperlukan oleh perancang guna memulai deskripsi teknis yang ditemukan pada

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


68

spesifikasi fungsional dan digunakan sebagai dasar untuk Performance


Qualification (PQ).
2) Functional Specification (FS)
FS berisi uraian teknis yang diperlukan untuk mencapai URS. FS
diperlukan untuk menyiapkan Operation Qualification (OQ).
3) Technical Specification (TS).
TS menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka
mewujudkan FS, sehingga TS adalah FS yang lebih detail. TS memberi landasan
dan daftar item yang harus diverifikasi saat IQ. Jika diperlukan, audit pemasok
dilakukan untuk melengkapi DQ. DQ dibuat oleh tim TSD, unit IQC, dan
pengguna alat tersebut. Setelah DQ terdefinisikan, dilakukan pengesahan DQ
kemudian diikuti dengan FAT (Factory Acceptance Test). Dokumen FAT
diperoleh dari pembuat alat tersebut. FAT adalah dokumen released dari produsen
untuk meyakinkan bahwa alat/mesin/utilitas berjalan sebagaimana mestinya. Pada
saat proses released tersebut, pihak pembeli, dalam hal ini PT Aventis Pharma
Indonesia, diundang untuk datang. Saat FAT dapat dilakukan
perubahan/modifikasi sesuai keinginan perusahaan.

b. Installation Qualification (IQ)


Installation Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa
peralatan bersangkutan dibuat dan dipasang dengan benar, semua komponen, serta
sistemnya ada dan sesuai DQ. IQ menguji atribut statis dari suatu alat atau sistem.
Dokumen IQ meliputi identifiers; engineering specification; utility and
installation testing; instrument calibration; preventive maintenance; change
parts, tooling and software; service documents; special procedures; serta final
engineering drawings. Pemasangan instalasi dilakukan bersama dengan
wakil/teknisi pemasok. Pada saat pemasangan mesin biasanya disertai dengan
pelatihan secara langsung dari teknisi pemasok tentang pemasangan,
Pemeliharaan, dan perbaikan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


69

c. Operation Qualification (OQ)


Operation Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa peralatan
bersangkutan dapat beroperasi sesuai kriteria/desain yang telah ditentukan, yang
kebenaran kerjanya dapat dibandingkan dari kriteria penerimaannya. OQ menguji
atribut dinamis dari suatu alat atau sistem. Mesin tersebut dikualifikasi dalam
keadaan dijalankan/running untuk mengetahui apakah mesin beroperasi sesuai
fungsinya.

d. Performance Qualification (PQ)


Performance Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa
peralatan atau suatu product contact utility dapat secara konsisten memberikan
kinerja yang baik. Hal ini dimaksudkan agar alat dapat menghasilkan produk
sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Protokol PQ meliputi critical
parameters, acceptance parameters and acceptable ranges, serta test
methods/procedures to complete the test of critical parameters.

4.3.2 Air Handling Unit (AHU)


Air Handling Unit (AHU) merupakan peralatan yang digunakan untuk
mengkondisikan udara di dalam suatu ruangan. AHU digunakan agar semua
parameter kritis dari kualitas udara dapat dikontrol sesuai dengan kelas
ruangannya menurut Global Engineering Guideline. Parameter kritis dari kualitas
suatu udara adalah suhu, tekanan, kelembaban (RH, air change per hour, jumlah
partikel, dan jumlah mikroba.
Technical Services Department merupakan divisi yang bertugas
memonitor sistem AHU. AHU hanya diterapkan di pabrik (Warehouse,
Processing, dan Packaging) dan tidak di ruangan kantor. Sistem yang mengontrol
AHU adalah Building Management System (BMS). BMS merupakan sistem yang
menempatkan sensor pada tiap ruangan dan AHU itu sendiri. Dari sistem ini akan
dikontrol baik kondisi udara yang terdapat pada AHU serta yang dihasilkan di
ruangan. Ada 14 tipe AHU yang berada di area gudang dan di area produksi baik
pengolahan (kawasan kelas 3) maupun pengemasan (kawasan kelas 3 dan kelas
2). Jenis-jenis AHU beserta ruang yang disuplai dapat dilihat pada Tabel 3.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


70

Setiap 6 bulan sekali dilakukan kualifikasi terhadap sistem AHU. Setiap


ruangan mempunyai return line dan supply line yang berbeda sehingga selalu
tersedia udara bersih dalam ruangan. Pada ruangan Processing dan Primary
Packaging juga dilengkapi dengan exhauster yang berfungsi untuk membuang
udara keluar (tidak mengalami resirkulasi). AHU yang ada merupakan AHU yang
bertingkat dimana AHU yang pertama mengambil udara segar dari luar yang
disebut dengan AHU-FA (AHU-Fresh Air), kemudian udara tersebut akan
dialirkan ke AHU. AHU bertingkat dimaksudkan untuk mengurangi beban kerja
AHU dalam mendinginkan udara sehingga akan meningkatkan masa kerja dari
AHU tersebut. Udara pada AHU mengalir dari intake module kemudian
didinginkan oleh cooling coil di dalam coil module. Sistem pendinginan pada
cooling coil ini berasal dari chilled water. Akan tetapi ada juga AHU yang sumber
dinginnya berasal dari refrigerant, sering juga disebut dengan Direct Expantion
AHU (DX AHU). Tujuan pendinginan ini adalah untuk menurunkan suhu dan
menurunkan kelembaban dengan mengembunkan uap air yang ada di dalam
udara. Sensor suhu (Pt 100) dipasang pada pipa suplai dan return chilled water,
sehingga perubahan suhu pada chilled water dapat dipantau/ dimonitor setiap saat
sesuai dengan kebutuhan.
Udara dihisap melalui fan module, setelah didinginkan oleh cooling coil
kemudian didorong oleh supply fan untuk masuk ke ruangan-ruangan yang
disuplai. Sebelum keluar, udara disaring untuk mengurangi partikel dan bakteri
yang ada menggunakan filter. Udara yang masuk ke AHU akan mengalami
penyaringan berkali-kali. Ada 3 jenis filter dalam sistem AHU, yaitu pre filter
(efisiensi 30%), medium filter (efisiensi 80-95%) dan HEPA filter (efisiensi
99,995%). Tidak semua AHU dilengkapi dengan HEPA filter. AHU yang
memiliki HEPA filter, yaitu AHU-02, AHU-03, AHU-04, AHU-05A, AHU-05B,
AHU-06, dan AHU-DX03. Differential pressure dipasang pada medium filter dan
HEPA filter untuk mengetahui besarnya perbedaan tekanan di filter dan
memudahkan untuk mengetahui kondisi keabsahan filter tersebut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


71

4.3.3 Water Generation Plant (WGP)


Dalam kegiatan industri yang dijalankan PT Aventis Pharma, terdapat
berbagai macam tingkat air yang digunakan. Dalam proses produksi, pencucian,
serta kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan uji laboratorium,
PT Aventis Pharma menggunakan purified water. Untuk uji laboratorium (kimia
dan mikrobiologi) digunakan ultra purified water, hasil pengolahan purified water
diperoleh dari alat Milli Q-Plus. Sumber utama purified water adalah potable
water (air PAM yang telah melewati sand filter dan mengalami klorinasi). Sumber
purified water dapat juga dari air sumur (well water) jika air PAM (drinking
water) tidak mengalir. Purified water di area produksi disuplai dari water
generation plant, sedangkan untuk laboratorium QC disuplai dari alat Milli RX
75. Pemeriksaan purified water dilakukan setiap hari Senin, salah satunya adalah
pemeriksaan terhadap filter. Dalam sistem Water Generation Plant, ada 3 bagian
penting yang semuanya berlangsung dan dikontrol secara otomatis
(computerized), yaitu:
a. Osmotron berkapasitas 500 L/jam, yaitu sistem pengolahan air melalui
reverse osmosis (RO) dan electro de ionization (EDI).
b. Water tank, yaitu tempat penampungan purified water setelah melalui RO.
c. Loopo, yaitu sistem sirkulasi dan distribusi purified water dari water tank ke
pengguna (user point).
Tahap-tahap pengolahan purified water dapat dilihat pada Lampiran 9
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Air mengalir dari sumber air ke WGP system (letaknya disamping ruang
office di pharma factory dengan pintu khusus). Sumber air ada 2 yaitu air
PAM/drinking water (akan diubah menjadi potable water) dan well water.
Well water dipakai jika air PAM tidak mengalir.
2. Air akan menuju multimedia filter yang berfungsi untuk menyaring
partikelpartikel besar. Filter ini memiliki mekanisme pembersihan secara
otomatis (diprogram setiap jam 11 malam melalui metode backwashing).
3. Kemudian air akan disaring lagi dalam backwash filter (proses pembersihan
diri terjadi secara otomatis dan kontinyu, diatur supaya air masuk dan
kotoran langsung dibuang ke drain).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


72

4. Air masuk ke dalam water softener yang di dalamnya terdapat resin. Di sini
kesadahan air (water hardness) dikurangi dengan mekanisme pengikatan
ion, sehingga kandungan ion dalam air berkurang (konduktivitas air belum
diukur). Pada proses ini diinjeksikan NaCl sebagai pengikat ion, ion positif
akan diikat oleh Na+ dan sebaliknya oleh Cl-. Terdapat 2 tanki softener
pada proses ini, di dalamnya terdapat resin (mediator pengikat ion) yang
perlu diregenerasi secara berkala. Dua tanki softener bertujuan untuk
meringankan beban kerja (1 tanki sudah dapat memberikan kontribusi
100%, dengan adanya 2 tanki beban kerja itu dibagi). Ketika tanki 1
diregenerasi maka katup pada tanki 1 tertutup dan proses softening
dilakukan oleh tanki yang lain. Air selalu mengalir dari tanki 1 ke tanki 2
karenanya perbandingan regenerasi tanki 1 dan tanki 2 adalah 3:1.
Regenerasi dilakukan dengan mencuci ion-ion yang ada pada resin (resin
berumur kerja 5 tahun). Air yang telah melalui water softener kemudian
dideteksi tingkat kesadahannya dengan residual hardness meter. Tingkat
konduktivitas air sampai tahap ini adalah sekitar 1400 μS/cm. Konduktivitas
air PAM berkisar antara 1600 μS/ cm. Air yang telah mengalami water
softening disebut soft water.
5. Soft water akan mengalir ke filter 5 μm. Disini terjadi penginjeksian sodium
bisulfit yang digunakan untuk mengikat kelebihan ion Cl maupun Cl bebas.
6. Soft water akan mengalami proses RO. Disini terjadi proses desalinasi untuk
menghilangkan kandungan garam dari soft water. Hasil RO dari soft water
disebut permeate, sedangkan sisanya (concentrate) akan dibuang. Pada
osmotron terdapat water conversion factor (WCF) yang mengatur
perbandingan soft water dan permeate menjadi 75%. Semua air buangan
yang ditampung dalam drain diolah di WWTP. Permeate memiliki nilai
konduktivitas sebesar 10 μS /cm.
7. Permeate akan mengalami electric de ionization (EDI) dalam septron. Pada
proses EDI terjadi pertukaran ion dengan bantuan stimulasi listrik (dengan
sengaja dialirkan listrik pada air, sehingga molekul akan pecah menjadi
ionion yang reaktif, selanjutnya air terstimulasi ini digunakan untuk
mencuci permeate). RO dan EDI bertujuan untuk menurunkan konduktivitas

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


73

air. Hasil pengolahan permeate dalam septron disebut diluted purified water
yang memiliki nilai konduktivitas sebesar 0,09 μS/cm3 (limit yang
dipersyaratkan 1,3 μS/cm3), selanjutnya air akan ditampung dalam water
tank.
8. Water tank dilengkapi dengan valve dan switch level. Jika water tank sudah
penuh akan mengaktifkan switch level untuk menutup valve, sehingga
purified water tidak masuk lagi ke dalam water tank. Air akan tersirkulasi
kembali dan bergabung dengan soft water untuk diolah kembali (WCF yang
tadinya 75% menjadi 90%). Mode operation system-nya berubah dari
operation menjadi circulation dimana volume dan kecepatan pompa diatur
(computerized). Purified water harus selalu mengalir dan kecepatan
alirannya dijaga untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
9. Purified water kemudian didistribusikan ke user points dengan loopo
distribution system. Pada sistem ini terdapat heat and cooling exchanger
yang berguna untuk mengubah suhu air sehingga sesuai dengan parameter
purified water. Suhu setelah keluar dari water tank adalah 30°C, setelah
dilewatkan dalam exchanger dan terjadi penyeimbangan kalor (asas Black)
suhu menjadi 25°C. Pendingin dalam exchanger berasal dari chilled water
(5°C).
10. Setelah beberapa waktu akan muncul lapisan biofilm di permukaan dalam
pipa, dibersihkan dengan loopo sanitation system. Air dari water tank
dipanaskan sampai 85°C selama 90 menit dalam exchanger dengan
menggunakan superheated water (120°C bertekanan 6 bar dan berwujud
cair). Ketika sanitasi dilakukan water tank berisi 24%, valve tidak boleh
dibuka, sehingga mode yang berjalan adalah sirkulasi seperti ketika water
tank penuh, chilled water valve tertutup otomatis, sementara di user points
tidak boleh ada karyawan untuk alasan HSE. Proses sanitasi di loopo system
ini dilakukan 2 kali setahun.
11. Pembersihan yang dilakukan di osmotron dilakukan dengan menggunakan
H2O2 (desinfektan) yang diinjeksikan selama 15 menit ke pipa sebelum
tanki softener, setelah air dibiarkan dalam keadaan diam selama 3 jam (ada
waktu kontak dengan permukaan pipa/wadah/RO membrane/EDI) agar

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


74

proses desinfeksi efektif. Setelah proses pencucian otomatis, air sisa


pembersihan dibuang. Pembersihan osmotron juga dilakukan 2 kali setahun
(Juni dan Desember).
12. Tanki NaOH 5% hanya diinjeksikan jika sumber air yang dipakai adalah
well water karena banyak mengandung logam berat dan bakteri. NaOH
diinjeksikan ke pipa sebelum membran 5 μm secara otomatis dan terus
menerus selama well water dipakai. Dengan well water maka WCF yang
dipakai pada proses RO adalah 50%.

4.3.4 Perawatan Fasilitas, Peralatan, dan Sarana Penunjang (Utility)


Semua fasilitas, peralatan, dan utility yang digunakan dalam kegiatan
produksi perlu dirawat menurut sistem yang memadai. Sistem maintenance di PT
Aventis Pharma dikontrol secara terkomputerasi dengan Maintenance
Management System (MMS). Aplikasi MMS dinilai perlu untuk dilakukan
perubahan karena aplikasi MMS merupakan program aplikasi yang lama yang
sudah tidak kompatibel dengan sistem windows yang baru. Selain itu, pemakaian
aplikasi MMS juga tidak bisa diperbaharui lagi sehingga mesin – mesin terbaru
tidak dapat dicantumkan informasi dan jadwal perawatannya. Hal lain yang dirasa
kurang dari aplikasi MMS ini adalah adanya kekurangan dari versi MMS yang
memiliki interval software yang masih dalam week basis. Interval ini
menyebabkan tidak presisinya keterulangan schedule setelah beberapa lama.
Untuk melengkapi kekurangan MMS, maka dikembangkan suatu sistem
baru yang dapat menghasilkan hasil kerja yang lebih baik. Sistem ini dinamakan
e- MMS adalah web aplikasi yang digunakan untuk melakukan penjadwalan
maintenance terhadap mesin yang ada. Aplikasi ini sedang dikembangkan agar
siap untuk digunakan di PT. Aventis Pharma. Untuk itu, perlu adanya suatu proses
validasi yang meyakinkan bahwa aplikasi ini dapat digunakan dan menghasilkan
kinerja sesuai yang diinginkan. Alasan dilakukan pemeliharaan terhadap alat-alat
maupun utility adalah agar:
a. Alat maupun utility yang digunakan tidak membahayakan keselamatan kerja
dari karyawan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


75

b. Alat maupun utility yang digunakan tetap menghasilkan produk dengan


kualitas terjamin.
c. Masa/umur penggunaan alat dan utility berlangsung lama.
Maintenance alat maupun utility di perusahaan ada 2 macam yaitu:
1. Preventive maintenance, bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan
sehingga mengurangi jumlah kerusakan alat maupun utility.
2. Break down maintenance, bertujuan untuk memperbaiki peralatan maupun
utility yang rusak.

4.4 Health, Safety, and Enviroment Department (HSE Dept.)


4.4.1 Health, Safety, and Enviroment (HSE) (Prosedur Tetap HSE, 2011)
Health, Safety, and Enviroment (HSE) merupakan aspek yang mendasari
semua kegiatan di PT Aventis Pharma selain CPOB. HSE PT Aventis Pharma
Indonesia berada di bawah Industrial Affairs Division yang bertanggung jawab
menangani masalah kesehatan (health), keselamatan (safety), dan lingkungan
(environment) di PT Aventis Pharma. Sebelumnya departemen ini bernama EHS
(Environment, Health, and Safety), kemudian diubah menjadi HSE karena di
suatu industri farmasi pengolahan, timbulnya gangguan kesehatan bagi personel
yang terkait merupakan kemungkinan yang terbesar dibandingkan kedua aspek
HSE lainnya. HSE dikepalai oleh seorang supervisor yang membawahi bagian
yang menangani lingkungan hidup dan kesehatan dan bagian yang menangani
keselamatan kerja.
Tujuan HSE adalah:
a. Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, mencegah dan
menanggulangi segala macam bahaya yang mengancam seluruh karyawan,
kontraktor, dan tamu.
b. Untuk meminimalkan pencemaran lingkungan selama proses produksi dari
mulai penanganan bahan baku hingga setelah produk jadi dihasilkan.
c. Mencegah kontaminasi selama proses produksi terhadap personel terkait.
d. Meminimalkan kontaminasi produk sampingan terhadap lingkungan.
e. Mencegah kontaminasi terhadap produk baik dari lingkungan maupun
karyawan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


76

Dasar yang digunakan oleh PT Aventis Pharma dalam melaksanakan HSE


adalah Global HSE Standar, HSE guidelines, HSE key requirement, dan peraturan
negara mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dikeluarkan oleh
Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), serta Upaya Kesehatan Kerja yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes). K3 kemudian lebih dikenal
sebagai LHK3 (Lingkungan Hidup, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja).
Berdasarkan global HSE, hierarki dokumen HSE dari tingkatan tertinggi sampai
tingkatan terendah berturut-turut adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan HSE (HSE Policy)
b. Persyaratan Utama (Key requirements)
c. Standard (Standard)
d. Panduan (Guidelines)
e. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedures/SOP)
Semua dokumen tersebut kecuali Prosedur Tetap (Protap) disusun oleh
Aventis Global untuk dilaksanakan di seluruh Aventis site. Sementara itu, protap
disusun di masing-masing Aventis site untuk dilaksanakan di site yang
bersangkutan. Key requirements HSE merupakan elemen esensial minimum yang
harus diterapkan di suatu site. Standar HSE menjelaskan hal-hal yang perlu
dilakukan oleh site saat menerapkan Key requirements. Guidelines adalah
dokumen yang umumnya berisi informasi teknis dalam bentuk protap.
Sasaran kebijakan program HSE di PT Aventis Pharma berpedoman pada
prinsip pengembangan yang berkesinambungan yaitu:
a. Secara aktif berusaha mencegah dampak yang merugikan terhadap udara, air
tanah, sumber daya alam, dan kesehatan manusia.
b. Menghindarkan terjadinya cedera pada semua karyawan, kontraktor, dan
masyarakat sekitar.
c. Memberi perhatian pada aspek HSE dalam perancangan pabrik,
perancangan dan pengembangan produk baru, serta mengelola resiko HSE
dari semua produk.
d. Mengatasi dampak lingkungan yang timbul.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


77

e. Mengukur kinerja dan menyampaikan hasilnya secara terbuka untuk


membangkitkan keyakinan dan pengakuan pada semua pihak yang
berkepentingan.
Untuk menjamin realisasi tujuan HSE dan memastikan program-program
HSE terselenggara, diperlukan sistem pengelolaan HSE yang komprehensif.
Sistem managemen HSE mencakup pengembangan kebijakan, pengorganisasian,
perencanaan dan implementasi, pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, dan
pengauditan. Proses sistem manajemen tersebut berlangsung secara berulang dan
berkesinambungan.

4.4.2 Health (Kesehatan Kerja)


Kebijakan yang dimiliki oleh PT Aventis Pharma dalam bidang kesehatan,
yang menjadi tanggung jawab HSE adalah dalam pelaksanaan Industrial Hygiene
(IH) dan Occupational Health (OH). Untuk melaksanakan IH, harus dilakukan
terlebih dahulu identifikasi bahaya dan faktor yang dapat membahayakan
keamanan pekerja dan alat kerja di tempat itu. Faktor resiko yang perlu
diwaspadai adalah prosedur kerja, material, serta proses dan alat kerja yang
dipakai. Upaya untuk melindungi pekerja terhadap bahaya kontaminasi produk
adalah dengan exposure monitoring terutama terhadap bahan OEB level 3 dan 4.
Tujuan exposure monitoring adalah untuk meyakinkan bahwa lingkungan kerja
aman dan tidak mengganggu kesehatan, sehingga hak karyawan terhadap
kesehatannya ketika tidak lagi bekerja di perusahaan ini dapat dijamin, serta
terjadinya penyakit akibat kerja dan kontaminasi pada lingkungan oleh produk
dapat dihindari. Langkah-langkah dalam exposure monitoring:
a. Sampling, alat yang digunakan adalah sampling plump yang alirannya
(flow) disesuaikan dengan wujud zat aktif yaitu high flow (2 L/menit) untuk
dust, dan low flow (0,75 L/menit) untuk favour gas. Collecting media yang
spesifik untuk menampung partikel bahan aktif dan filter untuk menyaring
udara yang masuk sehingga udara bersih bisa dikeluarkan kembali.
b. Hasil sampling dikirim ke Global Hygiene Laboratory di Bridgewater,
Amerika Serikat.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


78

Selanjutnya, dilakukan program penanggulangan bahaya. Program ini


harus jelas mencantumkan judul, tujuan, jadwal kegiatan, biaya, penanggung
jawab, dan ukuran keberhasilannya (cara evaluasi). Setelah itu, program yang
telah disusun tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan aspek komunikasi
(sosialisasi kepada karyawan) dan persyaratan administratif (meninjau kembali
apakah persyaratan sertifikasi peralatan, kualifikasi operator, zoning daerah resiko
tinggi, dan sebagainya telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku).
Pada akhir pelaksanaan program, dilakukan evaluasi yang mencakup aspek teknis
dan mutu, biaya, serta waktu pelaksanaan. Penilaian terhadap suksesnya pelatihan
dilakukan dengan diadakannya inspeksi diri sewaktu-waktu terhadap aspek HSE.
Peningkatan self awareness karyawan terhadap HSE adalah dengan usaha safety
talk, briefing, dan training.
Dalam pemantauan kesehatan kerja perlu diperhatikan nilai ambang batas
pemaparan yang lebih dikenal dengan istilah OEB (Occupational Exposure Band)
dan OEL (Occupational Exposure Limit). Penggolongan OEB diperoleh dari OEL
yang disederhanakan. Aventis mengkategorikannya berdasarkan konsentrasi
paparan aktif yang dipercaya aman untuk kesehatan karyawan. OEB adalah
paparan yang dapat diterima 8 jam kerja per hari atau 40 jam kerja seminggu.
Dengan mengetahui nilai OEB suatu senyawa, kesehatan dan keamanan kerja
karyawan dapat ditingkatkan. Tingkatan OEB dapat dilihat pada Tabel 4.
Kategori produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB dapat dilihat pada Tabel 5.
Nilai ambang batas pemaparan lain yang harus diperhatikan adalah kebisingan
dan paparan gas. Batas pemaparan suara yang dapat menyebabkan kebisingan
adalah 85 dB. Contohnya mesin GUK di bagian Packaging memiliki pemaparan
suara 90 dB sehingga diperlukan usaha noise reduction dengan menggunakan
earpug dan earmuf. Paparan gas beracun banyak terjadi di laboratorium dan usaha
untuk mengatasinya adalah dengan pembuatan protap, pelatihan penggunaan
lemari asam, dan pemisahan jenis limbah cair di laboratorium.
4.4.3 Safety (Keselamatan kerja)
Tanggung jawab HSE dalam bidang keselamatan (safety) sangat besar
dalam rangka menjamin keselamatan pekerja, tamu, dan kontraktor. Program yang
dilakukan dalam rangka pelaksanaan keselamatan kerja antara lain:

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


79

a. Pelaksanaan inspeksi diri dan risk assesment di tempat kerja.


b. Penerapan hasil risk assessment.
c. Penggunaan tangga dan pintu darurat.
d. Pengadaan sistem izin kerja dan izin penggunaan peralatan untuk semua
pekerjaan yang dilakukan di lingkungan perusahaan.
e. Sosialisasi program-program HSE dan pelatihan bagi karyawan.
Tanggung jawab HSE diantaranya adalah menyiapkan fire protection
untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, antisipasi banjir, emergency
preparedness, dan training. Yang termasuk dalam fire protection adalah smoke
detector, fire extinguisher, hydrant, sprinkler, dan foam cart (untuk kebakaran
yang disebabkan karena bahan kimia). Fasilitas lain adalah emergency exit di
setiap ruangan untuk memudahkan orang keluar saat terjadi bahaya yang secara
otomatis akan mengaktifkan alarm. Untuk mengantisipasi keluarnya air yang
sudah terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun (B3) dari gudang ke luar
daerah gudang dipasang water barrier (Blobel Water Retention BL/BED-PM) di
Warehouse. Pemasangan dilakukan di warehouse karena di tempat inilah sebagian
besar inventory pabrik disimpan, sehingga jika terjadi kontaminasi pada daerah
warehouse air tidak akan terbawa keluar area gudang. Emergency preparedness
adalah suatu drill evakuasi (terhadap kebakaran dilakukan 3 bulan sekali) yang
dilakukan sebagai latihan evakuasi jika suatu waktu tertentu terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan di pabrik, seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, teror, atau
sabotase, dan sebagainya.
Untuk meningkatkan partisipasi seluruh departemen dalam menjaga
keselamatan kerja, maka HSE mengadakan program LTI (Lost Time Injury) atau
IWLT (Injury Without Lost Time). LTI adalah suatu cedera yang menyebabkan
hilangnya hari kerja. Sedangkan IWLT adalah keadaan dimana cedera yang
ditimbulkan tidak menyebabkan kehilangan hari kerja, walaupun membutuhkan
medical treatment seperti dijahit, pingsan, dan lain-lain. Setiap departemen
memiliki papan untuk mencantumkan jumlah hari yang telah dilewati tanpa
terjadinya LTI dan jumlah hari tanpa IWLT. Sehingga bila ada bagian yang
jumlah LTI atau IWLT-nya di atas rata-rata dapat langsung diketahui, dievaluasi,
dan diambil langkah-langkah pencegahan yang paling sesuai. Training dilakukan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


80

untuk memperkenalkan aturan-aturan di pabrik sehingga dalam bekerja dapat


terjamin keamanan dan keselamatan kerja. Training ini dilakukan terhadap
karyawan baru dan kontraktor yang akan bekerja di pabrik. Kontraktor juga perlu
diberi training (safety orientation) karena pada suatu waktu terjadi persentase
kecelakaan kerja kontraktor lebih tinggi daripada karyawan (misal pada saat
renovasi pabrik). Program HSE untuk karyawan baru adalah dengan memberikan
booklet tentang HSE dan pelatihan yang diadakan di bawah departemen masing-
masing.
Dalam HSE dikenal adanya hierarchy of control (hierarki pengendalian),
dimana upaya yang dilakukan dalam mengendalikan seluruh aspek yang
berhubungan dengan HSE dilakukan menurut prioritas utama terlebih dahulu.
Apabila prioritas utama tidak mungkin diterapkan, baru dipertimbangkan untuk
mengambil langkah berikutnya. Misalnya untuk mengurangi paparan bahan aktif
yang berlebihan dapat dicari solusi dengan menerapkan hierarki pengendalian
sebagai berikut:
a. Eliminasi
Prosedur ini dilakukan dengan menghilangkan faktor yang menjadi
sumber permasalahan, misalnya menghilangkan bahan atau alat yang berbahaya.
b. Subtitusi
Prosedur ini dilakukan dengan mengganti faktor yang menjadi sumber
permasalahan dengan bahan lain yang lebih aman.
c. Engineering control
Cara ini dilakukan dengan mengatur variabel mesin/peralatan menjadi
lebih aman untuk digunakan, misalnya mendesain dan memodifikasi alat,
merancang sebuah bentuk alat, mesin, dan sarana penunjang apapun yang bersifat
ergonomis (penyesuaian terhadap anatomi tubuh dan kebiasaan bersikap dalam
bekerja) yang dapat memudahkan suatu pekerjaan untuk dilakukan sehingga
karyawan merasa nyaman dalam bekerja dan tidak mudah merasa lelah.
d. Administrative control
Dilakukan dengan cara menerapkan SOP atau mengatur waktu paparan
pekerja terhadap faktor yang membahayakan, misalnya dengan mengatur shift
kerja karyawan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


81

e. Penggunaan alat pelindung diri (APD)


Langkah ini dilakukan sebagai upaya terakhir yang dilakukan untuk
melindungi karyawan atau bisa juga diterapkan sebagai solusi sementara pada saat
engineering approach masih didesain, misalnya penggunakan, earpug, masker,
dan sarung tangan. Dalam rangka pengukuran kinerja HSE, pencegahan
pengulangan kejadian setiap kecelakaan dan nyaris celaka harus diselidiki dan
dilaporkan. Finding kecelakaan dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Critical (harus diselesaikan hari itu juga)
b. Major (diberi waktu 2 hari dalam penyelesaiannya)
c. Minor
Keselamatan kerja dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu perilaku yang tidak
aman dan lingkungan kerja yang tidak aman. Finding dalam perilaku kerja harus
diselesaikan saat itu juga, sedangkan untuk kondisi kerja diselesaikan dalam
waktu 2 hari. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki berupa
benturan antara dua massa/energi sehingga timbul kerusakan, cedera, dan
kerugian. Near miss adalah suatu kejadian dimana dua massa/energi hamper
bersentuhan sehingga tidak sampai menimbulkan kerugian fisik. Arti penting dari
kejadian near miss adalah kecelakaan dapat terjadi dengan situasi dan kondisi
yang sama dengan kejadian ini. Oleh karena itu dengan melakukan investigasi
terhadap near miss dapat berguna untuk mencegah terjadi kecelakaan di kemudian
hari. Prioritas kecelakaan yang perlu diinvestigasi adalah:
1. Jatuh dari ketinggian
2. Penanganan dan penggunaan bahan kimia, termasuk jika terjadi tumpahan
bahan kimia. Tumpahan bahan kimia dapat tergolong keadaan darurat jika
tumpahan bervolume 200 L atau lebih
3. Berhubungan dengan mesin dan alat kerja
4. Menyebabkan cedera berat
5. Kecelakaan berulang
6. Pelanggaran peraturan.
Tim investigasi terdiri dari kepala unit/departemen tempat kejadian, staf
HSE, Human Resource Administration, wakil serikat kerja, dan Technical
Production/IQC sebagai pengkaji laporan. Laporan hasil investigasi dibuat paling

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


82

lambat 2x24 jam setelah kejadian dan ditujukan kepada Depnaker dan
Global/Regional Aventis. Laporan tersebut berupa:
a. Immediate reporting untuk kecelakaan besar.
b. Real time reporting untuk Lost Time Injuries dan Injury Without Lost Time.
c. Monthly reporting untuk karyawan dan kontraktor.
Tim investigasi melakukan investigasi dengan sistematika sebagai berikut:
a. Melakukan evaluasi menyeluruh di tempat kejadian (situasi tempat kerja,
mesin dan alat kerja yang dipakai, prosedur kerja, dan urutan kejadian).
b. Mengambil gambar/foto sebelum tempat kejadian dibersihkan.
c. Membuat sketsa dan ukuran situasi di tempat kejadian.
d. Mencatat semua saksi dan melakukan wawancara untuk evaluasi.
Program lain dari HSE adalah:
a. Menciptakan sistem pengumpulan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang
efektif dan efisien terhadap semua bahan kimia yang dipergunakan di kawasan
Aventis Pharma
b. Menetapkan sistem yang menjamin bahwa MSDS yang tersedia adalah valid
dan MSDS yang berlaku tersebut tersimpan baik dan mudah ditemukan saat
diperlukan oleh yang membutuhkan.
Material Safety Data Sheet adalah suatu bentuk info tertulis yang pada
umumnya memuat data mengenai identifikasi produk kimia dan perusahaan
pembuat, identifikasi bahaya, pertolongan pertama pada kecelakaan, langkah
penanganan bila terbuang ke lingkungan secara tidak sengaja, penanganan dan
penyimpanannya, serta pengendalian pemaparan dan perlindungan dari personel.
Selain itu MSDS juga berisi data mengenai sifat-sifat fisika dan kimia bahan,
stabilitas dan reaktivitas, toksikologi, dan informasi lainnya. Alur pengumpulan
dan penyimpanan MSDS bahan produk Aventis Pharma dapat dilihat pada
Lampiran 10.

4.4.4 Environment (Lingkungan Hidup)


Dalam bidang lingkungan, tanggung jawab HSE department adalah dalam hal:
a. Environmental Management System (EMS)

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


83

Meliputi seluruh sistem pendokumentasian standar lingkungan yang


berada di PT Aventis Pharma Indonesia. Laporan implementasi Rencana Kegiatan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan lingkungan (RPL) disusun oleh
perusahaan untuk dilaporkan ke Badan Pemeriksa Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) tiap 3 bulan sekali.

b. Environmental Risk Assessment (ERA)


Environmental Risk Assessment (ERA) merupakan program yang
mencakup analisis dampak lingkungan hidup bagi seluruh karyawan PT Aventis
Pharma. Program ini mencakup segala kegiatan dan aspek-aspeknya, fasilitas, dan
lingkungan yang dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan keselamatan
karyawan.
c. Waste Management System
Merupakan usaha dalam pengelolaan sampah, dengan melakukan waste
minimizing maupun reduction dengan cara eliminasi/reduksi, daur ulang, dan
disposal (insinerasi atau ditanam). Limbah yang dihasilkan ini harus dikelola agar
tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Jenis limbah dari PT Aventis Pharma
adalah limbah padat, limbah cair, limbah suara, dan limbah gas. Alur penanganan
limbah dapat dilihat pada Lampiran 11. Limbah padat ada dua macam, yaitu:
1. Limbah padat B3
Pengelolaan limbah padat B3 (misalnya hasil pemeriksaan laboratorium,
produk expired, produk rejected, bahan padat yang kontak langsung dengan bahan
obat maupun obat jadi, dan debu obat dari dust collector), dilakukan oleh PPLI
(Prasadha Pamunah Limbah Industri). Limbah tersebut disimpan di waste storage,
kemudian dibawa ke PPLI setelah 90 hari.
2. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun)
Limbah padat non B3, misalnya sampah dari kantor, pengelolaannya
adalah dengan dijual atau dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir oleh petugas
seminggu 2 kali.
Limbah cair ada tiga macam, yaitu:
1. Limbah cair B3

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


84

Limbah cair B3 seperti limbah dari laboratorium berupa zat organik,


anorganik, alkohol, asam, garam, juga dari TSD seperti NaOH untuk pembuatan
purified water, air aki, dan sodium metabisulfit dikelola di PPLI. Limbah cair B3
disimpan dalam waste storage. Limbah cair B3 yang beratnya <50 kg/hari boleh
disimpan lebih dari 90 hari, tetapi jika beratnya >50 kg/hari tidak boleh disimpan
lebih dari 90 hari.
2. Limbah cair non B3
Limbah cair non B3 seperti limbah cair domestik (air cucian, septic tank,
kantin, dan kantor) dikelola melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau
waste water treatment plant (WWTP), karena menurut peraturan pemerintah
limbah cair harus diolah dulu sebelum dibuang.
3. Limbah cair berupa oli
Limbah cair berupa oli yang digunakan untuk perawatan kompresor dan
genset disimpan dalam waste storage untuk kemudian dikirimkan ke pengolah
limbah PT Nirmala Tipa. Pengolah limbah cair yang lain adalah PT Dongwoo,
tapi PT Dongwoo juga mengirimkan limbah padat hasil olahannya ke PPLI
sebagai satu-satunya pengolah limbah B3 maupun non B3 baik cair maupun
padat. Menurut Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta No. 582/1995 tentang
Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Baku Badan Air Serta Baku
Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur DKI Jakarta
N0.299/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Peruntukan dan Baku
Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI
Jakarta, maka ditetapkan buangan limbah cair PT Aventis Pharma Indonesia
dibuang ke kali Sunter dimana peruntukannya adalah untuk pertanian dan usaha
perkantoran. Buangan limbah cair tersebut sebelum dibuang harus diperiksa dan
parameternya harus memenuhi persyaratan yang dapat dilihat pada Tabel 6.
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau WWTP (Waste Water
Treatment Plant) digunakan untuk mengolah air (limbah cair non B3) sebelum
dibuang ke lingkungan. Air yang berasal dari pabrik ini harus diolah terlebih
dahulu karena masih mengandung zat-zat yang berbahaya yang dapat mencemari
lingkungan. Bagan WWTP dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada intinya, prinsip
dari WWTP adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


85

1) Limbah dari office building 1 dan 2 akan masuk ke dalam septic tank,
kemudian airnya dialirkan masuk ke Collecting pit (CP) 1. Limbah dari
Multi Purpose Building (MPB), Quality control (QC), dan Workshop akan
masuk septic tank, kemudian airnya dialirkan masuk CP 2. Limbah dari
factory masuk ke dalam septic tank kemudian airnya dialirkan ke CP 3. Air
dari CP 1, CP 2, dan CP 3 akan masuk dengan menggunakan switch level,
jika tinggi permukaan cairan di masing-masing CP sudah mencapai batas
maka pompa akan secara otomatis mengalirkan cairan ke equalization tank
(di atasnya terdapat perforated screen/penyaring kotoran seperti daun,
plastik, dan lain-lain).
2) Di equalization tank, dimana air dengan berbagai konsentrasi dan kondisi
dari ketiga collecting pit tersebut mengalami ekualisasi sehingga parameter
variatif dapat disetarakan untuk meringankan beban aerasi. Kapasitas
equalization tank adalah 50 m3 dan aliran yang terjadi per harinya adalah
100 m3, proses ini memakan waktu 8 jam, sementara total pengolahan air
adalah 24 jam.
3) Selanjutnya, air masuk ke dalam aeration tank dengan menggunakan switch
level dimana terjadi aerasi untuk memberikan udara (oksigen) yang cukup
bagi bakteri pengurai (sebagai syarat aerasi) dan menghilangkan bau. Dalam
proses aerasi ini digunakan proses biologik aerobik dengan menggunakan
bakteri aerob (pembiakan bakteri sebesar 50 m3 yang dibiakkan dan
dibiarkan selama kurang lebih 10 jam).
4) Selanjutnya aliran limbah menuju sedimentation tank. Bakteri yang mati,
kotoran, tanah, partikel padat akan tersedimentasi (proses overflow tanpa
pompa) menjadi sludge dan diendapkan dalam sedimentation tank yang
berbentuk kerucut di dasar, sludge mengendap ke bawah sementara air
bersih berada di atas. Dari sedimentation tank, air akan dialirkan ke clean
water tank yang sebelumnya telah mengalami klorinasi dengan hipoklorit
NaOCl 12% untuk membunuh sisa bakteri yang belum tersedimentasi
(kecepatan tetesan diatur) kemudian dialirkan ke sungai. Sebelum air
dibuang ke sungai, harus dilakukan pemeriksaan BOD, COD, pH, total
nitrogen, TSS (Total Suspended Solid), KMnO4, antibiotika, dan kadar

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


86

fenol terlebih dahulu setiap 24 jam sekali. Pemeriksaan dilakukan


menggunakan instrumen dan reagen khusus sesuai protap.
5) Sludge (lumpur) yang telah diendapkan dalam sedimentation tank akan
masuk ke sludge tank dengan menggunakan pompa. Kemudian sludge
dikeringkan dalam sludge drying bed. Sludge kering selanjutnya dibawa ke
PPLI untuk proses lebih lanjut.
6) Khusus untuk limbah cair yang berasal dari sisa mencuci alat yang
mengandung antibiotik dipisahkan, kemudian diproses terlebih dahulu
dalam pre-treatment tank untuk merusak struktur molekul antibiotic
sehingga tidak mengganggu proses aerasi karena antibiotik dapat
membunuh bakteri yang ditumbuhkan dalam aeration tank.

4.5 Plant Logistic Department (Prosedur Tetap Plant Logistic, 2010)


Plant Logistic Department ini terdiri dari 2 bagian, yaitu warehouse dan
planning. Planning membawahi Inter-company Section, Export Section, dan
External manufacturing Section. Plant Logistic Department di PT Aventis Pharma
Indonesia ini dapat dipahami fungsinya sebagai departemen yang menjembatani
komunikasi antara bagian produksi dan pemasaran. Plant Logistic Department
bertugas untuk melakukan perencanaan pengadaan material yang akan dipakai
pada proses produksi obat, penyusunan jadwal proses produksi di pabrik, dan
mengendalikan persediaan bahan baku dan produk jadi yang ada di gudang. Tugas
Plant Logistic adalah menerima forecast yang telah dibuat oleh bagian pemasaran
untuk kemudian dianalisis dengan mempertimbangkan prioritas, Plant Cycle
Time, dan Track Record dari pemasaran, kemudian bersama bagian produksi
menyusun rencana produksi. Demikian pula dengan pengadaan barang di gudang
dibuat dengan dasar perkiraan (forecast) terhadap penjualan obat jadi atau
distribusi obat jadi ke supplier atau Pedagang Besar Farmasi (PBF). Rencana
produksi disusun berdasarkan kebutuhan pasar akan barang-barang, stok barang di
gudang, dan berdasarkan jadwal penggunaan mesin untuk produksi obat lain.
Forecast dari pemasaran tidak diterima begitu saja oleh Plant Logistic,
pemasaran harus memberikan presentasi dan argumen yang kuat berkaitan dengan
forecast yang dibuatnya serta estimasi kemampuannya untuk memasarkan produk.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


87

Karena tidak selamanya forecast yang diberikan pemasaran disertai


kemampuanuntuk memasarkannya, perlu bagi Plant Logistic untuk menganalisis
lebih lanjut. Jumlah permintaan berdasarkan forecasting sangat tergantung dari
kegiatan pemasaran bulan itu misalnya sedang ada kegiatan sosial atau advertising
dimana dimungkinkan jumlah penjualan besar yang harus ditunjang oleh
produksi. Tetapi harus tetap dijaga untuk mencegah terjadinya over stock.
Sosialisasi forecast dijabarkan dalam Sales and Operation Planning (S&OP) yang
terbagi menjadi 2 level yaitu:
a. S&OP Level Satu, merupakan pertemuan dengan pemasaran yang
mempertimbangkan pengaruh eksternal (pemasaran)
1) S&OP level 1A
Data permintaan atau forecast serta rencana penjualan didasarkan pada
informasi stok dari distributor (ex distributor)
2) S&OP level 1B
Forecast didasarkan pada stok yang ada di factory (ex factory).
b. S&OP Level Dua, merupakan pertemuan yang mempertimbangkan masalah
internal secara umum, yang berkaitan dengan industrial pada bulan tertentu.
Pertemuan ini bersifat strategik, yang dilakukan untuk mengoptimalkan
faktor-faktor yang ada di produksi. S&OP level II merupakan meeting yang
dihadiri oleh seluruh kepala dan Manager yang termasuk dalam Industrial
Affairs dan dipimpin oleh Plant Logistic Department.
Hasil pertemuan ini dibawa ke pertemuan mingguan dalam weekly
meeting, dihadiri oleh production department, technical service department,
industrial quality and complience. Pertemuan ini dipimpin oleh Plant Logistic
untuk membahas penjabaran yang bersifat operasional untuk menetapkan weekly
schedule. Plant Logistic memimpin pertemuan ini dengan membawa semua data
yang dimiliki (posisi persediaan di gudang maupun di distributor, yang statusnya
harus released) untuk kemudian membicarakan final forecasting yang harus
dipenuhi oleh bagian produksi. Di sini juga dibicarakan isu-isu yang berkaitan
dengan produksi, misalnya akan adanya mesin/ alat baru atau renovasi yang dapat
menyebabkan kegiatan produksi berhenti dan pabrik juga kosong, juga jika ada
trial terhadap mesin atau kondisi baru di pabrik dan kapan pabrik bisa beroperasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


88

lagi. Jika ada masalah yang tidak bisa ditemukan solusinya, masalah dapat dibawa
ke rapat S&OP.

4.5.1 Export Section, Inter-company Section


4.5.1.1 Export Section
Seksi ini menangani produk-produk yang akan diekspor ke berapa Negara
seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Tujuan ekspor
adalah selalu interco Aventis di negara-negara yang dimaksud. Kinerja seksi ini
dilihat dari Customer Service Level (CSL). Jika delivery date (yang telah
disepakati antara PT Aventis Pharma Jakarta site dan interco tujuan) di salah satu
negara tersebut tidak tepat/terlambat akan berakibat menurunnya nilai CSL
(missed). Customer Level Service dari PT Aventis Pharma Indonesia diukur oleh
Aventis Global berdasarkan delivery date within minus 7 dalam bulan yang sama
(working days). Jika keterlambatan terus terjadi, dapat mengakibatkan site Jakarta
tidak lagi dipercaya oleh interco di negara-negara tersebut yang kemudian dapat
mengalihkan pesanannya ke site Aventis lain selain Indonesia.

4.5.1.2 Intercompany Section


Seksi ini melakukan tugasnya dalam hal procurement receptionist, dan
menangani produk-produk yang didatangkan dari Aventis site yang lain
(intercompany atau sering disebut sebagai interco) mulai dari pemesanan sampai
dengan barang datang. Produk-produk yang sering didatangkan dari interco adalah
active materials. Interco yang dituju sebagai produsen active materials yang
dimaksud, merupakan site rujukan yang telah ditetapkan oleh mother company
dalam rangka menjamin konsistensi mutu dan kualitas produk yang dihasilkan.
Untuk produk yang dibeli dari pihak luar (third party) ditangani oleh Purchasing
Department. Intercompany PT Aventis Pharma Indonesia antara lain:
a. Aventis Limited India
b. Aventis Pharma Deutschland GmbH
c. Aventis Pharma Inc. Kansas City, USA
d. Aventis Pharma SA
e. Aventis Pharma Sp A, Scoppito Italia

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


89

f. Aventis Pharma, Doma France


g. Fison Pharmaceutical
h. HMR Interphar
i. Hoescht Procurement Int. Trading & Services (HPI, T&S)
j. Nippon Aventis Service

4.5.2 Warehouse (Gudang)


Gudang adalah tempat penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang
berupa bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, obat jadi, dan bahan lain
yang dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses produksi maupun proses
pengemasan, yang mempunyai nilai ekonomis, sehingga perlu ditangani secara
khusus agar barang yang disimpan tersebut senantiasa sesuai secara kuantitatif
antara stok secara fisik (aktual) dengan stok secara administratif (stok di SAP).
Mutu suatu produk sangat dipengaruhi oleh cara penanganan bahan awal, mulai
dari penerimaan, penyimpanan, dan distribusi ke bagian pengolahan maupun
pengemasan. Alur keluar masuknya barang di Warehouse PT Aventis Pharma
diatur sedemikian rupa sehingga berjalan satu arah. Barang masuk dan barang
keluar melalui pintu yang berbeda dan begitu barang masuk akan langsung berada
di area karantina. Setiap ada penerimaan barang dari supplier, selalu dilakukan
pengecekan fisik barang dan dokumen yang menyertainya termasuk ada tidaknya
label supplier pada master box. Demikian juga untuk distribusi barang, baik
internal (Processing, Packaging, QC) maupun eksternal (distributor), harus
diperiksa kelengkapan dokumennya (Material Request Note dan Sales Order).
Denah warehouse PT Aventis Pharma dapat dilihat pada Lampiran 13.
Gudang PT Aventis Pharma termasuk dalam area kelas 1 (setara dengan
kelas E pada CPOB 2006) yang menurut suhunya dibagi menjadi tiga daerah
yaitu:

4.5.2.1 Ruangan cold storage


Ruangan ini mempunyai suhu antara 2°-8°C. Ruangan ini digunakan untuk
penyimpanan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi seperti vaksin
(produk Aventis Pasteur). Jika pegawai masuk ke ruangan ini harus dilengkapi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


90

dengan pakaian khusus yang melindungi karyawan dari suhu ini. Ruangan ini
dikunci dengan pengawasan khusus. Pada ruangan ini terdapat alat control khusus,
dimana jika suhu di bawah 2°C atau di atas 8°C maka alarm akan berbunyi secara
otomatis.

4.5.2.2 Ruangan cool storage


Ruangan ini merupakan ruangan dengan suhu terkendali yaitu antara 16°-
25° C. Ruangan dengan suhu ini terdapat dua area yaitu:
a. Starting material cool storage untuk menyimpan raw material (bahan baku dan
bahan pengemas primer) dan semi finished goods.
b. Finished material cool storage untuk menyimpan produk jadi.

4.5.2.3 Ruangan dengan suhu kamar (ambient temperature)


Ruangan ini mempunyai suhu sesuai dengan kondisi ruangan tanpa adanya
pengendalian suhu. Ruangan yang temasuk pada kategori ruangan dengan suhu
kamar adalah:
a. Ruang penerimaan barang, dimana ruangan ini berfungsi untuk penerimaan
barang dari distributor maupun supplier yang lain.
b. Ruang pengeluaran barang, dimana ruangan ini berfungsi khusus untuk
pengeluaran barang.
c. Ruang khusus rejected material untuk menyimpan barang yang direject.
Ruangan ini dibatasi dari ruangan lain dengan teralis besi dengan warna
merah. Ruangan ini dikunci dengan pemegang kunci hanyalah orang-orang
tertentu yang bertanggung jawab terhadap barang yang ada di dalamnya.
d. Rak returned goods untuk menyimpan produk-produk kembalian yang
dikarantina.
e. Rak untuk pengemas sekunder, rak ini digunakan untuk menyimpan bahan-
bahan pengemas sekunder. Area ini dibagi menjadi area karantina dengan
batas garis berwarna kuning dan area released dengan batas garis berwarna
hijau.
f. Lemari terkunci untuk menyimpan packing insert. Packing insert ini
dimasukkan dalam lemari terkunci agar tidak tertukar satu dengan yang lain.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


91

g. Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian


pengolahan (kawasan kelas 3).
h. Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan pengemas primer dari
gudang ke bagian pengemasan yang ada pada kawasan kelas 3.
i. Ruang transit 3 untuk mengirim pengemas sekunder (folding box dan master
box), packing insert, dan produk repacking dari gudang ke bagian pengemas
di kawasan kelas 2.
j. Ruang transit 4 untuk mengirim finished goods dari bagian pengemasan di
kawasan kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan.
Selain ruangan-ruangan tersebut masih ada ruang untuk pengambilan
contoh atau disebut ruang sampling. Ruangan ini merupakan ruangan dengan
kategori kelas 3, dimana suhu, tekanan, dan kelembabannya diatur sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan untuk ruang kelas 3 dan dilengkapi dengan LAF.
Ruang sampling digunakan oleh bagian QC untuk mengambil contoh bahan baku
dan bahan pengemas primer. Sedangkan untuk bahan baku yang disimpan di
gudang ruang cold storage, pengambilan contoh dilakukan di ruangan cold
storage. Sedangkan untuk pengambilan contoh pengemas sekunder dilakukan
pada ruang dengan suhu kamar.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di gudang, antara lain:
a. Penerimaan barang
1) Penerimaan barang dari pemasok
Pada saat penerimaan barang dari pemasok, dilakukan pemeriksaan
kelengkapan dokumen, antara lain surat pengantar pemasok, invoice, CoA. Bahan
yang tidak terdapat dalam Purchase Order (PO) dari PT Aventis Pharma hanya
dapat diterima jika ada persetujuan dari Plant Logistic dan selanjutnya dibuatkan
Goods Receipt Slip (GRS) ke dalam SAP setelah dibuatkan PO oleh purchasing.
Bahan yang datang dicocokkan dengan PO, apakah sesuai dengan jumlah dan
waktu pemesanan. Bahan yang datang diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran
label yang melekat pada wadahnya, antara lain nama bahan, nomor batch atau lot
dari pabrik atau supplier, nama pembuat/pemasok, jumlah bahan, nomor PO,
tanggal kadaluwarsa.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


92

Untuk memeriksa kuantitasnya, dilakukan pemeriksaan berat atau jumlah


dengan menimbang atau menghitung. Apabila terdapat dokumen yang tidak
lengkap, kemasan rusak, berat/jumlah tidak sesuai, harus memberitahukan ke
Plant Logistic, IQC, dan purchasing, serta diinformasikan dalam GRS yang
dibuat. Untuk bahan baku, produk ruahan, produk jadi impor, dan produk toll
manufacturing diperiksa setiap wadahnya. Untuk bahan pengemas diperiksa
sejumlah √n+1, dengan n adalah jumlah wadah yang diterima. Dalam penerimaan
bahan aktif, bulk, semi finished goods, dan finished goods harus dilakukan
pemeriksaan silang oleh foreman. Untuk produk yang disimpan dalam gudang
dingin dimasukkan ke gudang dingin dan diperiksa di sana. Surat pengantar dari
pemasok ditandatangani dan diberi stempel perusahaan. Barang pengantar yang
sudah diperiksa diberi label karantina dengan ketentuan:
a) Untuk raw material, semi finished goods import dan packaging material
siapkan label sesuai dengan jumlah wadah yang diterima.
b) Untuk finished goods dan repacked semi finished goods, setiap pallet ditutup
dengan penutup atau jaring kemudian diberi satu label per pallet.
Tempatkan bahan pada area karantina atau rak karantina dengan
memperhatikan persyaratan penyimpanan. Untuk barang yang belum diberi label
karantina tetapi harus masuk ruang karantina karena alasan tertentu, misalnya:
karena barang datang pada malam hari maka dapat dimasukkan atau disimpan di
area karantina dan diberi label karantina sementara. Kemudian alamat bahan
dicatat pada buku penerimaan atau karantina.
2) Penerimaan bahan dan produk jadi dari processing dan packaging
Pemeriksaan dokumen yang menyertai penyerahan produk yaitu GRS.
Produk jadi yang diserahkan harus ditutup dengan jaring untuk menghindari
terjatuh atau bercampur/tertukar dengan produk jadi yang lain. Dilakukan
pemeriksaan penandaan label pada wadah yang mencakup nama produk, nomor
bets, berat bersih/jumlah satuan kemasan, label ”SAMPLE TAKEN” dari QC,
petunjuk penyimpanan khusus. Produk yang diterima diperiksa dengan
menghitung atau menimbang satu persatu kemudian disimpan di rak
penyimpanan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


93

3) Penerimaan obat kembalian


Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan
dari PT Aventis Pharma ke pihak ke tiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan
lagi ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan:
a) Masalah keabsahan atau salah kirim
b) Penarikan produk dan/atau pack size dari pasaran
c) Kerusakan obat dan pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT Aventis
Pharma) selama pengiriman atau penyimpanan
d) Kelainan dari segi kualitas obat (kualitas obat/kualitas bahan pengemas)
PT. Aventis Pharma menerima obat kembalian yang berasal dari gudang yang
sudah diawasi oleh PT Aventis Pharma, gudang distributor yang sudah diawasi
oleh PT Aventis Pharma, dan gudang distributor yang tidak diawasi oleh PT
Aventis Pharma termasuk lembaga rumah sakit, apotek, dan lain-lain. Adapun
prosedur dalam penanganan obat kembalian adalah:
a) Surat pengantar dari distributor ditandatangani sebagai bukti bahwa barang
telah diterima di gudang.
b) Data dimasukkan dalam SAP kemudian dilakukan posting goods issue
untuk mencatat obat kembalian yang diterima ke dalam SAP, selanjutnya
penyerahan surat jalan berupa GRS sebagai bukti penerimaan obat
kembalian kepada QC setelah ditambahkan semua informasi yang
diperlukan QC.
c) Tempelkan label QUARANTINE pada produk yang bersangkutan dan
disimpan pada area karantina, terpisah dari produk lain (dalam keranjang
yang terkunci) sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan.

b. Penyimpanan bahan dan produk jadi


Sistem penyimpanan menggunakan zoning system, dimana material
disimpan dengan memperhatikan:
1) Sebelum penyimpanan material, periksa petunjuk mengenai cara
penyimpanan dengan melihat status, jenis material, dan suhu penyimpanan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


94

2) Tempatkan material pada rak penyimpanan sesuai jumlah yang diperlukan


dan dilakukan pencatatan alamat rak bahan, nama produk, jumlah, nomor
batch pada buku alamat (address card).
3) Pisahkan pallet berisi bahan yang sedang ditahan (blocked) dan ditempatkan
pada area karantina sambil menunggu penanganan lanjut sesuai disposisi
dari IQC Departemen atau Purchasing Department.
4) Tempatkan bahan yang ditolak (rejected) pada material rejected area.
5) Tempatkan debu produksi (garbage) pada waste area.
6) Penyimpanan produk Toll-in diberi tanda pada rak.

c. Pengeluaran barang
1) Pengeluaran bahan baku
Warehouse pharmacist/ foreman mencari dan menentukan
bahan/bets yang akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada
sistem SAP. Untuk bahan baku yang akan diproses dan bahan pengemas,
harus ada label ”RELEASED” yang disahkan dengan adanya nomor CoA
dan diparaf oleh QC Unit. Bahan yang lebih dulu waktu kadaluarsanya
(First Expired First Out/FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih
dulu dikeluarkan dan barang yang lebih dulu diterima (First In First
Out/FIFO) merupakan pilihan kedua. Bilamana kedua hal di atas sama
maka bahan dalam jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu.
Petugas mengambil bahan yang disimpan dengan mencari alamat di
address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai dengan material list yang
diterima dari bagian produksi (satu pallet diperuntukkan satu PO). Dari
hasil catatan lakukan posting transfer dari warehouse oleh warehouse
pharmacist atau wakilnya ke Production Supply Area (PSA). Penyerahan
bahan hanya dapat dilakukan atas permintaan Supervisor atau foreman
dengan menyertakan transfer slip yang telah ditandatangani oleh
pelaksana dan mendapat paraf Supervisor dan foreman.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


95

2) Pengeluaran produk ruahan dan bahan pengemas atas permintaan


packaging/processing
Warehouse pharmacist/ foreman mencari dan menentukan
bahan/bets yang akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada
SAP. Untuk bahan baku yang akan diproses dan bahan pengemas, harus
ada label ”RELEASED” yang disahkan dengan adanya nomor CoA dan
diparaf oleh QC Unit. Bahan yang lebih dahulu waktu kadaluarsanya
(FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih dulu dikeluarkan dan
barang yang lebih dulu diterima (FIFO) merupakan pilihan kedua. Jika
mana kedua hal di atas sama maka bahan dalam jumlah terkecil harus
dikeluarkan lebih dahulu. Petugas mengambil bahan yang disimpan
dengan mencari alamat di address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai
dengan material list yang diterima dari bagian produksi (satu pallet
diperuntukkan satu process order). Penyerahan bahan hanya dapat
dilakukan atas permintaan Supervisor atau foreman dengan menyertakan
transfer slip yang telah ditandatangani oleh pelaksana dan mendapat
paraf Supervisor dan foreman. Produk ruahan ex-import hanya boleh
dikirim ke bagian Packaging setelah diluluskan IQC departemen dan
ditempelkan label ”RELEASED”. Produk ruahan ex-lokal boleh langsung
dikirim tanpa menunggu label ”RELEASED” kecuali ada produk yang
berlabel ”QUARANTINE”.
3) Pengeluaran produk jadi
Pengeluaran produk jadi dapat terjadi untuk dijual, diserahkan ke
bagian yang bertanggung jawab dalam distribusi, untuk diambil
contohnya, dikembalikan ke bagian produksi untuk suatu proses tertentu,
dan untuk dimusnahkan. Hanya yang berlabel released yang boleh
dikeluarkan untuk dijual, diserahkan ke bagian yang bertanggung jawab
dalam distribusi. Warehouse pharmacist atau wakilnya memerintahkan
pengambilan produk jadi dengan mencatat Picking List yang dilengkapi
alamat tempat penyimpanan produk. Bahan yang lebih dahulu waktu
kadaluarsanya (FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih dahulu
dikeluarkan dan barang yang lebih dahulu diterima (FIFO) merupakan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


96

pilihan kedua. Bilamana kedua hal di atas sama maka bahan dalam
jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu. Surat jalan dibuat dan
diparaf oleh Warehouse pharmacist/ wakilnya untuk menyerahkan
produk jadi yang bersangkutan ke distributor. Di sini dilakukan
pemeriksaan jumlah dan nomor betsnya.
Pengiriman produk jadi ke distributor/ ekspor selama perjalanan
harus memperhatikan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan. Untuk
produk yang harus disimpan pada suhu 2°-8°C dikemas pada box dari
styrofoam dan ditempatkan pada ice packed atau menggunakan sarana
transportasi yang memiliki fasilitas pendingin sehingga persyaratan suhu
terpenuhi.
4) Pengeluaran bahan di luar keperluan produksi dan penjualan
Pengeluaran bahan untuk keperluan di luar produksi dan penjualan
harus dibuat material request form yang disahkan oleh Supervisor atau
kepala departemen dari departemen yang bersangkutan termasuk
pengeluaran bahan Operating Supplies (OS) yang digunakan untuk
keperluan produksi atau produk jadi untuk contoh pertinggal.

d. Penanganan bahan yang tersimpan lama


Bahan yang tersimpan lama di gudang dengan permintaan dari IQC untuk
diretesting akan dipindahkan ke area karantina. Label karantina disiapkan sesuai
informasi yang tertera pada label released. Barang ini setelah diuji oleh QC dan
memenuhi syarat maka akan menjadi bahan released kembali dan jika tidak
memenuhi syarat maka akan menjadi bahan rejected.

e. Penanganan bahan yang tidak digunakan lagi


Plant Logistic Department menerbitkan scrap form yang menyebutkan
nama material, nomor material, dan jumlah material yang tidak digunakan lagi.
Scrap form harus ditandatangani oleh Head of Industrial Affairs. Untuk bahan
rusak selama penyimpanan di gudang, Plant Logistic Department akan membuat
scrap form berdasarkan laporan dari gudang.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


97

f. Penanganan bahan yang kadaluarsa


Setiap satu bulan sekali IQC Department akan memberikan daftar produk
yang kadaluarsa maupun produk-produk yang hampir kadaluarsa dan
didistribusikan ke gudang. Setelah menerima daftar tersebut, bagian gudang akan
mengganti label bahan tersebut dengan label “QUARANTINE”. Selanjutnya dari
QC akan melakukan test ulang terhadap produk-produk tersebut apakah masih
bisa dipakai lagi atau tidak. Apabila bagian QC menyatakan produk-produk
tersebut masih memenuhi syarat maka akan kembali digunakan dengan diberi
label “RELEASED” lagi. Akan tetapi jika hasil retest menyatakan sudah tidak
memenuhi syarat maka produk-produk tersebut akan diberi label “REJECTED”.

g. Penanganan bahan yang ditolak (rejected)


Bahan yang di-rejected dari IQC Department, pada setiap kemasan diberi
label “REJECTED” dan dipindahkan ke area rejected. Apabila bahan rejected
merupakan tanggung jawab:
1) Perusahaan, maka bahan tersebut dikeluarkan dari stok dengan membuat
scrap form.
2) Supplier/ vendor, maka dilakukan proses return to vendor.
3) Packaging material yang di-rejected harus dihancurkan oleh PT Aventis
Pharma.

h. Penanganan bahan yang tumpah


Penanganan bahan yang tumpah secara umum adalah dengan
mengumpulkannya dengan vacuum cleaner yang dilengkapi dengan HEPA filter
(untuk bahan padat kering) dan menggunakan lap kering atau chemical absorbent
(untuk bahan cair). Isi vacuum cleaner dimasukkan ke dalam wadah yang diberi
label yang mencakup nama isi (generik), jumlah, dan tandai dengan “untuk
dikirim ke PPLI”. Penanganan untuk bahan berbahaya seperti Claforan dan
Taxotere ditangani sesuai dengan sifat masing-masing material.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


98

i. Penanganan limbah
Limbah pabrik diberi identitas dan status (untuk dimusnahkan) dan
disimpan di tempat penyimpanan limbah. Limbah dan rejected material hanya
boleh disimpan di waste/rejected area maksimal 90 hari dan selanjutnya harus
sudah dimusnahkan atau dikirim ke PPLI.

j. Inventory Stock Taking


Stock Taking merupakan pengecekan jumlah dan jenis seluruh barang yang
ada digudang. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya
penyimpangan/perbedaan stock secara fisik dan administratif dan melakukan
koreksi atas perbedaan stock tersebut, sehingga stock yang ada mencerminkan
keadaan sebenarnya, serta untuk mencegah secara dini penyimpangan akibat salah
guna dan dalam proses kerja. Kegiatan ini dilakukan minimal 1 tahun sekali. Jika
terdapat perbedaan antara aktual dan SAP dilakukan adjustment yang dibuat oleh
accounting Department dan didistribusikan ke Plant Logistic Department,
warehouse unit.

k. Pemeriksaan stock barang secara acak


Pemeriksaan alamat bahan dan perhitungan stok barang secara acak
minimal 5 item berbeda setiap hari untuk setiap Packaging material, raw
material, dan finished good.

l. Pelaksanakan program Health, Safety, and Environment (HSE)


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bekerja di Warehouse,
yaitu safety dan dilakukannya pemantauan lingkungan. Safety harus diperhatikan
karena pekerjaan di warehouse selalu berhubungan dengan alat berat, untuk itu
saat bekerja di warehouse harus memakai helm dan sepatu khusus. Selain itu,
untuk proteksi dari suhu dingin, maka personel yang masuk ke cold storage harus
memakai pakaian khusus. Untuk safety di warehouse sendiri, maka warehouse
harus dilengkapi dengan hydrant, fire extinguisher, sprinkler (untuk mengatasi
kemungkinan kebakaran), water barrier, dan emergency exit. Pemantauan
lingkungan yang dilakukan adalah pemantauan suhu, kelembaban, dan tekanan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


99

4.6 Purchasing Department


Selain bagian-bagian di atas, terdapat pula Purchasing Department yang
terkait erat dengan divisi Industrial Affairs. Purcashing department dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggung jawab kepada Plant Director dan membawahi
dua orang officers. Purchasing department bertanggung jawab terhadap
pembelian (barang dan layanan) dan memastikan bahwa proses pembelian sesuai
dengan prinsip-prinsip kebijakan perusahaan, peraturan setempat, dan standar
etika. Barang-barang yang dibeli oleh purcashing meliputi:
a. Stock Items Industrial Affairs (COGS)
Stock item disebut juga inventory items atau COGS (cost of goods sold).
Yang termasuk kategori barang-barang ini adalah bahan-bahan yang akan
digunakan dalam produksi obat di Aventis Jakarta, berupa bahan baku obat dan
bahan pengemas. Disebut stock items IA (Industrial Affairs) karena bahan-bahan
ini hanya dipergunakan di bagian Industrial Affairs (factory). Dalam pembelian
bahan tersebut, Purcashing Department juga bertanggung jawab dalam izin
maupun surat impor yang diperlukan. Untuk barang-barang stock items ini proses
pengadaannya melalui vendor evaluation dan audit yang dilakukan bersama
dengan Quality Assurance. Pembelian barang-barang ini harus mengikuti daftar
pemasok resmi yang dikeluarkan oleh Quality Assurance.
b. Non Stock Items IA (non COGS)
Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang atau jasa yang diperlukan
dalam Industrial Affairs namun bukan merupakan stock items. Contohnya adalah
technical and spare parts, project/ machinery, factory and laboratory supplies.
c. Non Stock Items Commercial Operations
Barang dan jasa dalam kategori ini adalah barang yang diperlukan oleh
bukan hanya Industrial Affairs Division tetapi juga oleh semua divisi dalam PT
Aventis Pharma. Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang dan jasa seperti
travel dan hotel, stationery, office equipment, motor, dan mobil.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


BAB 5
PEMBAHASAN

Pasar industri farmasi di Indonesia saat ini terus berkembang, dapat dilihat
dengan semakin bertumbuhnya industri farmasi baru, baik besar maupun kecil,
baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang ingin ikut bermain dalam bidang ini. Semakin banyak pesaing tentu
akan meningkatkan persaingan dalam merebut pangsa pasar dan hal ini
menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih produk. Persaingan
produk dapat berupa persaingan kualitas, harga, ketersediaan produk maupun
variasi produk.
Industri farmasi harus selalu mengacu pada Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Berdasarkan CPOB, kualitas obat tidak hanya ditentukan oleh produk akhir,
namun harus dibangun ke dalam produk (built in quality). Untuk memenuhi hal
tersebut, maka seluruh aspek yang berkaitan dengan proses pembuatan obat harus
terpantau dengan cermat dan terkendendali. Aspek-aspek yang turut menentukan
mutu obat antara lain bahan awal, proses pembuatan, pengawasan mutu,
bangunan, peralatan yang dipakai, sampai pada personalia yang terlibat dalam
proses pembuatan
PT Aventis Pharma merupakan salah satu Industri Farmasi yang telah
beroperasi di Jakarta dan memproduksi produk-produk farmasi sejak Agustus
1972, telah melalui empat kali proses penggabungan. Proses yang terakhir tersebut
adalah antara PT Aventis Pharma Indonesia dengan PT Sanofi Synthelabo dengan
nama baru Sanofi Group. PT Aventis Pharma berkewajiban memenuhi ketentuan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB dan ditindaklanjuti dengan
ditetapkannya SK Dirjen POM No. 05411/A/SK/XII/1989 tentang penerapan
CPOB di industri farmasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa
produk obat yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

100 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


101

PT Aventis Pharma Indonesia merupakan bagian dari Sanofi Global. Oleh


karena itu, untuk mendapatkan kualitas produk obat yang selalu konsisten PT
Aventis Pharma selalu berpedoman kepada Global Quality Standard yaitu standar
mutu yang ditetapkan oleh induk perusahaannya secara global dan
dikombinasikan dengan standar mutu negara masing-masing. Jika di Indonesia,
maka standar mutu yang digunakan adalah Farmakope Indonesia dan ketentuan
CPOB. Namun karena beberapa produk yang diproduksi di PT Aventis Pharma
ditujukan untuk pasar ekspor, maka terdapat beberapa standar lain seperti standar
yang mengacu pada Euro Pharmacopeia dan GMP dan PT Aventis Pharma akan
menyesuaikan dengan persyaratan yang dimiliki oleh negara tujuan ekspor.
Dalam menentukan suatu pabrik memenuhi persyaratan CPOB atau tidak
dapat dilihat melalui lima aspek utama yang menjadi pilar CPOB, diantaranya :
a. Spesifikasi
Semua peralatan, bangunan, ruangan, bahan baku, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses pembuatan obat sampai terbentuk sediaan obat jadi
yang siap dipasarkan harus memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah
ditetapkan.
b. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure)
Setiap pekerjaan yang dilakukan, yang berkaitan secara langsung maupun
tidak langsung dengan proses pembuatan obat, harus dilakukan mengikuti suatu
standar tertentu untuk menjamin suatu keseragaman kerja.
c. Validasi
Semua peralatan maupun prosedur tetap yang dipakai harus dapat
dibuktikan kebenaran atau kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah
ditetapkan.
d. Monitoring
Sebelum melakukan proses produksi, harus selalu dilakukan pengecekan
secara rutin terhadap semua aspek produksi untuk menjamin proses produksi
terlaksana sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


102

e. Dokumentasi
Semua kegiatan yang dilakukan dalam penerapan CPOB tersebut, harus
selalu dicatat atau didokumentasikan sebagai bukti bahwa hal tersebut memang
benar telah dilakukan.
PT Aventis Pharma telah memenuhi kelima pilar CPOB tersebut dalam
setiap tahapan yang berhubungan dengan proses pembuatan obat. Untuk
meyakinkan hal ini maka dapat dilihat secara garis besar melalui aspek hardware,
software dan humanware yang tervalidasi dan terkualifikasi. Hardware terdiri dari
equipment (peralatan), facility (bangunan), dan utility (air, listrik, AHU system).
Setiap peralatan, bangunan, ruangan, bahan baku, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses pembuatan obat telah ditetapkan terlebih dahulu
spesifikasi dan persyaratan yang diinginkan sebelum pengadaannya. Indikator dan
sensor – sensor yang menjadi parameter pada peralatan, bangunan, dan ruangan
telah dikalibrasi secara berkala. Peralatan, bangunan, dan ruangan dipastikan
memenuhi persyaratan melalui proses kualifikasi dan validasi, sedangkan bahan
baku dipastikan memenuhi persyaratan melalui pengujian di Quality Control.
Hardware ini tidak bisa berjalan apabila tidak ada software sehingga
diperlukan adanya software seperti prosedur tetap, manual instruction, dan lain –
lain. Selain itu, terdapat humanware yaitu personel atau manusia yang juga harus
dikendalikan agar dapat menjamin kualitas produk tetap dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, industri farmasi harus menyediakan personel yang memenuhi
kualifikasi tertentu serta terlatih melalui program pelatihan berkesinambungan dan
seluruh prosedur tetap yang berlaku harus dilatihkan terlebih dahulu kepada
karyawan. Proses pelatihan, kualifikasi, validasi, spesifikasi dan lainnya yang
berkaitan dengan mutu obat didokumentasikan dengan baik dan benar pada
departemen Quality Assurance sehingga apabila diperlukan adanya proses
investigasi dan penelusuran bukti dokumen dapat mudah dilakukan.
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Sebagaimana telah
ditetapkan dengan keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.3.0027 Tahun 2006
tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Tahun 2006
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor
HK.03.01.23.09.10.9030 Tahun 2010 sudah tidak sesuai dengan perkembangan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


103

ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pembuatan obat dan bahan obat. Oleh
karena itu ditetapkan Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195
Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Tahun
2012.
PT Aventis Pharma telah mendapatkan Sertifikat CPOB untuk seluruh
produk atau bentuk sediaan yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
aspek CPOB yang tertuang di dalam Pedoman CPOB telah dipenuhi oleh PT
Aventis Pharma Indonesia. Aspek CPOB ini telah dilakukan secara menyeluruh
terhadap setiap tahapan dari proses pembuatan obat mulai dari pemilihan pemasok
bahan awal sampai penilaian terhadap distributor yang akan menyalurkan produk
PT Aventis Pharma hingga ke tangan konsumen. Berikut ini adalah hasil
pengamatan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (02 September – 31 Oktober
2013) mengenai penerapan 12 aspek CPOB 2012 di PT Aventis Pharma.

5.1 Manajemen Mutu


Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
dokumen izin edar (registrasi) serta tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.
Manajemen bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tersebut melalui suatu
kebijakan, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di
semua departemen di dalam perusahaan, dan pihak ketiga (pemasok) Untuk
mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan
manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.
Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang
tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. Tindakan
yang sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam manajemen mutu terdapat manajemen
resiko mutu yaitu suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk, dimana harus
memastikan bahwa evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


104

pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait
pada perlindungan pasien, dan juga tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari
proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
Berdasarkan pengamatan selama PKPA, PT Aventis Pharma telah
menerapkan aspek manajeman mutu yang meliputi pengawasan dan pemastian
mutu dengan konsep dasar CPOB. Dalam struktur organisasi PT Aventis Pharma,
terdapat IQC Departement yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu
menyeluruh dalam arti pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan sejak
bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In Process Control/IPC), sampai
dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian terhadap
pemasok dan distributor. Penerapan sistem manajemen resiko mutu pada PT.
Aventis Pharma belum sepenuhnya diterapkan.

5.2 Personalia
Industri farmasi hendaklah memiliki personel yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai sehingga tiap personel tidak
dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap
mutu obat. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi dengan
pembagian tugas spesifik dan kewenangan dari masing-masing personel sehingga
tidak terjadi tumpang tindih dalam penerapan CPOB. Berdasarkan CPOB,
personalia dalam industri farmasi harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan sesuai dengan tugasnya, juga memiliki kesehatan mental dan fisik
yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Selain itu
mereka harus mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB.
Dalam melaksanakan sistem manajemen mutu, PT. Aventis Pharma
didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. SDM
dikelompokkan dalam bidang-bidang tertentu dan memiliki tugas serta tanggung
jawab masing-masing. Dari struktur organisasi (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa
Production Departement dan IQC Departement masing-masing dipimpin oleh
apoteker yang berbeda dan tidak saling bertanggung jawab satu dengan yang lain
dan memiliki wewenang serta tanggung jawab yang penuh dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


105

Seluruh personalia yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan


obat dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah
pembuatan obat hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan
tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. PT Aventis Pharma melalui bagian
Human Resources Department telah melaksanakan perekrutan personil yang
terkualifikasi serta telah melakukan program pelatihan (training). Pelatihan
tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan dengan frekuensi yang
memadai untuk menjamin agar personalia terbiasa dengan persyaratan CPOB
yang berkaitan dengan tugasnya. Catatan pelatihan personalia mengenai CPOB
harus disimpan dan efektivitas program pelatihan harus dinilai secara berkala. Dan
setelah mengadakan pelatihan, prestasi personalia perlu dinilai untuk menentukan
apakah mereka memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas
yang diberikan kepadanya. Pelatihan personel yang dilakukan oleh PT Aventis
Pharma secara garis besar terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Pelatihan umum CPOB
Pelatihan ini mencakup teori dan praktek CPOB secara umum, pengenalan
mikroorganisme, HSE, personnel hygiene, safety awareness dan prosedur.
b. Pelatihan khusus CPOB
Pelatihan ini diberikan sesuai dengan tugas spesifik yang diberikan pada
personalia tersebut untuk dilaksanakan dalam area spesifik seperti area bersih, dan
area steril, dll. QA Unit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa program
pelatihan yang disiapkan sesuai dengan persyaratan dari pemerintah ataupun
Global Quality Standard dan juga memonitor pelaksanaan dari pelatihan tersebut
selalu memenuhi persyaratan. Frekuensi pelatihan tergantung pada setiap
departemen. Departemen harus yakin bahwa setiap karyawan mengerti mengenai
ketentuan-ketentuan CPOB. Apabila terdapat perubahan prosedur tetap atau
adanya prosedur tetap baru, maka pelatihan tambahan harus diatur oleh
departemen yang bersangkutan. Para partisipan yang terlibat dalam prosedur,
dilatih oleh supervisor divisi yang bersangkutan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


106

5.3 Bangunan dan Fasilitas


PT Aventis Pharma telah ditunjang oleh gedung, sarana dan fasilitas yang
memadai. Bangunan di PT Aventis Pharma didesain berdasarkan Sanofi Global
Quality Standard dan Sanofi Global Engineering yang terdiri dari pabrik, kantor,
gudang, dan laboratorium. Bangunan ini telah memiliki desain, ukuran dan letak
yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaannya.
Desain dan tata letak ruang produksi dibangun dengan mengelompokkan
kegiatan produksi sesuai jenis produk, sehingga dapat menghindari terjadinya
kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi mutu obat, keselamatan
dan kesehatan kerja. Selain itu, kegiatan produksi dapat berlangsung tanpa harus
berhubungan dengan daerah di luar kegiatannya sehingga seluruh karyawan dan
arus kerja dapat berjalan lancar, komunikasi dan pengawasan dapat berjalan secara
efektif. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam CPOB.
Gedung produksi dan gudang dibuat terpisah tetapi terdapat beberapa akses keluar
masuk yang ketat dari gudang ke ruang produksi dan sebaliknya. Area
penyimpanan barang di gudang dikelompokkan berdasarkan status material yang
bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), suhu penyimpanan, dan tipe
material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Ruangan gudang terdiri dari
area penerimaan, pengeluaran, karantina, penyimpanan material (packaging
material, raw material, semifinished product, dan finished product) dan ruang
administrasi. Sekarang ini, PT Aventis Pharma telah menerapkan Warehouse
Management System (WMS) untuk mengontrol pergerakan dan penyimpanan
bahan dalam gudang dan proses terkait, termasuk pengiriman dan penerimaan
barang, penyimpanan (quarantine, released dan rejected material). Sistem
manajemen gudang memanfaatkan identifikasi secara otomatis dan teknologi
pengambilan, seperti barcode scanner, sistem komputer, LAN nirkabel untuk
secara efisien memantau aliran produk . Setelah data telah dikumpulkan, akan ada
batch sinkronisasi dengan transmisi nirkabel real-time ke database pusat. Database
kemudian dapat memberikan laporan yang berguna tentang status barang di
gudang . Desain gudang dan desain proses dalam gudang juga merupakan bagian
dari WMS. Aspek dari WMS meliputi aspek logistik dan manajemen rantai
pasokan .

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


107

Persyaratan ruang produksi meliputi kebersihan ruangan (terhadap partikel


dan cemaran mikroba), suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan perbedaan
tekanan udara. Pada ruang produksi PT Aventis Pharma, permukaan lantai,
dinding, langit-langit dan pintu dibuat kedap air, tidak terdapat sambungan untuk
mengurangi pelepasan atau pengumpulan partikel dan mencegah pertumbuhan
mikroba. Lantai tersebut dilapisi dengan cat epoksi agar mudah dibersihkan dan
untuk mencegah terjadinya perembesan air tanah. Lantai harus dijaga agar tidak
tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya dan dapat menjadi tempat
akumulasi debu serta kotoran. Untuk menghindari kerusakan pada lantai maka
seluruh personalia yang berada di ruang tersebut harus menggunakan sepatu
khusus yang beralaskan karet. Bentuk-bentuk sudut pada dinding, langit-langit
maupun lantai dihilangkan dan menggantinya menjadi bentuk lengkungan untuk
mencegah akumulasi debu dan kotoran serta memudahkan pembersihan.
Area di PT Aventis Pharma terbagi menjadi tiga kelas, yaitu ruang kelas 1,
kelas 2, dan kelas 3. Ruang kelas 3 di PT Aventis Pharma lebih bersih dibanding
ruang kelas 2, demikian pula ruang kelas 2 lebih bersih dibanding ruang kelas 1.
Ruang kelas 3 setara dengan kelas kebersihan E yang digunakan sebagai ruang
produksi (processing) dan pengemasan primer (primary packaging). Sementara
itu, ruang kelas 2 yang setara dengan kelas kebersihan F merupakan ruang
pengemasan sekunder (secondary packaging), dan ruang kelas 1 diperuntukkan
untuk gudang. Pada ruang-ruang tertentu, terdapat airlock yang berfungsi untuk
mencegah kontaminasi silang antar ruangan, seperti di ruang granulasi, tabletting,
penyalutan, serta ruang antara gudang dan processing.
Untuk proses pengolahan obat yang berbahaya, disediakan peralatan dan
perlakuan khusus tersendiri. Contohnya adalah pada proses cetak tablet
Rovamycine digunakan turret karena Rovamycine termasuk dalam kategori OEB
(Occupational Exposure Band) 4. Selain itu, saat pengolahan Rovamycine,
operator juga harus mengenakan pakaian khusus yang dapat melindungi dari
pengaruh buruk Rovamycine yang sesuai dengan persyaratan HSE.
Antara gudang dan area produksi terdapat ruang transit untuk
memindahkan barang atau suplai bahan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
penyebaran debu dari gudang ke area produksi. Selain itu, terdapat gowning area

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


108

untuk meminimalkan terjadinya pengotoran oleh partikel debu yang terbawa oleh
karyawan. Di area produksi terdapat empat ruang transit, yaitu:
1. Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian processing
yang ada di area kelas 3.
2. Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan primary packaging
material dari gudang ke bagian pengemasan primer yang ada di area kelas 3.
3. Ruang transit 3 untuk mengirim secondary packaging material dari gudang
ke bagian pengemasan sekunder di area kelas 2.
4. Ruang transit 4 untuk mengirim finished product dari bagian packaging di
area kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan.

Seluruh bangunan PT Aventis Pharma terawat dengan baik, senantiasa


dalam keadaan rapi dan bersih serta dilengkapi dengan peralatan dan utilitas untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan dengan memprioritaskan pada terciptanya
sanitasi, higiene, keamanan dan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan
sekitar. Selain itu, setiap bangunan PT Aventis Pharma dilengkapi dengan pintu
emergency untuk keadaan darurat. Pintu ini selalu ditutup rapat untuk mencegah
pencemaran. Pintu emergency pada PT Aventis Pharma tidak dikunci dan tidak
boleh ada barang-barang yang menghalangi pintu, sehingga pada keadaan darurat
pintu ini dapat langsung dibuka. Untuk menjamin keamanan, maka pada setiap
pintu emergency diberi segel berupa stiker, sehingga jika pintu pernah dibuka,
segel akan rusak dan terdapat alarm yang terhubung dengan security.

5.4 Peralatan
Semua peralatan di PT Aventis Pharma memiliki dokumen kualifikasi,
prosedur tetap untuk operasional, pembersihan dan pemeliharaan, serta log book
untuk kalibrasi dan pemakaian alat. Peralatan-peralatan tersebut ditempatkan
dengan benar sehingga memudahkan pembersihan, perawatan dan perbaikan.
Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga
dibersihkan secara teratur, sesuai prosedur pembersihan alat yang dirinci dalam
prosedur tetap, untuk mencegah kontaminasi yang dapat merubah identitas,
kualitas atau kemurnian suatu produk. Untuk proses pembersihan alat-alat

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


109

produksi, dilakukan sendiri oleh operator alat tersebut. Pada pembersihan ruangan,
PT Aventis Pharma melakukan kerja sama dengan perusahaan out source cleaning
service.
Validasi pembersihan dilakukan pada setiap peralatan yang critical untuk
menyediakan verifikasi bahwa prosedur pembersihan tersebut reprodusibel. Tiap
peralatan utama diberi nomor identifikasi. Nomor tersebut dipakai pada semua
instruksi kerja dan pada catatan pengolahan dan pengemasan bets yang
menunjukkan bahwa alat tersebut digunakan pada proses tertentu. Seluruh
peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi terlebih dahulu
meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Cara
kualifikasi di PT. Aventis Pharma telah diuraikan dalam prosedur tetap kualifikasi
peralatan. Setiap peralatan yang digunakan selalu dilengkapi catatan yang
menerangkan pemeliharaan, penggunaan, kalibrasi, dan perbaikan dalam satu
kesatuan pencatatan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur,
menguji, dan mencatat selalu diperiksa ketelitiannya secara teratur dan dikalibrasi
berdasarkan jadwal dan prosedur tetap kalibrasi. Setiap peralatan yang akan
digunakan untuk pengujian harus dipastikan bahwa jadwal kalibrasi peralatan
tersebut masih berlaku, sehingga hasil yang diperoleh dari pengujian
menggunakan peralatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan menunjukkan
hasil yang sebenarnya. Untuk peralatan yang digunakan untuk proses
produksiobat, sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu bahwa alat
tersebut telah dibersihkan sebelumnya dan telah diberi label “BERSIH”. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kontaminasi produk oleh produk yang dibuat
sebelumnya

5.5 Sanitasi dan Higiene


Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam CPOB, PT Aventis
Pharma menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi, meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan setiap hal yang dapat
merupakan sumber pencemaran produk. Mutu produk harus dijaga agar terbebas
dari kontaminasi akibat pengaruh lingkungan maupun karyawan. Oleh karena itu,

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


110

penerapan sanitasi dan higiene karyawan mutlak diperlukan dalam proses


pembuatan obat.
PT Aventis Pharma sangat memprioritaskan kesehatan dan keselamatan
kerja karyawan dan lingkungannya agar terhindar dari paparan produk yang
berbahaya. Untuk itu, PT Aventis Pharma melaksanakan seluruh kegiatannya
menggunakan standar yang ditetapkan oleh HSE dengan berpedoman kepada
Global HSE Standard, yaitu suatu standar yang bertujuan untuk meminimalkan
bahaya paparan produk terhadap karyawan dan lingkungan.
Tindakan nyata yang telah dilaksanakan oleh HSE adalah pelatihan yang
menyangkut kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan. Program sanitasi dan
higiene personalia yang diterapkan antara lain program pemeriksaan kesehatan,
dan penerapan kebersihan perorangan seperti cuci tangan sebelum memasuki
ruang produksi, penggunaan pakaian bersih, serta kebiasaan higienis seperti
dilarang makan dan minum di ruang produksi. Di bidang kesehatan, setiap tahun
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan pada seluruh personalia untuk mengetahui
hubungan antara jenis kegiatan yang dilakukan dengan perkembangan
kesehatannya. Selain itu, PT Aventis Pharma juga menyediakan dokter umum
pada setiap hari kerja, sehingga karyawan PT Aventis Pharma yang mengalami
gangguan kesehatan dapat memeriksakan kesehatan dirinya sehari-hari. Evaluasi
hasil pelaksanaan program HSE berdasarkan pada laporan terjadinya kecelakaan
kerja. Sejak tanggal 1 September 2003 sampai 24 Mei 2012, processing telah
bekerja selama 2513 hari, tanpa hilang hari kerja dan 2513 hari tanpa cedera,
sedangkan unit packaging sejak tanggal 24 Agustus 2004 sampai 24 Mei 2012,
telah bekerja selama 2783 hari, tanpa hilang hari kerja dan 4732 hari tanpa cedera.
Di dalam ruang loker pria/wanita (berlokasi di lantai pertama), semua personel
melepaskan pakaian dan sepatu yang dipakainya sejak dari rumah dan
menyimpannya di dalam loker pakaian dan loker sepatu individual. Pada ruang
loker melalui ruang pencucian, dimana mereka diharuskan untuk mencuci tangan
mereka. Bagi pengunjung yang tidak memiliki baju dan sepatu individual, maka
disediakan baju disposable dan shoe cover yang dibuang setiap kali dipakai.
Untuk menjamin keamanan karyawan dan untuk menjamin perlindungan
terhadap produk dari pencemaran, maka karyawan menggunakan pakaian

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


111

pelindung badan yang bersih, dan juga alat pelindung diri seperti masker, sarung
tangan dan kacamata. Masker, sarung tangan, dan kaca mata yang digunakan
memiliki spesifikasi yang berbeda-beda untuk setiap produk. Spesifikasi
perlengkapan pelindung diri untuk setiap produk yang sedang diproduksi pada
suatu rungan tertentu tercantum pada bendera produksi yang ditempel di depan
ruang produksi produk tersebut. Personel yang bekerja pada bagian processing
menggunakan pakaian seragam (biru muda) sedangkan personel yang bekerja di
ruang packaging menggenakan seragam kerja (biru tua). Perlengkapan ini
dikenakan di gowning room sebelum karyawan memasuki daerah produksi atau
laboratorium. Pada gowning room di daerah produksi terdapat wastafel untuk
mencuci tangan.
Kegiatan makan dan minum tidak boleh dilakukan di daerah produksi dan
laboratorium. Bagi karyawan yang ingin makan dan minum dapat melakukan
kegiatan makan dan minum di kantin. Personel yang hendak meninggalkan area
pekerjaannya, seperti makan siang, mereka harus mengganti pakaiannya dengan
pakaian yang mereka pakai dari rumah dengan mengikuti prosedur kebalikan dari
prosedur di atas. Ruangan-ruangan dan lemari untuk menyimpan pakaian bekerja
yang bersih termasuk sepatu diatur sesuai dengan prosedur tetap yang ada.
Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) disimpan
dalam wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau
disterilisasi.
Di PT Aventis Pharma, bangunan dilengkapi dengan toilet, tempat cuci
tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja
karyawan. Bagi karyawan yang hendak ke toilet, maka karyawan tersebut tidak
boleh mengenakan pakaian dan sepatu pabrik. Semua peralatan yang digunakan,
dibersihkan menurut prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih. Sebelum dipakai, kebersihannya harus selalu diperiksa
ulang. Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan dan sanitasi disimpan dengan
baik. Selain itu, prosedur sanitasi dan higiene dievaluasi secara berkala untuk
memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan
selalu memenuhi persyaratan. Selain itu, pakaian kerja kotor dan lap pembersih

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


112

kotor (yang dapat dipakai ulang) disimpan dalam wadah tertutup hingga saat
pencucian.

5.6 Produksi
Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB agar dapat menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi). Mutu obat yang dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil akhir
analisa obat tetapi juga ditentukan sejak kedatangan material hingga proses
produksi selesai, sehingga ada prosedur baku untuk tiap langkah proses beserta
persyaratan yang harus diikuti seperti yang tercantum dalam prosedur pengolahan
induk dan prosedur pengemasan induk, sehingga mutu obat yang diproduksi dapat
terjamin dan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Pembelian bahan awal
hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan,
dan bila memungkinkan, langsung dari produsen.
Selama rekonsiliasi ditemukan perbedaan yang signifikan atau tidak
normal antara jumlah produk ruahan dan bahan pengemas cetak dibandingkan
terhadap jumlah unit yang diproduksi, maka sebelum diluluskan dilakukan
investigasi dan pertanggungjawaban.
Industri farmasi menyiapkan harus memiliki prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis.
Di PT Aventis Pharma, pembelian bahan awal hanya dari pemasok yang
telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua bahan awal yang
digunakan dalam kegiatan produksi telah dinyatakan lulus oleh QC Unit.
Pemindahan barang dari gudang ke area kelas 2 dan kelas 3 melewati ruang transit
material menggunakan sistem airlock untuk menghindari pencemaran ke area
produksi. Sebelum proses pengolahan, dilakukan check list terhadap suhu,
kelembaban dan tekanan udara dan semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat.
Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus diperiksa sebelum

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


113

digunakan. Selain itu juga dilakukan line clearance untuk mencegah mix up dari
produk sebelumnya.
Selama proses produksi maupun pengemasan selalu dilakukan In Process
Control (IPC) sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilaksanakan
melalui kerjasama antara Production Department dengan QC Unit. Parameter
yang diperiksa selama proses IPC pada setiap produk memiliki rentang hasil dan
jenis pemeriksaan yang berbeda. Rentang hasil dan jenis pemeriksaan produk,
tercantum dalam prosedur pengolahan induk yang bersangkutan. Selama proses
IPC, dilakukan evaluasi parameter-parameter kritis, diantaranya adalah
keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan lain-lain. Sampling
dilakukan oleh Production Department, sedangkan pemeriksaannya dilakukan
bersama-sama oleh bagian produksi dan QC. Production Department hanya
melakukan pemeriksaan keseragaman bobot, keregasan, kekerasan, dan waktu
hancur, sedangkan pemeriksaan kadar zat aktif tablet dan uji disolusi dilakukan
oleh QC. Pemeriksaan oleh Production Department dilakukan di ruang IPC yang
terletak di dalam pabrik dan dilakukan oleh opertaor yang sedang memproduksi
produk tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaaan IPC, maka opertaor akan
menuliskan hasil pemeriksaannya pada prosedur pengolahan induk dan
menempelkan print out mesin sebagai bukti bahwa operator telah melakukan
pemeriksaan. Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan oleh QC dilakukan pada
laboratorium QC yang terletak di luar pabrik.
Apabila pada suatu proses ditemukan adanya kelainan atau kegagalan
maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan. Proses pengemasan
dilakukan di dua kelas, yaitu pengemasan primer dilakukan di area kelas 3,
sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di area kelas 2. Proses pengemasan
dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat untuk menjamin identitas, keutuhan,
kelengkapan, dan kualitas produk yang telah dikemas. Sebelum pengemasan
dimulai, dipastikan bahwa peralatan dan ruangan atau jalur pengemasan dalam
keadaan bersih dan bebas dari produk lain yang tidak diperlukan dalam
pengemasan. Penandaan pada label, dus ataupun komponen lain dengan nomor
bets, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi secara ketat pada setiap tahap
pengemasan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


114

Bentuk pengawasan mutu dalam pengemasan ini adalah pemeriksaan


kebocoran blister yang dilakukan pada awal, tengah, dan akhir proses
pengemasan. Pemeriksaan kebocoran pengemas ini dilakukan dengan
menggunakan alat vakum, dengan cara merendam produk yang telah dikemas
dalam methylene blue dalam sebuah bejana yang menyerupai desikator.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk obat tersebut tetap
memenuhi spesifikasi yang ditentukan mulai dari pengemasan hingga dikonsumsi
oleh konsumen. Sisa produk atau produk yang rusak selama pengemasan,
dihitung, dicatat kemudian dihancurkan. Begitu pula dengan kemasan sekunder
atau packing insert yang tersisa selama proses pengamasan. Selanjutnya, produk
jadi dikirim ke gudang untuk dikarantina. Keputusan bahwa produk bersangkutan
dapat dipasarkan atau tidak (released atau rejected) tergantung hasil pemeriksaan
dari QC Unit.
5.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu di PT Aventis Pharma secara menyeluruh dilakukan
oleh IQC Department. Pengawasan mutu ini dilakukan terhadap bahan awal,
produk setengah jadi sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk di
dalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor. IQC Department
membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance Unit (QA Unit) dan Quality
Control Unit (QC Unit). QA Unit bertanggung jawab penuh terhadap mutu obat
yang dihasilkan mulai dari bahan awal, proses produksi, environment monitoring,
dokumentasi, validasi, stabilitas, kualifikasi dan kalibrasi, penanganan
penyimpangan dan hasil uji diluar spesifikasi, inspeksi diri dan audit internal,
pengendalian terhadap perubahan, pelatihan personalia, audit pemasok,
penanganan distribusi obat jadi, penangan keluhan dan penangan sample tertahan.
Di lain hal, QC Unit bertanggung jawab penuh pada pemeriksaan spesifikasi
bahan awal, produk antara dan produk jadi.
QC Unit di PT Aventis Pharma telah memiliki sarana laboratorium
pemeriksaan yang sangat baik. Laboratorium dilengkapi dengan peralatan yang
lengkap. Ada tiga laboratorium di departemen ini, yaitu laboratorium kimia,
laboratorium instrumen, dan laboratorium mikrobiologi. Dalam melakukan
tugasnya, seluruh personel diwajibkan untuk memakai pakaian pelindung dan alat

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


115

pengaman seperti masker, kacamata, dan sarung tangan yang disesuaikan dengan
keperluannya. Di laboratorium kimia, pereaksi yang dibuat diberi label yang
sesuai, seperti nama pereaksi, konsentrasi, waktu pembuatan, batas waktu
penggunaan dan tanda tangan analis yang membuat pereaksi yang bersangkutan.
Dengan demikian identitas seluruh pereaksi yang digunakan dapat
diketahui dengan jelas guna menjamin kebenaran hasil pengujian. Selain itu,
terdapat pula baku pembanding yang disimpan secara rapi menurut kondisi
penyimpanannya. Pengawasan mutu terus dilakukan meskipun proses produksi
telah selesai dilaksanakan yang diwujudkan dalam bentuk pemeriksaan hasil akhir
dari masing-masing tahapan proses. Pemeriksaan ini dilakukan oleh QC yang
didasarkan pada CoA yang menyertai pengiriman produk dan spesifikasi yang
ditetapkan oleh PT Aventis Pharma. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Catatan
Hasil Pemeriksaan (CHP) dan pengesahan status produk dilakukan oleh QC
Supervisor.
QA Unit harus dapat menjamin bahwa obat yang dibuat dan dipasarkan
telah memenuhi persyaratan CPOB, HSE dan Global Quality Standard. Mutu
produk tidak hanya diperoleh dari serangkaian pengujian yang dilakukan terhadap
produk akhir tetapi mutu harus dibentuk ke dalam produk sejak awal. Oleh karena
itu, QA selalu mengontrol setiap langkah dalam proses produksi, melakukan
analisa bila terjadi kegagalan, serta melakukan audit terhadap supplier dan semua
aspek yang mempengaruhi mutu produk.
Setelah dipasarkan, dilakukan pengawasan mutu dengan melakukan
stabilitas on-going yang bertujuan untuk memantau mutu obat selama masa edar,
dengan jumlah bets dan frekuensi pengujiannya adalah minimal satu bets per
tahun dari produk yang dibuat untuk tiap kekuatan. Selain itu, sampel pembanding
dan sampel pertinggal yang digunakan untuk uji stabilitas ini harus dipisahkan.
Pada PT. Aventis Pharma hal tersebut sudah diterapkan.

5.8 Inspeksi Diri dan Audit Internal


Inspeksi diri dilakukan untuk menilai kesesuaian antara seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB,
serta untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus diambil

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


116

sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan. Kegiatan ini harus
dilakukan secara teratur untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara kontinu.
Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim auditor yang kompeten serta
memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis.
Dengan adanya inspeksi diri, maka dapat dilakukan perbaikan terus menerus
terhadap berbagai kelemahan dan memacu setiap departemen untuk selalu
menerapkan dan meningkatkan kesadaran CPOB pada setiap personel.
Standar yang digunakan untuk inspeksi adalah Quality Manual Aventis,
GMP Internasional, serta CPOB yang ada di Indonesia. Semua prosedur, catatan,
dan laporan inspeksi diri di PT Aventis didokumentasikan dan disimpan oleh QA
Unit. Laporan inspeksi ini selanjutnya dilaporkan kepada IQC Manager. IQC
Manager akan mengevaluasi laporan dan menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang dimasa mendatang
(Corrective Action Plan). Laporan inspeksi selanjutnya juga dilaporkan kepada
Aventis Pharma Global yang selanjutnya akan melakukan penilaian terhadap PT
Aventis Pharma Indonesia.

5.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk


dan Produk Kembalian
Keluhan terhadap produk obat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan yang
menyangkut Efek Samping Obat (ESO) dan menyangkut Keluhan Teknis Kualitas
Obat (KTKO). Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar
perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang
berhubungan dengan kegiatan manufaktur. Sedangkan keluhan dari luar
perusahaan dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, Rumah Sakit
(RS) atau klinik, pemerintah (Badan POM), dan media massa. Bila terdapat
keluhan terhadap obat produksi PT Aventis Pharma, maka sampel obat segera
diperiksa dan diadakan diskusi dengan departemen terkait untuk dilakukan
perbaikan. Investigasi dan penyelesaian kasus harus diselesaikan dalam waktu
satu bulan kemudian dibuat surat tanggapan atas keluhan kepada konsumen atau
pelapor. Keluhan yang berhubungan dengan medis ditujukan ke Medical &
Regulatory Division, sedangkan yang menyangkut KTKO ditujukan ke IQC

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


117

Department. Tindak lanjut dari keluhan tersebut dapat berupa penggantian produk
atau penarikan produk.
Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) dilakukan bila ditemukan ada
produk obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan
adanya efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan
obat jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas
obat tidak baik) atau keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan
farmasi). PKOJ harus dilakukan segera setelah evaluasi laporan dan bila perlu
setelah didapatkan hasil pemeriksaan contoh pertinggal (retained sample) di
laboratorium QC. PKOJ diselidiki hingga tingkat mana produk tersebut ada pada
jaringan distribusi. Tingkat PKOJ ditentukan berdasarkan luas dan jauhnya obat
jadi tersebut beredar di pasaran, yakni:
a. Tingkat I : bila obat baru mencapai distributor pusat.
b. Tingkat II : bila obat sudah mencapai sub-distributor (di daerah).
c. Tingkat III : bila obat sudah didistribusikan dan sudah mencapai sarana
pelayanan obat seperti apotek, rumah sakit, poliklinik dan toko obat.
d. Tingkat IV : bila obat sudah didistribusikan secara luas dan telah mencapai
konsumen seperti dokter, serta pemakai akhir yaitu pasien.
Untuk mempermudah pelaksanaan PKOJ, PT Aventis Pharma melakukan
audit kepada distributor yang akan dipilih. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu
produk PT Aventis Pharma agar setelah keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya
saat sampai ke konsumen. Salah satu penilaiannya adalah distributor harus
mempunyai suatu sistem distribusi yang baik artinya mengetahui kemana saja
produk tersebut didistribusikan.
Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan
dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor) dan dikembalikan ke gudang
PT Aventis Pharma dengan alasan masalah keabsahan maupun salah kirim,
penarikan produk dan atau pack size dari pasaran, kerusakan obat atau
pengemasnya selama pengiriman atau penyimpanan dan kelainan dari segi
kualitas obat maupun bahan pengemasnya. Obat yang sudah kadaluarsa di
distributor dan dikembalikan ke PT Aventis Pharma tidak termasuk dalam
penggolongan obat kembalian karena pada prinsipnya PT Aventis Pharma tidak

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


118

menerima pengembalian obat yang sudah kadaluarsa. Ada prosedur tetap dalam
menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah
obat tersebut dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Obat kembalian disimpan di
gudang pada tempat khusus dan menunggu keputusan QC, apakah akan dikemas
ulang, di-rework, atau dimusnahkan. Obat kembalian yang tidak dapat diolah
kembali akan dimusnahkan dan dibuat Berita Acara Pemusnahan.

5.10 Dokumentasi
Salah satu hal yang sangat fundamental dalam pengoperasian suatu
perusahaan farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB adalah dokumentasi.
Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaknya mengutamakan
tujuannya yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Dokumentasi ini diperlukan pula untuk
memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas
mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan, sehingga memperkecil risiko
kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Hal ini dikarenakan sistem dokumentasi menggambarkan riwayat lengkap dari
setiap bets atau lot suatu produk, sehingga memungkinkan penyelidikan serta
penelusuran terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan. Selain itu, sistem
dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian kondisi
lingkungan, perlengkapan, dan personalia.
Semua kegiatan di setiap departemen PT Aventis Pharma sudah memiliki
dokumentasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan fungsi dan tugasnya
masing-masing. Semua dokumen disahkan oleh departemen terkait, atas
persetujuan IQC Department. Semua dokumen mempunyai sistem penomoran
yang memudahkan penelusuran apabila diperlukan, dan dijaga agar selalu aktual
sehingga setiap dokumen ditinjau ulang secara berkala atau dilakukan perbaikan
bila diperlukan yang diatur dalam protap penanganan dokumen. Protap asli
disimpan, didistribusikan dan dipantau jika sewaktu-waktu terjadi perubahan oleh
QA Unit. Segala bentuk modifikasi terhadap dokumen dikendalikan melalui
prosedur change control. Semua dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan
dan isi, serta semua dokumen harus dijaga dan didistribusikan secara confidential.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


119

5.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Adakalanya suatu produk disebabkan oleh suatu alasan tertentu (misalnya
keterbatasan fasilitas) yang tidak dapat dibuat oleh pabrik milik PT Aventis
Pharma, sehingga produk tersebut dibuat oleh pabrik lain yang ditunjuk. Dalam
hal ini, semua kontraktor atau pabrik yang ditunjuk untuk membuat produk harus
disetujui status GMP dan standar mutunya sebelum kontrak untuk memproduksi
obat tersebut disetujui bersama. Terdapat beberapa kategori perjanjian kerjasama
(kontrak). Kategori tersebut adalah kontrak dasar dan quality agreement. Pada
quality agreement, di samping hal-hal yang mencakup perjanjian dasar, kontrak
tersebut harus mencakup persetujuan tentang pharmaceutical quality. Persetujuan
tersebut harus mencerminkan semua aktifitas GMP pada proses pengolahan,
pengemasan, analisa, penyimpanan, dan distribusinya baik yang mencakup
keseluruhan aktifitas maupun sebagian.
Ketentuan mengenai kerjasama kontrak ini diatur dalam prosedur tetap
Contract Manufacturer. PT. Aventis Pharma menjalin kontrak kerjasama dengan
PT Boehringer-Ingelheim Indonesia (PT BII). PT BII membuat produk toll
manufacturing yang ditujukan untuk PT. Aventis Pharma untuk produk – produk
likuid karena PT Aventis Pharma tidak mempunyai fasilitas produksi likuid. PT
Aventis Pharma menjalin kontrak dengan PT Indofarma, dimana PT Aventis
Pharma membuat produk toll manufacturing untuk PT Indofarma.

5.12 Kualifikasi dan Validasi


CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Validasi proses adalah
salah satu jenis validasi yang dilakukan untuk memastikan dan memberi
pembuktian terdokumentasi bahwa proses (berlangsung dalam parameter desain
yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk sesuai
dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi.
Terdapat tiga jenis validasi proses, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren dan
validasi retrospektif. Di samping itu, juga dilakukan validasi pembersihan yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


120

bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan yang dilakukan dapat


menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mikroba sesuai persyaratan
yang ditetapkan. Selain itu dilakukan juga kualifikasi, yaitu pembuktian secara
tertulis berdasarkan data yang menunjukkan bahwa suatu peralatan, fasilitas
sistem penunjang (utility) komputer dan proses pengemasan secara otomatis
bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara konsisten
dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
Validasi metode analisis umumya dilakukan terhadap empat jenis, yaitu uji
identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas, dan uji
kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen
tertentu dalam obat. Tabel mengenai karakteristik yang berlaku untuk identifikasi,
pengujian terhadap impuritas dan prosedur penetapan kadar terdapat pada Tabel 7.
Kualifikasi terdiri atas empat tahap, yaitu Design Qualification (DQ),
Instalation Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance
Qualification (PQ). Keempat tahapan kualifikasi dilakukan untuk peralatan dan
sistem baru, sedangkan untuk peralatan dan sistem yang dimodifikasi tidak
dilakukan tahap Design Qualification.
Di PT Aventis Pharma telah dilakukan validasi dan kualifikasi terhadap
aspek fasilitas, sistem, proses, dan peralatan sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh PT Aventis Pharma dalam Global Quality Standard. Berdasarkan
objek yang divalidasi, PT Aventis Pharma melakukan validasi terhadap proses
produksi (process validation) dan pembersihan (cleaning validation) baik untuk
ruangan maupun peralatan, serta validasi metode analisis. Semua aktivitas
kualifikasi dan validasi dituangkan dalam Validation Master Plan (VPM). VPM
harus dikaji ulang minimal dalam setiap dua tahun sekali atau jika ada perubahan
jadwal secara signifikan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
PT Aventis Pharma telah menerapkan setiap aspek CPOB dengan baik
dan mengacu pada GMP internasional dan Aventis Global Standard dalam hal
menjamin kualitas produk yang dihasilkan. Apoteker memiliki peranan penting di
industri farmasi sebagai pendorong dan pengarah dalam penerapan CPOB, serta
yang berkaitan dengan mutu obat terutama pada posisi kunci, yaitu di bidang
manufacturing (Production Department) dan pengawasan mutu (Industrial
Quality and Compliance Department). PT Aventis Pharma telah memaksimalkan
peran apoteker dengan baik pada posisi kunci.

6.2 Saran
6.2.1. Penerapan setiap aspek CPOB di PT Aventis Pharma perlu terus
dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk
yang dihasilkan. Peningkatan kesadaran para karyawan akan pentingnya
penerapan CPOB dalam segala aspek.
6.2.2. Perlunya pengembangan sistem peralatan pada bagian Packaging area dari
manual system ke otomatic system sehingga pekerjaan menjadi lebih
efektif dan efisien.
6.2.3. Sebaiknya setiap karyawan fokus mengerjakan jobdesk-nya masing –
masing sehingga menghindari terjadinya double job dan jam kerja menjadi
lebih efektif.

121 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


DAFTAR REFERENSI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia


No.23 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta; 2009.

Aventis Pharma. (2005). Prosedur Tetap Purchasing Department. Jakarta.

Aventis Pharma. (2009). Prosedur Tetap Technical Service Department. Jakarta.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Plant Logistic Department. Jakarta.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Production Department : Processing


and Packaging Unit. Jakarta.

Aventis Pharma. Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap HSE Department.


Jakarta.

Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap IQC Department : Quality Assurance &
Quality Control Unit. Jakarta.

Aventis Pharma. (2013). Sanofi Group Indonesia Organization.Jakarta.

Aventis Pharma. (2013). Industrial Affairs Organization. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, Edisi 2006. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan


Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.33.12.8195 tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri
Farmasi. Jakarta.

Sanofi Aventis. (2012). Sanofi Group Indonesia. http://www.sanofi-aventis.co.id.


diakses pada tanggal 13 Maret 2012

122 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


TABEL

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


124

Tabel 1. Klasifikasi ruangan PT. Aventis Pharma

Kelas Jumlah cemaran mikroorganisme Jumlah cemaran Perbedaan Pergantian Suhu Kelembaban
(beroperasi) partikel tekanan udara
Sampel Sedimentasi Swab test/ HIAC ROYCO 245 A udara
udara rodac
plate
Limit Limit Limit Tidak Beroperasi Pa Kali per °C % RH
(koloni/ (koloni/ m3) (koloni/ beroperasi jam
m3) m3)
≥ 0,5 µm ≥ 5,0 µm
Kelas ≤ 500 ≤ 100 ≤ 80 3.500.000 20.000 ≥ 7,5 ≥ 10 19 -25 30 - 60
3
Kelas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak ≥0 Sesuai 19 -25 Sesuai
2 ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan kebutuhan kebutuhan
Kelas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak - Sesuai Sesuai Sesuai
1 ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan kebutuhan kebutuhan kebutuhan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


125

Tabel 2. Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water dan purified water MilliQ
Potable water Purified water Purified water MilliQ - plus
Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi
Pemerian Larutan Pemerian Larutan jernih, Pemerian Larutan jernih,
jernih, tidak tidak berwarna, tidak berwarna,
berwarna, tidak berbau, tidak berbau,
tidak berbau, dan tidak berasa dan tidak berasa
dan tidak
berasa Larutan harus Partikel Larutan harus
jernih bebas jernih bebas
Konduktivitas 1,3 µS/cm Partikel partikel partikel
5 -7 pH 5-7
Jumlah zat ≤ 1000ms/L
terlarut pH 1,3 µS/cm Konduktivitas 1,3 µS/cm

Seng ≤5,0 mg/ml Konduktivitas Zat yang Larutan tetap


≤ 0,05 mg/ml mudah berwarna merah
Krom ≤0,05mg/ml Resapan ≤ 0,01 mg/ml teroksidasi muda
 400-200 ≤ 0,01 mg/ml
Aluminium ≤0,2mg/ml  200
 190 Larutan tetap Klorida Larutan tidak
Besi ≤0,3 mg/ml berwarna merah keruh
Zat yang mudah muda Nitrat ≤0,2 mg/ml
Kesadahan ≤ 500mg/ml teroksidasi
CaCO3 ≤0,05mg/ml Sulfat Tidak terjadi
Klorida warna biru
Klorida ≤ 250mg/ml ≤0,5mg/ml
Nitrat
Mangan ≤0,1mg/ml Tidak terjadi Kalsium dan Tidak terjadi
Sulfat kekeruhan Magnesium warna biru
Nitrat sebagai ≤10,0mg/ml ≤ 0,2mg/ml
N Ammonium Ammonium ≤0,1mg/ml
≤ 0,1mg/ml
Nitrit sebagai ≤1,0mg/ml Kalsium dan Logam berat ≤0,1mg/ml
N Magnesium Pb
Tidak terjadi
pH 6,5 – 8,5 Kalsium warna biru Zat padat total ≤ 1mg/100 ml
Tidak terjadi
Sianida ≤0,1 mg/ml Logam berat Pb kekeruhan CO2 Campuran tetap
jernih
Sulfat ≤ 400mg/ml Zat padat total ≤0,3mg/100ml

Sulfida ≤0,05mg/ml CO2 Campuran


jernih
Tembaga ≤ 1,0 mg/ml

Timbal ≤0,05mg/ml

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


126

Tabel 3. Jenis – jenis AHU

Jenis AHU Ruang yang Disuplai


AHU – FA 01 Mensuplai AHU – 01, AHU – 02, dan AHU – 06
AHU – FA 02 Mensuplai AHU – 03, AHU – 04, AHU – 05A, AHU – 05B
AHU 01 Secondary packaging (area kelas 2)
AHU 02 Corridor, staging bulk, workshop & tools, primary packaging
material transit, staging primary packaging material transit,
primary packaging line 1, primary packaging line 2, primary
packaging line 3, primary packaging line 4, LAF, corridor class
3 between line 3 & 4, corridor class between line 1 & 2.
AHU 03 Coating, technical area of coating, dirty container staging and
washing
AHU 04 Corridor production wet granulation, lubrication, washing,
semisolid, sundry, office (processing), production manager,
punches and die.
AHU 05 A Weighing, remaining material, broken material, staging
AHU 05 B IPC, tabletting korsch, tableting fette 1200, granulating and
staging, filling suppository
AHU 06 Gowning area
AHU 07 dan 08 Warehouse
DX AHU 01 Quarantine raw and packaging material cool storage (< 25 °C)
DX AHU 02 Released raw and packaging material cool storage (< 25 °C)
DX AHU 03 Airlock sampling area, sampling raw material, change room,
airlock & personal entrance/ exit

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


127

Tabel 4. Tingkatan Occupational Exposure Band

Kategori Nilai OEL (mcg/m3) Karakteristik Senyawa


OEB 1 1000- 5000 tidak berbahaya, tidak iritatif dan/atau
memiliki aktivitas farmakologi yang
rendah
OEB 2 100 – 1000 berbahaya/iritatif dan/atau dengan
aktivitas farmakologi sedang
OEB 3 10 – 100 agak toksik dan/atau dengan aktivitas
farmakologi tinggi
OEB 4 1 -10 toksik, mungkin korosif atau
genotoksik dan/atau dengan aktivitas
farmakologi sangat tinggi
OEB 5 <1 sangat toksik, mungkin korosif atau
genotoksik dan/atau dengan aktivitas
farmakologi yang sangat tinggi

Tabel 5. Kategori produk PT. Aventis Pharma berdasarkan OEB

Kategori Contoh nama produk


OEB 1 Batrafen (Ciclopirox olamine)
Trental (Pentoxyfyline)
OEB 2 Avil (Pheniramine maleat)
Lasix (Furosemide)
Novalgin (Metamizole sodium)
Profenid suppo (Ketoprofen)
Rulid (Roxithromycin)
Urbason (Methyl prednisolon)
OEB 3 Amaryl (glimepiride)
Daonil (glyburide)
Dermatop (prednicarbate)
Esperson (desoximethasone)
Flagyl forte, flagyl suppo (metronidazole)
flagystatin ovule (metronidazole + nystatin)
Frisium (clobazam)
Triatec (ramipril)
OEB 4 Rovamycin (spiramycine)
OEB 5 -

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


128

Tabel 6. Parameter Baku Mutu Air Kategori D

Parameter sintesis formulasi


kadar max (mg/L) beban limbah max kadar max (mg/L)
(kg/L)
BOD (5 hari, 20ºC) 75 1,875 75
COD (bichromat) 100 2,5 100
TSS (padatan 60 1,5 60
tersuspensi total)
fenol 0,5 0,0125 0,5
total nitrogen 30 0,75 30
pH 6-9 - 6-9
zat organik 85 2,125 85
(KmnO4)
tes antibiotik - - -

Tabel 7. karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap impuritas dan
prosedur penetapan kadar

Parameter Validasi Identifikasi Pengujian Impuritas Penetapan Kadar


Kuantitatif Batas - Disolusi*
- Kandungan/Potensi
Akurasi - + - +
Presisi +
Ripitabilitas - + - +(1)
Presisi Intermediat - +(1) - +
Spesifikasi (2) + + + -
Limit Deteksi - - (3) + -
Limit Kuantitas - + - +
Linearitas - + - +
Rentang - + -

Keterangan :
(-) Tidak dipersyaratkan.
(+) Dipersyaratkan.
(1) Dalam hal telah dilakukan test reprodusibiltas, maka presisi intermediat tidak
dipersyaratkan.
(2) Kekurangan spesifisitas dari salah satu prosedur analisis dapat dikompensasikan dengan
prosedur analisis yang lain yang dapat menunjang.
(3) Hanya diperlukan pada kasus tertentu.
*) Hanya untuk mengetahui kadar zat terlarut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


LAMPIRAN

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


130

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Aventis Pharma

President Director

Executive Assistant

National Sales
Head of Marketing
Director

Strategy Development and


Oncology Unit Director
Diabetes Director

Communication & Public


Chief Financial Officer
Affairs Director

Head of Commercial
Human Resources Director
Excellence & Business Devt

Medical & Regulatory


Senior Legal Manager
Director

Plant Director General Manager Vaccine

Country Compliance Officer

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


131

Lampiran 2. Struktur Organisasi Industrial Affairs

Vice President
Industrial Affairs,
APJ Region

Executive
Plant Director
Assistant

IA HR Manager IA Controlling

Head of Country
Industrial Quality Procurement
& Compliance Head

Technical
Head of Logistics
Services Manager

Production
HSE Manager
Manager

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


132

Lampiran 3. Struktur Organisasi Industrial Quality & Compliance

Head of Industrial Quality & Compliance

IQC Admin
Assistant

QC Supervisor QA Manager

Microbiology
Analyst QC Analyst
QA Officer QA Officer

QC Analyst QC Analyst
QA Officer QA Officer

QC Analyst QC Analyst

QC Analyst QC Officer

QC Sampler QC Sampler

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


133

Lampiran 4. Diagram Pengambilan Keputusan Terhadap Hasil di Luar Spesifikasi

Hasil TMS

Periksa kondisi analisis


(Gunakan daftar periksa)

Ditemukan kesalahan Tidak ditemukan kesalahan

Lakukan Perbaikan Investigasi Diperluas

Hasil OOS tidak berlaku Investigasi Batch Periksa cara


Record/Prod atau sampling (gunakan
kesalahan bets daftar periksa)
Cek Ulang

Ditemukan Kesalahan tidak Ditemukan


Kesalahan ditemukan Kesalahan

Bets ditolak Evaluasi dan Lakukan


menentukan rancang Perbaikan
strategi yang tepat
Variabel: Persiapan
contoh/ ganti
analis/alat/ periksa
contoh thd yang
sudah diluluskan

Ditemukan Kesalahan tidak


Kesalahan ditemukan

Bets diluluskan Bets ditolak

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


134

Lampiran 5. Contoh-contoh Label

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


135

Lampiran 6. Alur Pemeriksaan Bahan Baku

Penerimaan Bahan Baku

Pemeriksaan dokumen fisik

OK
Label “Quarantine”

Pembuatan dan distribusi GRS

Penerimaan GRS oleh QC

-Log book bahan


Pencatatan Data bahan Baku baku
-Log book pengujian
ulang

Persiapan Pengambilan Contoh

-Input Voucher Quantitiy


-Wadah dan etiket
-Label “Sampel Taken”
-Pakaian Pelindung Alat

Pengambilan Contoh

Pengujian Bahan Baku

Pemeriksaan Hasil Pengujian

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

OOS
Released
Penyelidikan
-Label Released
-Pemindahan Bahan Baku
dari area karantina ke area Perbaikan
released

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat


-Label Rejected
-Pemindahan Bahan Baku
dari area karantina ke area Rejected Released
rejected

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


136

Lampiran 7. Persyaratan Jumlah Bakteri, Total Koliform, dan Koliform Tinja pada
Masing-masing Jenis Air
No. Jenis Air Air PAM Portable Purified MiliQ-
Cemaran Sumur Water Water plus
1. Jumlah Tidak 100 100 100 100
bakteri ditetapkan (kol/ (kol/ml) (kol/ml) (kol/ml)
ml)
2. Total <10 0 (kol/ml) 0 (kol/ml) - -
koliform
3. Koliform - - 0 (kol/ml) - -
tinja

Keterangan:
1. Air sumur adalah air yang diperoleh langsung dari sumur artris tanpa
pengolahan awal. Air sumur diperiksa setiap 6 bulan sekali.
2. Air PAM adalah air yang berasal dari olahan PAM city water. Air PAM
diperiksa setiap 1 bulan sekali.
3. Potable water adalah air yang diperoleh dari pengolahan air sumur/PAM. Air
ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk purified water. Potable water
diperiksa setiap 1 bulan sekali.
4. Purified water adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan potable
water dengan cara deionisasi, reverse osmosis, polishing (mixed bed procedure),
electro-deionisasi/kombinasi, reverse osmosis dengan electrto-deionisasi.
Purified water diperiksa setiap 1 minggu sekali.
5. Purified water MiliQ-Plus adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan
purified water dengan alat MiliQ-Plus.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


137

Lampiran 8. Pembagian Iklim, Tipe Pemeriksaan, Kondisi Penyimpanan dan Waktu


Pemeriksaan Pada Uji Stabilitas
Pada dasarnya pembagian zona iklim dibagi atas:
Zona iklim Zona I Zona II Zona III Zona IV
(sedang) (subtropis dengan (panas kering) (panas lembab)
kelembaban tinggi)
Suhu rata- <25oC 25oC 30oC >30oC
rata tahunan
Suhu nyata 25o±2oC 25o±2oC 30o ±2oC 30o ±2oC
≤40%±5% 60%±5% 70% ± 5%
RH rata-rata ≤40%±5% 75% ± 5%*
Post Marketing Studies (Tipe IV)
Zona Kondisi Penyimpanan Frekuensi Pengujian (bulan)
Iklim Suhu/RH 0 12 24 36 48 60
II <25oC/50%-90%* X X X x x X
IV <30oC (25o-33oC)/50-90% X X X x x X
Catatan:
a. Untuk perbandingan pengujian pada umumnya dilakukan follow up stability test pada
climatic zone II dan IV.
b. Periode pengujian tergantung pada daluarsa atau sesuai dengan rencana pemeriksaan
yang dibuat
c. Kondisi penyimpanan (suhu dan RH) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
d. *) sesuai dengan rata-rata data suhu dan kelembaban ruang penyimpanan contoh
pertinggal
Follow Up Stability Testing (Tipe V)
Zona Kondisi Penyimpanan Frekuensi pengujian (bulan)
iklim Suhu/RH 0 3 6 9 12 18 24 36
Kondisi II +25oC ±2 oC /60±5% X x x x x x x x
Sebenarnya IV +30oC ±2 oC /70±5%
x x x x x x x x
+30oC ±2 oC /75±5%
Kondisi +40oC ±2 oC /75±5% X x x - - - - -
dipercepat
Catatan:
a. Pengujian dilakukan hingga batas waktu daluarsa
b. Zona II : untuk produk yang akan dipasarkann di zona I dan II
c. Zona IV : untuk produk yang akan dipasarkan di zona II dan IV

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


138

Lampiran 9. Skema Purified Water Plant

Potable water or
W ell water

CHIRST OSM OT RON – 500 L / h


Multimedia High
Filter Softener 1 Filter Presure Electro
5 μm Pump RO Delonization
Module
Storage
C Tank
3000 L
Pump T
Sample

T,C
F T OC

Softener 2 CHRIST Printer


LOOPO

Y Drain Y Drain Y Drain Y Drain


Recorder Superheated
Water
Chilled Water

Circulation Superheated
Pump Water
Cooler / Chilled Water
H2O2 for NaCL for Sodium NaOH Heat
Desinfec- Regenera- Metabisul- Duly with Y Drain Exchanger
tion tion fit Well water

< 25 °C U : User Point


S : Sampling Point
C : Conductivity
8 7 6 5 4 3 2 1
T : Temperature
F : Flow
U S U S U S U S U S U S U S U S TOC : Total Organic
Carbon
Washung (411) Washing Solution Wetgra Coating Ex Oinment Technical Area Central W ashing
FBD Filter Corner 412 Preparation 440 Nulation 440 434 432 ofcoating 606 Corner 428

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


139

Lampiran 10. Alur pengumpulan dan penyimpanan MSDS bahan produk PT.Aventis
Pharma

Daftar Bahan Daftar Bahan


(Masih diproduksi) (Produk Baru)

Informasikan kepada HSE staff dan QA unit

Cari MSDS dari Kirim copy MSDS


intranet, internet/HSE ke QA
global

Simpan file MSDS


di folder I

Simpan file
elektronik MSDS
Update daftar bahan kimia
dan distribusikan ke manager
departemen yang berkaitan

Print MSDS

Dilakukan oleh HSE staff

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


140

Lampiran 11. Alur penanganan limbah

B3
DOMESTIK

CAIR PADAT CAIR PADAT

TEMPAT CAIRAN BAHAN BATERAI DEBU DUST PRODUK


MCK KANTIN PRODUKSI,
GENERATOR COLLECTOR REJECT, OBAT
SAMPAH KONTAM OLI EKAS/ KEMBALIAN,
INASI CECERAN RETAINED
SOLAR SAMPLE DAN
SEPTIK BAK OBAT JADI
PENAMPUNG KADALUARSA
TANK TIMBANG,
SAMPAH
CATAT DI
CHP
POND
DINAS
REMBESA KEBERSIHAN SIMPAN DALAM WADAH
DKI TIDAK MUDAH PECAH DAN
TIDAK MUDAH BOCOR

WWTP PPLI

1. Label ; UNTUK DIMUSNAHKAN

2. Catatan tentang jenis dan karakteristik lim- bah, waktu limbah di- dihasilkan,nama pengankut limbah

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


141

Lampiran 12. Skema waste water treatment plant

Office Multi purpose Production,purified


building, building water
security,
packaging,
warehouse, Antibiotik waste

Collecting pit 1 Collecting pit 2 Collecting pit 3

Perforated bath stream

Equalization tank

Aeration tank

Sedimentation tank

Sludge Water

Sludge tank Clean water tank

Sludge drying bed River Connect to WWTP


operator room for
sampling purposes

Dry sludge Effluent/water

PPLI

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


142

Lampiran 13. Denah Warehouse

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


143

Lampiran 14. Implementasi CPOB di PT Aventis Pharma

BAB 1 MANAJEMEN MUTU

PT
No Poin dalam CPOB 2012 Aventis Keterangan
Pharma
1 Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara √ Diuraikan di dalam
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Prosedur Tetap Panduan
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu AG 00001/H
Mutu adalah aspek manajemen mutu yang
saling terkait.
PEMASTIAN MUTU
2 Sistem Pemastian Mutu yang benar dan
tepat bagi pembuatan obat hendaklah
memastikan bahwa:

a) desain dan pengembangan obat √ Sesuai


dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOB;

b) semua langkah produksi dan √ Diuraikan di dalam


pengawasan diuraikan secara jelas dan Prosedur Pengawasan
CPOB diterapkan; dalam Prosedur Tetap
Proses Produksi A0000-
19/W

c) tanggung jawab manajerial diuraikan √ Diuraikan dalam


dengan jelas dalam uraian jabatan; Prosedur Tetap Panduan
Mutu AG 00001/H pada
bagian Prosedur
(Struktur Organisasi dan
tanggung Jawab)

d) pengaturan disiapkan untuk pembuatan, √ Sesuai


pemasokan dan penggunaan bahan awal
dan pengemas yang benar;

e) semua pengawasan terhadap produk √ Dilakukan In Process


antara dan pengawasan selama-proses lain Control terhadap produk
serta dilakukan validasi; dan validasi proses.
Diuraikan di dalam
PROTAP Validasi Proses
AV 000-02/G

f) pengkajian terhadap semua dokumen √ Sebelum produk


terkait dengan proses, pengemasan dan diluluskan, Quality
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


144

pengujian tiap bets, dilakukan sebelum Assurance melakukan


memberikan pengesahan pelulusan untuk pengkajian terhadap
distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah Batch Record yang
meliputi semua faktor yang relevan terdiri atas Catatan
termasuk kondisi produksi, hasil pengujian Pengolahan Bets, Catatan
selama-proses, pengkajian dokumen Pengemasan dan Catatan
pembuatan (termasuk pengemasan), Hasil Pemeriksaan oleh
pengkajian penyimpangan dari prosedur Quality Control.
yang telah ditetapkan, pemenuhan
persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi
dan pemeriksaan produk dalam kemasan
akhir;

g) obat tidak dijual atau didistribusikan √ Diuraikan di dalam


sebelum kepala Manajemen Mutu Prosedur Tetap Cara
(Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap Pelulusan Obat Jadi AO
bets produksi dibuat dan dikendalikan 000-18/Q; pelulusan obat
sesuai dengan persyaratan yang tercantum jadi dilakukan oleh IQC
dalam izin edar dan peraturan lain yang Manager atau
berkaitan dengan aspek produksi, delegasinya.
pengawasan mutu dan pelulusan produk;

h) tersedia pengaturan yang memadai √ Sesuai


untuk memastikan bahwa, sedapat
mungkin, produk disimpan, didistribusikan
dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa
agar mutu tetap dijaga selama masa simpan
obat;

i) tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau √ Diuraikan di dalam


audit mutu yang secara berkala Prosedur Tetap Inspeksi
mengevaluasi efektivitas dan penerapan Diri dan Audit CPOB
sistem Pemastian Mutu; AO 000-03/M

j) pemasok bahan awal dan bahan √ Audit pemasok dilakukan


pengemas dievaluasi dan disetujui untuk oleh Quality Assurance
memenuhi spesifikasi mutu yang telah dan perwakilan dari
ditentukan oleh perusahaan; Purchasing Dept.

k) penyimpangan dilaporkan, diselidiki √ Diuraikan di dalam


dan dicatat; PROTAP Penanganan
Peyimpangan dan
Kegagalan No. AO 000-
02/N

l) tersedia sistem persetujuan terhadap √ Diuraikan di dalam


perubahan yang berdampak pada mutu PROTAP Pengendalian
produk; terhadap Perubahan No.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


145

AO 000-04/R

m) prosedur pengolahan ulang produk √ Diuraikan di dalam


dievaluasi dan disetujui; dan PROTAP Pengerjaan
Ulang No. AO 000-26/B

n) evaluasi berkala mutu obat dilakukan √ Evaluasi berkala mutu


untuk verifikasi konsistensi proses dan obat dilakukan melalui
memastikan perbaikan proses yang Peninjauan dan Penilaian
berkesinambungan. Tahunan terhadap
Produk (Annual Product
Review). Diuraikan di
dalam PROTAP No. AO
000-05/F

CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)


3 CPOB mencakup Produksi dan
Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari
CPOB adalah:

a) semua proses pembuatan obat


dijabarkan dengan jelas, dikaji secara Diuraikan di dalam
sistematis berdasarkan pengalaman dan √ PROTAP Validasi Proses
terbukti mampu secara konsisten AV 000-02/G
menghasilkan obat yang memenuhi
persyaratan mutu dan spesifikasi yang
telah ditetapkan;

b) tahap proses yang kritis dalam Diuraikan dalam


pembuatan, pengawasan proses dan sarana √ Prosedur Tetap Validasi
penunjang serta perubahannya yang Proses No. AV000-02/G
signifikan divalidasi;

c) tersedia semua sarana yang diperlukan Sesuai


dalam CPOB termasuk: √
personil yang terkualifikasi dan terlatih
 Bangunan dan sarana dengan luas
yang memadai
 Peralatan dan saranan penunjang
yang sesuai
 Bahan, wadah dan label yang benar
 Prosedur dan instruksi yang
disetujui ; dan
 Tempat penyimpanan dan
transportasi yang memadai

d) prosedur dan instruksi ditulis dalam


bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas, √ Sesuai
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


146

tidak bermakna ganda, dapat diterapkan


secara spesifik pada sarana yang tersedia;

e) operator memperoleh pelatihan untuk √ Terdapat Pelatihan


menjalankan prosedur secara benar; Personil oleh Opreator

f) pencatatan dilakukan secara manual atau √ Terdapat Form Catatan


dengan alat pencatat selama pembuatan Hasil Pemeriksaan
yang menunjukkan bahwa semua langkah (CHP) yang diisi oleh
yang dipersyaratkan dalam prosedur dan bagiam QC
instruksi yang ditetapkan benar-benar
dilaksanakan dan jumlah serta mutu
produk yang dihasilkan sesuai dengan
yang diharapkan. Tiap penyimpangan
dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;

g) catatan pembuatan termasuk distribusi √ Sesuai


yang memungkinkan penelusuran riwayat
bets secara lengkap, disimpan secara
komprehensif dan dalam bentuk yang
mudah diakses;

h) penyimpanan dan distribusi obat yang √ Sesuai


dapat memperkecil risiko terhadap mutu
obat;

i) tersedia sistem penarikan kembali bets √ Diuraikan dalam


obat manapun dari peredaran; dan Prosedur Tetap
Penarikan Kembali Obat
Jadi No. AO000-21/I

j) keluhan terhadap produk yang beredar Diuraikan dalam


dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi √ Prosedur Tetap
serta dilakukan tindakan perbaikan yang Penanganan Keluhan No.
tepat dan pencegahan pengulangan AO000-20/L
kembali keluhan.

PENGAWASAN MUTU
4 Setiap industri farmasi hendaklah
mempunyai fungsi Pengawasan Mutu.
Fungsi ini hendaklah independen dari
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


147

bagian lain. Sumber daya yang memadai


hendaklah tersedia untuk memastikan
bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu
dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat
diandalkan.
Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu
adalah bahwa:

a) sarana dan prasarana yang memadai,


personil yang terlatih dan prosedur yang
disetujui tersedia untuk pengambilan
sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan
awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi, dan bila
perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai
dengan tujuan CPOB;

b) pengambilan sampel bahan awal, bahan


pengemas, produk antara, produk ruahan
dan produk jadi dilakukan oleh personil
dengan metode yang disetujui oleh
Pengawasan Mutu;

c) metode pengujian disiapkan dan √ Sesuai


divalidasi;

d) pencatatan dilakukan secara manual atau


dengan alat pencatat selama pembuatan
yang menunjukkan bahwa semua langkah
yang dipersyaratkan dalam prosedur
pengambilan sampel, inspeksi dan
pengujian benar-benar telah dilaksanakan
Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap
dan diinvestigasi;

e) produk jadi berisi zat aktif dengan


komposisi secara kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan yang disetujui pada saat
pendaftaran, dengan derajat kemurnian
yang dipersyaratkan serta dikemas dalam
wadah yang sesuai dan diberi label yang
benar;

f) dibuat catatan hasil pemeriksaan dan


analisis bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi secara formal dinilai dan dibandingkan
terhadap spesifikasi; dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


148

g) sampel pertinggal bahan awal dan


produk jadi disimpan dalam jumlah yang
cukup untuk dilakukan pengujian ulang
bila perlu. Sampel produk jadi disimpan
dalam kemasan akhir kecuali untuk
kemasan yang besar.

PENGKAJIAN MUTU PRODUK


5 Pengkajian mutu produk secara berkala √ Sesuai
hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan
tujuan untuk membuktikan konsistensi
proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan
awal, bahan pengemas dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi
perbaikan yang diperlukan untuk produk
dan proses.

MANAJEMEN RISIKO MUTU


6 Manajemen risiko mutu adalah suatu √ Sesuai
proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian dan pengkajian
risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini
dapat diaplikasikan secara proaktif maupun
retrospektif.

7 Manajemen risiko mutu hendaklah √ Sesuai


memastikan bahwa:
a) evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan
berdasarkan pengetahuan secara ilmiah,
pengalaman dengan proses dan pada
akhirnya terkait pada perlindungan pasien;
b) tingkat usaha, formalitas dan
dokumentasi dari proses manajemen risiko
mutu sepadan dengan tingkat risiko.

BAB 2 PERSONALIA
PT
No Poin dalam CPOB 2012 Aventis Keterangan
Pharma
UMUM
1 Industri farmasi hendaklah memiliki
personil yang terkualifikasi dan √ Sesuai
berpengalaman praktis dalam jumlah yang
memadai.
2 Industri farmasi harus memiliki struktur
organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan √ Diuraikan di dalam
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


149

dari personil pada posisi penanggung Prosedur Tetap Paduan


jawab hendaklah dicantum-kan dalam Mutu. AG 000-01/H
uraian tugas tertulis.
PERSONIL KUNCI
3 Personil Kunci mencakup kepala bagian Terdapat masing-masing
Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu seorang Production
dan kepala bagian Manajemen Mutu Manager, Head of IQC
(Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut √ yang membawahi
dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala Quality Assurance
bagian Produksi dan kepala bagian Manager dan Quality
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / Control Manager yang
kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu dengan
independen satu terhadap yang lain. yang lain
ORGANISASI, KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB
4 Struktur organisasi industri farmasi
hendaklah sedemikian rupa sehingga Ketiga personil kunci di
bagian produksi, pengawasan mutu, PT. Aventis Pharma
manajemen mutu (pemastian mutu) √ dipimpin oleh yang
dipimpin oleh orang yang berbeda serta berbeda
tidak saling bertanggung jawab satu
terhadap yang lain

5 Kepala bagian Produksi hendaklah seorang


apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, Kewenangan dan
memperoleh pelatihan yang sesuai, tanggung jawab
memiliki pengalaman praktis yang √ Production Manager
memadai dalam bidang pembuatan obat sekilas diuraikan ddalam
dan keterampilan manajerial sehingga Prosedur tetap Paduan
memungkinkan untuk melaksanakan Mutu AG000-01/H
tugasnya secara profesional. Kepala bagian
Produksi hendaklah diberi kewenangan
dan tanggung jawab penuh dalam produksi
obat, termasuk:
a) memastikan bahwa obat diproduksi dan
disimpan sesuai prosedur agar memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan;
b) memberikan persetujuan petunjuk kerja
yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja
diterapkan secara tepat;
c) memastikan bahwa catatan produksi
telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
kepala bagian Produksi sebelum
diserahkan kepada kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);
d) memeriksa pemeliharaan bangunan dan
fasilitas serta peralatan di bagian produksi;
e) memastikan bahwa validasi yang sesuai
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


150

telah dilaksanakan; dan


f) memastikan bahwa pelatihan awal dan
berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan
diterapkan sesuai kebutuhan.
6 Kepala bagian Pengawasan Mutu Kewenangan dan
hendaklah seorang apoteker terkualifi-kasi tanggung jawab Quality
dan memperoleh pelatihan yang sesuai, Control Manager sekilas
memiliki pengalaman praktis yang diuraikan di dalam
memadai dan keterampilan manajerial Prosedur Tetap Paduan
sehingga memungkinkan untuk √ Mutu AG000-01/H
melaksanakan tugasnya secara profesional.
Kepala bagian Pengawasan Mutu
hendaklah diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam pengawasan
mutu, termasuk:
a) menyetujui atau menolak bahan awal,
bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi;
b) memastikan bahwa seluruh pengujian
yang diperlukan telah dilaksanakan;
c) memberi persetujuan terhadap
spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan
sampel, metode pengujian dan prosedur
pengawasan mutu lain;
d) memberi persetujuan dan memantau
semua analisis berdasarkan kontrak;
e) memeriksa pemeliharaan bangunan dan
fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu;
f) memastikan bahwa validasi yang sesuai
telah dilaksanakan; dan
g) memastikan bahwa pelatihan awal dan
berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan
diterapkan sesuai
7 Kepala bagian Manajemen Mutu Kewenangan dan
(Pemastian Mutu) hendaklah seorang tanggung jawab Quality
apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, Assurance Manager
memperoleh pelatihan yang sesuai, sekilas diuraikan di
memiliki pengalaman praktis yang dalam Prosedur Tetap
memadai dan keterampilan manajerial √ Paduan Mutu AG000-
sehingga memungkinkan untuk 01/H
melaksanakan tugasnya secara profesional.
Kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) hendaklah diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh
untuk melaksanakan tugas yang
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


151

berhubungan dengan sistem mutu/


pemastian mutu, termasuk:
a) memastikan penerapan (dan, bila
diperlukan, membentuk) sistem mutu;
b) ikut serta dalam atau memprakarsai
pembentukan manual mutu perusahaan;
c) memprakarsai dan mengawasi audit
internal atau inspeksi diri berkala;
d) melakukan pengawasan terhadap fungsi
bagian Pengawasan Mutu;
e) memprakarsai dan berpartisipasi dalam
pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap
pemasok);
f) memprakarsai dan berpartisipasi dalam
program validasi;
g) memastikan pemenuhan persyaratan
teknik atau peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Badan POM) yang
berkaitan dengan mutu produk jadi;
h) mengevaluasi/mengkaji catatan bets;
dan
i) meluluskan atau menolak produk jadi
untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait.
8 Masing-masing kepala bagian Produksi,
Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) memiliki tanggung
jawab bersama dalam menerapkan semua
aspek yang berkaitan dengan mutu, yang
berdasarkan peraturan Badan POM
mencakup:
a) otorisasi prosedur tertulis dan dokumen √ Sesuai
lain, termasuk amandemen;
b) pemantauan dan pengendalian ling-
kungan pembuatan obat;
c) higiene pabrik;
d) validasi proses;
e) pelatihan;
f) persetujuan dan pemantauan terhadap
pemasok bahan;
g) persetujuan dan pemantauan terhadap
pembuat obat berdasarkan kontrak;
h) penetapan dan pemantauan kondisi
penyimpanan bahan dan produk;
i) penyimpanan catatan;
j) pemantauan pemenuhan terhadap
persyaratan CPOB;
k) inspeksi, penyelidikan dan pengambilan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


152

sampel, untuk
l) pemantauan faktor yang mungkin
berdampak terhadap mutu produk.
PELATIHAN
9 Industri farmasi hendaklah memberikan
pelatihan bagi seluruh personil yang karena
tugasnya harus berada di dalam area √ QA bertanggung jawab
produksi, gudang penyimpanan atau dalam menyelenggarakan
laboratorium (termasuk personil teknik, pelatihan personil.
perawatan dan petugas kebersihan), dan Diuraikan dalam
bagi personil lain yang kegiatannya dapat Prosedur Pelatihan Tetap
berdampak pada mutu produk. Pelatihan Personil No.
AL-000-01/L
10 Di samping pelatihan dasar dalam teori dan Pelatihan khusus
praktik CPOB, personil baru hendaklah diberikan sesuai dengan
mendapat pelatihan sesuai dengan tugas tugas dari personil
yang diberikan. Pelatihan tersebut. Terdapat
berkesinambungan hendaklah juga √ competency card repots
diberikan, dan efektifitas penerapannya berisi penilaian terhadap
hendaklah dinilai secara berkala. pelatihan yang diikuti
Hendaklah tersedia program pelatihan oleh setiap personil.
yang disetujui kepala bagian masing- Catatan pelatihan
masing. Catatan pelatihan hendaklah didokumentasikan ke
disimpan. dalam suatu file
11 Pelatihan spesifik hendaklah diberikan Diuraikan dalam
kepada personil yang bekerja di area di Prosedur Tetap Pelatihan
mana pencemaran merupakan bahaya, √ Personil AL000-01/L
misalnya area bersih atau area penanganan
bahan berpotensi tinggi, toksik atau
bersifat sensitisasi.
12 Pengunjung atau personil yang tidak Setiap personil yang
mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk masuk ke area produksi
ke area produksi dan laboratorium dan laboratorium QC
pengawasan mutu. Bila tidak dapat √ harus diberi pelatihan
dihindarkan, hendaklah mereka diberi terlebih dahulu
penjelasan lebih dahulu, terutama
mengenai higiene perorangan dan pakaian
pelindung yang dipersyaratkan serta
diawasi dengan ketat.
13 Konsep Pemastian Mutu dan semua Terdapat pre test dan
tindakan yang tepat untuk meningkatkan √ post test untuk mengukur
pemahaman dan penerapannya hendaklah kemampuan personel
dibahas secara mendalam selama pelatihan. menangkap isi pelatihan
14 Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang √ Sesuai
yang terkualifikasi

BAB 3 BANGUNAN DAN FASILITAS


No Poin dalam CPOB 2012 PT Keterangan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


153

Aventis
Pharma
UMUM
1 Letak bangunan hendaklah sedemikian  Sesuai
rupa untuk menghindarkan pencemaran
dari lingkungan sekelilingnya, seperti
pencemaran dari udara, tanah dan air serta
dari kegiatan industri lain yang berdekatan.
Apabila letak bangunan tidak sesuai,
hendaklah diambil tindakan pencegahan
yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
2 Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain,  Pest Control
dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat Management dilakukan
sedemikian agar memperoleh perlindungan oleh pihak ketiga, yaitu
maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, Aardwolf. Diuraikan di
rembesan dari tanah serta masuk dan dalam Prosedur Tetap
bersarang serangga, burung, binatang Penanggulangan hama
pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah (pest control) No.
tersedia prosedur untuk pengendalian AO000-17/J
binatang pengerat dan hama
3 Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat  Diuraikan dalam
dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu, Prosedur Tetap
didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Pembersihan dan
Catatan pembersihan dan disinfeksi terdapat catatan
hendaklah disimpan pembersihan dan
desinfeksi berupa
logbook
4 Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk  Diuraikan di dalam
area produksi, laboratorium, area Prosedur Tetap
penyimpanan, koridor dan lingkungan Pemeliharaan Gedung
sekeliling bangunan hendaklah dirawat No. TO000-06/C serta
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi Prosedur Tetap
bangunan hendaklah ditinjau secara teratur Perawatan Fasilitas,
dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan Peralatan & Utility No.
serta perawatan bangunan dan fasilitas TO000-13/I
hendaklah dilakukan hati-hati agar
kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu
obat.
5 Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu,  Sesuai
kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat
agar tidak mengakibatkan dampak yang
merugikan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap produk selama
proses pembuatan dan penyimpanan, atau
terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari
peralatan.
6 Desain dan tata letak ruang hendaklah  Sesuai
memastikan :
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


154

a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi


lain yang mungkin dilakukan di dalam
sarana yang sama atau sarana yang
berdampingan; dan
b) pencegahan area produksi dimanfaatkan
sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk, atau
sebagai tempat penyimpanan bahan atau
produk selain yang sedang diproses.
7 Tindakan pencegahan hendaklah diambil  Untuk masuk ke area
untuk mencegah personil yang tidak produksi, terlebih dahulu
berkepentingan masuk. Area produksi, area harus melalui secure lock
penyimpanan dan area pengawasan mutu door dan dijaga oleh
tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu satpam untuk
lintas bagi personil yang tidak bekerja di menghindari personil
area tersebut. yang tidak
berkepentingan masuk ke
area produksi.
8 Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan
di area yang ditentukan:
 penerimaan bahan;  Sesuai
 karantina barang masuk; 
 penyimpanan bahan awal dan bahan 
pengemas;
 penimbangan dan penyerahan bahan 
atau produk;
 pengolahan; 
 pencucian peralatan; 
 penyimpanan peralatan; 
 penyimpanan produk ruahan; 
 pengemasan; 
 karantina produk jadi sebelum 
memperoleh pelulusan akhir;
 pengiriman produk; dan 
 laboratorium pengawasan mutu 

AREA PENIMBANGAN
9 Penimbangan bahan awal dan perkiraan  Ruang penimbangan di
hasil nyata produk dengan cara PT Aventis Pharma
penimbangan hendaklah dilakukan di area terdapat di area produksi.
penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini
dapat menjadi bagian dari area
penyimpanan atau area produksi.
AREA PRODUKSI
10 Untuk memperkecil risiko bahaya medis - PT Aventis Pharma tidak
yang serius akibat terjadi pencemaran memproduksi produk-
silang, suatu sarana khusus dan self- produk tersebut
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


155

contained harus disediakan untuk produksi


obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal
golongan penisilin) atau preparat biologis
(misal mikroorganisme hidup). Produk lain
seperti antibiotika tertentu, hormon tertentu
(misal hormon seks), sitotoksika tertentu,
produk mengandung bahan aktif tertentu
berpotensi tinggi, dan produk nonobat
hendaklah diproduksi di bangunan
terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi
produk tersebut di atas, prinsip
memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama
dapat dibenarkan asal telah mengambil
tindakan pencegahan yang spesifik dan
validasi yang diperlukan telah dilakukan.
11 Pembuatan produk yang diklasifikasikan - PT Aventis Pharma tidak
sebagai racun seperti pestisida dan memproduksi produk –
herbisida tidak boleh dibuat di fasilitas produk tersebut.
pembuatan produk obat
12 Tata letak ruang produksi sebaiknya  Area ruang produksi
dirancang sedemikian rupa untuk: terhubung melalui
a) memungkinkan kegiatan produksi koridor. Raw material
dilakukan di area yang saling berhubungan dan produk ruahan cukup
antara satu ruangan dengan ruangan lain menumpuk di staging
mengikuti urutan tahap produksi dan room
menurut kelas kebersihan yang
dipersyaratkan;
b) mencegah kesesakan dan ketidak-
teraturan; dan
c) memungkinkan komunikasi dan
pengawasan yang efektif terlaksana.
13 Luas area kerja dan area penyimpanan - Raw material dan produk
bahan atau produk yang sedang dalam ruahan cukup menumpuk
proses hendaklah memadai untuk di staging room. Namun,
memungkinkan penempatan peralatan dan pemberian label dapat
bahan secara teratur dan sesuai dengan alur memperkecil resiko
proses, sehingga dapat memperkecil risiko kekeliruan
terjadi kekeliruan antara produk obat atau
komponen obat yang berbeda, mencegah
pencemaran silang dan memperkecil risiko
terlewat atau salah melaksanakan tahapan
proses produksi atau pengawasan.
14 Permukaan dinding, lantai dan langit-langit  Sesuai
bagian dalam ruangan di mana terdapat
bahan baku dan bahan pengemas primer,
produk antara atau produk ruahan yang
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


156

terpapar ke lingkungan hendaklah halus,


bebas retak dan sambungan terbuka, tidak
melepaskan partikulat, serta
memungkinkan pelaksanaan pembersihan
(bila perlu disinfeksi) yang mudah dan
efektif.

15 Konstruksi lantai di area pengolahan  Sesuai


hendaklah dibuat dari bahan kedap air,
permukaannya rata dan memungkinkan
pembersihan yang cepat dan efisien apabila
terjadi tumpahan bahan. Sudut antara
dinding dan lantai di area pengolahan
hendaklah berbentuk lengkungan.

16 Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan  Sesuai


instalasi sarana penunjang lain hendaklah
didesain dan dipasang sedemikian rupa
untuk menghindarkan pembentukan ceruk
yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan
perawatan, sedapat mungkin instalasi
sarana penunjang seperti ini hendaklah
dapat diakses dari luar area pengolahan.
17 Pipa yang terpasang di dalam ruangan  Sesuai
tidak boleh menempel pada dinding tetapi
digantungkan dengan menggunakan siku-
siku pada jarak cukup untuk memudahkan
pembersihan menyeluruh.
18 Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran  Sesuai
udara di dalam ruangan hendaklah
dihindarkan. Apabila tidak terhindarkan,
maka prosedur dan jadwal pembersihan
instalasi tersebut hendaklah dibuat dan
diikuti.
19 Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-  Sesuai
pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah
pencemaran terhadap produk.
20 Saluran pembuangan air hendaklah cukup  Sesuai
besar, didesain dan dilengkapi bak kontrol
untuk mencegah alir balik. Sedapat
mungkin saluran terbuka dicegah tetapi
bila perlu hendaklah dangkal untuk
memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
21 Area produksi hendaklah diventilasi secara  Terdapat AHU pada area
efektif dengan menggunakan sistem produksi yang senantiasa
pengendali udara termasuk filter udara dipantau oleh bagian
dengan tingkat efisiensi yang dapat TSD serta bagian Quality
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


157

mencegah pencemaran dan pencemaran Control. Quality Control


silang, pengendali suhu dan, bila perlu, yang melakukan peran
pengendali kelembaban udara sesuai pemantauan lingkungan
kebutuhan produk yang diproses dan
kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan
dan dampaknya terhadap lingkungan luar
pabrik. Area produksi hendaklah dipantau
secara teratur baik selama ada maupun
tidak ada kegiatan produksi untuk
memastikan pemenuhan terhadap
spesifikasi yang dirancang sebelumnya.
KLASIFIKASI KEBERSIHAN RUANG PEMBUAT OBAT
22 Tingkat kebersihan ruang/area untuk  PT Aventis Pharma
pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan menggunakan klasifikasi
sesuai dengan jumlah maksimum partikulat kelas kebersihan 1, 2,
udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas dan 3
kebersihan
23 Ruangan lain yang tidak diklasifikasikan,  Sesuai
hendaklah dilindungi sesuai tingkat
perlindungan yang diperlukan
24 Area di mana dilakukan kegiatan yang  Terdapat dust collector di
menimbulkan debu (misalnya pada saat area-area tersebut
pengambilan sampel, penimbangan bahan
atau produk, pencampuran dan pengolahan
bahan atau produk, pengemasan produk
kering), memerlukan sarana penunjang
khusus untuk mencegah pencemaran silang
dan memudahkan pembersihan
25 Fasilitas pengemasan produk obat  Terdapat empat ruang
hendaklah didesain spesifik dan ditata pengemasan primer yang
sedemikian rupa untuk mencegah masing-masing hanya
kecampurbauran atau pencemaran silang. berisi satu jalur
pengemasan
26 Area produksi hendaklah mendapat  Sesuai
penerangan yang memadai, terutama di
mana pengawasan visual dilakukan pada
saat proses berjalan.
27 Pengawasan selama-proses dapat  In Process Control
dilakukan di dalam area produksi dilakukan di ruang
sepanjang kegiatan tersebut tidak terpisah dari area
menimbulkan risiko terhadap produksi pengolahan
obat.
28 Pintu area produksi yang berhubungan  Pintu emergency di area
langsung ke lingkungan luar, seperti pintu produksi untuk keadaan
bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. darurat selalu ditutup
Pintu tersebut hendaklah diamankan rapat untuk mencegah
sedemikian rupa sehingga hanya dapat pencemaran
digunakan dalam keadaan darurat sebagai
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


158

pintu ke luar. Pintu di dalam area produksi


yang berfungsi sebagai barier terhadap
pencemaran silang hendaklah selalu
ditutup apabila sedang tidak digunakan.
AREA PENYIMPANAN
29 Area penyimpanan hendaklah memiliki  Area penyimpanan yang
kapasitas yang memadai untuk menyimpan dimiliki PT. Aventis
dengan rapi dan teratur berbagai macam Pharma cukup memadai
bahan dan produk seperti bahan awal dan
bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi, produk dalam
status karantina, produk yang telah
diluluskan, produk yang ditolak, produk
yang dikembalikan atau produk yang
ditarik dari peredaran.
30 Area penyimpanan hendaklah didesain  Sesuai
atau disesuaikan untuk menjamin kondisi
penyimpanan yang baik; terutama area
tersebut hendaklah bersih, kering dan
mendapat penerangan yang cukup serta
dipelihara dalam batas suhu yang
ditetapkan
31 Apabila kondisi penyimpanan khusus  Suhu dan kelembaban
(misal suhu, kelembaban) dibutuhkan, area penyimpanan selalu
kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dipantau, termasuk cold
dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana storage area
diperlukan
32 Area penerimaan dan pengiriman barang  Sesuai
hendaklah dapat memberikan perlindungan
bahan dan produk terhadap cuaca. Area
penerimaan hendaklah didesain dan
dilengkapi dengan peralatan yang sesuai
untuk kebutuhan pembersihan wadah
barang bila perlu sebelum dipindahkan ke
tempat penyimpanan
33 Apabila status karantina dipastikan dengan  Terdapat penandaan yang
cara penyimpanan di area terpisah, maka jelas terhadap area
area tersebut hendaklah diberi penandaan karantina di PT. Aventis
yang jelas dan akses ke area tersebut Pharma
terbatas bagi personil yang berwenang.
Sistem lain untuk menggantikan sistem
karantina barang secara fisik hendaklah
memberi pengamanan yang setara.
34 Hendaklah disediakan area terpisah dengan  Sesuai
lingkungan yang terkendali untuk
pengambilan sampel bahan awal. Apabila
kegiatan tersebut dilakukan di area
penyimpanan, maka pengambilan sampel
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


159

hendaklah dilakukan sedemikian rupa


untuk mencegah pencemaran atau
pencemaran silang. Prosedur pembersihan
yang memadai bagi ruang pengambilan
sampel hendaklah tersedia
35 Area terpisah dan terkunci hendaklah  Terdapat area
disediakan untuk penyimpanan bahan dan penyimpanan untuk
produk yang ditolak, atau yang ditarik produk kembalian,
kembali atau yang dikembalikan produk recall, dan
produk yang di-reject di
gudang
36 Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan  Sesuai
radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain,
dan zat atau bahan yang mengandung
risiko tinggi terhadap penyalahgunaan,
kebakaran atau ledakan hendaklah
disimpan di area yang terjamin
keamanannya. Obat narkotik dan obat
berbahaya lain hendaklah disimpan di
tempat terkunci.
37 Bahan pengemas cetakan merupakan  Sesuai
bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran produk menurut penandaannya.
Perhatian khusus hendaklah diberikan
dalam penyimpanan bahan ini agar
terjamin keamanannya. Bahan label
hendaklah disimpan di tempat terkunci.
AREA PENGAWASAN MUTU
38 Laboratorium pengawasan mutu hendaklah  Sesuai
terpisah dari area produksi. Area pengujian
biologi, mikrobiologi dan radioisotop
hendaklah dipisahkan satu dengan yang
lain.
39 Laboratorium pengawasan mutu hendaklah  Sesuai
didesain sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai
untuk mencegah pencampurbauran dan
pencemaran silang. Hendaklah disediakan
tempat penyimpanan dengan luas yang
memadai untuk sampel, baku pembanding
(bila perlu dengan kondisi suhu
terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
40 Suatu ruangan yang terpisah mungkin  Sesuai
diperlukan untuk memberi perlindungan
instrumen terhadap gangguan listrik,
getaran, kelembaban yang berlebihan dan
gangguan lain, atau bila perlu untuk
mengisolasi instrumen
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


160

41 Desain laboratorium hendaklah  Sesuai


memerhatikan kesesuaian bahan konstruksi
yang dipakai, ventilasi dan pencegahan
terhadap asap. Pasokan udara ke
laboratorium hendaklah dipisahkan dari
pasokan ke area produksi. Hendaklah
dipasang unit pengendali udara yang
terpisah untuk masing-masing
laboratorium biologi, mikrobiologi dan
radioisotop.
SARANA PENDUKUNG
42 Ruang istirahat dan kantin hendak-lah  Sesuai
dipisahkan dari area produksi dan
laboratorium pengawasan mutu
43 Sarana untuk mengganti pakaian kerja,  Toilet di area produksi
membersihkan diri dan toilet hendaklah terdapat di setiap ruang
disediakan dalam jumlah yang cukup dan ganti pakaian dan
mudah diakses. Toilet tidak boleh terpisah dengan area
berhubungan langsung dengan area produksi
produksi atau area penyimpanan. Ruang
ganti pakaian hendaklah berhubungan
langsung dengan area produksi namun
letaknya terpisah.
44 Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan  Bengkel perbaikan
dan perawatan peralatan terpisah dari area terdapat di luar area
produksi. Apabila suku cadang, asesori produksi (di TSD).
mesin dan perkakas bengkel disimpan di Terdapat ruangan khusus
area produksi, hendaklah disediakan tempat menyimpan alat,
ruangan atau lemari khusus untuk suku cadang, dan sesori
penyimpanan alat tersebut mesin di area produksi
45 Sarana pemeliharaan hewan hendaklah - Tidak terdapat sarana
diisolasi dengan baik terhadap area lain pemeliharaan hewan di
dan dilengkapi pintu masuk terpisah (akses PT Aventis Pharma
hewan) serta unit pengendali udara yang
terpisah.
BAB 4 PERALATAN
PT
No Poin dalam CPOB 2012 Aventis Keterangan
Pharma
DESAIN DAN KONSTRUKSI
1 Peralatan manufaktur hendaklah didesain, √ Sesuai
ditempatkan dan dirawat sesuai dengan
tujuannya.
2 Permukaan peralatan yang bersentuhan √ Sesuai
dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
memengaruhi identitas, mutu atau
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


161

kemurnian di luar batas yang ditentukan.


3 Bahan yang diperlukan untuk peng- √ Sesuai
operasian alat khusus, misalnya pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan
dengan bahan yang sedang diolah sehingga
tidak memengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian bahan awal, produk antara
ataupun produk jadi
4 Peralatan tidak boleh merusak produk √ Perawatan fasiltas,
akibat katup bocor, tetesan pelumas dan peralan. Dan sarana
hal sejenis atau karena perbaikan, penunjang merupakan
perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tanggung jawab TSD
tidak tepat
5 Peralatan manufaktur hendaklah didesain √ Terdapat prosedur
sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. pembersihan setiap alat
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan
sesuai prosedur tertulis yang rinci serta
disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
6 Peralatan pencucian dan pembersihan √ Sesuai
hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak
menjadi sumber pencemaran.
7 Peralatan produksi yang digunakan √ Sesuai
hendaklah tidak berakibat buruk pada
produk. Bagian alat produksi yang
bersentuhan dengan produk tidak boleh
bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang
dapat memengaruhi mutu dan berakibat
buruk pada produk.
8 Semua peralatan khusus untuk pengolahan √ Sesuai
bahan mudah terbakar atau bahan kimia
atau yang ditempatkan di area di mana
digunakan bahan mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan
elektris yang kedap eksplosi serta
dibumikan dengan benar
9 Hendaklah tersedia alat timbang dan alat √ Sesuai
ukur dengan rentang dan ketelitian yang
tepat untuk proses produksi dan
pengawasan
10 Peralatan untuk mengukur, menimbang, √ Sesuai
mencatat dan mengendalikan hendaklah
dikalibrasi dan diperiksa pada interval
waktu tertentu dengan metode yang
ditetapkan. Catatan yang memadai dari
pengujian tersebut hendaklah disimpan
11 Filter cairan yang digunakan untuk proses √ Sesuai
produksi hendaklah tidak melepaskan serat
ke dalam produk. Filter yang mengandung
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


162

asbes tidak boleh digunakan walaupun


sesudahnya disaring kembali menggunakan
filter khusus yang tidak melepaskan serat.
12 Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu √ Sesuai
pipa air lain untuk produksi hendaklah
disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur
tersebut hendaklah berisi rincian batas
cemaran mikroba dan tindakan yang harus
dilakukan
PEMASANGAN DAN PENEMPATAN
13 Peralatan hendaklah dipasang sedemikian √ Sesuai
rupa untuk mencegah risiko kesalahan atau
kontaminasi
14 Peralatan satu sama lain hendaklah √ Sesuai
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
menghindarkan kesesakan serta
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan
kecampurbauran produk.
15 Semua sabuk (belt) dan pulley mekanis √ Sesuai
terbuka hendaklah dilengkapi dengan
pengaman.
16 Air, uap dan udara bertekanan atau vakum √ Sesuai
serta saluran lain hendaklah dipasang
sedemikian rupa agar mudah diakses pada
tiap tahap proses. Pipa hendaklah diberi
penandaan yang jelas untuk menunjukkan
isi dan arah aliran.
17 Tiap peralatan utama hendaklah diberi √ Sesuai
tanda dengan nomor identitas yang jelas.
Nomor ini dicantumkan di dalam semua
perintah dan catatan bets untuk
menunjukkan unit atau peralatan yang
digunakan pada pembuatan bets tersebut
kecuali bila peralatan tersebut hanya
digunakan untuk satu jenis produk saja.
18 Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, √ Seluruh alat yang rusak
hendaklah dikeluarkan dari area produksi harus diberi penandaan
dan pengawasan mutu, atau setidaknya, yang jelas dan diltekkan
diberi penandaan yang jelas di ruang workshop TSD
PERAWATAN
19 Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal √ Sesuai
untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi
identitas, mutu atau kemurnian produk.
20 Kegiatan perbaikan dan perawatan √ Sesuai
hendaklah tidak menimbulkan risiko
terhadap mutu produk.
21 Bahan pendingin, pelumas dan bahan √ Sesuai
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


163

kimia lain seperti cairan alat penguji suhu


hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan
proses formal
22 Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan √ Diuraikan di dalam
hendaklah dibuat dan dipatuhi. Prosedur Tetap
Perawatan Fasilitas,
Peralatan, dan Utility
No. TO 000-13/I
23 Pelaksanaan perawatan dan pemakaian √ Sesuai
suatu peralatan utama hendaklah dicatat
dalam buku log alat yang menunjukkan
tanggal, waktu, produk, kekuatan dan
nomor setiap bets atau lot yang diolah
dengan alat tersebut. Catatan untuk
peralatan yang digunakan khusus untuk
satu produk saja dapat ditulis dalam
catatan bets.
24 Peralatan dan alat bantu hendaklah √ Terdapat Prosedur
dibersihkan, disimpan, dan bila perlu Pembersiahan pada
disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah setiap alat
kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu
produk termasuk produk antara di luar
spesifikasi resmi atau spesifikasi lain yang
telah ditentukan.
25 Bila peralatan digunakan untuk produksi √ Sesuai
produk dan produk antara yang sama
secara berurutan atau secara kampanye,
peralatan hendaklah dibersihkan dalam
tenggat waktu yang sesuai untuk mencegah
penumpukan dan sisa kontaminan (misal:
hasil urai atau tingkat mikroba yang
melebihi batas).
26 Peralatan umum (tidak didedikasikan) √ Sesuai
hendaklah dibersihkan setelah digunakan
memproduksi produk yang berbeda untuk
mencegah kontaminasi silang.
27 Peralatan hendaklah diidentifikasi isi dan √ Sesuai
status kebersihannya dengan cara yang
baik.
28 Buku log untuk peralatan utama dan kritis √ Sesuai
hendaklah dibuat untuk pencatatan validasi
pembersihan dan pembersihan yang telah
dilakukan termasuk tanggal dan personil
yang melakukan kegiatan tersebut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


164

BAB 5 SANITASI DAN HIGIENE


PT
No Poin dalam CPOB 2012 Aventis Keterangan
Pharma
HIGIENE PERORANGAN
1 Tiap personil yang masuk ke area √ Tiap personil yang
pembuatan hendaklah mengenakan masuk ke area
pakaian pelindung yang sesuai dengan pembuatan harus
kegiatan yang dilaksanakannya.
memakai baju kelas 3
(berwarna biru muda)
sepatu khusus, hair
cover dan shoe cover.
2 Prosedur higiene perorangan termasuk √ Diuraikan dalam
persyaratan untuk mengenakan pakaian Prosedur Tetap Cara
pelindung hendaklah diberlakukan bagi Keluar Masuk Pabrik
semua personil yang memasuki area Utama yang
produksi, baik karyawan purna waktu, menjabarkan prosedur
paruhwaktu atau bukan karyawan yang berpakaian untuk tamu
berada di area pabrik, misal karyawan dan karyawan
kontraktor, pengunjung, anggota
manajemen senior dan inspektur.
3. Untuk menjamin perlindungan produk dari √ Diuraikan dalam
pencemaran dan untuk keselamatan Prosedur Tetap
personil, hendaklah personil mengenakan Penerapan Higiene
pakaian pelindung yang bersih dan sesuai
Perorangan AG 000-
dengan tugasnya termasuk penutup
rambut. Pakaian kerja kotor dan lap 16/B
pembersih kotor (yang dapat dipakai
ulang) hendaklah disimpan dalam wadah
tertutup hingga saat pencucian, dan bila
perlu, didisinfeksi atau disterilisasi.
4 Program higiene yang rinci hendaklah √ Diuraikan dalam
dibuat dan diadaptasikan terhadap berbagai Prosedur Tetap
kebutuhan di dalam area pembuatan. Penerapan Higiene
Program tersebut hendaklah mencakup
Perorangan AG 000-
prosedur yang berkaitan dengan kesehatan,
praktik higiene dan pakaian pelindung 16/B
personil. Prosedur hendaklah dipahami dan
dipatuhi secara ketat oleh setiap personil
yang bertugas di area produksi dan
pengawasan. Program higiene hendaklah
dipromosikan oleh manajemen dan dibahas
secara luas selama sesi pelatihan.
5 Semua personil hendaklah menjalani √ Terdapat pemeriksaan
pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. kesehatan personil pada
Merupakan suatu kewajiban bagi industri saat direkrut dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


165

agar tersedia instruksi yang memastikan pemeriksaan berkala 1


bahwa keadaan kesehatan personil yang tahun sekali
dapat memengaruhi mutu produk
diberitahukan kepada manajemen industri.
Sesudah pemeriksaan kesehatan awal
hendaklah dilakukan pemeriksaan
kesehatan kerja dan kesehatan personil
secara berkala. Petugas pemeriksa visual
hendaklah menjalani pemeriksaan mata
secara berkala.
6 Semua personil hendaklah menerapkan √ Contoh : setiap personil
higiene perorangan yang baik. Hendaklah harus mencuci tangan
mereka dilatih mengenai penerapan saat akan masuk dan
higiene perorangan. Semua personil yang
keluar area produksi
berhubungan dengan proses pembuatan
hendaklah memerhatikan tingkat higiene
perorangan yang tinggi.
7 Tiap personil yang mengidap penyakit atau √ Diuraikan dalam
menderita luka terbuka yang dapat Prosedur Tetap
merugikan mutu produk hendaklah Penerapan Higiene
dilarang menangani bahan awal, bahan Perorangan AG 000-
pengemas, bahan yang sedang diproses dan /16B dimana karyawan
obat jadi sampai kondisi personil tersebut yang mengidap
dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan penyakit infeksi saluran
risiko. nafas bagian atas harus
melapor atasan dan
tidak boleh bekerja
sampai dinyatakan
sembuh oleh dokter.
8 Semua personil hendaklah diperintahkan √ Sesuai
dan didorong untuk melaporkan kepada
atasan langsung tiap keadaan (pabrik,
peralatan atau personil) yang menurut
penilaian mereka dapat merugikan produk.
9 Hendaklah dihindarkan persentuhan √ Operator diruang
langsung antara tangan operator dengan produksi memakai
bahan awal, produk antara dan produk sarung tangan
ruahan yang terbuka, bahan pengemas
primer dan juga dengan bagian peralatan
yang bersentuhan dengan produk.
10 Personil hendaklah diinstruksikan supaya √ Terdapat poster
menggunakan sarana mencuci tangan dan prosedur masuk pabrik
mencuci tangannya sebelum memasuki utama di ruang ganti
area produksi. Untuk tujuan itu perlu menuju area produksi
dipasang poster yang sesuai.
11 Merokok, makan, minum, mengunyah, √ Sesuai
memelihara tanaman, menyimpan
makanan, minuman, bahan untuk merokok
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


166

atau obat pribadi hanya diperbolehkan di


area tertentu dan dilarang dalam area
produksi, laboratorium, area gudang dan
area lain yang mungkin berdampak
terhadap mutu produk
12 Persyaratan khusus untuk pembuatan - PT.Aventis Pharma
produk steril tidak memproduksi
produk steril
SANITASI BANGUNAN DAN FASILITAS
13 Bangunan yang digunakan untuk √ Sesuai
pembuatan obat hendaklah didesain dan
dikonstruksi dengan tepat untuk
memudahkan sanitasi yang baik.
14 Hendaklah tersedia dalam jumlah yang √ Toilet dan tempat cuci
cukup sarana toilet dengan ventilasi yang tangan berada pada
baik dan tempat cuci bagi personil yang ruang ganti pakaian
letaknya mudah diakses dari area
pembuatan.
15 Hendaklah disediakan sarana yang √ Pakaian dan barang
memadai untuk penyimpanan pakaian pribadi personil
personil dan milik pribadinya di tempat disimpan diloker
yang tepat.
16 Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi √ Sesuai
makanan dan minuman hendaklah dibatasi
di area khusus, misalnya kantin. Sarana ini
hendaklah memenuhi standar saniter
17 Sampah tidak boleh dibiarkan menum-puk. √ Sesuai
Sampah hendaklah dikumpulkan di dalam
wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke
tempat penampungan di luar bangunan dan
dibuang secara teratur dan berkala dengan
mengindahkan persyaratan saniter.
18 Rodentisida, insektisida, agens fumigasi √ Sesuai
dan bahan sanitasi tidak boleh mencemari
peralatan, bahan awal, bahan pengemas,
bahan yang sedang diproses atau produk
jadi.
19 Hendaklah ada prosedur tertulis untuk √ Diuraikan di dalam
pemakaian rodentisida, insektisida, Prosedur Tetap
fungisida, agens fumigasi, pembersih dan Penanggulangan hama
sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis (pest control) No.
tersebut hendaklah disusun dan dipatuhi AO000-17/J
untuk mencegah pencemaran terhadap
peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup
wadah, bahan pengemas dan label atau
produk jadi. Rodentisida, insektisida dan
fungisida hendaklah tidak digunakan
kecuali yang sudah terdaftar dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


167

digunakan sesuai peraturan terkait.


20 Hendaklah ada prosedur tertulis yang √ Diuraikan di dalam
menunjukkan penanggung jawab untuk Prosedur Tetap
sanitasi serta menguraikan dengan cukup Penanggulangan hama
rinci mengenai jadwal, metode, peralatan (Pest control) No.
dan bahan pembersih yang harus AO000-17/J
digunakan untuk pembersihan sarana dan
bangunan. Prosedur tertulis terkait
hendaklah dipatuhi.
21 Prosedur sanitasi hendaklah berlaku untuk √ Diuraikan di dalam
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Prosedur Tetap
kontraktor atau karyawan sementara Penanggulangan hama
maupun karyawan purnawaktu selama (Pest control) No.
pekerjaan operasional biasa. AO000-17/J
22 Segala praktik tidak higienis di area √ Sesuai
pembuatan atau area lain yang dapat
berdampak merugikan terhadap mutu
produk, hendaklah dilarang.
23 Persyaratan khusus untuk pembuatan - PT. Aventis Pharma
produk steril tidak memproduksi
produk steril
PEMBERSIHAN DAN SANITASI PERALATAN
24 Setelah digunakan, peralatan hendaklah √ Setelah peralatan
dibersihkan baik bagian luar maupun selesai dipakai, terdapat
bagian dalam sesuai dengan prosedur yang label kotor untuk
telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dibersihkan. Setelah
dalam kondisi yang bersih. Tiap kali dibersihkan, peralatan
sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa tersebut disimpan
untuk memastikan bahwa semua produk diruang khusus
atau bahan dari bets sebelumnya telah
dihilangkan
25 Metode pembersihan dengan cara vakum √
atau cara basah lebih dianjurkan. Udara
bertekanan dan sikat hendaklah digunakan
dengan hati-hati dan bila mungkin
dihindarkan karena menambah risiko
pencemaran produk.
26 Pembersihan dan penyimpanan peralatan √
yang dapat dipindah-
pindahkan dan penyimpanan bahan
pembersih hendaklah dilaksanakan dalam
ruangan yang terpisah dari ruangan
pengolahan.
27 Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk √ Diuraikan di dalam
pembersihan dan sanitasi peralatan serta Prosedur Tetap Validasi
wadah yang digunakan dalam pembuatan Pembersihan untuk
obat hendaklah dibuat, divalidasi dan Peralatan No. AV 000-
ditaati. Prosedur ini hendaklah dirancang 01/E
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


168

agar pencemaran peralatan oleh agens


pembersih atau sanitasi dapat dicegah.
Prosedur ini setidaknya meliputi
penanggung jawab pembersihan, jadwal,
metode, peralatan dan bahan yang dipakai
dalam pembersihan serta metode
pembongkaran dan perakitan kembali
peralatan yang mungkin diperlukan untuk
memastikan pembersihan yang benar
terlaksana. Jika perlu, prosedur juga
meliputi sterilisasi peralatan, penghilangan
identitas bets sebelumnya serta
perlindungan peralatan yang telah bersih
terhadap pencemaran sebelum digunakan

28 Catatan mengenai pelaksanaan √ Sesuai


pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan
inspeksi sebelum penggunaan peralatan
hendaklah disimpan secara benar.
29 Disinfektan dan deterjen hendaklah √ Sesuai
dipantau terhadap pencemaran mikroba;
enceran disinfektan dan deterjen hendaklah
disimpan dalam wadah yang sebelumnya
telah dibersihkan dan hendaklah disimpan
untuk jangka waktu tertentu kecuali bila
disterilkan.
VALIDASI PROSEDUR PEMBERSIHAN DAN SANITASI
30 Prosedur tertulis hendaklah ditetapkan √ Diuraikan di dalam
untuk pembersihan alat dan persetujuan Prosedur Tetap Validasi
untuk penggunaan bagi produksi obat, Pembersihan untuk
termasuk produk antara. Prosedur Peralatan No.AV000-
pembersihan hendaklah rinci supaya 01/E dan Prosedur
operator dapat melakukan pembersihan Tetap Validasi
tiap jenis alat secara konsisten dan efektif. Pembersihan untuk
Prosedur hendaklah mencantumkan: Ruangan No. AV000-
03/D
a) Penanggung jawab untuk pembersihan
alat;
b) Jadwal pembersihan, termasuk sanitasi,
bila perlu;
c) Deskripsi lengkap dari metode
pembersihan dan bahan pembersih yang
digunakan termasuk pengenceran bahan
pembersih yang digunakan;
d) Instruksi pembongkaran dan
pemasangan kembali tiap bagian alat,
bila perlu, untuk memastikan
pembersihan yang benar;
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


169

e) Instruksi untuk menghilangkan atau


meniadakan identitas bets sebelumnya;
f) Instruksi untuk melindungi alat yang
sudah bersih terhadap kontaminasi
sebelum digunakan;
g) Inspeksi kebersihan alat segera sebelum
digunakan; dan
h) Menetapkan jangka waktu maksimum
yang sesuai untuk pelaksanaan
pembersihan alat setelah selesai
digunakan produksi.
31 Tanpa kecuali, prosedur pembersihan, √ Diuraikan di dalam
sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi Prosedur Tetap Validasi
dan dievaluasi secara berkala untuk Pembersihan untuk
memastikan efektivitas Peralatan No.AV000-
01/E dan Prosedur
Tetap Validasi
Pembersihan untuk
Ruangan No. AV000-
03/D
32 Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan √ Sesuai
catatan pelaksanaan tindakan dan, bila
perlu, kesimpulan yang dicapai untuk
pembersihan dan sanitasi, hal - hal tentang
personel termasuk pelatihan, seragam
kerja, higiene; pemantauan lingkungan dan
pengendalian hama.

BAB 6 PRODUKSI
PT
No
Poin dalam CPOB 2012 Aventis Keterangan
Pharma
UMUM
1 Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi
oleh personil yang kompeten
2 Penanganan bahan dan produk jadi, seperti √ Produksi diawasi oleh
penerimaan dan karantina, pengambilan foreman dan supervisor
sampel, penyimpanan, penandaan, produksi
penimbangan, pengolahan, pengemasan
dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai
dengan prosedur atau instruksi tertulis dan
bila perlu dicatat.
3 Seluruh bahan yang diterima hendaklah √ Bahan yang datang selalu
diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya diperiksa melalui Good
dengan pesanan. Wadah hendaklah Receipt Slipt. Diuraikan di
dibersihkan dimana perlu dan diberi dalam Prosedur Tetap
penandaan dengan data yang diperlukan. Penerimaan Barang di

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


170

Gudang No. SO000-


11/AD . pembersihan
wadah dilakukan dengan
penandaan label „kotor
untuk dibersihkan.”
4 Kerusakan wadah dan masalah lain yang √ Sesuai
dapat berdampak merugikan terhadap mutu
bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan
dilaporkan kepada Bagian Pengawasan
Mutu
5 Bahan yang diterima dan produk jadi √ Barang yang diterima
hendaklah dikarantina secara fisik atau selalu diberi label
administratif segera setelah diterima atau karantina sampai
diolah, sampai dinyatakan lulus untuk dinyatakan lulus oleh
pemakaian atau distribusi. bagian QC
6 Produk antara dan produk ruahan yang √ Sesuai
diterima hendaklah ditangani seperti
penerimaan bahan awal.
7 Semua bahan dan produk jadi hendaklah √ Sesuai
disimpan pada kondisi seperti yang
ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan
secara teratur untuk memudahkan
segregasi antar bets dan rotasi stok.
8 Pemeriksaan hasil nyata dan rekonsiliasi √ Sesuai
jumlah hendaklah dilakukan sedemikian
untuk memastikan tidak ada penyimpangan
dari batas yang telah ditetapkan.
9 Pengolahan produk yang berbeda tidak √ Sesuai
boleh dilakukan secara bersamaan atau
bergantian dalam ruang kerja yang sama
kecuali tidak ada risiko terjadi
kecampurbauran ataupun kontaminasi
silang.
10 Produk dan bahan hendaklah dilindungi √ Sesuai
terhadap pencemaran mikroba
11 Bila bekerja dengan bahan atau produk √ Terdapat keterangan
kering, hendaklah dilakukan tindakan mengenai tindakan khusus
khusus untuk mencegah debu timbul serta yang dilakukan untuk
penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan menangani produk kering
pada penanganan bahan yang sangat aktif seperti pemakaian APD
atau menyebabkan sensitisasi.
12 Selama pengolahan, semua bahan, wadah √ Sesuai
produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang
dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang
sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan
nomor bets. Bila perlu, penandaan ini
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


171

hendaklah juga menyebutkan tahapan


proses produksi.
13 Label pada wadah, alat atau ruangan √ Sesuai
hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan
dengan format yang telah ditetapkan. Label
yang berwarna sering kali sangat
membantu untuk menunjukkan status
(misal: karantina, diluluskan, ditolak,
bersih dan lain-lain).
14 Pemeriksaan perlu dilakukan untuk √ Sesuai
memastikan pipa penyalur dan alat lain
untuk transfer produk dari satu ke tempat
lain telah terhubung dengan benar.
15 Penyimpangan terhadap instruksi atau √ Diuraikan di dalam
prosedur sedapat mungkin dihindarkan. Prosedur Tetap
Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah Penanganan Penyimpanan
ada persetujuan tertulis dari kepala bagian No. AO000-02/N
Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan
bagian Pengawasan Mutu.
16 Akses ke fasilitas produksi hendaklah √ Sesuai
dibatasi hanya untuk personil yang
berwenang.
17 Pada umumnya pembuatan produk non - PT. Aventis Pharma tidak
obat hendaklah dihindarkan dibuat di area memproduksi produk non
dan dengan peralatan untuk produk obat. obat
BAHAN AWAL
18 Pembelian bahan awal adalah suatu √ Pembelian bahan awal
aktifitas penting dan oleh karena itu dilakukan oleh bagian
hendaklah melibatkan staf yang Procurement
mempunyai pengetahuan khusus dan
menyeluruh perihal pemasok.
19 Pembelian bahan awal hendaklah hanya √ Audit pemasok dilakukan
dari pemasok yang telah disetujui dan oleh Quality Assurance
memenuhi spesifikasi yang relevan, dan
bila memungkinkan, langsung dari
produsen. Dianjurkan agar spesifikasi yang
dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan
awal dibicarakan dengan pemasok. Sangat
menguntungkan bila semua aspek produksi
dan pengawasan bahan awal tersebut,
termasuk persyaratan penanganan,
pemberian label dan pengemasan, juga
prosedur penanganan keluhan dan
penolakan, dibicarakan dengan pabrik
pembuat dan pemasok.
20 Semua penerimaan, pengeluaran dan √ Sesuai
jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat.
Catatan hendaklah berisi keterangan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


172

mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal


penerimaan atau penyerahan, tanggal
pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada.
21 Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap √ Sesuai
bahan awal hendaklah memenuhi
spesifikasi dan diberi label dengan nama
yang dinyatakan dalam spesifikasi.
Singkatan, kode ataupun nama yang tidak
resmi hendaklah tidak dipakai.
22 Tiap pengiriman atau bets bahan awal √ Sesuai
hendaklah diberi nomor rujukan yang akan
menunjukkan identitas pengiriman atau
bets selama penyimpanan dan pengolahan.
Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum
pada label wadah untuk memungkinkan
akses ke catatan lengkap tentang
pengiriman atau bets yang akan diperiksa.
23 Apabila dalam satu pengiriman terdapat √ Sesuai
lebih dari satu bets maka untuk tujuan
pengambilan sampel, pengujian dan
pelulusan, hendaklah dianggap sebagai
bets yang terpisah.
24 Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan √ Sesuai. Pengambilan
pemeriksaan visual tentang kondisi umum, sampel dilakukan oleh
keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan bagian analis QC
kemungkinan adanya kerusakan bahan,
dan tentang kesesuaian catatan pengiriman
dengan label dari pemasok. Sampel
diambil oleh personil dan dengan metode
yang telah disetujui oleh kepala bagian
Pengawasan Mutu.
25 Wadah dari mana sampel bahan awal √ Sesuai
diambil hendaklah diberi identifikasi.
26 Sampel bahan awal hendaklah diuji √ Terdapat form Catatan
pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam Hasil Pemeriksaan (CHP)
keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau yang diisi oleh petugas
keseluruhan terhadap spesifikasi dapat bagian QC
ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang
diperkuat dengan pemastian identitas yang
dilakukan sendiri.
27 Hendaklah diambil langkah yang √ Dilakukan audit pemasok
menjamin bahwa semua wadah pada suatu secara berkala dan
pengiriman berisi bahan awal yang benar, pengambilan sampel selalu
dan melakukan pengamanan terhadap dilakukan untuk mengecek
kemungkinan salah penandaan wadah oleh kebenaran tiap barang
pemasok. yang datang
28 Bahan awal yang diterima hendaklah √ Sesuai
dikarantina sampai disetujui dan diluluskan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


173

untuk pemakaian oleh kepala bagian


Pengawasan Mutu
29 Bahan awal di area penyimpanan √ Sesuai
hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling
sedikit sebagai berikut:
 nama bahan dan bila perlu nomor kode
bahan ;
 nomor bets/kontrol yang diberikan pada
saat penerimaan bahan;
 status bahan (misal: karantina, sedang
diuji, diluluskan, ditolak);
 tanggal daluwarsa atau tanggal uji
ulang bila perlu.

Jika digunakan sistem penyimpanan


terkomputerisasi yang divalidasi penuh,
maka semua keterangan di atas tidak perlu
ditampilkan dalam bentuk tulisan terbaca
pada label
30 Untuk menjamin identitas isi bahan awal √ Jika status bahan awal
dari tiap wadah hendaklah dibuat prosedur berubah, label sebelumya
atau dilakukan tindakan yang tepat. Wadah masih tetap ditempel
bahan awal yang telah diambil sampelnya
hendaklah diidentifikasi (Lihat Bab 7
Pengawasan Mutu, Butir 7.18 – 7.19).
31 Label yang menunjukkan status bahan √ Sesuai
awal hendaklah ditempelkan hanya oleh
personil yang ditunjuk oleh kepala bagian
Pengawasan Mutu. Untuk mencegah
kekeliruan, label tersebut hendaklah
berbeda dengan label yang digunakan oleh
pemasok (misal dengan mencantumkan
nama atau logo perusahaan). Bila status
bahan mengalami perubahan, maka label
penunjuk status hendaklah juga diubah
32 Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa √ Sesuai
secara berkala untuk meyakinkan bahwa
wadah tertutup rapat dan diberi label
dengan benar, dan dalam kondisi yang
baik.
33 Hanya bahan awal yang sudah diluluskan √ Area penyimpanan badan
oleh bagian Pengawasan Mutu dan masih awal dibedakan menjadi
dalam masa simpan yang boleh digunakan dua yaitu ambient (30-
35ºC) dan 15-25ºC
34 Bahan awal, terutama yang dapat rusak √ Sesuai
karena terpapar panas, hendaklah disimpan
di dalam ruangan yang suhu udaranya
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


174

dikendalikan dengan ketat; bahan yang


peka terhadap kelembaban dan/atau cahaya
hendaklah disimpan di bawah kondisi yang
dikendalikan dengan tepat.
35 Penyerahan bahan awal hendaklah √ Sesuai
dilakukan hanya oleh personil yang
berwenang sesuai dengan prosedur yang
telah disetujui. Catatan persediaan bahan
hendaklah disimpan dengan baik agar
rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.
36 Penimbangan bahan awal hendaklah √ Sesuai
dilakukan oleh personil yang berwenang
sesuai prosedur tertulis untuk memastikan
bahan yang benar yang ditimbang atau
diukur dengan akurat ke dalam wadah
yang bersih dan diberi label dengan benar.

37 Setiap bahan yang ditimbang atau diukur √ Sesuai


hendaklah diperiksa secara independen dan
hasil pemeriksaan dicatat.
38 Bahan yang ditimbang atau diukur untuk √ Sesuai
setiap bets hendaklah dikumpulkan dan
diberi label jelas.
39 Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap √ Sesuai
hari sebelum dipakai untuk membuktikan
bahwa kapasitas, ketelitian dan
ketepatannya memenuhi
40 Semua bahan awal yang ditolak hendaklah √ Terdapat area terpisah dan
diberi penandaan yang mencolok, pelabelan khusus untuk
ditempatkan terpisah dan dimusnahkan bahan yang di reject
atau dikembalikan kepada pemasoknya

VALIDASI PROSES
41 Studi validasi hendaklah memperkuat √ Diuraikan di dalam
pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai Prosedur Tetap Validasi
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Proses AV000-02/G
Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah
dicatat.
42 Apabila suatu formula pembuatan atau √ Sesuai
metode preparasi baru diadopsi, hendaklah
diambil langkah untuk membuktikan
prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan
produksi rutin, dan bahwa proses yang
telah ditetapkan dengan menggunakan
bahan dan peralatan yang telah ditentukan,
akan senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu.
43 Perubahan signifikan terhadap proses √ Sesuai
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


175

pembuatan termasuk perubahan peralatan


atau bahan yang dapat memengaruhi mutu
produk dan atau reprodusibilitas proses
hendaklah divalidasi
44 Hendaklah secara kritis dilakukan √ Diuraikan di dalam
revalidasi secara periodik untuk Prosedur Tetap Validasi
memastikan bahwa proses dan prosedur Proses AV000-02/G
tetap mampu mencapai hasil yang
diinginkan.

PENCEGAHAN PENCEMARAN SILANG


45 Pencemaran bahan awal atau produk oleh √ Sesuai
bahan atau produk lain harus dihindarkan.
Risiko pencemaran silang ini dapat timbul
akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap,
percikan atau organisme dari bahan atau
produk yang sedang diproses, dari sisa
yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja
operator. Tingkat risiko pencemaran ini
tergantung dari jenis pencemar dan produk
yang tercemar. Di antara pencemar yang
paling berbahaya adalah bahan yang dapat
menimbulkan sensitisasi kuat, preparat
biologis yang mengandung mikroba hidup,
hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan
bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang
paling terpengaruh oleh pencemaran
adalah sediaan parenteral, sediaan yang
diberikan dalam dosis besar dan/atau
sediaan yang diberikan dalam jangka
waktu yang panjang.
46 Tiap tahap proses, produk dan bahan √ Sesuai
hendaklah dilindungi terhadap pencemaran
mikroba dan pencemaran lain.
47 Pencemaran silang hendaklah dihindarkan √ Sesuai
dengan tindakan teknis atau pengaturan
yang tepat, misal:
 produksi di dalam gedung terpisah
(diperlukan untuk produk seperti
penisilin, hormon seks, sitotoksik
tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang
mengandung bakteri hidup dan produk
biologi lain serta produk darah);
 tersedia ruang penyangga udara dan
penghisap udara;
 memperkecil risiko pencemaran yang
disebabkan oleh udara yang disirkulasi
ulang atau masuknya udara yang tidak
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


176

diolah atau udara yang diolah secara


tidak memadai;
 memakai pakaian pelindung yang
sesuai di area di mana produk yang
berisiko tinggi terhadap pencemaran
silang diproses;
 melaksanakan prosedur pembersihan
dan dekontaminasi yang terbukti
efektif, karena pembersihan alat yang
tidak efektif umumnya merupakan
sumber pencemaran silang;
 menggunakan sistem self-contained;
 pengujian residu dan menggunakan
label status kebersihan pada alat.
48 Tindakan pencegahan terhadap √ Sesuai
pencemaran silang dan efektifitasnya
hendaklah diperiksa secara berkala sesuai
prosedur yang ditetapkan.

SISTEM PENOMORAN BETS/LOT


49 Hendaklah tersedia sistem yang √ Diuraikan didalam
menjelaskan secara rinci penomoran Prosedur Tetap Sistem
bets/lot dengan tujuan untuk memastikan Penomoran Bets/lot No.
bahwa tiap bets/lot produk antara, produk AO000-06/K
ruahan atau produk jadi dapat
diidentifikasi.
50 Sistem penomoran bets/lot yang digunakan √ Diuraikan didalam
pada tahap pengolahan dan tahap Prosedur Tetap Sistem
pengemasan hendaklah saling berkaitan. Penomoran Bets/lot No.
AO000-06/K
51 Sistem penomoran bets/lot hendaklah √ Diuraikan didalam
menjamin bahwa nomor bets/lot yang Prosedur Tetap Sistem
sama tidak dipakai secara berulang. Penomoran Bets/lot No.
AO000-06/K
52 Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera √ Sesuai
dicatat dalam suatu buku log. Catatan
tersebut hendaklah mencakup tanggal
pemberian nomor, identitas produk dan
ukuran bets/lot yang bersangkutan.
PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN
53 Penimbangan atau penghitungan dan
penyerahan bahan awal, bahan pengemas,
produk antara dan produk ruahan dianggap
sebagai bagian dari siklus produksi dan
memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi
yang lengkap. Pengendalian terhadap
pengeluaran bahan dan produk tersebut
untuk produksi, dari gudang, area
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


177

penyerahan, atau antar bagian produksi,


adalah sangat penting.
54 Cara penanganan, penimbangan, √ Diuraikan di dalam
penghitungan dan penyerahan bahan awal, Prosedur Tetap Cara
bahan pengemas, produk antara, dan Menimbang No. PO000-
produk ruahan hendaklah 07/P
55 Semua pengeluaran bahan awal, bahan √ Sesuai
pengemas, produk antara dan produk
ruahan termasuk bahan tambahan yang
telah diserahkan sebelumnya ke produksi,
hendaklah didokumentasikan dengan
benar.
56 Hanya bahan awal, bahan pengemas, √ Sesuai
produk antara dan produk ruahan yang
telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu
dan masih belum daluwarsa yang boleh
diserahkan.
57 Untuk menghindarkan terjadinya √ Sesuai
kecampurbauran, pencemaran silang,
hilangnya identitas dan keraguan, maka
hanya bahan awal, produk antara dan
produk ruahan yang terkait dari satu bets
saja yang boleh ditempatkan dalam area
penyerahan. Setelah penimbangan,
penyerahan dan penandaan, bahan awal,
produk antara dan produk ruahan
hendaklah diangkut dan disimpan dengan
cara yang benar sehingga keutuhannya
tetap terjaga sampai saat pengolahan
berikutnya.
58 Sebelum penimbangan dan penyerahan, √ Sesuai
tiap wadah bahan awal hendaklah
diperiksa kebenaran penandaan, termasuk
label pelulusan dari Bagian Pengawasan
Mutu.
59 Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat √ Terdapat check list,
timbang dan alat ukur yang dipakai penimbangan untuk
hendaklah sesuai dengan jumlah bahan masing-masing bahan
yang ditimbang atau ditakar. yang akan diproduksi
60 Untuk tiap penimbangan atau pengukuran - PT.Aventis Pharma tidak
hendaklah dilakukan pembuktian memproduksi produk steril
kebenaran identitas dan jumlah bahan yang
ditimbang atau diukur oleh dua orang
personil yang independen, dan pembuktian
tersebut dicatat.
61 Ruang timbang dan penyerahan hendaklah √ Sesuai
dijaga kebersihannya. Bahan awal steril
yang akan dipakai untuk produk steril
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


178

hendaklah ditimbang dan diserahkan di


area steril
62 Kegiatan penimbangan dan penyerahan √ Sesuai
hendaklah dilakukan dengan memakai
peralatan yang sesuai dan bersih.
63 Bahan awal, produk antara dan produk √ Sesuai
ruahan yang diserahkan hendaklah
diperiksa ulang kebenarannya dan
ditandatangani oleh supervisor produksi
sebelum dikirim ke area produksi
64 Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan √ Sesuai
untuk tiap bets hendaklah disimpan dalam
satu kelompok dan diberi penandaan yang
jelas.
PENGEMBALIAN
65 Semua bahan awal, bahan pengemas, √ Diuraikan di dalam
produk antara dan produk ruahan yang Prosedur Tetap
dikembalikan ke gudang penyimpanan Penanganan Sisa Bahan
hendaklah didokumentasikan dengan benar dari Produksi PO000-04/E
dan direkonsiliasi.
66 Bahan awal, bahan pengemas, produk √ Sesuai
antara dan produk ruahan hendaklah tidak
dikembalikan ke gudang penyimpanan
kecuali memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan.
OPERASI PENGOLAHAN–PRODUK ANTARA DAN PRODUK RUAHAN
67 Semua bahan yang dipakai di dalam √ Sesuai
pengolahan hendaklah diperiksa sebelum
dipakai.
68 Kegiatan pembuatan produk yang berbeda √ Di dalam satu ruang hanya
tidak boleh dilakukan bersamaan atau berjalan proses pengolahan
berurutan di dalam ruang yang sama untuk satu produk dengan
kecuali tidak ada risiko terjadinya mencantumkan label pada
kecampurbauran atau pencemaran silang pintu
69 Kondisi lingkungan di area pengolahan √ Kondisi lingkungan (suhu
hendaklah dipantau dan dikendalikan agar dan kelembaban) di area
selalu berada pada tingkat yang pengolahan dipantau dan
dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. dikenalikan oleh Technical
Sebelum kegiatan pengolahan dimulai Support Departement
hendaklah diambil langkah untuk
memastikan area pengolahan dan peralatan
bersih dan bebas dari bahan awal, produk
atau dokumen yang tidak diperlukan untuk
kegiatan pengolahan yang akan dilakukan.
70 Semua peralatan yang dipakai dalam √ Peralatan yang dipakai
pengolahan hendaklah diperiksa sebelum hanya peralatan berlabel
digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan “BERSIH”
bersih secara tertulis sebelum digunakan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


179

71 Semua kegiatan pengolahan hendaklah √ Prosedur di PT. Aventis


dilaksanakan mengikuti prosedur yang Pharma berupa Prosedur
tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah Pengolahan Induk (PPI)
dipertanggungjawabkan dan dilaporkan.
72 Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan √ Sesuai
yang akan diolah, produk antara dan
produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat
dari bahan yang tepat sifat dan jenisnya
untuk melindungi produk atau bahan
terhadap pencemaran atau kerusakan.
73 Semua wadah dan peralatan yang berisi √ Sesuai
produk antara hendaklah diberi label
dengan benar yang menunjukkan tahap
pengolahan. Sebelum label ditempelkan,
semua penandaan terdahulu hendaklah
dihilangkan.
74 Semua produk antara dan ruahan √ Sesuai
hendaklah diberi label.
75 Semua pengawasan selama-proses yang √ Sesuai
dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan
akurat pada saat pelaksanaannya
76 Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets √ Di catat di Prosedur
hendaklah dicatat dan diperiksa Pengolahan Induk
77 Penyimpangan yang signifikan dari hasil √ Dimuat di dalam laporan
standar hendaklah dicatat dan Failure Investigation
diinvestigasi. Report (FIR)
78 Dalam semua tahap pengolahan perhatian √ Sesuai
utama hendaklah diberikan kepada
masalah pencemaran silang.
79 Batas waktu dan kondisi penyimpanan √ Sesuai
produk dalam-proses hendaklah
ditetapkan.
80 Untuk sistem komputerisasi yang kritis √ Sesuai
hendaklah disiapkan sistem pengganti
manakala terjadi kegagalan.

BAHAN DAN PRODUK KERING


81 Untuk mengatasi masalah pengendalian √ Sesuai
debu dan pencemaran-silang yang terjadi
pada saat penanganan bahan dan produk
kering, perhatian khusus hendaklah
diberikan pada desain, pemeliharaan serta
penggunaan sarana dan peralatan. Apabila
layak hendaklah dipakai sistem pembuatan
tertutup atau metode lain yang sesuai.
82 Sistem penghisap udara yang efektif √ Sesuai
hendaklah dipasang dengan letak lubang
pembuangan sedemikian rupa untuk
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


180

menghindarkan pencemaran dari produk


atau proses lain. Sistem penyaringan udara
yang efektif atau sistem lain yang sesuai
hendaklah dipasang untuk menyaring
debu. Pemakaian alat penghisap debu pada
pembuatan tablet dan kapsul sangat
dianjurkan.
83 Perhatian khusus hendaklah diberikan √ Sesuai
untuk melindungi produk terhadap
pencemaran serpihan logam atau gelas.
Pemakaian peralatan gelas sedapat
mungkin dihindarkan. Ayakan, punch dan
die hendaklah diperiksa terhadap keausan
atau kerusakan sebelum dan setelah
pemakaian.
84 Hendaklah dijaga agar tablet atau kapsul √ Sesuai
tidak ada yang terselip atau tertinggal
tanpa terdeteksi di mesin, alat penghitung
atau wadah produk ruahan.

Pencampuran dan Granulasi


85 Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk √ Sesuai
hendaklah dilengkapi dengan sistem
pengendali debu, kecuali digunakan sistem
tertutup.
86 Parameter operasional yang kritis (misal: √ Sesuai
waktu, kecepatan dan suhu) untuk tiap
proses pencampuran, pengadukan dan
pengeringan hendaklah tercantum dalam
dokumen produksi induk, dan dipantau
selama proses berlangsung serta dicatat
dalam catatan bets.
87 Kantong filter yang dipasang pada mesin √ Sesuai
pengering fluid bed tidak boleh dipakai
untuk produk yang berbeda tanpa
pencucian lebih dahulu. Untuk produk
yang berisiko tinggi atau yang dapat
menimbulkan sensitisasi hendaklah
digunakan kantong filter khusus bagi
masing-masing produk. Udara yang masuk
ke dalam alat pengering ini hendaklah
disaring. Hendaklah dilakukan tindakan
pengamanan untuk mencegah pencemaran
silang oleh debu yang keluar dari alat
pengering tersebut.
88 Pembuatan dan penggunaan larutan atau √ Sesuai
suspensi hendaklah dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga risiko
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


181

pencemaran atau pertumbuhan mikroba


dapat diperkecil.

Pencetakan Tablet
89 Mesin pencetak tablet hendaklah √ Terdapat dust collector
dilengkapi dengan fasilitas pengendali
debu yang efektif dan ditempatkan
sedemikian rupa untuk menghindarkan
kecampurbauran antar produk. Tiap mesin
hendaklah ditempatkan dalam ruangan
terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan
untuk produk yang sama atau dilengkapi
sistem pengendali udara yang tertutup
maka dapat ditempatkan dalam ruangan
tanpa pemisah.
90 Untuk mencegah kecampurbauran perlu √ Sesuai
dilakukan pengendalian yang memadai
baik secara fisik, prosedural maupun
penandaan.
91 Hendaklah selalu tersedia alat timbang √ Terdapat alat timbang di
yang akurat dan telah dikalibrasi untuk ruang IPC produksi
pemantauan bobot tablet selama-proses.
92 Tablet yang diambil dari ruang pencetak √ Sesuai
tablet untuk keperluan pengujian atau
keperluan lain tidak boleh dikembalikan
lagi ke dalam bets yang bersangkutan.
93 Tablet yang ditolak atau yang dising- √ Sesuai
kirkan hendaklah ditempatkan dalam
wadah yang ditandai dengan jelas
mengenai status dan jumlahnya dicatat
pada Catatan Pengolahan Bets.
94 Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die √ Sesuai
hendaklah diperiksa keausan dan
kesesuaiannya terhadap spesifikasi.
Catatan pemakaian hendaklah disimpan.

Penyalutan
95 Udara yang dialirkan ke dalam panci
penyalut untuk pengeringan hendaklah
disaring dan mempunyai mutu yang tepat.
96 Larutan penyalut hendaklah dibuat dan √ Sesuai
digunakan dengan cara sedemikian rupa
untuk mengurangi risiko pertumbuhan
mikroba. Pembuatan dan pemakaian
larutan penyalut hendaklah
didokumentasikan.

Pengisian Kapsul Keras


Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


182

97 Cangkang kapsul hendaklah diperlakukan - PT.Aventis Pharma tidak


sebagai bahan awal. Cangkang kapsul memproduksi produk
hendaklah disimpan dalam kondisi yang kapsul
dapat mencegah kekeringan dan
kerapuhan atau efek lain yang disebabkan
oleh kelembaban.
98 Persyaratan-persyaratan yang tertulis - PT.Aventis Pharma tidak
pada Butir 6.89 – 6.93 pada Pencetakan memproduksi produk
Tablet juga berlaku untuk pengisian kapsul
kapsul keras.

Penandaan Tablet Salut dan Kapsul


99 Hendaklah diberikan perhatian khusus - PT.Aventis Pharma tidak
untuk menghindarkan kecampurbauran memproduksi produk
selama proses penandaan tablet salut dan kapsul
kapsul. Bilamana dilakukan penandaan
pada produk atau bets yang berbeda
dalam saat yang bersamaan hendaklah
dilakukan pemisahan yang memadai.
100 Tinta yang digunakan untuk penandaan
hendaklah yang memenuhi persyaratan
untuk bahan makanan.
101 Hendaklah diberikan perhatian khusus - PT.Aventis Pharma tidak
untuk menghindarkan kecampurbauran memproduksi produk
selama proses pemeriksaan, penyortiran kapsul
dan pemolesan kapsul dan tablet salut.

PRODUK CAIR, KRIM DAN SALEP (nonsteril)


102 Produk cair, krim dan salep mudah √ Sesuai
terkena kontaminasi terutama terhadap
mikroba atau cemaran lain selama proses
pembuatan. Oleh karena itu, tindakan
khusus harus diambil untuk mencegah
kontaminasi.
103 Penggunaan sistem tertutup untuk - PT.Aventis Pharma tidak
produksi dan transfer sangat dianjurkan; menggunakan sistem
area produksi di mana produk atau wadah tertutup untuk produksi
bersih tanpa tutup terpapar ke lingkungan dan transfer
hendaklah diberi ventilasi yang efektif
dengan udara yang disaring.
104 Untuk melindungi produk terhadap - PT.Aventis Pharma tidak
kontaminasi disarankan memakai sistem menggunakan sistem
tertutup untuk pengolahan dan transfer. tertutup untuk produksi
dan transfer
105 Tangki, wadah, pipa dan pompa yang √ Sesuai
digunakan hendaklah didesain dan
dipasang sedemikian rupa sehingga
memudahkan pembersihan dan bila perlu
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


183

disanitasi. Dalam mendesain peralatan


hendaklah diperhatikan agar sesedikit
mungkin adanya sambungan mati (dead-
legs) atau ceruk di mana residu dapat
terkumpul dan menyebabkan
perkembangbiakan mikroba.
106 Penggunaan peralatan dari kaca sedapat √ Pemantauan dilakukan
mungkin dihindarkan. Baja tahan karat oleh Quality Control
bermutu tinggi merupakan bahan pilihan Perawatan sistem tertutup
untuk bagian peralatan yang bersentuhan untuk produksi dan
dengan produk transfer
107 Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang Sesuai
digunakan hendaklah ditetapkan dan √
selalu dipantau. Perawatan sistem air
hendaklah diperhatikan untuk
menghindarkan perkembangbiakan
mikroba. Sanitasi secara kimiawi pada
sistem air hendaklah diikuti pembilasan
yang prosedurnya telah divalidasi agar
sisa bahan sanitasi dapat dihilangkan
secara efektif.
108 Mutu bahan yang diterima dalam tangki √ Pemeriksaan mutu bahan
dari pemasok hendaklah diperiksa dilakukan oleh bagian
sebelum dipindahkan ke dalam tangki Quality Control
penyimpanan.
109 Perhatian hendaklah diberikan pada Sesuai
transfer bahan melalui pipa untuk √
memastikan bahan tersebut ditransfer ke
tujuan yang benar.
110 Bahan yang mungkin melepaskan serat √ Sesuai
atau cemaran lain seperti kardus atau
palet kayu hendaklah tidak dimasukkan
ke dalam area di mana produk atau
wadah bersih terpapar ke lingkungan.
111 Apabila jaringan pipa digunakan untuk √ Sesuai
mengalirkan bahan awal atau produk
ruahan, hendaklah diperhatikan agar
sistem tersebut mudah dibersihkan.
Jaringan pipa hendaklah didesain dan
dipasang sedemikian rupa sehingga
mudah dibongkar dan dibersihkan.
112 Ketelitian sistem pengukur hendaklah √ Sesuai
diverifikasi. Tongkat pengukur hanya
boleh digunakan untuk bejana tertentu
dan telah dikalibrasi untuk bejana yang
bersangkutan. Tongkat pengukur
hendaklah terbuat dari bahan yang tidak
bereaksi dan tidak menyerap (misal:
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


184

bukan kayu).
113 Perhatian hendaklah diberikan untuk
mempertahankan homogenitas campuran,
suspensi dan produk lain selama
pengisian. Proses pencampuran dan
pengisian hendaklah divalidasi. Perhatian
khusus hendaklah diberikan pada awal
pengisian, sesudah penghentian dan pada
akhir proses pengisian untuk memastikan
produk selalu dalam keadaan homogen.
114 Apabila produk ruahan tidak langsung √ Diuraikan di dalam
dikemas hendaklah dibuat ketetapan Prosedur Tetap
mengenai waktu paling lama produk Penanganan Bahan di
ruahan boleh disimpan serta kondisi Ruang Transit Bahan Baku
penyimpanannya dan ketetapan ini & Bahan Setengah Jadi
hendaklah dipatuhi. PO301-00/I

BAHAN PENGEMAS
115 Pengadaan, penanganan dan pengawasan √ Diuraikan didalam
bahan pengemas primer dan bahan Prosedur Tetap
pengemas cetak serta bahan cetak lain Penyediaan dan
hendaklah diberi perhatian yang sama Penanganan film untuk
seperti terhadap bahan awal. Bahan Pengemas Tercetak
AG000-04/I
116 Perhatian khusus hendaklah diberikan
kepada bahan cetak. Bahan cetak tersebut √ Sesuai
hendaklah disimpan dengan kondisi
keamanan yang memadai dan orang yang
tidak berkepentingan dilarang masuk.
Label lepas dan bahan cetak lepas lain
hendaklah disimpan dan diangkut dalam
wadah tertutup untuk menghindarkan
kecampurbauran. Bahan pengemas
hendaklah diserahkan kepada personil
yang berwenang sesuai prosedur tertulis
yang disetujui.
117 Tiap penerimaan atau tiap bets bahan
pengemas primer hendaklah diberi nomor
yang spesifik atau penandaan yang
menunjukkan identitasnya.
118 Bahan pengemas primer, bahan
pengemas cetak atau bahan cetak lain √ Sesuai
yang tidak berlaku lagi atau obsolet
hendaklah dimusnahkan dan
pemusnahannya dicatat
119 Untuk menghindarkan kecampurbauran,
hanya satu jenis bahan pengemas cetak √ Sesuai
atau bahan cetak tertentu saja yang
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


185

diperbolehkan diletakkan di tempat


kodifikasi pada saat yang sama.
Hendaklah ada sekat pemisah yang
memadai antar tempat kodifikasi tersebut.

KEGIATAN PENGEMASAN
120 Pada umumnya, proses pengisian dan
penutupan hendaklah segera disertai √ Diuraikan di Prosedur
dengan pemberian label. Bila tidak, Tetap Penandaan dan /
hendaklah diterapkan prosedur yang tepat atau Penyegelan Wadah
untuk memastikan agar tidak terjadi PO000-02/K
kecampurbauran atau salah pemberian
label.
121 Kegiatan pengemasan berfungsi membagi
dan mengemas produk ruahan menjadi √ Sesuai
produk jadi. Pengemasan hendaklah
dilaksanakan di bawah pengendalian
yang ketat untuk menjaga identitas,
keutuhan dan mutu produk akhir yang
dikemas.
122 Bila menyiapkan program untuk kegiatan
pengemasan, hendaklah diberikan √ Terdapat empat orang
perhatian khusus untuk meminimalkan pengemasan primer yang
risiko kontaminasi silang, masing-masing hanya
kecampurbauran atau kekeliruan. Produk berisi satu jalur
yang berbeda tidak boleh dikemas penemasan. Diuraikan di
berdekatan kecuali ada segregasi fisik. Prosedur Tetap
Pengemasan, Persiapan
Jalur Pengemasan
123 Hendaklah ada prosedur tertulis yang
menguraikan penerimaan dan identifikasi √ Sesuai
produk ruahan dan bahan pengemas,
pengawasan untuk menjamin bahwa
produk ruahan dan bahan pengemas cetak
dan bukan cetak serta bahan cetak lain
yang akan dipakai adalah benar,
pengawasan selama-proses pengemasan
rekonsiliasi terhadap produk ruahan,
bahan pengemas cetak dan bahan cetak
lain, serta pemeriksaan hasil akhir
pengemasan. Semua kegiatan
pengemasan hendaklah dilaksanakan
sesuai dengan instruksi yang diberikan
dan menggunakan bahan pengemas yang
tercantum dalam Prosedur Pengemasan
Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan
hendaklah dicatat dalam Catatan
Pengemasan Bets.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


186

124 Sebelum kegiatan pengemasan dimulai,


hendaklah dilakukan pemeriksaan untuk √ Dilakukan pemeriksaan
memastikan bahwa area kerja dan peralatan dan area kerja
peralatan telah bersih serta bebas dari sebelum kegiatan
produk lain, sisa produk lain atau pengemasan dimulai
dokumen lain yang tidak diperlukan
untuk kegiatan pengemasan yang
bersangkutan. Kesiapan jalur
pengemasan hendaklah dilaksanakan
sesuai daftar periksa yang tepat.
125 Semua penerimaan produk ruahan, bahan
pengemas dan bahan cetak lain hendaklah √ Sesuai
diperiksa dan diverifikasi kebenarannya
terhadap Prosedur Pengemasan Induk
atau perintah pengemasan khusus.

Prakodifikasi Bahan Pengemas


126 Label, karton dan bahan pengemas dan
bahan cetak lain yang memerlukan √ Sesuai
prakodifikasi dengan nomor bets/lot,
tanggal daluwarsa dan informasi lain
sesuai dengan perintah pengemasan
hendaklah diawasi dengan ketat pada tiap
tahap proses, sejak diterima dari gudang
sampai menjadi bagian dari produk atau
dimusnahkan.
127 Bahan pengemas dan bahan cetak lain
yang sudah dialokasikan untuk pra-
kodifikasi hendaklah disimpan di dalam
wadah yang tertutup rapat dan
ditempatkan di area terpisah serta
terjamin keamanannya.
128 Proses prakodifikasi bahan pengemas dan
bahan cetak lain hendaklah dilakukan di
area yang terpisah dari kegiatan
pengemasan lain. Khusus untuk proses
prakodifikasi secara manual hendaklah
diperhatikan untuk melakukan
pemeriksaan kembali dengan interval
yang teratur.
129 Seluruh bahan pengemas dan bahan cetak
lain yang telah diberi prakodifikasi
hendaklah diperiksa sebelum ditransfer
ke area pengemasan.

Kesiapan Jalur
130 Segera sebelum menempatkan bahan
pengemas dan bahan cetak lain pada jalur √ Diuraikan di Prosedur
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


187

pengemasan, personil penanggung jawab Tetap Persiapan Jalur


yang ditunjuk dari bagian pengemasan Pengemasan PO000-14/F
hendaklah melakukan pemeriksaan
kesiapan jalur sesuai dengan prosedur
tertulis yang disetujui oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu),
untuk:
a) memastikan bahwa semua bahan dan
produk yang sudah dikemas dari kegiatan
pengemasan sebelumnya telah benar
disingkirkan dari jalur pengemasan dan
area sekitarnya;
b) memeriksa kebersihan jalur dan area
sekitarnya: dan
c) memastikan kebersihan peralatan yang
akan dipakai.
131 Risiko kesalahan terjadi dalam
pengemasan dapat diperkecil dengan cara √ Sesuai
sebagai berikut:
a) menggunakan label dalam gulungan;
b) pemberian penandaan bets pada jalur
pemasangan label;
c) dengan menggunaan alat pemindai dan
penghitung label elektronis;
d) label dan bahan cetak lain didesain
sedemikian rupa sehingga masing-masing
mempunyai tanda khusus untuk tiap
produk yang berbeda; dan
e) di samping pemeriksaan secara visual
selama pengemasan berlangsung,
hendaklah dilakukan pula pemeriksaan
secara independen oleh bagian
Pengawasan Mutu selama dan pada akhir
proses pengemasan.
132 Perhatian khusus hendaklah diberikan
bila memakai label-potong dan ketika
proses prakodifikasi dilakukan di luar
jalur pengemasan.
133 Produk yang penampilannya mirip
hendaklah tidak dikemas pada jalur yang √ Sesuai
berdampingan kecuali ada pemisahan
secara fisik.
134 Pada tiap jalur pengemasan nama dan
nomor bets produk yang sedang dikemas √ Sesuai
hendaklah dapat terlihat dengan jelas.
135 Wadah yang dipakai untuk menyimpan
produk ruahan, produk yang baru √ Sesuai
sebagian dikemas, atau subbets
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


188

hendaklah diberi label atau penandaan


yang menunjukkan identitas, jumlah,
nomor bets dan status produk tersebut.
136 Wadah yang akan diisi hendaklah
diserahkan ke jalur atau tempat √ Sesuai
pengemasan dalam keadaan bersih.
Perhatian hendaklah diberikan untuk
menghindarkan dan menghilangkan
cemaran seperti pecahan kaca dan
partikel logam.
137 Semua personil bagian pengemasan Dilakukan di Prosedur
hendaklah memperoleh pelatihan agar Tetap Pelatihan Personil
memahami persyaratan pengawasan AL000-01/K. Personil
selama-proses dan melaporkan tiap juga diberi pelatihan
penyimpangan yang ditemukan pada saat tambahan sesuai dengan
mereka menjalankan tanggung jawab job desk personil tersebut
spesifik tersebut.
138 Area pengemasan hendaklah dibersihkan
secara teratur dan sering selama jam kerja √ Diuraikan di Prosedur
dan tiap ada tumpahan bahan. Personil Tetap Validasi
kebersihan hendaklah diberi pelatihan Pembersihan untuk
untuk tidak melakukan praktik yang Ruanan AV000-03/C
dapat menyebabkan kecampurbauran atau
pencemaran silang.
139 Bila ditemukan bahan pengemas cetak
pada saat pembersihan hendaklah √ Sesuai
diberikan kepada supervisor, yang
selanjutnya ditempatkan di dalam wadah
yang disediakan untuk keperluan
rekonsiliasi dan kemudian dimusnahkan
pada akhir proses pengemasan.
140 Kemasan akhir dan kemasan setengah
jadi yang ditemukan di luar jalur √ Sesuai
pengemasan hendaklah diserahkan
kepada supervisor dan tidak boleh
langsung dikembalikan ke jalur
pengemasan. Bila produk
tersebut setelah diperiksa oleh supervisor
ternyata identitasnya sama dengan bets
yang sedang dikemas dan keadaannya
baik, maka supervisor dapat
mengembalikannya ke jalur pengemasan
yang sedang berjalan. Kalau tidak, maka
bahan tersebut hendaklah dimusnahkan
dan jumlahnya dicatat.
141 Produk yang telah diisikan ke dalam Diuraikan di Prosedur
wadah akhir tetapi belum diberi label √ Tetap Validasi Penandaan
hendaklah dipisahkan dan diberi Dan/ atau Penyegelan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


189

penandaan untuk menghindarkan Wadah PO000-02/K


kecampurbauran.
142 Bagian peralatan pengemas yang √ Diuraikan di Prosedur
biasanya tidak bersentuhan dengan Tetap Validasi
produk ruahan tapi dapat menjadi tempat Pembersihan untuk
penumpukan debu, serpihan, bahan Peralatan AV000-01/E dan
pengemas ataupun produk yang Prosedur Tetap
kemudian dapat jatuh ke dalam produk Pembersihan sesuai
atau mencemari atau dapat menjadi dengan alat yang
penyebab kecampurbauran produk yang digunakan
sedang dikemas, hendaklah dibersihkan
dengan cermat.
143 Hendaklah diambil tindakan untuk
mengendalikan penyebaran debu selama √ Sesuai
proses pengemasan khususnya produk
kering. Area pengemasan yang terpisah
diperlukan untuk produk tertentu
misalnya obat yang berdosis rendah dan
berpotensi tinggi atau produk toksik dan
bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi. Udara bertekanan tidak boleh
digunakan untuk membersihkan peralatan
di area kegiatan pengemasan di mana
pencemaran-silang dapat terjadi.
144 Pemakaian sikat hendaklah dibatasi
karena dapat menimbulkan bahaya √ Sesuai
pencemaran dari bulu sikat dan/atau
partikel yang menempel pada sikat
145 Personil hendaklah diingatkan untuk
tidak menaruh bahan pengemas atau √ Sesuai
produk di dalam saku mereka. Bahan
tersebut hendaklah dibawa dengan tangan
atau di dalam wadah yang tertutup dan
diberi tanda yang jelas.
146 Bahan yang diperlukan dalam proses
pengemasan seperti pelumas, perekat, √ Sesuai
tinta, cairan pembersih, dan sebagainya,
hendaklah disimpan di dalam wadah yang
jelas tampak berbeda dengan wadah yang
dipakai untuk pengemasan produk dan
hendaklah diberi penandaan yang jelas
dan mencolok sesuai dengan isinya.
147 Alat pemindai kode elektronik, alat
penghitung dan peralatan lain yang √ Sesuai
serupa, hendaklah diperiksa untuk
memastikan alat-alat tersebut bekerja
dengan benar.
148 Informasi tercetak dan dalam bentuk
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


190

huruf timbul pada bahan pengemas √ Sesuai


hendaklah terlihat jelas, tidak memudar
dan tidak mudah terhapus.
Pengawasan pada jalur pengemasan
selama proses pengemasan hendaklah √ Sesuai
meliputi paling sedikit hal-hal sebagai
berikut:
a) tampilan kemasan secara umum;
b) apakah kemasan sudah lengkap;
c) apakah produk dan bahan pengemas
yang dipakai sudah benar;
d) apakah prakodifikasi sudah benar;
e) apakah monitor pada jalur sudah
berfungsi dengan benar.

Sampel yang sudah diambil dari jalur


pengemasan hendaklah tidak
dikembalikan.
150 Produk yang telah mengalami kejadian
tak normal hendaklah khusus diperiksa, √ Sesuai
diinvestigasi dan disetujui terlebih dahulu
oleh personil yang diberi wewenang
sebelum dimasukkan ke dalam proses
pengemasan. Hendaklah dibuat cacatan
detil dari aktifitas tersebut.
151 Bila selama rekonsiliasi ditemukan
perbedaan yang signifikan atau tidak √ Sesuai
normal antara jumlah produk ruahan dan
bahan pengemas cetak dibandingkan
terhadap jumlah unit yang diproduksi,
maka sebelum diluluskan hendaklah
dilakukan investigasi dan
pertanggungjawaban secara memuaskan
terlebih dahulu.
152 Setelah proses pengemasan selesai, bahan
pengemas yang tidak terpakai tetapi telah √ Sesuai
diberi prakodifikasi hendaklah
dimusnahkan dan pemusnahan tersebut
dicatat. Bila bahan cetakan belum diberi
prakodifikasi akan dikembalikan ke
persediaan gudang, hendaklah mengikuti
prosedur terdokumentasi.

Penyelesaian Kegiatan Pengemasan


153 Pada penyelesaian kegiatan pengemasan,
hendaklah kemasan terakhir diperiksa √ Sesuai
dengan cermat untuk memastikan bahwa
kemasan produk tersebut sepenuhnya
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


191

sesuai dengan Prosedur Pengemasan


Induk.
154 Hanya produk yang berasal dari satu bets
dari satu kegiatan pengemasan saja yang √ Sesuai
boleh ditempatkan pada satu palet. Bila
ada karton yang tidak penuh maka jumlah
kemasan hendaklah dituliskan pada
karton tersebut.
155 Setelah proses rekonsiliasi pengemasan,
kelebihan bahan pengemas dan produk √ Sesuai
ruahan yang akan disingkirkan hendaklah
diawasi dengan ketat agar hanya bahan
dan produk yang dinyatakan memenuhi
syarat saja yang dapat dikembalikan ke
gudang untuk dimanfaatkan lagi. Bahan
dan produk tersebut hendaklah diberi
penandaan yang jelas.

156 Supervisor hendaklah mengawasi


penghitungan dan pemusnahan bahan √ Sesuai
pengemas dan produk ruahan yang tidak
dapat lagi dikembalikan ke gudang.
Semua sisa bahan pengemas yang sudah
diberi penandaan tapi tidak terpakai
hendaklah dihitung dan dimusnahkan.
Jumlah yang dimusnahkan hendaklah
dicatat pada Catatan Pengemasan Bets.
157 Supervisor hendaklah menghitung dan
mencatat jumlah pemakaian neto semua √ Sesuai
bahan pengemas dan produk ruahan.
158 Tiap penyimpangan hasil yang tidak
dapat dijelaskan atau tiap kegagalan √ Diuraikan di Prosedur
untuk memenuhi spesifikasi hendaklah Tetap Penangana Kasus
diselidiki secara teliti dengan Penyimpangan Batas Hasil
mempertimbangkan bets atau produk lain PO000-06C
yang mungkin juga terpengaruh.
159 Setelah rekonsiliasi disetujui, produk jadi
hendaklah ditempatkan di area karantina √ Sesuai
produk jadi sambil menunggu pelulusan
dari kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).

PENGAWASAN SELAMA-PROSES
160 Untuk memastikan keseragaman bets dan
keutuhan obat, prosedur tertulis yang √ Sesuai
menjelaskan pengambilan sampel,
pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


192

produk hendaklah dilaksanakan sesuai


dengan metode yang telah disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat.
Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja
dari proses produksi yang mungkin
menjadi penyebab variasi karakteristik
produk dalam-proses.
161 Prosedur tertulis untuk pengawasan
selama-proses hendaklah dipatuhi. √ Sesuai
Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan
titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel, jumlah sampel yang
diambil, spesifikasi yang harus diperiksa
dan batas penerimaan untuk tiap
spesifikasi.
162 Di samping itu, pengawasan selama-
proses hendaklah mencakup, tapi tidak √ Sesuai
terbatas pada prosedur umum sebagai
berikut:
a) semua parameter produk, volume atau
jumlah isi produk hendaklah diperiksa
pada saat awal dan selama proses
pengolahan atau pengemasan; dan
b) kemasan akhir hendaklah diperiksa
selama proses pengemasan dengan selang
waktu yang teratur untuk memastikan
kesesuaiannya dengan spesifikasi dan
memastikan semua komponen sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Prosedur
Pengemasan Induk.
163 Selama proses pengolahan dan
pengemasan bets hendaklah diambil √ Diuraikan di Prosedur
sampel pada awal, tengah dan akhir Tetap Pengawasan Dalam
proses oleh personil yang ditunjuk. Proses Produksi AO000-
19/W
164 Hasil pengujian/inspeksi selama-proses Terdapat Batch Record
hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut √ Review pada tiap bets
hendaklah menjadi bagian dari Catatan produk jadi yang
Bets. diproduksi
165 Spesifikasi pengawasan selama-proses
hendaklah konsisten dengan spesifikasi √ Sesuai
produk. Spesifikasi tersebut hendaklah
berasal dari hasil rata-rata proses
sebelumnya yang diterima dan bila
mungkin dari hasil estimasi variasi proses
dan ditentukan dengan menggunakan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


193

metode statistis yang cocok bila ada.

BAHAN DAN PRODUK YANG DITOLAK, DIPULIHKAN DAN DIKEMBALIKAN


166 Bahan dan produk yang ditolak
hendaklah diberi penandaan yang jelas √ Sesuai
dan disimpan terpisah di “area terlarang”
(restricted area). Bahan atau produk
tersebut hendaklah dikembalikan kepada
pemasoknya atau, bila dianggap perlu,
diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah
apa pun yang diambil hendaklah lebih
dulu disetujui oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan
dicatat.
167 Pengolahan ulang produk yang ditolak
hendaklah merupakan suatu kekecualian. √ Diuraikan di Prosedur
Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu Tetap Pengerjaan Ulang
produk akhirnya tidak terpengaruh, bila AO000-26/B
spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya
dikerjakan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan dan disetujui setelah
dilakukan evaluasi terhadap risiko yang
mungkin timbul. Catatan pengolahan
ulang hendaklah disimpan.
168 Pemulihan semua atau sebagian dari bets
sebelumnya, yang memenuhi persyaratan √ Diuraikan di Prosedur
mutu, dengan cara penggabungan ke Tetap Pengerjaan Ulang
dalam bets lain dari produk yang sama AO000-26/B
pada suatu tahap pembuatan obat,
hendaklah diotorisasi sebelumnya.
Pemulihan ini hendaklah dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan setelah dilakukan evaluasi
terhadap risiko yang mungkin terjadi,
termasuk kemungkinan pengaruh
terhadap masa edar produk. Pemulihan
ini hendaklah dicatat.
169 Kebutuhan pengujian tambahan
hendaklah dipertimbangkan oleh kepala √ Diuraikan di Prosedur
Pengawasan Mutu terhadap produk hasil Tetap Pengerjaan Ulang
pengolahan ulang atau bets yang AO000-26/B
mendapat penambahan dari produk
pulihan.
170 Bets yang mengandung produk pulihan
hanya boleh diluluskan setelah semua √ Diuraikan di Prosedur
bets asal produk pulihan yang Tetap Pengerjaan Ulang
bersangkutan telah dinilai dan dinyatakan AO000-26/B
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


194

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

Produk Kembalian
171
Produk yang dikembalikan dari peredaran √ Diuraikan di Prosedur
dan telah lepas dari pengawasan industri Tetap Penangan Kembali
pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk Obat AO000-21/I
tersebut dapat dijual lagi, diberi label
kembali atau dipulihkan ke bets berikut
hanya bila tanpa keraguan mutunya
masih memuaskan setelah dilakukan
evaluasi secara kritis oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut
meliputi pertimbangan sifat produk,
kondisi penyimpanan khusus yang
diperlukan, kondisi dan riwayat produk
serta lama produk dalam peredaran.
Bilamana ada keraguan terhadap mutu,
produk tidak boleh dipertimbangkan
untuk didistribusikan atau dipakai lagi,
walaupun pemrosesan ulang secara kimia
untuk memperoleh kembali bahan aktif
dimungkinkan. Tiap tindakan yang
diambil hendaklah dicatat dengan baik.
172 Industri hendaklah menyiapkan prosedur
untuk penahanan, penyelidikan dan √ Sesuai
pengujian produk kembalian serta
pengambilan keputusan apakah produk
kembalian dapat diproses ulang atau
harus dimusnahkan setelah dilakukan
evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil
evaluasi, produk kembalian dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a) produk kembalian yang masih
memenuhi spesifikasi dan karena itu
dapat dikembalikan ke dalam persediaan;
b) produk kembalian yang dapat diproses
ulang; dan
c) produk kembalian yang tidak
memenuhi spesifikasi dan tidak dapat
diproses ulang.
173 Prosedur hendaklah mencakup:
 identifikasi dan catatan mutu produk √ Diuraikan di Prosedur
kembalian; Tetap Penangan Kembali
 penyimpanan produk kembalian Obat AO000-21/I
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


195

dalam karantina;
 penyelidikan, pengujian dan analisis
produk kembalian oleh bagian
Pengawasan Mutu;
 evaluasi yang kritis sebelum
manajemen mengambil keputusan
apakah produk dapat diproses ulang
atau tidak; dan
 pengujian tambahan terhadap
persyaratan dari produk hasil
pengolahan ulang.
174 Produk kembalian yang tidak dapat
diolah ulang hendaklah dimusnahkan. √ Diuraikan di Prosedur
Prosedur pemusnahan bahan atau Tetap Penangan Kembali
pemusnahan produk yang ditolak Obat AO000-21/I
hendaklah disiapkan. Prosedur ini
hendaklah mencakup tindakan
pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan dan penyalahgunaan bahan
atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.

Dokumentasi
175 Penanganan produk kembalian dan tindak
lanjutnya hendaklah didokumentasikan √ Diuraikan di Prosedur
dan dilaporkan. Bila produk harus Tetap Penangan Kembali
dimusnahkan, dokumentasi hendaklah Obat AO000-21/I
mencakup berita acara pemusnahan yang
diberi tanggal dan ditandatangani oleh
personil yang melaksanakan dan personil
yang menyaksikan pemusnahan.

KARANTINA DAN PENYERAHAN PRODUK JADI


176 Karantina produk jadi merupakan tahap
akhir pengendalian sebelum penyerahan √ Sesuai
ke gudang dan siap untuk didistribusikan.
Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke
gudang, pengawasan yang ketat
hendaklah dilaksanakan untuk
memastikan produk dan catatan
pengemasan bets memenuhi semua
spesifikasi yang ditentukan.
177 Prosedur tertulis hendaklah
mencantumkan cara penyerahan produk √ Sesuai
jadi ke area karantina, cara penyimpanan
sambil menunggu pelulusan,persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh
pelulusan, dan cara pemindahan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


196

selanjutnya ke gudang produk jadi.


178 Selama menunggu pelulusan dari bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), √ Sesuai
seluruh bets/lot yang sudah dikemas
hendaklah ditahan dalam status karantina.
179 Kecuali sampel untuk pengawasan mutu,
tidak boleh ada produk yang diambil dari √ Sesuai
suatu bets/lot selama produk tersebut
masih ditahan di area karantina.
180 Area karantina merupakan area terbatas
hanya bagi personil yang benar-benar √ Sesuai
diperlukan untuk bekerja atau diberi
wewenang untuk masuk ke area tersebut.
181 Produk jadi yang memerlukan kondisi
penyimpanan khusus hendaklah diberi √ Sesuai
penandaan jelas yang menyatakan
kondisi penyimpanan yang diperlukan,
dan produk tersebut hendaklah disimpan
di area karantina dengan kondisi yang
sesuai.
182 Pelulusan akhir produk hendaklah
didahului dengan penyelesaian yang √ Sesuai
memuaskan dari paling tidak hal sebagai
berikut:
a) produk memenuhi persyaratan mutu
dalam semua spesifikasi pengolahan dan
pengemasan;

b) sampel pertinggal dari kemasan yang


dipasarkan dalam jumlah yang
mencukupi untuk pengujian di masa
mendatang;
c) pengemasan dan penandaan memenuhi
semua persyaratan sesuai hasil
pemeriksaan oleh bagian Pengawasan
Mutu;
d) rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan
bahan cetak dapat diterima; dan
e) produk jadi yang diterima di area
karantina sesuai dengan jumlah yang
tertera pada dokumen penyerahan barang.
183 Setelah pelulusan suatu bets/lot oleh
bagian Manajemen Mutu (Pemastian √ Setelah pemberian label
Mutu), produk tersebut hendaklah releaseoleh Head of IQC
dipindahkan dari area karantina ke maka produk dapat
gudang produk jadi. dipindahkan ke area
produk jadi
184 Sewaktu menerima produk jadi, personil
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


197

gudang hendaklah mencatat pemasukan √ Sesuai


bets tersebut ke dalam kartu stok yang
bersangkutan.

CATATAN PENGENDALIAN PENGIRIMAN OBAT


185 Sistem distribusi hendaklah didesain
sedemikian rupa untuk memastikan √ Sesuai
produk yang pertama masuk
didistribusikan lebih dahulu.
186 Sistem distribusi hendaklah
menghasilkan catatan sedemikian rupa √ Sesuai
sehingga distribusi tiap bets/lot obat
dapat segera diketahui untuk
mempermudah penyelidikan atau
penarikan kembali jika diperlukan
187 Prosedur tertulis mengenai distribusi obat
hendaklah dibuat dan dipatuhi. √ Sesuai
188 Penyimpangan terhadap konsep first-in
first-out (FIFO) atau first-expire first-out √ Sesuai
(FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan
untuk jangka waktu yang pendek dan
hanya atas persetujuan manajemen yang
bertanggung jawab.

PENYIMPANAN BAHAN AWAL, BAHAN PENGEMAS, PRODUK ANTARA,


PRODUK RUAHAN DAN PRODUK JADI
189 Semua bahan dan produk hendaklah
disimpan secara rapi dan teratur untuk √ Sesuai
mencegah risiko kecampurbauran atau
pencemaran serta memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan.
190 Bahan dan produk hendaklah diletakkan
tidak langsung di lantai dan dengan jarak √ Sesuai
yang cukup terhadap sekelilingnya.
191 Bahan dan produk hendaklah disimpan
dengan kondisi lingkungan yang sesuai. √ Sesuai
Penyimpanan yang memerlukan kondisi
khusus hendaklah disediakan.
192 Kondisi penyimpanan obat dan bahan
hendaklah sesuai dengan yang tertera √ Sesuai
pada penandaan berdasarkan hasil uji
stabilitas.
193 Data pemantauan suhu hendaklah
tersedia untuk dievaluasi. Alat yang √ Sesuai
dipakai untuk pemantauan hendaklah
diperiksa pada selang waktu yang telah
ditentukan dan hasil pemeriksaan
hendaklah dicatat dan disimpan. Semua
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


198

catatan pemantauan hendaklah disimpan


untuk jangka waktu paling tidak sama
dengan umur bahan atau produk yang
bersangkutan ditambah 1 tahun, atau
sesuai dengan peraturan pemerintah.
Pemetaan suhu hendaklah dapat
menunjukkan suhu sesuai batas
spesifikasi di semua area fasilitas
penyimpanan. Disarankan agar alat
pemantau suhu diletakkan di area yang
paling sering menunjukkan fluktuasi
suhu.
194 Penyimpanan di luar gedung
diperbolehkan untuk bahan yang dikemas √ Sesuai
dalam wadah yang kedap (misalnya drum
logam) dan mutunya tidak terpengaruh
oleh suhu atau kondisi lain.
195 Kegiatan pergudangan hendaklah terpisah
dari kegiatan lain. √ Sesuai
196 Semua penyerahan ke area penyimpanan,
termasuk bahan kembalian, hendaklah √ Sesuai
didokumentasikan dengan baik.
197 Tiap bets bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan dan produk √ Sesuai
jadi yang disimpan di area gudang
hendaklah mempunyai

Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas


198 Pemisahan secara fisik atau cara lain
yang tervalidasi (misalnya cara √ Sesuai
elektronis) hendaklah disediakan untuk
penyimpanan bahan atau produk yang
ditolak, daluwarsa, ditarik dari peredaran
atau obat atau bahan kembalian. Bahan
atau produk, dan area penyimpanan
tersebut hendaklah diberi identitas yang
tepat.
199 Semua bahan awal dan bahan pengemas
yang diserahkan ke area penyimpanan √ Dilakukan pengujian
hendaklah diperiksa kebenaran identitas, terlbih dahulu oleh pihak
kondisi wadah dan tanda pelulusan oleh QC dengan pengambilan
bagian Pengawasan Mutu. sampel yang dapat
mewakili bahan awal dan
bahan pengemas tersebut
200 Bila identitas atau kondisi wadah bahan
awal atau bahan pengemas diragukan √ Sesuai
atau tidak sesuai dengan persyaratan
identitas atau kondisinya, wadah tersebut
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


199

hendaklah dikirim ke area karantina.


Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu
hendaklah menentukan status bahan
tersebut.
201 Bahan awal dan bahan pengemas yang
ditolak hendaklah tidak disimpan √ Terdapat tempat
bersama-sama dengan bahan yang sudah penyimapanan yang
diluluskan, tapi dalam area khusus yang berbeda antara bahan yang
diperuntukkan bagi bahan yang ditolak. ditolak dengan bahan yang
dibutuhkan
202 Bahan cetak hendaklah disimpan di “area
penyimpanan terlarang” (restricted √ Sesuai
storage area) dan penyerahan di bawah
pengawasan yang ketat.
203 Stok tertua bahan awal dan bahan
pengemas dan yang mempunyai tanggal √ Sesuai
daluwarsa paling dekat hendaklah
digunakan terlebih dahulu (prinsip FIFO
dan FEFO).
204 Bahan awal dan bahan pengemas
hendaklah diuji ulang terhadap identitas, √ Dilakukan pengujian ulang
kekuatan, mutu dan kemurnian, sesuai untuk mengetahui mutu
kebutuhan, misal: setelah disimpan lama, bahan awal dan bahan
atau terpapar ke udara, panas atau kondisi pengemas
lain yang mungkin berdampak buruk
terhadap mutu.

Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk jadi


205 Produk antara dan produk ruahan
hendaklah disimpan pada kondisi yang √ Sesuai
tepat.
206 Tiap penerimaan hendaklah diperiksa
untuk memastikan bahwa bahan yang √ Sesuai
diterima sesuai dengan dokumen
pengiriman.
207 Tiap wadah produk antara, produk ruahan
dan produk jadi yang diserahkan ke area √ Terdapat second checker
penyimpanan hendaklah diperiksa setiap penerimaan
kesesuaian identitas dan kondisi wadah.
208 Bila identitas atau kondisi wadah produk
antara, produk ruahan dan produk jadi √ Penentuan status
diragukan atau tidak sesuai dengan didasarkan hasil dari data-
persyaratan identitas atau kondisinya, data pengujian
wadah tersebut hendaklah dikirim ke area
karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan
Mutu hendaklah menentukan status
produk tersebut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


200

BAB 7. PENGAWASAN MUTU


UMUM
1 Tiap pemegang izin pembuatan harus  Sesuai
mempunyai Bagian Pengawasan Mutu.
Bagian ini harus independen dari bagian
lain dan di bawah tanggung jawab dan
wewenang seorang dengan kualifikasi
dan pengalaman yang sesuai, yang
membawahi satu atau beberapa
laboratorium. Sarana yang memadai
harus tersedia untuk memastikan bahwa
segala kegiatan Pengawasan Mutu
dilaksanakan dengan efektif dan dapat
diandalkan.
2 Tugas utama kepala bagian Pengawasan
Mutu dijelaskan pada Bab 2 Personalia.
Bagian Pengawasan Mutu secara
keseluruhan juga mempunyai tanggung
jawab, antara lain adalah:
 membuat, memvalidasi dan
menerapkan semua prosedur pengawasan  Sesuai
mutu,
 menyimpan sampel pembanding dari  Sesuai
bahan dan produk,
 memastikan pelabelan yang benar pada  Sesuai
wadah bahan dan produk,
 memastikan pelaksanaan pemantauan
stabilitas dari produk,  Sesuai
 ikut serta pada investigasi dari keluhan

yang terkait dengan mutu produk, Sesuai
 dll.

Semua kegiatan tersebut hendaklah


dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis,
dan dicatat di mana perlu.
3 Dokumentasi dan prosedur pelulusan  Sesuai
yang diterapkan bagian Pengawasan
Mutu hendaklah menjamin bahwa
pengujian yang diperlukan telah
dilakukan sebelum bahan digunakan
dalam produksi dan produk disetujui
sebelum didistribusikan.

Lihat juga Bab 1 Manajemen Mutu


CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU YANG BAIK
4 Pereaksi dan Media Perbenihan
a) Penerimaan atau pembuatan pereaksi
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


201

dan media perbenihan hendaklah dicatat.  Diuraikan di Prosedur


b) Pereaksi dan media perbenihan yang Tetap Cara Pembuatan
dibuat di laboratorium hendaklah Media untuk pemeriksaan
mengikuti prosedur pembuatan tertulis  mikrobiologi QO000-
dan diberi label yang sesuai. Pada label 14/F
hendaklah dicantumkan konsentrasi,
faktor standardisasi, masa simpan,
tanggal standardisasi ulang dan kondisi
penyimpanan. Label hendaklah
ditandatangani dan dibubuhi tanggal oleh
petugas yang membuat pereaksi tersebut.
c) Baik kontrol positif maupun kontrol 
negatif hendaklah digunakan untuk
memastikan kesesuaian media
perbenihan. Konsentrasi inokulum dalam
kontrol positif hendaklah disesuaikan
dengan kepekaan pertumbuhan yang
diinginkan.
5 Baku Pembanding
a) Baku pembanding hendaklah menjadi
tanggung jawab personil yang ditunjuk.
b) Baku pembanding hendaklah
digunakan sesuai peruntukannya seperti
yang diuraikan dalam monografi yang
bersangkutan.
c) Baku pembanding sekunder atau baku
pembanding kerja dapat dibuat dan  Sesuai
dipakai setelah dilakukan pengujian yang
sesuai dan pemeriksaan berkala untuk
mengoreksi penyimpangan yang terjadi
serta menjamin ketepatan hasilnya.
d) Semua baku pembanding hendaklah
disimpan dan ditangani secara tepat agar
tidak berpengaruh terhadap mutunya.
e) Pada label baku pembanding
hendaklah dicantumkan kadar, tanggal
pembuatan, tanggal daluwarsa, tanggal
pertama kali tutup wadahnya dibuka dan
bila perlu kondisi penyimpanannya.
6 Bila perlu, tanggal penerimaan tiap bahan
yang digunakan untuk kegiatan pengujian  Sesuai
(misal, pereaksi dan baku pembanding)
hendaklah tercantum pada wadahnya.
Instruksi penggunaan dan penyimpanan
hendaklah diikuti. Dalam hal tertentu
perlu dilakukan uji identifikasi dan/atau
pengujian lain untuk bahan pereaksi pada
waktu diterima atau sebelum digunakan.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


202

DOKUMENTASI
7 Dokumentasi laboratorium hendaklah
mengikuti prinsip yang diuraikan dalam
Bab 10 Dokumentasi. Bagian penting
dokumentasi yang berkaitan dengan
Pengawasan Mutu berikut ini hendaklah
tersedia di bagian Pengawasan Mutu:

 spesifikasi;  Diuraikan di Prosedur


 prosedur pengambilan sampel;  Tetap Pelaksanaan
 prosedur dan catatan pengujian  Pengendalian Mutu
(termasuk lembar kerja analisis dan/atau QO000-01/G
buku catatan laboratorium);
 laporan dan/atau sertifikat analisis;  Diuraikan di Prosedur
 data pemantauan lingkungan, bila Tetap Pembuatan CoA &
diperlukan;  CoC QO000-11/F
 catatan validasi metode analisis, bila
diperlukan; dan 
 prosedur dan catatan kalibrasi 
instrumen serta perawatan peralatan.
8 Semua dokumentasi Pengawasan Mutu  Sesuai
yang terkait dengan catatan bets
hendaklah disimpan sampai satu tahun
setelah tanggal daluwarsa bets yang
bersangkutan.
PENGAMBILAN SAMPEL
9 Pengambilan sampel hendaklah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur
tertulis yang telah disetujui yang
menguraikan:
 metode pengambilan sampel;  Diuraikan di Prosedur
 peralatan yang digunakan;  Tetap Pengambilan
 jumlah sampel yang harus diambil;  Contoh Bahan Baku
 instruksi untuk semua pembagian  QO000-03/U;
sampel yang diperlukan; Pengambilan Contoh
 tipe dan kondisi wadah sampel yang  Produk Ruahan & Obat
digunakan; Jadi QO000-04/Q;
 penandaan wadah yang disampling;  Pengambilan Contoh
 semua tindakan khusus yang harus  Bahan Pengemas QO000-
diperhatikan, terutama yang berkaitan 05/J
dengan pengambilan sampel bahan steril
atau berbahaya;
 kondisi penyimpanan; 
 instruksi pembersihan dan 
penyimpanan alat pengambil sampel.
10 Wadah sampel hendaklah diberi label  Diuraikan di Prosedur
yang menjelaskan isinya, disertai nomor Tetap Pembuatan Label
bets, tanggal pengambilan sampel dan AG000-17/A
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


203

wadah yang diambil sampelnya


Kegiatan Pengambilan Sampel
11 Tiap wadah sampel hendaklah diberi
label yang menunjukkan:
 nama bahan yang disampel;  Diuraikan di Prosedur
 nomor bets atau lot;  Tetap Pembuatan Label
 nomor wadah yang diambil sampelnya;  AG000-17/A
 tanda tangan petugas yang mengambil 
sampel; dan
 tanggal pengambilan sampel. 
PENGUJIAN
12 Metode analisis hendaklah divalidasi.  Sesuai
Semua kegiatan pengujian yang diuraikan
dalam izin edar obat hendaklah
dilaksanakan menurut metode yang
disetujui.
13 Pengujian yang dilakukan hendaklah
dicatat dan catatannya hendaklah
mencakup paling sedikit data sebagai
berikut:
a) nama bahan atau produk dan, di mana  Diuraikan di Prosedur
perlu, bentuk sediaan; Tetap Pembuatan dan
b) nomor bets dan, di mana relevan,  Penomoran Dokumen di
pembuat dan/atau pemasok; QC QO000-18/E
c) rujukan spesifikasi dan prosedur 
pengujian yang relevan;
d) hasil pengujian, termasuk pengamatan 
dan kalkulasi, dan acuan kepada semua
sertifikat analisis;
e) tanggal pengujian; 
f) paraf orang yang melaksanakan 
pengujian;
g) paraf orang yang melakukan verifikasi 
terhadap pengujian dan kalkulasi, di
mana perlu;
h) pernyataan pelulusan atau penolakan 
(atau keputusan status lain) yang jelas
dan tanda tangan orang yang bertanggung
jawab yang dilengkapi dengan tanggal.
PERSYARATAN PENGUJIAN
Pemantauan Lingkungan
14 Pemantauan lingkungan hendaklah
dilakukan sebagai berikut:
a) pemantauan teratur mutu air untuk Diuraikan di Prosedur
proses, termasuk pada titik penggunaan,  Tetap Pemeriksaan Mutu
terhadap mutu kimiawi dan Air QO000-16/M
mikrobiologis. Jumlah sampel dan
metode pengujian hendaklah mampu
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


204

mendeteksi organisme indikator dalam


konsentrasi rendah, misalnya
Pseudomonas; Diuraikan di Prosedur
b) pemantauan mikrobiologis secara  Tetap Pemeriksaan
berkala pada lingkungan produksi; Cemaran Partikel &
c) pengujian berkala terhadap lingkungan Mikroba di R. Produksi
sekitar area produksi untuk mendeteksi  & Lab. Mikrobiologi
produk lain yang dapat mencemari QO000-15/H
produk yang sedang diproses; dan
d) pemantauan cemaran udara. 
Pengujian Ulang Bahan yang Diluluskan
15 Hendaklah ditetapkan batas waktu  Sesuai
penyimpanan yang sesuai untuk tiap
bahan awal, produk antara, dan produk
ruahan. Setelah batas waktu ini bahan
atau produk tersebut hendaklah diuji
ulang oleh bagian Pengawasan Mutu
terhadap identitas, kekuatan, kemurnian
dan mutu. Berdasarkan hasil uji ulang
tersebut bahan atau produk itu dapat
diluluskan kembali untuk digunakan atau
ditolak.
16 Bila suatu bahan disimpan pada kondisi  Sesuai
yang tidak sesuai dengan yang
ditetapkan, bahan tersebut hendaklah
diuji ulang dan dinyatakan lulus oleh
bagian Pengawasan Mutu sebelum
digunakan dalam proses.

Pengolahan Ulang
17 Pengujian tambahan terhadap produk jadi  Sesuai
hasil pengolahan ulang hendaklah
dilakukan sesuai ketentuan.
18 Uji stabilitas lanjut hendaklah dilakukan  Sesuai
terhadap produk hasil pengolahan ulang
sesuai keperluan.
19 Jumlah bets dan frekuensi pengujian  Post Market Stability
hendaklah memberikan data yang
cukup jumlahnya untuk memungkinkan
melakukan analisis tren. Kecuali
dijustifikasi lain, minimal satu bets per
tahun dari produk yang dibuat untuk tiap
kekuatan dan tiap jenis pengemasan
primer, bila relevan, hendaklah dicakup
dalam program studi stabilitas (kecuali
tidak ada yang diproduksi selama
setahun). Untuk produk di mana
pemantauan stabilitas on-going akan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


205

memerlukan pengujian yang


menggunakan hewan dan tidak tersedia
alternatif yang sesuai, teknik yang
tervalidasi tersedia, frekuensi pengujian
dapat mempertimbangkan pendekatan
risiko – manfaat. Prinsip desain
bracketing dan matrixing dapat
diterapkan jika dijustifikasi dalam
protokol secara ilmiah.

BAB 8.
INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK
1 Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk
inspeksi diri yang menyajikan standar
persyaratan minimal dan seragam. Daftar
ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai
ketentuan CPOB yang mencakup antara
lain:

 Personalia;
 Bangunan termasuk fasilitas untuk
personil;
 Perawatan bangunan dan peralatan;
 Penyimpanan bahan awal, bahan Diuraikan di Prosedur
pengemas dan obat jadi;  Tetap Inspeksi Diri &
 Peralatan; Audit CPOB AO000-03//I
 Pengolahan dan pengawasan selama-
proses;
 Pengawasan Mutu;
 Dokumentasi;
 Sanitasi dan higiene;
 Program validasi dan revalidasi;
 Kalibrasi alat atau sistem pengukuran;
 Prosedur penarikan kembali obat jadi;
 Penanganan keluhan;
 Pengawasan label; dan
 Hasil inspeksi diri sebelumnya dan
tindakan perbaikan.

Aspek-aspek tersebut hendaklah


diperiksa secara berkala menurut
program yang telah disusun untuk
memverifikasi kepatuhan terhadap
prinsip Pemastian Mutu.
2 Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara  Inspeksi diri dilakukan
indipenden dan rinci oleh personil (- secara berkala & rutin
personil) perusahaan yang kompeten. setiap bulan, 3 bulan,
Manajemen hendaklah membentuk tim setahun sekali dan dua
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


206

inspeksi diri yang berpengalaman dalam tahun sekali


bidangnya masing-masing dan
memahami CPOB.

Audit independen oleh pihak ketiga juga


dapat bermanfaat.
4 Semua hasil inspeksi diri hendaklah  Diuraikan di Prosedur
dicatat. Laporan hendaklah mencakup: Tetap Inspeksi diri & audit
 Semua hasil pengamatan yang CPOB AO000-03/I
dilakukan selama inspeksi dan, bila
memungkinkan,
 Saran untuk tindakan perbaikan.

Pernyataan dari tindakan yang dilakukan


hendaklah dicatat.
AUDIT MUTU
4 Penyelenggaraan audit mutu berguna  Diuraikan di Prosedur
sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit Tetap Inspeksi diri & audit
mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian CPOB AO000-03/I
semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik
untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis
dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap pemasok dan
penerima kontrak. (lihat Bab 11
Pembuatan dan Analisis Berdasarkan
Kontrak).

AUDIT DAN PERSETUJUAN PEMASOK


5 Kepala Bagian Manajemen Mutu  Diuraikan di Prosedur
(Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung Tetap Penilaian Terhadap
jawab bersama bagian lain yang terkait Pemasok AO000-12/K
untuk memberi persetujuan pemasok
yang dapat diandalkan memasok bahan
awal dan bahan pengemas yang
memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan.
8 Hendaklah dibuat daftar pemasok yang  Diuraikan di Prosedur
disetujui untuk bahan awal dan bahan Tetap Penilaian Terhadap
pengemas. Daftar pemasok hendaklah Pemasok AO000-12/K
disiapkan dan ditinjau ulang.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


207

BAB 9 PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN


PENARIKAN

No Poin dalam CPOB 2012 PT Keterangan


Aventis
Pharma
KELUHAN
1 Hendaklah ditunjuk personil yang √ Sesuai
bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang
hendak dilakukan bersama staf yang
memadai untuk membantunya. Apabila
personil tersebut bukan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka
ia hendaklah memahami cara penanganan
seluruh keluhan, penyelidikan atau
penarikan kembali produk.
2 Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang √ Diuraikan di
merinci penyelidikan, evaluasi, tindak Prosedur Tetap
lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan Penanganan
untuk penarikan kembali produk, dalam Keluhan Nomor
menanggapi keluhan terhadap obat yang AO 000-20/ L
diduga cacat.
3 Penanganan keluhan dan laporan suatu √ Sesuai
produk termasuk hasil evaluasi dari
penyelidikan serta tindak lanjut yang
dilakukan hendaklah dicatat dan
dilaporkan kepada manajemen atau bagian
yang terkait.
4 Perhatian khusus hendaklah diberikan √ Diuraikan di dalam
untuk menetapkan apakah keluhan Prosedur Tetap
disebabkan oleh pemalsuan. Risk Management
Nomor AO 000-
27/C
5 Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan √ Sesuai
produk hendaklah dicatat yang mencakup
rincian mengenai asal-usul keluhan dan
diselidiki secara menyeluruh dan
mendalam. Kepala bagian Pengawasan
Mutu hendaklah dilibatkan dalam
pengkajian masalah tersebut.
6 Jika produk pada suatu bets ditemukan √ Diuraikan di dalam
atau diduga cacat, maka hendaklah Prosedur Tetap
dipertimbangkan untuk memeriksa bets Penanganan Obat
lain untuk memastikan apakah bets lain Jadi di Distributor
juga terpengaruh. Khusus bets yang Nomor AO 000-
mengandung hasil pengolahan ulang dari 23/E

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


208

bets yang cacat hendaklah diselidiki.


7 Setelah melakukan penyelidikan dan √ Sesuai
evaluasi terhadap laporan dan keluhan
mengenai suatu produk hendaklah
dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini
mencakup:
 tindakan perbaikan bila diperlukan;
 penarikan kembali satu bets atau
seluruh produk akhir yang bersang-
kutan; dan
 tindakan lain yang tepat.
8 Catatan keluhan hendaklah dikaji secara √ Diuraikan di dalam
berkala untuk mengidentifikasi hal yang Prosedur Tetap
spesifik atau masalah yang berulang Penanganan
terjadi, yang memerlukan perhatian dan Keluhan Nomor
kemungkinan penarikan kembali produk AO 000-20/L
dari peredaran.
9 Badan POM hendaklah diberitahukan √ Sesuai
apabila industri farmasi
mempertimbangkan tindakan yang terkait
dengan kemungkinan kesalahan
pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan
atau segala hal lain yang serius mengenai
mutu produk.
PENARIKAN KEMBALI PRODUK
10 Hendaklah ditunjuk personil yang √ Sesuai
bertanggung jawab untuk melaksanakan
dan mengoordinasikan penarikan kembali
produk dan hendaklah ditunjang oleh staf
yang memadai untuk menangani semua
aspek penarikan kembali sesuai dengan
tingkat urgensinya. Personil tersebut
hendaklah independen terhadap bagian
penjualan dan pemasaran. Jika personil ini
bukan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu), maka ia hendaklah
memahami segala operasi penarikan
kembali.
11 Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang √ Diuraikan di dalam
diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan Prosedur Tetap
jika perlu, untuk meng-atur segala tindakan Penarikan Kembali
penarikan kembali. Obat Jadi Nomor
AO 000-21/I
12 Operasi penarikan kembali hendaklah √ Sesuai
mampu untuk dilakukan segera dan tiap
saat.
13 Pelaksanaan Penarikan Kembali √ Diuraikan di dalam
a) Tindakan penarikan kembali produk Prosedur Tetap
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


209

hendaklah dilakukan segera setelah Penarikan Kembali


diketahui ada produk yang cacat mutu atau Obat Jadi Nomor
diterima laporan mengenai reaksi yang AO 000-21/I
merugikan;
b) Pemakaian produk yang berisiko tinggi
terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan
dengan cara embargo yang dilanjutkan
dengan penarikan kembali dengan segera.
Penarikan kembali hendaklah menjangkau
sampai tingkat konsumen;
c) Sistem dokumentasi penarikan kembali
produk di industri farmasi, hendaklah
menjamin bahwa embargo dan penarikan
kembali dilaksanakan secara cepat, efektif
dan tuntas; dan
d) Pedoman dan prosedur penarikan
kembali terhadap produk hendaklah dibuat
untuk memungkinkan embargo dan
penarikan kembali dapat dilakukan dengan
cepat dan efektif dari seluruh mata rantai
distribusi.
14 Catatan dan laporan termasuk hasil √ Sesuai
tindakan embargo dan penarikan kembali
produk hendaklah didokumentasikan
dengan baik.
15 Otoritas pengawas obat negara ke mana √ Sesuai
produk didistribusikan hendaklah
diinformasikan segera apabila akan
dilakukan penarikan kembali karena cacat
atau dugaan cacat.
16 Catatan distribusi hendaklah tersedia untuk √ Sesuai
digunakan oleh personil (-personil) yang
bertanggung jawab terhadap penarikan
kembali. Catatan distribusi hendaklah
berisi informasi yang lengkap mengenai
distributor dan pelanggan yang dipasok
secara langsung (dengan alamat, nomor
telepon, dan/atau nomor fax pada saat jam
kerja dan di luar jam kerja, nomor bets dan
jumlah yang dikirim), termasuk distributor
di luar negeri untuk produk yang diekspor
dan sampel medis.
17 Produk yang ditarik kembali hendaklah √ Diuraikan di dalam
diberi identifikasi dan disimpan terpisah di Prosedur Tetap
area yang aman sementara menunggu Penanganan Obat
keputusan terhadap produk tersebut. Kembalian Nomor
AO 000-07/I
18 Perkembangan proses penarikan kembali √ Sesuai
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


210

hendaklah dicatat dan dibuat laporan akhir,


termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah
produk yang dikirim dan yang ditemukan
kembali.
19 Efektivitas penyelenggaraan penarikan √ Sesuai
kembali hendaklah dievaluasi dari waktu
ke waktu.

BAB 10 DOKUMENTASI

No Poin dalam CPOB 2012 PT Keterangan


Aventis
Pharma
UMUM
1 Spesifikasi menguraikan secara rinci √ Diuraikan di dalam
persyaratan yang harus dipenuhi produk Prosedur Tetap
atau bahan yang digunakan atau diperoleh Pembuatan
selama pembuatan. Dokumen ini Prosedur
merupakan dasar untuk mengevaluasi Pengolahan Induk
mutu. & Prosedur
Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengemasan Induk
Pengolahan Induk dan Prosedur Nomor AG 000-
Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, 03/M
Instruksi Pengolahan dan Instruksi
Pengemasan) menyatakan seluruh bahan
awal dan bahan pengemas yang digunakan
serta menguraikan semua operasi pengo-
lahan dan pengemasan.
Prosedur berisi cara untuk melaksanakan
operasi tertentu, misalnya pembersihan,
berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan
pengoperasian peralatan.
Catatan menyajikan riwayat tiap bets
produk, termasuk distribusinya dan semua
keadaan yang relevan yang berpengaruh
pada mutu produk akhir.
2 Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, √ Sesuai
dikaji dan didistribusikan dengan cermat.
Bagian dokumen pembuatan dan
hendaklah sesuai dengan dokumen
persetujuan izin edar yang relevan.
3 Dokumen hendaklah disetujui, √ Sesuai
ditandatangani dan diberi tanggal oleh
personil yang sesuai dan diberi wewenang.
4 Isi dokumen hendaklah tidak bermakna √ Sesuai

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


211

ganda; judul, sifat dan tujuannya


hendaklah dinyatakan dengan jelas.
Penampilan dokumen hendaklah dibuat
rapi dan mudah dicek. Dokumen hasil
reproduksi hendaklah jelas dan terbaca.
Reproduksi dokumen kerja dari dokumen
induk tidak boleh menimbulkan kekeliruan
yang disebabkan proses reproduksi.
5 Dokumen hendaklah dikaji ulang secara √ Sesuai ; Contoh :
berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Protap
Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah diperbaharuin
dijalankan suatu sistem untuk setiap 3 tahun
menghindarkan penggunaan dokumen
yang sudah tidak berlaku secara tidak
sengaja.
6 Dokumen hendaklah tidak ditulistangan; √ Sesuai
namun, bila dokumen memerlukan
pencatatan data, maka pencatatan ini
hendaklah ditulis-tangan dengan jelas,
terbaca, dan tidak dapat dihapus.
Hendaklah disediakan ruang yang cukup
untuk mencatat data.
7 Semua perubahan yang dilakukan terhadap √ Sesuai
pencatatan pada dokumen hendaklah
ditandatangani dan diberi tanggal;
perubahan hendaklah memungkinkan
pembacaan informasi semula. Di mana
perlu, alasan perubahan hendaklah dicatat.
Pencatatan hendaklah dibuat atau
dilengkapi pada tiap langkah yang
dilakukan dan sedemikian rupa sehingga
semua aktivitas yang signifikan mengenai
pembuatan obat dapat ditelusuri. Catatan
pembuatan hendaklah disimpan selama
paling sedikit satu tahun setelah tanggal
daluwarsa produk jadi.
8 Data dapat dicatat dengan menggunakan √ Sesuai
sistem pengolahan data elektronis, cara
fotografis atau cara lain yang dapat
diandalkan, namun prosedur rinci berkaitan
dengan sistem yang digunakan hendaklah
tersedia, dan akurasi catatan hendaklah
dicek. Apabila dokumentasi dikelola
dengan menggunakan metode pengolahan
data elektronis, hanya personil yang diberi
wewenang boleh mengentri atau
memodifikasi data dalam komputer dan
hendaklah perubahan dan penghapusannya
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


212

dicatat; akses hendaklah dibatasi dengan


menggunakan kata sandi (password) atau
dengan cara lain, dan hasil entri dari data
kritis hendaklah dicek secara independen.
Catatan bets yang disimpan secara
elektronis hendaklah dilindungi dengan
transfer pendukung (back-up transfer)
menggunakan pita magnet, mikrofilm,
kertas atau cara lain. Adalah sangat penting
bahwa data selalu tersedia selama kurun
waktu penyimpanan.
DOKUMEN YANG DIPERLUKAN
SPESIFIKASI
9 Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, √ Sesuai
bahan pengemas dan produk jadi yang
disahkan dengan benar dan diberi tanggal;
di mana perlu, hendaklah juga tersedia
spesifikasi bagi produk antara dan produk
ruahan.
SPESIFIKASI BAHAN AWAL
10 Spesifikasi bahan awal hendaklah √
mencakup, di mana diperlukan:
a) deskripsi bahan, termasuk:
 nama yang ditentukan dan kode
referen (kode produk) internal;
 rujukan monografi farmakope, bila
ada;
 pemasok yang disetujui dan, bila
mungkin, produsen bahan;
 standar mikrobiologis, bila ada;
b) petunjuk pengambilan sampel dan
pengujian atau prosedur rujukan;
c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif
dengan batas penerimaan;
d) kondisi penyimpanan dan tindakan
pengamanan; dan
e) batas waktu penyimpanan sebelum
dilakukan pengujian kembali.
SPESIFIKASI BAHAN PENGEMAS
11 Spesifikasi bahan pengemas hendaklah
mencakup, di mana diperlukan: √ Sesuai
a) deskripsi bahan, termasuk
 nama yang ditentukan dan kode
referen (kode produk) internal;
 rujukan monografi farmakope, bila
ada;
 pemasok yang disetujui dan, bila
mungkin, produsen bahan;
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


213

 standar mikrobiologis, bila ada;


 spesimen bahan pengemas cetak,
termasuk warna;
b) petunjuk pengambilan sampel dan
pengujian atau prosedur rujukan;
c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif
dengan batas penerimaan;
d) kondisi penyimpanan dan tindakan
pengamanan; dan
e) batas waktu penyimpanan sebelum
dilakukan pengujian kembali.
SPESIFIKASI PRODUK ANTARA
DAN PRODUK RUAHAN
12 Spesifikasi produk antara dan produk √ Sesuai
ruahan hendaklah tersedia, apabila produk
tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila
data dari produk antara digunakan untuk
mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi
hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan
awal atau produk jadi, sesuai keperluan.
SPESIFIKASI PRODUK JADI
13 Spesifikasi produk jadi hendaklah √ Sesuai
mencakup:
a) nama produk yang ditentukan dan kode
referen (kode produk);
b) formula/komposisi atau rujukan;
c) deskripsi bentuk sediaan dan uraian
mengenai kemasan, termasuk ukuran
kemasan;
d) petunjuk pengambilan sampel dan
pengujian atau prosedur rujukan;
e) persyaratan kualitatif dan kuantitatif
dengan batas penerimaan;
f) kondisi penyimpanan dan tindakan
pengamanan khusus, bila diperlukan; dan
g) masa edar/simpan.
DOKUMEN PRODUKSI
14 Dokumen yang esensial dalam produksi √ Sesuai
adalah:
a) Dokumen Produksi Induk yang berisi
formula produksi dari suatu produk dalam
bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak
tergantung dari ukuran bets;
b) Prosedur Produksi Induk, terdiri dari
Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk, yang masing-masing
berisi prosedur pengolahan dan prosedur
pengemasan yang rinci untuk suatu produk
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


214

dengan bentuk sediaan, kekuatan dan


ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi
Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum
mendapat pengesahan untuk digunakan;
dan
c) Catatan Produksi Bets, terdiri dari
Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets, yang merupakan
reproduksi dari masing-masing Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk, dan berisi semua data
dan informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan produksi dari suatu bets
produk. Kadang-kadang pada Catatan
Produksi Bets, prosedur yang tertera dalam
Prosedur Produksi Induk tidak lagi
dicantumkan secara rinci.
DOKUMEN PRODUKSI INDUK
15 Dokumen Produksi Induk yang disahkan √ Diuraikan di dalam
secara formal hendaklah mencakup nama, Prosedur Tetap
bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi Pembuatan
produk, nama penyusun dan bagiannya, Prosedur
nama pemeriksa serta daftar distribusi Pengolahan Induk
dokumen dan berisi hal sebagai berikut: & Prosedur
a) informasi bersifat umum yang Pengemasan Induk
menguraikan jenis bahan pengemas primer Nomor AG 000-
yang harus digunakan atau aternatifnya, 03/M
pernyataan mengenai stabilitas produk,
tindakan pengamanan selama penyimpanan
dan tindakan pengamanan lain yang harus
dilakukan selama pengolahan dan
pengemasan produk;
b) komposisi atau formula produk untuk
tiap satuan dosis dan untuk satu sampel
ukuran bets;
c) daftar lengkap bahan awal, baik yang
tidak akan berubah maupun yang akan
mengalami perubahan selama proses;
d) spesifikasi bahan awal;
e) daftar lengkap bahan pengemas;
f) spesifikasi bahan pengemas primer;
g) prosedur pengolahan dan pengemasan;
h) daftar peralatan yang dapat digunakan
untuk pengolahan dan pengemasan;
i) pengawasan selama-proses pengolahan
dan pengemasan; dan
j) masa edar/simpan.
PROSEDUR PENGOLAHAN INDUK
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


215

16 Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan √ Diuraikan di dalam


secara formal hendaklah tersedia untuk tiap Prosedur Tetap
produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Pembuatan
Prosedur Pengolahan Induk hendaklah Prosedur
mencakup: Pengolahan Induk
a) nama produk dengan kode referen & Prosedur
produk yang merujuk pada spesifikasinya; Pengemasan Induk
b) deskripsi bentuk sediaan, kekuatan Nomor AG 000-
produk dan ukuran bets; 03/M
c) daftar dari semua bahan awal yang harus
digunakan, dengan menyebutkan masing-
masing jumlahnya, dinyatakan dengan
menggunakan nama dan referen (kode
produk) yang khusus bagi bahan itu;
hendaklah dicantumkan apabila ada bahan
yang hilang selama proses;
d) pernyataan mengenai hasil akhir yang
diharapkan dengan batas penerimaan, dan
bila perlu, tiap hasil antara yang relevan;
e) pernyataan mengenai lokasi pengolahan
dan peralatan utama yang harus digunakan;
f) metode atau rujukan metode yang harus
digunakan untuk mempersiapkan peralatan
kritis (misalnya pembersihan, perakitan,
kalibrasi, sterilisasi);
g) instruksi rinci tahap proses (misalnya
pemeriksaan bahan, perlakuan awal, urutan
penambahan bahan, waktu pencampuran,
suhu);
h) instruksi untuk semua pengawasan
selama-proses dengan batas
penerimaannya;
i) bila perlu, syarat penyimpanan produk
ruahan; termasuk wadah, pelabelan dan
kondisi penyimpanan khusus, di mana
perlu; dan
j) semua tindakan khusus yang harus
diperhatikan.
PROSEDUR PENGEMASAN INDUK
17 Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan √ Diuraikan di dalam
secara formal hendaklah tersedia untuk tiap Prosedur Tetap
produk dan ukuran bets serta ukuran dan Pembuatan
jenis kemasan. Dokumen ini umumnya Prosedur
mencakup, atau merujuk, pada hal berikut: Pengolahan Induk
a) nama produk; & Prosedur
b) deskripsi bentuk sediaan dan Pengemasan Induk
kekuatannya, di mana perlu; Nomor AG 000-
c) ukuran kemasan yang dinyatakan dalam 03/M
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


216

angka, berat atau volume produk dalam


wadah akhir;
d) daftar lengkap semua bahan pengemas
yang diperlukan untuk satu bets standar,
termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama
kode atau nomor referen yang berkaitan
dengan spesifikasi tiap bahan pengemas;
e) di mana sesuai, contoh atau reproduksi
dari bahan pengemas cetak yang relevan
dan spesimen yang menunjukkan tempat
untuk mencetak nomor bets dan tanggal
daluwarsa bets;
f) tindakan khusus yang harus
diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara
cermat area dan peralatan untuk
memastikan kesiapan jalur (line clearance)
sebelum kegiatan dimulai;
g) uraian kegiatan pengemasan, termasuk
segala kegiatan tambahan yang signifikan
serta peralatan yang harus digunakan; dan
h) pengawasan selama-proses yang rinci
termasuk pengambilan sampel dan batas
penerimaan.
CATATAN PENGOLAHAN BETS
18 Catatan Pengolahan Bets hendaklah √ Sesuai
tersedia untuk tiap bets yang diolah.
Dokumen ini hendaklah dibuat
berdasarkan bagian relevan dari Prosedur
Pengolahan Induk yang berlaku. Metode
pembuatan catatan ini hendaklah didesain
untuk menghindarkan kesalahan
transkripsi. Catatan hendaklah
mencantumkan nomor bets yang sedang
dibuat.
Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah
dilakukan pemeriksaan yang dicatat,
bahwa peralatan dan tempat kerja telah
bebas dari produk dan dokumen
sebelumnya atau bahan yang tidak
diperlukan untuk pengolahan yang
direncanakan, serta peralatan bersih dan
sesuai untuk penggunaannya.
Selama pengolahan, informasi sebagai
berikut hendaklah dicatat pada saat tiap
tindakan dilakukan dan - setelah lengkap -
hendaklah catatan diberi tanggal dan
ditandatangani dengan persetujuan dari
personil yang bertanggung jawab untuk
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


217

kegiatan pengolahan:

a) nama produk;
b) tanggal dan waktu dari permulaan, dari
tahap antara yang signifikan dan dari
penyelesaian pengolahan;
c) nama personil yang bertanggung jawab
untuk tiap tahap proses;
d) paraf operator untuk berbagai langkah
pengolahan yang signifikan dan, di mana
perlu, paraf personil yang memeriksa tiap
kegiatan ini (misalnya penimbangan);
e) nomor bets dan/atau nomor kontrol
analisis dan jumlah nyata tiap bahan awal
yang ditimbang atau diukur (termasuk
nomor bets dan jumlah bahan hasil
pemulihan atau hasil pengolahan ulang
yang ditambahkan);
f) semua kegiatan pengolahan atau
kejadian yang relevan dan peralatan utama
yang digunakan;
g) catatan pengawasan selama-proses dan
paraf personil yang melaksanakan serta
hasil yang diperoleh;
h) jumlah hasil produk yang diperoleh dari
tahap pengolahan berbeda dan penting; dan
i) catatan mengenai masalah khusus yang
terjadi termasuk uraiannya dengan tanda
tangan pengesahan untuk segala
penyimpangan terhadap Prosedur
Pengolahan Induk.
CATATAN PENGEMASAN BETS
19 Catatan Pengemasan Bets hendaklah √ Sesuai
tersedia untuk tiap bets yang dikemas.
Dokumen ini hendaklah dibuat
berdasarkan bagian relevan dari Prosedur
Pengemasan Induk yang berlaku dan
metode pembuatan catatan ini hendaklah
didesain untuk menghindarkan kesalahan
transkripsi. Catatan hendaklah
mencantumkan nomor bets dan jumlah
produk jadi yang direncanakan akan
diperoleh.
Sebelum suatu kegiatan pengemasan
dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan
yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat
kerja telah bebas dari produk dan dokumen
sebelumnya atau bahan yang tidak
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


218

diperlukan untuk pengemasan yang


direncanakan, serta peralatan bersih dan
sesuai untuk penggunaannya.
Selama pengemasan, informasi sebagai
berikut hendaklah dicatat pada saat tiap
tindakan dilakukan dan setelah lengkap
hendaklah catatan diberi tanggal dan
ditandatangani dengan persetujuan dari
personil yang bertanggung jawab untuk
kegiatan pengemasan:
a) nama produk;
b) tanggal dan waktu tiap kegiatan
pengemasan;
c) nama personil yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan kegiatan pengemasan;
d) paraf operator dari berbagai langkah
pengemasan yang signifikan;
e) catatan pemeriksaan terhadap identitas
dan konformitas dengan Prosedur
Pengemasan Induk termasuk hasil
pengawasan selama-proses;
f) rincian kegiatan pengemasan yang
dilakukan, termasuk referensi peralatan
dan jalur pengemasan yang digunakan;
g) apabila dimungkinkan, sampel bahan
pengemas cetak yang digunakan, termasuk
spesimen dari kodifikasi bets, pencetakan
tanggal daluwarsa serta semua pencetakan
tambahan;
h) catatan mengenai masalah khusus yang
terjadi termasuk uraiannya dengan tanda
tangan pengesahan untuk semua
penyimpangan terhadap Prosedur
Pengemasan Induk; dan
i) jumlah dan nomor referen atau
identifikasi dari semua bahan pengemas
cetak dan produk ruahan yang diserahkan,
digunakan, dimusnahkan atau
dikembalikan ke stok dan jumlah produk
yang diperoleh untuk melakukan
rekonsiliasi yang memadai.
PROSEDUR DAN CATATAN
PENERIMAAN
20 Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan √ Sesuai
catatan penerimaan untuk tiap pengiriman
tiap bahan awal, bahan pengemas primer
dan bahan pengemas cetak.
21 Catatan penerimaan hendaklah mencakup:
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


219

a) nama bahan pada surat pengiriman dan √ Sesuai


wadah;
b) nama “internal” dan/atau kode bahan
[bila tidak sama dengan a)];
c) tanggal penerimaan;
d) nama pemasok dan, bila mungkin, nama
pembuat;
e) nomor bets atau referen pembuat;
f) jumlah total dan jumlah wadah yang
diterima;
g) nomor bets yang diberikan setelah
penerimaan; dan
h) segala komentar yang relevan (misal,
kondisi wadah saat diterima).
22 Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk √ Sesuai
penandaan karantina internal dan
penyimpanan bahan awal, bahan pengemas
dan bahan lain, sesuai keperluan.
PENGAMBILAN SAMPEL
23 Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk √ Sesuai
pengambilan sampel yang mencakup
personil yang diberi wewenang mengambil
sampel, metode dan alat yang harus
digunakan, jumlah yang harus diambil dan
segala tindakan pengamanan yang harus
diperhatikan untuk menghindarkan
kontaminasi terhadap bahan atau segala
penurunan mutu (lihat Bab 7, Butir 7.17 –
7.31).
PENGUJIAN
24 Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk √ Sesuai
pengujian bahan dan produk yang
diperoleh dari tiap tahap produksi yang
menguraikan metode dan alat yang harus
digunakan. Pengujian yang dilaksanakan
hendaklah dicatat (lihat Bab 7 Pengawasan
Mutu, Butir 7.32 – 7.36).
LAIN-LAIN
25 Hendaklah tersedia prosedur pelulusan dan √ Sesuai, Terdapat di
penolakan tertulis untuk bahan dan produk dalam Prosedur
dan terutama pelulusan untuk penjualan Tetap Cara
produk jadi oleh kepala bagian Manajemen Pelulusan/
Mutu (Pemastian Mutu). Penolakan Obat
Jadi AO 000-18/Q
26 Catatan mengenai distribusi tiap bets √ Sesuai
produk hendaklah disimpan untuk
memfasilitasi penarikan kembali bets bila
perlu (lihat Bab 9 Penanganan Keluhan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


220

Terhadap Produk dan Penarikan Kembali


Produk).
27 Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan √ Diuraikan di dalam
catatan yang berkaitan mengenai tindakan Prosedur Tetap :
yang harus diambil atau kesimpulan yang Validasi Proses
dicapai, di mana berlaku, untuk: Nomor AV 000-
 validasi, misalnya proses, prosedur, 03/D; Kualifikasi-
prosedur analisis, sistem Validasi Sistem
komputerisasi; Komputer Nomor
 perakitan peralatan, kualifikasi dan AV 000-04/C;
kalibrasi; Kalibrasi Nomor
 perawatan, pembersihan dan AG 000-06/I;
sanitasi; Pelatihan Personel
 hal yang berkaitan dengan personil Nomor AL 00-
termasuk pelatihan, pakaian, 01/L; Sistem
higiene; Managemen HSE
 pemantauan lingkungan; Nomor EG 000-
 pengendalian hama; 01/B;
 keluhan; dan Penanggulangan
 penarikan kembali produk. Hama Nomor AO
000-17/J;
Penanganan
Keluhann Nomor
AO 000-20/L &
Penarikan Kembali
Obat Jadi Nomor
AO 000-21/I
28 Hendaklah tersedia prosedur √ Sesuai
pengoperasian yang jelas untuk peralatan
utama pembuatan dan pengujian.
29 Hendaklah disediakan buku log untuk √ Diuraikan di dalam
mencatat peralatan utama atau kritis, sesuai Prosedur Tetap
keperluan, semua kegiatan validasi, Penyiapan dan
kalibrasi, perawatan, pembersihan dan Penanganan
perbaikan, termasuk tanggal, identitas Logbook & List
personil yang melaksanakan kegiatan Nomor AG 000-
tersebut. 11/G
30 Pada buku log hendaklah juga dicatat √ Sesuai
dalam urutan kronologis penggunaan
peralatan utama atau kritis dan area tempat
produk diolah.

BAB 11 PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK

No Poin dalam CPOB 2012 PT Keterangan


Aventis

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


221

Pharma
UMUM
1 Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang Diuraikan di dalam
meliputi pembuatan dan/atau analisis obat √ Prosedur Tetap
yang dikontrakkan dan semua pengaturan Contract
teknis terkait. Manufacturer
AO000-13/E
2 Semua pengaturan untuk pembuatan dan
analisis berdasarkan kontrak termasuk usul
perubahan dalam pengaturan teknis atau √ Sesuai
pengaturan lain hendaklah sesuai dengan
izin edar untuk produk bersangkutan.
3 Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, Terdapat di dalam
pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala Technical
bagian Manajemen Mutu (Pemastian √ Agreement
Mutu) Pemberi Kontrak.
PEMBERI KONTRAK
4 Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk Terdapat di dalam
menilai kompetensi Penerima Kontrak Technical
dalam melaksanakan pekerjaan atau √ Agreement
pengujian yang diperlukan dan
memastikan bahwa prinsip dan pedoman
CPOB diikuti.
5 Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan Terdapat di dalam
semua informasi yang diperlukan kepada Technical
Penerima Kontrak untuk melaksanakan √ Agreement
pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin
edar dan persyaratan legal lain. Pemberi
Kontrak hendaklah memastikan bahwa
Penerima Kontrak memahami sepenuhnya
masalah yang berkaitan dengan produk
atau pekerjaan atau pengujian yang dapat
membahayakan gedung, peralatan,
personil, bahan atau produk lain.
6 Pemberi Kontrak hendaklah memasti-kan Terdapat di dalam
bahwa semua produk yang diproses dan Technical
bahan yang dikirimkan oleh Penerima √ Agreement
Kontrak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan atau produk telah diluluskan
oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu)
PENERIMA KONTRAK
7 Penerima Kontrak harus mempunyai Pada Technical
gedung dan peralatan yang cukup, Agreement terdapat
pengetahuan dan pengalaman, dan personil hal-hal yang
yang kompeten untuk melakukan √ berhubungan
pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi dengan pengadaan
Kontrak dengan memuaskan. Pembuatan & pembuatan obat
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


222

obat berdasarkan kontrak hanya dapat termasuk petunjuk


dilakukan oleh industri farmasi yang CPOB, gedung,
memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan material, dan
oleh Badan POM. kualifikasi material
serta personil.
8 Penerima Kontrak hendaklah memastikan Terdapat di dalam
bahwa semua produk dan bahan yang Technical
diterima sesuai dengan tujuan √ Agreement
penggunaannya.
9 Penerima Kontrak hendaklah tidak
mengalihkan pekerjaan atau pengujian apa √ Sesuai
pun yang dipercayakan kepadanya sesuai
kontrak kepada pihak ketiga, tanpa terlebih
dahulu dievaluasi dan disetujui oleh
Pemberi Kontrak. Pengaturan antara
Penerima Kontrak dan pihak ketiga mana
pun hendaklah memastikan bahwa
informasi pembuatan dan analisis
disediakan kepada pihak ketiga dengan
cara yang sama seperti yang dilakukan
pada awalnya antara Pemberi Kontrak dan
Penerima Kontrak.
10 Penerima Kontrak hendaklah membatasi
diri dari segala aktifitas yang dapat √ Sesuai
berpengaruh buruk pada mutu produk yang
dibuat dan/atau dianalisis untuk Pemberi
Kontrak.
KONTRAK
11 Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi
Kontrak dan Penerima Kontrak dengan √ Terdapat di dalam
menetapkan tanggung jawab masing- Technical
masing pihak yang berhubungan dengan Agremeent
produksi dan pengendalian mutu produk.
Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat
oleh personil yang kompeten yang
mempunyai pengetahuan yang sesuai di
bidang teknologi farmasi, analisis dan Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Semua
pengaturan pembuatan dan analisis harus
sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh
kedua belah pihak.
12 Kontrak hendaklah menyatakan secara
jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan dan memastikan bahwa √ Sesuai
tiap bets telah dibuat dan diperiksa
pemenuhannya terhadap persyaratan izin
edar yang menjadi tanggung jawab penuh
kepala bagian Manajemen Mutu
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


223

(Pemastian Mutu).
13 Kontrak hendaklah menguraikan secara
jelas penanggung jawab pengadaan, √ Sesuai
pengujian dan pelulusan bahan, produksi
dan pengendalian mutu, termasuk
pengawasan selama-proses, dan
penanggung jawab pengambilan sampel
dan fungsi analisis. Dalam hal analisis
berdasarkan kontrak, kontrak hendaklah
menyatakan apakah Penerima Kontrak
mengambil atau tidak mengambil sampel
di sarana pembuat obat.
14 Catatan pembuatan, analisis dan distribusi,
serta sampel pertinggal hendaklah
disimpan oleh, atau disediakan untuk, √
Pemberi Kontrak. Semua catatan yang Sesuai
relevan untuk penilaian mutu produk, bila
terjadi keluhan atau cacat produk, harus
dapat diakses dan ditetapkan dalam
prosedur penanganan produk cacat dan
penarikan kembali obat yang dibuat oleh
Pemberi Kontrak.
15 Kontrak hendaklah memuat izin Pemberi Dilakukan “pre-
Kontrak untuk menginspeksi sarana √ eliminary”
Penerima Kontrak. evauation antar lain
berupa “pre-audit”
kemampuan “
Contractor” di
seluruh aspek kritis
16 Dalam hal analisis berdasarkan kontrak,
Penerima Kontrak hendaklah memahami √ Sesuai
bahwa dia merupakan subjek untuk
diinspeksi oleh Badan POM.
17 Kontrak hendaklah menguraikan
penanganan bahan awal, bahan pengemas, √ Sesuai
produk antara dan ruahan, dan produk jadi
bila bahan atau produk tersebut ditolak.
Kontrak hendaklah juga menguraikan
prosedur yang harus diikuti bila analisis
berdasarkan kontrak menunjukkan bahwa
produk yang diuji harus ditolak.

BAB 12 KUALIFIKASI DAN VALIDASI

No Poin dalam CPOB 2012 PT Keterangan


Aventis

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


224

Pharma
PERENCANAAN VALIDASI
1 Seluruh kegiatan validasi hendaklah
direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan √ Sesuai
didokumentasikan di dalam Rencana Induk
Validasi (RIV) atau dokumen setara.
2 RIV hendaklah merupakan dokumen yang Sesuai
singkat, tepat dan jelas. √
3 RIV hendaklah mencakup sekurang-
kurangnya data sebagai berikut:
 kebijakan validasi;
 struktur organisasi kegiatan
validasi;
 ringkasan fasilitas, sistem, √ Sesuai
peralatan dan proses yang akan
divalidasi;
 format dokumen: format protokol
dan laporan validasi, perenca naan
dan jadwal pelaksanaan;
 pengendalian perubahan; dan
 acuan dokumen yang digunakan.
4 RIV terpisah mungkin diperlukan untuk
suatu proyek besar.
DOKUMENTASI
5 Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat
untuk merinci kualifikasi dan validasi yang
akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji
dan disetujui oleh kepala bagian √ Sesuai
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Protokol validasi hendaklah merinci
langkah kritis dan kriteria penerimaan.

6 Hendaklah dibuat laporan yang mengacu


pada protokol kualifikasi dan/atau protokol
validasi dan memuat ringkasan hasil yang
diperoleh, tanggapan terhadap √ Sesuai
penyimpangan yang terjadi, kesimpulan
dan rekomendasi perbaikan. Tiap
perubahan terhadap rencana yang
ditetapkan dalam protokol hendaklah
didokumentasikan dengan pertimbangan
yang sesuai.
7 Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan,
hendaklah diberikan persetujuan tertulis
untuk dapat melaksanakan tahap √ Sesuai
kualifikasi dan validasi selanjutnya.
KUALIFIKASI
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


225

KUALIFIKASI DESAIN (KD)


8 Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur
pertama dalam melakukan validasi √ Sesuai
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan
baru.
9 Desain hendaklah memenuhi ketentuan
CPOB dan didokumentasikan. √ Sesuai
Kualifikas Instalasi (KI)
√ Sesuai
10 Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah
dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan √ Sesuai
peralatan baru atau yang dimodifikasi.
11 KI hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas
pada hal berikut: √ Sesuai
a) instalasi peralatan, pipa dan sarana
penunjang dan instrumentasi hendaklah
sesuai dengan spesifikasi dan gambar
teknik yang didesain;
b) pengumpulan dan penyusunan dokumen
pengoperasian dan perawatan peralatan
dari pemasok;
c) ketentuan dan persyaratan kalibrasi; dan
d) verifikasi bahan konstruksi.

KUALIFIKASI OPERASIONAL (KO)


12 KO hendaklah dilakukan setelah KI selesai
dilaksanakan, dikaji dan disetujui. √ Sesuai
13 KO hendaklah mencakup, tapi tidak
terbatas pada hal berikut: √ Sesuai
a) pengujian yang perlu dilakukan
berdasarkan pengetahuan tentang proses,
sistem dan peralatan; dan
b) pengujian yang meliputi satu atau
beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah, sering dikenal
sebagai kondisi terburuk (worst case).
14 Penyelesaian KO yang berhasil hendaklah
mencakup finalisasi kalibrasi, prosedur √ Sesuai
operasional dan prosedur pembersihan,
pelatihan operator dan persyaratan
perawatan preventif. Setelah selesai KO
maka pelulusan fasilitas, sistem dan
peralatan dapat dilakukan secara formal.
KUALIFIKASI KINERJA (KK)
15 KK hendaklah dilakukan setelah KI dan
KO selesai dilaksanakan, dikaji dan √ Sesuai
disetujui.
16 KK hendaklah mencakup, tapi tidak
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


226

terbatas pada hal berikut: √ Sesuai


a) pengujian dengan menggunakan bahan
baku, bahan pengganti yang memenuhi
spesifikasi atau produk simulasi yang
dilakukan berdasarkan pengetahuan
tentang proses, fasilitas, sistem dan
peralatan;
b) uji yang meliputi satu atau beberapa
kondisi yang mencakup batas operasional
atas dan bawah.
17 Meskipun KK diuraikan sebagai kegiatan
terpisah, dalam beberapa kasus √ Sesuai
pelaksanaannya dapat disatukan dengan
KO.
KUALIFIKASI FASILITAS, PERALATAN DAN SISTEM TERPASANG
YANG TELAH OPERASIONAL
18 Hendaklah tersedia bukti untuk
mendukung dan memverifikasi parameter √ Sesuai
operasional dan batas variabel kritis
pengoperasian alat. Selain itu, kalibrasi,
prosedur pengoperasian, pembersihan,
perawatan preventif serta prosedur dan
catatan pelatihan operator hendaklah
didokumentasikan.
VALIDASI PROSES
UMUM
19 Ketentuan dan prinsip yang diuraikan Diuraikan di dalam
dalam bab ini berlaku untuk pembuatan Prosedur Tetap
sediaan obat, yang mencakup validasi √ Validasi dan
proses baru (initial validation), validasi Pembersihan untuk
bila terjadi perubahan proses dan validasi AV000-01/E
ulang.
20 Pada umumnya validasi proses dilakukan
sebelum produk dipasarkan (validasi √ Sesuai
prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika
hal di atas tidak memungkinkan, validasi
dapat juga dilakukan selama proses
produksi rutin dilakukan (validasi
konkuren). Proses yang sudah berjalan
hendaklah juga divalidasi (validasi
retrospektif).
21 Fasilitas, sistem dan peralatan yang
digunakan hendaklah telah terkualifikasi √ Sesuai
dan metode analisis hendaklah divalidasi.
Personil yang melakukan validasi
hendaklah mendapat pelatihan yang sesuai.
22 Fasilitas, sistem, peralatan dan proses
hendaklah dievaluasi secara berkala untuk √ Sesuai
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


227

verifikasi bahwa fasilitas, sistem, peralatan


dan proses tersebut masih bekerja dengan
baik.
VALIDASI PROSPEKTIF
23 Validasi prospektif hendaklah mencakup,
tapi tidak terbatas pada hal berikut: √ Sesuai
 uraian singkat suatu proses;
 ringkasan tahap kritis proses
pembuatan yang harus
diinvestigasi;
 daftar peralatan/fasilitas yang
digunakan termasuk alat ukur,
pemantau dan pencatat serta status
kalibrasinya;
 spesifikasi produk jadi untuk
diluluskan;
 daftar metode analisis yang
seharusnya;
 usul pengawasan selama-proses
dan kriteria penerimaan;
 pengujian tambahan yang akan
dilakukan termasuk kriteria
penerimaan dan validasi metode
analisisnya, bila diperlukan;
 pola pengambilan sampel (lokasi
dan frekuensi);
 metode pencatatan dan evaluasi
hasil;
 fungsi dan tanggung jawab; dan
 jadwal yang diusulkan;
24 Dengan menggunakan prosedur (termasuk
komponen spesifik) yang telah ditetapkan, √ Sesuai
bets berurutan dapat diproduksi dalam
kondisi rutin. Secara teoritis, jumlah proses
produksi dan pengamatan yang dilakukan
sudah cukup menggambarkan variasi dan
menetapkan tren sehingga dapat
memberikan data yang cukup untuk
keperluan evaluasi. Secara umum, 3 (tiga)
bets berurutan yang memenuhi parameter
yang disetujui dapat diterima telah
memenuhi persyaratan validasi proses.
25 Ukuran bets yang digunakan dalam proses
validasi hendaklah sama dengan ukuran √ Sesuai
bets produksi yang direncanakan.
26 Jika bets validasi akan dipasarkan, kondisi
pembuatannya hendaklah memenuhi √ Sesuai
ketentuan CPOB, hasil validasi tersebut
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


228

hendaklah memenuhi spesifikasi dan


sesuai izin edar.
VALIDASI KONKUREN
27 Dalam kondisi khusus, dimungkinkan
tidak menyelesaikan program validasi √ Sesuai
sebelum produksi rutin dilaksanakan.
28 Keputusan untuk melakukan validasi
konkuren harus dijustifikasi, √ Sesuai
didokumentasikan dan disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
29 Persyaratan dokumentasi untuk validasi
konkuren sama seperti validasi prospektif. √ Sesuai
VALIDASI RETROSPEKTIF
30 Validasi retrospektif hanya dapat
dilakukan untuk proses yang sudah mapan, √ Sesuai
namun tidak berlaku jika terjadi perubahan
formula produk, prosedur pembuatan atau
peralatan.
31 Validasi proses hendaklah didasarkan pada
riwayat produk. Tahap validasi √ Sesuai
memerlukan pembuatan protokol khusus
dan laporan hasil kajian data untuk
mengambil kesimpulan dan memberikan
rekomendasi.
32 Sumber data hendaklah mencakup, tetapi
tidak terbatas pada Catatan Pengolahan √ Sesuai
Bets dan Catatan Pengemasan Bets,
rekaman pengawasan proses, buku log
perawatan alat, catatan penggantian
personil, studi kapabilitas proses, data
produk jadi termasuk catatan data tren dan
hasil uji stabilitas.
33 Bets yang dipilih untuk validasi
retrospektif hendaklah mewakili seluruh √ Sesuai
bets yang dibuat selama periode
pengamatan, termasuk yang tidak
memenuhi spesifikasi, dan hendaklah
dalam jumlah yang cukup untuk
menunjukkan konsistensi proses.
Pengujian tambahan sampel pertinggal
mungkin perlu untuk mendapatkan jumlah
atau jenis data yang dibutuhkan untuk
melakukan proses validasi retrospektif.
34 Pada umumnya, validasi retrospektif
memerlukan data dari 10 (sepuluh) sampai √ Sesuai
30 (tiga puluh) bets berurutan untuk
menilai konsistensi proses, tapi jumlah bets
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


229

yang lebih sedikit dimungkinkan bila dapat


dijustifikasi.
VALIDASI PEMBERSIHAN
35 Validasi pembersihan hendaklah dilakukan
untuk konfirmasi efektivitas prosedur √ Sesuai
pembersihan. Penentuan batas kandungan
residu suatu produk, bahan pembersih dan
pencemaran mikroba, secara rasional
hendaklah didasarkan pada bahan yang
terkait dengan proses pembersihan. Batas
tersebut hendaklah dapat dicapai dan
diverifikasi.
36 Hendaklah digunakan metode analisis
tervalidasi yang memiliki kepekaan untuk √ Sesuai
mendeteksi residu atau cemaran. Batas
deteksi masing-masing metode analisis
hendaklah cukup peka untuk mendeteksi
tingkat residu atau cemaran yang dapat
diterima.
37 Biasanya validasi prosedur pembersihan
dilakukan hanya untuk permukaan alat √ Sesuai
yang bersentuhan langsung dengan produk.
Hendaklah dipertimbangkan juga untuk
bagian alat yang tidak bersentuhan
langsung dengan produk. Interval waktu
antara penggunaan alat dan pembersihan
hendaklah divalidasi demikian juga antara
pembersihan dan penggunaan kembali.
Hendaklah ditentukan metode dan interval
pembersihan.
38 Prosedur pembersihan untuk produk dan
proses yang serupa, dapat dipertimbangkan √ Sesuai
untuk memilih suatu rentang yang
mewakili produk dan proses yang serupa.
Studi validasi tunggal dapat dilakukan
menggunakan pendekatan kondisi terburuk
dengan memerhatikan isu kritis.
39 Validasi prosedur pembersihan hendaklah
dilakukan tiga kali berurutan dengan hasil √ Sesuai
yang memenuhi syarat untuk membuktikan
bahwa prosedur pembersihan tersebut telah
tervalidasi.
40 ”Uji sampai bersih” (test until clean) bukan
merupakan pilihan untuk melakukan √ Sesuai
validasi prosedur pembersihan
41 Untuk produk yang beracun atau
berbahaya dalam keadaan tertentu dapat √ Sesuai
disimulasikan dengan produk lain yang
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


230

mempunyai sifat fisika-kimia yang sama


PENGENDALIAN PERUBAHAN
42 Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang
merinci langkah yang diambil jika ada usul √ Sesuai
perubahan terhadap bahan awal, komponen
produk, peralatan proses, lingkungan kerja
(atau pabrik), proses produksi atau
pengujian ataupun perubahan yang
berpengaruh terhadap mutu atau
reprodusibilitas proses. Prosedur
pengendalian perubahan hendaklah
memastikan bahwa data pendukung cukup
untuk menunjukkan bahwa proses
perubahan yang diperbaiki akan
menghasilkan suatu produk sesuai mutu
yang diinginkan dan konsisten dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
43 Semua perubahan yang dapat
memengaruhi mutu produk atau √ Sesuai
reprodusibilitas proses hendaklah secara
resmi diajukan, didokumen-tasikan dan
disetujui. Kemungkinan dampak
perubahan fasilitas, sistem dan peralatan
terhadap produk hendaklah dievaluasi,
termasuk analisis risiko. Hendaklah
ditentukan kebutuhan dan cakupan untuk
melakukan kualifikasi dan validasi ulang.
VALIDASI ULANG
44 Fasilitas, sistem, peralatan dan proses
termasuk proses pembersihan hendaklah √ Sesuai
dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi
keabsahannya. Jika tidak ada perubahan
yang signifikan terhadap status validasi,
peninjauan dengan bukti bahwa fasilitas,
sistem, peralatan dan proses memenuhi
persyaratan yang ditetapkan akan
kebutuhan revalidasi.
VALIDASI METODE ANALISIS
JENIS METODE ANALISIS YANG
HARUS DIVALIDASI
45 Validasi metode analisis umumnya
dilakukan terhadap 4 jenis: √ Sesuai
 uji identifikasi;
 uji kuantitatif kandungan impuritas
(impurity);
 uji batas impuritas; dan
 uji kuantitatif zat aktif dalam
sampel bahan aktif obat atau obat
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


231

atau komponen tertentu dalam obat.


46 Metode analisis lain, seperti uji disolusi
untuk obat atau penentuan ukuran partikel √ Sesuai
untuk bahan aktif obat, hendaklah juga
divalidasi.
47 Uraian singkat mengenai jenis uji metode
analisis adalah sebagai berikut: √ Sesuai
a) Uji identifikasi bertujuan untuk
memastikan identitas analit dalam sampel.
Uji ini biasanya dilakukan dengan
membandingkan karakteristik sampel
(misal: spektrum, profil kromatogram,
reaksi kimia, dan lain-lain) terhadap baku
pembanding;
b) Pengujian impuritas dapat dilakukan
melalui uji kuantitatif atau uji batas
impuritas dalam sampel. Masing-masing
pengujian tersebut bertujuan merefleksikan
secara tepat karakteristik kemurnian
sampel. Karakteristik validasi yang lain
diperlukan untuk uji kuantitatif dibanding
untuk uji batas impuritas;
c) Prosedur penetapan kadar bertujuan
untuk menentukan kadar analit dalam
sampel. Dalam hal ini penetapan kadar
menunjukkan pengukuran komponen
utama yang terkandung dalam bahan aktif
obat. Untuk obat, karakteristik validasi
yang serupa juga berlaku untuk penetapan
kadar zat aktif atau komponen tertentu.
Karakteristik validasi yang sama juga
dapat dilakukan untuk penetapan kadar
yang berkaitan dengan metode analisis lain
(misal uji disolusi).
48 Tujuan prosedur analisis hendaklah jelas
dan dimengerti karena hal ini akan √ Sesuai
menentukan karakteristik validasi yang
perlu dievaluasi. Karakteristik validasi
yang umumnya perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
 akurasi;
 presisi;
 ripitabilitas;
 intermediate precision;
 spesivisitas;
 batas deteksi;
 batas kuantitasi;
 linearitas; dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


232

 rentang.
49 Validasi ulang mungkin diperlukan pada
kondisi sebagai berikut: √ Sesuai
 perubahan sintesis bahan aktif obat;
 perubahan komposisi produk jadi;
dan
 perubahan prosedur analisis.
50 Tingkat validasi ulang yang diperlukan
tergantung pada sifat perubahan. √ Sesuai
Perubahan tertentu lain mungkin juga
memerlukan validasi ulang.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF


DIES (SMED) DI RUANG GRANULASI BASAH

LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI


APOTEKER DI PT AVENTIS PHARMA PERIODE
02 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013

ALLAN BARA YUFI, S.Farm


1206329354

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3


2.1 Metoda Granulasi ............................................................................ 3
2.2 Ruang Granulasi Basah di PT Aventis Pharma ................................ 7
2.3 SMED (Single Minute Exchange of Dies) ....................................... 9
2.4 Lean Workshop di PT Aventis Pharma ........................................... 13

BAB 3. METODE PELAKSANAAN ............................................................... 18


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...................................................... 18
3.2 Metode Pelaksanaan ......................................................................... 18

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 19


4.1 Hasil ................................................................................................. 19
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 19

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 23


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 23
5.2 Saran ................................................................................................ 23

DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 24

ii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin Pencampur Serbuk Granulasi Basah ...................................... 8


Gambar 2.2 Mesin Pengering Granul/Fluid Bed Dryers ..................................... 8
Gambar 2.3 Alat Pengayak Granul ...................................................................... 9
Gambar 2.4 Ilustrasi waktu change-over ..............................................................10
Gambar 2.5 Hubungan change-over time dengan ukuran bets .............................10
Gambar 2.6 Peserta lean workshop PT Aventis Pharma ...................................... 14
Gambar 2.7 Gantt diagram ................................................................................... 16
Gambar 2.8 SMED action plan ............................................................................ 17

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proposal Penerapan SMED di Ruang Granulasi Basah …...............25


Lampiran 2. Aktualisasi Proposal SMED di Ruang Granulasi Basah …............. 26
Lampiran 3. Waktu Change Over Granul Fexofenadine 180 mg ....................... 27
Lampiran 4. Waktu Change Over Granul Placebo Trental ................................. 28
Lampiran 5. Waktu Change Over Granul Fexofenadine 180 mg ....................... 29
Lampiran 6. Lembaran Monitoring Waktu Change Over di Ruang Granulasi
Basah .............................................................................................. 30

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan yang sering timbul di industri manufaktur adalah waktu
change-over yang terlalu lama. Industri butuh mengurangi waktu change-over dan
biaya produksi sehingga mampu memperbaiki performa dan fleksibelitas (Dave &
Sohani, 2012). Dalam mengatasi lamanya waktu change-over, suatu industri akan
meningkatkan ukuran bets untuk memenuhi permintaan konsumen. Dengan
meningkatnya ukuran bets, maka proses produksi akan berjalan lebih lama dan
kurang fleksibel terhadap kebutuhan di pasar serta akan meningkatkan kapasitas
penyimpanan (inventories) (Pellegrini, Shetty & Manzione, 2012). Pada saat
sekarang, pandangan umum mengenai produksi secara masal telah absolete
(kuno) yang akan meningkatkan biaya produksi dan penurunan efisiensi secara
konsisten (Mcintosh et al., 2000; Holweg, 2006).
Untuk mengatasi waktu change-over yang terlalu lama, Shigeo Shingo
pada tahun 1985 telah memperkenalkan metode Single Minute Exchange Of Dies
(SMED) yang dikembangkan untuk mengurangi dan menyederhanakan waktu
change-over. SMED merupakan metode sistematis untuk mengurangi waktu
change-over (Pellegrini, Shetty & Manzione, 2012). SMED merupakan satu dari
banyak metode lean manufacturing untuk mengurangi limbah (sampah) pada
proses manufacturing.
SMED menyediakan sebuah cara cepat dan efisien dari perpindahan suatu
proses pembuatan (manufacturing) dari produk yang sedang berjalan ke produk
berikutnya yang akan berjalan. Waktu change over yang cepat adalah kunci untuk
mengurangi produksi bets dalam jumlah besar dan memperbaiki jalur distribusi.
SMED digunakan sebagai alat/cara untuk memperbaiki fleksibelitas dan
memberikan keuntungan terbesar dalam pengurangan waktu change-over
sehingga produk di produksi dengan ukuran bets yang lebih kecil (Dave &
Sohani, 2012).

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


2

Untuk dapat berkompetisi secara berkelanjutan, baik dari segi harga,


kualitas produk, variasi produk dan delivery time, maka industri harus
memperbaiki proses produksi serta menganalisa nilai tambah pada setiap aktivitas
dan mengeliminasi semua yang tidak menambah nilai produk yang menjadikan
metode SMED menjadi sangat penting (Levinson, 2002).
Industri farmasi merupakan salah satu industri yang bergerak dalam
bidang manufacturing yang tentu memerlukan penerapan SMED untuk
mempersingkat waktu change over sehingga dapat memperkecil ukuran bets agar
lebih fleksibel terhadap permintaan pasar dan mengurangi terjadinya peningkatan
penyimpanan produk obat yang sangat erat kaitannya terhadap waktu kadaluarsa
(expired time) yang dapat merugikan konsumen maupun industri itu sendiri. PT
Aventis Pharma sebagai industri farmasi global di Indonesia telah menerapkan
sistem Lean Manufacturing untuk meningkatkan core businessnya. Penerapan
Lean Manufacturing di Industrial Affair Department PT Aventis Pharma diawali
dengan acara Lean Workshop yang diikuti oleh Lean Champion dari setiap
departemen. Acara ini berlangsung pada tanggal 21 – 23 November 2012 dan
pada tanggal 18 – 23 Februari 2013. Proses granulasi memerlukan waktu change-
over yang sangat lama sehingga diperlukan penerapan metode SMED untuk
mesin-mesin yang ada di ruang granulasi basah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Menganalisa waktu change-over di ruang granulasi basah
1.2.2 Membuat standar waktu change-over di ruang granulasi basah
1.2.3 Mengurangi waktu change-over di ruang granulasi basah

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metoda Granulasi


Granulasi adalah suatu proses partikel-partikel serbuk dibuat mempunyai
daya lengket untuk membentuk partikel-partikel besar yang disebut granul-granul.
Tujuan granulasi untuk melindungi dari segregasi bahan penambah, memperbaiki
sifat aliran campuran, memperbaiki karakteristik kompresi campuran, mengurangi
material debu beracun, mengihindari bahan higroskopis membentuk caking, dan
sifat kerapatan serbuk. Suatu granulasi yang ideal akan mengisi semua bahan
penambah campuran di dalam masing-masing granul dan segregasi bahan aktif
tidak akan terjadi. Granulasi ada dua tipe yaitu granulasi kering dan granulasi
basah. Metoda granulasi basah menggunakan cairan dalam pemprosesan dan
metoda granulasi kering tidak ada cairan yang digunakan.

2.1.1 Granulasi Kering


Pada metoda granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau
penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara
memadatkan masa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih
kecil. Dengan metoda ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat
kohesif supaya masa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metoda ini khususnya
untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah,
karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya
diperlukan temperatur yang dinaikkan.
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama
seperti pada metode granulasi basah serbuk di “slugged” atau dikompresi menjadi
tablet yang lebar dan datar atau pellet dengan garis tengah kira-kira 1 inci. Hal ini
dapat dilakukan karena aliran serbuk ke dalam mesin slugging dibantu oleh
adanya rongga besar dan tablet tidak memerlukan ukuran dan berat yang tepat.
Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan, tidak menimbulkan serbuk

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


4

berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak
dengan lubang ayakan sesuai dengan yang diinginkan, pelincir ditambahkan
sebagaimana biasanya dan tablet dibuat dengan dikempa. Pada metoda slugging
penggilingan yang memadatkan dapat digunakan untuk menaikkan kepadatan dari
serbuk dengan mengempanya di antara penggilingan dengan tekanan tinggi.
Bahan yang sudah dipadatkan kemudian dipecahkan, ditentukan ukurannya dan
diberi pelincir dan tablet dibuat dengan pengempaan dengan cara yang biasa.

2.1.2 Granulasi Basah


Metoda granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metoda ini dapat dibagi sebagai berikut : (1) menimbang
dan mencampur bahan-bahan, (2) pembuatan granulasi basah, (3) pengayakan
adonan lembab menjadi pelet atau granul, (4) pengeringan, (5) pengayakan kering,
(6) pencampuran bahan pelincir, (7) pembuatan tablet dengan kompresi.

2.1.2.1 Penimbangan dan pencampuran


Bahan aktif, pengisi dan bahan penghancur yang diperlukan dalam
formula tablet ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat
sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan
menggunakan mesin pencampur serbuk atau mikser. Di antara pengisi yang
digunakan adalah laktosa, kaolin, mannitol, amilum, gula bubuk dan kalsium
fosfat. Pemilihan dari bahan pengisi sebagian berdasarkan pengalaman si pembuat
waktu membuat tablet lain dan biaya pembuatan serta kecocokan obat dengan
bahan pembantu lainnya dalam formula.
Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum
seperti natrium amilumglikolat, senyawa selulosa seperti karboksimetilselulosa,
resin penukar kation dan bahan-bahan lain yang membesar atau mengembang
dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan
tablet setelah masuk ke dalam cairan pencernaan. Hasil dari percobaan daya serap
air menunjukkan bahwa bahan penghancur dengan kemampuan mengambil air
paling tinggi umumnya paling efektif dalam kebanyakan sistem tablet. Natrium

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


5

amilum glikolat dan resin penukar kation telah terbukti secara khusus efektif
terhadap penarikan uap air.
Untuk menyempurnakan pencampuran komponen-komponen supaya
mencapai dosis pemberian yang tepat, demikian juga keseragaman daya hancur
tablet yang akan dihasilkan, perlu ketelitian dan perhatian sepenuhnya. Kadang-
kadang serbuk yang telah dicampur, diayak dengan ayakan yang derajat
kehalusannya cukup untuk memungkinkan dari terjadinya penggumpalan.

2.1.2.2 Pembuatan granulasi basah


Supaya campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper (wadah
berbentuk seperti corong, yang menampung obat dan mengatur arusnya menuju
mesin pembuat tablet) ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata,
biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir
ke dalam cetakan disebut granulasi. Hal ini dapat dilakukan secara baik dengan
menambahkan cairan pengikat atau perekat ke dalam campuran serbuk,
melewatkan adonan yang lembab melalui ayakan yang ukurannya seperti yang
diinginkan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu
diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mengurangi ukuran
granul berikutnya. Unsur pengikat dalam tablet juga membantu merekatkan granul
satu dengan lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi. Di antara bahan
pengikat yang digunakan adalah 10-20% cairan berair yang dibuat dari tepung
jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, gom alam, derivat selulosa, gelatin dan
povidon. Jika bahan obat sangat dipengaruhi oleh pengikat berair, maka zat
pengikat ini dapat tanpa air atau dapat ditambahkan dalam keadaan kering.
Bagaimanapun juga sejumlah bahan yang akan ditambahkan ke dalam
campuran obat harus memberikan kelembapan yang cukup supaya serbuk dapat
bercampur dengan meremas menggunakan tangan sampai secukupnya. Harus hati-
hati tidak boleh terlalu basah dan tidak boleh terlalu kering. Bila dibasahi secara
berlebihan biasanya menghasilkan granul yang terlalu keras untuk dibuat tablet
yang bagus, pembasahan yang kurang biasanya menghasilkan tablet yang terlalu
lunak dan cenderung mudah remuk.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


6

2.1.2.3 Penyaringan adonan lembab menjadi pelet atau granul


Pada umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan No. 6 atau 8. Hal
ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid bed driers. Dibuat granul dengan
menekankan pada alat yang dibuat berlubang-lubang. Setelah semua bahan
berubah menjadi granul, kemudian ditampung di wadah dan siap untuk
dikeringkan.

2.1.2.4 Pengeringan granul


Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan sistem
sirkulasi udara dan pengendalian temperatur. Diantara metoda terbaru untuk
pengeringan sekarang ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid bed dryers.
Pada metoda ini granul dikeringkan dalam keadaan tertutup dan diputar-putar
sambil dialirkan udara yang hangat. Jika efektivitas bahan pengikat tergantung
pada adanya sedikit uap air, granulasi tidak sempurna keringnya.

2.1.2.5 Penyaring kering


Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melaui ayakan dengan lubang
lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Seberapa
jauh ukuran granul dihaluskan, tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai
dan tablet yang akan diproduksi. Seleksi yang tepat tergantung pada pengalaman,
tapi pada umumnya semakin kecil tablet yang akan diproduksi semakin halus
granul yang dipakai.

2.1.2.6 Lubrikasi atau pelinciran


Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincir kering ditambahkan
ke dalam granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh bahan pelincir, dapat juga
dilapisi debu ketika granul menyebar melalui lubang kecil ayakan atau
pencampuran dalam pengadukan serbuk. Di antara pelincir yang digunakan adalah
talk, magnesium stearat dan kalsium stearat, akan tetapi banyak bahan lain yang
kadang-kadang digunakan sebagai pelincir.
Manfaat pelincir dalam pembuatan tablet kompresi ada beberapa hal yaitu
mempercepat aliran granul dalam corong kedalam rongga cetakan, mencegah

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


7

melekatnya granul pada punch dan cetakan, selama pengeluaran tablet


mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika tablet
dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang bagus ada tablet yang sudah
jadi. Setelah proses pelinciran/lubrikasi selesai maka tablet siap untuk dicetak.

2.2 Ruang Granulasi Basah di PT Aventis Pharma


Ruang granulasi basah terdapat di bagian processing yang merupakan
ruang kawasan kelas 3 yang setara dengan ruang kebersihan kelas E yang terdapat
dalam pembagian kelas kebersihan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
2006. Ruangan granulasi basah di PT Aventis Pharma terdiri dari ruangan solution
preparation, air lock, ruang proses granulasi basah, ruang pencucian dan ruang
pengeringan alat yang telah selesai dicuci. Ruangan ini harus selalu dijaga suhu
(< 25°C), kelembaban (< 60%) dan tekanannya (> 7,5 Pa).
Pada ruang granulasi basah, diantaranya terdapat mesin yang digunakan
untuk proses granulasi basah dan pengeringan serta juga terdapat alat pengayakan
yang digunakan setelah proses granulasi dan pengeringan berakhir. Mesin yang
digunakan untuk mencampur serbuk granulasi basah adalah Diosna P250,
sedangkan proses pengeringan granul menggunakan mesin Fluid Bed Dryers
dengan merek Powrex dan pengayakan menggunakan alat Alexanderwerk. Lama
waktu yang diperlukan untuk proses granulasi dan pengeringan tergantung pada
Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang telah ditetapkan oleh PT Aventis Pharma.
Sehingga granul yang akan dibuat untuk obat yang berbeda memiliki waktu
pembuatan yang berbeda pula. Mesin pencampur serbuk granulasi basah, mesin
pengering granul/Fluid Bed Dryers dan alat pengayak granul dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


8

Gambar 2.1 Mesin Pencampur Serbuk Granulasi Basah dengan Merek Diosna P 250

Gambar 2.2 Mesin Pengering Granul/Fluid Bed Dryers dengan Merek Powrex

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


9

Gambar 2.3 Alat Pengayak Granul dengan Merek Alexanderwerk

2.3 SMED (Single Minute Exchange of Dies)


SMED atau disebut juga pengurangan change-over atau rapid change-over
merupakan bagian dari tools dalam Lean Manufacturing untuk menganalisis dan
mengurangi sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan setting peralatan,
termasuk di dalamnya penggantian peralatan dan dies (bagian dari mesin
tableting). Change-over merupakan rangkaian aktivitas yang dimulai saat berhenti
untuk memproduksi produk tertentu sampai mesin kembali beroperasi untuk
memproduksi produk lainnya. Proses change-over terdiri dari pembersihan
(cleaning), pembongkaran mesin (dismantling), pemasangan mesin (ensambling),
dan setting mesin.
Metode SMED merupakan bentuk pendekatan untuk meningkatkan output
dan mengurangi quality losses karena proses change-over. Target dari SMED
adalah proses change-over membutuhkan waktu kurang dari 10 menit (1 digit
angka dalam menit). Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Shigeo Shingo
(1909 – 1990), engineer dan konsultan utama dalam Toyota Production System
(Liker, 2004).
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


10

Gambar 2.4 Ilustrasi waktu change-over

Bentuk perencanaan tradisional dalam produksi adalah “jika waktu change-


over lebih lama, maka batch size harus ditingkatkan”. Bentuk perencanaan
produksi tersebut hanya berfokus pada harga per produk dalam hubungannya
dengan ukuran bets. Jika jumlah produksi meningkat, maka biaya inventori akan
meningkat. Walaupun inventori tidak selalu berhubungan dengan limbah, namun
tingginya inventori dapat menyebabkan resiko yang memberikan kerugian bagi
industri, kerugian ini meliputi biaya-biaya terkait perawatan, penambahan
personel , bencana (unpredicted condition) selama proses inventori.

Gambar 2.5 Hubungan change-over time dengan ukuran bets

Gambar 2.5 merupakan ilustrasi hubungan antara waktu change-over


dengan ukuran bets. Semakin kecil ukuran bets, dengan waktu produksi tetap,
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


11

maka akan semakin cepat waktu change-over. Jika waktu change over semakin
cepat, maka industri dapat memenuhi permintaan konsumen tanpa harus
menanggung biaya inventori yang tinggi. Melalui SMED industri tidak lagi
mendasarkan volume produksinya pada forecasting, tetapi pada customer
demands, sehingga industri menjadi lebih responsif dalam memenuhi kebutuhan
konsumen.
Shingo (1985) memaparkan beberapa manfaat yang diperoleh melalui
penerapan SMED :
a. Langsung
1. Pengurangan waktu change-over
2. Meminimalisir terjadinya kesalahan selama proses change-over
3. Peningkatan kualitas produk
4. Peningkatan keamanan
b. Tidak langsung
1. Pengurangan biaya inventori
2. Peningkatan fleksibilitas produksi
3. Rasionalisasi peralatan produksi
Terdapat 4 fase utama dalam penerapan SMED, yaitu :
a. Fase A
Pada fase ini industri belum melakukan pengelompokan terhadap aktivtas
eksternal dan internal. Aktivitas eksternal didefinisikan sebagai operational setup
yang dilakukan selama mesin sedang beroperasi. Sedangkan aktivitas internal
merupakan aktivitas yang dilakukan saat mesin berada dalam keadaan off (tidak
beroperasi). Pada fase ini industri masih berada dalam kondisi idle karena metode
SMED belum diterapkan. Fase A dimulai dengan melakukan pengamatan pada
proses change-over (merekam keseluruhan proses) disertai wawancara dengan
operator.
b. Fase B
Setelah melakukan pengamatan, industri mengelompokkan aktivitas yang
telah terekam ke dalam aktivitas internal ataupun eksternal. Fase B merupakan
kunci sukses dalam penerapan SMED.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


12

c. Fase C
Untuk dapat mengurangi waktu change-over, maka aktivitas yang
sebelumnya dilakukan saat mesin berhenti beroperasi harus dapat dilakukan saat
mesin sedang beroperasi. Pada fase C, industri melakukan perubahan aktivitas
internal menjadi aktivitas eksternal (conversion). Sebelum melakukan perubahan
ini harus dipastikan bahwa tiap aktivitas telah dikelompokkan ke dalam kelompok
aktivitas yang sesuai.
d. Fase D
Pada fase ini dilakukan optimasi terhadap urutan proses yang telah
diperoleh. Optimasi ini terdiri dari proses Elimination, Combination,
Redistribution, dan Simplification (ECRS analysis).
- Elimination (Penyisihan) terkait dengan proses penghilangan aktivitas
internal tertentu yang dianggap tidak diperlukan selama proses change-
over. Pada proses change-over berikutnya internal ini tidak akan dilakukan
kembali.
- Combination (kombinasi). Kombinasi dilakukan dengan memparalelkan
beberapa aktivitas tertentu yang diharapkan dapat dikerjakan dalam waktu
yang bersamaan.
- Redistribution
Beberapa aktivitas dapat diubah urutan pelaksanaannya untuk
mengoptimalkan proses change-over
- Simplification (Penyederhanaan)
Penyederhanaan dilakukan dengan menyediakan peralatan, personel
ataupun teknologi baru untuk mengefisienkan proses. Misalnya untuk
meningkatkan proses dilakukan penyediaan trolley baru, personel
tambahan sebagai supporting process, dll (Liker, 2003).
Dari rangkaian aktivitas yang telah dioptimalkan dan didefinisikan ini, maka
disusunlah prosedur standar SMED. Prosedur terstandar ini akan menjadi acuan
dalam pelaksanaan SMED.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


13

2.4 Lean Workshop di PT Aventis Pharma


Lean Manufacturing merupakan filosofi bisnis dalam upaya peningkatan
core business dan berupa gabungan dari beberapa tools yang saling terintegrasi
seperti Kaizen, 5-S, SMED. Lean berfokus pada penyampaian value untuk
memenuhi kebutuhan konsumen tanpa terhambat oleh proses inventori maupun
proses lain yang dapat meningkatkan waktu delivery value kepada konsumen
(Ray, et al., 2011). Lahir sebagai filosofi bisnis unggulan dalam Toyota
Production System (TPS), saat ini Lean Manufacturing telah terbukti memberikan
banyak manfaat dalam mengurangi biaya inventori, meningkatkan kualitas,
meningkatkan delivery performance, mengurangi biaya produksi serta
meningkatkan profit organisasi. Semua manfaat yang diperoleh dari filosofi Lean
Manufacturing tidak serta merta diperoleh begitu saja, diperlukan proses
training/pelatihan untuk merealisasikan manfaat ini ke dalam internal bisnis
organisasi. Realisasi ini membutuhkan peningkatan yang berkesinambungan
melalui keikutsertaan seluruh anggota dari organisasi.
Seperti halnya filosofi ini, Lean perlu dipelajari sebelum
diimplementasikan ke dalam internal organisasi. Pelatihan secara
berkesinambungan (continual training) merupakan kunci agar semua personel
dalam organisasi dapat merasakan manfaat Lean. Training ini tidak hanya terbatas
pada proses pembelajaran skill (keahlian) baru, tetapi juga mengenai pengetahuan
bahwa setiap personel dalam organisasi merupakan asset penting bagi organisasi
dan organisasi bertekad untuk menanamkan investasi pada tiap personel dalam
organisasi. Setiap personel dalam organisai harus memahami bahwa Lean
Manufacturing tidak akan berjalan dengan sukses jika mereka tidak ikut berperan
aktif dalam penerapannya.
Beberapa industri farmasi masih mempertimbangkan resiko dan
keuntungan penerapan Lean Manufacturing. Investasi awal yang cukup tinggi
dibutuhkan untuk melakukan pelatihan terhadap tiap personel dalam organisasi.
Namun, industri farmasi seharusnya memahami bahwa manfaat dari penerapan
Lean Manufacturing terlalu besar untuk diabaikan, sehingga biaya investasi awal
yang dikeluarkan justru akan berlipat ganda setelah suksesnya penerapan Lean
Manufacturing dalam organisasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


14

PT Aventis Pharma merupakan salah satu industri farmasi yang


memahami pentingnya penerapan Lean Manufacturing dalam meningkatkan core
businessnya. Penerapan Lean diawali dengan tahap inisiasi yaitu pelaksanaan
Lean Workshop. Rencana pelaksanaan Lean Workshop disusun oleh Lean
Committee dari PT Aventis Pharma. Lean Committee berperan dalam penyusun
Lean Program dan menentukan peserta workshop. Peserta Lean Workshop adalah
sebagai berikut :
a. Ketua Workshop (Leader of the workshop)
Ketua workshop adalah plant manager PT Aventis Pharma dan berperan
memimpin team workshop yang nantinya akan dibentuk oleh Lean
Committee serta mempersiapkan workshop yang akan diselenggarakan.
b. Fasilitator Workshop
Fasilitator workshop adalah ahli di bidang lean manufacturing dan akan
menjadi internal ataupun eksternal konsultan workshop.
c. Sponsor Workshop dari Top Management
Top management yang merupakan anggota Lean Committee harus ikut
berpartisipasi dalam workshop.
d. Peserta lain
Peserta lain dari workshop adalah supervisor department dan operator
mesin. Mereka adalah pihak-pihak yang memahami kondisi di lapangan.

Gambar 2.6 Peserta lean workshop PT Aventis Pharma

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


15

Proses Lean Workshop dibagi menjadi 2 periode utama, yaitu :


a. Periode Minggu Intensif
Periode ini berlangsung selama 3 hari (dalam 1 minggu). Selama periode
ini, semua peserta dikumpulkan dan bekerja bersama-sama secara full time. Pada
akhir periode, action plan harus telah selesai disusun. Action plan dan perubahan
yang diajukan selama proses workshop harus dipresentasikan kepada Top
Management, Lean Performance Manager, dan Lean Committee.
b. Periode Non Intensif
Setelah pelaksanaan minggu intensif dan pihak management menerima
action plan yang telah disusun, workshop memasuki periode non intensif atau
periode realisasi. Selama periode ini, proses operasional harus dilaksanakan
berdasarkan dokumen ini. Follow-up meeting secara berkala harus dilakukan
untuk menjamin bahwa proses realisasi berjalan sesuai yang diharapkan. Periode
ini berlangsung dalam waktu kurang dari 4 bulan.
Lean workshop ditutup dengan penyelenggaraan Upacara Penutupan
(Closing Ceremony). Pada acara ini dipresentasikan hasil dari pelaksanaan SMED.
Selain itu dipaparkan pula Lean Success Story.
Pada tanggal 18 – 23 Februari 2013 dilaksanakan periode intensif Lean
Workshop SMED di PT Aventis Pharma. Target kegiatan workshop ini adalah
mengurangi change over time pada mesin blistering Marchesini MB 421, mesin
tableting Fette P1200/C, dan mesin tableting Korsch XL 200. Hari pertama
dimulai dengan kegiatan SMED training. Tujuan kegiatan ini memberikan
pemahaman kepada tiap peserta mengenai SMED dan manfaat pelaksanaannya
dalam meningkatkan efisiensi proses di PT Aventis Pharma. Pada hari berikutnya
dilakukan observasi change-over pada tiap mesin. Setiap operator diamati oleh 2
orang observer. Kegiatan observasi meliputi penyusunan spaghetti diagram dan
pencatatan setiap aktivitas yang dilakukan oleh operator beserta lama waktu yang
dibutuhkan. Spaghetti digram menggambarkan pergerakan operator selama proses
change-over. Pada akhir change-over pergerakan operator yang tidak perlu dapat
dikalkulasi dengan menghitung banyaknya garis pada spaghetti diagram. Kegiatan
observasi juga disertai pengambilan gambar aktivitas-aktivitas yang dapat menjadi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


16

bahasan dalam kegiatan workshop seperti misalnya aktivitas-aktivitas tidak perlu


(MUDA) yang dilakukan operator.
Hasil observasi selanjutnya ditampilkan dalam Gantt diagram (Gambar 2.7).
Gantt diagram memungkinkan ditampilkannya data hasil observasi secara lebih
menarik dan lebih mudah dipahami oleh peserta workshop. Tiap aktivitas ini
kemudian dikelompokkan ke dalam kelompok aktivitas internal menjadi aktivitas
eksternal disertai identifikasi MUDA. MUDA yang teridentifikasi selama proses
observasi harus dihilangkan untuk mengefisienkan proses. Hasil ini menjadi dasar
untuk penysunan tahapan change-over baru (Gantt Future State).

Gambar 2.7 Gantt diagram

Setelah mendapatkan persetujuan dari Top Management, Future State


menjadi prosedur change-over yang harus diikuti penyusunan Action plan agar

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


17

terjamin ketersediaan metode, peralatan, teknologi, dan personel dalam


pelaksanaannya. Action plan (gambar 2.8) melingkupi bidang organisasi,
mesin/peralatan, dan metode. Solusi yang diajukan dalam action plan
dilaksanakan berdasarkan skala prioritas disertai tanggal dan leader yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan solusi tersebut.
Memasuki tahap follow-up (Maret-Mei), SMED action plan yang disusun
harus telah terealisasi dan menjadi pedoman standar pelaksanaan change-over.
Untuk menjamin kontinyuitas dan suksesnya penerapan SMED, dokumen
terstandar lain juga diperlukan sebagai dukungan terhadap SMED action-plan,
diantaranya prosedur change-over (pedoman pembongkaran, pembersihan, dan
pemasangan mesin) dan change-over sequences.
Suksesnya pelaksanaan SMED bukan merupakan proses yang instan,
diperlukan kerjasama inter-deparmental dan partisipasi penuh dari pihak Top
Management. SMED akan mustahil terlaksana jika tiap personel yang terlibat
dalam proses tidak berkomitmen seara penuh untuk mengikuti prosedur terstandar
yang telah disusun.

Gambar 2.8 SMED action plan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


18

BAB 3

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktek dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2013 yang
bertempat PT Aventis Pharma.

3.2 Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan dalam pengkajian yaitu dengan melakukan studi
literatur beserta pengamatan untuk menerapkan metode Single Minute Exchange
of Dies (SMED) di ruang granulasi basah.

18 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


19

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil berupa proposal pelaksanaan SMED di ruang granulasi basah (lihat
lampiran 1) dan waktu aktual pelaksanaan SMED di ruang granulasi basah (lihat
lampiran 2).

4.2 Pembahasan
Ruang granulasi basah dipilih untuk diterapkannya metode SMED karena
merupakan salah satu ruangan proses pembuatan tablet yang memerlukan waktu
change over yang lama. Penerapan metode SMED merupakan salah satu cara
untuk melakukan efisiensi waktu sehingga menghasilkan produk yang lebih
fleksibel terhadap permintaan pasar. Proses penerapan Metode SMED (Single
Minute Exchange Of Dies) memiliki 4 tahap yaitu pengamatan proses waktu
change-over, pemisahan waktu internal dan eksternal, transfer waktu internal ke
eksternal, optimasi waktu internal dan eksternal. Pada proses pelaksanaan SMED
di ruang granulasi basah dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap waktu
change-over. Pengamatan awal dilakukan terhadap sediaan fexofenadine 180 mg
yang telah melewati proses granulasi. Peralatan yang telah selesai melakukan
proses granulasi sediaan fexofenadine memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan sediaan yang lain dalam proses pembersihan karena produk lebih
lengket di dalam mesin granulator baik pada Diosna P 250, Frewitt, Bowl serta
Powrex. Pada pengamatan tersebut waktu change-over yang diperlukan adalah
selama 164 menit. Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 3.
Pada hari berikutnya, dilakukan pengamatan terhadap waktu change-over
di ruang granulasi basah setelah melakukan proses granulasi sediaan placebo
Trental. Dari hasil pengamatan didapatkan waktu yang diperlukan untuk change-
over adalah selama 88 menit (lihat lampiran 4). Dimana, waktu yang diperlukan
untuk proses change-over lebih cepat dibandingkan pengamatan yang pertama
pada sediaan fexofenadine 180 mg. Untuk membuat standar waktu proses change-

19 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


20

over di ruang granulasi basah, maka disusunlah proposal/rancangan waktu


change-over berdasarkan Metode SMED (Single Minute Exchange Of Dies).
Proposal yang disusun tentu dengan mempertimbangkan hasil pengamatan
sebelumnya terhadap proses change-over di ruang granulasi basah dengan jenis
sediaan yang berbeda. Pada proposal tersebut, waktu change-over pada ruang
granulasi basah adalah tidak lebih dari 120 menit. Waktu change-over ini berlaku
untuk semua jenis produk yang diproduksi oleh PT Aventis Pharma. proposal ini
disusun setelah berdiskusi dengan operator serta supervisor produksi. Operator di
ruang granulasi basah telah memberikan masukan mengenai waktu change-over
yang dapat dipersingkat serta kegiatan yang tidak perlu dilakukan oleh operator
pada proses change-over.
Pengamatan berikutnya dilakukan terhadap penerapan proposal yang telah
disusun. Di ruang granulasi basah telah selesai dilakukan proses granulasi sediaan
fexofenadine 180 mg. Salah satu operator yang melakukan proses waktu change-
over berbeda dengan operator sebelumnya. Pada hasil pengamatan ini didapatkan
waktu change-over yang dibutuhkan adalah 131 menit (lihat lampiran 5).
Sehingga hasil waktu change-over ini melebihi target waktu yang telah diusulkan
pada proposal SMED.
Tidak tercapainya target waktu change-over ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal : pertama, proses change-over dilakukan oleh operator yang berbeda;
kedua, optimasi waktu internal dan eksternal yang kurang maksimal. Operator
yang berbeda juga mempengaruhi waktu change-over karena kecepatan dalam
melakukan proses pembersihan dari masing-masing operator berbeda-beda.
Optimasi waktu internal dan eksternal terdiri dari proses Elimination,
Combination, Redistribution, dan Simplification (ECRS analysis).
- Elimination (Penyisihan) terkait dengan proses penghilangan aktivitas
internal tertentu yang dianggap tidak diperlukan selama proses change-
over. Pada proses change-over berikutnya internal ini tidak akan dilakukan
kembali.
- Combination (kombinasi). Kombinasi dilakukan dengan memparalelkan
beberapa aktivitas tertentu yang diharapkan dapat dikerjakan dalam waktu
yang bersamaan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


21

- Redistribution
Beberapa aktivitas dapat diubah urutan pelaksanaannya untuk
mengoptimalkan proses change-over
- Simplification (Penyederhanaan)
Penyederhanaan dilakukan dengan menyediakan peralatan, personel
ataupun teknologi baru untuk mengefisienkan proses. Misalnya untuk
meningkatkan proses dilakukan penyediaan trolley baru, personel
tambahan sebagai supporting process, dll.
Sehingga dengan pengoptimalan waktu internal dan eksternal, change-over dapat
dilakukan dengan lebih cepat.
Untuk mencapai target waktu change-over agar sesuai dengan proposal
yang telah disusun tersebut, maka perlu adanya monitoring waktu change-over di
ruang granulasi basah. Proses monitoring ini dilakukan dengan cara membuat
tabel yang mencantumkan waktu dimulai dan berakhirnya change over yang harus
diisi oleh operator. Dengan pengisian tabel ini, maka lama waktu yang dihabiskan
untuk proses change-over dapat diketahui, apakah dibawah target atau diatas
target yang telah ditetapkan sesuai dengan proposal SMED. Sehingga proses
change-over di ruang granulasi basah dapat selalu dievaluasi hingga mencapai
target yang telah ditetapkan dan dapat dipertahankan secara konsisten. Tabel
monitoring dapat dilihat pada lampiran 6.
Dengan tercapainya target waktu change over, industri farmasi akan
mendapatkan manfaat baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Menurut Shingo (1985) beberapa manfaat yang diperoleh melalui penerapan
SMED :
a. Langsung
1. Pengurangan waktu change-over
2. Meminimalisir terjadinya kesalahan selama proses change-over
3. Peningkatan kualitas produk
4. Peningkatan keamanan
b. Tidak langsung
1. Pengurangan biaya inventori
2. Peningkatan fleksibilitas produksi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


22

3. Rasionalisasi peralatan produksi


Sehingga SMED sangat baik untuk diterapkan demi kemajuan suatu industri
manufacturing termasuk industri farmasi khususnya PT Aventis Pharma.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


23

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Waktu change-over di ruang granulasi basah pada masing-masing sediaan


obat berbeda.
5.1.2 Target waktu change-over di ruang granulasi basah adalah kurang dari 120
menit.
5.1.3 Hasil pengamatan setelah pengusulan proposal SMED melebihi target
yang telah ditetapkan yaitu 131 menit. Diperlukan monitoring waktu
change-over di ruang granulasi basah agar mencapai target dan dapat
dipertahankan secara konsisten.

5.2 Saran
5.2.1 Pada mahasiswa yang melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker
berikutnya dapat melanjutkan penerapan metode SMED di ruang granulasi
basah hingga tercapai pengurangan waktu change-over dan mencapai
target yang telah ditetapkan.
5.2.2 Diberikan pelatihan kepada mahasiswa yang sedang melakukan Praktek
Kerja Profesi Apoteker mengenai SMED beserta tahapan pelaksanaannya
sehingga dapat diaplikasikan dengan lebih baik.

23 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


24

DAFTAR REFERENSI

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.

Aventis Pharma. 2013. Lean Workshop: Single Minute Exchange of Die (SMED).
Jakarta.

Aventis Pharma. 2013. Sanofi Group Indonesia Organization. Jakarta.

Aventis Pharma. 2010. Prosedur Tetap Production Department : Processing and


Packaging Unit. Jakarta.

Dave, Y. & Sohani, N. 2012. Single Minute Exchange of Dies : Literature


Review. International Juournal of Lean Thinking, 3:27-37.

Holweg, M. 2006. The Genealogy of Lean Production. Journal of Operations


Management, 25:420-437.

Levinson, W.A. 2002. Henry Ford’s Lean Vision: Enduring Principles from the
first Ford Motor Plant. Productivity Press, New York.

Liker, J.K. 2004. The Toyota Way: 14 Management Principle from the World’s
Greatest Manufacturer. McGraw-Hill, New York.

Mcintosh, R., Culley, S., Mileham, T., Owen, G. 2000. A Critical Evaluation of
Shingo’s “SMED” (Single Minute Exchange of Die) methodology.
International Journal of Production Research, 38:2377-2395.

Pellegrini, S., Shetty, D. & Manzione, L. 2012. Study and Implementation of


Single Minute Exchange of Die (SMED) Methodology in a Setup Reduction
Kaizen. International Conference on Industrial Engineering and Operations
Management Istanbul, Turkey, July 3 – 6, 2012.

Shingo, S. 1985. A Revolution in Manufacturing: the SMED System. Productivity


Press, Cambridge, MA.

24 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


25
Lampiran 1. Proposal Penerapan SMED di Ruang Granulasi Basah

0' Operator 1 Operator 2 Cleaner 1


Pencucian Diosna
10 (pengisian dan pembilasan Persiapan trolley
dengan air hangat) Persiapan plastik powrex
Mencuci bowl 1 + pengeringan
20
Pencucian bagian dalam Diosna
30
(Handwashing)

Line stop
10
Pengelapan Lift Glatt
Pencucian powrex
20 Pencucian bowl 2 + pengeringan

30 Pembilasan Diosna & tangga Pembersihan ruangan


Pengeringan bagian dalam Pelepasan, pencucian dan wet granulation
40 Diosna pengeringan Hopper Glatt
Pencucian & pengeringan frewitt
50 Pengeringan Powrex dan parts

Pengeringan bagian luar Powrex Pencucian parts powrex +


60
& tangga Diosna pengeringan
Pembersihan wastafel ruang
Pengeringan bagian luar Diosna washing
70 Persiapan PPI
Pembersihan + pengeringan
Watson Marlow, Persiapan bahan-bahan granul
80 selang Diosna, barel extension

Persiapan label bersih


90
Line Clearance
100 Pemasangan gantungan dan Mencetak log suhu powrex
filter powrex Setting Diosna
110 Pemasangan bowl di powrex
Menyiapkan BTP & Coloring
Setting Powrex
mixer
120
Line Start

Administrasi
Cleaning
Proses

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


26
Lampiran 2. Aktualisasi Proposal SMED di Ruang Granulasi Basah

0' Operator 1 Operator 2 Cleaner 1


Pencucian Diosna Mencuci bowl 1 + pengeringan
10 (pengisian dan pembilasan
dengan air hangat)
20 + Pencucian bagian dalam
Diosna (Handwashing)
30

Line stop
10 Pengeringan bagian luar Diosna
Pengelapan Lift Glatt
Pencucian powrex
20
Pengeringan dalam Diosna

Pengeringan servolift,hopper Pengeringan powrex


30
diosna, lift, selang, tutup Pembersihan ruangan
saringan diosna
Pelepasan, pencucian dan wet granulation
40 pengeringan Hopper Glatt
Pencucian barel extension

50 Pemasangan alas bowl 1 Pencucian bowl 2 + pengeringan

Pemasangan alas bowl 2


60

Pemasangan filter Diosna


70
Pencucian alas bowl 1, 2, dan parts
powrex + pengeringan
80 Pemasangan filter Powrex

90 Pengisian PPI
Persiapan label bersih Pembersihan Watson Marlow
Pemasangan mesin pencampur
100 Pengisian purified water + timbang
warna + setting
Pemasangan parts frewitt
Line Clearance
110 Setting Diosna

Setting powrex
120

Penamabahan bahan pencampur


130 warna
Line Start

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


27
Lampiran 3. Waktu Change Over Granul Fexofenadine 180 mg

WAKTU CHANGE OVER DI RUANG GRANULASI BASAH


Waktu Waktu Waktu
No Operator 1 Operator 2 Cleaner 1
(menit) (menit) (menit)
1 Rendam diosna dengan air hangat 2 Mencuci bowl 1 + pengeringan 48 Pelepasan filter powrex 9
Pencucian diosna (pengisian dan
2 23 Pemindahan bowl 2 ke washing 1 Pengelapan lift 4
pembilasan dengan air hangat
Pencucian bagian dalam Diosna Pembersihan dinding ruang wet
3 23 Pencucian bowl 2 + pengeringan 34 5
(Handwashing) granulation 1
Pembersihan lantai ruang wet
4 Pencucian powrex 22 Pelepasan hopper glatt dari lift 1 8
granulation dari genangan air
Pembersihan dinding ruang wet
5 Pembilasan diosna & tangga 5 Membawa hopper glatt ke washing 1 11
granulation 2
6 Pengeringan bagian dalam diosna 19 Pencucian hopper glatt + pengeringan 11 Pengepelan lantai ruang wet granulation 15
7 Pengeringan powrex 16 Membawa frewit ke washing 1
8 Pengelapan bagian luar powrex 2 Pencucian & pengeringan frewit 17
9 Pengeringan tangga diosna 3 Membawa parts frewit ke washing 1
10 Pengeringan bagian luar diosna 20 Pencucian parts powrex + pengeringan 30
Pengeringan/pembersihan Watson
11 4 Pembersihan wastafel ruang washing 1
Marlow
Pembilasan selangan diosna dengan
12 1
purified water
Pencucian barel extension +
13 4
pengeringan
14 Setting powrex & Diosna 20
Total 164 146 52

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


28
Lampiran 4. Waktu Change Over Granul Placebo Trental

WAKTU CHANGE OVER DI RUANG GRANULASI BASAH


Waktu Waktu Waktu
No Operator 1 Operator 2 Cleaner 1
(menit) (menit) (menit)
Rendam diosna diosna dengan air Pencucian bowl 1, gantungan filter
1 16 23 Pelepasan filter powrex 6
hangat + bilas powrex + pengeringan
Pencucian bagian dalam diosna (Hand Pembersihan wastafel ruang washing + Pemasangan plastik untuk pencucian
2 12 8 3
washing) lantai powrex
3 Penurunan filter powrex 1 Pencucian wadah stainless steel 2
Pembersihan lantai wet granulation dari
4 Pemindahan bowl 1 ke washing 1 7
genangan air dan sisa granul
5 Pencucian powrex 10 Pembersihan lift glatt 2
Pembilasan bagian dalam diosna setelah Pembersihan tangga diosna dari
6 11 1
disikat genangan air
Pembersihan dinding ruang wet
7 Pengeringan powrex 9 2
granulation + servolift
8 Pengeringan tangga diosna 2 Pengepelan lantai ruang wet granulation 11
9 Pengeringan bagian dalam diosna 5
10 Pengeringan bagian luar diosna 7
Pengeringan tangga diosna dengan
11 1
tissue
12 Pengeringan hopper diosna 3
13 Mengisi PPI 10
Total 88 31 34

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


29
Lampiran 5. Waktu Change Over Granul Fexofenadine 180 mg

WAKTU CHANGE OVER DI RUANG GRANULASI BASAH


Waktu Waktu Waktu
No Operator 1 Operator 2 Cleaner 1
(menit) (menit) (menit)
1 Pencucian bagian dalam diosna 32 Pemasangan plastik powrex 3 Pembersihan lantai dari genangan air 6
Pencucian bagian dalam powrex (dengan
2 Pengeringan bagian luar diosna 20 3 Pengepelan lantai 14
potable water)
3 Pengeringan bagian dalam diosna 3 Pembersihan lantai dari genangan air 2 Pembersihan tangga diosna 1
Pencucian bagian dalam powrex dengan
4 Pembersihan hopper diosna 2 6
tissue
5 Pengeringan servolift 1 Pembilasan powrex potable water 4
Pengeringan powrex dengan air
6 Pembersihan lift glatt 1 10
compressor
7 Pembersihan selang diosna 1 Pelepasan hopper glatt 1
Pencucian tutup saringan diosna +
8 1 Pencucian bowl 1 + pengeringan 11
pengeringan
9 Pencucian barel extension 9 Pencucian hopper glatt 14
10 Pemasangan alas bowl 1 5 Pencucian bowl 2 + pengeringan 13
Pencucian alas bowl 1, 2, dan parts
11 Pemasangan alas bowl 2 10 29
powrex + pengeringan
12 Pemasangan filter diosna 6 Pembersihan watson marlow 6
Pemasangan mesin pencampur warna +
13 Pemasangan filter bag powrex 16 2
setting
14 setting powrex 14 Pengisian purified water ke panci 2
Line clearance Pemasangan parts frewitt 3
15 Penimbangan barel 1 Penimbangan purified water 2
16 Pengisian PPI 4 Setting diosna 2
17 Penambahan bahan pencampur warna 5 Line clearance
18 Line start Setting hopper glatt 2
Line start
Total 131 115 21

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


30
Lampiran 6. Lembaran Monitoring Waktu Change Over di Ruang Granulasi Basah

WAKTU CHANGE OVER RUANG GRANULASI BASAH


BULAN : ……………………………………….
23:30

22:30

21:30

20:30

19:30

18:30

17:30

16:30

15:30

14:30

13:30

12:30

11:30

10:30

9:30

8:30

7:30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Keterangan :  Mulai Cleaning  Selesai Cleaning D Mulai Setting  Selesai Setting
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014


Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai