ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Tuhan YME atas limpahan nikmat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini tepat waktu. Pada kesempatan yang
terbatas ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Mr. Rajesh Kamat selaku Head of Industrial Affair PT Aventis Pharma atas
izin dan kesempatan yang diberikan sehingga terlaksananya Prkatek Kerja
Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma.
2. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI yang telah
memberi ijin dan kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan
Fakultas Farmasi UI sampai dengan 20 Desember 2013 yang telah member
kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
4. Dra. Yeni Suciani, Apt selaku Head of Industrial Quality and Compliance
(IQC) serta pembimbing PKPA di PT Aventis Pharma atas bimbingan,
kesempatan, dan fasilitas yang telah diberikan.
5. Dr. Harmita, Apt, selaku Ketua Program Profesi Apoteker yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Dr. Herman Suryadi, MS, Apt, selaku pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan, saran dan wawasan selama penulisan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini.
7. Nina Kurniawaty, S.Si, Apt., selaku Quality Assurance Manager PT Aventis
Pharma atas bimbingan serta pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
8. Dra. Rica Sri Rahmawati, MM, Apt selaku Production Manager atas
kesempatan, bimbingan dan pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
9. Asih Putri Ana, S.Si, Apt., selaku Quality Control Supervisor PT Aventis
Pharma atas pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tidak ada yang penulis
harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada
khususnya.
Penulis
2013
vi
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT. Aventis Pharma Jalan Jend.
A. Yani, Pulomas Jakarta. Kegiatan PKPA ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan ketentuan CPOB di industri farmasi khususnya PT Aventis Pharma
serta mengetahui tugas dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi terutama
sebagai penanggung jawab produksi, pemastian mutu, dan pengawasan mutu.
Tugas khusus yang diberikan berjudul penerapan metode Single Minute Exchange
of Dies (SMED) di ruang granulasi basah. Tugas khusus ini bertujuan untuk
menganalisa, membuat standar dan mengurangi waktu change-over di ruang
granulasi basah.
Kata kunci : PT. Aventis Pharma, Metode Single Minute Exchange of Dies
(SMED)
Tugas umum : xiii + 123 halaman; 7 tabel; 14 lampiran
Tugas khusus : iv + 24 halaman; 8 gambar; 6 lampiran
Daftar Referensi Tugas Umum : 13 (2005 - 2013)
Daftar ReferensiTugas Khusus : 11 (1985 - 2013)
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
bagi Industri farmasi dalam penerapan CPOB. Upaya tersebut diikuti oleh Badan
POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dengan mengeluarkan Surat Keputusan
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi
industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara
konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.CPOB menyangkut keseluruhan aspek produksi dan pengendalian
mutu. Pengendalian mutu dapat berpengaruh dalam menjamin konsumen
menerima obat yang bermutu tinggi. Semua industri farmasi harus menerapkan
CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam pembentukkan dan
penerapan sistem pemastian mutu. Oleh karena itu penyediaan personil yang
berkualitas dengan kapasitas yang memadai menjadi faktor penting dan
merupakan tanggung jawab industri farmasi. Seorang apoteker merupakan kunci
dalam penerapan segala aspek yang tercantum dalam CPOB. Apoteker tidak
hanya membutuhkan pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman langsung di
lapangan. Untuk mewujudkan hal tersebut dijalin kerjasama dengan industri
farmasi untuk menyelenggarakan praktek kerja apoteker.
Berdasarkan hal tersebut, seorang calon Apoteker harus dapat memahami
tanggung jawab profesinya secara nyata. Melalui teori yang dibekali sebelumnya,
calon Apoteker diharapkan memiliki pemahaman awal sebelum menerapkannya
di dunia kerja nyata dapat dibentuk melalui sebuah praktek kerja profesi di
industri farmasi dan akan lebih dipahami oleh calon Apoteker. Oleh karena itu,
Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI mengadakan kerjasama dengan
PT Aventis Pharma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) agar dapat menjadi sarana pembelajaran di industri farmasi bagi para
calon Apotekernya. Praktek kerja profesi ini dijalankan dari periode 2 September-
31 Oktober 2013.
Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bertujuan untuk
mengetahui penerapan ketentuan CPOB di industri Farmasi, khususnya pada PT
Aventis Pharma, serta untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab apoteker di
industri Farmasi terutama sebagai penanggung jawab produksi, pemastian mutu,
dan pengawasan mutu.
Universitas Indonesia
4 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012)
Cara pembuatan obat yang baik atau sering disebut CPOB, adalah cara
pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa
produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan
sesuai dengan penggunaannya. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk
memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang
dikehendaki. Bila perlu dapat dilakukan penyesuaian dengan syarat bahwa
standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai. Selain itu, CPOB
merupakan bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan
obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk
yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai tujuan
penggunaan poduk disamping persyaratan lainnya.
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam
produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses
produksi, dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil
yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada
pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat dibuat dalam kondisi yang
dikendalikan dan dipantau secara cermat. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk
digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal
sesuai kebutuhan.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan sesuai
dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Ruang lingkup CPOB 2012 meliputi: manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, proses produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam
izin edar dan spesifikasi produk. Sedangkan pengawasan mutu merupakan bagian
dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan
pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan
bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan, serta produk yang belum
diluluskan tidak dijual atau dipasok, sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan
memenuhi syarat. Selain itu dalam manajemen mutu juga dijelaskan mengenai
manajemen risiko mutu yang merupakan suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian, dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal
ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif (Badan Pengawas Obat
dan Makanan, 2012).
2.2.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah
tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko
terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas
spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan
kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.
Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang
tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.
Universitas Indonesia
Personil kunci dalam industri farmasi terdiri dari kepala bagian produksi,
kepala bagian pengawas mutu, dan kepala bagian manajemen mutu. Posisi
personil kunci dalam industri farmasi dirancang sedemikian rupa sehingga bagian
produksi dan bagian pengawasan mutu, maupun bagian manajemen mutu
dipimpin oleh orang yang berlainan, yang tidak saling bertanggung jawab satu
terhadap yang lain (independen). Masing-masing hendaklah diberi wewenang
penuh dan sarana cukup yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif. Personil kunci tidak boleh mempunyai kepentingan lain di luar
organisasi pabrik, yang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya
atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi atau finansial.
Kepala bagian produksi, pengawasan mutu, dan manajemen mutu
hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh
pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang
pembuatan obat, dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional. Masing-masing kepala bagian
produksi, pengawasan mutu dan manajemen mutu (pemastian mutu) memiliki
tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan
mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:
a. Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen.
b. Pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat.
c. Higiene pabrik.
d. Validasi proses.
e. Pelatihan.
f. Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan.
g. Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak.
h. Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk.
i. Penyimpanan catatan.
j. Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB.
k. Inspeksi, penyelidikan, dan pengambilan sampel untuk pemantauan faktor yang
mungkin berdampak terhadap mutu produk (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets, dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
Pada prinsipnya pengadaan peralatan harus mempertimbangkan apakah
sesuai dengan penggunaan dengan produksi/ pengujian obat dan apakah terbuat
dari material yang memenuhi syarat dan aman dalam penggunaannya. Permukaan
peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, atau produk jadi
tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi yang dapat mempengaruhi
identitas, mutu, atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta
disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan pencucian dan pembersihan
hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran.
Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan
hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode
yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah
disimpan.
Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak
melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh
digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus
yang tidak melepaskan serat.
Pipa air suling, air deionisasi, dan bila perlu pipa air lain untuk produksi
hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi
rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Universitas Indonesia
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa menjamin produk
Universitas Indonesia
yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan
izin edar. Adapun aspek produksi yang diatur pada CPOB meliputi:
a. Bahan awal
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan dan bila memungkinkan, langsung dari
produsen. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual
tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran, dan
kemungkinan adanya kerusakan bahan dan tentang kesesuaian catatan
pengiriman dengan label dari pemasok. Bahan awal yang diterima hendaklah
dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala
bagian pengawasan mutu. Label yang menunjukkan status bahan awal
hendaklah ditempelkan hanya oleh personil yang ditunjuk oleh kepala bagian
pengawasan mutu.
b. Validasi proses
Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan
atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas
proses hendaklah divalidasi.
c. Pencegahan pencemaran silang
Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas,
uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses,
dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko
pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar. Di
antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan
dalam dosis besar dan atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang
panjang.
d. Sistem penomoran bets/ lot
Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/ lot
dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/ lot produk antara, produk
ruahan, atau produk jadi dapat diidentifikasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan mutu produk
akhir yang dikemas.
l. Pengawasan selama proses
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian, atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu
(pemastian mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan
untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang
mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam proses.
m. Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan, dan dikembalikan
Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan
disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk
tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau bila dianggap perlu,
diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah
lebih dulu disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) dan
dicatat.
n. Karantina dan penyerahan produk jadi
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan
untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan
untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua
spesifikasi yang ditentukan.
o. Catatan pengendalian pengiriman obat
Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan
produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Penyimpangan
terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out (FEFO)
hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya
atas persetujuan manajemen yang bertanggung jawab.
p. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan
produk jadi
Universitas Indonesia
Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah risiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan. Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan
kondisi lingkungan yang sesuai. Penyimpanan yang memerlukan kondisi
khusus hendaklah disediakan. Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah
sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
2.2.8 Inspeksi diri, audit mutu, dan audit & persetujuan pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin, di samping itu, pada situasi
khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/
formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, serta laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting. Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji, dan
didistribusikan dengan cermat. Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani, dan
diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang. Dokumen
hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu
dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan
penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Universitas Indonesia
oleh kepala bagian manajemen mutu pemberi kontrak (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
outgoing airlock. Antara warehouse dan area processing terdapat dua airlock
untuk transfer material. Di antara warehouse dan secondary packaging terdapat
dua airlock, yaitu airlock untuk mentransfer secondary packaging material dari
warehouse ke secondary packaging area dan untuk mentransfer finished goods
dari secondary packaging area ke warehouse. Layout dan design di ground
floor diatur sedemikian rupa untuk menyediakan alur kerja dan urutan lalu
lintas bahan satu arah untuk menghindari resiko mixed up.
b. First floor terutama digunakan untuk fasilitas-fasilitas seperti loker, ruang ganti
pakaian, dan technical area.
2. Office building 1, seluas 540 m2.
3. Office building 2, seluas 540 m2.
4. Multi purpose building, digunakan untuk office, bagian quality operation
seluas 450 m2.
5. Energy building and workshop, seluas 485 m2.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tulang belakang.
5. Metabolisme, untuk pengobatan diabetes dan penyakit metabolisme lainnya
6. Onkologi, untuk pengobatan tumor ganas.
7. Respiratori, untuk pengobatan asma dan alergi.
Universitas Indonesia
27 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.1.1.4 Validasi
Menurut CPOB, validasi berarti suatu tindakan pembuktian dengan cara
yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan,
atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
a. Validasi proses
Menurut Aventis Pharma, validasi proses adalah cara pemastian dan
memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses berlangsung dalam parameter
desain yang telah ditentukan mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk
sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keterulangan yang
tinggi. Validasi proses dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung pada status
produk, yaitu dapat dilakukan dengan cara:
1) Prospective
Validasi yang dilakukan terhadap produk baru sebelum dipasarkan atau
bila ada perubahan (pada pabrik atau proses pembuatan) yang akan
mempengaruhi kualitas produk. Untuk validasi ini, minimal dilakukan terhadap 3
bets sebelum produk tersebut dipasarkan (bila memungkinkan). Biarpun produk
baru, tetapi bila dalam 1 tahun jumlah bets kurang dari 3, dapat dilakukan secara
concurent, asalkan disertai dengan dokumen pengkajian resiko.
2) Concurrent
Validasi ini hampir sama dengan validasi prospective kecuali pemasaran
produk tidak menunggu proses validasi hingga selesai, validasi dilanjutkan selama
produksi secara rutin.Validasi ini dilakukan bila terdapat perubahan yang
direncanakan yang sedikit berpengaruh terhadap produk. Validasi concurent ini
diperbolehkan jika jumlah bets yang diproduksi sedikit.
3) Retrospective
Validasi yang didasarkan pada pengumpulan data yang diperoleh dalam
proses produksi dan pemeriksaan pada produk yang sudah dipasarkan/dibuat.
Validasi dari proses ini tetap memerlukan protokol yang memanfaatkan data
historis sehingga bukti terdokumentasi. Jenis validasi ini tidak dianjurkan untuk
digunakan.
Universitas Indonesia
4) Revalidasi
Validasi yang dilakukan secara internal dalam bentuk evaluasi kembali.
Revalidasi dapat dilakukan jika terjadi perubahan:
a) Bahan baku (sifat fisik misalnya viskositas, ukuran partikel, dan lain-lain).
b) Pabrik pembuat bahan baku.
c) Bahan pengemas primer, misal botol,
d) Proses, misalnya waktu pencampuran, suhu pengeringan.
e) Peralatan, misalnya alat menjadi otomatis.
f) Area produksi dan sistem penunjang, misalnya tata letak berubah.
Validation Steering Team yang telah dibentuk akan menyusun protocol
validasi untuk produk yang akan divalidasi. Protokol validasi merupakan bagian
dari validasi yang berupa panduan kerja dalam melakukan validasi. Tim validasi
bekerja sama dengan departemen yang bersangkutan akan menyusun rincian
kegiatan validasi mencakup kualifikasi peralatan ( Installation/ Operational /
Performance Qualification), validasi metode analisis, dan pelatihan karyawan
yang terlibat dalam kegiatan validasi. Kegiatan validasi akan dilakukan oleh
departemen yang bersangkutan, dimonitor, dan didokumentasikan oleh tim
validasi. Setiap akhir validasi harus dibuat suatu laporan validasi sebagai
pertanggungjawaban. Protokol validasi dibuat berdasarkan data-data dari laporan
optimalisasi/pengembanagan produk (jika ada) atau prosedur pengolahan, dengan
harus memperhatikan aspek penting dari suatu validasi sebagai berikut:
a) Karakteristik produk
b) Spesifikasi produk
c) Desain pabrik dan keterbatasannya
d) Desain proses, kemungkinan dan keterbatasannya
e) Metoda analisis dan spesifikasi
f) Mikrobiologi
g) Pembersihan
h) Quality Assurance
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
wakil Quality Assurance dan Purchasing, serta kepala tim adalah Quality
Assurance Manager. Pada kasus tertentu anggota tim dapat diperluas dengan
mengikutsertakan QC unit, Techinal Services Department dan Medical and
Regulatory Affairs dan departemen lain yang terkait. Hal – hal yang perlu dinilai
dari pemasok adalah proses pengadaan bahan baku, proses pembuatan, perujukan
dan pemeriksaan bahan baku dan produk jadi, penanganan sisa, dokumentasi,
serta prosedur dan persyaratan.
Sertifikasi pemasok dimulai dari urutan status “not approved”,
“approved”, dan “certified”. Sertifikasi status “not approved” atau belum disetujui
merupakan sertifikasi untuk pemasok yang baru yang akan dijadikan pemasok
tetap. Sertifikasi status “approved” atau disetujui diberikan kepada pemasok yang
telah memenuhi persyaratan menurut standar kualitas PT Aventis Pharma dan
menjadi pemasok tetap. Sedangkan sertifikasi status “certified” atau tersertifikasi
diberikan kepada pemasok tetap yang konsisten dalam hal kualitasnya. Pemasok
dengan status belum disetujui, masih dalam tahap penilaian mengenai kualitas
produk yang akan dipasok. Pada saat proses pre-approval, maka supplier harus
menyerahkan minimum tiga bets material untuk diperiksa oleh Sanofi Aventis.
Setelah pre-approval, status pemasok dapat meningkat menjadi approved supplier
yang telah disetujui secara formal sebagai pemasok yang dapat memasok material
atau servis tertentu. Untuk selanjutnya bahan awal hanya boleh didapatkan dari
pemasok berstatus disetujui ini. Selanjutnya pemasok yang telah disetujui ini
dimasukkan dalam Daftar Pemasok Disetujui atau List Approved Supplier.
Apabila suatu pemasok yang disetujui menunjukkan kualitas serta kinerja
yang konsisten, maka pemasok tersebut dapat ditingkatkan statusnya menjadi
“pemasok tersertifikasi” atau “certified supplier”. Pemasok Tersertifikasi
diputuskan melalui program evaluasi terhadap hasil analisa dan penerapan aspek
kualitas, regulasi dan penilaian kinerja. Evaluasi tersebut dilakukan terhadap
setiap pengiriman pemasok yang menggambarkan konsistensi pemasok untuk
menghasilkan material yanng memenuhi syarat yang ditentukan. Penilaian ini
dilakukan oleh divisi QA, QC, pembelian dan produksi. Pemasok yang dapat
menjadi pemasok tersertifikasi adalah pemasok yang telah disetujui minimal
selama dua tahun dan telah mengirimkan minimal sepuluh bets. Evaluasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
akhir dari mutu produk. Untuk menguji apakah produk yang dibuat memenuhi
persyaratan, perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium baik secara kimia,
fisika, maupun mikrobiologi. Ada kalanya hasil pemeriksaan suatu produk tidak
memenuhi persyaratan atau hasil pemeriksaan mendekati batas spesifikasi yang
telah ditetapkan. Salah satu kemungkinan ketidaksesuaian tersebut diakibatkan
oleh cara pemeriksaannya. Oleh karena itu, sebelum diambil keputusan akhir
mengenai status produk yang bersangkutan perlu dilakukan penyelidikan yang
seksama dimana ketidaksesuaian tersebut terjadi. Penyelidikan hasil di luar
spesifikasi (Out of Specification/OOS) atau dapat juga dianggap sebagai atypical
test result (Out of Trend / OOT) yang berlaku untuk hasil pemeriksaan kalibrasi
alat dan pemeriksaan kalibrasi alat dan pemeriksaan stabilitas produk. Sumber
ketidaksesuaian hasil harus diteliti secara sistematis. Apabila terjadi
penyimpangan hasil di luar spesifikasi pada saat analisis maka hal yang harus
dilakukan adalah segera menyiapkan laporan tertulis mengenai insiden/kegagalan
yang terjadi baik kegagalan pemeriksaan secara kimia, fisika, atau mikrobiologi.
Cara kerja pada saat mempersiapkan contoh untuk pemeriksaan, alat yang
digunakan harus diperiksa kembali. Bila hasilnya masih menyimpang baik itu
OOS dari pemeriksaan kimia, fisika, atau mikrobiologi maka dibuat laporan
Failure Investigation Report (FIR). Tindak lanjut yang dapat diambil sesuai
dengan hasil pemeriksaan yang didapat, antara lain:
a. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang
sudah released.
b. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa
yang berbeda.
c. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang
pertama (bila perlu).
d. Membandingkan hasil pemeriksaan ulang diatas dengan persyaratan test
method dan farmakope (EP, USP, dan FI).
e. Contoh untuk pemeriksaan ulang tersebut diambil sebanyak 2 kali dari
pemeriksaan normal.
Apabila dianggap perlu, dilakukan pemeriksaan terhadap prosedur
pengolahan bets produk yang bersangkutan. Apabila diduga penyimpangan
Universitas Indonesia
tersebut berasal dari test method atau sebab-sebab lain yang tidak diketahui dapat
dikonsultasikan dengan mother plant. Perincian urutan pengambilan keputusan
terhadap pemeriksaan di luar spesifikasi dapat dilihat pada . Penyelidikan terhadap
OOS harus diselesaikan maksimal 30 hari.
Universitas Indonesia
c. Minor Deviation
Deviasi yang tidak termasuk kritikal atau major, yang secara potensial
berdampak pada sistem GMP, utilities, peralatan, bahan, komponen, lingkungan
atau dokumentasi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari
produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh minor deviation adalah batas
penyimpanan maksimum produk terlampaui dan perekatan label tidak sempurna.
Sedangkan menurut golongan, kegagalan atau penyimpangan dibagi menjadi dua
yaitu:
a. General Failure
Semua penyimpangan yang terjadi di Site dan hal tersebut tidak
berhubungan secara langsung dengan suatu produk tertentu, misalnya
penyimpangan pada persiapan produk, penyimpangan sistem pengolahan air dan
sebagainya.
b. Batch deviation
Semua penyimpangan yang terjadi pada proses pembuatan atau
pengemasan suatu produk, misalnya kegagalan salah satu tahapan proses,
pengemasan dan sebagainya.
Apabila terjadi kegagalan, tindakan yang pertama kali diambil adalah
penghentian proses dan produk tersebut dikarantina. Kegagalan tersebut kemudian
dilaporkan ke Manager bagian bersangkutan diteruskan ke Head of IQC yang
akan memeriksa dan mengevaluasi serta mengambil keputusan tindakan yang
harus dilakukan. Terhadap semua penyimpangan, baik besar maupun kecil, akan
diambil langkah selanjutnya oleh IQC Department. Bila dianggap perlu, IQC
Department akan mengundang departemen yang bersangkutan dan departemen
lain yang terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul. Hasil penilaian
terhadap langkah yang telah atau yang akan dilakukan oleh departemen produksi,
departemen IQC, atau departemen lainnya yang terkait akan dikirimkan kembali
ke departemen yang bersangkutan. Apabila proses dapat dilanjutkan, maka
departemen produksi harus segera mencatat tindakan yang diambil pada catatan
pengolahan bets / catatan pengemasan bets dari produk yang bersangkutan.
Apabila produk tersebut dapat diolah ulang, departemen produksi harus segera
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Kelas IV
Kerusakan pada produk yang tidak mengancam jiwa manusia namun
hanya menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien ketika menggunakan produk
tersebut sehingga menyebabkan rusaknya nama baik perusahaan. Misalnya tablet
pecah atau retak, hilangnya blister dalam folding box.
Hasil penyelidikan mengenai asal keluhan, jenis keluhan, dan tindak
lanjut dilaporkan ke Head of IQC atau Medical and Regulatory Division. Tindak
lanjut yang dilakukan dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk
(recall). Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan produsen (misalnya
karena stabilitas obat tidak baik atau mau mengganti bahan pengemas) atau
keinginan Badan POM. Produk kembalian yang ditarik akan disimpan di gudang.
Penanganan selanjutnya dapat dihancurkan, dijadikan stok kembali (misalnya jika
produk masih baik dan sudah diperiksa di QC), atau diolah kembali.
Universitas Indonesia
keluhan, deviasi, OOS, temuan audit dll). Apabila peringatan yang diterima
memiliki potensi untuk dilakukannya penarikan kembali obat jadi, maka IQC
departemen akan membentuk Alert Team bersama departemen lain yang terkait
sesuai dengan jenis peringatan yang diterima, yaitu Quality Alert Team, Product
Alert Team, dan atau Safety Alert Team. Distributor utama dan distributor regional
diperintahkan untuk memberikan informasi dalam waktu kurang dari 3 (tiga) jam
kepada PL & MSC departemen PT. Aventis Pharma mengenai jumlah obat yang
diterima dari PT. Aventis Pharma, persediaan yang belum terjual/ tersisa,
jumlahyang terjual, dan tujuan produk yang telah terjual.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Golongan 1
Produk-produk Aventis Pharma yang sudah atau akan diproduksi dan telah
dipasarkan, ditetapkan suatu produk Aventis Pharma sebagai produk
induknya (mother plant).
b. Golongan 2
Produk-produk Aventis Pharma yang ada saat ini diproduksi di beberapa
negara/region, tetapi tidak mempunyai pabrik induk. Seperti Avil, Sofradex
yang dilakukan antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma lain, dari Aventis
Pharma ke toll manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor
lain.
c. Golongan 3
Produk yang hanya diproduksi atau dipasarkan oleh 1 pabrik Aventis
Pharma di suatu negara/region. Transfer produk golongan 3 dikoordinasikan
oleh regional manufacturing/ regional Quality Operations dan dilakukan
antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma, dari Aventis Pharma ke toll
manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor lain.
Universitas Indonesia
4.1.2.1 Chemical and physical control (Pengawasan secara kimia dan fisika)
Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan baku, produk
ruahan, produk jadi secara kimia dan fisika sesuai dengan spesifikasinya.
a. Bahan baku (raw material)
Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak, yang
berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun
tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. Setiap bahan
baku yang datang harus selalu disertai dengan sertifikat analisisnya. Sertifikat
analisis tersebut penting karena dipakai sebagai acuan pada pemeriksaan bahan
tersebut. Bahan baku yang baru datang akan diperiksa sesuai dengan spesifikasi.
Setelah itu dibuat slip penerimaan barang (Good Receipt Slip / GRS) oleh bagian
gudang. Bahan baku tersebut akan masuk ke gudang dengan status quarantine.
Gudang akan mengirimkan GRS ke bagian QC. Berdasarkan GRS yang diterima,
QC melakukan pengambilan contoh (sampling) terhadap bahan tersebut.
Pengambilan contoh untuk semua bahan aktif dan bahan penolong harus
disertai dengan lembar permintaan material (Material Request Form).
Pengambilan contoh bahan baku secara benar merupakan faktor/ langkah penting
karena hanya dari contoh yang terjamin kebenarannya, informasi/ data
pemeriksaan bahan baku dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan contoh
dilakukan di bawah Laminar Air Flow (LAF) di ruang sampling yang berada di
gudang pada suhu tidak lebih dari 25°C, perbedaan tekanan diatas 7,5 Pa dan
kelembaban 30 - 60%. Wadah untuk contoh harus dilengkapi dengan data-data
mengenai contoh yang diambil yang meliputi kode barang, nomor bets, tanggal
kadaluarsa, dan tanggal pengambilan contoh. Wadah bahan baku yang telah
Universitas Indonesia
diambil contohnya harus disegel kembali secara khusus dan diberi label kuning
SAMPLE TAKEN. Setelah proses sampling selesai, semua alat-alat yang telah
digunakan untuk sampling dibungkus dengan plastik dan tempelkan label
kotor/merah pada alat yang sudah digunakan untuk memberitahu agar
dibersihkan.
Hasil pemeriksaan fisika, kimia, maupun mikrobiologi bahan-bahan ditulis
dalam suatu Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) dan kemudian dibuatkan formulir
rangkap tiga TT755 yang menyatakan bahwa bahan baku yang diterima telah
diluluskan (released) atau ditolak (rejected). CHP, formulir TT755, dan label
RELEASED atau REJECTED diserahkan ke QC untuk diperiksa dan disahkan.
Setelah diperiksa dan disahkan oleh QC Supervisor, formulir tersebut
didistribusikan ke QC, Warehouse, Factory, Plant Logistic Department.
Sedangkan label RELEASED atau REJECTED diserahkan ke analis untuk
ditempelkan pada wadah bahan baku yang telah diperiksa/diambil contohnya.
Label RELEASED (warna hijau) ditempelkan menutupi label QUARANTINE pada
wadah bahan baku yang diluluskan dan jika bahan baku tidak memenuhi
persyaratan maka ditempel label REJECTED (warna merah) beserta label yang
menyatakan penanganan selanjutnya. Bahan baku yang ditolak (rejected) akan
ditempatkan pada area rejected yang ada di gudang. Label RELEASED, SAMPLE
TAKEN, QUARANTINE, dan REJECTED dapat dilihat pada Lampiran 5.
Sebagian contoh bahan baku yang sudah dinyatakan lulus disimpan
sebagai contoh pertinggal (retained sample) sebanyak yang diperlukan untuk
pemeriksaan satu kali dan tiga kali pengulangan. Bahan baku yang tidak
mencantumkan masa daluarsa dan masa simpannya tidak tertera di CA harus
diperiksa ulang (retest) setiap 6 bulan atau 2 tahun sekali. Untuk bahan baku yang
mencantumkan waktu uji ulang/masa simpan pada CA, pengujian ulang dilakukan
sesuai waktu uji ulang tersebut dan untuk bahan baku yang mempunyai masa
daluarsa tercantum pada CA tidak dilakukan uji ulang karena masa pakainya
sesuai dengan masa daluarsa tersebut. Pengujian kembali dilakukan terhadap
semua produk yang tidak mempunyai waktu daluarsa untuk semua bahan-bahan
yang telah jatuh tempo tanggal uji ulangnya yang tersimpan di gudang.
Pengambilan contoh untuk pengujian kembali dilakukan sesuai dengan yang
Universitas Indonesia
direkomendasikan pada “Daftar Daluarsa Bahan dan Obat Jadi” yang diterbitkan
oleh QA setiap bulannya. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pengujian
ulang yaitu:
1) Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 2 tahun sekali
mempunyai masa pakai 8 tahun dengan kata lain pengujian kembali hanya
dapat dilakukan maksimum 3 kali.
2) Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 6 bulan sekali
mempunyai masa pakai 2 tahun dengan kata lain pengujian kembali hanya
dapat dilakukan maksimum 3 kali.
Pemeriksaan penuh (Full Analysis) diberlakukan untuk seluruh bahan baku
yang akan diuji ulang baik yang berasal dari Mother Company maupun dari
pemasok luar. Pada Form TT755 harus diberi catatan mengenai beberapa kali
bahan baku tersebut telah diuji ulang sebagai informasi kepada bagian gudang –
Plant Logistic. Jika dari hasil pengujian ulang tersebut dinyatakan lulus, maka
dibuatkan sertifikat analisisnya dan bahan boleh digunakan untuk produksi. Jika
tidak lulus maka bahan tersebut harus dimusnahkan. Alur pemeriksaan bahan
baku dapat dilihat pada Lampiran 6.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk blister, alufoil untuk blister, cold forming foil, botol, dan tube
aluminium.
b. Bahan pengemas sekunder (Secondary Packaging Materials), yaitu bahan
pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya, seperti
folding box, packing insert, label, dan lain-lain.
Sebelum bahan dipesan, film untuk bahan pengemas tercetak disiapkan
berdasarkan artwork yang disetujui. Setelah bahan pengemas dipesan, bagian ini
akan melakukan sampling terhadap bahan pengemas yang datang. Pada waktu
pengambilan contoh kemasan primer, dilakukan di ruang sampling di bawah LAF.
Untuk kemasan sekunder pemeriksaannya dapat langsung dilakukan di gudang.
Pengambilan contoh (sampling) kemasan dilakukan secara random sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Pemeriksaan packaging material meliputi pemeriksaan
terhadap primary packaging material, packing insert, dan folding box. Hasil
pemeriksaan dicatat di CHP dan proses selanjutnya sama dengan proses terhadap
bahan baku. Sejumlah contoh bahan pengemas primer yang telah lulus disimpan
sebagai contoh pertinggal sesuai dengan ketentuan lengkap dengan identitasnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
water melebihi alert dan action limit yang telah ditentukan, maka tindakan
selanjutnya adalah menerbitkan OOS dan FIR, dengan melakukan evaluasi
secara sistematis dan menyelidiki dimana, kapan, dan apa penyebab
penyimpangan tersebut.
Universitas Indonesia
Pada umumnya pemeriksaan stabilitas tipe 0, I, II, dan III dilakukan oleh
mother plant, sedangkan tipe IV dan V dilakukan oleh Jakarta Site. Perubahan
yang dimaksud pada uji stabilitas tipe V ada dua jenis yaitu minor changes dan
major changes. Perubahan kecil (minor changes) merupakan perubahan yang
tidak memberikan dampak berarti pada kestabilan obat, contohnya perubahan
kecil pada sintesa bahan aktif, perubahan jumlah bahan pembantu sesuai dengan
kisaran tertentu yang telah dipersyaratkan, perubahan pemasok bahan pembantu,
dan lain sebagainya. Perubahan besar (major changes) merupakan perubahan
yang secara potensial dapat memberikan dampak terhadap kestabilan obat,
contohnya setiap perubahan baik kualitatif maupun kuantatif dari setiap bahan
pembantu yang sedikit mengubah sifat obat, perubahan pemasok bahan aktif, dan
lain sebagainya. Pembagian iklim, tipe pemeriksaan, kondisi penyimpanan dan
waktu pemeriksaan pada uji stabilitas dapat dilihat pada Lampiran 8. Parameter
pemeriksaan stabilitas yang dilakukan meliputi pemeriksaan wadah seperti
keadaan botol, keutuhan segel, kondisi label, dan lain-lain; dan pemeriksaan sifat
fisik dan kimia yang meliputi pemerian, berat rata-rata obat, waktu hancur,
kekerasan, kadar air, keseragaman kadar, kemurnian, pH, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
4.2.1 Processing
Kegiatan di bagian Processing secara umum dibagi menjadi dua yaitu
pengolahan untuk produk solid (tablet polos dan tablet salut selaput) dan
pengolahan untuk produk semi solid (cream, ointment, suppositoria, dan ovule).
Kegiatan ini berlangsung di kawasan kelas 3. Karyawan di kawasan kelas 3
memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih, dan sepatu putih dan biru
muda. Bangunan di bagian produksi PT Aventis Pharma Indonesia memiliki
rancang bangun yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan
pemeliharaan, serta dilengkapi sarana kerja yang memadai sehingga dapat
menghindari terjadinya kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi
mutu obat, keselamatan, dan kesehatan kerja karyawan. Bangunan juga didesain
untuk melindungi kegiatan maupun produk dari pengaruh cuaca, banjir, dan
rembesan air tanah. PT Aventis Pharma Indonesia mengacu pada standar GMP
tertinggi dari Amerika, Jepang, dan Eropa yang terdapat dalam standar GMP dari
Aventis Pharma induk (Mother Company) yang dikenal sebagai Aventis Global
Guidelines. Standar ini secara berkala selalu diperbaharui dan ditingkatkan dalam
rangka meningkatkan kualitas proses dan produk yang dihasilkan oleh PT Aventis
Pharma Indonesia. Bangunan PT Aventis Pharma Indonesia di ruang produksi,
sebagian gudang, dan QC memiliki konstruksi sebagai berikut:
a. Dinding: Hebel, yaitu batu bata putih ringan, anti api, diplester dengan
campuran pasir dan semen dan cat dinding epoksi.
b. Flavon/langit-langit: Eterpan board (anti api) dan cat acrylic paint.
c. Lantai: beton bertulang dan cat epoksi mortar (anti gores, anti bakteri). Pada
area kelas 3 dilapisi dengan cat epoksi sedangkan pada area kelas 2 dilapisi
dengan cat acrylic paint. Lantai epoksi bangunan merupakan lantai kedap air
yang digunakan untuk mencegah rembesan air tanah. Lantai tersebut harus
dijaga supaya tidak tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya
dan dapat menjadi tempat akumulasi debu/partikel. Upaya yang dilakukan
untuk menghindari kerusakan pada lantai antara lain dengan penggunaan
sepatu khusus yang beralaskan karet. Bentuk-bentuk sudut pada dinding,
langit-langit, maupun lantai sebaiknya dihilangkan dengan mengganti
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh
karyawan di bagian produksi.
Sebelum digunakan, ruangan di Processing harus selalu dicek agar RH <
60%, temperatur < 25°C, dan perubahan tekanan (ΔP) minimal 7,5 Pa. Untuk
memudahkan pemeriksaan kelengkapan dan kesiapan ruangan di masing-masing
bagian produksi dibuatkan check list yang dijadikan 1 berkas dengan PPI produk
yang akan dibuat. Pengecekan dilakukan oleh operator, dan ditandatangani /
disetujui oleh foreman atau Supervisor bagian produksi.
Setiap kali hendak melakukan produksi, maka dilakukan process order
(PO) untuk memesan bahan yang diperlukan berdasarkan pada formula induk (bill
of material/master recipe). PO yang diterbitkan diterima oleh warehouse yang
akan menyiapkan material yang diperlukan. Material ini didatangkan dari
warehouse melalui airlock dan disimpan sementara di material transit room.
Warehouse merupakan ruangan kelas 1 sehingga airlock tersebut dilengkapi
sistem interlock untuk meminimalkan kontaminasi ruangan produksi. Dalam
material transit room, bahan baku yang diberikan dari gudang diperiksa jumlah,
jenis, tanggal kadaluarsa, dan label released yang tertera. Selanjutnya dilakukan
pengecekan bets. Setelah itu, dilakukan batch determination pada SAP, bahwa
material sudah diambil dari batch yang dikirim. Stock adjustment dilakukan untuk
memastikan jumlah bahan yang ada. Setelah batch determination selesai, maka
PO direlease untuk kemudian dibuat Good Issue. Good Issue ini menggambarkan
jumlah barang yang benar-benar digunakan. Setelah dihasilkan bulk product,
dikeluarkan GRS untuk menginformasikan jumlah produk yang berhasil
diproduksi. Pada tahap selanjutnya dilakukan konfirmasi working hour (labour
hour dan machine hour) untuk memudahkan evaluasi terhadap produktivitas
kegiatan produksi. Setelah proses produksi selesai, maka diberi keterangan TeCo
(Technically Completed) pada sistem untuk menandai bahwa produksi produk
tersebut telah diselesaikan.
4.2.2 Packaging
Proses pengemasan berlangsung di kawasan kelas 3 dan kelas 2, yaitu
kelas 3 untuk pengemasan primer dan kelas 2 untuk pengemasan sekunder.
Universitas Indonesia
Karyawan di kawasan kelas 3 memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih,
sepatu putih dan biru muda. Karyawan di kawasan kelas 2, memakai pakaian biru
tua dan penutup kepala putih serta sepatu biru. Loker bagi karyawan yang hendak
ke area kelas 3 dan kelas 2 dibuat terpisah. Persiapan proses pengemasan perlu
dilakukan dengan seksama agar tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaan produk
ruahan dan atau bahan pengemas, salah penandaan atau cross contamination antar
produk maupun antar bets. Kegiatan pengemasan meliputi:
a. Meminta konfirmasi pemeriksaan Catatan Pengemasan Bets ke Processing
Supervisor
b. Persiapan dokumen (Prosedur Pengemasan Induk)
c. Permintaan bahan-bahan (Pengemas dan Produk Ruahan)
d. Penanganan bahan pengemas dan produk ruahan
e. Penanganan kunci lemari penyimpanan folding box dan packing insert
f. Persiapan mesin dan peralatan
g. Pemeriksaan jalur pengemasan
h. Pengawasan dalam pengemasan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Produk ruahan
Pada produk ruahan dilakukan pemeriksaan terhadap segel wadah. Wadah
bagian terluar dibersihkan dan diperiksa batas waktu pengemasan yang tertera
pada produk ruahan. Produk ruahan disimpan di bulk staging pada ruang kelas 1
sebelum dikemas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
box dimasukkan ke dalam master box dan disegel sebelum dikirim ke bagian
gudang. Sebelum masuk gudang, masing-masing master box ditimbang dengan
timbangan “Mettler Toledo” yang kapasitas maksimalnya 30 kg. Hasil
penimbangan harus memenuhi batas yang telah ditentukan. Jika tidak memenuhi
batas maka master box dibuka kembali untuk memeriksa jumlah folding box-nya.
Jika ada sisa tablet dalam blister yang tidak penuh dan dimasukkan dalam folding
box, maka sisa tablet ini dilaporkan dan kemudian dihancurkan. Sedangkan pada
master box yang tidak penuh, pada sisi luar folding box ditulis (incomplete)
jumlah isi sebenarnya.
b. Line 2 untuk pengemasan alu-alu blister
Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan primer yang semuanya terbuat
dari aluminium. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan bagian bawah
(tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan pada line ini
adalah “Uhlmann UPS 300/955”. Mesin ini mempunyai sensor mekanik yang
dapat mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk
mengemas berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Obat-obat
yang dikemas dengan menggunakan mesin ini adalah Telfast 60, Telfast 120,
Telfast 180, Telfast plus, Amaryl 1, Amaryl 2, Amaryl 3, Amaryl 4, Triatec 10,
Triatec 5, dan Triatec 2,5.
c. Line 3 untuk pengemasan PVC-alu blister
Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer menggunakan bahan dari
aluminium, PVC, atau tripleks. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan
bagian bawah (tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan
pada line ini adalah “Uhlmann B1240”. Mesin ini mempunyai kamera yang dapat
mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk mengemas
berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Obat-obat yang dikemas
dengan menggunakan mesin ini adalah Telfast 60, Telfast 120, Telfast 180,
Telfast plus, Amaryl 1, Amaryl 2, Amaryl 3, Amaryl 4, Triatec 10, Triatec 5, dan
Triatec 2,5.
d. Line 4 untuk pengisian krim ke dalam tube serta pengisian suppositoria/ovula
ke dalam rotoplast
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4. Air masuk ke dalam water softener yang di dalamnya terdapat resin. Di sini
kesadahan air (water hardness) dikurangi dengan mekanisme pengikatan
ion, sehingga kandungan ion dalam air berkurang (konduktivitas air belum
diukur). Pada proses ini diinjeksikan NaCl sebagai pengikat ion, ion positif
akan diikat oleh Na+ dan sebaliknya oleh Cl-. Terdapat 2 tanki softener
pada proses ini, di dalamnya terdapat resin (mediator pengikat ion) yang
perlu diregenerasi secara berkala. Dua tanki softener bertujuan untuk
meringankan beban kerja (1 tanki sudah dapat memberikan kontribusi
100%, dengan adanya 2 tanki beban kerja itu dibagi). Ketika tanki 1
diregenerasi maka katup pada tanki 1 tertutup dan proses softening
dilakukan oleh tanki yang lain. Air selalu mengalir dari tanki 1 ke tanki 2
karenanya perbandingan regenerasi tanki 1 dan tanki 2 adalah 3:1.
Regenerasi dilakukan dengan mencuci ion-ion yang ada pada resin (resin
berumur kerja 5 tahun). Air yang telah melalui water softener kemudian
dideteksi tingkat kesadahannya dengan residual hardness meter. Tingkat
konduktivitas air sampai tahap ini adalah sekitar 1400 μS/cm. Konduktivitas
air PAM berkisar antara 1600 μS/ cm. Air yang telah mengalami water
softening disebut soft water.
5. Soft water akan mengalir ke filter 5 μm. Disini terjadi penginjeksian sodium
bisulfit yang digunakan untuk mengikat kelebihan ion Cl maupun Cl bebas.
6. Soft water akan mengalami proses RO. Disini terjadi proses desalinasi untuk
menghilangkan kandungan garam dari soft water. Hasil RO dari soft water
disebut permeate, sedangkan sisanya (concentrate) akan dibuang. Pada
osmotron terdapat water conversion factor (WCF) yang mengatur
perbandingan soft water dan permeate menjadi 75%. Semua air buangan
yang ditampung dalam drain diolah di WWTP. Permeate memiliki nilai
konduktivitas sebesar 10 μS /cm.
7. Permeate akan mengalami electric de ionization (EDI) dalam septron. Pada
proses EDI terjadi pertukaran ion dengan bantuan stimulasi listrik (dengan
sengaja dialirkan listrik pada air, sehingga molekul akan pecah menjadi
ionion yang reaktif, selanjutnya air terstimulasi ini digunakan untuk
mencuci permeate). RO dan EDI bertujuan untuk menurunkan konduktivitas
Universitas Indonesia
air. Hasil pengolahan permeate dalam septron disebut diluted purified water
yang memiliki nilai konduktivitas sebesar 0,09 μS/cm3 (limit yang
dipersyaratkan 1,3 μS/cm3), selanjutnya air akan ditampung dalam water
tank.
8. Water tank dilengkapi dengan valve dan switch level. Jika water tank sudah
penuh akan mengaktifkan switch level untuk menutup valve, sehingga
purified water tidak masuk lagi ke dalam water tank. Air akan tersirkulasi
kembali dan bergabung dengan soft water untuk diolah kembali (WCF yang
tadinya 75% menjadi 90%). Mode operation system-nya berubah dari
operation menjadi circulation dimana volume dan kecepatan pompa diatur
(computerized). Purified water harus selalu mengalir dan kecepatan
alirannya dijaga untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
9. Purified water kemudian didistribusikan ke user points dengan loopo
distribution system. Pada sistem ini terdapat heat and cooling exchanger
yang berguna untuk mengubah suhu air sehingga sesuai dengan parameter
purified water. Suhu setelah keluar dari water tank adalah 30°C, setelah
dilewatkan dalam exchanger dan terjadi penyeimbangan kalor (asas Black)
suhu menjadi 25°C. Pendingin dalam exchanger berasal dari chilled water
(5°C).
10. Setelah beberapa waktu akan muncul lapisan biofilm di permukaan dalam
pipa, dibersihkan dengan loopo sanitation system. Air dari water tank
dipanaskan sampai 85°C selama 90 menit dalam exchanger dengan
menggunakan superheated water (120°C bertekanan 6 bar dan berwujud
cair). Ketika sanitasi dilakukan water tank berisi 24%, valve tidak boleh
dibuka, sehingga mode yang berjalan adalah sirkulasi seperti ketika water
tank penuh, chilled water valve tertutup otomatis, sementara di user points
tidak boleh ada karyawan untuk alasan HSE. Proses sanitasi di loopo system
ini dilakukan 2 kali setahun.
11. Pembersihan yang dilakukan di osmotron dilakukan dengan menggunakan
H2O2 (desinfektan) yang diinjeksikan selama 15 menit ke pipa sebelum
tanki softener, setelah air dibiarkan dalam keadaan diam selama 3 jam (ada
waktu kontak dengan permukaan pipa/wadah/RO membrane/EDI) agar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
lambat 2x24 jam setelah kejadian dan ditujukan kepada Depnaker dan
Global/Regional Aventis. Laporan tersebut berupa:
a. Immediate reporting untuk kecelakaan besar.
b. Real time reporting untuk Lost Time Injuries dan Injury Without Lost Time.
c. Monthly reporting untuk karyawan dan kontraktor.
Tim investigasi melakukan investigasi dengan sistematika sebagai berikut:
a. Melakukan evaluasi menyeluruh di tempat kejadian (situasi tempat kerja,
mesin dan alat kerja yang dipakai, prosedur kerja, dan urutan kejadian).
b. Mengambil gambar/foto sebelum tempat kejadian dibersihkan.
c. Membuat sketsa dan ukuran situasi di tempat kejadian.
d. Mencatat semua saksi dan melakukan wawancara untuk evaluasi.
Program lain dari HSE adalah:
a. Menciptakan sistem pengumpulan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang
efektif dan efisien terhadap semua bahan kimia yang dipergunakan di kawasan
Aventis Pharma
b. Menetapkan sistem yang menjamin bahwa MSDS yang tersedia adalah valid
dan MSDS yang berlaku tersebut tersimpan baik dan mudah ditemukan saat
diperlukan oleh yang membutuhkan.
Material Safety Data Sheet adalah suatu bentuk info tertulis yang pada
umumnya memuat data mengenai identifikasi produk kimia dan perusahaan
pembuat, identifikasi bahaya, pertolongan pertama pada kecelakaan, langkah
penanganan bila terbuang ke lingkungan secara tidak sengaja, penanganan dan
penyimpanannya, serta pengendalian pemaparan dan perlindungan dari personel.
Selain itu MSDS juga berisi data mengenai sifat-sifat fisika dan kimia bahan,
stabilitas dan reaktivitas, toksikologi, dan informasi lainnya. Alur pengumpulan
dan penyimpanan MSDS bahan produk Aventis Pharma dapat dilihat pada
Lampiran 10.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1) Limbah dari office building 1 dan 2 akan masuk ke dalam septic tank,
kemudian airnya dialirkan masuk ke Collecting pit (CP) 1. Limbah dari
Multi Purpose Building (MPB), Quality control (QC), dan Workshop akan
masuk septic tank, kemudian airnya dialirkan masuk CP 2. Limbah dari
factory masuk ke dalam septic tank kemudian airnya dialirkan ke CP 3. Air
dari CP 1, CP 2, dan CP 3 akan masuk dengan menggunakan switch level,
jika tinggi permukaan cairan di masing-masing CP sudah mencapai batas
maka pompa akan secara otomatis mengalirkan cairan ke equalization tank
(di atasnya terdapat perforated screen/penyaring kotoran seperti daun,
plastik, dan lain-lain).
2) Di equalization tank, dimana air dengan berbagai konsentrasi dan kondisi
dari ketiga collecting pit tersebut mengalami ekualisasi sehingga parameter
variatif dapat disetarakan untuk meringankan beban aerasi. Kapasitas
equalization tank adalah 50 m3 dan aliran yang terjadi per harinya adalah
100 m3, proses ini memakan waktu 8 jam, sementara total pengolahan air
adalah 24 jam.
3) Selanjutnya, air masuk ke dalam aeration tank dengan menggunakan switch
level dimana terjadi aerasi untuk memberikan udara (oksigen) yang cukup
bagi bakteri pengurai (sebagai syarat aerasi) dan menghilangkan bau. Dalam
proses aerasi ini digunakan proses biologik aerobik dengan menggunakan
bakteri aerob (pembiakan bakteri sebesar 50 m3 yang dibiakkan dan
dibiarkan selama kurang lebih 10 jam).
4) Selanjutnya aliran limbah menuju sedimentation tank. Bakteri yang mati,
kotoran, tanah, partikel padat akan tersedimentasi (proses overflow tanpa
pompa) menjadi sludge dan diendapkan dalam sedimentation tank yang
berbentuk kerucut di dasar, sludge mengendap ke bawah sementara air
bersih berada di atas. Dari sedimentation tank, air akan dialirkan ke clean
water tank yang sebelumnya telah mengalami klorinasi dengan hipoklorit
NaOCl 12% untuk membunuh sisa bakteri yang belum tersedimentasi
(kecepatan tetesan diatur) kemudian dialirkan ke sungai. Sebelum air
dibuang ke sungai, harus dilakukan pemeriksaan BOD, COD, pH, total
nitrogen, TSS (Total Suspended Solid), KMnO4, antibiotika, dan kadar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
lagi. Jika ada masalah yang tidak bisa ditemukan solusinya, masalah dapat dibawa
ke rapat S&OP.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan pakaian khusus yang melindungi karyawan dari suhu ini. Ruangan ini
dikunci dengan pengawasan khusus. Pada ruangan ini terdapat alat control khusus,
dimana jika suhu di bawah 2°C atau di atas 8°C maka alarm akan berbunyi secara
otomatis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Pengeluaran barang
1) Pengeluaran bahan baku
Warehouse pharmacist/ foreman mencari dan menentukan
bahan/bets yang akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada
sistem SAP. Untuk bahan baku yang akan diproses dan bahan pengemas,
harus ada label ”RELEASED” yang disahkan dengan adanya nomor CoA
dan diparaf oleh QC Unit. Bahan yang lebih dulu waktu kadaluarsanya
(First Expired First Out/FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih
dulu dikeluarkan dan barang yang lebih dulu diterima (First In First
Out/FIFO) merupakan pilihan kedua. Bilamana kedua hal di atas sama
maka bahan dalam jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu.
Petugas mengambil bahan yang disimpan dengan mencari alamat di
address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai dengan material list yang
diterima dari bagian produksi (satu pallet diperuntukkan satu PO). Dari
hasil catatan lakukan posting transfer dari warehouse oleh warehouse
pharmacist atau wakilnya ke Production Supply Area (PSA). Penyerahan
bahan hanya dapat dilakukan atas permintaan Supervisor atau foreman
dengan menyertakan transfer slip yang telah ditandatangani oleh
pelaksana dan mendapat paraf Supervisor dan foreman.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pilihan kedua. Bilamana kedua hal di atas sama maka bahan dalam
jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih dahulu. Surat jalan dibuat dan
diparaf oleh Warehouse pharmacist/ wakilnya untuk menyerahkan
produk jadi yang bersangkutan ke distributor. Di sini dilakukan
pemeriksaan jumlah dan nomor betsnya.
Pengiriman produk jadi ke distributor/ ekspor selama perjalanan
harus memperhatikan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan. Untuk
produk yang harus disimpan pada suhu 2°-8°C dikemas pada box dari
styrofoam dan ditempatkan pada ice packed atau menggunakan sarana
transportasi yang memiliki fasilitas pendingin sehingga persyaratan suhu
terpenuhi.
4) Pengeluaran bahan di luar keperluan produksi dan penjualan
Pengeluaran bahan untuk keperluan di luar produksi dan penjualan
harus dibuat material request form yang disahkan oleh Supervisor atau
kepala departemen dari departemen yang bersangkutan termasuk
pengeluaran bahan Operating Supplies (OS) yang digunakan untuk
keperluan produksi atau produk jadi untuk contoh pertinggal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
i. Penanganan limbah
Limbah pabrik diberi identitas dan status (untuk dimusnahkan) dan
disimpan di tempat penyimpanan limbah. Limbah dan rejected material hanya
boleh disimpan di waste/rejected area maksimal 90 hari dan selanjutnya harus
sudah dimusnahkan atau dikirim ke PPLI.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pasar industri farmasi di Indonesia saat ini terus berkembang, dapat dilihat
dengan semakin bertumbuhnya industri farmasi baru, baik besar maupun kecil,
baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang ingin ikut bermain dalam bidang ini. Semakin banyak pesaing tentu
akan meningkatkan persaingan dalam merebut pangsa pasar dan hal ini
menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih produk. Persaingan
produk dapat berupa persaingan kualitas, harga, ketersediaan produk maupun
variasi produk.
Industri farmasi harus selalu mengacu pada Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Berdasarkan CPOB, kualitas obat tidak hanya ditentukan oleh produk akhir,
namun harus dibangun ke dalam produk (built in quality). Untuk memenuhi hal
tersebut, maka seluruh aspek yang berkaitan dengan proses pembuatan obat harus
terpantau dengan cermat dan terkendendali. Aspek-aspek yang turut menentukan
mutu obat antara lain bahan awal, proses pembuatan, pengawasan mutu,
bangunan, peralatan yang dipakai, sampai pada personalia yang terlibat dalam
proses pembuatan
PT Aventis Pharma merupakan salah satu Industri Farmasi yang telah
beroperasi di Jakarta dan memproduksi produk-produk farmasi sejak Agustus
1972, telah melalui empat kali proses penggabungan. Proses yang terakhir tersebut
adalah antara PT Aventis Pharma Indonesia dengan PT Sanofi Synthelabo dengan
nama baru Sanofi Group. PT Aventis Pharma berkewajiban memenuhi ketentuan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB dan ditindaklanjuti dengan
ditetapkannya SK Dirjen POM No. 05411/A/SK/XII/1989 tentang penerapan
CPOB di industri farmasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa
produk obat yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Universitas Indonesia
e. Dokumentasi
Semua kegiatan yang dilakukan dalam penerapan CPOB tersebut, harus
selalu dicatat atau didokumentasikan sebagai bukti bahwa hal tersebut memang
benar telah dilakukan.
PT Aventis Pharma telah memenuhi kelima pilar CPOB tersebut dalam
setiap tahapan yang berhubungan dengan proses pembuatan obat. Untuk
meyakinkan hal ini maka dapat dilihat secara garis besar melalui aspek hardware,
software dan humanware yang tervalidasi dan terkualifikasi. Hardware terdiri dari
equipment (peralatan), facility (bangunan), dan utility (air, listrik, AHU system).
Setiap peralatan, bangunan, ruangan, bahan baku, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses pembuatan obat telah ditetapkan terlebih dahulu
spesifikasi dan persyaratan yang diinginkan sebelum pengadaannya. Indikator dan
sensor – sensor yang menjadi parameter pada peralatan, bangunan, dan ruangan
telah dikalibrasi secara berkala. Peralatan, bangunan, dan ruangan dipastikan
memenuhi persyaratan melalui proses kualifikasi dan validasi, sedangkan bahan
baku dipastikan memenuhi persyaratan melalui pengujian di Quality Control.
Hardware ini tidak bisa berjalan apabila tidak ada software sehingga
diperlukan adanya software seperti prosedur tetap, manual instruction, dan lain –
lain. Selain itu, terdapat humanware yaitu personel atau manusia yang juga harus
dikendalikan agar dapat menjamin kualitas produk tetap dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, industri farmasi harus menyediakan personel yang memenuhi
kualifikasi tertentu serta terlatih melalui program pelatihan berkesinambungan dan
seluruh prosedur tetap yang berlaku harus dilatihkan terlebih dahulu kepada
karyawan. Proses pelatihan, kualifikasi, validasi, spesifikasi dan lainnya yang
berkaitan dengan mutu obat didokumentasikan dengan baik dan benar pada
departemen Quality Assurance sehingga apabila diperlukan adanya proses
investigasi dan penelusuran bukti dokumen dapat mudah dilakukan.
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Sebagaimana telah
ditetapkan dengan keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.3.0027 Tahun 2006
tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Tahun 2006
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor
HK.03.01.23.09.10.9030 Tahun 2010 sudah tidak sesuai dengan perkembangan
Universitas Indonesia
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pembuatan obat dan bahan obat. Oleh
karena itu ditetapkan Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195
Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Tahun
2012.
PT Aventis Pharma telah mendapatkan Sertifikat CPOB untuk seluruh
produk atau bentuk sediaan yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
aspek CPOB yang tertuang di dalam Pedoman CPOB telah dipenuhi oleh PT
Aventis Pharma Indonesia. Aspek CPOB ini telah dilakukan secara menyeluruh
terhadap setiap tahapan dari proses pembuatan obat mulai dari pemilihan pemasok
bahan awal sampai penilaian terhadap distributor yang akan menyalurkan produk
PT Aventis Pharma hingga ke tangan konsumen. Berikut ini adalah hasil
pengamatan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (02 September – 31 Oktober
2013) mengenai penerapan 12 aspek CPOB 2012 di PT Aventis Pharma.
Universitas Indonesia
pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait
pada perlindungan pasien, dan juga tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari
proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
Berdasarkan pengamatan selama PKPA, PT Aventis Pharma telah
menerapkan aspek manajeman mutu yang meliputi pengawasan dan pemastian
mutu dengan konsep dasar CPOB. Dalam struktur organisasi PT Aventis Pharma,
terdapat IQC Departement yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu
menyeluruh dalam arti pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan sejak
bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In Process Control/IPC), sampai
dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian terhadap
pemasok dan distributor. Penerapan sistem manajemen resiko mutu pada PT.
Aventis Pharma belum sepenuhnya diterapkan.
5.2 Personalia
Industri farmasi hendaklah memiliki personel yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai sehingga tiap personel tidak
dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap
mutu obat. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi dengan
pembagian tugas spesifik dan kewenangan dari masing-masing personel sehingga
tidak terjadi tumpang tindih dalam penerapan CPOB. Berdasarkan CPOB,
personalia dalam industri farmasi harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan sesuai dengan tugasnya, juga memiliki kesehatan mental dan fisik
yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Selain itu
mereka harus mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB.
Dalam melaksanakan sistem manajemen mutu, PT. Aventis Pharma
didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. SDM
dikelompokkan dalam bidang-bidang tertentu dan memiliki tugas serta tanggung
jawab masing-masing. Dari struktur organisasi (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa
Production Departement dan IQC Departement masing-masing dipimpin oleh
apoteker yang berbeda dan tidak saling bertanggung jawab satu dengan yang lain
dan memiliki wewenang serta tanggung jawab yang penuh dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk meminimalkan terjadinya pengotoran oleh partikel debu yang terbawa oleh
karyawan. Di area produksi terdapat empat ruang transit, yaitu:
1. Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian processing
yang ada di area kelas 3.
2. Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan primary packaging
material dari gudang ke bagian pengemasan primer yang ada di area kelas 3.
3. Ruang transit 3 untuk mengirim secondary packaging material dari gudang
ke bagian pengemasan sekunder di area kelas 2.
4. Ruang transit 4 untuk mengirim finished product dari bagian packaging di
area kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan.
5.4 Peralatan
Semua peralatan di PT Aventis Pharma memiliki dokumen kualifikasi,
prosedur tetap untuk operasional, pembersihan dan pemeliharaan, serta log book
untuk kalibrasi dan pemakaian alat. Peralatan-peralatan tersebut ditempatkan
dengan benar sehingga memudahkan pembersihan, perawatan dan perbaikan.
Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga
dibersihkan secara teratur, sesuai prosedur pembersihan alat yang dirinci dalam
prosedur tetap, untuk mencegah kontaminasi yang dapat merubah identitas,
kualitas atau kemurnian suatu produk. Untuk proses pembersihan alat-alat
Universitas Indonesia
produksi, dilakukan sendiri oleh operator alat tersebut. Pada pembersihan ruangan,
PT Aventis Pharma melakukan kerja sama dengan perusahaan out source cleaning
service.
Validasi pembersihan dilakukan pada setiap peralatan yang critical untuk
menyediakan verifikasi bahwa prosedur pembersihan tersebut reprodusibel. Tiap
peralatan utama diberi nomor identifikasi. Nomor tersebut dipakai pada semua
instruksi kerja dan pada catatan pengolahan dan pengemasan bets yang
menunjukkan bahwa alat tersebut digunakan pada proses tertentu. Seluruh
peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi terlebih dahulu
meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Cara
kualifikasi di PT. Aventis Pharma telah diuraikan dalam prosedur tetap kualifikasi
peralatan. Setiap peralatan yang digunakan selalu dilengkapi catatan yang
menerangkan pemeliharaan, penggunaan, kalibrasi, dan perbaikan dalam satu
kesatuan pencatatan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur,
menguji, dan mencatat selalu diperiksa ketelitiannya secara teratur dan dikalibrasi
berdasarkan jadwal dan prosedur tetap kalibrasi. Setiap peralatan yang akan
digunakan untuk pengujian harus dipastikan bahwa jadwal kalibrasi peralatan
tersebut masih berlaku, sehingga hasil yang diperoleh dari pengujian
menggunakan peralatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan menunjukkan
hasil yang sebenarnya. Untuk peralatan yang digunakan untuk proses
produksiobat, sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu bahwa alat
tersebut telah dibersihkan sebelumnya dan telah diberi label “BERSIH”. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kontaminasi produk oleh produk yang dibuat
sebelumnya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pelindung badan yang bersih, dan juga alat pelindung diri seperti masker, sarung
tangan dan kacamata. Masker, sarung tangan, dan kaca mata yang digunakan
memiliki spesifikasi yang berbeda-beda untuk setiap produk. Spesifikasi
perlengkapan pelindung diri untuk setiap produk yang sedang diproduksi pada
suatu rungan tertentu tercantum pada bendera produksi yang ditempel di depan
ruang produksi produk tersebut. Personel yang bekerja pada bagian processing
menggunakan pakaian seragam (biru muda) sedangkan personel yang bekerja di
ruang packaging menggenakan seragam kerja (biru tua). Perlengkapan ini
dikenakan di gowning room sebelum karyawan memasuki daerah produksi atau
laboratorium. Pada gowning room di daerah produksi terdapat wastafel untuk
mencuci tangan.
Kegiatan makan dan minum tidak boleh dilakukan di daerah produksi dan
laboratorium. Bagi karyawan yang ingin makan dan minum dapat melakukan
kegiatan makan dan minum di kantin. Personel yang hendak meninggalkan area
pekerjaannya, seperti makan siang, mereka harus mengganti pakaiannya dengan
pakaian yang mereka pakai dari rumah dengan mengikuti prosedur kebalikan dari
prosedur di atas. Ruangan-ruangan dan lemari untuk menyimpan pakaian bekerja
yang bersih termasuk sepatu diatur sesuai dengan prosedur tetap yang ada.
Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) disimpan
dalam wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau
disterilisasi.
Di PT Aventis Pharma, bangunan dilengkapi dengan toilet, tempat cuci
tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja
karyawan. Bagi karyawan yang hendak ke toilet, maka karyawan tersebut tidak
boleh mengenakan pakaian dan sepatu pabrik. Semua peralatan yang digunakan,
dibersihkan menurut prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih. Sebelum dipakai, kebersihannya harus selalu diperiksa
ulang. Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan dan sanitasi disimpan dengan
baik. Selain itu, prosedur sanitasi dan higiene dievaluasi secara berkala untuk
memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan
selalu memenuhi persyaratan. Selain itu, pakaian kerja kotor dan lap pembersih
Universitas Indonesia
kotor (yang dapat dipakai ulang) disimpan dalam wadah tertutup hingga saat
pencucian.
5.6 Produksi
Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB agar dapat menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi). Mutu obat yang dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil akhir
analisa obat tetapi juga ditentukan sejak kedatangan material hingga proses
produksi selesai, sehingga ada prosedur baku untuk tiap langkah proses beserta
persyaratan yang harus diikuti seperti yang tercantum dalam prosedur pengolahan
induk dan prosedur pengemasan induk, sehingga mutu obat yang diproduksi dapat
terjamin dan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Pembelian bahan awal
hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan,
dan bila memungkinkan, langsung dari produsen.
Selama rekonsiliasi ditemukan perbedaan yang signifikan atau tidak
normal antara jumlah produk ruahan dan bahan pengemas cetak dibandingkan
terhadap jumlah unit yang diproduksi, maka sebelum diluluskan dilakukan
investigasi dan pertanggungjawaban.
Industri farmasi menyiapkan harus memiliki prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis.
Di PT Aventis Pharma, pembelian bahan awal hanya dari pemasok yang
telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua bahan awal yang
digunakan dalam kegiatan produksi telah dinyatakan lulus oleh QC Unit.
Pemindahan barang dari gudang ke area kelas 2 dan kelas 3 melewati ruang transit
material menggunakan sistem airlock untuk menghindari pencemaran ke area
produksi. Sebelum proses pengolahan, dilakukan check list terhadap suhu,
kelembaban dan tekanan udara dan semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat.
Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus diperiksa sebelum
Universitas Indonesia
digunakan. Selain itu juga dilakukan line clearance untuk mencegah mix up dari
produk sebelumnya.
Selama proses produksi maupun pengemasan selalu dilakukan In Process
Control (IPC) sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilaksanakan
melalui kerjasama antara Production Department dengan QC Unit. Parameter
yang diperiksa selama proses IPC pada setiap produk memiliki rentang hasil dan
jenis pemeriksaan yang berbeda. Rentang hasil dan jenis pemeriksaan produk,
tercantum dalam prosedur pengolahan induk yang bersangkutan. Selama proses
IPC, dilakukan evaluasi parameter-parameter kritis, diantaranya adalah
keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan lain-lain. Sampling
dilakukan oleh Production Department, sedangkan pemeriksaannya dilakukan
bersama-sama oleh bagian produksi dan QC. Production Department hanya
melakukan pemeriksaan keseragaman bobot, keregasan, kekerasan, dan waktu
hancur, sedangkan pemeriksaan kadar zat aktif tablet dan uji disolusi dilakukan
oleh QC. Pemeriksaan oleh Production Department dilakukan di ruang IPC yang
terletak di dalam pabrik dan dilakukan oleh opertaor yang sedang memproduksi
produk tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaaan IPC, maka opertaor akan
menuliskan hasil pemeriksaannya pada prosedur pengolahan induk dan
menempelkan print out mesin sebagai bukti bahwa operator telah melakukan
pemeriksaan. Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan oleh QC dilakukan pada
laboratorium QC yang terletak di luar pabrik.
Apabila pada suatu proses ditemukan adanya kelainan atau kegagalan
maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan. Proses pengemasan
dilakukan di dua kelas, yaitu pengemasan primer dilakukan di area kelas 3,
sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di area kelas 2. Proses pengemasan
dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat untuk menjamin identitas, keutuhan,
kelengkapan, dan kualitas produk yang telah dikemas. Sebelum pengemasan
dimulai, dipastikan bahwa peralatan dan ruangan atau jalur pengemasan dalam
keadaan bersih dan bebas dari produk lain yang tidak diperlukan dalam
pengemasan. Penandaan pada label, dus ataupun komponen lain dengan nomor
bets, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi secara ketat pada setiap tahap
pengemasan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pengaman seperti masker, kacamata, dan sarung tangan yang disesuaikan dengan
keperluannya. Di laboratorium kimia, pereaksi yang dibuat diberi label yang
sesuai, seperti nama pereaksi, konsentrasi, waktu pembuatan, batas waktu
penggunaan dan tanda tangan analis yang membuat pereaksi yang bersangkutan.
Dengan demikian identitas seluruh pereaksi yang digunakan dapat
diketahui dengan jelas guna menjamin kebenaran hasil pengujian. Selain itu,
terdapat pula baku pembanding yang disimpan secara rapi menurut kondisi
penyimpanannya. Pengawasan mutu terus dilakukan meskipun proses produksi
telah selesai dilaksanakan yang diwujudkan dalam bentuk pemeriksaan hasil akhir
dari masing-masing tahapan proses. Pemeriksaan ini dilakukan oleh QC yang
didasarkan pada CoA yang menyertai pengiriman produk dan spesifikasi yang
ditetapkan oleh PT Aventis Pharma. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Catatan
Hasil Pemeriksaan (CHP) dan pengesahan status produk dilakukan oleh QC
Supervisor.
QA Unit harus dapat menjamin bahwa obat yang dibuat dan dipasarkan
telah memenuhi persyaratan CPOB, HSE dan Global Quality Standard. Mutu
produk tidak hanya diperoleh dari serangkaian pengujian yang dilakukan terhadap
produk akhir tetapi mutu harus dibentuk ke dalam produk sejak awal. Oleh karena
itu, QA selalu mengontrol setiap langkah dalam proses produksi, melakukan
analisa bila terjadi kegagalan, serta melakukan audit terhadap supplier dan semua
aspek yang mempengaruhi mutu produk.
Setelah dipasarkan, dilakukan pengawasan mutu dengan melakukan
stabilitas on-going yang bertujuan untuk memantau mutu obat selama masa edar,
dengan jumlah bets dan frekuensi pengujiannya adalah minimal satu bets per
tahun dari produk yang dibuat untuk tiap kekuatan. Selain itu, sampel pembanding
dan sampel pertinggal yang digunakan untuk uji stabilitas ini harus dipisahkan.
Pada PT. Aventis Pharma hal tersebut sudah diterapkan.
Universitas Indonesia
sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan. Kegiatan ini harus
dilakukan secara teratur untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara kontinu.
Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim auditor yang kompeten serta
memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis.
Dengan adanya inspeksi diri, maka dapat dilakukan perbaikan terus menerus
terhadap berbagai kelemahan dan memacu setiap departemen untuk selalu
menerapkan dan meningkatkan kesadaran CPOB pada setiap personel.
Standar yang digunakan untuk inspeksi adalah Quality Manual Aventis,
GMP Internasional, serta CPOB yang ada di Indonesia. Semua prosedur, catatan,
dan laporan inspeksi diri di PT Aventis didokumentasikan dan disimpan oleh QA
Unit. Laporan inspeksi ini selanjutnya dilaporkan kepada IQC Manager. IQC
Manager akan mengevaluasi laporan dan menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang dimasa mendatang
(Corrective Action Plan). Laporan inspeksi selanjutnya juga dilaporkan kepada
Aventis Pharma Global yang selanjutnya akan melakukan penilaian terhadap PT
Aventis Pharma Indonesia.
Universitas Indonesia
Department. Tindak lanjut dari keluhan tersebut dapat berupa penggantian produk
atau penarikan produk.
Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) dilakukan bila ditemukan ada
produk obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan
adanya efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan
obat jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas
obat tidak baik) atau keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan
farmasi). PKOJ harus dilakukan segera setelah evaluasi laporan dan bila perlu
setelah didapatkan hasil pemeriksaan contoh pertinggal (retained sample) di
laboratorium QC. PKOJ diselidiki hingga tingkat mana produk tersebut ada pada
jaringan distribusi. Tingkat PKOJ ditentukan berdasarkan luas dan jauhnya obat
jadi tersebut beredar di pasaran, yakni:
a. Tingkat I : bila obat baru mencapai distributor pusat.
b. Tingkat II : bila obat sudah mencapai sub-distributor (di daerah).
c. Tingkat III : bila obat sudah didistribusikan dan sudah mencapai sarana
pelayanan obat seperti apotek, rumah sakit, poliklinik dan toko obat.
d. Tingkat IV : bila obat sudah didistribusikan secara luas dan telah mencapai
konsumen seperti dokter, serta pemakai akhir yaitu pasien.
Untuk mempermudah pelaksanaan PKOJ, PT Aventis Pharma melakukan
audit kepada distributor yang akan dipilih. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu
produk PT Aventis Pharma agar setelah keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya
saat sampai ke konsumen. Salah satu penilaiannya adalah distributor harus
mempunyai suatu sistem distribusi yang baik artinya mengetahui kemana saja
produk tersebut didistribusikan.
Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan
dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor) dan dikembalikan ke gudang
PT Aventis Pharma dengan alasan masalah keabsahan maupun salah kirim,
penarikan produk dan atau pack size dari pasaran, kerusakan obat atau
pengemasnya selama pengiriman atau penyimpanan dan kelainan dari segi
kualitas obat maupun bahan pengemasnya. Obat yang sudah kadaluarsa di
distributor dan dikembalikan ke PT Aventis Pharma tidak termasuk dalam
penggolongan obat kembalian karena pada prinsipnya PT Aventis Pharma tidak
Universitas Indonesia
menerima pengembalian obat yang sudah kadaluarsa. Ada prosedur tetap dalam
menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah
obat tersebut dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Obat kembalian disimpan di
gudang pada tempat khusus dan menunggu keputusan QC, apakah akan dikemas
ulang, di-rework, atau dimusnahkan. Obat kembalian yang tidak dapat diolah
kembali akan dimusnahkan dan dibuat Berita Acara Pemusnahan.
5.10 Dokumentasi
Salah satu hal yang sangat fundamental dalam pengoperasian suatu
perusahaan farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB adalah dokumentasi.
Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaknya mengutamakan
tujuannya yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Dokumentasi ini diperlukan pula untuk
memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas
mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan, sehingga memperkecil risiko
kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Hal ini dikarenakan sistem dokumentasi menggambarkan riwayat lengkap dari
setiap bets atau lot suatu produk, sehingga memungkinkan penyelidikan serta
penelusuran terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan. Selain itu, sistem
dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian kondisi
lingkungan, perlengkapan, dan personalia.
Semua kegiatan di setiap departemen PT Aventis Pharma sudah memiliki
dokumentasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan fungsi dan tugasnya
masing-masing. Semua dokumen disahkan oleh departemen terkait, atas
persetujuan IQC Department. Semua dokumen mempunyai sistem penomoran
yang memudahkan penelusuran apabila diperlukan, dan dijaga agar selalu aktual
sehingga setiap dokumen ditinjau ulang secara berkala atau dilakukan perbaikan
bila diperlukan yang diatur dalam protap penanganan dokumen. Protap asli
disimpan, didistribusikan dan dipantau jika sewaktu-waktu terjadi perubahan oleh
QA Unit. Segala bentuk modifikasi terhadap dokumen dikendalikan melalui
prosedur change control. Semua dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan
dan isi, serta semua dokumen harus dijaga dan didistribusikan secara confidential.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.1 Kesimpulan
PT Aventis Pharma telah menerapkan setiap aspek CPOB dengan baik
dan mengacu pada GMP internasional dan Aventis Global Standard dalam hal
menjamin kualitas produk yang dihasilkan. Apoteker memiliki peranan penting di
industri farmasi sebagai pendorong dan pengarah dalam penerapan CPOB, serta
yang berkaitan dengan mutu obat terutama pada posisi kunci, yaitu di bidang
manufacturing (Production Department) dan pengawasan mutu (Industrial
Quality and Compliance Department). PT Aventis Pharma telah memaksimalkan
peran apoteker dengan baik pada posisi kunci.
6.2 Saran
6.2.1. Penerapan setiap aspek CPOB di PT Aventis Pharma perlu terus
dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk
yang dihasilkan. Peningkatan kesadaran para karyawan akan pentingnya
penerapan CPOB dalam segala aspek.
6.2.2. Perlunya pengembangan sistem peralatan pada bagian Packaging area dari
manual system ke otomatic system sehingga pekerjaan menjadi lebih
efektif dan efisien.
6.2.3. Sebaiknya setiap karyawan fokus mengerjakan jobdesk-nya masing –
masing sehingga menghindari terjadinya double job dan jam kerja menjadi
lebih efektif.
Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap IQC Department : Quality Assurance &
Quality Control Unit. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, Edisi 2006. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Kelas Jumlah cemaran mikroorganisme Jumlah cemaran Perbedaan Pergantian Suhu Kelembaban
(beroperasi) partikel tekanan udara
Sampel Sedimentasi Swab test/ HIAC ROYCO 245 A udara
udara rodac
plate
Limit Limit Limit Tidak Beroperasi Pa Kali per °C % RH
(koloni/ (koloni/ m3) (koloni/ beroperasi jam
m3) m3)
≥ 0,5 µm ≥ 5,0 µm
Kelas ≤ 500 ≤ 100 ≤ 80 3.500.000 20.000 ≥ 7,5 ≥ 10 19 -25 30 - 60
3
Kelas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak ≥0 Sesuai 19 -25 Sesuai
2 ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan kebutuhan kebutuhan
Kelas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak - Sesuai Sesuai Sesuai
1 ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan ditetapkan kebutuhan kebutuhan kebutuhan
Universitas Indonesia
Tabel 2. Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water dan purified water MilliQ
Potable water Purified water Purified water MilliQ - plus
Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi
Pemerian Larutan Pemerian Larutan jernih, Pemerian Larutan jernih,
jernih, tidak tidak berwarna, tidak berwarna,
berwarna, tidak berbau, tidak berbau,
tidak berbau, dan tidak berasa dan tidak berasa
dan tidak
berasa Larutan harus Partikel Larutan harus
jernih bebas jernih bebas
Konduktivitas 1,3 µS/cm Partikel partikel partikel
5 -7 pH 5-7
Jumlah zat ≤ 1000ms/L
terlarut pH 1,3 µS/cm Konduktivitas 1,3 µS/cm
Timbal ≤0,05mg/ml
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 7. karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap impuritas dan
prosedur penetapan kadar
Keterangan :
(-) Tidak dipersyaratkan.
(+) Dipersyaratkan.
(1) Dalam hal telah dilakukan test reprodusibiltas, maka presisi intermediat tidak
dipersyaratkan.
(2) Kekurangan spesifisitas dari salah satu prosedur analisis dapat dikompensasikan dengan
prosedur analisis yang lain yang dapat menunjang.
(3) Hanya diperlukan pada kasus tertentu.
*) Hanya untuk mengetahui kadar zat terlarut.
Universitas Indonesia
President Director
Executive Assistant
National Sales
Head of Marketing
Director
Head of Commercial
Human Resources Director
Excellence & Business Devt
Universitas Indonesia
Vice President
Industrial Affairs,
APJ Region
Executive
Plant Director
Assistant
IA HR Manager IA Controlling
Head of Country
Industrial Quality Procurement
& Compliance Head
Technical
Head of Logistics
Services Manager
Production
HSE Manager
Manager
Universitas Indonesia
IQC Admin
Assistant
QC Supervisor QA Manager
Microbiology
Analyst QC Analyst
QA Officer QA Officer
QC Analyst QC Analyst
QA Officer QA Officer
QC Analyst QC Analyst
QC Analyst QC Officer
QC Sampler QC Sampler
Universitas Indonesia
Hasil TMS
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
OK
Label “Quarantine”
Pengambilan Contoh
OOS
Released
Penyelidikan
-Label Released
-Pemindahan Bahan Baku
dari area karantina ke area Perbaikan
released
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Persyaratan Jumlah Bakteri, Total Koliform, dan Koliform Tinja pada
Masing-masing Jenis Air
No. Jenis Air Air PAM Portable Purified MiliQ-
Cemaran Sumur Water Water plus
1. Jumlah Tidak 100 100 100 100
bakteri ditetapkan (kol/ (kol/ml) (kol/ml) (kol/ml)
ml)
2. Total <10 0 (kol/ml) 0 (kol/ml) - -
koliform
3. Koliform - - 0 (kol/ml) - -
tinja
Keterangan:
1. Air sumur adalah air yang diperoleh langsung dari sumur artris tanpa
pengolahan awal. Air sumur diperiksa setiap 6 bulan sekali.
2. Air PAM adalah air yang berasal dari olahan PAM city water. Air PAM
diperiksa setiap 1 bulan sekali.
3. Potable water adalah air yang diperoleh dari pengolahan air sumur/PAM. Air
ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk purified water. Potable water
diperiksa setiap 1 bulan sekali.
4. Purified water adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan potable
water dengan cara deionisasi, reverse osmosis, polishing (mixed bed procedure),
electro-deionisasi/kombinasi, reverse osmosis dengan electrto-deionisasi.
Purified water diperiksa setiap 1 minggu sekali.
5. Purified water MiliQ-Plus adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan
purified water dengan alat MiliQ-Plus.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Potable water or
W ell water
T,C
F T OC
Circulation Superheated
Pump Water
Cooler / Chilled Water
H2O2 for NaCL for Sodium NaOH Heat
Desinfec- Regenera- Metabisul- Duly with Y Drain Exchanger
tion tion fit Well water
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Alur pengumpulan dan penyimpanan MSDS bahan produk PT.Aventis
Pharma
Simpan file
elektronik MSDS
Update daftar bahan kimia
dan distribusikan ke manager
departemen yang berkaitan
Print MSDS
Universitas Indonesia
B3
DOMESTIK
WWTP PPLI
2. Catatan tentang jenis dan karakteristik lim- bah, waktu limbah di- dihasilkan,nama pengankut limbah
Universitas Indonesia
Equalization tank
Aeration tank
Sedimentation tank
Sludge Water
PPLI
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PT
No Poin dalam CPOB 2012 Aventis Keterangan
Pharma
1 Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara √ Diuraikan di dalam
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Prosedur Tetap Panduan
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu AG 00001/H
Mutu adalah aspek manajemen mutu yang
saling terkait.
PEMASTIAN MUTU
2 Sistem Pemastian Mutu yang benar dan
tepat bagi pembuatan obat hendaklah
memastikan bahwa:
AO 000-04/R
PENGAWASAN MUTU
4 Setiap industri farmasi hendaklah
mempunyai fungsi Pengawasan Mutu.
Fungsi ini hendaklah independen dari
Universitas Indonesia
BAB 2 PERSONALIA
PT
No Poin dalam CPOB 2012 Aventis Keterangan
Pharma
UMUM
1 Industri farmasi hendaklah memiliki
personil yang terkualifikasi dan √ Sesuai
berpengalaman praktis dalam jumlah yang
memadai.
2 Industri farmasi harus memiliki struktur
organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan √ Diuraikan di dalam
Universitas Indonesia
sampel, untuk
l) pemantauan faktor yang mungkin
berdampak terhadap mutu produk.
PELATIHAN
9 Industri farmasi hendaklah memberikan
pelatihan bagi seluruh personil yang karena
tugasnya harus berada di dalam area √ QA bertanggung jawab
produksi, gudang penyimpanan atau dalam menyelenggarakan
laboratorium (termasuk personil teknik, pelatihan personil.
perawatan dan petugas kebersihan), dan Diuraikan dalam
bagi personil lain yang kegiatannya dapat Prosedur Pelatihan Tetap
berdampak pada mutu produk. Pelatihan Personil No.
AL-000-01/L
10 Di samping pelatihan dasar dalam teori dan Pelatihan khusus
praktik CPOB, personil baru hendaklah diberikan sesuai dengan
mendapat pelatihan sesuai dengan tugas tugas dari personil
yang diberikan. Pelatihan tersebut. Terdapat
berkesinambungan hendaklah juga √ competency card repots
diberikan, dan efektifitas penerapannya berisi penilaian terhadap
hendaklah dinilai secara berkala. pelatihan yang diikuti
Hendaklah tersedia program pelatihan oleh setiap personil.
yang disetujui kepala bagian masing- Catatan pelatihan
masing. Catatan pelatihan hendaklah didokumentasikan ke
disimpan. dalam suatu file
11 Pelatihan spesifik hendaklah diberikan Diuraikan dalam
kepada personil yang bekerja di area di Prosedur Tetap Pelatihan
mana pencemaran merupakan bahaya, √ Personil AL000-01/L
misalnya area bersih atau area penanganan
bahan berpotensi tinggi, toksik atau
bersifat sensitisasi.
12 Pengunjung atau personil yang tidak Setiap personil yang
mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk masuk ke area produksi
ke area produksi dan laboratorium dan laboratorium QC
pengawasan mutu. Bila tidak dapat √ harus diberi pelatihan
dihindarkan, hendaklah mereka diberi terlebih dahulu
penjelasan lebih dahulu, terutama
mengenai higiene perorangan dan pakaian
pelindung yang dipersyaratkan serta
diawasi dengan ketat.
13 Konsep Pemastian Mutu dan semua Terdapat pre test dan
tindakan yang tepat untuk meningkatkan √ post test untuk mengukur
pemahaman dan penerapannya hendaklah kemampuan personel
dibahas secara mendalam selama pelatihan. menangkap isi pelatihan
14 Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang √ Sesuai
yang terkualifikasi
Aventis
Pharma
UMUM
1 Letak bangunan hendaklah sedemikian Sesuai
rupa untuk menghindarkan pencemaran
dari lingkungan sekelilingnya, seperti
pencemaran dari udara, tanah dan air serta
dari kegiatan industri lain yang berdekatan.
Apabila letak bangunan tidak sesuai,
hendaklah diambil tindakan pencegahan
yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
2 Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, Pest Control
dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat Management dilakukan
sedemikian agar memperoleh perlindungan oleh pihak ketiga, yaitu
maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, Aardwolf. Diuraikan di
rembesan dari tanah serta masuk dan dalam Prosedur Tetap
bersarang serangga, burung, binatang Penanggulangan hama
pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah (pest control) No.
tersedia prosedur untuk pengendalian AO000-17/J
binatang pengerat dan hama
3 Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat Diuraikan dalam
dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu, Prosedur Tetap
didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Pembersihan dan
Catatan pembersihan dan disinfeksi terdapat catatan
hendaklah disimpan pembersihan dan
desinfeksi berupa
logbook
4 Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk Diuraikan di dalam
area produksi, laboratorium, area Prosedur Tetap
penyimpanan, koridor dan lingkungan Pemeliharaan Gedung
sekeliling bangunan hendaklah dirawat No. TO000-06/C serta
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi Prosedur Tetap
bangunan hendaklah ditinjau secara teratur Perawatan Fasilitas,
dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan Peralatan & Utility No.
serta perawatan bangunan dan fasilitas TO000-13/I
hendaklah dilakukan hati-hati agar
kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu
obat.
5 Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, Sesuai
kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat
agar tidak mengakibatkan dampak yang
merugikan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap produk selama
proses pembuatan dan penyimpanan, atau
terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari
peralatan.
6 Desain dan tata letak ruang hendaklah Sesuai
memastikan :
Universitas Indonesia
AREA PENIMBANGAN
9 Penimbangan bahan awal dan perkiraan Ruang penimbangan di
hasil nyata produk dengan cara PT Aventis Pharma
penimbangan hendaklah dilakukan di area terdapat di area produksi.
penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini
dapat menjadi bagian dari area
penyimpanan atau area produksi.
AREA PRODUKSI
10 Untuk memperkecil risiko bahaya medis - PT Aventis Pharma tidak
yang serius akibat terjadi pencemaran memproduksi produk-
silang, suatu sarana khusus dan self- produk tersebut
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 6 PRODUKSI
PT
No
Poin dalam CPOB 2012 Aventis Keterangan
Pharma
UMUM
1 Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi
oleh personil yang kompeten
2 Penanganan bahan dan produk jadi, seperti √ Produksi diawasi oleh
penerimaan dan karantina, pengambilan foreman dan supervisor
sampel, penyimpanan, penandaan, produksi
penimbangan, pengolahan, pengemasan
dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai
dengan prosedur atau instruksi tertulis dan
bila perlu dicatat.
3 Seluruh bahan yang diterima hendaklah √ Bahan yang datang selalu
diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya diperiksa melalui Good
dengan pesanan. Wadah hendaklah Receipt Slipt. Diuraikan di
dibersihkan dimana perlu dan diberi dalam Prosedur Tetap
penandaan dengan data yang diperlukan. Penerimaan Barang di
Universitas Indonesia
VALIDASI PROSES
41 Studi validasi hendaklah memperkuat √ Diuraikan di dalam
pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai Prosedur Tetap Validasi
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Proses AV000-02/G
Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah
dicatat.
42 Apabila suatu formula pembuatan atau √ Sesuai
metode preparasi baru diadopsi, hendaklah
diambil langkah untuk membuktikan
prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan
produksi rutin, dan bahwa proses yang
telah ditetapkan dengan menggunakan
bahan dan peralatan yang telah ditentukan,
akan senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu.
43 Perubahan signifikan terhadap proses √ Sesuai
Universitas Indonesia
Pencetakan Tablet
89 Mesin pencetak tablet hendaklah √ Terdapat dust collector
dilengkapi dengan fasilitas pengendali
debu yang efektif dan ditempatkan
sedemikian rupa untuk menghindarkan
kecampurbauran antar produk. Tiap mesin
hendaklah ditempatkan dalam ruangan
terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan
untuk produk yang sama atau dilengkapi
sistem pengendali udara yang tertutup
maka dapat ditempatkan dalam ruangan
tanpa pemisah.
90 Untuk mencegah kecampurbauran perlu √ Sesuai
dilakukan pengendalian yang memadai
baik secara fisik, prosedural maupun
penandaan.
91 Hendaklah selalu tersedia alat timbang √ Terdapat alat timbang di
yang akurat dan telah dikalibrasi untuk ruang IPC produksi
pemantauan bobot tablet selama-proses.
92 Tablet yang diambil dari ruang pencetak √ Sesuai
tablet untuk keperluan pengujian atau
keperluan lain tidak boleh dikembalikan
lagi ke dalam bets yang bersangkutan.
93 Tablet yang ditolak atau yang dising- √ Sesuai
kirkan hendaklah ditempatkan dalam
wadah yang ditandai dengan jelas
mengenai status dan jumlahnya dicatat
pada Catatan Pengolahan Bets.
94 Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die √ Sesuai
hendaklah diperiksa keausan dan
kesesuaiannya terhadap spesifikasi.
Catatan pemakaian hendaklah disimpan.
Penyalutan
95 Udara yang dialirkan ke dalam panci
penyalut untuk pengeringan hendaklah
disaring dan mempunyai mutu yang tepat.
96 Larutan penyalut hendaklah dibuat dan √ Sesuai
digunakan dengan cara sedemikian rupa
untuk mengurangi risiko pertumbuhan
mikroba. Pembuatan dan pemakaian
larutan penyalut hendaklah
didokumentasikan.
bukan kayu).
113 Perhatian hendaklah diberikan untuk
mempertahankan homogenitas campuran,
suspensi dan produk lain selama
pengisian. Proses pencampuran dan
pengisian hendaklah divalidasi. Perhatian
khusus hendaklah diberikan pada awal
pengisian, sesudah penghentian dan pada
akhir proses pengisian untuk memastikan
produk selalu dalam keadaan homogen.
114 Apabila produk ruahan tidak langsung √ Diuraikan di dalam
dikemas hendaklah dibuat ketetapan Prosedur Tetap
mengenai waktu paling lama produk Penanganan Bahan di
ruahan boleh disimpan serta kondisi Ruang Transit Bahan Baku
penyimpanannya dan ketetapan ini & Bahan Setengah Jadi
hendaklah dipatuhi. PO301-00/I
BAHAN PENGEMAS
115 Pengadaan, penanganan dan pengawasan √ Diuraikan didalam
bahan pengemas primer dan bahan Prosedur Tetap
pengemas cetak serta bahan cetak lain Penyediaan dan
hendaklah diberi perhatian yang sama Penanganan film untuk
seperti terhadap bahan awal. Bahan Pengemas Tercetak
AG000-04/I
116 Perhatian khusus hendaklah diberikan
kepada bahan cetak. Bahan cetak tersebut √ Sesuai
hendaklah disimpan dengan kondisi
keamanan yang memadai dan orang yang
tidak berkepentingan dilarang masuk.
Label lepas dan bahan cetak lepas lain
hendaklah disimpan dan diangkut dalam
wadah tertutup untuk menghindarkan
kecampurbauran. Bahan pengemas
hendaklah diserahkan kepada personil
yang berwenang sesuai prosedur tertulis
yang disetujui.
117 Tiap penerimaan atau tiap bets bahan
pengemas primer hendaklah diberi nomor
yang spesifik atau penandaan yang
menunjukkan identitasnya.
118 Bahan pengemas primer, bahan
pengemas cetak atau bahan cetak lain √ Sesuai
yang tidak berlaku lagi atau obsolet
hendaklah dimusnahkan dan
pemusnahannya dicatat
119 Untuk menghindarkan kecampurbauran,
hanya satu jenis bahan pengemas cetak √ Sesuai
atau bahan cetak tertentu saja yang
Universitas Indonesia
KEGIATAN PENGEMASAN
120 Pada umumnya, proses pengisian dan
penutupan hendaklah segera disertai √ Diuraikan di Prosedur
dengan pemberian label. Bila tidak, Tetap Penandaan dan /
hendaklah diterapkan prosedur yang tepat atau Penyegelan Wadah
untuk memastikan agar tidak terjadi PO000-02/K
kecampurbauran atau salah pemberian
label.
121 Kegiatan pengemasan berfungsi membagi
dan mengemas produk ruahan menjadi √ Sesuai
produk jadi. Pengemasan hendaklah
dilaksanakan di bawah pengendalian
yang ketat untuk menjaga identitas,
keutuhan dan mutu produk akhir yang
dikemas.
122 Bila menyiapkan program untuk kegiatan
pengemasan, hendaklah diberikan √ Terdapat empat orang
perhatian khusus untuk meminimalkan pengemasan primer yang
risiko kontaminasi silang, masing-masing hanya
kecampurbauran atau kekeliruan. Produk berisi satu jalur
yang berbeda tidak boleh dikemas penemasan. Diuraikan di
berdekatan kecuali ada segregasi fisik. Prosedur Tetap
Pengemasan, Persiapan
Jalur Pengemasan
123 Hendaklah ada prosedur tertulis yang
menguraikan penerimaan dan identifikasi √ Sesuai
produk ruahan dan bahan pengemas,
pengawasan untuk menjamin bahwa
produk ruahan dan bahan pengemas cetak
dan bukan cetak serta bahan cetak lain
yang akan dipakai adalah benar,
pengawasan selama-proses pengemasan
rekonsiliasi terhadap produk ruahan,
bahan pengemas cetak dan bahan cetak
lain, serta pemeriksaan hasil akhir
pengemasan. Semua kegiatan
pengemasan hendaklah dilaksanakan
sesuai dengan instruksi yang diberikan
dan menggunakan bahan pengemas yang
tercantum dalam Prosedur Pengemasan
Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan
hendaklah dicatat dalam Catatan
Pengemasan Bets.
Universitas Indonesia
Kesiapan Jalur
130 Segera sebelum menempatkan bahan
pengemas dan bahan cetak lain pada jalur √ Diuraikan di Prosedur
Universitas Indonesia
PENGAWASAN SELAMA-PROSES
160 Untuk memastikan keseragaman bets dan
keutuhan obat, prosedur tertulis yang √ Sesuai
menjelaskan pengambilan sampel,
pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets
Universitas Indonesia
Produk Kembalian
171
Produk yang dikembalikan dari peredaran √ Diuraikan di Prosedur
dan telah lepas dari pengawasan industri Tetap Penangan Kembali
pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk Obat AO000-21/I
tersebut dapat dijual lagi, diberi label
kembali atau dipulihkan ke bets berikut
hanya bila tanpa keraguan mutunya
masih memuaskan setelah dilakukan
evaluasi secara kritis oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut
meliputi pertimbangan sifat produk,
kondisi penyimpanan khusus yang
diperlukan, kondisi dan riwayat produk
serta lama produk dalam peredaran.
Bilamana ada keraguan terhadap mutu,
produk tidak boleh dipertimbangkan
untuk didistribusikan atau dipakai lagi,
walaupun pemrosesan ulang secara kimia
untuk memperoleh kembali bahan aktif
dimungkinkan. Tiap tindakan yang
diambil hendaklah dicatat dengan baik.
172 Industri hendaklah menyiapkan prosedur
untuk penahanan, penyelidikan dan √ Sesuai
pengujian produk kembalian serta
pengambilan keputusan apakah produk
kembalian dapat diproses ulang atau
harus dimusnahkan setelah dilakukan
evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil
evaluasi, produk kembalian dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a) produk kembalian yang masih
memenuhi spesifikasi dan karena itu
dapat dikembalikan ke dalam persediaan;
b) produk kembalian yang dapat diproses
ulang; dan
c) produk kembalian yang tidak
memenuhi spesifikasi dan tidak dapat
diproses ulang.
173 Prosedur hendaklah mencakup:
identifikasi dan catatan mutu produk √ Diuraikan di Prosedur
kembalian; Tetap Penangan Kembali
penyimpanan produk kembalian Obat AO000-21/I
Universitas Indonesia
dalam karantina;
penyelidikan, pengujian dan analisis
produk kembalian oleh bagian
Pengawasan Mutu;
evaluasi yang kritis sebelum
manajemen mengambil keputusan
apakah produk dapat diproses ulang
atau tidak; dan
pengujian tambahan terhadap
persyaratan dari produk hasil
pengolahan ulang.
174 Produk kembalian yang tidak dapat
diolah ulang hendaklah dimusnahkan. √ Diuraikan di Prosedur
Prosedur pemusnahan bahan atau Tetap Penangan Kembali
pemusnahan produk yang ditolak Obat AO000-21/I
hendaklah disiapkan. Prosedur ini
hendaklah mencakup tindakan
pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan dan penyalahgunaan bahan
atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.
Dokumentasi
175 Penanganan produk kembalian dan tindak
lanjutnya hendaklah didokumentasikan √ Diuraikan di Prosedur
dan dilaporkan. Bila produk harus Tetap Penangan Kembali
dimusnahkan, dokumentasi hendaklah Obat AO000-21/I
mencakup berita acara pemusnahan yang
diberi tanggal dan ditandatangani oleh
personil yang melaksanakan dan personil
yang menyaksikan pemusnahan.
Universitas Indonesia
DOKUMENTASI
7 Dokumentasi laboratorium hendaklah
mengikuti prinsip yang diuraikan dalam
Bab 10 Dokumentasi. Bagian penting
dokumentasi yang berkaitan dengan
Pengawasan Mutu berikut ini hendaklah
tersedia di bagian Pengawasan Mutu:
Pengolahan Ulang
17 Pengujian tambahan terhadap produk jadi Sesuai
hasil pengolahan ulang hendaklah
dilakukan sesuai ketentuan.
18 Uji stabilitas lanjut hendaklah dilakukan Sesuai
terhadap produk hasil pengolahan ulang
sesuai keperluan.
19 Jumlah bets dan frekuensi pengujian Post Market Stability
hendaklah memberikan data yang
cukup jumlahnya untuk memungkinkan
melakukan analisis tren. Kecuali
dijustifikasi lain, minimal satu bets per
tahun dari produk yang dibuat untuk tiap
kekuatan dan tiap jenis pengemasan
primer, bila relevan, hendaklah dicakup
dalam program studi stabilitas (kecuali
tidak ada yang diproduksi selama
setahun). Untuk produk di mana
pemantauan stabilitas on-going akan
Universitas Indonesia
BAB 8.
INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK
1 Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk
inspeksi diri yang menyajikan standar
persyaratan minimal dan seragam. Daftar
ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai
ketentuan CPOB yang mencakup antara
lain:
Personalia;
Bangunan termasuk fasilitas untuk
personil;
Perawatan bangunan dan peralatan;
Penyimpanan bahan awal, bahan Diuraikan di Prosedur
pengemas dan obat jadi; Tetap Inspeksi Diri &
Peralatan; Audit CPOB AO000-03//I
Pengolahan dan pengawasan selama-
proses;
Pengawasan Mutu;
Dokumentasi;
Sanitasi dan higiene;
Program validasi dan revalidasi;
Kalibrasi alat atau sistem pengukuran;
Prosedur penarikan kembali obat jadi;
Penanganan keluhan;
Pengawasan label; dan
Hasil inspeksi diri sebelumnya dan
tindakan perbaikan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 10 DOKUMENTASI
Universitas Indonesia
kegiatan pengolahan:
a) nama produk;
b) tanggal dan waktu dari permulaan, dari
tahap antara yang signifikan dan dari
penyelesaian pengolahan;
c) nama personil yang bertanggung jawab
untuk tiap tahap proses;
d) paraf operator untuk berbagai langkah
pengolahan yang signifikan dan, di mana
perlu, paraf personil yang memeriksa tiap
kegiatan ini (misalnya penimbangan);
e) nomor bets dan/atau nomor kontrol
analisis dan jumlah nyata tiap bahan awal
yang ditimbang atau diukur (termasuk
nomor bets dan jumlah bahan hasil
pemulihan atau hasil pengolahan ulang
yang ditambahkan);
f) semua kegiatan pengolahan atau
kejadian yang relevan dan peralatan utama
yang digunakan;
g) catatan pengawasan selama-proses dan
paraf personil yang melaksanakan serta
hasil yang diperoleh;
h) jumlah hasil produk yang diperoleh dari
tahap pengolahan berbeda dan penting; dan
i) catatan mengenai masalah khusus yang
terjadi termasuk uraiannya dengan tanda
tangan pengesahan untuk segala
penyimpangan terhadap Prosedur
Pengolahan Induk.
CATATAN PENGEMASAN BETS
19 Catatan Pengemasan Bets hendaklah √ Sesuai
tersedia untuk tiap bets yang dikemas.
Dokumen ini hendaklah dibuat
berdasarkan bagian relevan dari Prosedur
Pengemasan Induk yang berlaku dan
metode pembuatan catatan ini hendaklah
didesain untuk menghindarkan kesalahan
transkripsi. Catatan hendaklah
mencantumkan nomor bets dan jumlah
produk jadi yang direncanakan akan
diperoleh.
Sebelum suatu kegiatan pengemasan
dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan
yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat
kerja telah bebas dari produk dan dokumen
sebelumnya atau bahan yang tidak
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pharma
UMUM
1 Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang Diuraikan di dalam
meliputi pembuatan dan/atau analisis obat √ Prosedur Tetap
yang dikontrakkan dan semua pengaturan Contract
teknis terkait. Manufacturer
AO000-13/E
2 Semua pengaturan untuk pembuatan dan
analisis berdasarkan kontrak termasuk usul
perubahan dalam pengaturan teknis atau √ Sesuai
pengaturan lain hendaklah sesuai dengan
izin edar untuk produk bersangkutan.
3 Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, Terdapat di dalam
pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala Technical
bagian Manajemen Mutu (Pemastian √ Agreement
Mutu) Pemberi Kontrak.
PEMBERI KONTRAK
4 Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk Terdapat di dalam
menilai kompetensi Penerima Kontrak Technical
dalam melaksanakan pekerjaan atau √ Agreement
pengujian yang diperlukan dan
memastikan bahwa prinsip dan pedoman
CPOB diikuti.
5 Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan Terdapat di dalam
semua informasi yang diperlukan kepada Technical
Penerima Kontrak untuk melaksanakan √ Agreement
pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin
edar dan persyaratan legal lain. Pemberi
Kontrak hendaklah memastikan bahwa
Penerima Kontrak memahami sepenuhnya
masalah yang berkaitan dengan produk
atau pekerjaan atau pengujian yang dapat
membahayakan gedung, peralatan,
personil, bahan atau produk lain.
6 Pemberi Kontrak hendaklah memasti-kan Terdapat di dalam
bahwa semua produk yang diproses dan Technical
bahan yang dikirimkan oleh Penerima √ Agreement
Kontrak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan atau produk telah diluluskan
oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu)
PENERIMA KONTRAK
7 Penerima Kontrak harus mempunyai Pada Technical
gedung dan peralatan yang cukup, Agreement terdapat
pengetahuan dan pengalaman, dan personil hal-hal yang
yang kompeten untuk melakukan √ berhubungan
pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi dengan pengadaan
Kontrak dengan memuaskan. Pembuatan & pembuatan obat
Universitas Indonesia
(Pemastian Mutu).
13 Kontrak hendaklah menguraikan secara
jelas penanggung jawab pengadaan, √ Sesuai
pengujian dan pelulusan bahan, produksi
dan pengendalian mutu, termasuk
pengawasan selama-proses, dan
penanggung jawab pengambilan sampel
dan fungsi analisis. Dalam hal analisis
berdasarkan kontrak, kontrak hendaklah
menyatakan apakah Penerima Kontrak
mengambil atau tidak mengambil sampel
di sarana pembuat obat.
14 Catatan pembuatan, analisis dan distribusi,
serta sampel pertinggal hendaklah
disimpan oleh, atau disediakan untuk, √
Pemberi Kontrak. Semua catatan yang Sesuai
relevan untuk penilaian mutu produk, bila
terjadi keluhan atau cacat produk, harus
dapat diakses dan ditetapkan dalam
prosedur penanganan produk cacat dan
penarikan kembali obat yang dibuat oleh
Pemberi Kontrak.
15 Kontrak hendaklah memuat izin Pemberi Dilakukan “pre-
Kontrak untuk menginspeksi sarana √ eliminary”
Penerima Kontrak. evauation antar lain
berupa “pre-audit”
kemampuan “
Contractor” di
seluruh aspek kritis
16 Dalam hal analisis berdasarkan kontrak,
Penerima Kontrak hendaklah memahami √ Sesuai
bahwa dia merupakan subjek untuk
diinspeksi oleh Badan POM.
17 Kontrak hendaklah menguraikan
penanganan bahan awal, bahan pengemas, √ Sesuai
produk antara dan ruahan, dan produk jadi
bila bahan atau produk tersebut ditolak.
Kontrak hendaklah juga menguraikan
prosedur yang harus diikuti bila analisis
berdasarkan kontrak menunjukkan bahwa
produk yang diuji harus ditolak.
Universitas Indonesia
Pharma
PERENCANAAN VALIDASI
1 Seluruh kegiatan validasi hendaklah
direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan √ Sesuai
didokumentasikan di dalam Rencana Induk
Validasi (RIV) atau dokumen setara.
2 RIV hendaklah merupakan dokumen yang Sesuai
singkat, tepat dan jelas. √
3 RIV hendaklah mencakup sekurang-
kurangnya data sebagai berikut:
kebijakan validasi;
struktur organisasi kegiatan
validasi;
ringkasan fasilitas, sistem, √ Sesuai
peralatan dan proses yang akan
divalidasi;
format dokumen: format protokol
dan laporan validasi, perenca naan
dan jadwal pelaksanaan;
pengendalian perubahan; dan
acuan dokumen yang digunakan.
4 RIV terpisah mungkin diperlukan untuk
suatu proyek besar.
DOKUMENTASI
5 Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat
untuk merinci kualifikasi dan validasi yang
akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji
dan disetujui oleh kepala bagian √ Sesuai
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Protokol validasi hendaklah merinci
langkah kritis dan kriteria penerimaan.
rentang.
49 Validasi ulang mungkin diperlukan pada
kondisi sebagai berikut: √ Sesuai
perubahan sintesis bahan aktif obat;
perubahan komposisi produk jadi;
dan
perubahan prosedur analisis.
50 Tingkat validasi ulang yang diperlukan
tergantung pada sifat perubahan. √ Sesuai
Perubahan tertentu lain mungkin juga
memerlukan validasi ulang.
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii Universitas Indonesia
iv Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1.2.1 Menganalisa waktu change-over di ruang granulasi basah
1.2.2 Membuat standar waktu change-over di ruang granulasi basah
1.2.3 Mengurangi waktu change-over di ruang granulasi basah
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3 Universitas Indonesia
berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak
dengan lubang ayakan sesuai dengan yang diinginkan, pelincir ditambahkan
sebagaimana biasanya dan tablet dibuat dengan dikempa. Pada metoda slugging
penggilingan yang memadatkan dapat digunakan untuk menaikkan kepadatan dari
serbuk dengan mengempanya di antara penggilingan dengan tekanan tinggi.
Bahan yang sudah dipadatkan kemudian dipecahkan, ditentukan ukurannya dan
diberi pelincir dan tablet dibuat dengan pengempaan dengan cara yang biasa.
Universitas Indonesia
amilum glikolat dan resin penukar kation telah terbukti secara khusus efektif
terhadap penarikan uap air.
Untuk menyempurnakan pencampuran komponen-komponen supaya
mencapai dosis pemberian yang tepat, demikian juga keseragaman daya hancur
tablet yang akan dihasilkan, perlu ketelitian dan perhatian sepenuhnya. Kadang-
kadang serbuk yang telah dicampur, diayak dengan ayakan yang derajat
kehalusannya cukup untuk memungkinkan dari terjadinya penggumpalan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Mesin Pencampur Serbuk Granulasi Basah dengan Merek Diosna P 250
Gambar 2.2 Mesin Pengering Granul/Fluid Bed Dryers dengan Merek Powrex
Universitas Indonesia
maka akan semakin cepat waktu change-over. Jika waktu change over semakin
cepat, maka industri dapat memenuhi permintaan konsumen tanpa harus
menanggung biaya inventori yang tinggi. Melalui SMED industri tidak lagi
mendasarkan volume produksinya pada forecasting, tetapi pada customer
demands, sehingga industri menjadi lebih responsif dalam memenuhi kebutuhan
konsumen.
Shingo (1985) memaparkan beberapa manfaat yang diperoleh melalui
penerapan SMED :
a. Langsung
1. Pengurangan waktu change-over
2. Meminimalisir terjadinya kesalahan selama proses change-over
3. Peningkatan kualitas produk
4. Peningkatan keamanan
b. Tidak langsung
1. Pengurangan biaya inventori
2. Peningkatan fleksibilitas produksi
3. Rasionalisasi peralatan produksi
Terdapat 4 fase utama dalam penerapan SMED, yaitu :
a. Fase A
Pada fase ini industri belum melakukan pengelompokan terhadap aktivtas
eksternal dan internal. Aktivitas eksternal didefinisikan sebagai operational setup
yang dilakukan selama mesin sedang beroperasi. Sedangkan aktivitas internal
merupakan aktivitas yang dilakukan saat mesin berada dalam keadaan off (tidak
beroperasi). Pada fase ini industri masih berada dalam kondisi idle karena metode
SMED belum diterapkan. Fase A dimulai dengan melakukan pengamatan pada
proses change-over (merekam keseluruhan proses) disertai wawancara dengan
operator.
b. Fase B
Setelah melakukan pengamatan, industri mengelompokkan aktivitas yang
telah terekam ke dalam aktivitas internal ataupun eksternal. Fase B merupakan
kunci sukses dalam penerapan SMED.
Universitas Indonesia
c. Fase C
Untuk dapat mengurangi waktu change-over, maka aktivitas yang
sebelumnya dilakukan saat mesin berhenti beroperasi harus dapat dilakukan saat
mesin sedang beroperasi. Pada fase C, industri melakukan perubahan aktivitas
internal menjadi aktivitas eksternal (conversion). Sebelum melakukan perubahan
ini harus dipastikan bahwa tiap aktivitas telah dikelompokkan ke dalam kelompok
aktivitas yang sesuai.
d. Fase D
Pada fase ini dilakukan optimasi terhadap urutan proses yang telah
diperoleh. Optimasi ini terdiri dari proses Elimination, Combination,
Redistribution, dan Simplification (ECRS analysis).
- Elimination (Penyisihan) terkait dengan proses penghilangan aktivitas
internal tertentu yang dianggap tidak diperlukan selama proses change-
over. Pada proses change-over berikutnya internal ini tidak akan dilakukan
kembali.
- Combination (kombinasi). Kombinasi dilakukan dengan memparalelkan
beberapa aktivitas tertentu yang diharapkan dapat dikerjakan dalam waktu
yang bersamaan.
- Redistribution
Beberapa aktivitas dapat diubah urutan pelaksanaannya untuk
mengoptimalkan proses change-over
- Simplification (Penyederhanaan)
Penyederhanaan dilakukan dengan menyediakan peralatan, personel
ataupun teknologi baru untuk mengefisienkan proses. Misalnya untuk
meningkatkan proses dilakukan penyediaan trolley baru, personel
tambahan sebagai supporting process, dll (Liker, 2003).
Dari rangkaian aktivitas yang telah dioptimalkan dan didefinisikan ini, maka
disusunlah prosedur standar SMED. Prosedur terstandar ini akan menjadi acuan
dalam pelaksanaan SMED.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
18 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil berupa proposal pelaksanaan SMED di ruang granulasi basah (lihat
lampiran 1) dan waktu aktual pelaksanaan SMED di ruang granulasi basah (lihat
lampiran 2).
4.2 Pembahasan
Ruang granulasi basah dipilih untuk diterapkannya metode SMED karena
merupakan salah satu ruangan proses pembuatan tablet yang memerlukan waktu
change over yang lama. Penerapan metode SMED merupakan salah satu cara
untuk melakukan efisiensi waktu sehingga menghasilkan produk yang lebih
fleksibel terhadap permintaan pasar. Proses penerapan Metode SMED (Single
Minute Exchange Of Dies) memiliki 4 tahap yaitu pengamatan proses waktu
change-over, pemisahan waktu internal dan eksternal, transfer waktu internal ke
eksternal, optimasi waktu internal dan eksternal. Pada proses pelaksanaan SMED
di ruang granulasi basah dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap waktu
change-over. Pengamatan awal dilakukan terhadap sediaan fexofenadine 180 mg
yang telah melewati proses granulasi. Peralatan yang telah selesai melakukan
proses granulasi sediaan fexofenadine memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan sediaan yang lain dalam proses pembersihan karena produk lebih
lengket di dalam mesin granulator baik pada Diosna P 250, Frewitt, Bowl serta
Powrex. Pada pengamatan tersebut waktu change-over yang diperlukan adalah
selama 164 menit. Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 3.
Pada hari berikutnya, dilakukan pengamatan terhadap waktu change-over
di ruang granulasi basah setelah melakukan proses granulasi sediaan placebo
Trental. Dari hasil pengamatan didapatkan waktu yang diperlukan untuk change-
over adalah selama 88 menit (lihat lampiran 4). Dimana, waktu yang diperlukan
untuk proses change-over lebih cepat dibandingkan pengamatan yang pertama
pada sediaan fexofenadine 180 mg. Untuk membuat standar waktu proses change-
19 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Redistribution
Beberapa aktivitas dapat diubah urutan pelaksanaannya untuk
mengoptimalkan proses change-over
- Simplification (Penyederhanaan)
Penyederhanaan dilakukan dengan menyediakan peralatan, personel
ataupun teknologi baru untuk mengefisienkan proses. Misalnya untuk
meningkatkan proses dilakukan penyediaan trolley baru, personel
tambahan sebagai supporting process, dll.
Sehingga dengan pengoptimalan waktu internal dan eksternal, change-over dapat
dilakukan dengan lebih cepat.
Untuk mencapai target waktu change-over agar sesuai dengan proposal
yang telah disusun tersebut, maka perlu adanya monitoring waktu change-over di
ruang granulasi basah. Proses monitoring ini dilakukan dengan cara membuat
tabel yang mencantumkan waktu dimulai dan berakhirnya change over yang harus
diisi oleh operator. Dengan pengisian tabel ini, maka lama waktu yang dihabiskan
untuk proses change-over dapat diketahui, apakah dibawah target atau diatas
target yang telah ditetapkan sesuai dengan proposal SMED. Sehingga proses
change-over di ruang granulasi basah dapat selalu dievaluasi hingga mencapai
target yang telah ditetapkan dan dapat dipertahankan secara konsisten. Tabel
monitoring dapat dilihat pada lampiran 6.
Dengan tercapainya target waktu change over, industri farmasi akan
mendapatkan manfaat baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Menurut Shingo (1985) beberapa manfaat yang diperoleh melalui penerapan
SMED :
a. Langsung
1. Pengurangan waktu change-over
2. Meminimalisir terjadinya kesalahan selama proses change-over
3. Peningkatan kualitas produk
4. Peningkatan keamanan
b. Tidak langsung
1. Pengurangan biaya inventori
2. Peningkatan fleksibilitas produksi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Pada mahasiswa yang melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker
berikutnya dapat melanjutkan penerapan metode SMED di ruang granulasi
basah hingga tercapai pengurangan waktu change-over dan mencapai
target yang telah ditetapkan.
5.2.2 Diberikan pelatihan kepada mahasiswa yang sedang melakukan Praktek
Kerja Profesi Apoteker mengenai SMED beserta tahapan pelaksanaannya
sehingga dapat diaplikasikan dengan lebih baik.
23 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Aventis Pharma. 2013. Lean Workshop: Single Minute Exchange of Die (SMED).
Jakarta.
Levinson, W.A. 2002. Henry Ford’s Lean Vision: Enduring Principles from the
first Ford Motor Plant. Productivity Press, New York.
Liker, J.K. 2004. The Toyota Way: 14 Management Principle from the World’s
Greatest Manufacturer. McGraw-Hill, New York.
Mcintosh, R., Culley, S., Mileham, T., Owen, G. 2000. A Critical Evaluation of
Shingo’s “SMED” (Single Minute Exchange of Die) methodology.
International Journal of Production Research, 38:2377-2395.
24 Universitas Indonesia
Line stop
10
Pengelapan Lift Glatt
Pencucian powrex
20 Pencucian bowl 2 + pengeringan
Administrasi
Cleaning
Proses
Universitas Indonesia
Line stop
10 Pengeringan bagian luar Diosna
Pengelapan Lift Glatt
Pencucian powrex
20
Pengeringan dalam Diosna
90 Pengisian PPI
Persiapan label bersih Pembersihan Watson Marlow
Pemasangan mesin pencampur
100 Pengisian purified water + timbang
warna + setting
Pemasangan parts frewitt
Line Clearance
110 Setting Diosna
Setting powrex
120
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
22:30
21:30
20:30
19:30
18:30
17:30
16:30
15:30
14:30
13:30
12:30
11:30
10:30
9:30
8:30
7:30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Keterangan : Mulai Cleaning Selesai Cleaning D Mulai Setting Selesai Setting
Universitas Indonesia